Anda di halaman 1dari 10

Berita

& Peristiwa
iyye
Berita
& Peristiwa
Lima puisi pilihan

©2021 Untuk HIATUS #4: Humanity Laid Bare


Berita & Peristiwa

Oleh: Iyye

Jakarta
2021
Naskah ini bukan upaya untuk
menghardik, juga menghakimi
fatalitas dari definisi
kemanusiaan yang terlanjur
diperkosa banyak maksud tersesat
dan jauh dari kata konsisten. Juga
bukan upaya untuk menampik
kenyataan bahwa kemanusiaan adalah
narasi omong kosong yang sudah
disepakati dan hanya bisa kita
"yasudah mau bagaimana lagi"-kan
pada akhirnya.

Ini adalah upaya penyadaran dari


sudut pandang mereka yang tidak
layak mendapat pengakuan, dari
gagasan-gagasan yang belum pernah
dilirik khalayak, dari suara-
suaran bungkam yang tersandung
negara.

Ironis bila ditilik, kemanusiaan


sering kali diafiliasikan dengan
tema dan kanal dialog yang itu-itu
saja. Tulisan ini mencoba untuk
merangkul subjek-subjek aktif yang
telah dikecualikan dari percakapan
tentang kemanusiaan−terutama
menyoal keadilan.

Tulisan ini bicara tentang banyak


hal; tentang pengungsi perang yang
jauh dari kata menang, dilemma
anak magang, nelangsa seorang anak
dari bapak ibu yang terlupakan.

Besar harapan saya tulisan ini


mendapatkan status yang layak
untuk direnungkan dan digali lebih
dalam obrolan-obrolan ringan
warung kopi, atau pada platform
yang lebih megah.

Semoga tetap utuh.

Jakarta, 2021

Jabat erat, Iyye


Berita dan Peristiwa

Hidup yang dipinjami, dipungut para


pengungsi bagai penanda ganjil di waktu
kematian.
Ada kenangan, beberapa butir ciuman
dari pucuk paras senapan, memungut
pertanyaan pada sisa-sisa nyanyian, ke
arah mana kemanusiaan dibawa pergi
prajurit perdamaian?

Besok kita cekik takdir dengan lubang


di kain musafir, sambil menunggu getir
peristiwa membawa kabar pesta dari
tangan-tangan kecewa para pencabut
nyawa. Tapi berita-berita diam saja,
malah menjahit trauma dari kedip mata
uang dan terharu pada aforisma perang.

Jam nasib membagikan ransum pada tenda-


tenda yang kehilangan ayah, setelah
jari tengah mencari alasan mengapa
ibunya rela ditukar darah. Ia tidak
marah, adiknya yang abadi di wawancara
sejarah.

Meski tak dikenal pemapar ikhbar, suara


mereka dicetak di surat kabar.

(2021)
Usia 25

Kemalasan yang tak punya akta, membantu


kemiskinan mencari jalan pulang menuju
ijazah. Tapi kita tidak punya sendok
untuk menyuap dokumen-dokumen, dan
kantor kelurahan ditutup untuk mereka
yang tidak menernak uang.

Sepulang kantor kita kejar deadline


lagi, untuk menimbang seberapa kopi
susu tradisi anak magang. Kenali mereka
mengantre di kedai sushi, atau di
tempat lanyard dikalungi sedemikian
rupa hingga mirip medali PON.

Jam malam bertanya-tanya, kenapa


ranselnya penuh dengan trauma? Tak
jarang mereka menangis anggur merah,
lalu pergi dansa di lantai parkiran,
sambil menaksir berapa banyak murka
kerja yang tersimpan di saku Jakarta.

Bunyi token listrik datang meminta


potret saldo, tapi kamu sibuk
memperhatikan kesepian dompet dan
tertawa melihat jam kerja memaksa kita
paham bualan saham.

Besok tagihan datang, kau terbangun


menemukan para pencuri masuk ponsel
sedang merencanakan kudeta pada gaji,
untuk meninggalkanmu makan mie dengan
barang-barang kiriman Shopee.

(2021)
Puisi-puisi Saat Ngantuk Sepulang
Vaksin

Seorang bapak-bapak
memasak puntung rokok
saat menyetir sepeda motor
di tengah kota wabah
yang sedang sibuk
membangun kehancuran,
sambil menunggu istrinya
pulang cari pengobatan.

Anaknya yang muntah masker,


diberi minum sabun dari kemarin;
apakah hidup layak pun
harus dipisah jauh
sebab protokol kesehatan?
Mereka tidak punya apa-apa
selain sertifikat vaksin.
Bunyi perut kosong
yang sudah dikorupsi,
terdengar seperti lelucon
para pejabat anosmia.

Kasus-kasus diletakan
seperti berceceran—persis
dokumen-dokumen di kantor kecamatan,

"kembali lagi saja hari Selasa"

tapi hari Senin dihapus


seperti mural di dinding umpatan.

(2021)
Orang-orang itu

Mereka menceritakan tentang berapa


banyak yang mereka hasilkan tapi tidak
soal berapa banyak yang mereka
keluarkan.

Mereka menceritakan tentang berapa


banyak yang mereka miliki tapi tidak
soal berapa banyak yang mereka nikmati.

Mereka menceritakan tentang berapa


banyak yang mereka dapatkan tapi tidak
soal berapa banyak yang mereka
korbankan.

Mereka menceritakan tentang berapa


banyak yang datang tapi tidak soal
berapa banyak yang pergi.

(2021)

(Sudah pernah tayang di Instagram @__puisi pada tanggal 12


Oktober 2021)
Tahun-tahun Penjagalan

Berita bisu memotret lanskap kota yang


jadi janggal
saat bapak ibu ternyata sudah meninggal
kita lantas menyiasati hidup dengan terus
menerus menghitung tanggal-tanggal
yang mulai tanggal.

Di sana hari-hari dingin kembali


dinyalakan. Aku di sebelahmu,
mengacungkan jari tengah,
tapi kamu sibuk
memperhatikan koran;
memeriksa sudut kota mana
yang masih punya nafsu
makan?

Sebelum hari-hari jadi


sering marah, langit
berubah lebih merah dari
darah di sarang jagal.

(2021)

(Sudah pernah tayang di Instagram


@__puisi pada tanggal 11 Oktober 2021)
iyye.writer@outlook.com
@__puisi

Anda mungkin juga menyukai