Anda di halaman 1dari 12

Pembukaan

Dia adalah Puspa Dharini, gadis kembang desa yang berparas cantik. Tak sedikit para pemuda
pemuda desa ingin memiliki nya. Selain memiliki wajah yang cantik ia juga wanita cerdas
yang beperilaku dermawan

Dan… aku lah Raniah Lathika, aku tidak buruk rupa tetapi aku tidak memiliki wajah yang
begitu cantik seperti saudaraku Puspa. Ya dia adalah adiku dan aku sangat menyayangi nya,
hubungan kami begitu baik dan harmonis sebagaimana mestinya saudara kandung.
Tapii…. Pada hari itu aku sangat membenci nya! Kenapa begitu?

Kalian penasaran?
Saksikan hingga akhir cerita kami dari kelompok 4 Teater seni budaya!!!
Naskah Drama 1

PUSPA GUGUR

Di suatu pedesaan yang asri banyak sekali penduduk yang sedang melakukan aktivitasnya
dengan bertani dan berternak, kegiatan itu menjadi ciri khas desa karena mata pencaharian warga
nya hanya bisa melakukan kegiatan tersebut. Jarang sekali orang orang mendapatkan pekerjaan
yang lebih daripada itu karena keterbatasan pendidikan, termasuk salah satu keluarga Pak
Darma seorang peternak ayam yang sudah tua dan renta sehingga ia tak mampu melakukan
aktivitas nya sendiri dan memerlukan bantuan istri nya Ibu Asih dan dua gadis muda berparas
cantik yang tak lain adalah anak-anaknya. Mereka adalah Raniah Lathika dan Puspa Dharini.

Pak Darma : “Raniah, Puspa ayo cepat,bantu bapak ambilkan telur-telur ayam

itu“ Bu Asih : “ Pak jangan buru-buru sarapan dulu aja, ibu sudah siapkan nih”

Raniah : “ Iya pak kita juga perlu tenaga kali meskipun cuma mengumpulkan telur-telur ayam itu”

Pak Darma : “Ya sudah cepat”

Pada pagi itu puspa tampak tidak semangat, ia keluar dari rumah dan berdiam diri halaman
rumahnya, Bapak melihatnya dan langsung menghampiri.

Pak Darma : “Puspa… sarapan dulu yuk”

Puspa hanya menggelengkan kepalanya saja.

Pak Darma : “Puspa kenapa, kok murung nak?

Puspa : “Pak, puspa ingin sekali melanjutkan pendidikan biar bisa kerja di kota dan merubah
nasib keluarga kita”

Mendengar itu ibu menjawab pembicaraan puspa.

Bu Asih : “Nak…jangankan untuk kuliah, untuk makan saja terkadang kita kesusahan, ayam ayam
bapak yang ga seberapa itu hanya cukup menampung biaya hidup kita di desa ini”

Puspa : “ Ya sudah puspa ke belakang dulu ya bu, kasian mbak mungutin telur ayam sendiri ”
(sambil ketawa)

Bu Asih : “Eh sarapan dulu!!!”

Puspa : “Nanti saja untuk makan siang”


Di belakang rumah tempat kandang kandang ayam itu mereka mengambil telur telur yang nanti
nya akan dijual. Sambil tertawa riang mereka bertukar cerita tentang keinginannya masing
masing.

Puspa : “Mbak kamu ga kepengen kuliah?”

Raniah : “Untuk apa? Mbak tidak mau membebankan ibu dan dan bapak”

Puspa : “Terus keinginan mbak apa?”

Raniah : “Mbak kepengen cepat nikah, biar beban ibu dan bapa berkurang”

Puspa : “Mulia nya hati mbak ku ini…” (sambil memberikan senyuman)

Raniah : “sudah ah, cepat bersihkan telur telurnya”

Selesai membersihkan telur ayam itu mereka bergegas pergi untuk menjualnya. Diperjalanan
banyak sekali pemuda pemuda yang meliriknya. Wajar saja mereka cantik apalagi Puspa, ia
menjadi gadis kembang desa yang selalu menjadi incaran para pemuda desa tersebut.

Raniah : “dek, kamu selalu jadi pusat perhatian ya haha” (sambil tertawa kecil)

Puspa : “apa sih mbak, yu ah cepat jalannya”

Sampailah di warung kecil…

Puspa : “Mbak ini ada 5 kilo ya telur nya”

Pedagang : “Aduh dek maaf ya sepertinya saya tidak bisa lagi jualin telurnya”

Raniah : “loh kenapa mbak? Kita kan sudah langganan, kita juga sudah memberikan harga murah”

Pedagang : “ saya sekarang ngambil telur di desa sebrang lebih murah untuk harga beli
grosir,kalau kalian mau jual saja disana keuntungan nya juga bakal lebih besar soalnya itu
toko grosir telur”

Puspa : “Wahh lumayan tuh mbak, boleh saja”

Raniah : “Ya sudah, terimakasih mbak…”


Naskah 2

Mereka pergi ke desa sebrang untuk menjual telur telur ayam itu.

Sampailah di grosir telur “Wijaya”

Puspa : “Permisi mas, mau jual telur ayam 1 kilo nya disini berapa?”

Pedagang : “1 kilo sepuluh ribu mbak”

Puspa : “loh ini kemurahan mas untung ke kami sedikit sekali”

Pedangang: “ya terserah mbak nya mau jual disini monggo, ngga juga tidak apa”

Puspa : “mbak, gimana nih? Jauh jauh kita kesini tidak ada hasil” (tanya puspa pada kakaknya)

Raniah : “Ya sudah jual saja yang penting kita bawa uang ke rumah”

Puspa : “Ah engga lah mbak, kita cari grosir atau warung warung kecil aja yuk”

Raniah : “Dek mbak sudah lelah, jual saja tidak apa apa untuk sehari ini saja”

Di tengah perdebatan mereka ada seorang pemuda tampan yang diam diam
memperhatikannya lalu menghampirinya dan bertanya

Akash : “Permisi, ada yang bisa saya bantu?”

Ketika pemuda tersebut datang penjaga toko tadi gelagapan seperti takut

Pedagang : “Waduhh mas akash”

Puspa : “oh tidak mas, ini kami hanya bingung saja kenapa toko sebesar ini memberikan harga
jual telur yang begitu murah kepada pedagang kecil yang ingin menjual telur kesini seperti kami”

Akash : “Oh kalian mau jual telur? Tapi toko sudah memberikan harga grosir yang cukup kok 1
kilo 15 rb”

Puspa : “Loh tadi mas ini memberi harga sepuluh ribu 1 kg jadi yang betul yang mana?”

Mendengar itu Akash anak pemilik toko grosir telur bingung dan marah kepada

pekerjanya

Akash : “Heh Bhanu yang benar saja kamu, apa kurang gaji mu disini sampai harus melakukan
ini?”
Bhanu : “Oh ti ti tidak mas, saya hanya ikuti perintah ibu.”

Akash : “Berikan saja harga normal, atau saya laporkan perbuatan mu sama bapak!!!”

Bhanu : “Baik mas, mari mbak saya bantu kilo ulang”

Puspa membantu bhanu untuk mengilo ulang telur nya .

Raniah : “Duh untung ada mas nya, terimakasih ya sudah membantu kami”

Akash : “Sama-sama, oh iya kalian dari mana? Kok saya belum pernah

melihat.” Raniah : “Kami dari Desa Mekar Sari mas, disebrang sana”

Akash : “Oh iyaa, jadi langgangan suplay telur disini ya mbak, saya tidak punya peternakan
jadi hanya mensuplay dari para peternak saja”

Raniah : “Oh boleh mas dengan senang hati”

Akash : “Jangan panggil saya mas, panggil saja Akash. Oh iya nama mu siapa?”

Raniah : “Saya Raniah, dan itu adik saya Puspa”

Puspa menghampiri mereka yang sedang berbincang.

Raniah : “dek kenalan dulu nih sama pemilik toko nya”

Puspa : “oh iya.. mas kenalin saya Puspa Dharini adik mbak raniah”

Akash : “ Saya Akash Paduka Wijaya, panggil saja akash. Oh iya nama mu cantik seperti
orangnya”

Puspa : “Haha biasalah”

Raniah : “oh yasudah kita pamit pulang dulu ya, masih ada kerjaan di rumah” sambil menarik
puspa

Puspa : “eh eh mbak, terimakasih ya akash”

Akash : “eh iya,sama sama… hati hati

dijalan!”

Sepulangnya Raniah dan Puspa, Akash menghampiri Ibu dan Ayah nya untuk mengobrolkan
masalah yang dia lihat tadi.
Akash : “Bu, kenapa ibu memberikan harga beli telur dari para peternak dengan harga yang
sangat murah? Kasian bu mereka tidak punya keuntungan.”

Ibu Dwi : “loh kenapa nih, ibu pernah seperti itu.”

Akash : “Tadi akash lihat sendiri bu, Bhanu bilang ibu yang suruh”

Ayah Adi : “ Ibu kenapa sih? Jangan seperti lah bu kita nanti mereka tidak mensuplay telur nya
kesini lagi, nanti hancur usaha ayah!”

Dengan kemarahan Ayah ibu tak mau mendengar nya dan langsung menghampiri Bhanu
untuk bertanya kenapa ini bisa terjadi.

Ibu : “Bhanu! Kenapa ini bisa ketahuan akash?”

Bhanu : “Itu tadi bu ada dua gadis muda dari desa mekar sari yang jual telurnya mengadu
kepada aden akash katanya terlalu murah”

Ibu : “Nanti kalau wanita itu datang kembali biar aku yang mengurusi!!!” (Dengan nada cetus ibu
pergi meninggalkan bhanu)
Naskah 3

Sesampainya di rumah Raniah dan Puspa beristirahat dan berbincang bincang, Raniah tampak
senang dan senyum senyum sendiri. Sambil mengkerutkan dahi nya karena heran Puspa bertanya

Puspa : “Kamu kenapa mbak? Kok senyum senyum sendiri? Naksir ya sama pria tadi”

Raniah : “Hmm laki laki itu tampan tapi sayang dia punya ibu yang licik, takut mbak punya
mertua seperti itu”

Puspa : “Itu kan ibu nya, beda dengan Akash si pria tampan itu kelihatan baik tuh”

Ditengah tengah perbincangan gadis muda Ibu pulang dari ladang dan ikut duduk bersama
mereka

Ibu Asih : “Assalamualaikum… gadis gadis ibu lagi pada ngapain nih?”

Puspa : “ Ini bu mbak lagi jatuh sama pandangan pertamanya Mas Akash pemilik grosir telur di
desa sebrang”

Raniah : “Eh apa sih dek”

Ibu Asih : “ Gapapa kok raniah kalau suka sewajarnya saja, ingat kita hanya orang biasa jangan
terlalu berharap”

Raniah : “Tuhh denger, lagian juga ga mungkin ah”

Ibu Asih : “Sudah sudah, yuk masuk sudah mulai gelap nih”

Tak terasa hari sudah petang menuju malam, dan tiba dimana mereka berkumpul di meja
makan untuk makan malam bersama.

Pak Darma : “ Seperti nya bapak tidak bisa ke ladang lagi, ladang pak tono sudah dijual jadi
penghasilan kita hanya dari telur telur ayam itu”

Puspa : “Ya gapapa toh pak, bapak juga sudah tua seharusnya istirahat saja”

Pak Darma : “Maaf ya bapak gabisa mewujudkan keinginan kamu untuk kuliah nak”

Raniah : “loh Puspa bilang ke bapak ingin kuliah? Kok kamu gitu dek, bapak jadi kepikiran tuh!”

Pak Darma : “Ya gapapa, bagus dia bilang walaupun bapak tidak bisa membantu setidaknya
bapa bisa doakan kemauannya semoga terwujud”
Raniah : “Bukan gitu pak, harusnya puspa tau keadaan keluarga kita ya ga mungkinlah dia bisa”

Belum selesai bicara bapak langsung menjawab dengan keras

Brukkk!!! Bapak memukul meja makan dan berkata

Pak Darma : “ Apa yang ga mungkin? Dia anak baik, pintar dan rajin. Kamu jangan seperti
itu pada adikmu! Mematahkan semangatnya saja. Sudah bagus dia punya semangat ga kaya
kamu malah dibuat seperti”

Bu Asih : “Sudah pak… Raniah minta maaf pada adikmu”

Raniah : “ Kok aku??? Bu aku bilang seperti ini karena aku gamau ibu sama bapak jadi punya
beban pikiran”

Pak Darma : “Tidak ada yang dibebankan! Puspa anak bapak wajar kalau dia punya permintaan
ke orang tua nya!”

Raniah : “Ah sudahlah, malas aku!”

Raniah meninggalkan meja makan dan pergi kamarnya.

Puspa : “Mbak!!!”

Pak Darma : “Sudah biarkan saja dia pergi”

Bu Asih : “Sudah lanjutkan makannya”

Kukuruyukkk…
Tak terasa pagi sudah tiba, udara segar dan sinar matahari menyejukkan suasana pedesaan.
Puspa yang sudah lebih dulu berada dibelakang rumah untuk memberi makan ayam disusul oleh
Raniah

Raniah : “Ekheemm”

Puspa : “Eh, selamat pagi mbak”

Raniah : “Iya pagi, hmm dek mbak maaf ya soal semalam”

Puspa : “ Sudahlah mbak, aku gapapa kok, benar kamu mbak keinginanku itu hanya menambah
beban pikiran bapak saja”

Tak lama dari situ bapak datang

Pa Darma : “Eh Raniah, baru bangun nak? Padahal semalam kamu yang lebih dulu masuk
kamar
tapi kenapa paling lambar keluar kamar nya?”

Suasana hening ketika bapak berbicara seperti itu, lalu untuk memecahkan keheningan Puspa
berkata

Puspa : “eh kak kita nyuci yuk, baju kotor kita sudah numpuk tuh” (sambil menarik tangan Raniah

Puspa : “Kita pergi dulu ya pak…”

Pak Darma : “Iya hati hati!”


Naskah 4

Di perjalanan tak jarang orang orang memandang mereka dengan kagum karena kecantikannya,
tapi lagi lagi Puspa si kebaya putih yang menjadi kembang desa selalu di incar para lelaki muda
disana

Pemuda 1 : “Neng kebaya putih mau abang antar ga?”

Pemuda 2 : “wey jangan ganggu punya saya itu!”

Karena merasa tak nyaman mereka mempercepat langkahnya dan sampailah di sungai.

Raniah : “ kenapa kamu mengajakku ke sungai?”

Puspa : “Air di sumur kita keruh mbak”

Raniah hanya terdiam dan terus menggosok baju baju

nya. Puspa : “ Mbak ko diem aja?”

Raniah : “ Kalau sambil ngobrol nanti lama selesainya”

Setelah selesai mereka beranjak pergi dari sungai dan bergegas pulang, diperjalanan dekat
perbatasan desa mereka tak sengaja bertemu dengan Akash si pria tampan

Puspa : “Mas Akash? Mbak itu Mas Akash kan?”

Raniah : “Akash!” ( panggilnya)

Akash : “ Eh Raniah, Puspa darimana?”

Raniah : “ Dari sungai sana kita baru selesai menggosok baju baju kotor, kamu mau kemana?”

Akash : “Mau berkunjung ke tempat orang yang punya peternakan ayam, sekalian angkutin
telur ayam yang siap di jual. Oh iya kalian juga peternakan kan?”

Puspa : “ Iya mas itu punya bapak kami tapi sedang tidak bertelur. Mungkin 1 minggu lagi”

Akash : “oh, boleh saya tau dimana tempatnya? Biar nanti saya yang kalau ayamnya

bertelur” Puspa : “ Boleh mas dengan hati, yuk ikut kami”

Mereka melanjutkan perjalanan menuju pulang, Akash dan Puspa berjalan berderetan
membelakangi Raniah, tampak dari depan Raniah melihat mereka begitu asyik mengobrol
Raniah : “ dih di diamkan nya saya disini” (dalam hati)

Raniah hanya menatap dengan sinis kepada mereka dan tibalah di rumah

Puspa : “Nah ini rumah kami, peternakan bapak ada belakang”

Krekk suara pintu terbuka

Pak Darma : “Loh siapa

ini?”

Puspa : “Ini Mas Akash pak yang punya grosir telur”

Raniah : “ Dia malu lihat ayam ayam bapak”

Pak Darma : “Oh mari mari silahkan”

Raniah,Puspa,Akash dan Bapak menuju ke belakang rumah. Belum jauh melangkah Raniah
diberhentikan oleh bapak sambil berkata

Pak Darma : “ Kamu mau kemana? Itu cucian belum kamu jemur. Jemur dulu sana selesai itu
buatkan air untuk tamu itu”

Dengan wajah yang kesal Raniah tak mampu membantah perintahnya, ia membalikan badan dan
pergi melakukan perintah bapak.

Raniah : “Enak banget si puspa bisa mepet mepet sama si akash, awas aja kamu puspa saya
tidak biarkan Laki laki itu menjadi milikmu” (Cetusnya dengan nada yang kesal)

Rupanya Raniah menaruh rasa pada laki laki tampan

itu, Di halaman belakang mereka begitu asyik

berbincang Akash : “Puspa ini putri bungsu nya pak

Darma ya?” Pak Darma : “Iya… dia putri bapak yang

paling rajin”

Akash : “Bapak hebat ya bisa punya dua anak gadis yang cantik dan baik apalagi yang ini pak”
(sambil tersenyum tipis”

Pak Darma : “Oh iya mas, kalau mau lebih dekat tanya aja langsung sama orang nya nih”

Plukk suara pukulan kecil dari puspa sambil berkata

Puspa : “ bapak ini apa sih”


Pak Darma : “Loh kenapa? Kamu kan sudah dewasa gapapa toh mas nya pengen kenal kamu
lebih dalam”

Akash : “ Wah benar tuh haha”

Pak Darma : “Ya sudah kita kembali kedepan yuk”

Anda mungkin juga menyukai