Anda di halaman 1dari 58

Similarity Report ID: oid:16696:41334380

PAPER NAME AUTHOR

SKRIPSI BAB 1-5.pdf NIDA NURSHOFA

WORD COUNT CHARACTER COUNT

10919 Words 71783 Characters

PAGE COUNT FILE SIZE

53 Pages 1.4MB

SUBMISSION DATE REPORT DATE

Aug 23, 2023 10:03 PM GMT+7 Aug 23, 2023 10:04 PM GMT+7

9% Overall Similarity
The combined total of all matches, including overlapping sources, for each database.
8% Internet database 3% Publications database
Crossref database Crossref Posted Content database
5% Submitted Works database

Excluded from Similarity Report


Bibliographic material Small Matches (Less then 20 words)
Manually excluded sources

Summary
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Almareza M (2021) dalam kutipan Atikha Nur Khoida menjelaskan
Lasswell Communication Model Konsep "who says, what in which channel to
whom with what effect" adalah kerangka dasar yang digunakan untuk
memahami proses komunikasi dalam berbagai konteks, termasuk dalam
pembelajaran. Dalam konteks pembelajaran, Anda dapat menguraikan proses
komunikasi dengan kerangka ini sebagai berikut, Siapa (Who): Ini mengacu
pada aktor atau pihak-pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran. Ini bisa
termasuk guru, siswa, instruktur, atau bahkan sumber informasi eksternal
seperti buku teks atau materi pembelajaran digital. Mengatakan Apa (What):
ini mengacu pada pesan atau informasi yang disampaikan dalam konteks
pembelajaran. Guru atau instruktur mungkin menyampaikan materi pelajaran,
menjawab pertanyaan, atau memberikan bimbingan kepada siswa. Dengan
Medium Apa (In Which Channel): ini berkaitan dengan media atau saluran
yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Dalam pembelajaran, saluran ini
bisa berupa pembicaraan langsung di kelas, buku teks, presentasi multimedia,
platform pembelajaran online, atau berbagai alat komunikasi lainnya. Kepada
Siapa (To Whom): Ini mencakup audiens atau penerima pesan dalam proses
pembelajaran. Dalam konteks kelas, ini adalah peserta didik. Namun, dalam
pembelajaran jarak jauh atau mandiri, audiens bisa lebih bervariasi. Dengan
Pengaruh Apa (With What Effect): Ini adalah dampak atau respons yang
diharapkan atau dihasilkan dari pesan yang disampaikan. Dalam
pemebelajaran, pengaruhnya bisa berupa pemahaman yang ditingkatkan,
keterampilan yang dikuasai, atau perubahan perilaku yang diharapkan.
Dalam pembelajaran, pemahaman yang baik tentang proses komunikasi ini
membantu guru atau instruktur merancang metode pengajaran yang efektif,
memilih media yang tepat, berkomunikasi dengan siswa secara efektif, dan
mengukur dampak dari pembelajaran yang disampaikan. Pentingnya untuk

1
2

diingat bahwa dalam konteks pembelajaran, komunikasi bukan hanya tentang


penyampaian informasi, tetapi juga interaksi, pemahaman, dan pencapaian
tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, model ini dapat membantu
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi proses pembelajaran.
Keterangan Harold Laswell untuk konteks dalam pendidikan, komunikasi
sebagai komponen utama menyampaikan materi pelajaran dari seorang
pendidik atau guru (who) kepada peserta didik atau siswa (to whom).
Oleh karenanya pendidik atau guru sebagai pengajar harus memiliki
kemahiran komunikasi. Kemahiran komunikasi lisan guru akan menentukan
keberhasilan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. Percakapan
adalah suatu proses dari seseorang untuk menyampaikan stimulus, dan dalam
bentuk kata-kata dengan tujuan mengubah, membentuk perilaku orang lain
dalam khalayak umum. Komunikasi yang melibatkan dua orang atau lebih
dengan menggunakan alat atau media untuk menyampaikan informasi disebut
sebagai komunikasi model percakapan. Penggunaan model percakapan
dianggap lebih efektif dalam mencapai kesuksesan komunikasi karena
memungkinkan pesan disampaikan dengan lebih baik kepada penerima pesan.
Terdapat berbagai jenis model komunikasi yang dapat digunakan sesuai
dengan kebutuhan spesifiknya. Tantangan pendidik atau guru untuk
menghadapi karakter yang berbeda-beda setiap anak. Wijayanti R (2018)
berpendapat sopan santun, adab, dan imajinasi peserta didik saat ini menurun
akibat lemahnya pendidikan budaya serta karakter.
3

Pasal 1 UU SISDIKNAS no. 20 tahun 2003 menyatakan bahwa Sistem


Pendidikan Nasional adalah suatu entitas pendidikan yang terdiri dari
berbagai komponen yang saling terkait dan bekerja secara terpadu untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional. Dari pernyataan ini dapat disimpulkan
bahwa pendidikan merupakan sebuah sistem yang terdiri dari bagian-bagian
yang bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Soetarno,
2003: 2). Komponen-komponen dalam sistem pendidikan nasional mencakup
lingkungan, sarana-prasarana, sumberdaya, dan masyarakat. Semua
komponen ini berkolaborasi dan mendukung satu sama lain dalam upaya
1
mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan nasional yang diatur dalam
UU SISDIKNAS adalah untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi
individu yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
memiliki moral yang baik, kesehatan yang baik, pengetahuan yang luas,
keterampilan yang baik, kreativitas, kemandirian, dan menjadi warga negara
1
yang demokratis dan bertanggung jawab. Hal ini juga ditegaskan dalam UUD
1945 pasal 31 yang menjamin hak setiap warga negara untuk menerima
pendidikan (Amandemen UUD 1945, Bab XIII tentang Pendidikan dan
Kebudayaan). Pasal 31 ini juga menjadi dasar bagi semua warga negara
Indonesia untuk mendapatkan pendidikan tanpa memandang asal suku,
agama, atau golongan. Hasil pendidikan diharapkan akan meningkatkan
kualitas sumber daya manusia Indonesia secara individu dan kolektif di masa
sekarang dan masa depan. Sumber daya manusia yang berkualitas adalah
mereka yang memenuhi karakteristik yang diuraikan dalam tujuan pendidikan
5
nasional: "Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan
dan membentuk karakter serta budaya bangsa yang mulia, dengan tujuan
meningkatkan potensi peserta didik agar menjadi individu yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak baik, sehat,
berpengetahuan, terampil, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab." Dalam UU RI Sistem Pendidikan
Nasional tahun 2003, tujuan pendidikan nasional ini menunjukkan pentingnya
peran pendidikan dalam membentuk dan membangun generasi penerus
4

bangsa. Tujuan ini dapat dicapai melalui pendidikan formal di sekolah


maupun pendidikan non-formal di luar sekolah, dengan masing-masing
memiliki tujuan yang terkait dengan tujuan pendidikan nasional, institusi,
kurikulum, dan tujuan instruksional.
Pasal 1 UU SISDIKNAS no. 20 tahun 2003 menjelaskan bahwa Sistem
Pendidikan Nasional adalah suatu kesatuan yang terdiri dari berbagai
komponen pendidikan yang bekerja secara terpadu untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional. Dari pernyataan ini, dapat disimpulkan bahwa
pendidikan adalah sebuah sistem yang terdiri dari berbagai elemen yang
saling terhubung dan berkolaborasi untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Soetarno, 2003: 2). Elemen-elemen dalam sistem pendidikan
nasional melibatkan lingkungan, fasilitas, sumber daya, dan masyarakat.
Semua elemen ini bekerja bersama-sama, saling mendukung, dan terkait satu
1
sama lain dalam pencapaian tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan nasional
yang diatur dalam UU SISDIKNAS adalah mengembangkan potensi siswa
agar mereka menjadi individu yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak baik, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta
warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Konsep ini juga
1
terdapat dalam UUD 1945 Pasal 31 yang menegaskan hak setiap warga
negara untuk menerima pendidikan (Amandemen UUD 1945, Bab XIII
tentang Pendidikan dan Kebudayaan). Pasal 31 ini juga memberikan dasar
bagi semua warga negara Indonesia untuk menerima pendidikan tanpa
memandang suku, agama, atau golongan. Harapannya, pendidikan akan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia baik secara individu
maupun secara keseluruhan, baik saat ini maupun di masa depan. Sumber
daya manusia berkualitas di Indonesia harus memenuhi karakteristik yang
5
dijelaskan dalam tujuan pendidikan nasional: "Pendidikan nasional berfungsi
untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta budaya
bangsa yang mulia, dengan tujuan meningkatkan potensi peserta didik agar
menjadi individu yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak baik, sehat, berpengetahuan, terampil, kreatif, mandiri, serta warga
5

negara yang demokratis serta bertanggung jawab." Dalam UU RI Sistem


Pendidikan Nasional tahun 2003, tujuan pendidikan nasional ini
menunjukkan pentingnya peran pendidikan dalam membentuk dan
membangun generasi penerus bangsa. Untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional ini, ada dua jalur pendidikan, yaitu jalur pendidikan formal di
sekolah dan jalur pendidikan non-formal di luar sekolah, masing-masing
dengan tujuannya sendiri yang terkait dengan tujuan pendidikan nasional,
tujuan institusional, tujuan kurikuler, hingga tujuan instruksional.
Selaras dengan hal ini di dalam bahasa arab sendiri menuru Lani (2021)
menjelaskan dalam kalimatnya tentang kata qaul dan ma’ruf, secara harfiah
kata qaul bermakna perkataan atau komunikasi sedangkan ma’ruf berarti
baik. Kata ma’ruf sendiri yang berarti mengenal. Jadi kata ma’ruf bermakna
yang dikenal. Dengan ini dapat dipahami bahwa qaul ma’ruf adalah
perkataan yang dikenali lawan bicara atau biasa dikenali sesuai dengan akal
dan syara. Adanya pemahaman lain mengenai qaulan ma'rufa bermakna
ucapan yang pantas, kata "baik” dapat diartikan sebagai kata-kata yang
terhormat atau kata-kata yang sopan. Di dalam Al-Qur'an, kata "ma'ruf"
dipasangkan dengan kata "qaul" dan terdapat dalam lima ayat dengan konteks
yang berbeda. Tiga ayat secara tegas menginstruksikan penggunaan kata
"ma'ruf" dalam berbicara kepada objek lawan bicara, sementara dua ayat
lainnya memberikan perintah secara tidak langsung. Salah satu ayat yang
mengandung kata "ma'ruf" adalah dalam surah al-Baqarah/2: 235.

َ ۚ ‫سا ٓ ِء أ َ َْ أ َ ْكىَىت ُ ْم ِف ٓى أَوفُ ِس ُك ْم‬


‫ع ِل َم‬ ْ ‫ضتُم ِب ًِۦ ِم ْه ِخ‬
َ ّ‫ط َب ِت ٱل ِى‬ َ ‫ع َل ْي ُك ْم ِفي َما‬
ْ ‫ع َّز‬ َ ‫ََ ََل ُجىَا َح‬
‫ُا قَ ُْ اَل َّم ْع ُزَفاا ۚ ََ ََل‬ ۟ ُ‫َل أَن تَقُُل‬ ٓ َّ ‫ست َ ْذ ُك ُزَوَ ٍُ َّه ََ َٰلَ ِكه ََّل ت ُ َُا ِعدَُ ٌُ َّه ِس ًّزا ِإ‬
َ ‫ٱَّللُ أَوَّ ُك ْم‬
َّ
‫ٱَّللَ يَ ْعلَ ُم َما فِ ٓى أَوفُ ِس ُك ْم‬ ُ َ ‫ع ْقدَة َ ٱل ِىّ َكاحِ َحت َّ َٰى يَ ْبلُ َغ ْٱل ِك َٰت‬
َّ ‫ب أ َ َجلَ ۥًُ ۚ ََٱ ْعلَ ُم ُٓ ۟ا أ َ َّن‬ ۟ ‫ت َ ْع ِز ُم‬
ُ ‫ُا‬
‫ُر َح ِليم‬ ٌ ُ ‫غف‬ َ َّ ‫ٱحذَ ُرَيُ ۚ ََٱ ْع َل ُم ُٓ ۟ا أ َ َّن‬
َ ‫ٱَّلل‬ ْ َ‫ف‬
"Tidak ada kesalahan bagi kamu jika kamu menyatakan hasrat untuk
menikahi wanita-wanita itu dengan cara yang sopan atau jika kamu
menyimpan niat untuk menikahinya dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa
kamu akan menyampaikan niat tersebut kepada mereka, jadi kamu tidak
6

perlu merahasiakannya. Namun, kamu harus berbicara dengan mereka


dengan kata-kata yang baik dan sopan jika kamu ingin menyatakan niat
tersebut. Selain itu, kamu tidak boleh membuat keputusan untuk menikahinya
sebelum berakhir masa 'iddahnya (periode tunggu setelah perceraian atau
kematian suami sebelum dapat menikah kembali). Ingatlah bahwa Allah
mengetahui isi hatimu, jadi bertakwalah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa
Allah adalah Maha Pengampun dan Penyantun."

ُ ‫ار ُزقُ ْى ُه ْم فِ ْي َها َوا ْك‬


‫س ْى ُه ْم‬ ‫سفَ َه ۤا َء ا َ ْم َىا َل ُك ُم الَّ ِت ْي َجعَ َل ه‬
ْ ‫ّٰللاُ َل ُك ْم ِق ٰي ًما َّو‬ ُّ ‫َو ََل تُؤْ تُىا ال‬
‫َوقُ ْىلُ ْىا لَ ُه ْم قَ ْى ًَل َّم ْع ُر ْوفًا‬
"Janganlah kamu menyerahkan harta kamu yang dijadikan Allah sebagai
sumber kehidupan kepada orang yang belum cukup matang dalam akalnya.
Berikanlah mereka pengeluaran dan pakaian dari harta itu, serta
sampaikanlah kata-kata yang baik kepada mereka."
Dengan penjelasan diatas pendidik atau guru dalam penyampaian Zain M
(2018) "Tanggung jawab utama dalam proses pembelajaran dianggap sebagai
elemen kunci. Dalam konteks ini, penguasaan keterampilan berbahasa di
sekolah dasar menjadi perhatian penting dalam penilaian kemampuan
berbahasa peserta didik. Dalam era modern ini, peserta didik diharapkan
memiliki kemampuan berbahasa yang kuat. Kemampuan berbahasa yang baik
memungkinkan seseorang untuk lebih efektif dalam mengambil dan
menyampaikan informasi, baik melalui lisan maupun tulisan. Oleh karena itu,
pendidikan tentang keterampilan berbahasa tidak hanya terfokus pada aspek
teoritis, tetapi juga pada bagaimana peserta didik dapat menggunakannya
secara efektif sebagai alat komunikasi.”
Dalam bahasa Inggris, ada konsep yang dikenal sebagai 'whole language,'
yang berarti bahwa berbicara tidak diajarkan sebagai topik yang berdiri
sendiri, melainkan sebagai bagian integral dari pembelajaran bahasa yang
beriringan dengan keterampilan berbahasa lainnya. Hal ini mencerminkan
bahwa dalam pembelajaran bahasa, keterampilan berbicara menjadi bagian
yang tidak terpisahkan. Dalam konteks pembelajaran bahasa, kemampuan
7

berbicara dalam kata-kata dapat dihubungkan dengan keterampilan berbicara


yang lainnya.
Selaras dengan ini Zaim M (2018) dapat diamati dalam pembelajaran
bahwa peserta didik kurang terlibat aktif dalam belajar, tidak bersemangat,
tidak menikmati pembelajaran. Di era teknologi sekarang ini peserta didik
tidak lagi diberikan hal yang perangainya khotbah bagi peserta didik namun
pada kegiatan belajar mengajar menekankan pada keterampilan reaksi dan
active learning, Peranan media pembelajaran menjadi semakin penting.
Peserta didik di jenjang sekolah dasar adalah awal dari sebuah proses
pembelajaran. Pondasi perkembangan bertutur pada peserta didik dengan
dasar pemerolehan tutur kata mereka akan baik dalam olahan bahasa peserta
didik sampai ke tingkat yang lebih tinggi nantinya.
Penelitian ini menarik bagi peniliti sehingga peneliti mengangkat tema
“Metode Komunikasi Guru Dengan Model Lasswell Dalam Suasana
Pembelajaran Yang Menyenangkan Di SD Negeri 2 Sutawinangun” perlu
19
ditengok secara teliti bagaimana cara belajar mengajar peserta didik terutama
pada kelas rendah. Di samping itu, peserta didik di sekolah dasar juga
memiliki karakter yang beragam sehingga ketika berbicara juga dipengaruhi
oleh karakter peserta didik. Rosyidah (2017) memberikan penjelasannya pada
9
proses pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi saling berhubungan
serta memberikan ruang yang cukup bagi imajinasi dan kemampuan sesuai
dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Bertahapnya perkembangan peserta didik memiliki identitas khusus dengan
rangkaian lain sehingga dapat memberikan stimulation dan pedoman
pembentukan perilaku peserta didik.
Pendidik harus mampu memahami karakter peserta didik terutama terkait
dengan keterampilan berbahasa mereka. Agar proses pembelajaran berjalan
lancar dan baik, pendidik dapat menggunakan berbagai cara misalnya
merancang media yang menarik sehingga pembelajaran menjadi lebih
menyenangkan.
8

21
B. Identifikasi Masalah
Dari beberapa uraian yang dikemukakan di latar belakang masalah,
maka dapat diidentifikasi masalah - masalah sebagai berikut:
1. Dalam konteks ini, perlu diperhatikan bahwa keterampilan berbahasa di
tingkat sekolah dasar memiliki peranan yang sangat penting dalam
pengembangan dasar kemampuan berbahasa peserta didik. Hal ini
disebabkan karena siswa-siswa yang berada di tingkat sekolah dasar
merupakan fondasi utama dalam pembentukan konsep dasar, termasuk
konsep berbahasa (komunikasi).
2. Peserta didik kurang terlibat aktif dalam belajar, tidak bersemangat,
tidak menikmati pembelajaran. Supaya proses pembelajaran berjalan
lancar dan baik, guru dapat menggunakan kalimat yang menarik atau
memotivasi sehingga pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.

C. Batasan Masalah
Pembatasan masalah memiliki peran penting dalam penelitian untuk
menghindari penyimpangan atau pelebaran isu inti, sehingga memungkinkan
penelitian lebih terfokus dan mempermudah dalam pengembangan
pembahasannya. Beberapa aspek yang dibatasi dalam penelitian ini termasuk:
1. Lingkup penelitian ini terbatas pada informasi yang berkaitan dengan
metode komunikasi Lasswell dan konsep pembelajaran yang
menyenangkan.
2. Informasi yang disajikan yaitu : Metode Komunikasi, Model
Komunikasi lasswell, dan Suasana Pembelajaran yang Menyenangkan
di SD Negeri 2 Sutawinangun.

20
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan informasi yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah
di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana komunikasi guru dengan metode model lasswell di SD
Negeri 2 Sutawinangun?
9

2. Bagaimana suasana belajar yang menyenangkan di SD Negeri 2


Sutawinangun?
3. Bagaimana metode komunikasi guru dengan model lasswell dalam
suasana pembelajaran yang menyenangkan di SD Negeri 2
Sutawinangun?

E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui komunikasi guru dengan metode model lasswell di
SD Negeri 2 Sutawinangun.
2. Untuk mengetahui suasana belajar yang menyenangkan di SD Negeri 2
Sutawinangun.
3. Untuk mengetahui metode komunikasi guru dengan model lasswell
dalam suasana pembelajaran yang menyenangkan di SD Negeri 2
Sutawinangun.

F. Manfaat Penelitian
Dapat dijelaskan dibawah ini mengenai harapan manfaat dari penelitian ini
yaitu:
1. Secara Teoritis, dapat menambah kepustakaan tentang Guru Sekolah
Dasar di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Cirebon.
2. Secara Praktis, dapat dijadikan acuan oleh sekolah - sekolah lain untuk
menciptakan inovasi baru dalam menggunakan komunikasi untuk
peserta didik.
BAB II
LANDASAN TEORITIS

A. Deskripsi Konseptual
Deskripsi konseptual adalah bagian dari laporan penelitian yang
mencakup sejumlah konsep teori yang berkaitan dengan tema penelitian.
Isinya mencakup analisis berbagai teori yang relevan dengan variabel
penelitian, termasuk variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini,
deskripsi konseptual akan membahas komunikasi guru dengan menggunakan
metode model Lasswell di lingkungan sekolah, serta mencakup aspek suasana
belajar yang menyenangkan di sekolah. Berikut dijabarkan deskripsi
konseptual masing-masing dalam penelitian ini:

1. Komunikasi Guru dengan Metode Model Lasswell di Sekolah


Komunikasi memegang peran yang sangat penting dalam berbagai
aspek kehidupan, termasuk dalam ranah pendidikan. Proses pendidikan
tidak dapat dipisahkan dari aktivitas komunikasi karena berfungsi
sebagai alat untuk mentransfer pengetahuan dari seseorang yang berperan
sebagai komunikator, seperti pendidik atau guru, kepada penerima pesan,
yaitu peserta didik. Oleh karena itu, untuk memastikan transfer
pengetahuan yang efektif, seorang pendidik atau guru harus memiliki
keterampilan komunikasi yang baik.
Oleh sebab itu pendidikan tidak hanya bisa mentransfer keilmuan
kepada anak didik (cognitive) dan bagaimana mampu merubah sikap,
perilaku anak didik (affective). Salah satu model yang terkenal adalah
Model Lasswell yang terkenal karena kesederhanaannya dan kemudahan
pemahamannya. Komunikasi dalam Model Lasswell dapat berjalan
dengan baik melalui lima tahap utama, yaitu:
1. Who (Siapa): Tahap ini mencakup identifikasi komunikator, yaitu
orang atau entitas yang menyampaikan pesan.
2. Say What (Apa yang Dikatakan): Ini adalah tahap di mana pesan

10
11

yang ingin disampaikan diidentifikasi dan dirumuskan dengan jelas.


3. In Which Channel (Melalui Saluran Apa): Tahap ini mengacu pada
pemilihan saluran atau media yang akan digunakan untuk
menyampaikan pesan komunikasi.
4. To Whom (Kepada Siapa): Pada tahap ini, identifikasi dilakukan
terhadap penerima pesan komunikasi, yaitu komunikan.
5. With What Effect (Dengan Efek Apa): Tahap ini mengacu pada
dampak atau perubahan yang terjadi pada komunikan ketika mereka
menerima pesan komunikasi yang telah disampaikan.
Secara visual, jika kita menggambarkan skema Model Komunikasi
Lasswell, itu akan terlihat sebagai berikut:

In Which
Who Says What
Channel

With What
To Whom
Effect

Gambar 2.1
Urutan Metode Model Komunikasi Lasswell

Ilustrasi di atas menjelaskan bagaimana komunikasi dapat beroperasi


secara terstruktur untuk mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan. Kelima
unsur ini merupakan elemen kunci dalam komunikasi yang harus selalu
diperhatikan saat berkomunikasi dengan berbagai individu, termasuk
dalam konteks pengajaran di kelas. Poin utama dari model komunikasi ini
adalah pesan yang disampaikan harus memiliki kemampuan untuk
memotivasi dan menginspirasi penerima pesan, sehingga mereka dapat
menerima pesan dengan cepat dan pada akhirnya mengubah sikap dan
perilaku mereka sesuai dengan pesan yang diterima. Parafase dari
penjelasan tersebut adalah sebagai berikut:
12

a. Who? (siapa)
Pada tahap ini, kita mengidentifikasi komunikator atau sumber
komunikasi, yang dalam konteks ini adalah guru.
b. Says What? (berkata apa)
Ini berkaitan dengan konten atau materi yang akan disampaikan
oleh komunikator (guru) kepada penerima pesan (siswa).
c. In Which Channel? (melalui saluran apa)
Ini menyangkut pilihan saluran atau media yang digunakan oleh
guru untuk menyampaikan materi kepada siswa.
d. To Whom? (untuk siapa)
Tahap ini berfokus pada kelompok penerima pesan, yaitu siswa.
e. With What Effect? (dampak/efek)
Pada tahap ini, kita membahas dampak atau pengaruh yang timbul
pada siswa setelah menerima pesan dari guru, seperti perubahan sikap
atau peningkatan pengetahuan.

Dalam komunikasi antara guru dan siswa, guru sebagai komunikator


harus memiliki materi pembelajaran yang jelas. Selanjutnya, guru harus
memilih saluran atau media yang sesuai untuk menyampaikan materi
10
tersebut kepada siswa. Akhirnya, kita perhatikan dampak atau efek yang
terjadi pada siswa setelah mereka menerima pesan dari guru, seperti
perubahan sikap dan peningkatan pengetahuan. Kesimpulannya, guru
menggunakan materi pembelajaran yang tepat melalui media yang sesuai
untuk mencapai tujuan pendidikan, yaitu menghasilkan siswa yang
kompeten.
13

3
Siapa
Komunikator Controul Studies

Berkata Apa
Pesan Analisis Pesan

Melalui Saluran Apa


Apa Media Analisis

Media Kepada
Siapa Penerima Analisis

Audience dengan
Efek apa Efek Analisis

Tabel 2.1
Unsur – Unsur Model Komunikasi Lasswell

2. Suasana Belajar yang Menyenangkan di Sekolah


Bagi seorang pendidik penting untuk menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan. Setelah adanya pandemi covid-19 sekolah
menerapkan untuk guru mengajar secara tatap muka. Kondisi inilah yang
menuntut seorang guru harus memiliki keterampilan dalam menciptakan
suasana pembelajaran yang menyenangkan.
Hasil penelitian yang diperoleh oleh peneliti diperoleh data dari
peneliti mengenai skenario pembelajaran yang ada didalam kelas.
Kegiatan ini peneliti rangkai untuk pembelajaran menyenangkan yang
dapat dilakukan untuk mendukung terlaksananya program pembelajaran
dan pengajaran yang berkualitas bagi pendidik.
Adapun contoh Tabel 2.2 Skema Skenario pembelajaran dibawah ini:
Skenario Kegiatan Aktivitas
- Guru memulai pembelajaran dengan
Langkah – Langkah
menyapa dan membacakan do’a sebelum
Yang Dilakukan
memulai kegiatan belajar.
Guru
- Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
14

kepada peserta didik.


- Guru mengkomunikasikan langkah – langkah
pembelajaran yang diikuti.
- Guru memberikan motivasi kepada anak –
anak untuk semangat dalam proses belajar.
- Guru mengatur tata letak duduk anak – anak
di dalam kelas.
- Guru memperkenalkan berbagai media yang
akan digunakan dalam pembelajaran.
- Guru merangsang peserta didik dengan
pertanyaan dan aktivitas bernyanyi.
- Guru memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk menggunakan media
sesuai dengan tema pembelajaran.
- Guru Mengelola waktu dengan efisien.
- Peserta didik mendengarkan apa yang guru
sampaikan dan ikut dalam doa sebelum
pembelajaran dimulai.
- Peserta didik menggunakan media
pembelajaran yang relevean dengan tema
pembelajaran.
- Peserta didik mampu mandiri dalam
Tindakan Yang
menggunakan media pembelajaran yang telah
Diharapkan dari
dipilih.
Peserta Didik:
- Peserta didik memberikan perhatian kepada
guru selama pembelajaran.
- Peserta didik menyelesaikan tugas – tugas
pembelajaran sesuai dengan waktu yang
ditetapkan oleh guru.
- Peserta didik mampu berkonsentrasi dengan
baik pada aktivitas pembelajaran.
15

- Peserta didik meningkatkan rasa percaya diri


mereka selama proses pembelajaran.
- Peserta didik memiliki kepercayaan diri
untuk mempresentasikan hasil kerja mereka.
- Memulai pembelajaran dengan menyapa dan
doa.
- Menyampaikan tujuan pembelajaran.
- Menyampaikan langkah – langkah
pembelajaran.
- Memberikan motivasi kepada peserta didik
Keseluruhan untuk belajar.
Langkah dalam - Mengatur tata letak duduk peserta didik.
Proses - Memperkenalkan media pembelajaran yang
Pembelajaran: akan digunakan.
- Merangsang peserta didik melalui
pertanyaan.
- Memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk menggunakan media sesuai tema
pembelajaran.
- Efisien dalam mengelola waktu.

Berdasarkan hasil tabel di atas dalam penelitian ini menunjukkan


bahwa dengan perencanaan skenario pembelajaran yang matang dapat
meningkatkan kepercayaan diri seorang pendidik dalam pembelajaran
serta tepatnya arah sasaran komunikasi yang disampaikan kepada peserta
didik untuk mengikuti proses belajar mengajar yang menyenangkan di
17
kelas. Di masa saat ini pelaksanaan pembelajaran sangat memerlukan
keahlian seorang guru dalam melakukan pengelolaan pembelajaran agar
minat belajar peserta didik dapat meningkat dan menyenangkan.
Selain itu, hasil dari penelitian yang diperkuat dengan pernyataan dari
Idhayani (2020) mengindikasikan bahwa untuk menciptakan lingkungan
16

belajar yang menyenangkan, pendidik perlu memiliki pemahaman


mendalam terhadap permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik,
termasuk di antaranya perubahan dalam perilaku. Salah satu pendekatan
yang digunakan oleh pendidik dalam mengatasi perubahan perilaku peserta
didik adalah dengan merangsang minat belajar mereka, yang berperan
penting dalam pembentukan karakter-karakter peserta didik. Contohnya
adalah memberikan suasana yang menyenangkan misalnya memilih hijab
yang berbeda dengan biasanya saat mengikuti pembelajaran tatap muka,
memberikan kalimat motivasi di akhir pembelajaran serta pendekatan
pribadi secara intens bisa dengan bersenda gurau dan berkelanjutan selalu
untuk dilakukan agar mengetahui karakter dan kondisi peserta didik dalam
mengikuti pembelajaran dengan harapan peserta didik tetap bersemangat
untuk terus belajar.

3. Metode Komunikasi Guru Dengan Model Lasswell Dalam Suasana


Pembelajaran Yang Menyenangkan Di Sekolah Dasar
Dalam penjelasan Hanika (2020) Model komunikasi Lasswell adalah
sebuah model komunikasi linear yang terdiri dari lima elemen, yaitu
komunikator (who), pesan yang disampaikan (says what), saluran atau
media yang digunakan (in which channel), penerima pesan (to whom), dan
dampak atau efek dari komunikasi tersebut (with what effect). Model ini
dapat digunakan dalam suasana pembelajaran yang menyenangkan di
sekolah dasar dengan ketentuan pendidik memberikan informasi atau
pesan yang jelas dan mudah dipahami oleh peserta didik, menggunakan
media pembelajaran yang menarik seperti gambar atau video, serta
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpartisipasi aktif
dalam proses pembelajaran. Pun Fauziyah (2022) menegaskan
pembelajaran menjadi yang menyengankan membuat pelajaran menjadi
lebih efektif, peserta didik dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan
pembelajaran, peserta didik dapat berpikir dan berdiskusi bagaimana
menyusun kata dengan baik dan benar. Adanya standar pembelajaran aktif
17

ini mendorong peserta didik untuk terlibat dalam berbagai tindakan dan
merangsang pemikiran tentang apa yang mereka lakukan. Ini termasuk
kegiatan seperti menulis, berpartisipasi dalam diskusi, berdebat, mencari
solusi untuk masalah, mengajukan pertanyaan, memberikan jawaban,
menjelaskan, menganalisis, mengintegrasikan informasi, dan mengevaluasi
hasil.Pendidik atau guru dapat menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan dengan beberapa cara seperti:
12
1. Menyesuaikan penataan tempat duduk dengan karakteristik individu
peserta didik, jenis mata pelajaran yang diajarkan, dan aktivitas
pembelajaran yang direncanakan.
2. Memastikan bahwa volume dan intonasi suara guru selama proses
pembelajaran dapat dengan jelas didengar oleh peserta didik.
3. Berbicara dengan sopan dan menggunakan bahasa yang mudah
dipahami oleh peserta didik.
4. Merancang materi pembelajaran agar sesuai dengan tingkat kecepatan
dan kemampuan belajar peserta didik.

3
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Dalam penelitian ini, penulis merujuk pada penelitian sebelumnya yang
memiliki relevansi dengan penelitian yang akan dilakukan saat ini. Berikut
adalah beberapa temuan penelitian terkait yang digunakan sebagai sumber
referensi oleh peneliti. Kurniawan (2018) menyimpulkan hasil indikator
bahwa model komunikasi lasswell yang diterapkan guru telah sukses dalam
mendidik anak didik dari aspek cognitive (pengetahuan) dan aspek affective
(sikap).
Wijayanti (2018) mengatakan beberapa orang berpandangan bahwa
komunikasi yang efektif adalah kunci untuk menjaga hubungan antar manusia
tetap harmonis. Ini disebabkan oleh kemampuan komunikasi dengan sesama
manusia yang memungkinkan kita untuk memperluas lingkaran pertemanan,
meningkatkan sumber penghasilan, menarik lebih banyak pelanggan, dan
juga menjaga hubungan yang positif antara rekan kerja dan atasan di dalam
18

suatu organisasi. Singkatnya, komunikasi berfungsi sebagai penghubung


dalam hubungan sosial antar manusia di dalam masyarakat.
Syofiani, dkk (2019) berpendapat ada beberapa strategi yang dapat
digunakan oleh guru untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan.
Ini termasuk menggunakan beragam metode pengajaran, menciptakan
11
lingkungan yang santai, memotivasi peserta didik, dan menyambut peserta
didik dengan penuh semangat dan kegembiraan. Dalam konteks pembelajaran
yang menyenangkan, peran guru tidak hanya sebagai pengajar atau pendidik,
tetapi juga sebagai fasilitator dan penggerak motivasi bagi peserta didik.
Haris dan Mujiatun (2022) mengatakan pembelajaran yang penting untuk
dicatat bahwa konsep "menyenangkan" dalam pembelajaran tidak berarti
bahwa materi harus selalu lucu atau mudah. Yang dimaksud dengan
pembelajaran yang menyenangkan adalah ketika guru mengupayakan
penggunaan strategi pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik,
sehingga mereka merasa nyaman dan terlibat dalam proses belajar.
Effendi, dkk (2021) menyimpulkan komunikasi memiliki peran yang
sangat vital dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, terdapat model-model
komunikasi yang membantu kita memahami struktur dan interaksi antara
unsur-unsur atau faktor dalam suatu sistem. Ini memungkinkan kita untuk
lebih mudah dan komprehensif dalam memahami bagaimana struktur dan
fungsi komunikasi dalam berbagai konteks, baik dalam tingkat individu,
organisasi, atau dalam konteks komunikasi dengan masyarakat secara
keseluruhan.
Dari beberapa penelitian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya
pengaruh penggunaan model komunikasi lasswell dengan suasana
pembelajaran yang menyenangkan di sekolah yang dilakukan di dalam kelas.
Dengan begitu pada penelitian ini peneliti ingin meneliti hasil dari metode
komunikasi guru dengan model lasswell dalam suasana pembelajaran yang
menyenangkan di sekolah dasar yaitu di SD Negeri 2 Sutawinangun.
Persamaan dan perbedaan penelitian-penelitian di atas dengan penelitian
yang akan dilaksanakan adalah hasilnya sama yaitu metode komunikasi
19

lasswell bisa mempengaruhi suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi


peserta didik di sekolah dasar.

C. Kerangka Pemikiran

Suasana Pembelajaran
Komunikasi Lasswell yang menyenangkan
(Pendidik / Guru) (Peserta Didik /
Siswa)

Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran

Dalam kerangka pemikiran diatas dapat dilihat Metode Komunikasi


Lasswell yang dikirim oleh pendidik bertujuan membantu pendidik untuk
memfasilitasi komunikasi yang jelas dan efektif dengan peserta didik,
meningkatkan pemahaman dan keterlibatan peserta didik. Hanika (2020)
menegaskan bahwa pendidik harus berfokus pada lima elemen komunikasi
yaitu siapa (who), mengatakan apa (what), melalui saluran apa (channel),
kepada siapa (whom), dan dengan efek apa (effect). Zaim (2018)
berpendapat sehingga dapat diterima dengan baik oleh peserta didik
melalui pembelajaran yang menyenangkan karena komunikasi yang searah
dan pemahaman yang didapat oleh peserta didik. Efek dari suasana
pembelajaran yang menyenangkan oleh peserta didik dapat membentuk
dan meningkatkan motivasi belajar siswa, mengurangi stress, dan dapat
menghasilkan pembelajaran yang efektif dan berkesan. Keterhubungan
komunikasi lasswell dengan suasana pembelajaran yang menyenangkan
menyatakan bahwa model lasswell menekankan komunikasi yang efektif
membutuhkan pesan yang jelas dan mudah dipahami, yang dapat
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
20

D. Asumsi Penelitian
Asumsi atau anggapan dasar adalah gambaran berupa prakiraan, dugaan,
opini, atau teori awal yang belum diverifikasi. Menurut para ahli sebagaimana
dijelaskan dalam buku "Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,"
asumsi atau anggapan dasar adalah sebuah landasan pemikiran yang diterima
oleh peneliti sebagai kebenaran awal.
Berdasarkan definisi asumsi di atas, dalam penelitian ini diajukan asumsi
bahwa penggunaan Metode Komunikasi Guru dengan Model Lasswell
memiliki potensi untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang
menyenangkan di SD Negeri 2 Sutawinangun.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang mengutamakan
deskripsi dan analisis fenomena sosial atau kemanusiaan dengan
menggunakan data dan informasi dari responden. Menurut Sugiyono
(2011), metode penelitian kualitatif merupakan suatu bentuk penelitian
kuantitatif yang didasarkan pada aliran pemikiran postpositivis. Digunakan
untuk melakukan percobaan dalam kondisi yang mudah dipahami dimana
subjek percobaan dijadikan sebagai instrumen, proses pengumpulan data
bersifat terarah dan bersifat snowball, analisis data bersifat induktif atau
kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih signifikan.

B. Desain Penelitian
Penelitian ini menerapkan pendekatan kualitatif, suatu jenis
penelitian di mana hasil-hasilnya tidak diperoleh melalui analisis statistik
atau prosedur penghitungan matematis lainnya. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif berbentuk studi kasus
yang mengeksplorasi aspek-aspek yang terkait dengan penerapan metode
komunikasi Lasswell dalam lingkungan pembelajaran yang
menyenangkan. Penelitian ini dijadwalkan untuk diselesaikan pada bulan
Agustus 2023. Dalam konteks ini, peneliti berperan sebagai alat
pengumpulan data yang juga mendukung pelaksanaan penelitian sebagai
instrumen. Peneliti juga memiliki status sebagai informan. Penelitian
kualitatif ini dilakukan dalam konteks alamiah atau lingkungan asli.
Alasan di balik pendekatan ini adalah karena keadaan alamiah ini
dianggap sebagai kesatuan yang utuh yang tidak bisa dipahami
sepenuhnya jika dianalisis secara terpisah dari konteksnya.
Penelitian ini menggunakan model komunikasi Lasswell yang

21
22

bernama lengkap Harold D. Lasswell (1948), dan model komunikasi


linier. Model Komunikasi Lasswell adalah alat pengajaran yang
menggambarkan bagaimana komunikasi terjadi selama pengajaran.
Dengan penjelasan tersebut diharapkan pembicara mampu mendefinisikan
suatu konsep. Hanika (2020) menegaskan sekali lagi bahwa komunikasi
dimulai dari seorang komunikator tunggal (siapa) yang kemudian
menyampaikan pesannya (katakan apa) dengan menggunakan saluran
media massa (saluran mana) agar tepat sasaran pada komunikasi yang
dalam hal ini terarah. pada suatu khalayak tertentu (kepada siapa), dan
yang mungkin dapat menimbulkan akibat (dengan akibat apa) terhadap
khalayak tersebut.
Dalam konteks pendekatan kualitatif, menurut para ahli,
pendekatan ini dianggap sebagai sebuah tradisi dalam bidang ilmu
pengetahuan sosial yang sangat bergantung pada pengamatan manusia
yang berada dalam jangkauannya. Pendekatan ini juga melibatkan
interaksi dengan individu-individu tersebut dalam konteks penggunaan
bahasa dan terminologi yang mereka gunakan. Aktivitas utama dalam
penelitian ini adalah melakukan deskripsi yang mendalam dan terperinci
tentang metode komunikasi Lasswell serta pengalaman pembelajaran yang
menyenangkan di SD Negeri 2 Sutawinangun.
Dengan demikian, penelitian kualitatif memiliki tujuan utama
untuk memperoleh pemahaman yang mendalam mengenai isu-isu yang
berkaitan dengan manusia dan aspek sosialnya. Hal ini berbeda dengan
penelitian kuantitatif yang lebih fokus pada deskripsi permukaan dari
realitas, dengan landasan positivisme. Dalam penelitian kualitatif, peran
peneliti adalah untuk menginterpretasikan bagaimana subjek-subjek
penelitian memperoleh makna dari konteks lingkungan sekitarnya, serta
bagaimana makna ini memengaruhi perilaku mereka. Penelitian ini
dilakukan dalam situasi alami tanpa adanya manipulasi atau perlakuan
terhadap variabel yang terlibat.
23

Dalam penulisan proposal skripsi ini, penelitian kualitatif


digunakan sebagai metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat
postpositivisme. Berbeda dengan eksperimen, penelitian kualitatif
mengarah pada penelitian pada kondisi objek yang alamiah. Peneliti
berperan sebagai alat pengumpulan data utama, dan pengumpulan data
dilakukan melalui berbagai teknik triangulasi yang menggabungkan
sumber-sumber data berbeda. Analisis data dalam penelitian kualitatif
bersifat induktif atau kualitatif, dengan fokus pada pengungkapan makna
yang ditemukan daripada upaya untuk membuat generalisasi yang umum.
Sumber data untuk penelitian ini berasal dari berbagai sumber online,
termasuk jurnal, artikel, skripsi, buku, dan berbagai sumber lainnya.

6
C. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di SD Negeri 2 Sutawinangun – Kedawung
Cirebon. Adapun pertimbangan mengapa tempat penelitian dilaksanakan
di SD Negeri 2 Sutawinangun karena Peneliti telah melakukan
pengamatan awal dan bekerja di sekolah tersebut. Berdasarkan
pengamatan awal oleh peneliti, diketahui masih ada guru yang tidak bisa
berkomunikasi dua arah dan menjadikan pembelajaran yang diajar tidak
menyenangkan.
13
Tabel 3.1. Waktu Penelitian
Mei Juni Juli Agustus
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan judul proposal
Bimbingan
s.d.persetujuan proposal
penelitian
Menyusun proposal
Seminar proposal
Penelitian
24

6
Pembahasan masalah
dan kesimpulan bab IV
dan V
Penyelesaian akhir
daftar, lampiran dan
cover
Sidang Skripsi

D. Objek dan Subjek Penelitian


1. Objek Penelitian
Objek Penelitian adalah hal yang menjadi sasaran Penelitian atau
unsur himpunan yang dapat berasal dari orang, organisasi, atau barang
yang akan diteliti. Subyek penyelidikannya merupakan suatu
persoalan pokok yang belum diselidiki secara menyeluruh guna
memperoleh data yang lebih akurat. Namun yang menjadi objek
analisis pada bagian ini adalah sebagai berikut:
1. Komunikasi guru dengan metode model lasswell di Sekolah.
2. Suasana belajar yang menyenangkan di Sekolah.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian kualitatif adalah orang atau kelompok yang
menjadi fokus dalam penelitian kualitatif. Subjek penelitian kualitatif
kadang-kadang disebut sebagai informan. Informan adalah orang yang
memberikan informasi tentang data yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam proyek penelitian yang sedang berlangsung.
Informasi ini dapat mencakup kondisi dan keadaan terkini yang
mendasari penelitian. Informan yang akan peneliti ambil adalah guru
yang akan menjadi sasaran peneliti sebagai subjek penelitian, tempat
yang peneliti akan teliti adalah SD Negeri 2 Sutawinangun, atau
benda yang diamati dalam rangka pemrosesan penelitian sebagai
sasaran. Adapun subjek penelitian dalam tulisan ini, adalah metode
25

komunikasi guru dengan model lasswell dalam suasana pembelajaran


yang menyenangkan di Sd Negeri 2 Sutawinangun.

E. Sumber Data
Data merupakan pencatatan dari berbagai fakta yang ada. Dalam
konteks kehidupan sehari-hari, data merujuk pada informasi yang dapat
diamati secara konkret. Informasi ini dihasilkan melalui pengamatan
terhadap berbagai variabel, yang dapat berupa angka atau kata-kata.
Dalam metode penelitian seperti penelitian kepustakaan (library research)
dan observasi tertutup, sumber data berasal dari materi tertulis dan dapat
7
dibagi menjadi dua jenis, yaitu sumber data primer dan sumber data
sekunder, sebagai berikut:
1. Data Primer adalah informasi yang dikumpulkan secara perlahan dari
sumber pertama, seperti pustaka yang mempunyai pengetahuan baru
tentang suatu ide atau fakta yang baru ditemukan. Data primer adalah
data yang diperoleh secara terus menerus dari subjek penelitian dan
digunakan sebagai informasi terkini. Informasi ini mungkin bisa
disebut sebagai data Tangan pertama. Data Primer dalam penelitian ini
dikumpulkan dari berbagai sumber, antara lain buku-buku nasional
dan internasional.
2. Data sekunder adalah jenis data yang tidak diperoleh langsung oleh
peneliti melalui interaksi dengan subjek penelitian, tetapi sebaliknya,
data ini diperoleh melalui pihak lain. Dengan kata lain, data sekunder
adalah data pendukung yang mendukung atau melengkapi data utama
atau data primer. Dalam konteks penelitian ini, data sekunder
diperoleh dari berbagai sumber seperti buku, jurnal, artikel, dan
sumber-sumber lainnya.
26

F. Instrumen Penelitian
1. Lembar Wawancara
Lembar wawancara adalah alat pengumpulan data dalam
penelitian kualitatif yang digunakan untuk mengumpulkan data
melalui wawancara. Menurut Koentjaraningrat, wawancara adalah
suatu metode yang digunakan untuk tujuan khusus yang mencoba
untuk memperoleh informasi secara lisan dari responden dengan
berkomunikasi secara langsung. (Rachmawati, 2007)
2. Lembar Observasi
Lembar observasi adalah alat pengumpulan data dalam penelitian
kualitatif yang digunakan untuk mencatat kejadian atau perilaku
yang diamati. Lembar observasi dapat berupa daftar cek atau daftar
pertanyaan terstruktur atau tidak terstruktur. Alat observasi yang
akan digunakan peneliti ialah berupa daftar pertanyaan. Daftar
pertanyaan dalam observasi adalah daftar pertanyaan yang
digunakan untuk mengumpulkan data penelitian dari
responden. Daftar pertanyaan tersebut berisi serangkaian pertanyaan
yang dibuat secara terstruktur dan juga tidak terstruktur. (Salma,
2022).
3. Lembar Dokumentasi
Lembar dokumentasi adalah alat yang digunakan untuk mencatat
hasil pengamatan atau observasi dalam bentuk tertulis. Dokumentasi
adalah tindakan pembuatan, penghimpunan, dan penyimpanan data
dalam bentuk tertulis, visual, atau audio dengan maksud sebagai
referensi atau penggunaan pada periode yang akan datang.

G. Teknik Pengumpulan Data


1. Sehubungan dengan data yang peneliti gunakan (baik data pertama kali
maupun data kedua kali), peneliti menelusuri melalui berbagai sumber,
antara lain membaca, menelaah, pemodelan, dan mengidentifikasi unsur-
unsur atau bahan penyusun yang diperlukan. untuk memperoleh informasi
27

terkait dengan pertanyaan penelitian. Teknik lain yang peneliti gunakan


untuk mengumpulkan data meliputi yang tercantum di bawah ini:
1. Wawancara
Lembar wawancara yang akan digunakan adalah lembar
wawancara yang berstuktur dan pertanyaan yang akan disampaikan
dan telah direncanakan sebelumnya, wawancara akan berfokus pada
garis besar dari permasalahan model komunikasi lasswell dan
suasana pembelajaran yang menyenangkan di SD Negeri 2
Sutawinangun. Bentuk wawancara yang akan dilakukan adalah
dengan lembar wawancara, berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai
komunikasi guru di SD Negeri 2 Sutawinangun serta suasana
pembelajarannya dengan menggunakan model lasswell tersebut.
Wawancara akan dilakukan pada saat jam istirahat dan setelah
pulang sekolah kepada guru di SD Negeri 2 Sutawinangun.
2. Observasi
Observasi dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu secara langsung
atau tidak langsung. Manfaat utama dari metode observasi ini adalah
peneliti dapat merasakan dan mengalami secara langsung situasi
yang diamati, yang memberikan pemahaman yang lebih mendalam
dan peneliti bisa langsung berhubungan dengan subjek penelitian.
Peneliti akan mengobservasi ketika kegiatan belajar mengajar sedang
berlangsung dikelas rendah SD Negeri 2 Sutawinangun yaitu dikelas
1 dan 2, observasi yang dilakukan akan melihat bagaimana
komunikasi antara pendidik ataupun guru kelas 1 kepada peserta
didik (siswa) begitupun dengan observasi yang dilakukan di kelas
rendah lainnya yaitu kelas 2, peneliti dapat melihat langsung dengan
seizin Bapak Kepala Sekolah SD Negeri 2 Sutawinangun. Observasi
sendiri merupakan pengamatan dan pencatatan yang sistematis
terhadap gejala – gejala yang diteliti.
28

3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah langkah pengumpulan informasi dari berbagai
jenis dokumen seperti arsip, buku, surat-surat, catatan, laporan
penelitian, jurnal, dan dokumen lainnya. Proses ini dimulai dengan
mengumpulkan dokumen-dokumen tersebut, kemudian memilih
dokumen yang relevan sesuai dengan tujuan penelitian, dan
selanjutnya mencatat serta melakukan interpretasi terhadap isi
dokumen tersebut.
Data yang diperoleh melalui metode dokumentasi dalam penelitian
ini mencakup bukti foto wawancara dengan guru kelas rendah dan
suasana kegiatan belajar mengajar dikelas SD Negeri 2
Sutawinangun serta dokumen-dokumen lain yang diperlukan.
Peneliti menggunakan kamera telepon genggam sebagai alat
dokumentasi selama penelitian.

H. Validasi Data
Menurut ahli mengenai pengertian validitas, Validitas mengacu
pada sejauh mana data yang ditemukan dalam penelitian mencerminkan
dengan tepat data yang ada pada objek penelitian. Reliabilitas, di sisi lain,
berkaitan dengan konsistensi dan stabilitas data atau temuan penelitian.
Reliabilitas sering kali diukur dengan tingkat akurasi, yaitu sejauh mana
hasil penelitian sesuai dengan kerangka pemikiran yang telah dirumuskan
dalam literatur yang ada. Dalam konteks skripsi, tesis, dan disertasi,
reliabilitas sering kali bergantung pada ketekunan dalam pengamatan dan
pencatatan data. Sebuah penelitian yang cermat dapat berdampak positif
pada kekonsistenan dalam penemuan makna data.
Untuk menjaga validitas data dan memastikan bahwa penafsiran
peneliti sesuai dengan konsep metode komunikasi Lasswell yang
dijelaskan oleh Harold D. Lasswell, peneliti melakukan verifikasi ulang
hasil penelitian kepada individu yang memiliki pemahaman yang baik
tentang konsep tersebut.
29

Triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang menggabungkan


berbagai metode dan sumber data yang berbeda. Dalam melakukan
triangulasi, peneliti mengumpulkan data dari berbagai sumber dan dengan
berbagai metode untuk menguji kredibilitas data, sehingga dapat
7
memverifikasi informasi dengan lebih baik. Tujuan dari triangulasi bukan
hanya untuk menentukan kebenaran suatu fenomena, tetapi lebih pada
meningkatkan pemahaman peneliti terhadap konteks yang sedang
dipelajari. Dalam penelitian ini, penggunaan triangulasi sumber dilakukan
dengan cara mengumpulkan informasi dari beberapa sumber yang berbeda
untuk memverifikasi informasi yang ditemukan.

I. Teknik Analisis Data


Seorang ahli berpendapat bahwa analisis data adalah proses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh lebih singkat
14
disebut sebuah proses. Dapat dilakukan dengan mengorganisasikan data,
menjelaskan ke dalam kelompok, melakukan sintesa, menyusun ke dalam
pola, Memilih aspek yang relevan dan signifikan untuk dipelajari, serta
menyusun kesimpulan yang dapat dijelaskan kepada orang lain,
merupakan bagian integral dari proses analisis data. Proses analisis data
pada dasarnya dimulai sejak awal pengumpulan data dan dilakukan secara
berkesinambungan. Proses analisis mencakup presentasi data dan
pembahasan yang dilakukan dengan pendekatan kualitatif berbasis konsep.
Konteks dalam analisis ini terkait dengan elemen-elemen yang terkandung
dalam karya atau subjek penelitian, sementara konstruk merujuk pada
kerangka konseptual yang digunakan dalam analisis. Konstruk tersebut
berfungsi sebagai kerangka atau struktur dalam proses analisis. (As
Singkily, 2021)
Biasanya, analisis isi menggunakan teknik kuantitatif dengan
kemiringan konseptual. Banyak kata-kata yang dicantumkan dalam elemen
referensi yang umum digunakan untuk memudahkan pengembangan tesis.
Konsep yang dimaksud diharapkan mencakup pernyataan tesis atau karya
30

pesan yang lengkap tanpa adanya pemalsuan data. Teknik analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi (content analysis).
(Asfar, 2019).
Tujuan dari teknik analisis isi adalah untuk mengumpulkan dan
menganalisis dokumen-dokumen yang memiliki karakter resmi, memiliki
tingkat validitas dan keabsahan yang terjamin, termasuk dokumen-
dokumen seperti hukum dan kebijakan resmi serta hasil-hasil penelitian.
(Sitasari, 2022)
Pengujian analisis juga bisa diterapkan pada buku-buku teks,
termasuk yang bersifat teoritis maupun empiris. Berikut adalah tahapan
dalam menganalisis data:
a. Reduksi Data
Reduksi data adalah data yang dicatat dan dirangkum tentang hal
penting agar langsung mengetahui tema permasalahan. Ahli
mengatakan catatan yang telah diperoleh di lapangan secara deskripsi
ataupun uraian dan hasil konstruksinya disusun dalam bentuk refleksi.
Paragraf ini akan terus tumbuh dan berkembang selamanya, dan
kemungkinan besar akan meningkatkan kecemasan jika analisisnya
tidak benar-benar berurutan. Esai semacam ini perlu ditulis, sopan,
membahas isu-isu yang relevan, fokus pada hal-hal penting, dan
memiliki tema atau fokus.
b. Display Data
Pentingnya mengelompokkan unit analisis berdasarkan fokus dan
aspek permasalahan yang sedang diselidiki adalah karena ketika ada
data yang berlimpah atau laporan yang panjang, akan menjadi sulit
untuk melihat gambaran keseluruhan dan membuat kesimpulan yang
akurat.
c. Penarikan Kesimpulan
Langkah akhir dalam proses penelitian adalah menyusun
kesimpulan, yang berdasarkan data yang diperoleh secara sah melalui
penelitian. Peneliti seharusnya telah berupaya untuk mencari makna
31

dalam data sejak awal pengumpulan. Dari data yang telah


dikumpulkan, peneliti dapat menyimpulkan, meskipun pada awalnya
kesimpulan tersebut mungkin bersifat kabur dan diragukan. Dengan
tambahan data seiring berjalannya penelitian, kesimpulan tersebut
akan menjadi lebih jelas. Penting untuk dicatat bahwa kesimpulan
harus selalu diperiksa ulang dan diverifikasi selama proses penelitian
berlangsung.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini, penelitian membahas hasil dari penelitian yang telah
dijabarkan sebelumnya dalam bab-bab sebelumnya. Hasil penelitian ini akan
dikemukakan berdasarkan data yang diperoleh melalui wawancara, observasi,
dan dokumentasi. Pembahasan dalam bab ini didasarkan pada data yang
terkumpul melalui studi dokumentasi, observasi, serta wawancara dengan
informan yang relevan dalam penelitian. Diskusi akan difokuskan pada isu-isu
yang menjadi fokus penelitian.
Dalam bab ini, penelitian akan menguraikan temuan yang diperoleh
melalui wawancara yang dilakukan pada bulan Agustus 2023 di SD Negeri 2
Sutawinangun Kabupaten Cirebon. Temuan tersebut berkaitan dengan metode
komunikasi guru dengan model Lasswell dalam konteks suasana pembelajaran
yang menyenangkan di SD Negeri 2 Sutawinangun.

A. Penyajian Data
Dalam penyajian data penelitian ini, beberapa langkah telah diambil
oleh peneliti dalam menjalankan penelitian, yaitu:
Pertama, peneliti melakukan wawancara menggunakan teknik tanya
jawab. Hal ini membantu peneliti dalam mengumpulkan data yang
diperlukan untuk mengungkap permasalahan yang menjadi fokus
penelitian. Wawancara ini berfokus pada komunikasi guru dengan model
Lasswell, dan dilakukan dengan guru kelas satu dan dua, yaitu Ibu Hanni
Prasetyanti, S.Pd dan Ibu Triya Heti Rokmasari, S.Pd. Isi dari wawancara
mencakup komunikasi guru kelas rendah, komunikasi dengan peserta didik
dalam kelas dan sekolah, komunikasi dengan masyarakat di SD Negeri 2
Sutawinangun, serta penerapan komunikasi Lasswell dalam pengajaran
guru kelas satu dan dua.
Kedua, penelitian menemukan bahwa komunikasi Lasswell telah
digunakan oleh guru kelas satu dan dua, dengan mempertimbangkan lima

32
33

unsur yang diajukan oleh Harold D. Lasswell, yaitu "who, says what,
channel, to whom, with what effect."
Ketiga, peneliti juga melakukan dokumentasi dengan menggunakan
kamera telepon genggam selama proses wawancara dengan guru kelas
rendah, yaitu guru kelas satu dan dua. Dokumentasi ini merupakan
tambahan untuk mengumpulkan data yang mendukung hasil penelitian.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komunikasi guru dengan
metode model Lasswell telah diterapkan di sekolah, khususnya di kelas
rendah (kelas satu dan dua). Selain itu, suasana pembelajaran yang
menyenangkan juga telah tercipta dengan baik di sekolah, dan metode
komunikasi Lasswell dalam suasana pembelajaran ini membantu guru
kelas rendah dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
Dalam proses analisis data, peneliti melakukan langkah-langkah
berikut:
1. Pengumpulan Data: Data dikumpulkan menggunakan berbagai
teknik seperti wawancara, observasi di SD Negeri 2 Sutawinangun,
dan dokumentasi (melalui foto) atau dari sumber-sumber penelitian
yang sudah ada (penelitian kepustakaan). Penelitian ini berusaha
mendapatkan data primer dan sekunder. Data lapangan dijelaskan
secara deskriptif, mencakup apa yang dilihat, didengar, dan dialami
oleh peneliti. Catatan lapangan dibuat tanpa tafsiran subjektif dari
peneliti terkait fenomena yang diamati.
2. Reduksi Data: Pada tahap ini, peneliti menyaring informasi yang
relevan dan penting terkait dengan metode komunikasi guru
menggunakan model Lasswell dalam suasana pembelajaran yang
menyenangkan di sekolah dasar.
3. Penyajian Data: Data disajikan dalam bentuk naratif teks untuk
memudahkan pemahaman tentang apa yang terjadi dan
perencanaan penelitian terkait metode komunikasi guru dengan
model Lasswell dalam suasana pembelajaran yang menyenangkan
di SD Negeri 2 Sutawinangun. Penyajian data dalam penelitian
34

kualitatif ini menggunakan bentuk teks naratif, yang merupakan


hasil dari data yang telah direduksi pada tahap sebelumnya.
4. Proses Akhir Penarikan Kesimpulan: Tahap akhir adalah
verifikasi berdasarkan hasil reduksi, interpretasi, dan penyajian
data. Dari tahapan ini, penarikan kesimpulan dilakukan untuk
menjawab pertanyaan penelitian terkait metode komunikasi guru
dengan model Lasswell dalam suasana pembelajaran yang
16
menyenangkan di SD Negeri 2 Sutawinangun. Kesimpulan yang
diberikan pada tahap awal didukung oleh bukti yang valid dan
konsisten. Ketika peneliti kembali ke lapangan untuk
mengumpulkan data tambahan, kesimpulan tersebut dapat dianggap
2
kredibel.
Data yang diperoleh dari lapangan dianalisis melalui serangkaian tahap
sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data: Data yang terkumpul dikelompokkan dan
disusun dalam bentuk narasi atau rangkaian informasi yang
memiliki relevansi dengan masalah penelitian. Hasil observasi dan
wawancara mendalam disusun berdasarkan rumusan masalah mikro
yang telah ditentukan sebelumnya. Hal ini dilakukan agar setiap
informasi yang diperoleh dapat disesuaikan dengan kerangka
masalah yang telah dirumuskan.
2. Reduksi Data: Pada tahap ini, data dikategorikan dan direduksi.
Tujuannya adalah untuk mengumpulkan informasi yang penting
dan terkait dengan masalah penelitian. Data yang diperoleh dari
observasi dan wawancara mendalam dikelompokkan berdasarkan
siapa yang memberikan informasi tersebut, misalnya Guru Kelas
Rendah, Guru Kelas Tinggi, atau Guru Olahraga.
3. Penyajian Data: Data diinterpretasikan untuk menggambarkan apa
yang telah diungkapkan oleh informan terkait dengan masalah
penelitian. Data yang telah terkumpul disesuaikan dengan
2
pernyataan informan dan rumusan masalah yang telah disusun
35

sebelumnya. Data yang sudah disusun tersebut disajikan secara


terstruktur agar mudah dipahami.
4. Penarikan Kesimpulan: Kesimpulan ditarik berdasarkan narasi
yang telah disusun pada tahap sebelumnya. Kesimpulan ini
dimaksudkan untuk memberikan jawaban terhadap masalah
penelitian. Setelah semuanya disusun, dilakukan pembahasan yang
menghasilkan kesimpulan mengenai permasalahan yang diteliti.
Data yang dikumpulkan oleh peneliti kemudian diuji untuk menilai
validitasnya. Peneliti melakukan uji keabsahan data dengan langkah-
langkah berikut:
4
Langkah pertama yaitu triangulasi bermakna pengumpulan data dari
beberapa sumber dengan menggunakan berbagai metode dan rentang
waktu. Triangulasi setiap sumber dilakukan dengan melihat data yang
telah diolah melalui sejumlah sumber. Triangulasi suatu teknik dilakukan
dengan mengirimkan data kepada seseorang yang menggunakan teknik
yang berbeda dengan yang dilakukan triangulasi. Selain wawancara,
penyidik juga melakukan observasi untuk mengetahui kondisi di lapangan,
dan temuannya kemudian didokumentasikan. Observasi yang dilakukan di
SD Negeri 2 Sutawinangun yang terletak di Jalan Pecilon Indah No. 1,
Desa Sutawinangun, Kecamatan Kedawung, dan berada di Provinsi
Cirebon.
Langkah kedua dalam uji keabsahan data adalah melakukan diskusi
dengan rekan sejawat. Dalam teknik ini, peneliti berbagi hasil sementara
atau hasil akhir penelitiannya dengan rekan-rekan sejawat yang memiliki
penelitian serupa. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan masukan dan
pemahaman lebih dalam mengenai hasil penelitian.
Langkah ketiga dalam uji keabsahan data adalah membercheck, yang
2
merupakan proses pengecekan data yang telah diperoleh oleh peneliti
kepada pemberi data. Tujuan dari membercheck adalah untuk memastikan
sejauh mana data yang telah diperoleh sesuai dengan apa yang telah
diberikan oleh pemberi data. Dengan demikian, informasi yang diperoleh
36

dan akan digunakan dalam penulisan laporan akan sesuai dengan apa yang
dimaksudkan oleh sumber data atau informan.
Teknik membercheck ini dilakukan dengan cara peneliti melakukan
wawancara dengan kedua informan yang telah dipilih. Hasil wawancara
tersebut kemudian di-transkripsi oleh peneliti pada lembar yang sudah
disiapkan sebelumnya. Proses ini membantu memastikan bahwa data yang
diperoleh dari informan sesuai dengan apa yang telah diungkapkan selama
wawancara.
8
Setelah data yang relevan terkumpul, langkah selanjutnya adalah
penyajian data. Data ini merupakan hasil dari penelitian lapangan yang
menggunakan teknik-teknik pengumpulan data yang telah ditetapkan,
yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Dari hasil wawancara langsung yang dilakukan oleh peneliti kepada
guru kelas rendah di SD Negeri 2 Sutawinangun, diperoleh data yang
dijelaskan sebagai berikut:
1. Komunikasi Guru Dengan Metode Model Lasswell di Sekolah
Hasil wawancara dengan guru kelas rendah menghasilkan
identitas sebagai berikut:
1. Guru kelas satu, Ibu Hanni Prasetyanti, berjenis kelamin
perempuan, berusia 33 tahun, dan telah mengajar selama
sepuluh tahun di kelas satu.
2. Guru kelas dua, Ibu Triya Heti Rokmasari, berjenis kelamin
perempuan, berusia 28 tahun, dan telah mengajar selama 3
tahun di kelas dua.
Analisis dalam penelitian ini berfokus pada metode komunikasi
guru dengan model lasswell dalam suasana pembelajaran yang
menyenangkan di sekolah dasar, yang terkait dengan beberapa
unsur rumusan masalah. Proses analisis menggunakan dua teknik
pengumpulan data, yaitu studi lapangan dan studi pustaka. Untuk
memastikan objektivitas dan akurasi data, peneliti juga mencari
informan tambahan melalui wawancara mendalam, yang bertujuan
37

untuk mendapatkan informasi yang akurat dari sumber data yang


dapat dipercaya.
Dalam sektor layanan industri, penting bagi setiap individu yang
terlibat di dalamnya untuk memiliki sikap yang positif. Crisp
(1993), seperti yang dikutip oleh Achmad Zein, mengemukakan
bahwa sikap positif dalam bekerja adalah cara pendidik
menyampaikan suasana hatinya secara positif kepada orang lain.
Ketika seorang pendidik optimis dan percaya pada keberhasilan,
sikap positif akan tercermin dalam perilakunya, dan peserta didik
cenderung meresponsnya dengan positif. Dalam konteks
komunikasi lasswell antara guru dan peserta didik, ada beberapa
langkah awal yang perlu dilakukan:
a. Memulai dengan Berpikir Positif.
b. Melakukan Tindakan Positif.
c. Memandang sesuatu secara positif.
d. Menghilangkan prasangka buruk.
Selain itu, dalam lingkungan sekolah, penting juga untuk
memahami etiket, yaitu aturan-aturan tata krama dan sopan santun
dalam penggunaan bahasa dan perilaku. Etiket merupakan
serangkaian norma kesopanan yang tidak tertulis, tetapi penting
bagi pendidik yang ingin berhasil dalam berkomunikasi dengan
peserta didik. Almareza (2021) juga menekankan bahwa
komunikasi lasswell bagi pendidik sebagai komunikator harus
mempersiapkan materi atau pesan, memberikan panduan
3
penggunaan media komunikasi kepada peserta didik. Hasilnya akan
mencakup efek atau dampak yang dialami peserta didik setelah
menerima materi dari pendidik, seperti peningkatan pengetahuan,
perubahan sikap, atau perilaku, dan lain sebagainya. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa untuk menciptakan siswa yang
kompeten, guru perlu menyampaikan materi melalui media yang
sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan.
38

2. Suasana Belajar Yang Menyenangkan di Sekolah


Metode pengajaran ini berdasarkan pada prinsip
Komunikasi Lasswell. Dengan menggunakan kerangka Komunikasi
Lasswell, peneliti dan pendidik yang sedang diselidiki dapat
4
memahami cara mengelola kelas agar lebih menyenangkan dan
bermakna. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan lingkungan
sekitar serta melibatkan seluruh komponen, baik yang berasal dari
dalam maupun luar siswa, untuk meningkatkan proses belajar.
Karena pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam
menentukan masa depan siswa, penelitian ini menekankan bahwa
salah satu aspek penting dalam komunikasi adalah melibatkan
siswa dalam berbagai bentuk komunikasi, termasuk komunikasi
lisan, visual seperti gambar, peta, simbol, ilustrasi, dan laporan,
sebagaimana diungkapkan oleh William (2020).
Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa dalam
komunikasi Lasswell dalam suasana pembelajaran di kelas rendah,
penting untuk menggunakan semua keterampilan dasar dan
mengintegrasikannya dalam proses belajar mengajar. Peserta didik
diminta duduk dengan tertib, dan guru sebagai pendidik harus
memiliki keterampilan motivasi dan komunikasi yang baik.
Tujuannya adalah untuk menjelaskan materi pembelajaran dengan
jelas sehingga suasana pembelajaran di dalam kelas menjadi
kondusif dan terarah. Selain itu, komunikasi dalam pembelajaran
ini harus menjadi dua arah, di mana guru dan peserta didik
berinteraksi secara aktif dalam kelas rendah.
39

3. Metode Komunikasi Guru Dengan Model Lasswell Dalam


Suasana Pembelajaran Yang Menyenangkan Di Sekolah Dasar
Dalam hakikatnya, setiap manusia memiliki berbagai
kebutuhan yang perlu dipuaskan dari waktu ke waktu. Hal-hal yang
dapat memenuhi kebutuhan tersebut menjadi tujuan dari kebutuhan
tersebut. Prinsip dasar adalah setelah suatu kebutuhan terpuaskan,
nantinya akan muncul kembali dan menuntut pemenuhan lebih
lanjut.
Konsep komunikasi guru dengan model Lasswell dalam
suasana pembelajaran yang menyenangkan di sekolah dasar
mencerminkan bahwa pembelajaran yang menyenangkan
melibatkan proses pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menarik,
dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi secara aktif. Ini
memberikan ruang bagi peserta didik untuk belajar dengan baik.
Komunikasi Lasswell dalam konteks pembelajaran menciptakan
4
suasana yang penuh keceriaan, menyenangkan, dan terutama tidak
membosankan.
Dengan kata lain, komunikasi Lasswell dalam pembelajaran
yang menyenangkan menciptakan hubungan yang baik antara guru
dan peserta didik selama proses pembelajaran. Meskipun suasana
aktif dan menyenangkan penting, proses pembelajaran juga harus
efektif, yaitu peserta didik harus dapat menguasai materi setelah
proses pembelajaran berlangsung. Guru harus dapat menyampaikan
materi dengan cara yang alami dan menyenangkan bagi peserta
didik sehingga mereka tidak merasa frustasi karena kesulitan
memahami materi. Inilah tempat komunikasi Lasswell menjadi
relevan, karena menghubungkan pembelajaran yang efektif,
menyenangkan, dan bermakna dalam konteks pembelajaran.
Konsep komunikasi Lasswell ini masih menjadi landasan bagi
berbagai guru, tidak hanya di sekolah dasar tetapi juga di tingkat
pendidikan yang lebih tinggi.
40

B. Pembahasan
a. Komunikasi Guru dengan Metode Model Lasswell di Sekolah
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
15
Gunawan, R. M. (2020) yang berjudul "Penerapan Lasswell
Communication Model Berbasis Lesson Study Terhadap Peningkatan
Kemampuan Komunikasi Matematis Ditinjau Dari Habits Of Mind
Peserta Didik." Dalam penelitiannya, Gunawan menemukan bahwa di
SD Negeri 2 Sutawinangun, komunikasi yang baik antara guru kelas
rendah dan sesama guru serta peserta didik sudah terjalin dengan baik.
Konsep komunikasi Lasswell harus mengandung kesamaan makna
antara kedua pihak yang terlibat. Komunikasi harus dapat dipahami
dan diterima oleh orang lain, serta membentuk pemahaman bersama
tentang suatu konsep atau tindakan di sekolah. Dewasa ini, ilmu
komunikasi telah berkembang lebih dari sekadar pertukaran informasi;
ini juga mencakup pembentukan opini publik dan pengaruh sikap
dalam konteks lingkungan sekolah. Komunikasi guru dengan model
komunikasi Lasswell memiliki potensi untuk mengubah perilaku
peserta didik di sekolah dan di dalam kelas, tetapi perlu ditekankan
bahwa komunikasi yang efektif dari seorang guru haruslah bersifat
komunikatif.
Dalam penelitian ini, teknik triangulasi digunakan untuk
menggabungkan data yang diperoleh dari wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Teknik ini memungkinkan peneliti untuk menguji
validitas dan kredibilitas data melalui berbagai sumber dan metode
pengumpulan data yang berbeda.
41

Guru Kelas
Rendah

Peserta
Komunikasi
Didik

Gambar 4.1
Triangulasi dengan tiga sumber data

b. Suasana Belajar yang Menyenangkan di Sekolah


Penerapan model komunikasi Lasswell dapat menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik di sekolah.
Pembelajaran yang menyenangkan sering terjadi di dalam kelas yang
kondusif, di mana buku literasi tersedia dan digunakan, dan juga
dengan adanya bacaan shalawat dan doa. Terdapat berbagai cara
khusus untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan
selama proses belajar mengajar, seperti menggunakan penalaran
melalui gambar, mengadakan sesi tanya jawab yang sesuai dengan
situasi dan kondisi peserta didik. Kurniawan (2018) juga menekankan
pentingnya mengawali dan mengakhiri pertemuan dengan kegiatan
"ice breaking" seperti tepuk tangan, bernyanyi, atau permainan
dengan memberikan hadiah. Hal ini dapat dilihat dalam gambar
berikut:
42

Guru
(Pendidik)

Suasana
Pembelajaran Yang Komunikas lasswell
Menyenangkan

Ice Breaking Peserta didik

Gambar 4.2
Triangulasi sumber data pembelajaran yang menyenangkan

c. Metode Komunikasi Guru Dengan Model Lasswell Dalam


Suasana Pembelajaran Yang Menyenangkan Di Sekolah Dasar
Berdasarkan observasi di lapangan selama proses belajar-mengajar
di kelas, peneliti menyimpulkan bahwa para pendidik telah
menerapkan komunikasi Lasswell dengan benar sesuai dengan
prinsip-prinsip yang digariskan oleh Lasswell. Kurniawan (2018) juga
menegaskan bahwa ada 5 unsur komunikasi Lasswell yang telah
diterapkan di SD Negeri 2 Sutawinangun. Proses ini dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Who (Siapa): Orang yang menyampaikan komunikasi adalah
guru, pendidik, atau pengajar di SD Negeri 2 Sutawinangun.
2. Say What (Materi Pembelajaran): Materi pembelajaran yang
disampaikan oleh guru merupakan inti dari pesan yang ingin
disampaikan. Dalam proses ini, model komunikasi Lasswell
digunakan sebagai pedoman dalam merancang pesan atau
percakapan. Model ini membutuhkan lima elemen, yaitu Siapa,
Pesan, Media, Siapa, dan Perubahan apa yang terjadi.
43

3. Channel (Media): Pembelajaran dilakukan dalam berbagai


bahasa, termasuk Bahasa Indonesia, Bahasa Sunda, dan Bahasa
Cirebon. Penggunaan beragam bahasa tersebut memungkinkan
komunikasi yang lebih efektif.
4. To Whom (Kepada Siapa): Suasana pembelajaran yang kondusif
membantu memotivasi siswa dalam proses pembelajaran. Kondisi
yang kondusif memungkinkan siswa berkonsentrasi tanpa adanya
ketegangan antara guru (komunikator) dan siswa (komunikan).
5. With What Effect (Dengan Efek Apa): Pembelajaran yang
menyenangkan menciptakan situasi di mana siswa dapat
berpartisipasi aktif. Beberapa cara yang digunakan untuk
menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan termasuk
penalaran melalui gambar, sesi tanya jawab yang melibatkan
peserta didik, dan pemeliharaan kondisi psikis peserta didik.
Pembahasan selanjutnya melibatkan analisis berdasarkan data yang
diperoleh melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi, yang fokus
pada metode komunikasi Lasswell dan suasana pembelajaran yang
menyenangkan.

Waktu
Nama Informan Tempat Wawancara
Wawancara

Hanni Prasetyanti, S.Pd Agustus 2023 SD Negeri 2 Sutawinangun

Triya Heti Rokmasari, S.Pd Agustus 2023 SD Negeri 2 Sutawinangun

Tabel 4.1: Jadwal Wawancara

Sesi wawancara dilakukan dengan Ibu Hanni Prasetyanti, S.Pd


setelah jam kegiatan belajar mengajar di SD Negeri 2 Sutawinangun
berakhir. Wawancara melibatkan dua puluh enam pertanyaan dan
berlangsung di ruang guru di SD Negeri 2 Sutawinangun.
44

18
Identitas informan kunci yang dipilih untuk penelitian ini adalah
orang yang peneliti percayai dapat memenuhi kebutuhan penelitian
dengan menggunakan teknik Purposive Sampling. Informan kunci
dalam penelitian ini adalah Ibu Hanni Prasetyanti, S.Pd, yang juga
merupakan guru kelas 1 di SD Negeri 2 Sutawinangun. Ibu Hanni
dikenal sebagai guru yang menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan melalui penerapan metode komunikasi berdasarkan
konsep Lasswell.

Gambar 4.3
Kegiatan wawancara dengan guru kelas 1

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan


seorang guru kelas 1. Ketika peneliti meminta izin untuk melakukan
wawancara, Ibu Hanni memberikan sambutan yang sangat baik dan
ramah. Ketika peneliti meminta waktunya untuk menjalani proses
wawancara mengenai metode komunikasi guru dengan model lasswell
dalam suasana pembelajaran yang menyenangkan di SD Negeri 2
Sutawinangun, Ibu Hanni dengan senang hati menyetujui permintaan
tersebut. Sebelumnya, peneliti telah membuat janji untuk melakukan
wawancara, dan peneliti datang pada hari Jumat. Mereka berbincang-
bincang dan membahas kesibukan Ibu Hanni. Selama wawancara, Ibu
Hanni juga selalu menyisipkan humor untuk menciptakan suasana
45

yang hangat. Selain itu, dia memberikan nasihat dan mengingatkan


peneliti untuk menyelesaikan penelitian ini dengan baik.
Peneliti memilih Ibu Hanni sebagai informan utama karena dia
adalah seorang guru kelas 1 yang memiliki pengalaman yang cukup
lama dalam mengajar, mulai dari taman kanak-kanak hingga Sekolah
Dasar. Dia juga telah dipercayakan sebagai pengajar kelas 1 oleh
kepala sekolah sejak tahun 2010 hingga saat ini. Selain itu, Ibu Hanni
memiliki pemahaman yang mendalam tentang cara berkomunikasi
dengan anak-anak di Sekolah Dasar.
Lebih lanjut, pemilihan seorang guru kelas 1 sebagai informan
utama didasarkan pada beberapa kelebihan dalam berkomunikasi.
Pertama, seorang guru kelas 1 selalu meningkatkan wawasannya dan
selalu belajar. Saat mengajar, guru tidak hanya memberikan
pengetahuan kepada murid, tetapi juga terlibat dalam proses
pembelajaran untuk terus belajar. Kedua, guru menciptakan
lingkungan kelas yang aktif dan kreatif dengan berbagai kegiatan, baik
di dalam maupun di luar ruangan. Ketiga, guru memiliki peran penting
sebagai figur yang menggantikan peran orang tua siswa di sekolah.
Selain memberikan ilmu, guru juga memberikan contoh perilaku yang
akan diikuti oleh siswa, sehingga guru memiliki peran besar dalam
membentuk perilaku siswa untuk masa depan mereka.
Guru kelas 2 di SD Negeri 2 Sutawinangun, yang bernama Triya
Heti Rokmasari, S.Pd, adalah informan kedua. Ibu Triya adalah sosok
guru yang sangat rendah hati dalam berinteraksi dengan para siswa.
Lahir di Cirebon pada tanggal 23 November 1994, Ibu Triya menjabat
sebagai Wali Kelas 2. Meskipun usianya relatif muda dalam profesi
guru, kinerjanya sangat dihormati. Beliau juga memberikan kontribusi
yang signifikan dalam meningkatkan kualitas sekolah SD Negeri 2
Sutawinangun, serta memiliki pemahaman yang mendalam tentang
bagaimana menghadapi dinamika pembelajaran di tingkat sekolah
dasar.
46

Gambar 4.4
Kegiatan wawancara dengan guru kelas 2

Peneliti memutuskan untuk mengambil Ibu Triya sebagai subjek


penelitian karena beliau memiliki pengalaman belajar yang sangat
luas, termasuk pengalaman di berbagai tingkat pendidikan, mulai dari
tingkat SD hingga SMP. Alasan pemilihan Ibu Triya adalah karena
pemahamannya yang mendalam tentang suasana pembelajaran yang
menyenangkan di sekolah. Ibu Triya memahami dengan baik
bagaimana menerapkan komunikasi yang efektif, sesuai dengan
konsep komunikasi oleh Lasswell, dalam kegiatan belajar mengajar.
Proses pembelajaran di kelas 2 merupakan transisi penting dari
kelas 1, dan peserta didik memerlukan pendekatan pembelajaran yang
lebih intensif. Mereka perlu menerima instruksi yang lebih terarah dan
mampu mendengarkan dengan lebih baik serta mengikuti petunjuk
dari pendidik (guru). Oleh karena itu, peneliti memilih guru dari kelas
1 dan 2 sebagai subjek penelitian karena kesesuaian mereka dengan
fokus penelitian yang sedang dilakukan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
“Dalam hasil penelitian, terungkap bahwa peserta didik merasa
bahwa komunikasi guru saat pembelajaran dengan menggunakan media
pembelajaran mampu meningkatkan semangat dan minat mereka.
Sebagian peserta didik menganggap pembelajaran menjadi lebih menarik
dan mengasyikkan ketika guru menerapkan pendekatan komunikasi ala
Lasswell. Menggunakan model komunikasi ini untuk mengajarkan
perbedaan budaya membantu pengembangan keterampilan sosial peserta
didik selama pembelajaran. Model komunikasi Lasswell memberikan
solusi untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran dalam mengatasi rasa
bosan, perilaku peserta didik, dan masalah dalam komunikasi dua arah
selama proses pembelajaran.
Dalam praktiknya, model komunikasi Lasswell yang
dikembangkan oleh Harold D. Lasswell memasukkan banyak interaksi dan
umpan balik, sehingga pembelajaran berubah menjadi komunikasi dua
arah dari pendidik ke peserta didik. Gaya komunikasi ini diterima dengan
baik dalam konteks pembelajaran karena mendorong peserta didik untuk
menjadi aktif dan mengembangkan kritisisme.
Penggunaan model komunikasi Lasswell dalam pembelajaran yang
menyenangkan berperan penting dalam menyampaikan pesan secara
efektif sesuai dengan karakteristik masing-masing peserta didik dalam
lingkungan sosial mereka. Model ini sangat berguna bagi peserta didik
yang belajar melalui penglihatan.
Studi ini menunjukkan bahwa interaksi antara peserta didik dan
pendidik selama proses pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman
dan motivasi peserta didik. Sejumlah peserta didik merasa lebih
bersemangat ketika guru menggunakan pendekatan komunikasi ala

47
Lasswell. Model ini membantu meningkatkan efektivitas pembelajaran
dengan menghindari dampak negatif."

B. Saran
Berdasarkan analisis dan temuan dari penelitian ini, dapat
disimpulkan beberapa hal penting. Komunikasi memiliki peran yang
sangat krusial dalam kesuksesan pendidikan. Oleh karena itu, komunikasi
dalam konteks pendidikan harus dijalankan dengan penuh pertimbangan
dan perencanaan yang matang. Komunikasi pendidikan harus disusun
secara sistematis agar dapat mencapai tujuan pendidikan dalam aspek
kognitif, afektif, dan motorik.
Ada banyak opsi yang bisa dipilih untuk merancang komunikasi
dalam dunia pendidikan. Namun, salah satu pilihan yang tepat adalah
model komunikasi jenis Lasswell. Model Lasswell memberikan panduan
yang jelas tentang tahapan komunikasi yang benar. Meskipun demikian,
dunia pendidikan selalu berkembang dan menghadapi tantangan dan
masalah baru. Oleh karena itu, penggunaan model komunikasi tidak boleh
terbatas hanya pada model Lasswell. Sebaliknya, kita harus terbuka untuk
menerapkan dan mengembangkan model-model komunikasi lainnya agar
dapat mengatasi permasalahan dan tantangan yang muncul dalam
pendidikan yang terus berubah.

48
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, L., & Rusmana, I. M. (2019). Prosiding Seminar Nasional Matematika
dan Pendidikan Matematika Sesiomadika. Education, 1.
Almareza, M. (2021). Penerapan Lasswell Communication Model Berbasis
Masalah Dengan Pendekatan Metaphorical Thinking Terhadap Kemampuan
Komunikasi Matematis Ditinjau Dari Gaya Belajar. Edukasi.
As Singkily, R. (2021). Model Komunikasi Pembelajaran, A. Analisis Model
Komunikasi Pembelajaran Kelas 1 Tema 1 Diriku dan Kelas IV Tema 1
Indahnya Kebersamaan Analysis of Learning Communication Model Class
1 Theme 1 Myself and Class IV Theme 1 The Beauty of Togetherness. In
Edu Society: Jurnal Pendidikan, Ilmu Sosial, dan Pengabdian Kepada
Masyarakat (Vol. 1).
Asfar, A. M, Irfan Taufan. (2019). Analisis Naratif, Analisis Konten, Dan
Analisis Semiotik (Penelitian Kualitatif). Research Gate. Analisis-Naratif-
Analisis-Konten-Dan-Analisis-Semiotik.pdf
Deasy Natalia Kumaat, T. (2020). Belajar Menyenangkan Dengan Media Video
Animasi. Jambura Elementary Education Journal, 1, 83–90.
Efendi, Erwan; Ayubi, Muhammad; Aulia, N. (2023). Model - Model
Komunikasi Linear. Education, 5(1).
Gatot. (2012). Model Komunikasi Efektif Dlm Proses Pembelajaran
Dihubungkan Dengan Teori Belajar. Kuliah Komunikasi: Model
Komunikasi dalam Pendidikan (gatot-uniwa.blogspot.com)
Gunawan, R. M. (2020). Penerapan Lasswell Communication Model Berbasis
Lesson Study Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis
Ditinjau Dari Habits Of Mind Peserta Didik. Education.
Gusti, I., Gede Wiadnyana, A., Ketut Erawati, N., Kezia, F., & Apriliani, K.
(2022). Emasains Jurnal Edukasi Matematika dan Sains Pembelajaran
Menyenangkan dengan Edpuzzle untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.
Edukasi Matematika Dan Sains. https://doi.org/10.5281/zenodo.6635412
Hayati, Rina. (2023). Pengertian Validitas dan Reliabilitas, Hubungan,
Perbedaan, Serta Contohnya. Penelitian Ilmiah. Pengertian Validitas dan

49
Reliabilitas, Hubungan, Perbedaan, Serta Contohnya (penelitian
ilmiah.com)
Haris, I. A. (2022). Penerapan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Dan
Menyenangkan (Pakem) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Di
Smp Muhammadiyah 01 Padang Ratu Lampung Tengah. Jurnal Mubtadiin,
8, 2022. https://journal.an-nur.ac.id/index.php/mubtadiin
Hary. (2020). Triangulasi. Triangulasi: Pengertian dan Pada Penelitian Kualitatif
(jopglass.com)
Idhayani, N., Nasir, N., & Jaya, H. N. (2020). Manajemen Pembelajaran untuk
Menciptakan Suasana Belajar Menyenangkan di Masa New Normal. Jurnal
Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(2), 1556–1566.
https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i2.911
Kadar M. Yusuf. Tafsir Tarbawi: Pesan-pesan Al-Qur'an Tentang Pendidikan,
(Cet.II, AMZAH:Jakarta, 2015), h. 169.
Kurniawan, Dani. (2018). Komunikasi Model Lasswell Dan Stimulus-Organism-
Response Dalam Mewujudkan Pembelajaran Menyenangkan. Jurnal
Komunikasi Pendidikan, Vol2 No.1. P-ISSN 2549-1725, E-ISSN 2549-4613
Lani, N. M. (2021). Model Komunikasi Dakwah Komunitas Ayo Cinta Masjid
(Acm) Dalam Pengamalan Syiar Islam Di Masjid Taqwa Kota Metro. In
2021.
Magdalena, I., Azhari, N., & Sulistia, H. (2020). Strategi Pembelajaran Daring
Aktif, Kreatif, Menyenangkan Di Sd Negeri 1 Pegagan Lor. In EDISI :
Jurnal Edukasi dan Sains (Vol. 2, Issue 2).
https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/edisi
Musfirowati Hanika, I., Indriana Putri, M., Asha Witjaksono, A., Pertamina, U.,
& Teuku Nyak Arief, J. (2020). Sosialisasi Literasi Media Digital Di Jakarta
(Studi Eksperimen Penggunaan YouTube terhadap Siswa Sekolah Dasar di
Jakarta). Edukasi.
Muzammil, O. M., Rowena, J., & Wijaya, A. (2020). MANAJEMEN
Komunikasi Dan Interpretasi Diri Sebagai Pembekalan Dunia Kerja (Smk
Yadika-Jakarta). Jurnal Pengabdian Dan Kewirausahaan, 4(1).

50
https://journal.ubm.ac.id/index.php/pengabdian
Novita, Y., & Sari, P. (2022). Model Komunikasi Verbal (Lasswell) Dalam
Proses Pembelajaran IPS Sebagai Sarana Meningkatkan Sikap Evaluatif
Terhadap Budaya Asing. Edukasi. https://scholar.google.com/
Nur Ramdania, V., Wulan, S., Dwiprabowo Pendidikan Guru Sekolah Dasar, R.,
& Kusuma Negara, S. (2020). Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
dalam Mata Pelajaran Matematika dengan Strategi Pembelajaran Aktif
Kreatif Efektif dan Menyenangkan. Education.
Rachmawati, Nur, Imami. 2007. Pengumpulan Data Dalam Penelitian Kualitatif
Wawancara. Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 11, No.1, Maret 2007;
hal 35-40. bahrian pro,+7.+Imami+Nur+Rachmawati.pdf
Rahmawati, E. (2022). Konsep Pembelajaran Menyenangkan Bagi Siswa Kelas
Bawah Tingkat Sekolah Dasar. Reslaj: Religion Education Social Laa
Roiba Journal, 4, 171. https://doi.org/10.47476/reslaj.v4i1.568
Rifa Nur Fauziyah, Asep Dudi Suhardi, & Fitroh Hayati. (2022). Strategi Guru
Dalam Menerapkan Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan
Menyenangkan (PAIKEM) pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
SDN X Astanaanyar Kota Bandung. Jurnal Riset Pendidikan Agama Islam,
1(2), 120–126. https://doi.org/10.29313/jrpai.v1i2.547
Rosyidah, I. (2017). Peran Guru Kelas Dalam Menciptakan Suasana. In
Education.
Ryan Tobing. (2022). Pengenalan Metode Belajar Hybrid Dan Meningkatkan
Motivasi Belajar Anak Panti Melalui Kegiatan Belajar Menyenangkan.
ABDIKAN: Jurnal Pengabdian Masyarakat Bidang Sains Dan Teknologi,
1(2), 114–120. https://doi.org/10.55123/abdikan.v1i2.236
Santoso, J. T. B., & Widiyanti, A. (2022). Kahoot! Sebagai Inovasi Evaluasi
Hasil Belajar Siswa Yang Efektif Dan Menyenangkan. JINoP (Jurnal
Inovasi Pembelajaran), 8(2), 171–184.
https://doi.org/10.22219/jinop.v8i2.21384
Setiawan, Aji, Perdana Kiki Esa, Wahyudi, Johan, Maryani, Lesi, Estuningtyas,
Retna Dwi, Ghifari, Muhammad; Zakiyah, U. (2021). Analisis Model

51
Komunikasi Lasswell Pada Halaman “@aswaja_sunda” Dalam Turut
Mempertahankan Ajaran Islam Ahlussunnah Wal Jamaah di Media
Instagram. Islam Nusantara Civilization, 5(1), 18.
Shintya Lestari. (2022). Model Komunikasi Interpersonal Orangtua Dalam
Memotivasi Semangat Belajar Anak Di Masa Pandemi Covid-19.
Education.
Sitasari, Wahyu, Novendawati. (2022). Mengenal Analisa Konten Dan Analisa
Tematik Dalam Penelitian Kualitatif. Forum Ilmiah Volume 19 Nomor 1
Januari 2022. UEU-Journal-23188-11_2248.pdf (esaunggul.ac.id)
Sri K, Vincentia. (2018). Penggunaan E-office dalam Komunikasi Organisasi
oleh Unit Sumber Daya Manusia Di PT. Kereta Api (Persero) Kantor Pusat
Bandung dalam memenuhi Kebutuhan Informasi Bagi Karyawan.
Universitas Komputer Indonesia. Skripsi
Sufyan Ats-Tsauri, M. (2022). Analisis Komunikasi Pembelajaran Buku Tematik
Kelas Iii Sd/Mi. Edukasi.
Sutiono. (2023). Triangulasi: Pengertian - Jenisnya. Triangulasi: Pengertian -
Jenisnya - HaloEdukasi.com
Tormo Sheva, V. S. (2020). Hannah Arendt on Political (Ex)Communication in
the light of Harold Lasswell's communication model. Ars Administrandi
(Искусство Управления), 12(1), 1–24. https://doi.org/10.17072/2218-
9173-2020-1-1-24
Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah (Cet. I, Remaja Rosdakarya: Bandung,
2010), h. 183.
Wahyono, S., & Hardianto, D. (2021). Pembelajaran Menyenangkan Sebagai
Upaya Menanggulangi Pandemi Covid-19. In Jurnal EPISTEMA (Vol. 2,
Issue 1). https://www.youtube.com/watch?v=NMre6IA
Wijayanti, R. (2018). Model Komunikasi Dalam Membangun Karakter
Siswa Melalui Outbound Di Sekolah Alam Lampung. Education.
William, K., Siahaan, A., Sinabutar, A. T., & Haloho, U. N. (2020). Pengaruh
Metode Quantum Teaching Dalam Menciptakan Pembelajaran Yang Aktif
Pengaruh Metode Quantum Teaching Dalam Menciptakan Pembelajaran

52
Yang Aktif Dan Menyenangkan Pada Anak Sd. Jurnal Elementaria
Edukasia, 3.
Zaim, M., & Negeri Padang, U. (2018). Peningkatan Keterampilan Berbahasa
Siswa Melalui Pemanfaatan Media Teka-Teki Silang: Menciptakan Kelas
Yang Menyenangkan

53
Similarity Report ID: oid:16696:41334380

9% Overall Similarity
Top sources found in the following databases:
8% Internet database 3% Publications database
Crossref database Crossref Posted Content database
5% Submitted Works database

TOP SOURCES
The sources with the highest number of matches within the submission. Overlapping sources will not be
displayed.

ejournal.undiksha.ac.id
1 1%
Internet

elibrary.unikom.ac.id
2 1%
Internet

repository.radenintan.ac.id
3 <1%
Internet

123dok.com
4 <1%
Internet

zombiedoc.com
5 <1%
Internet

umc on 2023-08-22
6 <1%
Submitted works

repository.uin-suska.ac.id
7 <1%
Internet

idr.uin-antasari.ac.id
8 <1%
Internet

Sources overview
Similarity Report ID: oid:16696:41334380

slideshare.net
9 <1%
Internet

id.123dok.com
10 <1%
Internet

journal.tarbiyahiainib.ac.id
11 <1%
Internet

Universitas Negeri Makassar on 2013-08-15


12 <1%
Submitted works

umc on 2023-08-22
13 <1%
Submitted works

iGroup on 2013-04-22
14 <1%
Submitted works

scholar.ummetro.ac.id
15 <1%
Internet

Universitas Negeri Malang on 2023-01-12


16 <1%
Submitted works

researchgate.net
17 <1%
Internet

Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia Jawa Timur on 2022-...


18 <1%
Submitted works

ecampus.iainbatusangkar.ac.id
19 <1%
Internet

eprints.walisongo.ac.id
20 <1%
Internet

Sources overview
Similarity Report ID: oid:16696:41334380

repository.um-palembang.ac.id
21 <1%
Internet

Sources overview
Similarity Report ID: oid:16696:41334380

Excluded from Similarity Report


Bibliographic material Small Matches (Less then 20 words)
Manually excluded sources

EXCLUDED SOURCES

umc on 2023-08-22
37%
Submitted works

umc on 2023-08-21
37%
Submitted works

Excluded from Similarity Report

Anda mungkin juga menyukai