Anda di halaman 1dari 3

Nama : Aisyah Fithri Musfirah

NIM : 0502201020
Kelas : AKS II A’20
AKHLAK TASAWUF
KONSEP MAQAMAT dan AHWAL
 PENGERTIAN
Dalam istilahnya maqam (jamak: maqamat) adalah suatu konsep yang diperoleh dari
sufi dan telah berkembang paling awal dalam sejarah tasawuf Islam. Oleh sebab itu, para sufi
berpendapat bahwa maqamat yaitu bermakna kedudukannya atau tempat seorang yang
berjalan spiritual di hadapan Allah. Sedangkan dalam kata ahwal adalah bentuk jamak dari
hal yang secara istilah diartikan sebagai suatu suasana maupun keadaan yang menyelimuti
kalbu atau hati seseorang, yang sudah diciptakannya (sebagai “hak prerogatif”) Allah dalam
hati seseorang.
Sehingga ini merupakan suatu keadaan yang dialami oleh para sufi di sela-sela
perjalannan spiritualnya hingga mencapai kesempurnan. Konsep maqamat dan ahwal pula
telah dikenal sebagai salah satu dari pemahaman tasawuf yang menjadi suatu perjalanan
spiritual (suluk). Sehingga dalam memahami hal ini, maqamat ialah stasiun-stasiun yang
harus dilewati oleh para pejalan spiritual sebelum ia mencapai puncak perjalanan, yang biasa
disebut ma’rifah, ridha, ataupun mahabah (kecintaan) Allah Swt. Sedangkan ahwal adalah
keadaan-keadaan spiritual sesaat yang telah dialami para sufi di tengah-tengah pejalanannya.
Dengan demikian pengertian tentang maqamat dan ahwal adalah hasil dari istijad para sufi
dan bukan merupakan suatu bagian kepastian aturan dalam Islam (qath’iyyat). Sehingga
bukan saja pengertian ini tidak dijumpai di kalangan luar tasawuf. Dan pengertian ini
merupakan suatu bagian terpenting dari displin tasawuf. Tujuannya untuk perjalanan spiritual
baik melalui pemahaman tentang Allah, keridhaan, ataupun kecinta-Nya yang bisa dicapai
secara lebih sistematis.
 PERSAMAAN DAN PERBEDAAN
Menurut para sufi, maqam ditandai oleh kemapanan, sementara ahwal justru mudah
hilang. Maqam dapat dicapai seseorang dengan kehendak dan upayanya, sementara hal dapat
diperoleh tanpa daya dan upaya, baik dengan menari, bersedih hati, bersenang – senang, rasa
tercekam, rasa rindu, rasa gelisah, atau rasa harap. Menurut para sufi, maqam ditandai oleh
kemapanan, sementara hal justru mudah hilang. Maqam dapat dicapai seseorang dengan
kehendak dan upayanya, sementara hal dapat diperoleh tanpa daya dan upaya, baik dengan
menari, bersedih hati, bersenang – senang, rasa tercekam, rasa rindu, rasa gelisah, atau rasa
harap.
 TAUBAT, ZUHUD, SABAR, TAWAKAL, dan RIDHO

1. Secara bahasa, taubat berarti kembali. Kembali kepada kebenaran yang dilegalkan Allah
swt. dan diajarkan Rasulullah s.a.w. Taubat merupakan upaya seorang hamba menyesali
dan meninggalkan perbuatan dosa yang pernah dilakukan selama ini. Menurut Sayyid Abi
Bakar Ibnu Muh. Syatha (2003: 42), taubat adalah kembali dari segala sesuatu yang dicela
oleh Allah menuju ke arah yang dipuji oleh-Nya. Taubat adalah tahap pertama dalam
menempuh tahap-tahap berikutnya. Taubat adalah jalan untuk membersihkan segala dosa.
Setelah manusia dilumuri berbagai dosa. Tanpa adanya taubat seorang salik tidak akan
dapat menempuh jalan menuju Allah s.w.t.
2. Zuhud adalah salah satu akhlak utama seorang muslim. zuhud adalah karakteristik dasar
yang membedakan antara seorang mukmin sejati dengan mukmin awam. Apalagi seorang
dai. Jika orang banyak mengatakan dia ”sama saja”, tentu nilai-nilai yang didakwahinya
tidak akan membekas ke dalam hati orang-orang yang didakwahinya. Dakwahnya layu
sebelum berkembang. Karena itu, setiap mukmin, terutama para dai, harus menjadikan
zuhud sebagai perhiasan jati dirinya. Rasulullah saw. bersabda,”Zuhudlah terhadap apa
yang ada di dunia, maka Allah akan mencintaimu. Dan zuhudlah terhadap apa yang ada di
sisi manusia, maka manusia pun akan mencintaimu” (HR Ibnu Majah, tabrani, Ibnu
Hibban dan Al-Hakim). Makna dan hakikat zuhud banyak diungkap Al-Qur’an, hadits,
dan para ulama. Misalnya surat Al-Hadid ayat 20-23. Dari ayat itu, kita mendapat
pelajaran bahwa akhlak zuhud tidak mungkin diraih kecuali dengan mengetahui hakikat
dunia –yang bersifat sementara, cepat berubah, rendah, hina dan bahayanya ketika
manusia mencintainya– dan hakikat akhirat –yang bersifat kekal, baik kenikmatannya
maupun penderitaannya.
3. Secara garis besar, sabar dimaksudkan sebagai wujud ibadah hamba Allah dalam
menggapai keridhaan-Nya. Dan orang yang telah berhasil membentuk dirinya sebagai
insan penyabar, ia akan memperoleh keberuntungan yang besar. Ibn ‘Ata’illah membagi
sabar menjadi 3 macam sabar terhadap perkara haram, sabar terhadap kewajiban, dan
sabar terhadap segala perencanaan (angan-angan) dan usaha.  Sabar terhadap perkara
haram adalah sabar terhadap hak-hak manusia.  Sedangkan sabar terhadap kewajiban
adalah sabar terhadap kewajiban dan keharusan untuk menyembah kepada Allah.  Segala
sesuatu yang menjadi kewajiban ibadah kepada Allah akan melahirkan bentuk sabar yang
ketiga yaitu sabar yang menuntut untuk  saling meninggalkan segala bentuk angan-angan
kepada-Nya.
4. Kata’tawakal’ diambil dari akar kata ’wakalah’. ”Dia mewakilkan urusannya kepada si
fulan”. Kata ’mewakilkan’ di sini berarti ’menyerahkan’ atau ’mempercayakan’. Tawakal
berarti menggantungkan hati hanya kepada ’al wakil’ (tumpuan perwakilan) . qām 
tawakkal akan membangkitkan kepercayaan yang sempurna bahwa segala sesuatu ada
dalam kekuasaan Allah. Sebagaimana termaktub dalam QS. Hūd ayat 123
5. Ridha berarti penerimaan, tetapi ia juga berarti kualitas kepuasan dengan sesuatu atau
seseorang. Ridha digambarkan sebagai”keteguhan di hadapan qadha”. Allah s.w.t.
menyebutkan ridha dalam kitab-Nya, Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha
terhadap-Nya (QS. Al-Maidah[5]:119); Dan keridhaan Allah adalah lebih besar (QS Al-
Taubah [9]:72). Riḍha dalam pandangan Ibn ‘Ata’illah adalah penerimaan secara total
terhadap ketentuan dan kepastian Allah. Hal ini didasarkan pada QS. al-Mā’idah ayat
119: (Allah riḍa terhadap mereka, dan mereka ridha kepada Allah), dan juga sabda
Rasulullah SAW.: “Orang yang merasakan (manisnya) iman adalah orang yang ridha
kepada Allah”. Maqam ridha bukanlah maqam yang diperoleh atas usaha salik sendiri.
Akan tetapi ridha adalah anugerah yang diberikan Allah.

Anda mungkin juga menyukai