Anda di halaman 1dari 12

MAQAMAT

Kelompok
9:
SALSABILA
Dosen (172023017
Pengampu : SAPRINA N )
ANDA PUT
(172023027 RI
)
NURJANNAH,
M.A
LATAR BELAKANG
Maqamat adalah konsep dalam tasawuf yang mengacu pada kondisi
spiritual seseorang dalam perjalanan menuju Tuhan. "Maqamat" berarti
"tempat" atau "keadaan", sementara "ahwal" berarti "keadaan-keadaan".
Konsep ini melibatkan serangkaian tahapan atau keadaan batin yang
dialami oleh seorang sufi selama perjalanan spiritualnya.

Maqamat mencakup rentang pengalaman yang beragam, mulai dari


pengetahuan dasar tentang Tuhan hingga pengalaman mistis yang
mendalam. Pemahaman ini berkembang dari ajaran-ajaran para tokoh
sufi terkemuka, seperti Imam Al-Ghazali dan Ibnu Arabi, yang
memberikan pandangan filosofis dan praktis tentang perjalanan rohaniah.
PENGERTIAN
Secara harfiah Maqamat berasal dari bahasa Arab yang berarti tempat orang
berdiri atau pangkal mulia. Istilah ini selanjutnya digunakan untuk arti sebagai
jalan panjang yang harus ditempuh oleh seorang sufi untuk berada dekat kepada
Allah. Dalam bahasa inggris Maqamat dikenal dengan istilah stages yang artinya
tangga. Sedangkan dalam ilmu tasawuf maqamat berarti keddudukan hamba
dalam pandangan Allah berdasarkan apa yang telah diusahakan, baik melalui
Riyadhah, Ibadah, maupun mujahadah.
Maqamat adalah bentuk jamak dari kata maqam, yang secara terminologi berarti
tingkatan, posisi, stasiun, lokasi. Secara terminologi Maqamat bermakna
kedudukan spiritual atau Maqamat adalah stasiun-stasiun yang harus dilewati
oleh para pejalan spiritual (salik) sebelum bisa mencapai ujung perjalanan.
Menurut menurut As-Sarraj ath-Thusi, maqomah terdiri dari tujuh tingkatan,
Yaitu Taubat, Wara’, Zuhud, Faqr, Sabar, Ridha Dan Tawakal.
AHWAL PERSAMAAN DAN
PERBEDAAN MAQAMAT

salah satu sufi yaitu Abu Hafs Syihab ad-Din Perbedaan di antara para sufi dimungkinkan karena
Umar al-Suhrawardi (w. 1234 M) mengatakan pengalaman pribadi para sufi dalam perjalanan
bahwa maqam dan hal tak dapat dipisahkan. Ia menuju Tuhan yang berbeda-beda, sehingga ketika
berasalah bahwa hal dan maqam mempunyai dua mengajarkan kepada para pengikutnya para sufi
sisi: pemberian dan perolehan. Sebenarnya juga menggunakan cara yang berbeda pula. Hal
keduanya sama-sama anugerah. Tidak ada hal demikian merupakan suatu kewajaran dalam dunia
dan maqam yang terpisah dan tidak ada maqam tasawuf karena pengalaman mempunyai peranan
yang tidak dimasuki oleh hal. Pendapat ini yang penting dalam epistemologi tasawuf. Namun
didukung oleh pernyataan al-Kalabadzi yang setidaknya ada beberapa maqam yang disepakati
mengatakan, “setiap maqam memiliki permulaan oleh para sufi yaitu: at-taubah, az-zuhud, al-wara,
dan akhir dan di antara keduanya terdapat al-faqr, as-sabr, at-tawakkal dan ar-ridha.
bermacam-macamhal.
ada beberapa maqam yang
disepakati oleh para sufi yaitu:

Az-Zuhd At-Tawakkal
(zuhud) (berserah diri)

As-Sabr (Sabar) &


Wira‘i Ar-Ridha
ada beberapa maqam yang
disepakati oleh para sufi yaitu:

Az-Zuhd (zuhud) Wira‘i


Zuhud merupakan maqam yang Wara‘ ada tiga macam: Wara‘-nya
penting yang harus dilewati oleh para orang ‘awām yaitu tidak berbicara
sufi dalam perjalanannya menuju Allah kecuali dengan Allāh s.w.t., baik
SWT. Sebagaimana yang diketahui dalam keadaan senang atau tidak.
bahwa maqam zuhud pernah menjadi Wara‘-nya orang khāshsh adalah
suatu gerakan masal umat Islam pada dengan menjaga semua anggota
abad pertama hijriyah, sebagai tubuh dari kemurkaan Allāh s.w.t.,
gerakan protes kepada para birokrat dan Wara‘-nya orang akhashsh yaitu
yang kaya. Gerakan zuhud ini dipimpin dengan (menjaga) semua
oleh seorang sufi yang masyhur yaitu kesibukannya agar diridhai oleh Allāh
Hasan al-Basri s.w.t
ada beberapa maqam yang
disepakati oleh para sufi yaitu:

At-Tawakkal As-Sabr (Sabar)


(berserah diri) Maqam selanjutnya adalah sabar, yang
Al-Junaid menyatakan bahwa hakikat tawakal adalah didefiniskan oleh alKalabadzi sebagai
merasa bahwa ada dan tidak adanya sesuatu itu harapan seorang hamba mengenai
semata-mata merupakan kehendak dan kekuasaan kebahagiaan kepada Allah SWT. Sabar
Allah SWT, dan karena Allah SWT sesuatu menjadi
ada. Syekh Sahal menambahkan bahwa setiap
merupakan jalan untuk mencapai
keadaan mempunyai sisi depan dan sisi belakang kebahagiaan. Kesabaran ini memerlukan
kecuali tawakal, karena sesungguhnya tawakal itu suatu usaha yang keras dan pantang
hanya mempunyai sisi depan saja dan tidak menyerah, memerlukan waktu yang panjang
mempunyai sisi belakang. Maksudnya, seseorang dan sikap yang hati-hati Sehingga ada
hendaknya bertawakal hanya karena Allah SWT bukan sebuah ungkapan sufi mengenai hal ini;
yang lainya. Lebih lanjut lagi inti yang terdalam bahwa
tawakal adalah meninggalkan segala usaha yang
“Orang sabar berlaku sabar sampai tercapai
bukan karena Allah SWT. kesabaran; maka ia meminta untuk
bersabar, sambil berkata; wahai orang yang
sabar tetaplah sabra.
ada beberapa maqam yang
disepakati oleh para sufi yaitu:

Ar-Ridha
Syekh Zunnun al Misri berkata bahwa ridha adalah
keadaan hati seseorang yang selalu merasa bahagia
dengan apa-apa yang telah ditetapkan oleh Allah SWT
atas dirinya. Sedangkan bagi Ibnu ‘Athaillah, maqam
ridha adalah sikap sesorang dalam menampik sikap
ikut campur terhadap kehendak Allah SWT. Pasalnya,
orang yang ridha telah merasa cukup dengan
pengaturan Allah SWT untuknya. Bagaimana mungkin
ia akan ikut mengatur bersama-Nya, sementara ia
telah meridhai pengaturanNya. Maqam ini adalah
maqam yang paling tinggi dalam sistematika maqamat
menurut prespektif Ibnu ‘Athaillah
Kesimpulan

Pentingnya Perjalanan Spiritual


Tujuan Akhir: Annihilation (Fanā’) dan Baqā’
Proses Gradual
Aspek Ketuhanan dan Manusia
Maqamat Ahwal menekankan pentingnya
Maqamat Ahwal adalah proses bertahap.
perjalanan spiritual dalam meningkatkan
Seseorang mengalami perubahan bertahap dari
kesadaran dan hubungan seseorang
satu tingkat ke tingkat berikutnya melalui upaya
dengan Tuhan. Ini adalah suatu bentuk
spiritual dan introspeksi diri. Setiap maqam
evolusi batin yang melibatkan peningkatan
memiliki karakteristik dan tantangan unik yang
pemahaman, kecintaan, dan ketaatan.
harus diatasi.
Puncak dari Maqamat Ahwal adalah Maqamat Ahwal membahas hubungan antara
mencapai Fanā’, yaitu kehancuran diri aspek-aspek ketuhanan dan kemanusiaan.
dalam Tuhan, diikuti oleh Baqā’, yang Seseorang tidak hanya mencari pengalaman
merupakan kelangsungan hidup dalam spiritual, tetapi juga menghadapi ujian dalam
Tuhan. Ini mencerminkan pencapaian kehidupan sehari-hari untuk menggabungkan
tingkat kesatuan dan kedekatan dengan kecintaan pada Tuhan dengan pelayanan
Yang Maha Esa. kepada sesama.
DAFTAR
PUSTAKA
Fathuliah Gulen, Kunci – Kunci Rahasia Sufi, Jakarta : PT.Raja Grafindo
Persada, 2001, hal 50
Simuh, Tasawuf Dan Perkembangannya Dalam Islam, Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, hal. 49

Azyumardi Azra, Ensiklopedia Tasawuf, Bandung : Angkasa, 2008, hlm


206

Abdullah Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: Raja Grafindo, 2006, hlm 193.

Ibnu ‘Athaillah, at-tanwir fi isqath at-tadbir, hlm 43

Abu bakar Al- kalabadzi, ajaran-ajaran sufi, hlm 118

Munawir Kurtosono, Al-Luma‘ fī Tārīkh-it-Tashawwuf-il-Islāmī, halaman: 42

Sholeh Bahrudin, Jāmi‘-ul-Ushūli fil-Auliyā’, halaman: 76

Ibnu ‘Athaillah, at-tanwir fi isqath at-tadbir, hlm 44


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai