Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan Masyarakat
Kelompok Tani Hutan Malino Indah, merupakah salah satu mitra dari Balai
Besar KSDA Sulawesi Selatan yang bergerak di bidang usaha tanaman hias.
Kelompok ini, diketuai oleh Bpk. Jufri (60 tahun). Beliau awalnya bekerja sebagai
petani. kemudian mulai merintis usaha bunga potong/risan sejak 2010. Namun,
ditengah usahanya, mulai kalah bersaing dengan perusahaan yang lebih besar,
sehingga Bpk Jufri dan kawan-kawan mitra lainnya mulai beralih ke bidang usaha
tanaman hias. Dengan bantuan kemitraan dana dari pihak Balai Besar KSDA
Sulawesi Selatan, kelompok Malino Indah mulai terbentuk tahun 2020 dengan
jumlah anggota sekitar 25 orang. Dengan terbentuknya Kelompok Malino Indah,
diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar, terlebih bagi mereka
yang dulu pernah berkecimpung di usaha bunga risan/potong.
Sistem yang dijalankan oleh kelompok Malino Indah adalah jual-beli
tanaman hias. Kelompok Malino Indah membeli bibit tanaman hias dari daerah sinjai
dan Kota Malino. Selanjutnya, penjualan tanaman hias ini yaitu dijual di pinggir
jalan, dan bahkan menjual hingga sampai ke daerah Soppeng, Mangkutana, dan
Sidrap. Adapun harga jual dari tanaman hias Malino Indah berkisar Rp 25.000 – Rp
5.000.000. Dengan harga jual di kisaran itu, maka pendapatan dari Kelompok Malino
Indah berkisar Rp 2.000.000/bulan, dan bahkan saat pandemi pendapatannya
meningkat drastis menjadi Rp 6.000.000/bulan. Pak Jufri sendiri, memiliki lahan di
belakang rumahnya seluas 10 m x 20 m yang digunakan sebagai tempat tanaman
hias. Di satu sisi, ada kendala yang masih dihadapi oleh para petani tanaman hias,
yaitu penjualan yang kadang naik dan kadang turun.
Bentuk kesuksesan KTH Parangmaha dapat kita lihat pada gambar di atas.
Hasil produksi kopi Topidi laku di pasaran. menurut Pak Halim, kopi khas Topidi
telha di ekspor didalam negeri seperti warkop-warkop di Makassar, Jakarta, Medan,
dan bahkan sampai ke luar negeri seperti Amerika dan Australia. Dalam setahun,
jumlah panen kopi mencapai 100 ton/tahun dan setelah di olah menjadi grinding
(bersih/siap goreng) menjadi 24 ton. Untuk harga jualnya, untuk grinding yaitu Rp
50.000/ kg, dan untuk spesial atau kualitas bagus adalah Rp 90.000 – Rp 120.000/kg.
Dan untuk harga jualnya di luar negeri, sebungkus biji kopi khas Topidi dijual $16
atau sekitar Rp230.000. Sehingga, pendapatan tahunan KTH Parangmaha
bersih adalah Rp 800.000.000 sampai Rp 1.700.000.000 dalam setahun.
Dalam melaksanakan kegiatan ekspor kopi, KTH Parangmaha bekerja
sama dengan PT. Sukapina. Menurut Bpk. Halim, bahwa untuk warkop-warkop dari
Makassar datang langsung ke Topidi untuk membeli biji kopinya. Sedangkan untuk
eskpornya, pihak PT. Sukapina akan datang ke Topidi membeli biji kopi dalam
jumlah besar, dan setelah itu pihak PT. Sukapina yang akan melaksanakan ekspornya
keluar negeri. Namun, di balik kesuksesan KTH Parangmaha tetap masih ada kendala
yang dihadapi kelompok ini dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan kopi.
Kendala-kendala yang dihadapi KTH Parangmaha adalah :
Akses jalan ± 3 km yang masih memerlukan perbaikan
Masih membutuhkan Gudang untuk tempat penyimpanan biji kopi