Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Sebuah Ungkapan yang paling indah dari seorang hamba yaitu Alhamdulillah
segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberiakn rahmat serta
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah “Model
Pendekatan Kajian PMDI(Kajian Tokoh,Kajian Regionalitas,Kajian Tematis,dan
Kajian Historis Kronologis)”.

Dan penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Eko Nani


Fitriono,S.Th.I.,M.P.I.Dosen STIT IBNU KHALDUN NUNUKAN pada mata
kuliah PMDI yang telah membimbing dalam menyelesaikan makalah “Model
Pendekatan Kajian PMDI(Kajian Tokoh,Kajian Regionalitas,Kajian Tematis,dan
Kajian Historis Kronologis)”.Tentunya perlu saran dan kritik yang membangun
untuk penulis agar lebih baik.Dan harapannya agar dapat memberi manfaat dan
berguna bagi pembaca untuk bahan refrensinya.

Sebatik 21 Maret 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Selama ini kita telah mengenal Islam,mulai dari kita bersekolah di tingkat
SD/MI,SMP/MTS,SMA/MA,bahkan Perguruan Tinggi,sehingga kita dapat
melihat perkembangan dunia Islam begitu sangat berkembang.Hal yang demikian
ada salah satu dari sekian faktor-faktor pemikiran modern dalam Islam yang
mempengaruhi perkembangan dunia Islam dan dapat menyesuaikan zaman ini.

Munculnya pemikiran Islam ini juga sebagai cikal bakal kelahiran


peradaban Islam n terhadap sesuatu yakni sejak pertengahan abad ke-7 M,ketika
masyarakat Islam di pimipn oleh Khulafa’al-Rasyidin.1.Kemudian mulai
berkembang pada masa Dinasti Umayyah,dan mencapai puncaknya pada masa
Abbasiyah.

Kemudian,yang di maksud pemikiran Islam yakni kegiatan umat Islam


dalam mencari sebab akibat atau asal mula dari suatu materi ataupun esensi serta
renungan terhadap sesuatu wujud, baik materinya maupun esensinya.Pemikiran
Islam merupakan gagasan atau buah pikiran pemikir-pemikir Islam atau ulama
yang bersumber al-Qur’an dan al-Sunnah untuk menjawab persoalan-persoalan
manusia dan masyarakat yang timbul.

Secara terminologi, pemikiran dapat didefinisikan sebagai suatu aktivitas


kekuatan rasional (akal) yang ada dalam diri manusia, berupa qolbu, ruh, atau
dzilhun, dengan pengamatan dan penelitian untuk menentukan makna yang
tersembunyi dari persoalan yang dapat diketahui, atau untuk sampai kepada
hukum-hukum, atau hubungan antara sesuatu.Pemikiran juga dapat didefinisikan
sebagai rangkaian ide yang berasosiasi (berhubungan) atau daya usaha

1
Sebagai contoh:pada masa khulafa’al-Rasyidin sudah lahir pemikiran islam,seperti kitab Nahj al-
Balaghah karya Imam Ali Bin Abi Thalib.(http://hminews.com)
reorganisasi (penyusunan kembali) pengalaman dan tingkahlaku yang
dilaksanakan secara sengaja.

Perkembangan pemikiran dan peradaban Islam ini karena di dukung oleh


para khilafah yang cinta ilmu pengetahuan.Hal ini seiring dengan tingginya
semangat para ulama dan intelektual muslim dalam melaksankan pengembangan
ilmu pengetahuan agama,humaniora dan eksakta melalui gerakan
penelitian,penerjemahan dan penulisan karya ilmiah di berbagai bidang keilmuan.

Perkembangan pemikiran dalam Islam dalam sebagai upaya reaktualisasi


ajaran tauhid untuk menjawab tantangan zaman dan berbagai macam persoalan
yang muncul di tengah-tengah masyarakat dewasa ini.Ilmu pengetahuan dan
teknologi yang menjadi kunci yang paling mendasar dari kemajuan yang di raih
umat manusia, tentunya tidak dating begitu saja tanpa ada sebuah dinamika atau
diskursus ilmiah.

Konteks pemikiran modern dalan Islam, merupakan suatu wacana yang


mengawali perubahan mendasar bagi Islam sebagai suatu nilai ajaran dan umatnya
sebagai pembuat arus perbahan tersebut.Modernisme dalam khasanah masyarakat
Barat mengandung makna pikiran, aliran, gerakan, dan usaha untuk mengubah
paham-paham, adat istiadat, institusi-institusi lama dan sebagainya untuk
disesuaikan dengan suasana baruyang di timbulkan oleh kemajuan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi Modern2 .

B.RUMUSAN MASALAH

1.Bagaimana Model PMDI dalam Kajian Tokoh ?

2.Bagaimana Model PMDI dalam Kajian Regionalitas ?

3.Bagaimana Model PMDI dalam Kajian Tematis ?

4.Bagaimana Model PMDI dalam Kajian Historis Kronologis ?

C.TUJUAN

2
Abdul Sani, Lintasan Sejarah Pemikiran Perkembangan Modern Dalam Islam,Cet.ke I,Jakarta:
PT.Raja Grafindo Persada, 1998, h.1
1.Mendeskripsikan Model PMDI dalam Kajian Tokoh.

2. Mendeskripsikan Model PMDI dalam Kajian Regionalitas

3. Mendeskripsikan Model PMDI dalam Kajian Tematis

4. Mendeskripsikan Model PMDI dalam Kajian Historis Kronologis

BAB II
PEMBAHASAN

A.KAJIAN TOKOH

1.Pengertian Kajian Tokoh

Dalam Konteks penelitian al-Quran dan Tafsir, sebenarnya para ulama


telah banyak melakukan model kajian tokoh.Kajian Tokoh merupakan salah satu
jenis penelitian kualitatif (qualitative research) yang sering dilakukan untuk
menyelesaikan studi dalam bentuk skripsi,tesis,dan disertasi.Hakikat Kajian
Tokoh adalah kajian secara mendalam, sistematis, kritis mengenai sejarah Tokoh,
ide atau gagasan orisinil, serta konteks sosio-historis yang melingkupi sang tokoh
yang dikaji.

Dalam al-Tafsir wal Mufassirun, Karya Dr.Muhammad Husain al-


Dzahabi, yang banyak menjelaskan tentang tokoh-tokoh Mufassir Era Klasik dan
Pertengahan, dan juga sebagian tokoh tafsir modern, seperti Muhammad Abduh,
Ahmad Musthafa al-Maraghi, dan Jalaluddin al-Qasimi. Hasil riset al-Dzahabi
pantas mendapatkan apresiasi.Beliau banyak menguraikan tokoh-tokoh tafsir dan
kitabnya, lengkap dengan berbagai corak metode pendekatan , serta catatan kritis
tentang tokoh tafsir yang dikaji.Meski demikian ,Karya al-Dzahabi juga perlu
diberikan catatan bahwa kritik al-Dzahabi terhadap beberapa kitab tafsir,
mencerminkan pandangan seorang sunni tulen, sehingga ketikabeliau memberikan
kritik terhadap produk tafsir orang syi’ah, terasa tampak ada “bias” ideology
sunni, karena kitab-kitab tafsi syi’ah di sorot dan dikritisi menurut pardigma
teologi Ahlul Sunnah Wal Jama’ah.

Salah satu problem dalam kajian tokoh yang dilakukan oleh para
mahasiswa yakni problem metodologis.Boleh jadi, karena belum ada pedoman
yang dapat dijadikan rujukan dalam kajian tokoh seacara teoritis maupun
praktis.Oleh sebab itu, bagian ini sangat penting di pahami mahasiswa supaya
memiliki basis metodologi yang kuat ketika melakukan riset tentang tokoh
mufassir.
2.Tujuan Kajian Tokoh

Tujuan Kajian tokoh sesungguhnya untuk mencapai sebuah pemahaman


yang komprehensif tentang pemikiran, gagasan, konsep, dan teori dari seseorang
tokoh yang dikaji.Misalnya, ada seorang tokoh di bidang kajian al-Qur’an dan
Tafsir, yang memiliki pemikiran tertentu yang tampak unik dan menarik, maka
Anda melalui kajian tersebat, akan dapat mengetahui tentang bagaimana
pandangan sang tokoh.Misalnya, pandangan tentang konsep nasikh-mansukh
tokoh Mahmud, Muhammad Thoha, Bagaimana tentang “Teori kemaksuman
Nabi” Menurut al-Razi, dan lain sebagainya 3.Semua itu akan dirumuskan secara
sistematik dan logis.Atau dengan kata lain terkonsep secara baik serta jelas.

Dari situ, ketokohan sang tokoh mufassir akan tampak, apakah


pemikirannya orisinal atau tidak?, bagaimana kontribusinya dan apakah ia
mendapatkan pengakuan atau penolakan dari para ulama lain? Oleh sebab itu,
jangan lupa ketika Anda mengkaji pemikiran tokoh, biasanya Anda akan
menguraikan satu sub bab khusus tentang pandangan para ulama mengenai tokoh
yang dikaji.

Lalu apa sebenarnya tujuan riset pemikiran tokoh? Secara spesifik tujuan
Kajian Tokoh yakni:

 Untuk memperoleh gambaran yang utuh tentang persepsi, motivasi,


aspirasi, dan “ambisi” dan bahkan prestasi sang tokoh tentang bidang
yang digeluti.
 Untuk memperoleh deskripsi yang utuh dan objektif tentang teknik dan
strategi (baca metodologi) yang digunakan dalam melaksanakan bidang
yang digeluti.Ini kalau sang tokoh tidak punya karya tertulis, melainkan
karya yang berupa aktifitas social keagamaan yang ada hubungannya
dengan living al-Qur’an.Contohnya, di daerah Wonosari ada tokoh Eko-
Sufisme namanya Mbah Beno, yang pernah diriset oleh mahasiswa S3,
untuk penelitian disertasi.Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran
3
Abdul Mustaqim Jurnal studi Ilmu al-Qur’an dan Hadits vol.14 No.2,Juli 2014 MODAL
PENELITIAN TOKOH,UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
tentang bentuk-bentuk keberhasilan sang tokoh terkait dengan bidang
yang ditekuni, sekaligusjuga untuk mengambil hikmah dan pelajaran
dari tokoh yang di kaji4.
 Untuk menunjukkan orisinalitas pemikiran, sisi-sisi kelebihan dan
kelemahan sang tokoh yang dikaji berdasarkan ukuran-ukuran tertentu,
sehingga kita dapat memberikan nilai kontributif secara akademik untuk
kajian-kajian berikutnya.
 Untuk menemukan relevansi dan kontekstualisasi pemikiran tokoh yang
dikaji dalam konteks kekinian.Pada point ini biasanya akan menjadi
salah satu petanyaan penguji dalam sidang munaqasyah skripsi, tesis,
atau disertasi.Maka Anda sebagai peneliti harus mampu menunjukkan
hal itu, sudah barang tentu di perlukan analisis yang kritis dan
argumentatif.

Satu hal yang penting diingat bahwa kajian tokoh sesungguhnya tidak harus
menunggu sang tokoh telah wafat terlebih dahulu.Memang ada yang
berpendapat bahwa seorang tokoh yang dikaji harus telah wafat, kareana
pemikirannya dianggap telah mapan dan tidak lagi berubah.Berbeda dengan
tokoh yang masih hidup, yang dimungkinkan akan merubah pemikirannya.

Alasan tersebut kurang mendasar, sebab kalau untuk melakukan kajian atau
penelitian kita harus menunggu sang tokoh wafat, maka tentu akan bisa
mengganggu proses riset itu sendiri, baik waktunya, konteksnya termasuk
signifikasinya.Bagaimana dengan mahasiswa yang sudah di semester akhir,
mereka akan kehabisan waktu tunggu kuliah, kalau harus menunggu wafatnya
sang tokoh yang hendak dikaji.Lagi pula seolah ketokohan itu baru dapat diakui
setelah wafat, padahal faktanya tidak mesti demikian.

Di samping itu, kalaupun sang tokoh yang masih hidup merubah pemikiran
sebelumnya, hal itu justru nenunjukkan dinamika pemikiran sang tokoh.Jika
sang tokoh masih hidup,maka wawancara menjadi salah satu metode penting

4
Lihat, H.Arif Furchan dan Agus Maimun, Studi Tokoh:Metode Penelitian Tokoh,
Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2005, hlm. 9
untuk dilakukan, bahkan hal itu juga sangat membantu untuk mencari kejelasan
maksud tentang ide dan gagasan, yang boleh jadi ketika dituliskan dalam
bukunya, terasa masih kurang jelas.

3.Pertimbangan dalam kajian Tokoh

Jika Anda hendak melalukan kajian tokoh, maka apa saja yang perlu
dipertimbangkan dalam memilih tokoh? Beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan ,yaitu:

 Aspek Popularitas,sebab ketika seorang tokoh yang dikaji tidak popular,


rasanya menjadi kurang menarik dan implikasi dari kajiannya terkesan
kurang signifikan.Seorang tokoh bisa popular bisanya ia mempunyai
karya yang unik, punya media untuk mempopularkan, apakah lewat
institusi, media cetak, elektronik, atau lewat para muridnya.
 Pengaruh.Pengaruh pemikiran tokoh juga bisa dilihat melalui seberapa
banyak masyarakat terinspirasi dari pemikiran tokoh tersebut.Misalnya,
tokoh Gus Dur Atau Cak Nur yang banyak mempengaruhi masyarakat
tentang pemikiran pluralism, demokrasi.Demikian misalnya, Quaraish
Shihab yang pada tahun 90-an ide tentang pentingnya kajian tafsir
tematik.
 Kontroversial.Salah satunya untuk melakukanklarifikasi tentang
pendapat dan gagasan yang kontroversial tersebut, mengapa ia dinilai
kontroversial, alasan-alasan apa yang menjadi argumentasi ketika ia
menggulirkan gagasan kontroversial tersebut.Misalnya karya
Muhammad Sahrur yang cukup kontroversial dengan karyanya, al-kitab
wal Qur’an Qiraah Muashirah.Ahmad Muhammad Khalafullah dengan
karyanya, al-Fann al-Qashashi fil Qur’an, Nashr Hamid AbuZaid dengan
karyanya Mafhum al-Nash-sh dan lain sebagainya.
 Keunikan.Aspek keunikan (uniqueness) ini penting dikemukakan dalam
riset tokoh, dan biasanya akan dikemukakan di latar belakang masalah
saat Anda menulis Proposal riset.Misalnya tokoh mufassir lokal yang
bernama H.Hasan Mustofa (1852-1930) dari sunda dengan karya
tafsirnya, TafsirQur’anul Adhimi.Sama-sama berbicara tentang tafsir
ayat-ayat kebebasab beragama, tetapi sang tokoh memasukkan elemen-
elemen kultural sunda dalam tafsirnya.Beliau menggunakan ekspresi
alam kesundaan, ketika mentafsirkan Q.S al-Baqarah[2]:256: La ikraha
fi ad-din…Beliau mentafirkan ayat tersebut sebagai berikut:ta ya paksa
dina agama asaha oge susukan palid sorangan, laku lampahasalna suka
saorangan, nu matak ditontondenan, dina segala lampahing lampah
agama, make basa lilla hi ta’ala, hattina lampah sukana sorangan, lain
haying diburuhan.Ungkapan “susukan palid sorangan”dalam bahasa
Sunda Menurut Jajang A. Rohman peneliti tafsir sunda , merupakn
ekspersi untuk menggambarkan ketulusan dalam beragama.Itulah makna
lilla hi ta’ala, tanpa pamrih dan tanpa upah5.
 Intensitas,dalam riset tokoh adalah bahwa sang tokoh yang akan diteliti
sudah cukup lama menggeluti bidang kajiannya.
 Relevansi dan Kontribusi pemikirannya,untu menciptakan wajah Islam
moderat dan santun serta memberikan krirtik terhadap pandangan oknum
umat Islam yang suka melakukan aksi pengeboman atas nama jihad.

4.Langkah-langkah Metodologi dalam Kajian Islam :

 Menentukan tokoh yang dikaji.


 Menetukan objek formal secara tegas dan ekplisit dalam judul riset
Anda.
 Melakukan identifikasi baanguna pemikiran tokoh tersebut.
 Melakukan analisis dan kritik terhadap pemikiran tokoh tersebut yang
hendak di teliti.
 Melakukan penyimpulan sebagai jawaban atas problem riset yang Anda
kemukakan.

B.KAJIAN REGIONALITAS

5
Lihat Jajang A.Rohman,”Ekspresi Lokalitas Tafsir al-Qur’an di Tatar Sunda:Berbagai
kecenderungandan Tantangan” dalam Muchlis m.Hanfi (Ed.), al-Qur’an di Era Global :Antara
Teks dan Realitas, (Jakarta: Lajnah Pentashih al-Qur’an 2013), hlm.339-340
1. Pengertian Kajian Regionalitas

Kajian Regionalitas merupakan Penelitan yang mencakup wilayah-wilayah


tersebarnya pemikiran modern dalam Isalm yang berkembang di daerah-daerah
atau belahan dunia tertentu, sehingga menghasilkan pemikiran yng berbeda-beda
dalam kemajuan Agama Islam di suatu wilayah tertentu.

Sejarah Islam diketahui pada awalnya dalam dunia Islam berkembang


pemikiran rasional, tetapi kemudian berkembang pemikiran tradisional.Pemikiran
rasional berkembang pada zaman klasik Islam (650-1250M), sedangkan
pemikiran tradisional pada zaman pertengahan Islam (1250-1800M).Pusat
perdaban Yunani pada zaman Klasik, meliputi Aleksandria(Mesir),
Jundisyapur(Irak), Antakia(Syiria), dan Bactra(Persia).

Di zaman Islam klasik, Eropa sedang berada pada zaman pertengahan


yang terbelakang .Tidak mengherankan kalau orang-orang Eropa dan Italia,
Perancis, Inggris, dan lainnya ,berdatngan ke Andalusia untuk mempejari Ilmu
Sains dan Falsafah yang berkembang dalam Islam,kemudian meraka pulang
membawa ilmu-ilmu yang mereka peroleh itu.Buku-buku Ilmiah Islam yang
mereka terjemahkan kedalam bahasa latin.

Pemikiran Rasional di Eropa menghadapi tantangan dari gereja,sehingga


membuat ulam sains dan falsafah melepas diri dari gereja dan pemikiran rasional
berkembang lepas dari ikatan agama.Dan kembalimenjadi sekuler,seperti zaman
yunani sebelumnya.

Pemikiran Rasional sekuler itu membawa kemajuan besar dan pesat dalm
bidang sains dan falsafah serta teknologi di Eropa.Ketika Pemikiran rasional
Islam pindah ke Eropa dan Berkembang di sana, di dunia zaman pertengahan
berkembang pemikiran tradisional ini, par ualam buakan hanya terikat pada al-
Qur’an dan Hadist, tetapi juga pada ajaran ijtihad ulam pada zaman klasik yang
sangat banyak jumlahnya

Ketika Umat Islam timur tengah menjalin kontak dengan Barat pada Abad
ke-18M , mereka amat kaget melihat kemajuan Eropa.Mereka tidak menyangka
bahwa Eropa yang belajar dari mereka pada abad ke-12 dan ke-13M telah begitu
maju, bahkan mengalahkan mereka darp peperangan-peperangan seperti yang
terjadi antar kearajaan Turki Usmani dan Eropa Timur,Hal ini membuat ulama-
ulama abad ke-19 merenungkan apa yang perlu dilakukan Umat Islam untuk
mencapai kemajuan kembali sebagaimana pada zaman klasik dulu.

Maka lahirlah pembaruhuan Islam di Mesir seperti Al Tahtawi,


Muhammad Abduh, dan Jamaliddin Al-Afghani,di Turki dengan tokoh-
tokohnya ,Mehmed Sedik Rifaat, Nemik Kemal, dan Zia Golkalp, di India ,
Ahmad Khan,Ameer Ali, dan Muhammad Iqbal.

2.
C.KAJIAN TEMATIS

1.

2.
D.KAJIAN HISTORIS KRONOLOGIS

1.

2.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

1.

2.

3.

4.

5.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai