Anda di halaman 1dari 13

BAHAN BACAAN LATIHAN SOAL TES CAT KPU

NO SOAL JAWABAN SUMBER ket


1 jumlah kursi dpr ri di jawa barat 91 kursi uu 7/2017 lampiran iii dapil dpr ri
2 jumlah dapil dpr ri di jawa barat 11 dapil uu 7/2017 lampiran iii dapil dpr ri
3 jumlah kursi dprd jawa barat 120 kursi uu 7/2017 lampiran iv dapil provinsi
4 jumlah dapil dprd jawa barat 15 dapil uu 7/2017 lampiran iv dapil provinsi
5 prinsip-prinsip penyusunan dapil a. kesetaraan nilai suara; uu 7/2017 pasal 185
b. ketaatan pada sistem Pemilu yang proporsional;
c. proporsionalitas;
d. integralitas wilayah;
e. berada dalam cakupan wilayah yang sama;
f. kohesivitas; dan
g. kesinambungan.
6 Kampanye Pemilu adalah Kampanye Pemilu adalah kegiatan peserta pemilu atau pihak lain yang ditunjuk uu 7/2017 pasal 1
oleh peserta pemilu untuk meyakinkan pemilih.dengan menawarkan visi, misi,
program dan/atau citra diri Peserta Pemilu
7 Masa Tenang adalah Masa Tenang adalah masa yang tidak dapat digunakan untuk melakukan aktivitas uu 7/2017 pasal 1
kampanye pemilu.
8 Materi kampanye meliputi: a. visi, misi, dan program Pasangan Calon untuk Kampanye Pemilu Presiden dan uu 7/2017 pasal 274 ayat 1
Wakil Presiden;
b. visi, misi, dan program partai politik untuk partai politik Peserta Pemilu yang
dilaksanakan oleh calon anggota DPR, anggota DPRD provinsi, dan anggota DPRD
kabupaten/kota; dan
c, visi, misi, dan program yang bersangkutan untuk kampanye Perseorangan yang
dilaksanakan oleh calon anggota DPD
9 Kampanye Pemilu dapat a. pertemuan terbatas; uu 7/2017 pasal 275 ayat 1
dilakukan melalui : b. pertemuan tatap muka;
c. penyebaran bahan kampanye Pemilu kepada umum;
d. pemasangan alat peraga di tempat umum;
e. media sosial;
f. iklan media massa cetak, media massa elektronik, dan internet;
g. rapat umum;
h. debat Pasangan Calon tentang materi kampanye Pasangan Calon; dan
i. kegiatan lain yang tidak melanggar larangan Kampanye , Pemilu dan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
10 Kampanye difasilitasi KPU : d. pemasangan alat peraga di tempat umum; uu 7/2017 pasal 275 ayat 2
f. iklan media massa cetak, media massa elektronik, dan internet;
h. debat Pasangan Calon tentang materi kampanye
11 Waktu kampanye : kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud dalam pasal 275 ayat (1) huruf a, huruf b, uu 7/2017 pasal 276 ayat 1
huruf c, dan huruf d dilaksanakan sejak 3 (tiga) hari setelah ditetapkan Daftar Calon
Tetap anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/Kota untuk pemilu
anggota DPR, DPD, dan DPRD serta Pasangan Calon untuk pemilu presiden dan
Wakil Presiden sampai dengan dimulainya Masa Tenang.
12 Waktu kampanye : Kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud dalam pasal 275 ayat (1) huruf f dan uu 7/2017 pasal 276 ayat 2
huruf g dilaksanakan selama 21 (dua puluh satu) hari dan berakhir sampai dengan
dimulainya Masa Tenang.
13 Debat pasangan calon : Debat Pasangan Calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 275 ayat (1) huruf h uu 7/2017 pasal 277 ayat 1
dilaksanakan 5 (lima) kali.
14 Waktu Masa tenang : Masa Tenang sebagaimana berlangsung selama 3 (tiga) hari sebelum hari uu 7/2017 pasal 278 ayat 1
pemungutan suara
15 Larangan Masa tenang : dilarang menjanjikan atau memberikan imbalan kepada pemilih untuk: uu 7/2017 pasal 278 ayat 2
a. tidak menggunakan hak pilihnya;
b. memilih Pasangan Calon;
c. memilih Partai Politik Peserta pemilu tertentu;
d. memilih calon anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota tertentu;
dan/atau
e. memilih calon anggota DPD tertentu
16 sanksi pelanggaran larangan a. pembatalan nama calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD uu 7/2017 pasal 285
kampanye kabupaten/kota dari daftar calon tetap; atau
b. pembatalan penetapan calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD
kabupaten/kota sebagai calon terpilih.
17 Pemberitaan, penyiaran, dan Pemberitaan, penyiaran, dan iklan kampanye pemilu dapat dilakukan melalui media uu 7/2017 pasal 287 ayat 1
iklan kampanye pemilu massa cetak, media daring (online, media sosial, dan lembaga penyiaran sesuai
dengan ketentuan Undang-Undang ini
18 Pesan kampanye pemilu berupa Pesan kampanye Pemilu dapat berupa tulisan, suara, gambar, tulisan dan gambar, uu 7/2017 pasal 287 ayat 3
: atau suara dan gambar, yang bersifat naratif, grafis, karakter, interaktif atau tidak
interaktif, serta yang dapat diterima melalui perangkat penerima pesan.
19 Pemberitaan Kampanye Pemberitaan Kampanye pemilu dilakukan oleh media massa cetak media daring, uu 7/2017 pasal 289 ayat 1
media sosial, dan lembaga penyiaran dengan siaran langsung atau siaran tunda.
20 Pemberitaan Kampanye Media massa cetak dan lembaga penyiaran yang menyediakan rubrik khusus untuk uu 7/2017 pasal 289 ayat 2
pemberitaan rampanye Pemilu harus berlaku adil dan berimbang kepada semua
Peserta Pemilu.
21 Penyiaran Kampanye (1) Penyiaran Kampanye pemilu dilakukan oleh lembaga, penyiaran dalam bentuk uu 7/2017 pasal 290 ayat 1
siaran monolog, dialog yang melibatkan suara dan/atau gambar pemirsa atau suara
pendengar, debat Peserta pemilu, serta jajak pendapat.
(2) Pemilihan narasumber, tema, moderator dan tata cara penyelenggaraan siaran uu 7/2017 pasal 290 ayat 2
monolog, dialog, dan debat diatur oleh lembaga penyiaran.
22 Iklan Kampanye (1) Iklan Kampanye Pemilu dapat dilakukan oleh peserta pemilu di media massa uu 7/2017 pasal 291 ayat 1
cetak, media daring, media sosial, dan/atau lembaga penyiaran dalam bentuk iklan
komersial dan/atau iklan layanan masyarakat
23 fasilitas negara yang dilarang a. sarana mobilitas, seperti kendaraan dinas meliputi kendaraan dinas pejabat uu 7/2017 pasal 304 ayat 2
digunakan untuk kampanye negara dan kendaraan dinas pegawai, serta alat transportasi dinas lainnya;
b. gedung kantor, rumah dinas, rumah jabatan milik Pemerintah, milik pemerintah
provinsi, milik pemerintah kabupaten/kota, kecuali daerah terpencil yang
pelaksanaannya harus dilakukan dengan memperhatikan prinsip keadilan;
c. sarana perkantoran, sandi/telekomunikasi radio daerah dan milik pemerintah
provinsi/kabupaten/kota, dan peralatan lainnya; dan
d. fasilitas lainnya yang dibiayai oleh APBN atau anggaran pendapatan dan belanja
daerah.
24 dana kampanye pemilu dapat a. Pasangan Calon yang bersangkutan; uu 7/2017 pasal 325 ayat 2
diperoleh dari : b. Partai politik dan/atau Gabungan partai politik yang mengusulkan pasangan
Calon; dan
c. sumbangan yang sah menurut hukum dari pihak lain
25 besaran dana kampanye pemilu (1) Dana Kampanye yang berasal dari perseorangan tidak boleh melebihi uu 7/2017 pasal 327 ayat 1
presiden dan dpr, dprd Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah).
(2) Dana Kampanye yang berasal dari kelompok, perusahaan, atau badan usaha uu 7/2017 pasal 327 ayat 2
nonpemerintah tidak boleh melebihi Rp25.OOO.OO0.O00,O0 (dua puluh lima miliar
rupiah)
26 besaran dana kampanye pemilu (1) Dana Kampanye yang berasal dari perseorangan tidak boleh melebihi uu 7/2017 pasal 333 ayat 1
dpd Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah).
26 besaran dana kampanye pemilu
dpd
(2) Dana Kampanye yang berasal dari kelompok, perusahaan, atau badan usaha uu 7/2017 pasal 333 ayat 2
nonpemerintah tidak boleh melebihi Rp1.5OO.OO0.0OO,OO (sattr miliar lima ratus
juta rupiah)
27 hak memilih (1) Warga Negara Indonesia yang pada hari pemungutan suara sudah genap uu 7/2017 pasal 198 ayat 1,2,3
berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih, sudah kawin, atau sudah pernah kawin
mempunyai hak memilih.
(2) Warga Negara Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didaftar 1 (satu)
kali oleh Penyelenggara Pemilu dalam daftar Pemilih.
(3) Warga Negara Indonesia yang telah dicabut hak politiknya oleh pengadilan tidak
mempunyai hak memilih.
28 syarat pengajuan pasangan Pasangan Calon diusulkan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik Peserta uu 7/2017 pasal 222
calon presiden Pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling sedikit 20% (dua puluh
persen) dari jumlah kursi DPR atau memperoLeh 25% (dua puluh lima persen) dari
suara sah secara nasional pada Pemilu anggota DPR sebelumnya.
29 mekanisme pengajuan pasangan uu 7/2017 pasal 226 ayat 1,2,3,4
(1) Bakal Pasangan Calon didaftarkan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai
calon presiden
Politik yang telah ditetapkan oleh KPU sebagai Peserta Pemilu.
(2) Pendaftaran bakal Pasangan Calon oleh Partai Politik ditandatangani oleh ketua
umum atau nama lain dan sekretaris jenderal atau nama lain serta Pasangan Calon
yang bersangkutan.
(3) Pendaftaran bakal Pasangan Calon oleh Gabungan Partai Politik ditandatangani
oleh ketua umum atau nama lain dan sekretaris jenderal atau nama lain dari setiap
Partai Politik yang bergabung serta Pasangan Calon yang bersangkutan.
(4) Masa pendaftaran bakal Pasangan Calon paling lama 8 (delapan) bulan sebelum
hari pemungutan suara.
30 persentase perolehan suara (1) Pasangan Calon terpilih adalah Pasangan Calon yang memperoleh suara lebih uu 7/2017 pasal 416 ayat 1,2
pasangan calon presiden terpilih dari 50% (lima puluh persen) dari jumLah suara dalam Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden dengan sedikitnya 20% (dua puluh persen) suara di setiap provinsi yang
tersebar di lebih dari 1/2 (setengah) jumlah provinsi di Indonesia.
(2) Dalam hal tidak ada Pasangan Calon terpilih sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), 2 (dua) Pasangan Calon yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua
dipilih kembali oleh rakyat secara langsung dalam Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden
31 Peserta Pemilu DPD Peserta Pemilu untuk memilih anggota DPD adalah perseorangan. uu 7/2017 pasal 181
32 jumlah dukungan DPD DPT Provinsi sampai 1jt = 1.000 pemilih dukungan uu 7/2017 pasal 183 ayat 1
DPT Provinsi sampai 1jt-5jt = 2.000 pemilih dukungan
DPT Provinsi sampai 5jt-10jt = 3.000 pemilih dukungan
DPT Provinsi sampai 10jt-15jt = 4.000 pemilih dukungan
DPT Provinsi lebih dari 15jt = 5.000 pemilih dukungan
(2) Dukungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tersebar di paling sedikit 50% uu 7/2017 pasal 183 ayat 2
(lima puluh persen) dari jumlah kabupaten/kota di provinsi yang bersangkutan. :
33 faktor yg menyebabkan (1) Pemungutan suara di TPS dapat diulang apabila terjadi, bencana alam dan/atau uu 7/2017 pasal 372 ayat 1
pemungutan dan penghitungan kerusuhan yang mengakibatkan hasil pemungutan suara tidak dapat digunakan
suara ulang atau penghitungan suara tidak dapat dilakukan
(2) Pemungutan suara di Tps wajib diulang apabila dari hasil penelitian dan uu 7/2017 pasal 372 ayat 2
pemeriksaan pengawas tps terbukti terdapat keadaan sebagai berikut :
a. pembukaan kotak suara dan/atau berkas pemungutan dan penghitungan suara
tidak dilakukan menurut tata cara yang ditetapkan dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. petugas KPPS meminta Pemilih memberikan tanda khusus, menandatangani,
atau menuliskan nama atau, alamat pada surat suara yang sudah digunakan;
c. petugas KPPS merusak lebih dari satu surat suara yang sudah digunakan oleh
Pemilih sehingga surat suara tersebut menjadi tidak sah; dan/atau
d. Pemilih yang tidak memiliki kartu tanda penduduk elektronik dan tidak terdaftar
di daftar pemilih tetap dan daftar pemilih tambahan.
34 faktor yg menyebabkan (2) Penghitungan suara di TPS dapat diulang apabila terjadi hal sebagai berikut : uu 7/2017 pasal 374 ayat 2
pemungutan dan penghitungan a. kerusuhan yang mengakibatkan penghitungan suara tidak dapat dilanjutkan;
suara ulang b. penghitungan suara dilakukan secara tertutup;
c. penghitungan suara dilakukan di tempat yang kurang terang atau yang kurang
mendapat penerangan cahaya;
d. penghitungan suara dilakukan dengan suara yang kurang jelas;
e. penghitungan suara dicatat dengan tulisan yang kurang jelas;
f. saksi Peserta Pemilu, Pengawas TPS, dan warga masyarakat tidak dapat
menyaksikan proses penghitungan suara secara jelas;
g. penghitungan suara dilakukan di tempat lain di tempat dan waktu yang telah
ditentukan; dan/atau
h. ketidaksesuaian jumlah hasil penghitungan surat suara yang sah dan surat suara
yang tidak sah dengan jumlah pemilih yang menggunakan hah pilih.
35 Rekapitulasi hasil penghitungan uu 7/2017 pasal 376
perolehan suara di PPK, KPU a. kerusuhan yang mengakibatkan rekapitulasi hasil penghitungan suara tidak dapat
Kabupaten/Kota, dan KPU dilanjutkan;
Provinsi dapat diulang apabila b. rekapitulasi hasil penghitungan suara dilakukan secara tertutup; c.
terjadi keadaan sebagai berikut : rekapitulasi hasil penghitungan suara dilakukan di tempat yang kurang terang atau
kurang mendapatkan penerangan cahaya;
d. rekapitulasi hasil penghitungan suara dilakukan dengan suara yang kurang jelas;
e. rekapitulasi hasil penghitungan suara dicatat dengan tulisan yang kurang jelas;
f. saksi Peserta Pemilu, Bawaslu Kabupaten Kota, dan pemantau Pemilu tidak dapat
menyaksikan proses rekapitulasi hasil penghitungan suara secara jelas; dan/atau
g. rekapitulasi hasil penghitungan suara dilakukan di tempat lain di luar tempat dan
waktu yang telah ditentukan.

36 mekanisme penetapan Penetapan perolehan jumlah kursi tiap Partai Politik Peserta uu 7/2017 pasal 420
perolehan kursi parpol dan Pemilu di suatu daerah pemilihan dilakukan dengan ketentuan: a.
calon terpilih penetapan jumlah suara sah setiap Partai Politik Peserta Pemilu di daerah
pemilihan sebagai suara sah setiap partai politik.
b. membagi suara sah setiap Partai Politik Peserta Pemilu sebagaimana dimaksud
pada huruf a dengan bilangan pembagi 1 dan diikuti secara berurutan oleh bilangan
ganjil 3;5;7; dan seterusnya.
c. hasil pembagian sebagaimana dimaksud pada huruf b diurutkan berdasarkan
jumlah nilai terbanyak.
d. nilai terbanyak pertama mendapat kursi pertama, nilai terbanyak kedua
mendapat kursi kedua, nilai terbanyak ketiga mendapat kursi ketiga, dan seterusnya
sampai jumlah kursi di daerah pemilihan habis terbagi.
37 Penetapan Calon Terpilih Penetapan calon terpilih anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD uu 7/2017 pasal 422
kabupaten/kota dari Partai Politik Peserta Pemilu didasarkan
pada perolehan kursi Partai Politik Peserta Pemilu di suatu
daerah pemilihan ditetapkan berdasarkan suara terbanyak yang
diperoleh masing-masing calon anggota DPR, DPRD provinsi, dan
DPRD kabupaten/kota di satu daerah pemilihan yang tercantum pada surat suara
38 Penetapan Calon Terpilih DPD uu 7/2017 pasal 423 ayat 1,2,3
(1) Penetapan calon terpilih anggota DPD didasarkan pada nama calon yang
memperoleh suara terbanyak pertama, kedua, ketiga, dan keempat di provinsi yang
bersangkutan.
(2) Dalam hal perolehan suara calon terpilih keempat terdapat jumlah suara yang
sama, calon yang memperoleh dukungan Pemilih yang lebih merata penyebarannya
di seluruh kabupaten/kota di provinsi tersebut ditetapkan sebagai calon terpilih.
(3) KPU menetapkan calon pengganti antarwaktu anggota DPD dari nama calon
yang memperoleh suara terbanyak kelima;keenam, ketujuh, dan kedelapan di
provinsi yang bersangkutan.
39 pengertian pemilu lanjutan dan (1) Dalam hal di sebagian atau seluruh wilayah Negara kesatuan Republik Indonesia uu 7/2017 pasal 431 ayat 1,2
pemilu susulan, persyaratan terjadi kerusuhan, gangguan keamanan, bencana alam, atau gangguan lainnya yang
pemantau mengakibatkan sebagian tahapan Penyelenggaraan Pemilu tidak dapat
dilaksanakan, dilakukan Pemilu lanjutan.
(2) Pelaksanaan Pemilu lanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimulai dari
tahap Penyelenggaraan Pemilu yang terhenti.
40 Payung hukum penyelenggaraan UU nomor 10/2016 tentang PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR uu 10/2016
Pilkada 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI
UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR,
BUPATI, DAN WALIKOTA MENJADI UNDANG-UNDANG
41 Syarat calon gub/bup/walikota a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; uu 10/2016 pasal 7 ayat 2
b. setia kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
c. berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat;
d. dihapus;
e. berusia paling rendah 30 (tiga puluh) tahun untuk Calon Gubernur dan Calon
Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati dan Calon
Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota;
f. mampu secara jasmani, rohani, dan bebas dari penyalahgunaan narkotika
berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim;
g. tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap atau bagi mantan
terpidana telah secara terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang
bersangkutan mantan terpidana;
h. tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap;
i. tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat
keterangan catatan kepolisian;
j. menyerahkan daftar kekayaan pribadi;
k. tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan dan/atau secara
badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan
keuangan negara;
l. tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap;
m. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi;
n. belum pernah menjabat sebagai Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati, Wakil
Bupati, Walikota, dan Wakil Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan
dalam jabatan yang sama untuk Calon Gubernur, Calon Wakil Gubernur, Calon
Bupati, Calon Wakil Bupati, Calon Walikota, dan Calon Wakil
Walikota;
o. belum pernah menjabat sebagai Gubernur untuk calon Wakil Gubernur, atau
Bupati/Walikota untuk Calon Wakil Bupati/Calon Wakil Walikota
pada daerah yang sama;p. berhenti dari jabatannya bagi Gubernur, Wakil
Gubernur, Bupati, Wakil Bupati, Walikota, dan Wakil Walikota yang mencalonkan
diri di daerah lain sejak ditetapkan sebagai calon;
q. tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur, penjabat Bupati, dan penjabat
Walikota;
r. dihapus;

s. menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Dewan Perwakilan


Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah, dan anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sejak ditetapkan sebagai pasangan calon peserta
Pemilihan;
t. menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Tentara Nasional
Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan
Pegawai Negeri Sipil serta Kepala Desa atau sebutan lain sejak ditetapkan sebagai
pasangan calon peserta Pemilihan; dan
u. berhenti dari jabatan pada badan usaha milik negara atau badan usaha milik
daerah sejak ditetapkan sebagai calon.
42 jadual penyelenggaraan pilkada uu 10/2016 pasal 201
serentak (1) Pemungutan suara serentak dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,
Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota yang masa jabatannya
berakhir pada tahun 2015 dan bulan Januari sampai dengan bulan Juni tahun
2016 dilaksanakan pada tanggal dan bulan yang sama pada bulan Desember tahun
2015.
(2) Pemungutan suara serentak dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,
Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota yang masa jabatannya
berakhir pada bulan Juli sampai dengan bulan Desember tahun 2016 dan yang masa
jabatannya berakhir pada tahun 2017 dilaksanakan pada tanggal dan bulan yang
sama pada bulan Februari tahun 2017.

(3) Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan
Wakil Walikota hasil Pemilihan tahun 2017 menjabat sampai dengan tahun 2022.
(4) Pemungutan suara serentak dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,
Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota yang masa jabatannya
berakhir pada tahun 2018 dan tahun 2019 dilaksanakan pada tanggal dan bulan
yang sama pada bulan Juni tahun 2018.
(5) Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan
Wakil Walikota hasil Pemilihan tahun 2018 menjabat sampai dengan tahun 2023.
(6) Pemungutan suara serentak Gubernur dan Wakil
Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota
dan Wakil Walikota hasil pemilihan tahun 2015
dilaksanakan pada bulan September tahun 2020.
(7) Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan
Wakil Walikota hasil Pemilihan tahun 2020 menjabat sampai dengan tahun 2024.
(8) Pemungutan suara serentak nasional dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota di seluruh
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dilaksanakan pada bulan November
2024.
43 ketentuan pidana money politik (1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan melawan hukum uu 10/2016 pasal 187A
menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya sebagai imbalan kepada
warga negara Indonesia baik secara langsung ataupun tidak langsung untuk
mempengaruhi Pemilih agar tidak menggunakan hak pilih, menggunakan hak pilih
dengan cara tertentu sehingga suara menjadi tidak sah, memilih calon tertentu,
atau tidak memilih calon tertentu sebagaimana dimaksud pada Pasal 73 ayat (4)
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan
paling lama 72 (tujuh puluh dua) bulan dan denda paling sedikit Rp200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
(2) Pidana yang sama diterapkan kepada pemilih yang dengan sengaja melakukan
perbuatan melawan hukum menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
44 ketentuan pidana money politik (1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan melawan hukum uu 10/2016 pasal 187A
menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya sebagai imbalan kepada
warga negara Indonesia baik secara langsung ataupun tidak langsung untuk
mempengaruhi Pemilih agar tidak menggunakan hak pilih, menggunakan hak pilih
dengan cara tertentu sehingga suara menjadi tidak sah, memilih calon tertentu,
atau tidak memilih calon tertentu sebagaimana dimaksud pada Pasal 73 ayat (4)
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan
paling lama 72 (tujuh puluh dua) bulan dan denda paling sedikit Rp200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
(2) Pidana yang sama diterapkan kepada pemilih yang dengan sengaja melakukan
perbuatan melawan hukum menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
45 Kode Etik Penyelenggara Pemilu Kode Etik Penyelenggara Pemilu adalah suatu kesatuan asas moral, etika, dan peraturan pasal 1
adalah filosofi yang menjadi pedoman perilaku bagi Penyelenggara Pemilu berupa dkpp 2/2017
kewajiban atau larangan, tindakan dan/atau ucapan yang patut atau tidak patut
dilakukan oleh Penyelenggara Pemilu.
46 Pemilu dilaksanakan Pemilu dilaksanakan berdasarkan asas langsung, umum, peraturan pasal 4
berdasarkan asas : bebas, rahasia, jujur, dan adil. dkpp 2/2017
47 Kode Etik Penyelenggara Pemilu a. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; peraturan pasal 5
harus berlandaskan b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor dkpp 2/2017
pada: VI/MPR/2001tentang Etika Kehidupan Berbangsa;
c. sumpah/janji Anggota sebagai Penyelenggara Pemilu;
d. asas Pemilu; dan
e. prinsip Penyelenggara Pemilu
48 prinsip penyelenggara pemilu mandiri, jujur, adil, berkepastian hukum, tertib, terbuka, proporsional, profesional, peraturan pasal 8 s.d 20
akuntabel, efektif, efisien, kepentingan umum dan aksesibilitas dkpp 2/2017
49 sanksi kode etik penyelenggara Sanksi berupa: peraturan pasal 22 ayat 1
pemilu a. teguran tertulis; dkpp 2/2017
b. pemberhentian sementara;atau
c. pemberhentian tetap.
Teguran tertulis berupa: peraturan pasal 22 ayat 2
a. peringatan; atau dkpp 2/2017
b. peringatan keras.
Pemberhentian tetap berupa: peraturan pasal 22 ayat 3
a. pemberhentian tetap dari jabatan ketua; atau dkpp 2/2017
b. pemberhentian tetap sebagai anggota.
50 syarat pendirian parpol (1) Partai Politik didirikan dan dibentuk oleh paling sedikit 30 (tiga puluh) orang uu 2/2011 pasal 2 ayat
warga negara Indonesia yang telah berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau sudah tentang
menikah dari setiap provinsi. perubahan uu
(1a) Partai Politik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didaftarkan oleh paling partai politik
sedikit 50 (lima puluh) orang pendiri yang mewakili seluruh pendiri Partai Politik
dengan akta notaris.
(1b) Pendiri dan pengurus Partai Politik dilarang merangkap sebagai anggota Partai
Politik lain.
(2) Pendirian dan pembentukan Partai Politik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menyertakan 30% (tiga puluh perseratus) keterwakilan perempuan.
(3) Akta notaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1a) harus memuat AD dan ART
serta kepengurusan Partai Politik tingkat pusat.
(5) Kepengurusan Partai Politik tingkat pusat sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) disusun dengan menyertakan
paling sedikit 30% (tiga puluh perseratus) keterwakilan
perempuan.
51 fungsi parpol (1) Partai Politik berfungsi sebagai sarana: uu 2/2008 pasal 11
a. pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga tentang partai
negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan politk
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
b. penciptaan iklim yang kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia untuk kesejahteraan masyarakat;
c. penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik masyarakat dalam
merumuskan dan menetapkan kebijakan negara;
d. partisipasi politik warga negara Indonesia; dan
e. rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme
demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.
52 UUD 1945, pasal tentang KPU (1) Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, UUD 1945 pasal 22E ayat 1 s.d 6
dan pemilu dan adil setiap lima tahun sekali.*** )
(2) Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan wakil presiden dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah.*** )
(3) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan
anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah partai politik.*** )
(4) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah
adalah perseorangan.*** )
(5) Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang
bersifat nasional, tetap, dan mandiri.***)
(6) Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur dengan undang-
undang.*** )
53 UUD 1945, pasal tentang pilkada (4) Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintah UUD 1945 pasal 18 ayat 4
daerah provinsi,
kabupaten dan kota dipilih secara demokratis.**)

Anda mungkin juga menyukai