Kepala Rumah Sakit Guntur STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL 15 Maret 2021 (SPO) dr. Feri Nirantara S, Sp.PD Mayor Ckm NRP 11080096530284
Narkotik adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman
atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan- golongan sebagaimana terlampir dalam Undang Undang ini. PENGERTIAN Sediaan Narkotika adalah bentuk sediaan obat yang mengandung bahan aktif narkotik yang dipergunakan untuk pengobatan /pelayanan kesehatan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah atau sintetis, bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas aktivitas mental dan perilaku.
1. Sebagai panduan dalam Penyimpanan Sediaan
Narkotik. Dan Psikotropika. 2. Mencegah terjadinya kehilangan dan penyalahgunaan narkotik / Psikotropika TUJUAN 3. Menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan. 4. Memastikan keselamatan dan keamanan pasien
Kebijakan Kepala Rumah Sakit Tk. IV 03.07.04 Guntur
KEBIJAKAN Nomor : Kep / 03 / I / 2022.
1. Sediaan narkotika harus disimpan di tempat khusus
yang memenuhi syarat. 2. Sediaan narkotika hanya boleh disimpan di instalasi farmasi, UGD, ICU dan OK. 3. Tempat penyimpanan narkotika harus diberi lambang / PROSEDUR gambar narkotika. 4. Tempat penyimpanan harus seluruhnya terbuat dari kayu atau bahan yang kuat lainnya. 5. Harus memiliki kunci yang kuat. PENYIMPANAN OBAT NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIK
6. Lemari mempunyai dobel pintu masing-masing kiri
dan kanan serta atas dan bawah dengan kunci yang berlainan. 7. Kunci lemari dipegang oleh dua orang yang bertanggungjawab terhadap lemari narkotika tersebut dimana dalam membuka pintu lemari harus saling mengetahui (satu orang memegang kunci dalam kiri dan luar kanan, dan satu orang lagi sebaliknya). 8. Lemari dibagi menjadi dua bagian dimana bagian atas sebelah kanan dipakai untuk menyimpan morphin, pethidin dan garam-garamnya, serta persediaan narkotika, sedangkan bagian bawahnya dipakai menyimpan narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari. 9. Untuk psikotropika disimpan disebelah kiri, dengan bagian atas untuk penyimpanan, dan bagian bawah untuk pemakaian sehari-hari. 10. Apabila lemari tersebut berukuran kurang dari 40 x 80 x 100 cm maka lemari tersebut harus dibaut di tembok atau lantai. 11. Selama penyimpanan lemari harus dikunci dengan baik dengan kunci yang kuat, disimpan/digantung PROSEDUR dileher apoteker penanggung jawab dan/ atau asisten apoteker senior yang ditunjuk. Apabila penanggung jawab tidak ada ditempat, kunci diserah terimakan kepada petugas yang ditunjuk dengan bukti serah terima kunci. 12. Lemari tidak boleh menyimpan barang lain, selain sediaan Narkotika, psikotropika dan administrasi yang berkaitan dengannya. 13. Lemari harus ditaruh ditempat aman dan tidak terlihat oleh umum. 14. Penerimaan dan pengeluaran narkotika harus atas dasar permintaan resep dokter atas indikasi yang jelas. Dokter penulis resep harus menyertakan surat ijin praktek dan identitas pasien lengkap. 15. Terdapat kartu stock didalam lemari untuk memantau jumlah pemasukan dan pengeluaran obat. 16. Setiap membuka dan menutup lemari petugas harus menulis di buku narkotika mengenai jam buka dan tutup, obat yang diambil/disimpan, jumlah, nama petugas. 17. Untuk penempatan narkotika di kamar operasi, obat narkotika diserah terimakan dengan petugas anastesi PENYIMPANAN OBAT NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIK
yang disertai buku serah terima (tanggal, jam, jumlah
obat yang diserahterimakan, nama petugas yang menerima obat narkotika, tanda tangan petugas farmasi dan petugas anastesi). 18. Pemakaian obat narkotika parenteral harus diserahkan kembali ampul kosong ke instalasi farmasi 19. Apabila ada sisa pemakaian obat parenteral dimasukkan ke dalam spuit dengan diberi label yang jelas yaitu nama obat, jumlah ml, tanggal pemakaian. PROSEDUR Apabila setelah 24 jam tidak dipergunakan maka obat tersebut harus dibuang ke saluran air dengan air mengalir dan disaksikan oleh minimal dua petugas yang berbeda profesi dengan disertai buku berita acara. 20. Penerimaan dan penggunaan dilaporkan sesuai ketentuan Undang-Undang yaitu ke Dinas Kesehatan Kota, Dinas Kesehatan Propinsi, BPOM dan Kesdam III/Siliwangi.
1. Instalasi Rawat Inap
2. Instalasi Rawat Jalan UNIT TERKAIT 3. Instalasi Kamar Bedah 4. UGD 5. ICU