Anda di halaman 1dari 3

Tarbiyah Ruhiyah

Judul Buku : Tarbiyah Ruhiyah


Penulis : Sa'id Hawwa
Penerbit : Era Adicitra Intermedia, Solo
Cetakan Ke : 1
Tahun Terbit : Rajab 1431 H/Juni 2010
Tebal Buku : x + 238 halaman

***

Bagi aktifis dakwah, tarbiyah ruhiyah adalah sebuah keniscayaan. Jika dalam ranah individu seorang
mukmin membutuhkan tiga aspek tarbiyah, maka tarbiyah ruhiyah menempati posisi yang sangat
penting melebihi tarbiyah lainnya; fikriyah dan jasadiyah.

Kita pun menjumpai banyak ayat Al-Qur'an yang menekankan pentingnya tarbiyah ruhiyah. "Qad aflaha
man zakkaahaa...", "Qad aflaha man tazakkaa...", dan seterusnya. Diutusnya Rasulullah Muhammad
SAW pun dinyatakan oleh Allah dalam kitab-Nya dalam rangka men-tazkiyah umatnya. Tazkiyah memiliki
korelasi yang sangat erat dengan tarbiyah ruhiyah, kalau tidak boleh disebut nama lainnya. Karenanya
dalam buku tarbiyah ruhiyah ini, kita mendapatkan titik tekan pembahasan Sa'id Hawa juga bermuara
pada tazkiyatun nafs.

Buku Tarbiyah Ruhiyah merupakan terjemahan dari Tarbiyatuna Ar-Ruhiyah. Ia merupakan salah satu
buku dari trilogi Tarbiyah Ruhiyah Sa'id Hawwa. Didahului dengan pembahasan mengenai syumuliyatul
Islam pada bab pertama. Pada bab itu, Sa'id Hawwa memaparkan posisi tarbiyah ruhiyah yang memiliki
akar hujjah dalam Islam yang komprehensif serta penegasan istilah dalam ranah "tarbiyah ruhiyah" agar
pembaca tidak salah menangkap makna sebuah istilah dalam pembahasan berikutnya. Penegasan istilah
itu dipandang perlu karena adanya dua atau lebih makna pada satu istilah yang sama. Misalnya hati, ruh,
nafsu, dan akal.

Empat istilah itu kemudian dibahas secara mendetail di bab 2, dalam perspektif tasawuf. Sa'id Hawwa
menegaskan bahwa ilmu tasawuf tidak membahas hakikat ruh, yang ditekankan adalah bagaimana agar
ruh seorang manusia bisa mendapati kebersamaan Allah. Yaitu melalui penghambaan yang murni,
belajar pada ahli makrifat dan mengikuti jejak mereka, serta berzikir dan mengingat akhirat.
Pembahasan hati diawali dengan jenis-jenis hati dalam Al-Qur'an lalu diakhiri dengan bagaimana
menyehatkan atau me"rehabilitasi" hati. Akal juga demikian; disebutkan pembagiannya lalu bagaimana
memperlakukannya menuju perjalanan ruhani. Sedangkan pembahasan nafs, diarahkan pada tazkiyatun
nafs dengan merekomendasikan ilmu apa yang diperlukan untuknya.

Pada bab 2 "Kajian Ilmu Tasawuf" ini, juga dilengkapi dengan penjelasan posisi ilmu tasawuf dalam
kaitannya dengan aqidah, fiqih, serta sisi manifestasi Al-Qur'an dan Sunnah.

Pada bab 3 dan 4 kita diajak Sa'id Hawwa untuk mendalami "Perjalanan Menuju Allah". Perjalanan
menuju Allah dalam istilah Sa'id Hawwa tidaklah berbeda jauh dengan tazkiyatun nafs maupun
"perjalanan ruhani" yang disebut pada bab-bab sebelumnya. Karenanya Sa'id Hawwa mengawali
pembahasan bab ini dengan menyebutkan definisi "perjalanan menuju Allah" sebagai "proses beralihnya
jiwa yang kotor dan tercemar menuju jiwa yang suci lagi tersucikan; peralihandari akan non-syar'i
menuju akal syar'i, dari hati yang kafir menuju hati yang mukmin; atau dari hati yang fasik, sakit, dan
keras menuju hati yang tenang, tenteram, dan sehat."

Maka, perjalanan menuju Allah menurut Sa'id Hawwa haruslah melalui dua rukun, yaitu ilmu dan dzikir.
"Ilmu adalah penerang jalan, sedangkan zikir adalah bekal perjalanan dan sarana pendakian pada
jenjang yang lebih tinggi," tulis Sa'id Hawwa pada halaman 107.

Bab-bab berikutnya diarahkan pada kalbu sebagai pusat garapan tarbiyah islamiyah dengan wirid harian
dan latihan ruhani sebagai langkah terapinya. Di sinilah, tarbiyah ruhiyah Sa'id Hawwa ini berbeda
dengan pendekatan tasawuf yang sering kali memiliki jalan (thariqat) yang aneh-aneh. Sa'id Hawwa
tetap berpijak pada dalil Al-Qur'an dan Sunnah dalam menjelaskan ilmu tasawuf dan tarbiyah ruhiyah
ini, lalu pada latihan ruhani juga tetap dalam koridor ittiba' kepada Rasulullah SAW. Diantara latihan
ruhani yang direkomendasikan Sa'id Hawwa untuk men-tarbiyah ruhiyah adalah:
1. Shalat fardhu lima waktu dengan berjamaah
2. Menegakkan shalat Dhuha, tahajud, dan shalat witir
3. Melakukan sunah-sunah rawatib
4. Melaksanakan shalat tasbih setiap hari, jika memungkinkan
5. Mengatur dan menentukan saat pengkhataman Al-Qur'an secara khusus bagi dirinya selama latihan
berlangsung
6. Menyibukkan diri dengan wirid-wirid, dari istighfar sampai salawat Nabi
7. Membaca wirid yang berkaitan dengan sesuatu. Seperti wirid shalat, doa dan wirid pagi dan petang,
dan sebagainya
8. Berpuasa pada hari-hari yang memungkinkan
9. Membiasakan sedikit makan, sedikit bicara dan sedikit bergaul.

Akhirnya, buku ke-19 dari 100 Buku Pengokohan Tarbiyah ini perlu untuk dibaca oleh aktifis dakwah.
Beratnya pembahasan teori pada bab-bab awal akan membuahkan pemahaman yang sistematis jika
terus diikuti hingga pada bab-bab akhir yang bersifat praktis aplikatif. Melalui wasilah buku Tarbiyah
Ruhiyah ini, semoga kita menjadi aktifis dakwah yang terus concern pada tarbiyah ruhiyah di manapun
peran kita dan di mihwar apapun kita berada. Wallaahu a'lam bish shawab. [Muchlisin]

Dalam bentuk E-Book, Tarbiyah Ruhiyah Bisa Didownload Di Sini

Komentar oleh Abu Faruq — June 30, 2008 @ 3:24 pm

http://griya-tarbiyah.blogspot.my/2011/09/tarbiyah-ruhiyah.html

Anda mungkin juga menyukai