PROPOSAL PENELITIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK
KONSENTRASI PEMERINTAHAN DAERAH
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sudah setengah abad lebih PT PLN (Persero) mengelola bisnis
ketenagalistrikan di Indonesia. Sebagai sebuah perusahaan besar di Indonesia
yang punya pengalaman dalam pelayanan publik hampir sama dengan usia negara
ini, sudah seharusnya mutu pelayanan PLN juga berkualitas. Sebagai perusahaan
pengelola bisnis ketenagalistrikan di Indonesia, keberadaan PLN tidak bisa
dipisahkan dari pelanggan. Pelanggan adalah urat nadi perusahaan, oleh karena itu
pelayanan yang baik kepada pelanggan adalah modal yang kuat untuk hidupnya
perusahaan. Ingatlah bahwa PLN ada karena memiliki pelanggan.
Tabel 1
Jumlah Pelanggan PLN, Daya Terpasang, dan Listrik Terjual
Menurut Golongan Tahun 2004-2005
Golongan Jumlah Pelanggan Daya Terpasang (KVA) Pemakaian (KWH)
No
Tarip 2004 2005 2004 2005 2004 2005
1. Rumah 200.532 621.019 2.139.557 447.855 263.084.827 617.460.769
Tangga
Household
2. Publik 4.576 16.864 303.283 54.503 53.699.250 104.556.426
General
3. Bisnis 13.619 24.297 637.682 90.860 85.535.610 158.815.3992
Business
4. Industri 737 1.331 543.949 128.331 85.770.083 334.343.263
Industry
Jumlah 219.464 663.511 3.624.471 721.549 488.089.770 1.215.176.450
Sumber : PLN Kota Malang, 2005
Dari data diatas menunjukkan dari tahun 2004 ke tahun 2005 pelanggan
PLN mengalami peningkatan yang besar. Akan tetapi peningkatan ini belumlah
tentu karena kepuasan pelanggan akan pelayanan yang diberikan oleh PLN, dan
sangat mungkin peningkatan ini dikarenakan akan kebutuhan akan energi listrik
yang dirasakan sangat penting, karena status PLN sebagai perusahaan monopoli di
bidang ketenagalistrikan tersebut.
Peningkatan jumlah pelanggan ini tidak cuma memperlihatkan angka yang
memberi gambaran pada besaran pendapatan PLN namun angka pelanggan tadi
hendaknya lebih dirasa sebagai tuntutan manajerial PLN, agar lembaga ini tak
lepas dari kepercayaan pelanggannya. Dan semuanya sangat ditentukan oleh sikap
kerja, mental serta sistem yang terpadu dan saling mendukung. Tentu bukan hal
yang mudah untuk menumbuhkan dan mempertahankan kepercayaan pelanggan,
oleh karena itu sejalan dengan meningkatnya kebutuhan pelanggan akan mutu
layanan, PLN harus bekerja keras selalu memperbaiki kualitas pelayanan.
Ciri-ciri sebuah usaha yang dibentuk oleh kesungguhan organisasinya
untuk menyediakan pelayanan yang prima, akan membangun kesetiaan pada
pelanggan. Pelayanan pelanggan merupakan salah satu unsur penentu dalam hal
mewujudkan perusahaan dalam hal ini PLN yang maju tumbuh dan berkembang.
Mutu Pelayanan Pelanggan menentukan penghasilan perusahaan, hal ini
dikarenakan pelayanan yang baik dan sesuai dengan keadaanya dapat
menumbuhkah dan mempertahankan kepercayaan pelanggan, sehingga volume
pelanggan akan terus bertambah. Seiring dengan pertambahan volume palanggan
itu berarti pertambahan dalam segi pemasukan keuangan dari pembayaran
rekening listrik pelanggan.
Pelayanan pelanggan yang baik dapat menumbuhkan kecintaan dan
perhatian serta kesetiaan pelanggan kepada PLN. Dengan kecintaan dan perhatian
serta rasa memiliki itu merupakan modal yang sangat kuat bagi perusahaan untuk
tetap eksis menjalankan usaha bisnisnya ditengah perekonomian kita yang
semakin sulit sekarang ini. Jika kualitas pelayanan terus menerus mengecewakan
dan PLN tidak merasakan hal tersebut bukan mustahil kekecewaan itu dapat
merusak citra perusahaan dan membuat image kurang bagus bagi PLN yang bisa
menjadi bomerang bagi kelangsungan usaha bisnis PLN. Demi tetap langgengnya
perusahaan dalam hal ini PLN, maka kepuasan pelanggan haruslah menjadi
perhatian yang lebih dan utama.
Kotler dalam Tjiptono (1996:148) mengemukakan salah satu metode yang
dapat digunakan untuk mengukur kepuasan pelanggan yaitu Sistem Keluhan dan
Saran, bahwa setiap perusahaan yang berorientasi pada pelanggan (consumer
oriented) perlu memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi pelanggannya untuk
menyampaikan pesan, pendapat dan keluhan mereka. Oleh karena itu semakin
baik kualitas pelayanan penanganan keluhan semakin tinggi pula tingkat kepuasan
konsumen.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk mengangkat
judul : “ Penanganan Pelayanan Keluhan Dalam Rangka Meningkatkan Kepuasan
Pelanggan (Studi pada PLN-APJ Kota Malang)”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pelaksanaan penanganan keluhan yang dilakukan oleh
PT PLN-APJ Kota Malang?
2. Apa saja faktor-faktor yang mendukung dan menghambat penanganan
keluhan yang dilakukan oleh PT PLN-APJ Kota Malang?
3. Atribut pelayanan apa yang masih harus dibenahi karena kurang
memuaskan pelanggan dan atribut mana yang perlu dipertahankan
kualitasnya?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan pelaksanaan penanganan
keluhan yang dilakukan PT PLN-APJ Kota Malang kepada
pelanggannya.
2. Untuk mengetahui dan mendiskripsikan faktor-faktor yang mendukung
dan menghambat penanganan keluhan yang dilakukan oleh PT PLN-
APJ Kota Malang.
3. Untuk mengetahui dan mendiskripsikan atribut pelayanan mana yang
harus dibenahi dan harus dipertahankan kualitasnya.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
a. Sebagai sarana mengembangkan pengetahuan khususnya teori
pelayanan, teori kepuasan dan mengoptimalkan teori yang
diperoleh di bangku kuliah dengan praktek yang sesungguhnya
b. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Administrasi Publik pada Fakultas Ilmu Administrasi di
Universitas Brawijaya.
2. Bagi PLN-APJ Kota Malang
Sebagai sumbangan pemikiran, informasi dan bahan
pertimbangan untuk menentukan kebijakan-kebijakan yang terbaik
dalam upayanya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah khususnya
yang berasal dari pajak daerah.
3. Bagi Pihak Lain
Memberikan informasi dan pengetahuan khususnya mengenai
pajak daerah, sekaligus sebagai referensi bagi penulis lain di masa
mendatang yang berminat dalam bidang yang sama guna
menyempurnakan penelitian ini.
E. Sistematika Pembahasan
BAB I Pendahuluan, menguraikan latar belakang, rumusan masalah,
tujuan dan kontribusi penelitian tentang Penanganan Pelayanan
Keluhan Dalam Rangka Meningkatkan Kepuasan Pelanggan.
BAB II Tinjauan Pustaka, menguraikan tentang teori-teori yang
berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam
penelitian. Teori yang dibahas diantaranya adalah pelayanan,
kualitas jasa/pelayanan, konsumen/pelanggan, dan kualitas
pelayanan keluhan.
BAB III Metode Penelitian, menguraikan tentang metode penelitian yang
meliputi jenis penelitian, fokus penelitian, lokasi dan situs
penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, dan analisis
data.
BAB IV Hasil dan Pembahasan, merupakan bab yang menguraikan seluruh
hasil penelitian yang diperoleh dari wawancara dan dokumentasi.
Ditambah dengan pembahasan data yang merupakan
penganalisaan data yang telah disajikan.
BAB V Penutup, merupakan bab akhir dalam penulisan ini yang memuat
kesimpulan dan saran. Dalam kesimpulan akan disajikan
ringkasan yang di dapat dalam kegiatan penelitian, sedangkan
saran berisi masukan-masukan sebagai bahan pertimbangan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pemerintah
Pada istilah pemerintah (Government) lebih berkaitan dengan lembaga
yang mengemban fungsi memerintah dan mengemban fungsi mengelola
administrasi pemerintah. Contohnya, di tingkat desa pemerintah (Government)
merujuk pada kepala desa beserta perangkat desa. Sedangkan Sedarmayanti
(2004:2) menjelaskan bahwa pmerintah (Government) dalam bahasa inggris
diartikan sebagai: “Pengarahan dan administrasi yang berwenang atas kegiatan
orang-orang dalam sebuah negara, negara bagian, kota dan sebagainya”.
Hubungan antara Government dengan Governance dapat diibaratkan hubungan
antara rumput dengan padi.jika kita hanya menanam rumput, maka padi tidak
akan tumbuh.Tapi jika kita menanam padi maka rumput akan tumbuh dengan
sendirinya. Jika kita hanaya akan menciptakan pemerintah (Government) yang
baik maka tata pemerintahan (Governance) yang baik tidak akan tumbuh,tapi jika
kita menciptakan tata pemerintahan (Governance) yang baik, maka (Government)
yang baik akan juga akan tercipta.
B. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Dalam sistem perekonomian nasional, BUMN ikut berperan menghasilkan
barang dan jasa yang di perlukan dalam rangka mewujudkan sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Peran BUMN dirasakan semakin penting sebagai pelopor
dan/atau perintis dalam sektor-sektor usaha yang belum diminati usaha swasta
disamping itu, BUMN juga mempunyai Peran strategis sebagai pelaksana
pelayanan publik, penyeimbang kekuatan-kekuatan swasta besar, dan turut
membantu pengembangan usaha kecil/koperasi. BUMN juga merupakan salahsatu
sumber penerimaan negara yag signifikan dalam bentuk berbagai jenis pajak ,
deviden dan hasil privatisasi.
Untuk dapat mengoptimalkan perannya dan mampu mempertahankan
keberadaannya dalam perkembangannya ekonomi dunia yang semakin terbuka
dan kompetitif, BUMN perlu menumbuhkan budaya korporasi dan
profesionalisme antara lain melalui pembenahan pengurusan dan pengawasannya.
Pengurusan dan pengawasan BUMN harus dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip
tata kelola perusahaan yang baik.
BUMN diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan pada masyarakat
sekaligus memberikan kontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi
nasional dan membantu penerimaan keuangan negara.
1. Pengertian BUMN
Berdasarkan UU RI Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) atau dapat disebut UU BUMN. Berkaitan dengan pengertian
BUMN ini termuat dalam Bab I Ketentuan Umum pasal 1 ayat (1) yaitu: “Badan
Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha yang
seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan
secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan”.
Lahirnya gagasan tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) didasari
oleh teori ekonomi yang memandang diperlukannya suatu pemecahan tertentu
apabila dalam kegiatan ekonomi terjadi kegagalan pasar (market failure) yang
disebabkan oleh monopoli alamiah, factor eksternalitas, adanya barang publik
(publik goods) yang menjauhkan ekonomi dari pencapaian daya yang efektif, dan
dalam hal ini BUMN mempunyai peran yang penting dalam perekonomian
Indonesia.
Badan Usaha Milik negara (BUMN) sejak awal di dasarkan pada
pemikiran para Founding Father yang tertuang dalam pasal 33 UUD 1945 dan
BUMN sebagai perusahaan yang di kuasakan untuk mengelola kekayaan yang
berasal dari rakyat yang harus berorientasi pada kepentigan rakyat banyak dan
yang terpenting harus di gunakan sebagai alat pemerintah yang efektif untuk
menunjang keberhasilan pembangunan nasional, dapat menyumbangkan
pendapatan kepada negaradan mampu memperbesar kesempatan kerja , dengan
kata lain Badan Usaha Milik Negara (BUMN) harus mampu memberikan manfaat
kapada masyarakat , baik secara langsung maupun tidak langsung.
Perusahaan negara merupakan institusi ekonomi dari suatu negara yang
tidak masuk kedalam hierarki formil badan-badan pemerintahan . sebagai institusi
otonom dalam bidang ekonomi ,tentunya yang menjadi sponsor utama adalah
pemerintah. Sedangkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berdasarkan
keputusan menteri Keuangan RI No 740/mk.00/1989 tentang meningkatkan
efisiensi dan produktifitas Badan Usaha Milik Negara (BUMN), berdasarkan
modal usahanya, Badan Usaha Milik Negara(BUMN) terdiri dari:
a. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang merupakan patungan antara
pemerintah dengan Pemerintah Daerah
b. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang merupakanpatungan antara
pemerintah dengan Badan Usaha Milik Negara(BUMN yang lain
c. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang merupakan badan-badan usaha
patungan dengan swasta,Nasional/asing dimana negara memiliki saham
mayoritas minimal 51% (Ibrahim, 1997:225)
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tidaklah murni pemerintah 100% dan
tidaklah murni bisnis 100%, tapi seberapa besar presentase masing-masing elemen
tergantung pada jenis tipe Badan Usaha Milik Negara (BUMN)-nya. Apabila
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berbentuk perjan maka unsur pemerintah
lebih besar daripada unsur bisnis, sedangkan untuk persero unsur bisnisnya lebih
dominan dari unsur pemerintah , perum bias dikatakan fifty-fifty.
Ada beberapa arahan yang di tetapkan dalam Undang –Undang no 19
tahun 2003 tentang tujuan pembentukan Badan Usaha Milik Negara (BUMN),
antara lain:
a. Mengembangkan perekonomian Nasional dan penerimaan negara.
b. Mampu berjalan baik dan memupuk keuntungan
c. Bermanfaat dalam memenuhi hajat hidup orangbanyak.
d. Melaksanakan kehidupan usahayang belum dilaksnakan oleh swasta dan
koperasi serta bersifat melengkapi terutama dalam menyediakan kebutuhan
masyarakat luas.
e. Aktif dalam memberikan bimbingan kepada unit usaha ekonomi lemah dan
koperasi
f. Aktif menunjang pemerataan.
2. Peranan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Di negara sedang berkembang pertimbangan dari pembentukan Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) adalah untuk pembangunan industri, dimana pada
umumnya produk sumberdaya manusia masih rendah, angkatan kerjanya belum
terlatih. Pendangan bahwa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) nantinya dapat
dipakai menjadi alat distribusi pendapatan, dengan menciptakan kesempatan
kerja.
Secara harfiah peranan negara yang muncul dalam berbagai bentuk yaitu
sebagai stabilisator sistem ekonomi, alokasi dan distribusi sumber-sumber daya
termasuk produksi dan konsumsi. Dan masing-masing negara mempunyai kadar
perbedaan tertentu dalam keterlibatannya dibidang ekonomi, tetapi kebanyakan
negara maju menerapkan pola keterpaduan peran-peran tersebut (mixed economy)
untuk mencapai bentuk dan system ekonomi yang optimal (Pandji,1995:11).
Menteri Keuangan mengemukakan bahwa Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) diharapkan berperan terutama dibidang:
a. Sebagai sumber penerimaan negara dalam bentuk berbagai pajak serta balas
jasa kepada pemilik
b. Untuk memproduksi berbagai barang dan jasa kebutuhan masyarakat sesuai
dengan rencana-rencana pembangunan, misalnya: listrik, jasa telekomunikasi
dan perhubungan serta perumahan rakyat
c. Sebagai sumber pendapatan devisa negara, misalnya perusahaan-perusahaan
perkebunan dan pertambangan
d. Pembukaan lapangan kerja, terutama sektor yang padat karya, misalnya
perusahaan perkebunan dan industri
e. Usaha-usaha untuk membantu golongan ekonomi lemah dan koperasi
f. Pengembangan wilayah diluar jawa dengan berbagai proyek dibidang
perkebunan dan industry
g. Hal-hal lain misalnya alih teknologi.
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan alat pemerintah yang
digunakan untuk menunjang keberhasilan pembangunan, karena peranan Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) agent of development diharapkan dapat menuntut
masyarakat mensukseskan pembangunan. Ada beberapa sebab mengapa Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) lebih berperan sebagai wahana pembangunan dari
pada sebagai perusahaan:
a. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah alat vital yang efektif untuk
melaksanakan pembangunan nasional. Pemerintah selaku pemilik Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) berwenang untuk memberikan penugasan
apapun juga kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
b. Dalam melaksanakan pembangunan seringkali dirasakan perlu untuk
melaksanakan proyek-proyek tertentu yang tidak terdapat dalam rencana
pembangunan yang ditetapkan semula (Pandji,1995:6).
Proyek –proyek ini diserahkan pelaksanaannya kepada Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang sudah ada atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
khusus didirikan untuk pelaksanaan proyek tersebut.
Fungsi dan peran Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dinegara kita agak
unik, dilain pihak dituntut sebagai badan usaha pengemban kebijaksanaan dan
program-program pemerintah atau yang kita kenal sebagai agen pembangunan. Di
lain pihak harus tetap berfungsi sebagai usaha komersil biasa dan mampu berjalan
dan beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip usaha yang sehat.
3. Bentuk-bentuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Guna keberhasilan dalam membangun dan mensejahterakan,
meningkatkan kehidupan rakyat, maka akan sangat tergantung pada bentuk dan
karakteristik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menurut Undang-undang
No. 17 Tahun 1967 yang dikukuhkan dengan Undang-undang Tahun 1969 tentang
Bentuk-bentuk Perusahaan Negara, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dapat
dibedakan menjadi:
a. Perjan atau Perusahaan Jawatan (Departemental Agency)
Perusahaan negara bergerak dibidang publik service dalam arti
menjalankan pengabdian pelayanan kepada masyarakat yang disusun sebagai
bagian dari departemen atau direktoran jenderal atau direktorat pemerintah daerah
yang tunduk kepada hukum publik. Bentuk ini memiliki pengawasan penuh dari
pemerintah dan modal keseluruhannya dari Pemerintah, sehingga operasi otonom
yang dimiliki terbatas bahkan cenderung melemah.
Menurut Hanson dalam (Tjokroamidjojo,1994) menyatakan bahwa
perusahaan negara dengan bentuk jawatan atau department enterprice atau
deparment management memiliki kelemahan yaitu pemerintah mempunyai
kecenderungan untuk mengurangi inisiatif dan fleksibilitas perusahaan. Hal ini
dapat dipahami karena adanya bentuk pengawasan dari pemerintah. Biasanya
keuangan Perusahaan Jawatan didapatkan dari penyediaan anggaran dari hasil-
hasilnya sebagian atau seluruhnya kembali masuk dalam anggaran negara.
Apabila terlalu banyak perusahaan negara yang menganut bentuk ini, sedangkan
seharusnya mendapatkan keuntungan yang bergerak dibidang produksi industri
akan sering mengalami hambatan karena adanya pengawasan yang berlebihan dari
Pemerintah. Adapun ciri-ciri pokoknya adalah:
Makna usaha adalah Publik Service, artinya pengabdianserta pelayanan
kepada masyarakat
Disusun sebagai suatu bagian dari Departemen/Direktorat
Jenderal/Pemerintah Daerah
Tidak dipimpin oleh suatu Direksi tetapi oleh seorang Kepala
Mempunyai dan memperoleh segala fasilitas negara
Pegawainya pada pokoknya adalah pegawai negeri
Pengawasan dilakukan baik secara hirarki maupun secara fungsional seperti
bagian-bagian lain dari suau departemen/Pemerintah Daerah.
b. Perum atau Perusahaan Umum (Publik Corporation)
Perusahaan negara yang menjalankan usaha untuk kepentingan umum
(kepentingan produksi, distribusi dan konsumsi secara keseluruhan) dan untuk
memupuk keuntungan dan biasanya bergerak dibidang jasa vital (publik utilities).
Adapun ciri-ciri pokoknya (yang terlampir dalam Inpres No. 17 Tahun
1967) adalah:
Melayani kepentingan umum atau menyelenggarakan kemanfaatan umum
berupa barang dan jasa (produksi, distribusi, dan konsumsi) yang bermutu
sekaligus memupuk keuntungan yang mengacu pada efisiensi, efektifitas dan
ekonomis
Berstatus Badan Hukum dan diatur berdasarkan Undang-undang
Mempunyai nama dan kekayaan tersendiri serta kebebasan bergerak seperti
perusahaan swasta untuk mengadakan perjanjian, kontrak dan hubungan
dengan perusahaan lain
Dapat dituntut dan menuntut serta hubungan hukumnya diatur dalam hukum
keperdataan
Tidak ada penyertaan modal swasta atau asing
Dipimpin oleh direksi yang diangkat dan diberhentikan oleh Pemerintah
Kebijakan manajemen ada pada direksi, namun kebijakan keuangan harus
mendapat persetujuan dari materi yang membawahi
Pegawai berstatus pegawai negara yang diatur sendiri
Laporan tahunan (neraca laba/rugi, neraca kekayaan) disampaikan kepada
pemerintah
Organisasi, tugas, wewenang, tanggungjawab dan pengawasan diatur sesuai
dengan Undang-undang perbentukannya (Ibrahim,1997:122-123).
c. Persero atau Perusahaan Perseroan (Publik/state Company)
Perusahaan negara yang menjalankan usaha untuk memupuk keuntungan.
Keuntungan tidak selalu diartikan pula adanya pelayanan dan pembinaan
organisasi yang baik, efektif dan ekonomis serta memperoleh surplus dan laba.
Adapun ciri-ciri pokoknya berdasarkan Inpres No. 17 Tahun 1967, adalah:
Makna usahanya untuk memupuk keuntungan, pelayanan dan pembinaan
organisasi yang baik, efektif, efisien dan ekonomis menggunakan Cost-
accounting efektifitas manajemen dan pelayanan umum yang baik,
memuaskan dan memperoleh laba
Status adalah badan hukum perdata yang berbentuk Perseroan Terbatas
Hubungan usaha diatur menurut hukum perdata
Modal seluruhnya atau sebagian merupakan milik negara dan kekayaan
negara yang dipisahkan, dimungkinkan adanya joint atau mixed enterprise
dengan swasta (nasional dan atau asing) dan adanya penjualan saham
perusahaan milik swasta
Tidak memiliki fasilitas negara
Dipimpin oleh seorang direksi dan status pegawai sebagai pegawai
perusahaan biasa
Peranan pemerintah adalah sebagai pemegang saham intenditas
medezeggencar terhadap perusahaan tergantung besarnya jumlah saham
(modal) yang dimiliki berdasarkan perjanjian dengan pemerintah dengan
pemilik lainnya (Ibrahim,1997:122-123)
Perseroan terbatas terbagi menjadi 2 bentuk, yakni:
1) Perseroan Terbatas Biasa
Perusahaan ini didirikan dengan tiada maksud untuk menjual sahamnya
kepada masyarakat luas (bursa), tidak untuk menghimpun modal (asosiasi
modal dan sahamnya terbatas dimiliki oleh kalangan tertentu). Perseroan ini
menunjukkan bahwa tidak setiap orang turut serta didalam menanamkan
modalnya, karena belum memenuhi persyaratan untuk menjual sahamnya
dipasar modal dan atau tidak bermaksud menjual saham dipasar modal.
2) Perseroan Terbatas Terbuka
Perusahaan ini di dirikan dengan maksud untuk menjual sahamnya kepada
masyarakat luas melalui bursa (usaha ini di sebut go publik)dalam rangka
sebagian cara memupuk modal untuk investasi usaha Perseroan Terbatas.
Untuk membedakan dengan perseroan terbatas biasa maka di belakang nama
perusahaan diberi tanda Tbk (terbuka)(Prasetya, 1995:188)
Persero yang dapat menjual sahamnya kepada masyarakat luas harus
sekurang-kurangnya memenuhi kriteria yang terlampir dalam PP No. 32 Tahun
2005) sebagai berikut
- Industri/sektor usahanya kompetitif; atau
- Industri/sektor usahanya terkait dengan teknologi yang cepat berubah.
D. Pelayanan Publik
1. Pengertian pelayanan
Di dalam perusahaan khususnya yang bergerak pada bidang jasa,
pelayanan sangat penting dan menjadi prioritas utama yang harus
dipertimbangkan didalam melakukan kegiatan pemasaran, karena didalam
kenyataannya konsumen akan merasa terpuaskan apabila mendapatkan pelayanan
yang baik dan melebihi dari harapan yang diinginkan.
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian pelayanan , menurut Tjiptono
(2000a:6), pelayanan (services) merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang
di tawarkan untuk di jual. Sedangkan Payne (2000:220) memberikan pengertian
pelayannan sebagai berikut
“jasa adalah kegiatan yang dapat di identifikasikan secara tersendiri yang
pada hakikatnya bersifat tidak teraba (intangibles), yang merupakan
pemenuhan kebutuhan dan tidak harus terikat pada penjualan produk atau
jasa yang lain,untuk menghasilkan jasa mungkin perlu atau mungkin juga
tidak diperlukan penggunaan benda nyata (tangibles), akan tetapi
penggunaan bendaitu perlu namun tidak terdapat memindahan hak milik
atas benda tersebut (pemilikan permanen)”
E. Kualitas Jasa/Pelayanan
1. Pengertian Kualitas Jasa
Banyak pakar yang mencoba mendefinisikan kualitas berdasarkan sudut
pandangnya masing-masing, tetapi tidak ada definisi kualitas yang diterima secara
universal. Hal ini dikarenakan kata-kata kualitas mengandung definisi dan makna.
Beberapa contoh definisi yang kerap kita jumpai antara lain:
a. Kesesuaian dengan persyaratan/tuntutan.
b. Kecocokan untuk pemakaian.
c. Perbaikan/penyempurnaan berkelanjutan.
d. Bebas dari kerusakan atau cacat.
e. Pemenuhan kebutuhan pelanggan sejak awal dan setiap saat
f. Melakukan segala sesuatu sejak awal.
g. Sesuatu yang bisa membahagiakan pelanggan (Tjiptono,2000:2)
Terdapat elemen yang sama dalam definisi-definisi kualitas yang ada.
Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan konsumen. Kualitas
mencakup produk, jasa, manusia, proses dan lingkuang. Kualitas merupakan
kondisi yang selalu berubah. Apa yang dianggap sudah berkualitas saat ini
mungkin dianggap kurang berkualitas di masa mendatang.
Berdasarkan elemen tersebut Goetsch dan Davis (dalam Tjiptono 2000:4)
membuat definisi mengenai kualitas, yaitu “merupakan suatu kondisi dinamis
yang berhubungan dengan produk jasa, manusia, proses dan lingkungan, yang
memenuhi atau melebihi harapan”. Meskipun tidak ada definisi yang sempurna
mengenai kualitas setiap perusahaan jasa harus mendefinisikan kualitas
berdasarkan tujuan, harapan, budaya dan pelanggannya masing-masing.
Sedangkan kualitas jasa, menurut Wycoff (dalam Tjiptono:2000) adalah
tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan
tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Kualitas total suatu jasa terdiri
dari 3 (tiga) komponen utama:
1. Technical quality, yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas output
(keluaran) jasa yang diterima pelanggan. Technical quality terperinci
menjadi:
a. Search quality, yaitu kualitas yang dapat dievaluasi pelanggan sebelum
membeli, misalnya harga.
b. Experience quality, yaitu kualitas yang hanya bisa dievaluasi pelanggan
setelah membeli atau mengkonsumsi jasa. Contohnya, ketepatan waktu,
kecepatan pelayanan, dan kerapihan hasil.
c. Redence quality, yaitu kualitas yang sukar dievaluasi pelanggan
meskipun telah mengkonsumsi suatu jasa. Misalnya kualitas operasi
jantung.
2. Functional quality, yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas cara
penyampaian suatu jasa.
3. Corporate image, yaitu profile, reputasi, citra umum, dan daya tarik khusus
suatu perusahaan.
Gambar 1
Model Kualitas Jasa (Gap Model)
konsumen
Jasa yang di
harapkan
Jasa yang
dirasakan
Penjabaran
spesifikasi
Manajemen
persepsi
F. Konsumen / Pelanggan
1. Pengertian konsumen / pelanggan
Konsumen / pelanggan adalah seseorang atau sekelompok orang yang
membeli atau sekelompok orang yang membeli suatu produk untuk dipakai
sendiri, jika tujuan pembelian produk tersebut untuk dijual kembali
(jawa;kulakan),maka dia disebut pengecer atau distributor.pada masa sekarang ini
bukan suatu rahasia lagi bahwa konsumen adalah raja sebenarnya , oleh karena itu
sebagai produsen yang memiliki holistic marketing sudah seharusnya
memperhatikan semua yang menjadi hak-hak konsumen.
Perilaku konsumen merupakan bagian dari kegiatan manusia sehingga bila
membicarakan perilaku konsumen berarti membicarakan kegiatan manusia ,oleh
karena itu perusahaan sangat perlu mempelajari perilaku konsumen karena
perilaku konsumen dalam pembelian barang dan jasa sangat berlainan.
Menurut (Setiadi,2004) perilaku konsumen adalah tindakan langsung
terlibat dlam mendapatkan ,mengkonsumsi,dan menghabiskan produk atau
jasa,termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyetujui tindakan
ini,sedang menurut American Marketing Association adalah sebagai
berikut,,perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara afeksi dan
kognisi,perilaku dan lingkungannya,dimana manusia melakukan kegiatan
pertukaran hidup mereka.
2. Perilaku Konsumen / pelanggan
Mowen Minor (2002:6) mendefinisikan perilaku konsumen adalah
“sebagai studi tentang unit pembelian (buying units) dan proses pertukaran yang
melibatkan perolehan, konsumsi dan pembuangan barang, jasa, pengalaman, serta
ide-ide”.
Menurut Hawkins, Best & Coney dalam Fandy Tjiptono (2005:40)
mendefinisikan perilaku konsumen sebagai berikut:
“perilaku konsumen adalah studi mengenai individu, kelompok atau
organisasi dan proses-proses yang dilakukan dalam memilih, menentukan,
mendapatkan, menggunakan, dan menghentikan pemakaian produk, jasa,
pengalaman, ide untuk memuaskan kebutuhan, serta dampak proses-proses
tersebut terhadap konsumen dan masyarakat”.
Gambar 2
Konsep Kepuasan Pelanggan
Tujuan
perusahaan Kebutuhan dan keinginan
pelanggan
produk
Harapan pelanggan
terhadap produk
Nilai produk
bagi pelangan
Tingkat kepuasan
pelanggan
e. Keluhan Pelanggan
Keluhan pelanggan merupakan tindakan atau reaksi yang didorong oleh
rasa ketidakpuasan pelanggan terhadap produk atau jasa yang ditawarkan oleh
perusahaan (Tjiptono, 2000b:39). Pelanggan merasa tidak puas karena
harapannya tidak terpenuhi. Melalui analisis pelanggan yang tidak puas,
perusahaan mendapat peluang untuk melakukan perbaikan kinerja dan bahkan
bias mengubah pelanggan yang semula tidak puas menjadi pelanggan yang puas
bahkan loyal.
Keluhan/komplain merupakan perasaan seseorang karena merasa tidak
puas dengan sesuatu yang seharusnya diterimanya. Jika terjadi ketidak puasa, ada
beberapa kemungkinan tindakan yang bisa dilakukan pelanggan (Tjiptono,
Business News, April 1996) antara lain:
a. Tidak melakukan apa-apa
Pelanggan yang tidak puas tidak melakukan komplain, tetapi mereka praktis
tidak akan membeli lagi atau menggunakan jasa perusahaan yang
bersangkutan lagi.
b. Menyampaikan keluhan
Ada beberapa factor yang mempengaruhi apakah seorang pelanggan yang
tidak puas akan melakukan komplain atau tidak, yaitu :
1) Derajat kepentingan konsumen konsumsi yang dilakukan.
Hal ini menyangkut derajat pentingnya jasa yang dikonsumsi dan
harganya bagi konsumen, waktu yang dibutuhkan untuk mengkonsumsi
jasa, serta social visibility. Apabila derajat kepentingan,biaya,dan waktu
yang dibutuhkan (dalam mengkonsumsi jasa) relatif tinggi, maka kuat
kecenderungannya bahwa pelanggan akan melakukan komplain.
2) Tingkat ketidakpuasan pelanggan
Semakin tidak puas pelanggan ,maka semakin besar kemungkinannya
untuk melakukan komplain
3) Manfaat yang diperoleh
Apabila manfaat yang di peroleh dari penyampaian keluhan besar ,maka
semakin besar pula kemungkinan pelanggan melakukan komplain,
Manfaat yang di peroleh meliputi:
a) Manfaat emosional, yaitu kesempatan untuk menuntut hak,
menumpahkan kekesalan dan kemarahan, serta menerima
permintaan maaf.
b) Manfaat fungsional, yaitu pengembalian uang,penggantian jasa
yang dibeli atau reparasi.
c) Manfaat bagi orang lain,yaitu membantu pelanggan lain agar
terhindar dari ketidakpuasan akibat pelayanan buruk .
d) Penyempurnaan produk, yaitu perusahaan jasa kemungkinan akan
meningkatkan atau memperbaiki penawarannya
4) Pengetahuan dan pengalaman
meliputi jumlah pembelian (pemakaian jasa) sebelumnya, pemahaman
akan jasa, persepsi terhadap kemampuan sebagai konsumen dan
pengalaman dari komplain sebelumnya.
5) Sikap Pelanggan terhadap keluhan.
Pelanggan yang bersikap positif terhadap penyampaian keluhan
biasanya menyampaikan keluhannya karena yakin akan manfaat positif
yang akan diterimanya.
6) Tingkat kesulitan dalam mendapatkan ganti rugi.
Faktor ini menyangkut waktu yang dibutuhkan, gangguan terhadap
aktivitas rutin yang dijalankan, dan biaya yang dibutuhkan untuk
melakukan komplain. Apabila tingkat kesulitannya tinggi, maka
pelanggan cenderung tidak akan melakukan komplain.
7) Peluang keberhasilan dalam melakukan komplain.
Bila pelanggan merasa bahwa peluang keberhasilannya dalam
melakukan komplain sangat kecil, maka ia cenderung tidak akan
melakukannya. Hal sebaliknya terjadi apabila dirasakan peluangnya
besar.
Gambar 3
Alternatif Reaksi Pelanggan Bila Terjadi Ketidakpuasan
Sumber: Singh, J yang dikutip oleh Tjiptono dan Syakhroza dalam Usahawan, Juni 1999.
keluhan
Menanggapi Menyerahkan
Menjelaskan bagaimana Kepada departemen atau
cara menangani keluhan tsb organisasi yang tepat
Mengatasi Menginformasikan
Memerintahkan usaha Pelanggan yang
perbaikan mengeluh
Menyelesaikan
Catatan keluhan, sifat
tindakan keluhan yang
dilakukan,dll
Mengkompilasi
Analisis terhadap keluhan
Menyebarkan
Kepada Manajemen, gugus Sistem Informasi
kendali mutu,dll Manajemen
Mengembangkan
Cara-cara untuk Proses Pembuatan
menggabungkan data Kebijakan
A. Jenis Penelitian
Dalam melakukan penelitian dapat digunakan bermacam-macam metode
tergantung dengan sifat dan masalah yang akan diteliti. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Penelitian deskriptif menurut moleong (2002:6) didefinisikan sebagai ”
Penelitian yang berupaya mengungkapkan suatu masalah dan keadaan
sebagaimana adanya, waktu penelitian dibatasi hanya pada pengungkapan fakta-
fakta dan tidak menggunakan hipotesa”
Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Moleong (2004:3)
mendefinisikan ”metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diamati”. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi
tentang status suatu gejolak sosial yang ada yaitu gejala menurut apa adanya pada
saat penelitian dilakukan. Penelitian ini dilakukan dan diarahkan untuk
menjelaskan atau mengkaji tentang bagaimana bentuk penanganan pelayanan
keluhan dalam rangka meningkatkan kepuasan pelanggan pada PLN-APJ Kota
Malang.
B. Fokus Penelitian
Perumusan fokus dalam penelitian kualitatif menurut Moleong (2002:69)
adalah bersifat tentatif, artinya penyempurnaan rumusan fokus itu masih tetap
dilakukan sewaktu peneliti sudah berada di latar penelitian. Adapun yang menjadi
fokus penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah pelaksanaan penanganan keluhan yang dilakukan oleh PT
PLN-APJ Kota Malang:
a. Fungsi Masukan
1) Penyediaan Sarana Keluhan
2) Dorongan keluhan
3) Pengumpulan data keluhan
b. Fungsi Pemecahan Masalah
1) Penanganan Keluhan
2) Reaksi Perusahaan
3) Tanggapan Keluhan
2. Apa saja faktor-faktor yang mendukung dan menghambat penanganan
keluhan yang dilakukan oleh PT PLN-APJ Kota Malang:
a. Faktor Internal
b. Faktor Eksternal
3. Atribut pelayanan apa yang masih harus dibenahi karena kurang memuaskan
pelanggan dan atribut mana yang perlu dipertahankan kualitasnya
D. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subyek darimana data
diperoleh,dimana dalam penulisan skripsi ini menggunakan sumber data :
1. Data Primer
Yaitu studi yang dilakukan dengan cara mengkaji obyek secara langsung
untuk memperoleh data atau informasi yang diperlukan pada lokasi yang
telah ditentukan (field study) yang kemudian dilakukan penggalian data-data
yang diperlukan melalui wawancara secara langsung kepada responden.
Dalam hal ini data primer dapat berupa keterangan-keterangan yang diambil
dengan melakukan wawancara yairu dengan responden berkaitan dengan tata
cara pengawasan dan penarikan pajak reklame.
2. Data Sekunder
Yaitu studi mengenai suatu masalah yang berhubungan dengan obyek
pembahasan, data atau informasi secara tidak langsung, melainkan diperoleh
dari studi pustaka (literatute research) dalam hal ini diperoleh dengan
mempelajari dokumen-dokumen, buku-buku atau literatur, peraturan
perundang-undangan serta penggalian data melalui internet.
F. Instrumen Penelitian
Merupakan alat bantu yang digunakan untuk memperoleh data yang
berkaitan dengan penelitian ini. Sesuai dengan teknik pengumpulan yang
digunakan maka instrumen penelitian yang digunakan adalah:
1. Pedoman dokumentasi
Instrumen yang dibutuhkan dalam pelaksanaan dokumentasi, diantaranya
separangkat alat tulis menulis, alat perekam dan lain-lain.
2. Pedoman wawancara atau interview guide
Serangkaian daftar pertanyaan yang dianggap perlu yang digunakan untuk
mendapatkan informasi yang dibutuhkan sehingga terfokus pada
permasalahan yang akan digunakan dalam penelitian ini.
3. Pedoman observasi
Serangkaian pengamatan baik langsung maupun tidak langsung yang ada
pada lapangan untuk dicatat / ditulis sebagai suatau bahan bagi penulis yang
kemudian dianalisis.
G. Analisis Data
Menurut Moleong (2002, h.3) yang dimaksud dengan metode analisis data
adalah suatu proses untuk mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam
suatu pola, kategori dan satuan uraian datar.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif dengan analisis deskriptif. Wisadirana (2005, h.101) mengatakan bahwa
metode kualitatif dengan analisis deskriptif tidak menggunakan perhitungan
statistik (non uji statistik) dan terbatas hanya pada perhitungan persentase saja.
Selanjutnya menggunakan pemikiran logis untuk menggambarkan, menjelaskan
dan menguraikan secara mendalam dan sistematis tentang keadaan yang
sebenarnya, kemudian ditarik suatu kesimpulan sehingga dapat diperoleh suatu
penjelasan masalah yang memuaskan.
Tahapan atau proses analisa data secara umum dikemukakan oleh
Moleong (2002, h.190) sebagai berikut:
”Analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia di
berbagai sumber yaitu dari hasil wawancara, pengamatan yang sudah di
tuliskan dalam catatan laporan dan dari dokumentasi telah dibaca dan
dipelajari dan ditelaah, langkah selanjutnya mengadakan reduksi data yang
dilakukan dengan jalan membuat rangkuman inti kemudian menyusunnya ke
dalam satuan-satuan, satuan-satuan tersebut kemudian dikategorikan dengan
membuat koding atau pengkodean, langkah berikutnya mengadakan
penarikan keabsahan data. Setelah tahap tersebut selesai baru tahap
penafsiran data atau interpretasi data”
Berdasarkan pendapat tersebut maka tahapan atau langkah-langkah dalam
menganalisa data penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengedit data, yaitu memeriksa data yang telah
terkumpul kemudian dilaksanakan pengeditan agar mudah ditelaah
sehingga siap untuk diproses lebih lanjut.
2. Mengklasifikasi data, yaitu data yang telah
terkumpul diseleksi dan di kelompokkan sesuai dengan datanya masing-
masing.
3. Pengelompokan dan penyajian data, yaitu setelah
data terkumpul selanjutnya diolah dengan cara tabulasi dalam bentuk tabel
dan uraian.
4. Kemudian dilakukan analisis dan interpretasi data,
serta berupaya memberikan jalan pemecahan dan berusaha untuk menarik
suatu kesimpulan.