36 mekanisme penetapan Penetapan perolehan jumlah kursi tiap Partai Politik Peserta uu 7/2017 pasal 420
perolehan kursi parpol dan Pemilu di suatu daerah pemilihan dilakukan dengan ketentuan: a.
calon terpilih penetapan jumlah suara sah setiap Partai Politik Peserta Pemilu di daerah
pemilihan sebagai suara sah setiap partai politik.
b. membagi suara sah setiap Partai Politik Peserta Pemilu sebagaimana dimaksud
pada huruf a dengan bilangan pembagi 1 dan diikuti secara berurutan oleh bilangan
ganjil 3;5;7; dan seterusnya.
c. hasil pembagian sebagaimana dimaksud pada huruf b diurutkan berdasarkan
jumlah nilai terbanyak.
d. nilai terbanyak pertama mendapat kursi pertama, nilai terbanyak kedua
mendapat kursi kedua, nilai terbanyak ketiga mendapat kursi ketiga, dan seterusnya
sampai jumlah kursi di daerah pemilihan habis terbagi.
37 Penetapan Calon Terpilih Penetapan calon terpilih anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD uu 7/2017 pasal 422
kabupaten/kota dari Partai Politik Peserta Pemilu didasarkan
pada perolehan kursi Partai Politik Peserta Pemilu di suatu
daerah pemilihan ditetapkan berdasarkan suara terbanyak yang
diperoleh masing-masing calon anggota DPR, DPRD provinsi, dan
DPRD kabupaten/kota di satu daerah pemilihan yang tercantum pada surat suara
38 Penetapan Calon Terpilih DPD uu 7/2017 pasal 423 ayat 1,2,3
(1) Penetapan calon terpilih anggota DPD didasarkan pada nama calon yang
memperoleh suara terbanyak pertama, kedua, ketiga, dan keempat di provinsi yang
bersangkutan.
(2) Dalam hal perolehan suara calon terpilih keempat terdapat jumlah suara yang
sama, calon yang memperoleh dukungan Pemilih yang lebih merata penyebarannya
di seluruh kabupaten/kota di provinsi tersebut ditetapkan sebagai calon terpilih.
(3) KPU menetapkan calon pengganti antarwaktu anggota DPD dari nama calon
yang memperoleh suara terbanyak kelima;keenam, ketujuh, dan kedelapan di
provinsi yang bersangkutan.
39 pengertian pemilu lanjutan dan (1) Dalam hal di sebagian atau seluruh wilayah Negara kesatuan Republik Indonesia uu 7/2017 pasal 431 ayat 1,2
pemilu susulan, persyaratan terjadi kerusuhan, gangguan keamanan, bencana alam, atau gangguan lainnya yang
pemantau mengakibatkan sebagian tahapan Penyelenggaraan Pemilu tidak dapat
dilaksanakan, dilakukan Pemilu lanjutan.
(2) Pelaksanaan Pemilu lanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimulai dari
tahap Penyelenggaraan Pemilu yang terhenti.
40 Payung hukum penyelenggaraan UU nomor 10/2016 tentang PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR uu 10/2016
Pilkada 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI
UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR,
BUPATI, DAN WALIKOTA MENJADI UNDANG-UNDANG
41 Syarat calon gub/bup/walikota a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; uu 10/2016 pasal 7 ayat 2
b. setia kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
c. berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat;
d. dihapus;
e. berusia paling rendah 30 (tiga puluh) tahun untuk Calon Gubernur dan Calon
Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati dan Calon
Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota;
f. mampu secara jasmani, rohani, dan bebas dari penyalahgunaan narkotika
berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim;
g. tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap atau bagi mantan
terpidana telah secara terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang
bersangkutan mantan terpidana;
h. tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap;
i. tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat
keterangan catatan kepolisian;
j. menyerahkan daftar kekayaan pribadi;
k. tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan dan/atau secara
badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan
keuangan negara;
l. tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap;
m. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi;
n. belum pernah menjabat sebagai Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati, Wakil
Bupati, Walikota, dan Wakil Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan
dalam jabatan yang sama untuk Calon Gubernur, Calon Wakil Gubernur, Calon
Bupati, Calon Wakil Bupati, Calon Walikota, dan Calon Wakil
Walikota;
o. belum pernah menjabat sebagai Gubernur untuk calon Wakil Gubernur, atau
Bupati/Walikota untuk Calon Wakil Bupati/Calon Wakil Walikota
pada daerah yang sama;p. berhenti dari jabatannya bagi Gubernur, Wakil
Gubernur, Bupati, Wakil Bupati, Walikota, dan Wakil Walikota yang mencalonkan
diri di daerah lain sejak ditetapkan sebagai calon;
q. tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur, penjabat Bupati, dan penjabat
Walikota;
r. dihapus;
(3) Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan
Wakil Walikota hasil Pemilihan tahun 2017 menjabat sampai dengan tahun 2022.
(4) Pemungutan suara serentak dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,
Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota yang masa jabatannya
berakhir pada tahun 2018 dan tahun 2019 dilaksanakan pada tanggal dan bulan
yang sama pada bulan Juni tahun 2018.
(5) Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan
Wakil Walikota hasil Pemilihan tahun 2018 menjabat sampai dengan tahun 2023.
(6) Pemungutan suara serentak Gubernur dan Wakil
Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota
dan Wakil Walikota hasil pemilihan tahun 2015
dilaksanakan pada bulan September tahun 2020.
(7) Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan
Wakil Walikota hasil Pemilihan tahun 2020 menjabat sampai dengan tahun 2024.
(8) Pemungutan suara serentak nasional dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota di seluruh
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dilaksanakan pada bulan November
2024.
43 ketentuan pidana money politik (1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan melawan hukum uu 10/2016 pasal 187A
menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya sebagai imbalan kepada
warga negara Indonesia baik secara langsung ataupun tidak langsung untuk
mempengaruhi Pemilih agar tidak menggunakan hak pilih, menggunakan hak pilih
dengan cara tertentu sehingga suara menjadi tidak sah, memilih calon tertentu,
atau tidak memilih calon tertentu sebagaimana dimaksud pada Pasal 73 ayat (4)
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan
paling lama 72 (tujuh puluh dua) bulan dan denda paling sedikit Rp200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
(2) Pidana yang sama diterapkan kepada pemilih yang dengan sengaja melakukan
perbuatan melawan hukum menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
44 ketentuan pidana money politik (1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan melawan hukum uu 10/2016 pasal 187A
menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya sebagai imbalan kepada
warga negara Indonesia baik secara langsung ataupun tidak langsung untuk
mempengaruhi Pemilih agar tidak menggunakan hak pilih, menggunakan hak pilih
dengan cara tertentu sehingga suara menjadi tidak sah, memilih calon tertentu,
atau tidak memilih calon tertentu sebagaimana dimaksud pada Pasal 73 ayat (4)
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan
paling lama 72 (tujuh puluh dua) bulan dan denda paling sedikit Rp200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
(2) Pidana yang sama diterapkan kepada pemilih yang dengan sengaja melakukan
perbuatan melawan hukum menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
45 Kode Etik Penyelenggara Pemilu Kode Etik Penyelenggara Pemilu adalah suatu kesatuan asas moral, etika, dan peraturan pasal 1
adalah filosofi yang menjadi pedoman perilaku bagi Penyelenggara Pemilu berupa dkpp 2/2017
kewajiban atau larangan, tindakan dan/atau ucapan yang patut atau tidak patut
dilakukan oleh Penyelenggara Pemilu.
46 Pemilu dilaksanakan Pemilu dilaksanakan berdasarkan asas langsung, umum, peraturan pasal 4
berdasarkan asas : bebas, rahasia, jujur, dan adil. dkpp 2/2017
47 Kode Etik Penyelenggara Pemilu a. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; peraturan pasal 5
harus berlandaskan b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor dkpp 2/2017
pada: VI/MPR/2001tentang Etika Kehidupan Berbangsa;
c. sumpah/janji Anggota sebagai Penyelenggara Pemilu;
d. asas Pemilu; dan
e. prinsip Penyelenggara Pemilu
48 prinsip penyelenggara pemilu mandiri, jujur, adil, berkepastian hukum, tertib, terbuka, proporsional, profesional, peraturan pasal 8 s.d 20
akuntabel, efektif, efisien, kepentingan umum dan aksesibilitas dkpp 2/2017
49 sanksi kode etik penyelenggara Sanksi berupa: peraturan pasal 22 ayat 1
pemilu a. teguran tertulis; dkpp 2/2017
b. pemberhentian sementara;atau
c. pemberhentian tetap.
Teguran tertulis berupa: peraturan pasal 22 ayat 2
a. peringatan; atau dkpp 2/2017
b. peringatan keras.
Pemberhentian tetap berupa: peraturan pasal 22 ayat 3
a. pemberhentian tetap dari jabatan ketua; atau dkpp 2/2017
b. pemberhentian tetap sebagai anggota.
50 syarat pendirian parpol (1) Partai Politik didirikan dan dibentuk oleh paling sedikit 30 (tiga puluh) orang uu 2/2011 pasal 2 ayat
warga negara Indonesia yang telah berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau sudah tentang
menikah dari setiap provinsi. perubahan uu
(1a) Partai Politik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didaftarkan oleh paling partai politik
sedikit 50 (lima puluh) orang pendiri yang mewakili seluruh pendiri Partai Politik
dengan akta notaris.
(1b) Pendiri dan pengurus Partai Politik dilarang merangkap sebagai anggota Partai
Politik lain.
(2) Pendirian dan pembentukan Partai Politik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menyertakan 30% (tiga puluh perseratus) keterwakilan perempuan.
(3) Akta notaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1a) harus memuat AD dan ART
serta kepengurusan Partai Politik tingkat pusat.
(5) Kepengurusan Partai Politik tingkat pusat sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) disusun dengan menyertakan
paling sedikit 30% (tiga puluh perseratus) keterwakilan
perempuan.
51 fungsi parpol (1) Partai Politik berfungsi sebagai sarana: uu 2/2008 pasal 11
a. pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga tentang partai
negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan politk
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
b. penciptaan iklim yang kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia untuk kesejahteraan masyarakat;
c. penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik masyarakat dalam
merumuskan dan menetapkan kebijakan negara;
d. partisipasi politik warga negara Indonesia; dan
e. rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme
demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.
52 UUD 1945, pasal tentang KPU (1) Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, UUD 1945 pasal 22E ayat 1 s.d 6
dan pemilu dan adil setiap lima tahun sekali.*** )
(2) Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan wakil presiden dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah.*** )
(3) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan
anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah partai politik.*** )
(4) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah
adalah perseorangan.*** )
(5) Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang
bersifat nasional, tetap, dan mandiri.***)
(6) Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur dengan undang-
undang.*** )
53 UUD 1945, pasal tentang pilkada (4) Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintah UUD 1945 pasal 18 ayat 4
daerah provinsi,
kabupaten dan kota dipilih secara demokratis.**)