com
Amalan ini di dasari dengan jalan memelihara keluar masuknya nafas, supaya
hati tidak lupa kepada Allah Swt, agar senantiasa tetap akan hadirnya Allah Swt pada
masuk dan keluarnya nafas, dalam menarik dan menghembuskan nafasnya, hendaklah
selalu ingat masuknya
saat keluar serta hadirnafas
bersama
gunaAllah Swt di dalam
memudahkan jalanhati sanubari,
dekat kepadaingat kepada
Allah Allah
Swt dan di
ridhaiNya.
Kajian ini sangat berguna untuk jalan atau membuat seorang anak manusia
(hamba) supaya dapat mengontrol dirinya agar jangan sampai lupa kepada Allah Swt,
di samping dengan ibadah fardhu (wajib) yang di lakukan sebagai sifat penghambaan
dan pengabdian terhadap Allah Swt, amalan ini jika di lakukan dengan rutin (istiqamah)
dapat menjaga seorang hamba dari sifat lalai atau lupa kepada Allah Swt yang di
sebabkan oleh bisikan syetan pada jalan – jalan atau pintu masuk yang halus daripada
manusia, jadi inilah upaya untuk jalan menuju kepada Allah Swt yang Maha Agung dan
Maha Suci.
walaupun
Allah Swt, berada di tengah
baik dzikir keramaian,
izmu zat dalam arti Allah…Allah…Allah
dengan membaca kata berkekalan dzikirmaupun
(ingat) kepada
dengan
dzikir napi istbat menyebut La ilahaa illallah , sampai yang di sebut itu terlihat di dalam
dzikir yang hadir dan datang.
Di luar suluk yang resmi, seorang salik harus memelihara hatinya dari
kemasukan sesuatu yang dapat menggoda dan mengganggunya sedapat mungkin di
dalam kesadarannya yang jernih, jika terjadi yang demikian walaupun hanya sebentar
dapat menjadi masaalah besar, hal ini tidak boleh terjadi dalam ajaran ibadah cara
thariqat.
Tawajjuh atau pemusatan perhatian sepenuhnya pada musyahadah yang
menyaksikan keindahan kebesaran dan kemuliaan Allah Swt terhadap Nur Zat
tanpa di ,sertai
Ahdiyah cahaya yang kata
dengan maha – esa
kata,dengan
hal ini tiada
dapatseumpama dengan
di capai oleh apapun
seorang juga
hamba dan
dalam
menjalani ibadah cara suluk setelah dia mengalami fana dan baqo yang sempurna
Pelajaran dalam ajaran ini ada mempunyai beberapa tingkatan yang di
sesuaikan dengan tahap kebersihan jiwa dan hasil daripada pengamalan dzikirnya
terhadap Allah Swt, dengan di bimbing oleh seorang guru mursyid tentunya pada
pembelajaran ini, semakin dekat seorang hamba dengan khalikNya, maka semakin naik
http://slidepdf.com/reader/full/7-lathif-thariqat-naqsyabandiyah 1/23
5/12/2018 7LathifThariqatNaqsyabandiyah-slidepdf.com
pulalah tahapan tingkatan kajiannya dalam memperdalam ajaran dzikir ini, tingkatan
dari ajaran dzikir ini terdiri sebagai berikut :
1. LATIFATUL QALBIY
Berhubungan dengan jantung jasmani, kira – kira dua jari di bawah susu kiri,
dzikirnya sekurang
As, cahayanya – kurangnya
kuning 5000
dan berasal daridalam
tanah,sehari
anginsemalam,
dan api. ini wilayahnya Nabi Adam
Wilayah ini tempatnya sifat buruk pada manusia, yakni ; hawa nafsu, Syetan
dan Dunia, jika seorang hamba lkhlas dzikirnya pada wilayah ini, maka hilanglah itu
daripadanya dan paling tidak berkurang, jadi sifat yang buruk pada wilayah ini jika di
dzikirkan terus menerus, maka dapatlah menjelma atau masuklah sifat yang baik dan
berakhlak, yaitu ; Iman, Islam, Tauhid dan Ma‘rifat.
Uraian latifah ini adalah merupakan sentral daripada ruhaniah manusia, wilayah
ini merupakan induk dari latifah – latifah lainnya, yaitu hati sanubari manusia itu sendiri.
Madzmumahnya adalah hawa nafsu yang buruk itu mengikut kepada kehendak iblis
dan syetan, cinta dunia, kafir dan syirik bertempatkan pada wilayah ini.
malaikat,Mad zmudahnya
melalui dzikir ialah
pada Iman, Islam,
latifatul Tauhid
qalbiy dan Ma‘rifat
menjelmalah sifat serta sifat – sifat
madzmudah tadi
kedalamnya, justru inilah di tuntut seorang hamba supaya rajin – rajin membersihkan
wilayah ini dengan dzikrullah.
Jika seorang hamba betul – betul ikhlas dan rajin berdzikir pada wilayah ini dan
beristiqamah, maka insya Allah Swt terbukalah rahasia gaib alam jabarud dan alam
malakud dengan izin dan kehendakNya, dia mendapatkan ilham dan karunia
daripadaNya, dan itu ini di katakan sunah dan thariqat Nabi Adam As.
Puncaknya adalah fana pada Af‘al Allah Swt, munculnya mati tabi‘i, mati yang di
maksudkan di sini adalah matinya hawa nafsu dan hiduplah hati sanubari.
Mati Tabi‘i ar tinya perasaan lahiriah orang yang berdzikir menjadi hilang, fana
2. LATIFATUL RUH
Berhubungan dengan rabu jasmani dua jari di bawah susu kanan, dzikirnya
sekurang – kurangnya 1000 kali dalam sehari semalam, ini adalah wilayahnya Nabi
Ibrahim As dan bercahaya merah, maqam ini berasal dari api.
Maqam ini adalah tempatnya sifat madzmumah yaitu tamak, rakus dan bakhil,
jika ikhlas dzikirnya maka masuklah dan berganti dengan sifat madzmudah, yaitu
Khana‘ah dalam arti memadai ianya akan apa ada adanya.
http://slidepdf.com/reader/full/7-lathif-thariqat-naqsyabandiyah 2/23
5/12/2018 7LathifThariqatNaqsyabandiyah-slidepdf.com
Sifat buruk ini seperti, loba, tamak, rakus dan bakhil adalah salah satu sifat yang
tidak di sukai oleh Allah Swt dan RasulNya, sifat bathiniah yang buruk seperti ini tidak
ubahnya seperti binatang yang suka menurut akan hawa nafsunya, jadi dengan rajinnya
mengobati sifat ini dengan dzikir pada maqam tersebut di atas adalah dapat berganti
sifas yang di sukai Allah Swt dan RasulNya, seperti merasa selalu bersyukur dan
menerima apa adanya
ini adalah dengan carayang
yangtelah
wajardimelalui
tetapkan olehkepada
dzikir Allah Swt, usaha
Allah untuk merubah
Swt dengan sifat
seperti cara
yang di ajarkan oleh Thariqat An- Naqsyabandi.
Puncaknya pada dzikir adalah maqam fanafil asma dan mati ma‘nawi, artinya
semua sifat keinsanan manusia telah lebur dan lenyap di liputi oleh sifat ketuhanan
yang di namakan dengan fanafisifattillah, sifat yang baharu dan sifat yang kekurangan
pada diri seseorang yang berdzikir jadi lenyap atau fana, yang tinggal hanyalah sifat
tuhan yang maha sempurna dan azali.
Pendengaran dan penglihatan lahir menjadi hilang lenyap, yang tinggal
hanyalah pendengaran bathin dan penglihatan bathin yang memancarkan nur illahi,
yang terbit dari dalam hati yang dapat memancarkan ilham dari Allah Swt, mati ma ‘nawi
ini merupakan
merupakan hasilpintu fana yangdan
mujahadahnya kedua dan di rahmat
merupakan terima dan
olehkarunia
seseorang berdzikir,
dari Allah ini
Swt jika
ikhlas dzikirnya.
3. LATHIFATUL SIRRI
Berhubungan dengan hati jasmani kira – kira dua jari di atas susu kiri, dzikirnya
dalam sehari semalam sekurang – kurangnya 1000 kali, ini wilayahnya Nabi Musa As
dan bercahaya putih asalnya dari angin, maqam ini tempatnya sifat madzmumah pada
manusia, yaitu pemarah, pembengis, emosi tinggi dan penaik darah dan pendendam,
jadi kita harus berdzikir di tempat ini jika ingin menghilangkan sifat buruk tersebut dari
bathin kita, jika ikhlas dzikirnya pada tempat ini maka akan bergantilah sifat buruk tadi
menjadi sifat yang terpuji, seperti pengasih, penyayang, baik budi bahasa dan
pekertinya.
Sifat ini di katakan seperti sifat binatang buas yang suka berbuat onar,
kekejaman, penganiayaan, penindasan, permusuhan dan pendzaliman sesama, dan
sebagai madzmudahnya adalah manakala lenyap sifat buruk di atas dan berganti
dengan sifat kesempurnaan, terutama rahman dan rahim, ini di katakan adalah sunah
dan thariqatnya Nabi Musa As.
Puncaknya pada maqam ini adalah fanafisifattisubutiah dan mati sirri, mati sirri
artinya segala sifat keinsanan menjadi lenyap dan berganti fana, demikian juga dengan
alam yang wujud ini menjadi lenyap dan di telan oleh alam ghaib, alam malakul yang
penuh dengan nur illahi, mendapat karunia mati sirri ini adalah bergelimang baqa
Berhubungan dengan limpa jasmani kira – kira dua jari di atas susu kanan,
berdzikir pada maqam ini dalam sehari semalam sekurang – kurangnya 1000 kali, ini
adalah wilayahnya Nabi Isa As dengan bercahayakan hitam dan berasal dari air.
http://slidepdf.com/reader/full/7-lathif-thariqat-naqsyabandiyah 3/23
5/12/2018 7LathifThariqatNaqsyabandiyah-slidepdf.com
Ini adalah tempatnya sifat madzmumah pada manusia, seperti busuk hati, munafik,
pendusta, mungkir janji, penghianat dan tidak dapat di percaya, nah jika ikhlas dzikir
pada tempat ini maka hilanglah sifat yang demikian dan berganti dengan sifat yang
terpuji, seperti ridha dan syukur, madzmumahnya lathifatul khafi ini di katakan dengan
sifat syetaniah yang menimbulkan was – was, cemburu, dusta dan sebagainya yang
sejenis, dan
di katakan mahmudahnya
dengan sunahnyaadalah
Nabi Isasifat
As.syukur dan ridha serta sabar dan tawakkal, ini
Puncaknya adalah fana fissifatis salbiyah dan mati hissi, mati hissi artinya segala
sifat keinsanan yang baharu menjadi lenyap atau fana dan yang tinggal hanyalah sifat
tuhan yang qadim azali, ada tingkat ini tanjakan bathin seorang yang berdzikir telah
mencapai tingkat tertinggi, yaitu tingkat ma‘rifat, pada tingkat ini orang y ang berdzikir
telah mengalami keadaan yang tidak pernah di lihat oleh mata zahir, tidak opernah di
dengar telinga zahir dan tidak pernah terlintas dalam hati sanubari manusia dan tidak
mungkin pula bisa di sifati oleh sifat manusia kecuali yang telah di karuniakan oleh Allah
Swt dengan seperti pada jalan tersebut di atas.
5. LATHIFATUL AKHFA
Berhubungan dengan empedu jasmani kira – kira di tengah dada, dzikirnya
sekurang – kurangnya dalam sehari semalam adalah 1000 kali, ini merupakan
wilayahnya Nabi Muhammad Saw dan bercahaya hijau serta berasal dari tanah, tempat
sifat takbur, ria, ujub dan suma‘ah, ini harus kita hilangkan dengan berdzikir pada
maqam ini agar dapat berganti dengan sifat tawadduk, ikhlas, sabar dan tawakkal
kepada Allah Swt.
Sifat segala keakuan seperti sombong, takbur, ria, loba, ujub dan tamak serta
bersikap akulah yang terpandai, akulah yang terkaya, akulah yang tergagah, tercantik
dan lain sebagainya, maqam ini juga di katakan dengan sifat rububiyah atau rabbaniyah
dan hanyaalam
mengatur pantas bagi Allah
semesta Swt,baik
ini, sifat sebab dialah
pada yangdipada
maqam hakikatnya
dapatkan yang memiliki,
jika berdzikir dengan
ikhlas adalah khusyu‘, tawadduk, tawakkal dan ikhlas sebenar ikhlas, selalu tafakkur
akan keagungan Allah Swt dan ini di katakan dengan sunahnya dan thariqatnya Nabi
Muhammad Saw, puncaknya adalah fana fidzzat, almuhallakah.
6. LATHIFATUL NAFSUN NATIKAH
Berhubungan dengan otak jasmani terletak di tengah – tengah dahi, berdzikir pada
maqam ini dalam sehari semalam adalah sebanyak 1000 kali sekurang – kurangnya, ini
adalah wilayahnya Nabi Nuh As dan bercahaya biru serta tempat sifat buruk pada
manusia yaitu khayal dan angan – angan, oleh karena itu kikislah sifat tersebut dengan
berdzikir secarayang
sifat dan nafsu ikhlas pada tempat ini, agar berganti dengan sifat muthma‘innah, yaitu
tenang.
Buruknya pada tempat ini adalah selalu panjang angan – angan, banyak khayal
dan selalu merencanakan selalu yang jahat untuk memuaskan hawa nafsu, sifat
baiknya adalah nafsu muthma‘innah yaitu sifat yang sakinah, aman, tenteram serta
berpikiran yang tenang, ini di katakan dengan sunah thariqatnya Nabi Nuh As,
puncaknya adalah mati hissi.
http://slidepdf.com/reader/full/7-lathif-thariqat-naqsyabandiyah 4/23
5/12/2018 7LathifThariqatNaqsyabandiyah-slidepdf.com
Berhubungan dengan selurh badan atau jasad zahir, berdzikir pada maqam ini
dalam sehari semalam sekurang – kurangnya 11.000 kali, ini adalah tempatnya sifat
buruk manusia, yaitu jahil dan lalai, seseorang yang dzikirnya ikhlas pada tempat ini
dapatDzikir
menimbulkan ilmujuga
ini di sebut dan dengan
amal yang di ridhai
dzikir sultanoleh Allah
aulia Swt.
Allah Swt, artinya raja sekalian
dzikir dan di jalankan melalui seluruh badan, tulang belulang, kulit, urat dan daging di
luar maupun di dalam, di tempat ini dzikir Allah…Allah…Allah pada penjuru anggota
badan beserta ruas dari ujung rambut sampai ujung kaki hingga tembus keluar yakni
bulu roma pada sekujur tubuh atau badan, agar dapat menghilangkan sifat malas dan
lalai beribadah kepada Allah Swt.
Untuk menghantam seluruh sifat malas dan lalai tersebut haruslah di laksanakan
dengan sepenuh hati yang ikhlas, menurut kajian pengamal ajaran cara ibadah
tasawwuf bahwa iblis dan syetan bisa masuk melalui dan menetap pada seluruh bagian
tubuh, karena itu perlu di getar dengan dzikirullah sehingga dzikirullah menetap di
membasmi
madzmumahsifat
atau madzmumah yang
sifat buruk ini di ada pada
tunggangi 7 (tujuh)
oleh iblis lathaif tadi, segala sifat
dan syetan.
WUKUF
1. Wukuf Samani;
Artinya : Kontrol yang di lakukan oleh seorang salik terhadap ingat atau tidaknya dia
kepada Allah Swt sekurang – kurangnya dua atau tiga jam, jika dia ternyata dalam
keadaan
Allah Swt,ingat
jikakepada
ternyataAllah
dia Swt
tidakdalam
ingatpada waktu
kepada tersebut,
Allah Swt, iaia harus
harus bersyukur
banyak – kepada
banyak
melakukan taubat kepada Allah Swt dan usahakan dengan sekeras mungkin supaya
kembali ingat kepada Allah Swt.
2. Wukuf ‗Adadi;
http://slidepdf.com/reader/full/7-lathif-thariqat-naqsyabandiyah 5/23
5/12/2018 7LathifThariqatNaqsyabandiyah-slidepdf.com
Artinya : senantiasa memelihara bilangan ganjil dan menyelesaikan dzikir napi istbat
pada setiap dzikir tersebut di akhiri, jangan di akhiri dengan bilangan yang genap, tetapi
mestilah bilangan yang ganjil, seperti ; 3, 5 atau 7 dan seterusnya.
3. Wukuf Qalby;
Artinya : Keadaan hati seorang yang suluk, selalu hadir kepada Allah Swt, pikiran yang
ada terlebih dahulu di hilangkan dari perasaan, kemudian sekalian panca indera yang
lima tawajjuh dengan mata hati yang hakiki untuk menyelami ma‘rifat kepada Allah swt,
tidak ada luang sedikitpun di dalam hati selain kasih Allah
Dzikir wukuf menghadirkan seluruh lathaif dan seluruh anggota badan serta ruas –
ruasnya di hadirkan kepada zat yang tanpa rupa dan bentuk, penghadiran tanpa
menyertakan Dzikir ismu zat, tapi hadir di haribaan zat yang di namai Allah, yaitu Allah
Swt. Dzikir wukuf adalah Dzikir diam dengan semata – mata mengingat Allah, yaitu
mengingat zat Allah yang bersifat dengan segala sifat sempurna dan suci atau jauh dari
segala sefat kekurangan,
sifat kekurangan segala
adalah milik kitasifat
dankesempurnaan hanyasifat
untuk meningkatkan di miliki
yangoleh Allahsempurna
kurang Swt, jadi
itu menjadi lebih sempurna, maka inilah yang kita harapkan rahmat dan ridha Allah Swt.
Dzikir wukuf ini di rangkaikan setelah selesai melaksanakan Dzikir ismu zat atau Dzikir
lathaif atau Dzikir napi istbat, Dzikir wukuf ini di laksanakan dalam rangka menutup
Dzikir yang lain sebelumnya.
PENGERTIAN MARKOBAH
“Dan adalah Allah Maha mengawasi segala sesuatu.” Al - Qur‟an Surah Al -
Ahzab Ayat 52
http://slidepdf.com/reader/full/7-lathif-thariqat-naqsyabandiyah 6/23
5/12/2018 7LathifThariqatNaqsyabandiyah-slidepdf.com
“Apakah Tuhan yang menjaga Setiap diri terhadap apa yang diperbuatnya
(sama dengan yang tidak demikian sifatnya)?” . Ar-Ra‟d Ayat 33.
Dari Abu Ya'la yaitu Syaddad bin Aus Ra, dari Nabi Saw, sabdanya : "Orang yang
cerdik
beramal-berakal ialah orang
untuk mencari yang
bekal memperhitungkan
sesudah keadaanorang
matinya, sedangkan dirinya danlemah
yang suka
ialah orang yang dirinya selalu mengikuti hawa nafsunya dan mengharap -
harapkan kemurahan atas Allah, yakni mengharap - harapkan kebahagiaan dan
pengampunan di akhirat, tanpa beramal shalih." Di riwayatkan oleh Imam Tirmidzi.
Markobah amalan
meningkatkan juga mengevaluasi
– amalan yang sehabis
akan beramal guna menyangkut
datang yang memperbaiki dalam
dan
pelaksanaan istighfar dan taubat serta terhadap dosa – dosa yang telah terlanjur di
laksanakan pada masa lampau dengan perasaan menyesal dan takut terulang lagi,
begitu juga orang yang belum mengukuhkan rasa takutnya kepada Allah Swt.
Mawas dirinya terhadap Allah Swt dapat membukakan atau mencapai kasyaf
(terbuka tabir antara hamba dengan tuhannya) dan syahadah (menyaksikan) akan
http://slidepdf.com/reader/full/7-lathif-thariqat-naqsyabandiyah 7/23
5/12/2018 7LathifThariqatNaqsyabandiyah-slidepdf.com
keutamaan dan hikmah, markobah dari seseorang hamba terlihat bahwa dia selalu
dalam keadaan ridha dan ingin meningkatkan amal – amal shalehnya.
Bentuk pelaksanaan Dzikir markobah di rangkaikan dengan akan selesainya atau
ada hasil daripada Dzikir sebelumnya, seperti ; Dzikir lathaif dan napi istbat.
Berkekalannya seorang hamba bertawajjuh serta memandang zat Allah Swt yang
bersifat dengan segala sifat yang sempurna serta suci bersih dari segala sifat
kekurangan. Dzikir ini di mana seorang hamba berDzikir dan ingat kepada zat Allah
Swt,
yang bahwa Allah Swt maha pencipta dan maha suci dan mengerjakan segala sesuatu
dia kehendaki.
“Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu" .
As-Shaffaat Ayat 96.
dengan“Dan
firmanDia
Allahbersama
Swt sebagai
kamuberikut :
di mama saja kamu berada, dan Allah Maha
melihat apa yang kamu kerjakan.” Al-Qur‟an Surah Al-Hadid Ayat 4.
Dalam kajian Thariqat Naqsyabandi, para salik di ajarkan Tahlil Lisan sebelum di
ajarkankan Dzikir Markobah ‗Aghrabiyah, menurut Syeikh Sulaiman Zuhdi, Dzikir
Markobah ‗Aghrabiyah adalah berkekalannya seorang hamba yang bertawajjuh serta
memandang betapa dekatnya Allah Swt dengan hambaNya, yaitu sesuai dengan firman
Allah Swt dalam Al-Qur‘an :
http://slidepdf.com/reader/full/7-lathif-thariqat-naqsyabandiyah 8/23
5/12/2018 7LathifThariqatNaqsyabandiyah-slidepdf.com
Allah Swt :
"Demikianlah, Allah berbuat apa yang di kehendaki-Nya". Al-Qur‟an Surah
Ali Imran Ayat 40.
“Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.” Al-Qur‟an Surah
Al-Hajj Ayat 14.
Dalam kehidupan kita sehari – hari di luar kegiatan suluk, kajian ini sangat
penting di terapkan untuk menjaga daripada nur (cahaya) keimanan hati kita kepada
Allah Swt, agar senantiasa mendapatkan ketetapan (istiqomah) dalam menetapkan
ingat kepada Allah Swt. hal ini terdiri dari 8 (delapan) perkara, yaitu :
Dalam setiap tarikan nafas yang naik turun kita senantiasa berpikir akan
kebesaran Allah Swt, hamba yang cerdas dan bijak harus selalu mengontrol napasnya
terhadap kelalaian, dalam keadaan hal menarik dan melepaskan nafas tersebut,
dengan itulah selalu menjaga hatinya senantiasa hanya tertuju kepada Allah Swt.
Kita harus selalu menjaga napas dengan ingat berkekalan kepada Allah Swt,
sebab tiap tarikan dan hembusan napas yang demikian itu adalah akan hidup dan
menyambung dengan Allah Swt, tiap tarikan dan hembusan napas dengan kelalaian
adalah akan mati dan terputus hubungan dengan Allah Swt, ajaran ini di bangun atas
teori
waktudasar napas,
menarik danjadi suatu keharusan
menghembuskan, bagimenjaga
selalu semuanya untuk menjaga
napasnya napasnya pada
dalam lingkungan ingat
kepadaNYA di antara menarik dan menghembuskan napas sepanjang hidupnya.
Nama Allah Swt terdiri dari empat huruf : Alif, Lam, Lam dan Ha, dalam
pengertian ini di nyatakan bahwa zat Allah Swt yang sempurna di katakan pada huruf
terakhir yakni "Ha", huruf ini mewakili dialah yang maha ghaib dan sempurna.
http://slidepdf.com/reader/full/7-lathif-thariqat-naqsyabandiyah 9/23
5/12/2018 7LathifThariqatNaqsyabandiyah-slidepdf.com
Lam adalah untuk (tacrif) menyatakan identitas yang di cari, sedangkan Lam yang
kedua adalah untuk mubalagha (penekanan) yang di cari, hal ini identik dengan dzikir
napi istbat
Seharusnya hal di ketahui oleh kita semua, bahwa menjaga napas dari kelalaian
ingat adalah suatu pekerjaan yang susah bagi seseorang, sehingga kita harus
melakukan hal itumembersihkan
ampunan akan dengan cara dan
selalumensucikan
mencari ampunan
diri kita(istighfar),
dan akankarena mencari
menimbulkan
keyakinan bahwa sesungguhnya Allah Swt yang memang nyata berada di mana -
mana.
Ini artinya bahwa kita dalam berjalan di kehidupan ini hendaknya pandangan
mata hanya tertuju kepada obyek (fokus), yaitu keridhaan Allah Swt. Kemanapun arah
kakinya hendak dia tempatkan atau langkahkan, maka pandangan mata kita hendaknya
tertuju kesitu pula.
kekananJangan melemparkan
atau kedepan, agar pandangan
pandangan kesana kemari,
yang satu tidakseperti melihat
menutupi kekiri
hatinya, atau
karena
timbulnya hijab (dinding), kebanyakan di sebabkan pada hati yang liar (tidak tetap),
selama melangkah dalam perjalanan tersebut, karena berbagai macam keinginan yang
tercetak di dalam pikiran kita senantiasa di bisikkan oleh syetan dengan tiada henti -
hentinya, berbagai macam gambaran dan khayalan itu, akan menjadi tabir yang akan
menutup hati.
Hati yang telah di bersihkan melalui dzikir terus menerus, akan menjadi cermin
untuk penglihatan mata hati, maka dengan itulah kita di perintahkan untuk
merendahkan pandangannya agar supaya tidak di serbu oleh anak panah syetan.
Merendahkan dan menafikan pandangan juga merupakan tanda kerendahan
hati,
tetapiorang
bila yang
selalubangga
melihatdan
ke sombong, tidak akan pernah
arah perjalanannya denganmelihat
fokus akan
dan tujuan
mantapmereka,
hanya
kepada Allah Swt, maka gerak menuju arah tujuannya akan tercapai dengan
kehendakNya insya Allah Swt.
Jika ini sudah tercapai, maka kita secara otomatis tidak akan melihat kemana -
mana kecuali hanya kepada Tuhan, laksana seseorang yang ingin sampai ke tujuannya
dengan cepat, demikian juga seseorang yang menuju Allah Swt bergerak dengan
cepat, tidak melihat ke kanan atau ke kirinya, tidak berbilang – bilang dalam beribadah,
tetapi selalu dan selalu terus menerus, tidak juga mudah terkagum – kagum akan apa
yang di jumpainya, tidak melihat kepada keinginan duniawi, tetapi hanya melihat
kepada Allah Swt.
Pandangan mendahului
pandangan....Ingatlah!!!!!!!!!!, langkah,
untuk perjalanan dan
yang meningkat langkah(mi‘raj)mengikuti
keatas ini, atau
ke maqam yang lebih tinggi, di mulai dengan pandangan yang satu, di ikuti dengan
langkah, apabila langkah mencapai level tinggi dari pandangan, maka pandangan akan
naik lagi ke tingkat berikutnya, atas itulah langkah juga mengikuti secara bergilir.
Pandangan akan di angkat ke tempat yang lebih tinggi lagi, dan langkah akan
mengikutinya secara bergilir, dan begitu seterusnya sampai pandangan mencapai
tingkat kesempurnaan, ke arah itulah langkah akan di tarik dan di lakukan.
http://slidepdf.com/reader/full/7-lathif-thariqat-naqsyabandiyah 10/23
5/12/2018 7LathifThariqatNaqsyabandiyah-slidepdf.com
3. Syafar dar watan , artinya : Perjalanan kembali (pulang) dalam arti kata ―Hijrah.‖
Maknanya adalah kita selalu mengupayakan dalam kehidupan ini adalah
berjalan atau hijrah, dari dunia yang penuh dengan hawa, nafsu dan syahwat ini,
menuju kepada dunia ibadah.
Rasulullah Saw mengatakan : "Saya akan mengunjungi Tuhanku dari satu
maqam ke maqam yang lebih baik (tinggi) dan dari satu daerah ke daerah yang
lebih tinggi". Artinya kita harus berjalan untuk kembali dari keinginan hal
terlarang kepada keinginan untuk Allah Swt.” Di uraikan lagi adalah sebagai berikut
:
a. Perjalanan
Artinya Luar
: Berjalan atau hijrah, dari satu tempat ketempat yang lain guna
menambah suatu ilmu dan amal (hijrah dari kebodohan kepada berilmu pengetahuan
“tentang ibadah”), untuk lebih meningkatkan dan mendekatkan kita kepada Allah Swt,
guna mengangkat cara ibadah kita, dari yang kurang baik kepada yang lebih baik,
mengingat dalam ibadah banyak terselip hal – hal yang dapat mengugurkan amal
ibadah.
b. Perjalanan Dalam
Artinya : Untuk kemantapan dalam melakukan perjalanan luar di atas, dalam
perjalanan luar terdapat banyak sekali kesukaran yang berkemungkinan takkan
sanggup
terlarang, di
ini tanggung olehkarena
di sebabkan kita, dimasih
khawatirkan
banyak malah
kendalaakan jatuh
dalam tatakepada tindakan
cara ibadahnya
dalam praktek secara langsung, oleh karena itu alngkah baiknya jika dalam hijrah yang
di atas tadi, maka sebaiknya di laksanakan ibadah rutin (istiqamah) kepada Allah Swt
tanpa mohon akan rahmat dan karuniaNya, karena dalam mencari ilmu untuk beramal
sangat besar faedahnya di sisi Allah Swt.
Jika dua hal di atas dapat kita laksanakan dengan baik, dan meninggalkan
perilaku akhlaq yang buruk, tentu akan dapat meningkat kepada akhlaq yang lebih
tinggi, menguasai akan semua keinginan dunia dari hatinya dan menafikannya dengan
hanya untuk keperluan sekedarnya (qana‘ah), maka kita akan di an gkat oleh Allah Swt
dari keadaan
Apabilayang
telahtidak bersih kepada
di sucikan olehNyakeadaan bersih
hati kita, makadan suci.
membuatnya jernih seperti air,
transparan bak kaca, mengkilap seperti cermin, di perlihatkan kebenaran dari semua
hal dalam kehidupannya sehari - hari, dalam hatinya akan muncul semua hal yang di
perlukan untuk kehidupannya dan untuk mereka yang berada di sekelilingnya.
http://slidepdf.com/reader/full/7-lathif-thariqat-naqsyabandiyah 11/23
5/12/2018 7LathifThariqatNaqsyabandiyah-slidepdf.com
Khalwat artinya menyendiri secara sendirian, artinya tampak dari luar bersama -
sama dengan manusia di sekelilingnya, sementara secara bathin, atau dalam hatinya
senantiasa selalu ingat dan bersama Allah Swt. Terdapat juga dua kategori ―khalwat‖,
yakni ;
Khalwat ini ada dua macam :
1. Khalwat
khalwat, pada suatu tempat
berkonsentrasi yang tidak
hati dengan adakepada
dzikir orang lain selain
Allah Swt,dari orang tujuan
dengan - oranguntuk
yang
mencapai kebenaran Allah Swt menjadi nyata kebesaranNYA (Tajalli).
2. Khalwat yang merasa sendiri di antara keramaian (dalam lingkungan manusia atau
masyarakat), di sini kita hendaknya selalu hadir dengan Allah Swt, sambil secara
zahirnya berada di tengah - tengah keramaian tersebut, sementara di dalamnya selalu
dzikir sir (tersembunyi) dalam hati sanubari, meskipun kita masuk dalam kancah
keramaian manusia, usahakan selalu mengekalkan ingat kepada Allah Swt, dalam
keadaan ini adalah posisi yang tertinggi pada apa yang di namakan khalwat atau suluk,
hal ini adalah benar dan lurus, sesuai dengan yang tersebut dalam Al-Qur'an "Orang -
orang yang tak dapat di alihkan perhatinnya dari mengingat Allah oleh bisnis
maupun keuntungan".
Khalwat
utama seorang penganut ajaran Thariqat adalah kesendirian dalam
keramaian, mereka bersama Allah Swt dan sekaligus bersama manusia, seperti kata
Rasulullah Saw : "Saya memiliki dua sisi, satu muka menghadap Al - Khaliq muka
lainnya menghadap ciptaan (makhluq)".
Penganut ajaran Thariqat, selalu menekankan kebaikan akan berjama‘ah,
bermajelis (berkumpul) dalam berdzikir, Thariqat kita adalah persahabatan
(kebersamaan), dan adalah suatu kebaikan berada dalam kebersamaan.
Kesempurnaan bukan pada peragaan kekuatan karomah, tapi kesempurnaan
adalah duduk bersama orang ramai (banyak), menjual dan membeli, menikah dan
mempunyai anak, namun tak pernah meninggalkan kehadiran Allah Swt dalam sekejap
pun.
5. Yad kard , artinya : Dzikir yang paling utama di tuju (lakukan).
hembusan napas,
hati, arti dari dzikirmenghirup
ini adalahdan meniup, selalu
membawa sasaranmembuatnya
kita hanyamencapai dan memukul
satu - satunya kepada
Allah Swt, dan tidak ada sasaran lain lagi bagi kita, hanya satu Allah Swt yang Maha
Esa.
http://slidepdf.com/reader/full/7-lathif-thariqat-naqsyabandiyah 12/23
5/12/2018 7LathifThariqatNaqsyabandiyah-slidepdf.com
Keadaan ini, di mana yang melakukan dzikir dengan sampai kepada pengertian
ungkapan Rasulullah Saw, "Illahi anta maqsudi wa ridhaka matlubi" artinya : Ya
Allah, hanya engkaulah yang kumaksud dan keridhoan engkaulah yang kutuju".
Munajat ini adalah dasar dan tujuan utama bagi ajaran Thariqat Naqsyabandiah,
akan menambah kesadaran dan pengakuan kita tentang Ke-Esa-an Allah Swt, sampai
kita mencapai
pandangan keadaan
mata, semuadiyang
mana
kitakeberadaan semua kita
lihat, kemanapun ciptaan (makhluq)adalah
memandang, lenyapAllah
dari
Swt.
Kita melakukan dzikir macam ini, agar supaya menerangkan hati akan rahasia
yang maha satu (Al - Ahad), dan untuk membuka diri kepada kenyataan (tajalli) Allah
Swt, bagi salik yang pemula, tidak boleh meninggalkan dzikir ini bila dia tidak
mendapatkan hasil atau kekuatan itu muncul dalam hatinya, harus tetap melaksanakan
dzikir ini, karena Rasulullah Saw telah mengatakan : "Barang siapa meniru suatu
golongan orang, dan akan menjadi bagian dari golongan itu".
Makna Baz Ghast adalah kembali kepada Allah Swt, dengan menunjukkan
kepasrahan diri yang sempurna dan tunduk kepada kehendakNYA, dan kerendahan diri
http://slidepdf.com/reader/full/7-lathif-thariqat-naqsyabandiyah 13/23
5/12/2018 7LathifThariqatNaqsyabandiyah-slidepdf.com
Membaca dzikir, tentu akan melindungi hatinya, dalam tiap hembusan napas
tanpa meninggalkan ingat Allah Swt, ini adalah karunia yang sangat besar di
berikanNya kepada seseorang hamba, hendaknya kita mempertahankan hati, supaya
selalu berada dan dekat dengan Allah Swt, ini akan membuat kita menyadari dan
merasakan Cahaya (nur) dari Allah Sw, kita harus membuang tiga dari empat bentuk
pikiran yang terasa, yakni :
Pikiran egois;
Pikiran jahat, dan
Pikiran malaikat, sambil mempertahankan dan membenarkan, kita justru hanya
boleh membentuk pikiran keempat, yaitu;
Pikiran kebenaran, artinya suatu keyakinan, hal ini akan membimbing kita
menuju ketingkat tinggi dari kesempurnaan, dengan membuang semua khayalan
dan hanya mengambil kebenaran, bahwa yang benar adalah Esanya Allah Swt.
MAQAM MUSYAHADAH
Dzikir maqam mukasyafah adalah seseorang yang berdzikir di mana seolah –
olah terbuka rahasia ketuhanan baginya, bila berdzikir maqam mukasyafah ini di
laksanakan
maka dia akandengan baik, sempurna
memperoleh dan dan
hakikat kasyaf ikhlas, maka seorang hamba akan tahkik,
rahasiaNya.
Dan seseorang hamba tidak akan menghendaki menempuh jalan itu kecuali bila
dia di kehendaki Allah Swt, sesungguhnya Allah Swt Maha Mengetahui dan Maha
Bijaksana, dialah Allah Swt yang hidupnya kekal dan tiada tuhan melainkan Allah Swt,
maka sembahlah Allah Swt dengan menunaikan ibadah kepada Allah Swt, segala puja
dan puji bagi Allah Swt Rahmat sekalian alam.
MAQAM MUKABALAH
Berdzikir dalam maqam mukafahah ini, seseorang hamba dalam dzikir kepada
Allah Swt, di mana tahap ruhaniahnya berkasih sayang dengan Allah Swt, dzikir ini
dengan semata – mata mengingat zat Allah Swt yang Maha Pengasih lagi Maha
http://slidepdf.com/reader/full/7-lathif-thariqat-naqsyabandiyah 14/23
5/12/2018 7LathifThariqatNaqsyabandiyah-slidepdf.com
Penyayang, kecintaan dari yang selainNya sudah hilang sama sekali, hanya tinggal
kecintaan (muhibbah) kepada Allah Swt, dzikir ini di rangkaikan dengan dzikir ismu zat,
lathaif dan napi istbat serta dzikir wukuf, adapun orang – orang yang sebenarnya
beriman adalah sangat cintanya kepada Allah Swt.
MAQAM FANAFILLAH
Dzikir dalam maqam fanafillah ini adalah seseorang hamba berdzikir dalam
tahap telah lenyap dan lebur rasa keinsanannya kedalam rasa ketuhanan, dia telah
fana kedalam baqo Allah Swt, seorang hamba yang telah melaksanakan perjuangan
(riyadhah) serta mujahadah dan telah melepaskan dirinya dari belenggu hawa nafsu,
sehingga ingatannya kepada alam maujud ini telah hilang lenyap sama sekali dan dia
lebur kedalam kebaqoan Allah Swt, maka dia telah fanafillah, sesuai dengan firman
Allah Swt dalam Al-Qur‘an :
„“Semua yang ada di bumi itu akan binasa.” Al-Qur‟an Surah Ar -Rahman
Ayat 26.
“Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan
Maqam baqobillah adalah seseorang yang berdzikir telah mencapai tahap dzikir,
di mana kehadiran hati bersama Allah Swt semata – mata, artinya dengan fananya
segala sesuatu termasuk dengan dirinya, maka yang tinggal baqo hanyalah zat Allah
Swt, seorang hamba pada ketika itu telah lebur dan fana dalam kebaqoan Allah Swt.
Sebagaimana pada firman Allah Swt dalam Al- Qur‘an Surah Ar -Rahman Ayat 27.
Para sufi mengatakan, “Fananya dalam kebaqoan Allah Swt, dan lenyapnya
dalam kehadiran Allah Swt.”
Para guru
sesuai sufi atau
dengan tasawwuf
kehendak berkata
Allah Swt,: dia
"Siapa yang mengalami
haruslah ingin sampai kaji ibadahnya
sekurang -
kurangnya" :
Mati Thabi'i;
Mati Ma'nawi;
Mati Syuri;
Mati Hissi.
Fana' Fi 'Af''al;
Fana' Fi Asma;
http://slidepdf.com/reader/full/7-lathif-thariqat-naqsyabandiyah 15/23
5/12/2018 7LathifThariqatNaqsyabandiyah-slidepdf.com
Fana' Fi Sifat;
Fana' Fi Dzat.
م ا ر ا و ل ج ا و ذ ك ب ر ه ج و ى ق ب ي و ن ف ي ع نArtinya
ل : "Setiap orang fana atasnya
dan tetaplah wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemulyaan".
Tajalli Af'alullah;
Tajalli Asmaullah;
Tajalli Sifatullah;
Tajalli Dzatullah bizdzauqi.
Keseluruhan maqamat atau lathaif dalam pelajaran kajian agama islam menurut cara
sufiyah di atas adalah yang di cantumkan hanya berupa yang ilmu di ilmukan, bukan
pengungkapan yang bersifat rahasia daripada hasil ibadah melalui cara tersebut, dan
http://slidepdf.com/reader/full/7-lathif-thariqat-naqsyabandiyah 16/23
5/12/2018 7LathifThariqatNaqsyabandiyah-slidepdf.com
Home
About
Download Artikel
Tarekat Naqsyabandiyah
April 17, 2007 at 2:32 am 211 komentar
Naqsyabandiyah merupakan salah satu tarekat sufi yang paling luas penyebaran nya, dan terdapat
banyak di wilayah Asia Muslim (meskipun sedikit di antara orang-orang Arab) serta Turki, Bosnia-
Herzegovina, dan wilayah Volga Ural. Bermula di Bukhara pada akhir abad ke-14, Naqsyabandiyah mulai
menyebar ke daerah-daerah tetangga dunia Muslim dalam waktu seratus tahun. Perluasannya mendapat
dorongan baru dengan munculnya cabang Mujaddidiyah, dinamai menurut nama Syekh Ahmad Sirhindi
Mujaddidi Alf-i Tsani (―Pembaru Milenium kedua‖, w. 1624). Pada akhir abad ke -18, nama ini hampir
sinonim dengan tarekat tersebut di seluruh Asia Selatan, wilayah Utsmaniyah, dan sebagian besar Asia
Tengah. Ciri yang menonjol dari Tarekat Naqsyabandiyah adalah diikutinya syari ‘at secara ketat,
keseriusan dalam beribadah menyebabkan penolakan terhadap musik dan tari, serta lebih
mengutamakan berdzikir dalam hati, dan kecenderungannya semakin kuat ke arah keterlibatan dalam
politik (meskipun tidak konsisten).
Sejarah
Kebanyakan orang Naqsyabandiyah Mujaddidiyah dalam dua abad ini menelusuri keturunan awal
mereka melalui Ghulam Ali (Syekh Abdullah Dihlavi [m. 1824]), karena pada awal abad ke-19 India
adalah pusat organisasi dan intelektual utama dari tarekat ini. Khanaqah (pondok) milik Ghulam Ali di
Delhi menarik pengikut tidak hanya dari seluruh India, tetapi juga dari Timur Tengah dan Asia Tengah.
Hingga kini Khanaqah masih tetap (pernah mengalami masa tidak aktif akibat perampasan Delhi oleh
orang Inggris pada tahun 1857). Namun fungsi Pan-Islami-nya sebagian besar diwarisi oleh para wakil
dan pengganti Ghulam Ali yang menetap di tempat-tempat lain di Dunia Muslim. Yang terpenting adalah
para syekh yang tinggal di Makkah dan Madinah: kedua kota suci ini menyebarkan Tarekat
Naqsyabandiyah di banyak tanah Muslim sampai terjadinya penaklukan Hijaz oleh kaum Wahabiyah
pada 1925, yang mengakibatkan dilarangnya seluruh aktivitas sufi. Demikianlah, Muhammad Jan Al-
Makki (w. 1852), wakil Ghulam Ali di Makkah, menerima banyak peziarah Turki dan Basykir, yang
kemudian mendirikan cabang-cabang baru Naqsyabandiyah di kampung halamannya. Pengganti Ghulam
Ali yang pertama di Khanaqah Delhi, Abi Sa‘id, melewatkan beberapa waktu di Hijaz untuk menerima
pengikut baru. Anak dan pengganti Abu Sa‘id, Syekh Ahmad Sa‘id, memilih tinggal di Madinah setelah
suatu peristiwa besar pada tahun 1857, memindahkan arah
Naqsyahbandiyah India ke Hijaz untuk sementara. Ketiga putra Ahmad Sa‘id sama -sama memperoleh
warisannya: dua orang pergi ke Mekkah dan menarik pengikut dari India serta Turki di sana. Sementara
yang ketiga, Muhammad Mazhhar, tetap di Madinah dan mengelola pengikut yang terdiri dari ulama dan
pengikut dari India, Turki Daghestan, Kazan, dan Asia Tengah. Namun, yang paling penting dari pengikut
Muhammad Mazhhar adalah seorang Arab, Muhammad Salih al-Zawawi dan murid-muridnya yang tidak
merasakan kebencian, yang umumnya ditujukan kepada Ulama Pribumi terhadap orang-orang non Arab
dalam masyarakat mereka.
Sebagai guru fiqih Syafi‘i, dia memi liki akses khusus terhadap orang-orang Indonesia dan orang-orang
Melayu yang berkumpul di Hijaz, serta berkat al-Zawawi dan murid-muridnyalah Naqsyabandiyah dikenal
secara serius di Asia Tenggara. Di Pontianak di pantai barat Kalimantan, masih terdapat berbagai jejak
garis Naqsyabandiyah yang terpancar dari Hijaz ini.
http://slidepdf.com/reader/full/7-lathif-thariqat-naqsyabandiyah 17/23
5/12/2018 7LathifThariqatNaqsyabandiyah-slidepdf.com
Dorongan yang membawa Naqsyabandiyah ke zaman modern berasal dari pengganti Ghulam Ali yang
lainnya. Maulana Khalid al-Bagdhadi (w. 1827). Beliau mempunyai peranan yang penting di dalam
perkembangan tarekat ini sehinga keturunan dari para pengikutnya dikenal sebagai kaum Khalidiyah, dan
dia kadang-kadang dipandang sebagai ―Pemburu‖ (Mujaddid) Islam pada abad ke-13, sebagaimana
Srihindi dipandang sebagai pemburu Milenium kedua. Khalidiyah tidak terlalu berbeda dengan para
leluhurnya Mujaddidiyah. Yang baru adalah usaha Maulana Khalid untuk menciptakan tarekat yang
terpusat danatau
(―petautan‖) disiplin, terfokus pada
konsentrasi pada citr
dirinya pribadi,Khalid
a Maulana dengan cara ibadah
sebelum yang
berdzikir. disebut
Usaha ini Rabithah
selanjutnya terkait
dengan sikap politik, aktivitas, yang bertujuan untuk mengamankan supremasi syari‘at dalam masyarakat
Muslim dan menolak agresi Eropa. Setelah kematian Maulana Khalid, tidak ada kepemimpinan yang
terpusat, tetapi sikap politik yang mendasari upaya tersebut tetap hidup.
Lahir di Distrik Syahrazur di Kurdistan Selatan pata 1776, Maulana Khalid melewatkan waktu sekitar satu
tahun bersama Ghulam Ali di Delhi sebelum kembali ke kampung halamannya pada 1881 dengan
―wewenang lengkap dan mutlak‖ sebagai wakilnya. Sebelum meninggalkan Delhi, Maulana Khalid
memberi tahu gurunya bahwa tujuan utamanya adalah untuk ―mencari dunia ini demi agama‖, dari tiga
tempat tinggalnya setelah itu Sulaimaniyah, Bagdad dan Damaskus, beliau mendirikan jaringan 116
wakil, yang masing-masing dengan tanggung jawab yang jelas batas geografisnya. Murid-muridnya
mencakup tidak hanya anggota-anggota hierarki agama pemerintahan ―Utsmaniyah‖, tetapi juga
sejumlah gubernur provinsi dan tokoh militer yang sangat penting dalam memajukan wibawa Khalidiyah
adalah wakil kedua Maulana Khalid di Istambul, Abdul al-Wahhab al-Susi, yang merekrut Makkizada
Musthafa Asim, syekh al-Islam masa itu ke dalam tarekat ini. Usaha untuk meraih pengaruh atas
kebijakan Utsmaniyah yang disiratkan oleh berbagai upaya ini tidak pernah benar-benar berhasil.
Namun, terjadi semacam penyejajaran antara Khalidiyah dengan negara Utsmaniyah pada masa
pemeritahan Abdulhamid II, yang berteman dengan Khalidiyah terkemuka di Istambul, Ahmed Ziyauddin
Gumushanevi (w. 1893). Kepentingan Gumushanevi jauh mentransendenkan yang politis: tulisannya
yang dimiliki banyak mengenai sufisme pada umumnya dan Naqsyabandiyah pada khususnya, mewakili
puncak sastra sufi Utsmaniyah besar yang terakhir. Sebaliknya, Adbulhamid sangat ditentang oleh Syekh
Naqsyabandiyah yang menonjol lainnya, Muhamad As‘ad dari Ibril wilayah Irak Utara.
Pengaruh Maulana Khalid mungkin paling nampak di kampung halamannya, Kurdistan. Cabang
Naqsyabandiyah yang beliau
sebelumnya merupakan perkenalkan
tarekat di sana
paling menonjol disepenuhnya memudarkan
wilayah Kurdistan, pengaruh ―Qadiriyah‖,
dan memunculkan sejumlah yang
keluarga sebagai pemimpin turunan tarekat itu, serta memegang kepemimpinan dalam urusan negara
Kurdistan. Hubungan keturunan Naqsyabandiyah dengan separatisme Kurdistan, dan kemudian
nasionalisme, pertama kali terlihat dalam pemberontakan besar Kurdistan 1880 yang dipimpim oleh
Ubaidillah dari Syamdinan, yang berhasil membebaskan diri, untuk sementara, sebagian besar orang
Kurdistan Iran dari kendali Iran. Keluarga Barzani juga mampu mendominasi ungkapan nasionalisme Irak
selama beberapa puluh tahun melalui wibawa Naqsabandiyah yang diwarisinya.
Khalidiyah juga mengakar dengan cepat dan tepat di Daghestan, wilayah pegunungan yang terletak di
pertemuan Kaukasus dan Rusia Selatan.
Wilayah ini pertama kali diperkenalkan dengan Naqsyabandiyah pada akhir abad ke-18, tetapi
kedatangan Khalidiyah yang membuat wilayah itu menjadi daerah Naqsyabandi semasa hidup Maulana
Khalid. Penekanan ganda Khalidiyah di Daghestan adalah penggantian hukum-kebiasaan (cotumary law)
non Islam menjadi syari‘at dan perlawanan terhadap pemerintah Rusia. Pemimpin Naqsyabandiyah
pertama untuk orang Daghestan adalah Ghazi Muhammad, yang meninggal dibunuh oleh orang Rusia
pada 1832, dan penggantinya dua tahun kemudian mengalami nasib yang sama. Sebaliknya Syamil,
yang kemudian mengambil kepemimpinan gerakan itu, mampu menahan Rusia hingga 159, salah satu
perlawanan Muslim terhadap imperialisme Eropa yang terlama dan terkenal. Pengaruh Naqsyabandiyah
di Daghestan ternyata sulit dicabut; kaum Naqsyabandiyah aktif dalam pemberontakan 1877 oleh
Daghestan dan Chechenia yang berjaya pada rentang waktu antara runtuhnya tsar Rusia dan
pembentukan pemerintahan Soviet.
http://slidepdf.com/reader/full/7-lathif-thariqat-naqsyabandiyah 18/23
5/12/2018 7LathifThariqatNaqsyabandiyah-slidepdf.com
Wilayah populasi Muslim lain yang diperintah oleh Rusia yang ternyata menerima Khalidiyah adalah
Volga-Ural (sekarang Tatarstan dan Baskira).
Wakil Maulana Khalid di Makkah, Abdullah Makki (Erzincani), menerima seorang murid dari Kazan,
Fatsullah Menavusi; namun, yang pengaruhnya terbukti menentukan adalah pengikut Ghumushaveni
asal Basykar, Syekh Zainullah Rasulev dari Troisk. Semula Rasulev adalah pengikut garis mujaddidiyah
yang pergi
Istambul ke Bukhara,
pada kemudian
1870. Ketika mengalihkan
kembali, kesetiaanya kepada
dia mempropagandakan Gumushaveni
Khalidiyah setelah berkunjung ke
sehingga membangkitkan
permusuhan dari para pesaingnya dan menimbulkan kecurigaan dari pihak berwenang Rusia; hal ini
mengakibatkan Rasulev dipenjara dan diasingkan. Kemudian bebas lagi pada 1881 dia memperkukuh
dan memperkuat pengikutnya sehingga ratusan murid berada di bawah pengaruhnya; mereka tidak
hanya tersebar diwilayah Volga-Ural, tetapi juga di Kazakhstan dan Siberia. Tatkala kematian tiba pada
1917, dia disebut sebagai ―raja spiritual rakyatnya‖, dan setelah kematiannya wibawa Rasulev tetap terus
bergaung sampai pada periode Soviet: tiga kepala Direktorat Spiritual untuk kaum Muslim Rusia Eropa
dan Siberia yang berfungsi di bawah pengawasan Soviet adalah murid-murid Rasulev.
Akhirnya, Khalidiyah memastikan pula penanaman pengaruh Naqsyabandiyah secara permanen di dunia
Melayu Indonesia. Abdullah Makki mempunyai murid dari Sumatera yaitu Ismail Minangkabawi. Setelah
lama menetap di Makkah, Minangkabawi menetap di Penyengat wilayah kepulauan Riau. Di sana, ia
memperoleh
Naqsyabandiyahkesetiaan dari keluarga
oleh Duta-duta pemerintahan,
pemerintah yang dari
yang dikirim sudah mulai diperkenalkan
Madinah oleh Muhammad pada
Mazhhar. Dia
juga pergi ke Melayu hingga Kedah, mempropagandakan Khalidiyah ke mana pun ia pergi. Namun
usahanya merupakan rintisan, dan digantikan oleh kegiatan dua Khalidiyah yang tinggal di Makkah yaitu
Khalil Hamdi Pasya dan Syekh Sulaiman Zuhdi. Kenyataan bahwa kedua orang ini adalah pesaing,
saling menuduh bahwa yang lainnya adalah menyimpang dari prinsip Naqsyabandiyah, menyiratkan
betapa dunia Melayu Indonesia menjadi sumber pengikut yang kaya untuk Naqsyabandiyah. Dalam
jangka panjang, Sulaiman Zuhdi lebih berhasil dari pada pesaingya, hingga Jabal Abi Qubais di Makkah,
tempat dia tinggal, dipandang sebagai sumber seluruh Tarekat Naqsyabandiyah di Asia Tenggara. Di
antara murid ini banyak yang mendirikan Khalidiyah di berbagai tempat di Sumatera, Jawa dan Sulawesi,
yang paling penting adalah Abdil Wahab Rokan (w. 1926). Beliau dikirim dari Makkah pada tahun 1868
dengan misi untuk menyebarkan Khalidiyah di seluruh Sumatera, dari Aceh sampai Palembang — misi
yang beliau dilaksanakan dengan sukses besar adalah dari pesantrennya di Bab Al-Salam, Lengkat-
Tinggal menetap selama tiga tahun di Johor, dan memungkinkan dia untuk memperluas pengaruhnya
lebih jauh ke Semenanjung Malaya.
Praktik Naqsyabandiyah di Dunia Melayu Indonesia sejak dini sangat berbeda dengan adanya ritual yang
disebut dengan suluk, yakni menyendiri dengan jangka waktu yang berbeda-beda dan sebagian diiringi
dengan puasa. Asal usul praktik ini sangat berbeda dengan tradisi Naqsyabandiyah yang tidak diketahui.
Putusnya hubungan dengan Makkah akibat penaklukan Hijaz oleh kaum Wahabiyah makin menambah
ciri khas bagi kaum Naqsyabandiyah di Melayu Indonesia.
Peran Politik
Tidak semua perkembangan formatik yang berkenaan dengan Naqsyabandiyah berkaitan dengan
Ghulam Ali Dihlavi dan keturunannya. Salah satu keturunan dari Ahmad Sirhindi didirikan di Syur Bazar
di pinggiran Kabul pada pertengahan abad ke-19, dan para anggota cabang ini memainkan peranan
penting dalam
tahun 1991. Di urusan
tempat negara Afghanistan
lain di Asia Tengah,hingga pembentukan
Naqsyabandiyah darinegara pasca
berbagai Komunis
keturunan pertama
menonjol pada
dalam
perlawanannya terhapap Rusia dan sesudahnya. Dengan demikian pertahanan Goktepe oleh para
Turkmen Akhel-Tekke diarahkan oleh seorang pengikut Naqysabandiyah, yaitu Muhammad Ali Ihsan
(Dukchi Ikhsan). Naqsyabandiyah juga memimpin pemberontakan melawan pemerintah Cina di Xinjing
pada tahun 1863 dan 1864 dan di Shannxi serta Gunsu antara 1862 dan 1873.
Ciri khas yang ditunjukan oleh kelompok Naqyabandiyah ini sering digambarkan dalam negara modern,
terutama di Turki. Namun, di Turkli perlawanan Naqsyabandiyah terhadap sekulerisme selalu bersifat
pasif (kecuali pemberontakan Sa‘id). Penggambaran peristiwa Menemen 1931 sebagai konspirasi
http://slidepdf.com/reader/full/7-lathif-thariqat-naqsyabandiyah 19/23
5/12/2018 7LathifThariqatNaqsyabandiyah-slidepdf.com
Naqsyabandiyah yang menyebabkan Syekh Muhamm ad As‘ad (Mehmed Esad) dihukum mati secara
adil, sekarang diragukan.
Sejumlah pemimpin Naqsyabandiyah menjadi orang penting sebagai guru spiritual dan intelektual:
Mahmud Sami Ramazanoglu (w. 1984), pengganti Syekh Muhammad As‘ad. Mehmed Zahid Kotku
(w.1980), keturunan spiritual dari Gumushanevi bersama penggantinya Esad Gosan (sampai sekarang
masih
alamiahhidup) danpengaruh
memiliki Resit Erolpolitik,
(w. 1994). Kegiatan
namun mengajar
cenderung para syekh
mengarah ini beserta syekhNaqsyabandiyah
pada pengintegrasian lainnya secara
ke dalam struktur Republik Turki, dan bukan penolakan terhadap struktur tersebut. Penting dicatat bahwa
beberapa pemimpin Naqsyabandiyah hadir secara menonjol di pemakaman Presiden Turki, Turgut Ozal
pada 1993.
Kaum Naqsyabandiyah dalam jumlah dan kekuatan intelektualnya, tidak dapat digambarkan secara
seragam dalam Dunia Islam sekarang ini.
Pengaruh mereka mungkin paling kuat di Turki dan wilayah Kurdistan, dan yang paling lemah adalah di
Pakistan. Pada masa pemerintahan Soviet, pengaruh Naqsyabandiyah sangat terasa pada gerakan
―Islam bawah tahan‖ di Kaukasus Asia Tengah. Namun, pada akhirnya pemerintahan Soviet tidak diikuti
perkembangan Naqsyabandiyah di permukaan.
Naqsyabandiyah, sebagai tarekat terorganisasi, punya sejarah dalam rentangan masa hampir enam
abad, dan penyebaran yang secara geografis meliputi tiga benua. Maka tidaklah mengherankan apabila
warna dan tata cara Naqsyabandiyah menunjukkan aneka variasi mengikuti masa dan tempat
tumbuhnya. Adaptasi terjadi karena keadaan memang berubah, dan guru-guru yang berbeda telah
memberikan penekanan pada aspek yang berbeda dari asas yang sama, serta para pembaharu
menghapuskan pola pikir tertentu atau amalan-amalan tertentu dan memperkenalkan sesuatu yang lain.
Dalam membaca pembahasan mengenai berbagai pikiran dasar dan ritual berikut, hendaknya selalu
diingat bahwa dalam pengamalannya sehari-hari variasinya tidak sedikit.
Asas-asas
Penganut Naqsyabandiyah mengenal sebelas asas Thariqah. Delapan dari asas itu dirumuskan oleh
‗Abd al-Khaliq Ghuzdawani, sedangk an sisanya adalah penambahan oleh Baha‘ al -Din Naqsyaband.
Asas-asas ini disebutkan satu per satu dalam banyak risalah, termasuk dalam dua kitab pegangan utama
para penganut Khalidiyah, Jami al- ‘Ushul Fi al-‘Auliya. Kitab karya Ahmad Dhiya‘ al-Din Gumusykhanawi
itu dibawa pulang dari Makkah oleh tidak sedikit jamaah haji Indonesia pada akhir abad ke-19 dan awal
abad ke-20. Kitab yang satu lagi, yaitu Tanwir al-Qulub oleh Muhammad Amin al-Kurdi dicetak ulang di
Singapura dan di Surabaya, dan masih dipakai secara luas. Uraian dalam karya-karya ini sebagian besar
mirip dengan uraian Taj al- Din Zakarya (―Kakek‖ spiritual dari Yusuf Makassar) sebagaimana dikutip
Trimingham. Masing-masing asas dikenal dengan namanya dalam bahasa Parsi (bahasa para
Khwajagan dan kebanyakan penganut Naqsyabandiyah India).
1. Hush dar dam: ―sadar sewaktu bernafas‖. Suatu latihan konsentrasi: sufi yang bersangkutan
haruslah sadar setiap menarik nafas, menghembuskan nafas, dan ketika berhenti sebentar di
antara keduanya. Perhatian pada nafas dalam keadaan sadar akan Allah, memberikan kekuatan
http://slidepdf.com/reader/full/7-lathif-thariqat-naqsyabandiyah 20/23
5/12/2018 7LathifThariqatNaqsyabandiyah-slidepdf.com
spiritual dan membawa orang lebih hampir kepada Allah; lupa atau kurang perhatian berarti
kematian spiritual dan membawa orang jauh dari Allah (al-Kurdi).
2. Nazar bar qadam: ―menjaga langkah‖. Sewaktu berjalan, sang murid haruslah menjaga langkah -
langkahnya, sewaktu duduk memandang lurus ke depan, demikianlah agar supaya tujuan-tujuan
(ruhani)-nya tidak dikacaukan oleh segala hal di sekelilingnya yang tidak relevan.
3. Safar dar watan: ―melakukan perjalanan di tanah kelahirannya‖. Melakukan perjalanan batin,
yakni meninggalkan
akan hakikatnya segala
sebagai bentukyang
makhluk ketidaksempurnaannya
mulia. [Atau, dengansebagai manusia
penafsiran lain: menuju kesadaran
suatu perjalanan
fisik, melintasi sekian negeri, untuk mencari mursyid yang sejati, kepada siapa seseorang
sepenuhnya pasrah dan dialah yang akan menjadi perantaranya dengan Allah
(Gumusykhanawi)].
4. Khalwat dar anjuman: ―sepi di tengah keramaian‖. Berbagai pengar ang memberikan bermacam
tafsiran, beberapa dekat pada konsep ―innerweltliche Askese‖ dalam sosiologi agama Max
Weber. Khalwat bermakna menyepinya seorang pertapa, anjuman dapat berarti perkumpulan
tertentu. Beberapa orang mengartikan asas ini sebagai ―meny ibukkan diri dengan terus menerus
membaca dzikir tanpa memperhatikan hal-hal lainnya bahkan sewaktu berada di tengah
keramaian orang‖; yang lain mengartikan sebagai perintah untuk turut serta secara aktif dalam
kehidupan bermasyarakat sementara pada waktu yang sama hatinya tetap terpaut kepada Allah
saja dan selalu wara‘. Keterlibatan banyak kaum Naqsyabandiyah secara aktif dalam politik
dilegitimasikan (dan mungkin dirangsang) dengan mengacu kepada asas ini.
5. Yad kard: ―ingat‖, ―menyebut‖. Terus -menerus mengulangi nama Allah, dzikir tauhid (berisi
formula la ilaha illallah), atau formula dzikir lainnya yang diberikan oleh guru seseorang, dalam
hati atau dengan lisan. Oleh sebab itu, bagi penganut Naqsyabandiyah, dzikir itu tidak dilakukan
sebatas berjamaah ataupun sendirian sehabis shalat, tetapi harus terus-menerus, agar di dalam
hati bersemayam kesadaran akan Allah yang permanen.
6. Baz gasyt: ―kembali‖, ‖ memperbarui‖. Demi mengendalikan hati supaya tidak condong kepada
hal-hal yang menyimpang (melantur), sang murid harus membaca setelah dzikir tauhid atau
ketika berhenti sebentar di antara dua nafas, formula ilahi anta maqsudi wa ridlaka mathlubi (Ya
Tuhanku, Engkaulah tempatku memohon dan keridlaan-Mulah yang kuharapkan). Sewaktu
mengucapkan dzikir, arti dari kalimat ini haruslah senantiasa berada di hati seseorang, untuk
mengarahkan perasaannya yang halus kepada Tuhan semata.
7. Nigah dasyt: ―waspada‖. Yaitu menjaga pikiran dan perasaan terus -menerus sewaktu melakukan
dzikir tauhid, untuk mencegah agar pikiran dan perasaan tidak menyimpang dari kesadaran yang
tetap akan Tuhan, dan untuk memlihara pikiran dan perilaku seseorang agar sesuai dengan
makna kalimat tersebut. Al- Kurdi mengutip seorang guru (anonim): ―Kujaga hatiku selama
sepuluh hari; kemudian hatiku m enjagaku selama dua puluh tahun.‖
8. Yad dasyt: ―mengingat kembali‖. Penglihatan yang diberkahi: secara langsung menangkap Zat
Allah, yang berbeda dari sifat-sifat dan nama-namanya; mengalami bahwa segalanya berasal
dari Allah Yang Esa dan beraneka ragam ciptaan terus berlanjut ke tak berhingga. Penglihatan ini
ternyata hanya mungkin dalam keadaan jadzbah: itulah derajat ruhani tertinggi yang bisa dicapai.
http://slidepdf.com/reader/full/7-lathif-thariqat-naqsyabandiyah 21/23
5/12/2018 7LathifThariqatNaqsyabandiyah-slidepdf.com
dengan dzikir dan maknanya. Taj al-Din menganjurkan untuk membayangkan gambar hati
dengan nama Allah terukir di atasnya.
Dzikir dapat dilakukan baik secara berjamaah maupun sendiri-sendiri. Banyak penganut Naqsyabandiyah
lebih sering melakukan dzikir secara sendiri-sendiri, tetapi mereka yang tinggal dekat seseorang syekh
cenderung ikut serta secara teratur dalam pertemuan-pertemuan di mana dilakukan dzikir berjamaah. Di
banyak tempat pertemuan semacam itu dilakukan dua kali seminggu, pada malam Jum‘at dan malam
Selasa; di tempat lain dilaksanakan tengah hari sekali seminggu atau dalam selang waktu yang lebih
lama lagi.
Dua dzikir dasar Naqsyabandiyah, keduanya biasanya diamalkan pada pertemuan yang sama, adalah
dzikir ism al-dzat, ―mengingat yang Haqiqi‖ dan dzikir tauhid, ‖ mengingat keesaan‖. Yang duluan terdiri
dari pengucapan asma Allah berulang-ulang dalam hati, ribuan kali (dihitung dengan tasbih), sambil
memusatkan perhatian kepada Tuhan semata. Dzikir Tauhid (juga dzikir tahlil atau dzikir nafty wa itsbat)
terdiri atas bacaan perlahan disertai dengan pengaturan nafas, kalimat la ilaha illa llah, yang dibayangkan
seperti menggambar jalan (garis) melalui tubuh. Bunyi la permulaan digambar dari daerah pusar terus ke
hati sampai ke ubun-ubun. Bunyi Ilaha turun ke kanan dan berhenti pada ujung bahu kanan. Di situ, kata
berikutnya, illa dimulai dengan turun melewati bidang dada, sampai ke jantung, dan ke arah jantung inilah
kata Allah di hujamkan dengan sekuat tenaga. Orang membayangkan jantung itu mendenyutkan nama
Allah dan membara, memusnahkan segala kotoran.
Variasi lain yang diamalkan oleh para pengikut Naqsyabandiyah yang lebih tinggi tingkatannya adalah
dzikir latha‘if. Dengan dzikir ini, orang memusatkan kesadarannya (dan membayangkan nama Allah itu
bergetar dan memancarkan panas) berturut-turut pada tujuh titik halus pada tubuh. Titik-titik ini, lathifah
(jamak latha‘if), adalah qalb (hati), terletak selebar dua jari di bawah puting susu kiri; ruh (jiwa), selebar
dua jari di atas susu kanan; sirr (nurani terdalam), selebar dua jari di atas putting susu kanan; khafi
(kedalaman tersembunyi), dua jari di atas puting susu kanan; akhfa (kedalaman paling tersembunyi), di
tengah dada; dan nafs nathiqah (akal budi), di otak belahan pertama. Lathifah ketujuh, kull jasad
sebetulnya tidak merupakan titik tetapi luasnya meliputi seluruh tubuh. Bila seseorang telah mencapai
tingkat dzikir yang sesuai dengan lathifah terakhir ini, seluruh tubuh akan bergetar dalam nama Tuhan.
Konsep latha‘if — dibedakan dari teknik dzikir yang didasarkan padanya — bukanlah khas
Naqsyabandiyah saja tetapi terdapat pada berbagai sistem psikologi mistik. Jumlah latha‘if dan nama -
namanya bisa berbeda; kebanyakan titik-titik itu disusun berdasarkan kehalusannya dan kaitannya
dengan pengembangan spiritual.
Ternyata latha‘if pun persis serupa dengan cakra da lam teori yoga. Memang, titik-titik itu letaknya
berbeda pada tubuh, tetapi peranan dalam psikologi dan teknik meditasi seluruhnya sama saja.
Asal-usul ketiga macam dzikir ini sukar untuk ditentukan; dua yang pertama seluruhnya sesuai dengan
asas-asas yang diletakkan oleh ‗Abd Al-Khaliq Al-Ghujdawani, dan muntik sudah diamalkan sejak pada
zamannya, atau bahkan lebih awal. Pengenalan dzikir latha‘if umumnya dalam kepustakaan
Naqsyabandiyah dihubungkan dengan nama Ahmad Sirhindi. Kelihatannya sudah digunakan dalam
Tarekat Kubrawiyah sebelumnya; jika ini benar, maka penganut Naqsyabandiyah di Asia Tengah
sebetulnya sudah mengenal teknik tersebut sebelum dilegitimasikan oleh Ahmad Sirhindi.
http://slidepdf.com/reader/full/7-lathif-thariqat-naqsyabandiyah 22/23
5/12/2018 7LathifThariqatNaqsyabandiyah-slidepdf.com
Pembacaan tidaklah berhenti pada dzikir; pembacaan aurad (Indonesia: wirid), meskipun tidak wajib,
sangatlah dianjurkan. Aurad merupakan doa-doa pendek atau formula-formula untuk memuja Tuhan dan
atau memuji Nabi Muhammad, dan membacanya dalam hitungan sekian kali pada jam-jam yang sudah
ditentukan dipercayai akan memperoleh keajaiban, atau paling tidak secara psikologis akan
mendatangkan manfaat. Seorang murid dapat saja diberikan wirid khusus untuk dirinya sendiri oleh
syekhnya, untuk diamalkan secara rahasia (diam-diam) dan tidak boleh diberitahukan kepada orang lain;
atau seseorang
mempunyai dapat memakai
kumpulan kumpulan
aurad yang aurad yang sudah diterbitkan.
unik. Kumpulan-kumpulan yang dibuatNaqsyabandiyah tidaksaja
kalangan lain bebas
dipakai; dan kaum Naqsyabandiyah di tempat yang lain dan pada masa yang berbeda memakai aurad
yang berbeda-beda. Penganut Naqsyabandiyah di Turki, umpamanya, sering memakai Al-Aurad Al-
Fathiyyah, dihimpun oleh Ali Hamadani, seorang sufi yang tidak memiliki persamaan sama sekali dengan
kaum Naqsyabandiyah.
http://slidepdf.com/reader/full/7-lathif-thariqat-naqsyabandiyah 23/23