Anda di halaman 1dari 354

25.03.

2018
101. B. Keratokonjungtivitis toksik
– 25 tahun, keluhan mata kering, seperti ada yang
mengganjal di kedua matanya sejak 3 minggu yang lalu,
kadang disertai dengan mata merah ringan
– sering meneteskan sendiri gentamycin selama lebih dari 2
bulanpajanan terhadap bahan kimia/obat dalam waktu
lama
– PF: visus 20/25, kornea agak keruh, tes fluorescein tampak
kornea terwarnai (tanda keratitis), injeksi konjungtiva dan
reaksi folikular pada tarsus konjungtiva atas dan
bawah (tanda konjugtivitis)
– Diagnosis?
• A. Keratokonjungtivitis viral sekret
jernih, ada folikel
• C. Keratokonjungtivitis alergi gatal, ada
papila, sekret cair
• D. Keratokonjungtivitis vernal: cobblestone
appearance
• E. Keratokonjungtivitis bakteri sekret
purulen, kelopak mata lengket
102. KODE ETIK KEDOKTERAN
• Pasien buanyak  istirahat kurang  sakit
• Melanggal kodeki pasal 16:
• Setiap dokter harus memelihara
kesehatannya, supaya dapat bekerja
dengan baik
(20/70):(10/30) = 6/7
103. B • OUTCOME (INFLUENZA) DIATAS !! (LIAT TABEL BAWAH)

INFLUENZA (+) INFLUENZA (-)

MADU HITAM (+) 20 (A) 50 (B)

MADU HITAM (-) 10 (C) 20 (D)


104. a. Amankan patensi jalan nafas

• Laki-laki, 42 tahun, jatuh dari bangunan


lantai 3, pasien tergeletak di lantai dan tidak
sadarkan diri
• Apa tindakan yang pertama kali dilakukan?
• Pada pasien trauma, selalu ingat ABCDE
Primary Survey ATLS®
Airway & Protection of Spinal Cord
Breathing and Ventilation
Circulation
Disability
Exposure and Environment Control
Primary Survey
Prinsip utama
–Bila memungkinkan, ABCDE dikerjakan secara
simultan
–Segera lakukan intervensi bila ditemukan
masalah dalam primary survey
–Lakukan pemantauan / penilaian ulang
• Bila terjadi perburukan, mulai cari masalah dari Airway
lalu baru ke Breathing dan seterusnya
Airway & proteksi servikal

Mengapa menjadi yang pertama?


–Hilangnya patensi jalan nafas dapat mengakibatkan kematian dalam
waktu < 3 menit
–Hipoksia berkepanjangan = perfusi yang inadekuat, kerusakan organ

Penilaian patensi airway / jalan nafas


–Adakah sekresi atau darah di jalan nafas?
–Adakah bunyi tambahan (stridor, snoring, gargling)?

 Tips
–Pasien yang bisa berbicara biasanya tidak memerlukan intervensi
segera
–Curiga cedera laring atau cedera trakea pada pasien yang bersuara serak
–Bunyi tambahan seperti stridor, snoring dan gargling menandakan
adanya sumbatan jalan nafas
Intervensi Airway
 Mengamankan patensi jalan nafas
– Menyedot sekresi (suction)
– Chin Lift/Jaw thrust
– Nasopharyngeal Airway
– Laryngeal Mask Airway (LMA)
– Airway definitif
 Airway Support
– Oxygen
– Non-Rebreathing Mask
– Bag Valve Mask
– Definitive Airway

 Airway Definitif
– Intubasi endotrakeal
– Surgical Crichothyroidotomy
105. b. Pertusis
• Pasien balita datang untuk dilakukan imunisasi HepB, DPT dan Polio
• Setelah dilakukan vaksinasi pasien mengalami demam.

• Kemungkinan imunisasi yang menimbulkan demam adalah?


• Vaksin polio hampir tidak pernah menimbulkan
masalah serius. Masalah yang ditemukan biasanya
hanya kemerahan/nyeri di daerah injeksi.
Kemungkinan reaksi alergi sangat kecil.
• Vaksin hepatitis B juga merupakan vaksin yang
sangat aman, hampir tidak pernah menimbulkan
masalah serius.
– Nyeri di lokasi injeksi pada 25% pasien
– Demam pada 1 dari 15 pasien
– Reaksi alergi pada 1 dari 1,1 juta pasien.
• Vaksin DPT lebih sering menimbulkan reaksi alergi
maupun reaksi lain;
– Demam pada 1 dari 4 pasien
– Kemerahan/bengkak dan nyeri pada lokasi penyuntikan
pada 1 dari 4 pasien
– Gejala-gejala ini lebih sering timbul pada penyuntikkan
– DPT ke 4 atau ke 5 : dapat juga terjadi reaksi yang lebih
berat seperti kejang, incosollable crying, hiperpireksia, dan
kerusakan otak permanen walaupun lebih jarang.
Direkomendasikan untuk memberikan antipiretik dan anti
nyeri pada pasien setelah penyuntikan.
• Pemberian vaksinasi DPT selalu diberikan bersamaan,
tidak pernah diberikan masing2 secara sendiri.
– Vaksin pertussis monovalen sudah tidak diproduksi lagi.
– Vaksin TD (Tetanus dan difteri) tanpa Pertusis diberikan
pada dewasa sebagai booster.
• Soal ini sebenarnya ambigu, jadi:
– Jika disuruh memilih antara Difteri, Pertusis, atau Tetanus,
pilih Pertusis
– Jika ada pilihan DPT, campak, dan vaksinasi lain, pilihlah
campak
106. e. Pelvis antropoid
• Ny. Ita usia 29 tahun
• bentuk pelvis oval dengan diameter anteroposterior pada pelvis
inlet lebih besar dibandingkan diameter transversa.
• Apa jenis pelvis pasien ini?
PELVIS ANTROPOID
• DIAMETER ANTEROPOSTERIOR LEBIH BESAR DIBANDING DIAMETER
TRANSVERSA  LONJONG
• BENTUK PELVIS DINILAI DENGAN PELVISMETRI

• Gynecoid ditemukan pada sekitar 50% wanita.


Bentuk ini merupakan bentuk klasik panggul
wanita. Ukuran anteroposterior sedikit lebih
kecil dibandingkan ukuran kiri-kanan transversa
• Android bentuknya lebih segitiga, bentuk ini
merupakan bentuk panggul laki pada
umumnya. Wanita dengan bentuk panggul ini
akan mengalami kesulitan untuk melahirkan
bayi dengan ukuran yang agak besar. Ditemukan
pada sekitar 20% wanita.
• Anthropoid, seperti panggul gynecoid tetapi
ukuran tyransversa lebih kecil.
• Platypoid bentuknya gepeng. Mirip juga seperti
gynecoid tapi gepeng (flattened gynecoid).
Hanya sekitar 3% wanita yang memiliki bentuk
panggul seperti ini
107. d. Menghambat terjadinya ovulasi
• Ny. Dori datang ke dokter ingin berkonsultasi tentang penggunaan
kontrasepsi implan.
• Bagaimanakah mekanisme dari kontrasepsi ini?
MENCEGAH OVULASI
•EFEK UTAMA PADA IMPLAN ADALAH
• MENCEGAH OVULASI MELALUI MEKANISME UMPAN BALIK
• MENGENTALKAN LENDIR SERVIKS  SUKA MENIMBULKAN EFEK LIANG
VAGINA TERASA KERING
• EFEK TAMBAHAN: ENDOMETRIUM HIPOPLASIA

KANDIDAT ASEPTOR IMPLAN


EFEK SAMPING IMPLAN
108. C. Tetanus
• Seorang anak datang dengan keluhan lumpuh otot yang dirasakan
sejak 2 hari lalu.
• Lumpuh otot dirasakan saat di sentuh dan anak merasa kesakitan
dan menangis.
• 5 hari terakhir anak susah diberi makan. Riwayat tertusuk bambu 2
minggu yg lalu dengan luka tusuk yg tidak dibersihkan.
• Dari pemeriksaan didapatkan trismus 1 cm, opistotonus, dan perut
keras saat di tekan.
• Diagnosis?
Tetanus – Patogenesis, Patofisologi

• Spasme:
– Otot napas & laring:
asfiksia & sianosis
– Otot uretral: retensio
urin
– M.mastikatoris: trismus
– M.erector trunki: kuduk
kaku, opistotonus
– M.rectus abdominis:
perut papan
– M.fasialis: risus
sardonikus
– Ekstremitas inferior:
ekstensi, lengan kaku,
tangan mengepal
Tetanus – Gejala Klinis & Tatalaksana
• Tampilan klinis:
– Trismus, kaku leher, disfagia, kekakuan abdomen,
opistotonus, fleksi lengan, ekstensi tungkai, dan disfungsi
otonom
– Bisa terjadi kejang, baik akibat rangsangan maupun
spontan
– Pasien tetap sadar dan merasa kesakitan
– Jarang terjadi demam
• Penunjang: tes spatula
• Tata laksana:
– Metronidazole (untuk membunuh bakteri yang
memproduksi toksin)
– ATS atau TIG (untuk mengikat toksin bebas)
– TT (untuk menginduksi imunitas)
– Diazepam (meringankan gejala spasme)
Profilaksis Tetanus
109. E. Non-Malaficence
• Laki-laki, 38 tahun kesadaran menurun sejak 30 menit yang lalu
karena kecelakaan motor
• Tanda vital TD 80/60 mmHg, nadi 120 x/menit, nafas 22 x/menit,
akral dingin, konjungtiva pucat.
• Dokter perlu melakukan tindakan operasi emergensi yang
memerlukan persetujuan keluarga, namun pasien tidak memiliki
keluarga.
• Apakah kaidah dasar bioetik yang dilakukan dokter?
NON MALEFICIENCE
• Pasien tanpa keluarga
• Informed concent tidak memungkinkan
• Harus selamatkan nyawa

Prinsip dasar non-maleficence adalah primum non nocere, yang artinya


pertama-tama jangan menyakiti. Prinsip ini melarang dokter berbuat jahat
atau membuat derita pasien, serta mewajibkan dokter untuk
meminimalisasi akibat buruk. Kewajiban dokter untuk menganut non-
maleficence berdasarkan hal-hal berikut :
1. Pasien dalam keadaan amat berbahaya atau berisiko kehilangan sesuatu
yang penting
2. Dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut
3. Tindakan dokter terbukti efektif
4. Manfaat bagi pasien lebih besar daripada kerugian dokter
110 D.Fluoxetin

Tidak bisa tidur akhir-akhir ini. Pasien sering


memikirkan anaknya dan suaminya yang jauh.

• Diagnosis : gangguan penyesuaian dd/


gangguan depresi.
Gangguan Penyesuaian
• Keadaan stress yag subjektif mengganggu kinerja dan fungsi sosial
pada masa periode adaptasi terhadap suatu perubahan dalam hidup
yang bermakna
• Onset biasanya satu bukan, lamanya gejala tidak melebihi 6 bulan
• Th/ antidepresan (fluoxetin) atau antiansietas
111. E. Dakriosistitis akut
• Keywords:
– Wanita, 50 tahun, nyeri pada mata
sebelah kanan
– Terdapat benjolan pada pangkal mata
sebelah kanan yang terlihat
kemerahan
– PF: benjolan pada saccus lacrimalis
dextra dan terdapat pus yang keluar
dari punctum lacrimalis inferior
dextra
• Diagnosis yang tepat adalah
– Dakriosistitis= inflamasi sakus lakrimal
Dakriosistitis
• Peradagan pada ductus nasolakrimalis
• Disebabkan oleh bakteri atau jamur
• Gejala : nyeri pada daerah kantus medial , epifora, edema dan
hiperemis pada daerah sakus lakrimalis
• Th/ kompres air hangat , pemberian antibiotil , bedah
dakriosistorinostomi
• A. Trichiasis (bulu mata terlipat kedalam post infeksi)

• B. Dakriosistitis kronik
Sakus lakrimal membesar, tanda radang minimal

• C. Blefaritis akut
Kelopak mata menebal, gatal, lengket, sulit dibuka
112. c. INH, pirazinamid, rifampicin

• keywords:
• keluhan kulit menjadi kuning setelah 3 hari
minum obat yang diberikan dokter.
• Tiga bulan yang lalu pasien mengeluh batuk
berdahak yang kadang disertai darah dan demam
yang tidak terlalu tinggi  mendapat obat
• Obat apa yang dapat menyebabkan keluhan
pada pasien?
INH, pirazinamid, rifampicin
Hepatitis Imbas Obat
Penatalaksanaan
1.Bila klinik (+) (Ikterik [+], gejala mual, muntah [+])
OAT Stop
2.Bila gejala (+) dan SGOT, SGPT > 3 kali,: OAT stop
3.Bila gejala klinis (-), Laboratorium terdapat
kelainan:
a. Bilirubin > 2 ®OAT Stop
b. SGOT, SGPT > 5 kali : OAT stop
c. SGOT, SGPT > 3 kali teruskan pengobatan,
dengan pengawasan
Panduan OAT yang dianjurkan :
1.Stop OAT yang bersifat hepatotoksik (RHZ)
2.Setelah itu, monitor klinik dan laboratorium.
3.Bila klinik dan laboratorium normal kembali (bilirubin, SGOT, SGPT),
maka tambahkan H (INH) desensitisasi sampai dengan dosis penuh
(300 mg).
4.Selama itu perhatikan klinik dan periksa laboratorium saat INH dosis
penuh , bila klinik dan laboratorium normal , tambahkan rifampisin,
desensitisasi sampai dengan dosis penuh (sesuai berat badan).
5.Sehingga paduan obat menjadi RHES
6.Pirazinamid tidak boleh diberikan lagi
113. C. Terbutalin
• Ny. Rita usia 25 tahun G2P1A0 hamil 30 minggu datang dengan
keluhan perut kencang dan terasa nyeri.
• Dari pemeriksaan didapatkan kontraksi uterus teratur, dilatasi
serviks 3 cm, ketuban utuh.
• Obat apa yang harus diberikan pada pasien ini?
Terbutalin
• Pasien hamil 30 minggu dengan perut kencang 
kontraksi teratur  Takut lahir prematur
• Pertahankan kehamilan karena ketuban juga masih
utuh
• Tatalaksana: terbutalin  suatu derivat epineprin
bekerja merelaksasi otot polos (uterus)
114. B. Otosklerosis
• Keywords :
– Penurunan pendengaran pada telinga kiri yang
dirasakan semakin memberat 1 bulan terakhir.
– Pemeriksaan : membrane tympani intak,
Schwarte's sign (+), tes rinne (-) pada telinga kiri,
dan tes weber lateralisasi ke kiri.

Diagnosis : Otosklerosis
Otosklerosis
• Penyakit pada kapsul tulang labirin yang mengalamai spongiosis di
daerah kaki stapes sehingga stapes menjadi kaku dan tidak dapat
menghantarkan getaran suara ke labirin dengan baik
• Awal penyakit akan muncul tuli konduktif yang dapat menjadi tuli
campur bila penyakit sudah menyebar ke koklea
• Gejala :
– Pendengaran terasa berkurang secara progresif
– Keluhan lain: tinitus dan terkadang vertigo
– Lebih sering bilateral, perempuan lebih banyak dari laki-laki, antara
11-45 tahun
– Pemeriksaan :
• Membran timpani intak, tuba paten
• Dapat ditemukan gambaran membran timpani yang kemerahan karena
pelebaran pembuluh darah promontium (Schwarte’s sign)
• Pasien merasa pendengaran terdengar lebih baik dalam ruangan bising
(paracusis willisii)
115. B . Penyakit Jantung Rematik
• Laki –laki , 16 tahun keluhan berdebar-debar yang dirasakan sejak 1
minggu yang lalu.
• Riwayat sering demam dan batuk-pilek. Keluhan disertai sesak pada
saat beraktivitas dan mudah lelah, nyeri-nyeri pada sendi (+).
• Pada pemeriksaan fisis didaparkan thrill, JVP 5+3, dan suhu 38,5oC.
• Apa diagnosa pasien tersebut?
Penyakit Jantung Rematik
• Penyakit jantung reumatik / Rheumatic heart disease/ RHD meurpakan komplikasi
dari Rheumatic fever (RF). Gejala RF salah satunya Pharyngitis diakibatkan group A
beta-hemolytic streptococcal.
• Diagnosis :
– Kriteria mayor : Karditis  takikardia, murmur mitral regurgitasi, S3 gallop,
pericardial friction rub, dan kardiomegali, Migratory polyarthritis ,
Sydenham’s chorea, Nodul subkutaneus, Eritema marginatum
– Kriteria Minor :Suhu tinggi, sakit sendi (artralgia), Riwayat pernah menderita
DR/PJR
Lab: reaksi fase akut : Ditambah bukti-bukti adanya suatu infeksi Streptococcus
sebelumnya yaitu hapusan tenggorok yang positif atau kenaikan titer tes
serologi ASTO
– PJR bila : Dua gejala mayor atau Satu gejala mayor dengan dua gejala minor
• Terapi
– Penyakit Jantung Reumatik: aspirin, steroid,
– antibiotik : golongan penisilin
Jawaban lain
• Endokarditis : Infeksi pada permukaan endokard jantung, termasuk katup
jantung,dan endokardium mural. Etiologi: infeksi mikroorganisme yang masuk ke
dalam sirkulasi melalui infeksi fokal atau trauma, misal pengguna jarum suntik.
Staphylococcus aureus bloodstream infections (BSI), meurpakan patogen
endokarditis.
• Miokarditis: biasanya virus, ada peningkatan troponin, CK, atau CK-MB.
Ditemukan juga peningkatan CRP dan LED.
• Temponade jantung : Trias beck : hipotensi , distensi vena jugular serta suara
jantung melemah
116. D. Lebam pada ujung-ujung
ekstremitas
• Keywords:
– Tn. X, 20 tahun, ditemukan meninggal gantung diri
di kamar kosnya
– Ia langsung diturunkan dan dibaringkan terlentang
di lantai segera setelah ditemukan
– Terakhir kali terlihat sedang berbicara 8 jam
sebelumnya
–2 jam setelahnya ia dikirimkan ke rumah
sakit
untuk di periksa
• Hasil pemeriksaan?
OPSI JAWABAN LAIN
• B. Terdapat lebam yang berwarna merah cerah
– Pada kasus keracunan CO
• C. Terdapat pembusukan di perut
– Muncul setelah 24 jam setelah mati, berupa warna kehijauan pada perut kanan bawah
• D. Terdapat kaku mayat lengkap
– Rigor mortis/kaku mayat: kekakuan yang terjadi pada otot yang terjadi setelah periode
pelemasan/ relaksasi primer
– Terjadi setelah 14 jam (kaku muncul 2 jam setelah waktu kematian, lengkap 12 jam setel
ahnya, dipertahankan setelah 12 jam, kemudian menghilang dalam urutan yang sama.)
• E. Lebam hanya ditemukan pada punggung
– Livor mortis/lebam mayat: suatu bercak merah kebiruan pada lokasi terendah tubuh m
ayat akibat penumpukan eritrosit. Mulai tampak 20-30 menit setelah meninggal, menet
ap setelah 8-12 jam
– Terjadi apabila mayat SEGERA dibaringkan setelah meninggal dunia
SENSITIVITAS = a/(a+c)
117. • POSISI TABEL HARUS BENAR
BTA (+) BTA (-)

A
PPV =
RONTGEN (+) a (A) b (B) A +B

D
RONTGEN (-) c (C) d (D) NPV =
C +D

SENSITIVITY SPECIFICITY
A D

A +C B +D
118. B. Melakukan intubasi endotrakeal

• Keywords: Laki-laki, 28 tahun, kecelakaan,


terlempar sejauh 6 meter, diimobilisasi dengan
spinal board dan sudah terpasang collar neck,
pasien tidak sadar, didapatkan suara snoring

• Usaha membebaskan jalan nafas yang dikerjakan


pertama-tama adalah...

• Oropharyngeal airway atau intubasi endotrakeal?


Indikasi Intubasi pada Pasien dengan Trauma

• Pasien apnea
• Risiko aspirasi tinggi (ada muntah atau
perdarahan di rongga mulut)
• Penurunan kesadaran (Glasgow Coma Scale <8)
• Cedera dengan fraktur maksilofasial
• Risiko obstruksi jalan nafas (hematoma di leher,
cedera laring atau cedera trakea)
• Trauma inhalasi pada luka bakar
• SpO2 < 90% dengan oksigenasi menggunakan
sungkup oksigen
Skema Tatalaksana Jalan Nafas menurut
ATLS®
119. C. Pola luka akibat pembekapan
• Jenazah bayi ditempat pembuangan sampah dan
diantar ke RS untuk diotopsi
• PF: luka lecet berbentuk seperti bulan sabit di sekitar
mulut, hidung dan pipi, luka lecet berwarna
kemerahan, perabaan kasar. Memar ditemukan
disekitar luka lecet dan selaput mukosa bibir
• Wajah tampak gelap, sklera mata merah, mukosa bibir
dan ujung jari kebiruan. Dtemukan bendungan
pembuluh darah di semua organ dalam  asfiksia
Pola luka pada jenazah bayi tersebut adalah?
Pembekapan (smothering)
• Penutupan lubang hidung dan mulut yang menghambat
pemasukan udara ke paru-paru
• Mekanisme kematian: asfiksia
– Tanda: perbendungan sirkulasi pada organ dalam, petekie
darah lebih gelap dan encer, busa halus di sal. pernapasan
• Cara kematian:
– Bunuh diri
– Kecelakaan (neonatus yang mulutnya tertutup bantal)
– Pembunuhan (biasa terjadi pada kasus pembunuhan anak
sendiri/pada orang dewasa yang tidak berdaya)
• Temuan yang mungkin: luka lecet tekan/geser, goresan kuku dan
luka memar pada ujung hidung, bibir, pipi, dan dagu
Pencekikan
• Pencekikan: penekanan leher dengan tangan
dinding saluran napas tertekan penyempitan
saluran napas udara tidak lewat
• Mekanisme kematian: asfiksia dan refleks vagal
• Pemeriksaan:
– Perbendungan pada muka dan kepala
– Adanya tanda kekerasan pada leher (luka lecet pada kulit,
berbentuk bulan dabit akibat penekanan kuku jari)
– Luka memar pada kulit akibat penekanan jari
– Fraktur tulang lidah
– Tanda asfiksia bila mekanisme kematiannya asfiksia
120. Abortus imminens
• Wanita, G2P1A0 hamil 8 minggu datang dengan keluhan keluar
darah sedikit-sedikit dari jalan lahir.
• Pada pemeriksaan inspekulo didapatkan OUE tertutup.
• Apakah diagnosis yang paling mungkin?
Abortus iminen
•OUE tertutup tanpa disertai pengeluaran jaringan
•Pada kasus ini hanya darah tanpa jaringan

Diagnosis Serviks Besar uterus Gejala lain


Abortus Tertutup Sesuai dengan usia Uterus lunak
iminens kehamilan
Abortus Terbuka Sesuai dengan usia Uterus lunak
insipiens kehamilan
Abortus Terbuka Lebih kecil dari usia Uterus lunak
inkomplit kehamilan Keluar jaringan

Abortus Tertutup Lebih kecil dari usia Uterus kenyal


komplit kehamilan Keluar jaringan
121. D. Foto polos kepala posisi
Caldwell
• Laki-laki, 19 tahun, keluar darah dari hidung
dan lebam disekitar mata, jatuh dari motor 2
hari yang lalu, hidung tersumbat, nyeri di
daerah batang hidung diikuti penglihatan
ganda, wajah tampak kebiruan di bawah
kedua mata dan bengkak di sekitar batang
hidung

• Pemeriksaan radiologi?
Posisi Caldwell  menilai sinus, namun rima
orbita dan septum nasi juga terlihat jelas
Posisi waters  menilai sinus
Posisi Schulller  menilai tulang mastoid
Foto panoramik  menilai gigi dan rahang
Foto left lateral decubitus  biasanya
dikerjakan untuk menilai ada tidaknya
obstruksi usus
122. D. Blefaritis

Keywords
•Laki-laki, 33 tahun,dengan keluhan gatal pada
kelopak mata sebelah kanan sejak 2 hari yang
lalu
•kelopak mata kanan terasa menebal dan
terasa lengket saat dibuka
•PF: tepi kelopak mata merah dan bersisik
Diagnosis yang tepat?
Blefaritis
• Peradangan pada kelopak mata
, dapat disebabkan oleh infeksi
Staphylococcus aureus
• Gejala : kelopak mata bengkak
dan merah
• Th/ Kompres hangat ,
antibiotik topikal dan sistemik,
kortikosteroid kadang
diperlukan
123. B. Anemia Defisiensi Besi
• Bayi berusia 10 bulan, tampak pucat sejak 1 bulan SMRS.
• Pemeriksaan darah tepi menujukkan mikrositik hipokrom.
• Kurva pertumbuhan tampak gizi kurang, pasien berasal dari keluarga
kurang mampu.
• Kemungkinan penyebab anemia?
• Riwayat keluarga kurang mampu berhubungan dengan kemampuan
membeli asupan makanan, kurang protein hewani, kacang2an 
Defisiensi besi  Anemia
Anemia
• Anemia mikrositik : defisiensi Fe, thalassemia, penyakit kronik
(gangguan utilisasi Fe), anemia hemolitik.
• Anemia normositik : perdarahan akut, anemia penyakit kronik,
anemia aplastik, gagal ginjal
• Anemia makrositik : defisiensi folat, defisiensi B12
Beberapa kelainan bentuk
• Thalassemia: sel target, berinti, basophilic
• stipping dan leukosit imatur
• Defisiensi G6PD: bite cells
• Anemia def besi: sel pensil
• Leukemia: leukositosis abnormal dan sel blast
• Anemia defisiensi Besi : Darah tepi anemia mikrositik hipokrom, Serum Iron
↓, Feritin↓, TIBC ↑, sel pensil. Terapi : suplementasi besi.
• Anemia hemolitik : Darah tepi anemia mikrositik hipokrom. Terdapat sel
target dan anisopoikilositosis (bentuk sel bermacam-macam karena lisis),
Bilirubin indirek ↑. Ikterik, splenomegali. Biasanya karena thalassemia.
Pemeriksaan tambahan : elektroforesis Hb.
• Anemia karena keganasan (Leukemia) : Pansitopenia, leukosit meningkat
namun abnormal. Blast +, hepatomegali. Pemeriksaan tambahan : Bone
Marrow Puncture (BMP). Tx : kemoterapi.
• Anemia aplastik : Pansitopenia. Tidak ada organomegali. Pemeriksaan
tambahan : BMP – gambaran hipoplastik.
• Anemia karena penyakit kronis : Karena gangguan utilisasi besi. Anemia
normositik normokrom.
• Anemia perdarahan : Normositik normokrom.
• Anemia makrositik : karena defisiensi B12 (pada post-op gastrointestinal),
asam folat, liver disease
124. C. Abses paru
• keywords:
– Batuk berlendir yang sejak 4 minggu. Keluhan
disertai demam, sesak dan nyeri dada.
– Pada pemeriksaan foto thoraks didapatkan cavitas
berdinding tebal dengan air fluid level. Apakah
diagnosa pasien tersebut?

• Air fluid level: ada komponen udara dan cairan


Abses Paru
• Merupakan nekrosis jaringan paru dan pembentukan rongga yang
berisi sebukan nekrotik atau cairan yang disebabkan oleh infeksi
mikroba.
• Gejala : demam, batuk dengan produksi sputum yang meningkat,
nyeri dada, hemoptosis
• Pemeriksaan : Lab : leukositosis , pemeriksaan sputum
• Terapi : antibiotik : golongan penisilin , clindamisin , metronidazol .
Drainase abses atau pembedahan
Gambaran radiologi abses paru
• A typical chest
radiographic appearance
of a lung abscess is an
irregularly shaped cavity
with an air-fluid level
inside.
125. C. Kotrimoksazole
• Bayi berusia 10 bulan, BB 7 kg, datang dibawa ibunya dengan keluhan
BAB cair sejak 3 hari yll.
• Frekuensi BAB > 6x sehari, BAB lendir darah (+).
• Bayi tampak rewel dan menangis ketika mengedan.
• Dari pemeriksaan fisik UUB cekung, mata celung, turgor menurun,
perut cembung tapi tidak distensi. Leukosit: 13.500
• Pengobatan yang tepat:
Penanganan diare :
• Di tingkat pelayanan primer semua diare berdarah selama ini
dianjurkan untuk diobati sebagai shigellosis dan diberi antibiotik
kotrimoksazol. Jika dalam 2 hari tidak ada perbaikan, dianjurkan
untuk kunjungan ulang untuk kemungkinan mengganti antibiotiknya
• Yang paling baik adalah pengobatan yang didasarkan pada hasil
pemeriksaan tinja rutin, apakah terdapat amuba vegetatif. Jika
positif diberikan metronidazol dengan dosis 50 mg/kg/BB dibagi
tiga dosis selama 5 hari.
Indikasi rawat pada anak dengan diare :

– Anak dengan gizi buruk dan disenteri


– Bayi muda (umur < 2 bulan)
– Anak yang menderita keracunan, letargis, mengalami perut
kembung dan nyeri tekan atau kejang,
– Mempunyai risiko tinggi terhadap sepsis
126. D. GNA
• Laki-laki, 16 tahun, mengeluh BAK terlihat agak merah dan bengkak-
bengkak di wajah, perut, dan ekstremitas.
• Pasien mengaku 2 minggu sebelumnya batuk pilek dan nyeri
menelan selama +/- 1 minggu.
• PF: TD 140/90, nadi 80, RR 28. Lab: proteinuri, hematuri.
• Diagnosis?
GNAPS
• GNAPS terjadi akibat deposisi kompleks imun (Rx hipersensitifitas
tipe 3) pada GBM dan atau mesangium sehingga terjadi reaksi
inflamasi gangguan fungsi ginjal  komplikasi: ensefalopati
hipertensif, gagal jantung, edema paru dan gagal ginjal
• Didahului oleh infeksi Streptococcus beta hemoliticus group A
nefritogenik (tipe 4, 12, 16, 25, dan 49) di saluran napas atas. Reaksi
Ag-Ab terjadi setelah infeksi saluran napas atas telah usai.
Jawaban Lain
• Sindrom Nefrotik
• Keluhan utamanya adalah edema yang masif. Keluhan hematuria biasanya hanya
mikroskopik. Disertai parameter lab lain : Hipoalbuminemia, proteinuria,
hiperkolesterolemia
• GNA (Glomerulonefritis akut)
• Merupakan sebutan lain untuk glomerulonefritis akut pasca streptococcus. Jika ada
pilihan GNAPS maka jawaban yang sesuai adalah GNAPS.
• GNK (Glomerulonefritis kronik)
• Contohnya pada nefritis lupus
127. C. Efusi Pleura
• Laki-laki 16 thn, keluhan utama demam tinggi dan terus- menerus.
• Demam tidak turun dengan penggunaan antipiretik.
• Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hemokonsentrasi dan
trombositopenia.
• Apa kelainan penyerta yang dapat ditemukan untuk menunjang
diagnosa penyakit pada pasien?
• Pasien demam tinggi  Lab : hemokonsentrasi dan trombositopenia
 DBD
• Ciri khas pada DBD adalah ada kebocoran plasma (hemokonsentrasi,
efusi pleura, asites, hipoproteinemia)
128. B. Isosorbid dinitrat
• wanita, 58 tahun, nyeri dada yang dirasakan
memberat setelah naik tangga, dialami sejak
1 tahun terakhir, nyeri dada dirasakan
berkurang dengan istirahat, kontrol teratur
di PKM dengan captopril

• Apakah terapi yang paling tepat untuk


mengurangi nyeri dada pasien?
Obat antiangina
• Nitrat
• Penyekat Beta
• Calcium Channel Blocker
• Ibuprofen  NSAID  dapat mengurangi nyeri namun
tidak sesuai dengan patofisiologi angina

• Clopidogrel  antiplatelet  menghambat perlengketan


platelet satu dengan yang lain melalui blokade ADP

• Simvastatin  HMG CoA reductase inhibitor 


menghambat sintesis kolesterol di hati

• Asetil salisic acid  aspirin  menghambat agregasi


platelet
129. C. Pneumotoraks Spontan Primer
• Empiema  pus dalam rongga toraks  perkusi redup

• Hematothoraks  darah dalam rongga toraks 


perkusi redup

• Efusi pleura massif  cairan dalam rongga toraks 


perkusi redup

• pneumothoraks spontan primer ?


• pneumothoraks spontan sekunder ?
Pneumotoraks spontan primer vs
sekunder
Pneumotoraks Spontan Primer Pneumotoraks Spontan Sekunder
•suatu pneumotoraks yang •suatu pneumotoraks yang terjadi
terjadi tanpa ada riwayat akibat penyakit paru yang
mendasarinya
penyakit paru yang mendasari
•– TBC paru, Penyakit Paru
sebelumnya.
Obstruktif Kronik, Asma Bronkial,
•Umumnya pada individu sehat Pneumonia, Tumor paru
•Dewasa muda
•Postur tubuh tinggi kurus •Biasa terjadi pada orang tua
•dengan PPOK
•Terjadi pada saat istirahat dan
sampai sekarang belum
diketahui penyebabnya
Mengapa pneumotoraks spontan primer?

• Jawaban Pneumotoraks spontan primer dipilih


karena usia pasien yang masih muda, riwayat
penyakit paru yang (-), serta postur yang tinggi
kurus
130. C. Dietilcarbamazine
• Tn. Ali usia 35 tahun datang dengan keluhan pembesaran pada
kedua kaki yang semakin mengganggu.
• Dua bulan yang lalu pasien pulang berkemah, dan dari pemeriksaan
darah ditemukan mikrofilaria > 30.
• Pengobatan yang tepat pada pasien ini adalah…
PENGOBATAN
MASSAL WHO
131 B.Hipersomnia
Sulit menahan kantuk, padahal setiap malam
bisa tidur antara 10-12 jam. Riwayat konsumsi
obat tertentu (-). Pemeriksaan fisik dalam
batas normal.

• Diagnosis : hipersomnia.
• Hipersomnia : sering merasa mengantuk,
meskipun kuantitas dan kualitas tidur sudah
cukup.
• Narkolepsi : tidak merasa mengantuk, tiba2
jatuh tertidur, sering diikuti dengan gejala
katapleksia, halusinasi hipnagogik, maupun
paralisis tidur.
• Insomnia : kodisi tidur yang tidak
memuaskan secara kuantitas dan atau
kualitas
• Somnabulisme : berjalan sambil tidur
132. D. Planning
• Pada kegiatan imunisasi polio masal, dokter puskesmas berperan
sebagai koordinator. Kepala puskesmas dan staf bekerja keras agar
sasaran dapat tercapai 100%.
• Saat pelaksanaan tiba, beberapa posyandu tidak memenuhi target
karena kekurangan vaksin polio.
• Unsur pokok manajemen manakah yang kurang dilakukan oleh dokter
tersebut?
PLANNING
•Dokter sebagai koordinator (manajerial)  sistem poac
•Tidak memenuhi target karena vaksin kurang

Dalam PLANNING, ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan. Yaitu harus SMART:
• Specific artinya perencanaan harus jelas maksud maupun ruang lingkupnya. Tidak terlalu melebar dan
terlalu idealis.
• Measurable artinya program kerja atau rencana harus dapat diukur tingkat keberhasilannya.
• Achievable artinya dapat dicapai. Jadi bukan anggan-angan.
• Realistic artinya sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang ada. Tidak terlalu mudah dan tidak
terlalu sulit. Tapi tetap ada tantangan.
• Time artinya ada batas waktu yang jelas. Mingguan, bulanan, triwulan, semesteran atau tahunan.
Sehingga mudah dinilai dan dievaluasi.
133. D Retinopati Hipertensi
• Keywords:
– Wanita, 66 tahun, dengan penurunan penglihatan
yang terjadi perlahan sejak 1 bulan lalu mata
tenang visus turun perlahan
– TD: 190/110 hipertensi
– pemeriksaan funduskopi: gambaran “cooper
wire” (gambaran retinopati HT pada funduskopi
 fenomena cotton wool spot + av crossing +
copper wire)
• Diagnosis : Retinopati hipertensi
Retinopati Hipertensi
• Komplikasi dari penyakit hipertensi
• Ditandai dengan mata tenang, visus turun perlahan
• Gambaran pembuluh darah copper wire dan AV nicking akibat
pembuluh darah yang mengalami pengerasan (sklerosis) pada
penderita hipertensi kronik
134 A. Meningitis tuberkulosis

• sakit kepala sejak 3 minggu, kontak dengan


penderita batuk lama, kaku kuduk (+), reflex
patologis (-).
• LED meningkat, lumbal punksi: peningkatan
limfosit, protein, dan penurunan glukosa.

• Kemungkinan diagnosis : meningitis TB.


BEDAKAN:

• Meningitis :
Demam, sakit kepala, Tanda Rangsang Meningeal (=
kaku kuduk) positif, bisa terjadi penurunan
kesadaran (kejang bersifat fokal).
Etiologi : bakteri, viral, TB
• Ensefalitis :
Demam, sakit kepala, Tanda Rangsang Meningeal
(=kaku kuduk) negatif, penurunan kesadaran
(kejang bersifat umum)
Etiologi : viral (paling sering Herpes SimpleksVirus).
Diagnosis Banding Infeksi SSP
Klinis/Lab. Ensefalitis Meningitis Mening.TBC Mening.virus Ensefalopati
bakterial
Onset Akut Akut Kronik Akut Akut/kronik

Demam < 7 hari < 7 hari > 7 hari < 7 hari </> 7 hari/(-)

Kejang Umum/fok Umum Umum Umum Umum


al
Penurunan Somnolen Apatis Variasi, apatis - CM - Apatis Apatis - Somnolen
kesadaran - sopor sopor
Paresis +/- +/- ++/- - -

Perbaikan Lambat Cepat Lambat Cepat Cepat/Lambat


kesadaran
Etiologi Tidak dpt ++/- TBC/riw. kontak - Ekstra SSP
diidentifik
asi
Terapi Simpt/anti Antibiotik Tuberkulostatik Simpt. Atasi penyakit
viral primer
135. E. IUD
• Ny. Jesika usia 39 tahun sudah memiliki 3 anak datang ke dokter
dengan tujuan ingin memasang kontrasepsi.
• Namun pasien tetap mau menyusui anaknya.
• Kontrasepsi apa yang sebaiknya dianjurkan pada pasien ini?
IUD
•PASIEN MENYUSUI INGIN MENGGUNAKAN KB
•JANGAN GUNAKAN YANG MENGANGGU PRODUKSI ASI 
HORMONAL
KOMBINASI
•PILIHAN:
• IUD  TIDAK DIPENGARUHI MENYUSUI/TIDAK
• MINI PIL (PROGESTERON SAJAH) ATAU IMPLAN ATAU SUNTIK 3
BULAN (JUGA PROGESTERON)  EFEKTIVITAS DIPENGARUHI
OLEH MENYUSUI ADEKUAT ATAU
TIDAK
136. B. imobilisasi dengan spinal board
dan collar neck
• Keywords: wanita, 21 tahun, melompat dari
jembatan, pasien mengerang dan mengeluh
tidak bisa menggerakan kedua kaki dan
tangannya

• Penangan yang paling tepat adalah....

• Bisa bicara  airway clear


Gejala cedera tulang belakang
• Penurunan kesadaran
• Terdapat tanda-tanda intoksikasi
• Terdapat kecurigaan fraktur ekstremitas yang
mengganggu stabilitas tulang belakang
• Defisit neurologis
• Nyeri di sepanjang tulang belakang
137. d. Abses peritonsilar
• Keywords :
– Keluhan mendengkur sudah 6 bulan.
– Pemeriksaan didapatkan kedua tonsil
membesar, kripta melebar dan disertai dengan
detritus.

Diagnosis : Tonsilitis
Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit
tersebut adalah Abses peritonsilar
Abses Peritonsil
• Abses peritonsil merupakan salah • PF:
satu abses leher dalam – Pembengkakan kelenjar
• Etiologi: submandibula + nyeri tekan
– Komplikasi tonsilitis akut atau –Uvula bengkak terdorong ke
infeksi dari kelenjar Weber di tonsil kontralateral
–Palatum mole bengkak
• Anamnesis: berfluktuasi
– Odinofagia hebat –Tonsil bengkak hiperemis, dapat
– Otalgia pada sisi ipsilateral disertai detritus
• Tatalaksana:
– Muntah – pungsi abses  insisi abses 
– Mulut berbau keluarkan pus  tonsilektomi
– Hipersalivasi • Komplikasi:
– Hot potato voice – Abses pecah spontan 
– Trismus perdarahan, aspirasi paru, piemia
– Abses parafaring
– Trombus sinus kavernosus,
meningitis, abses otak
138. E. Vitamin A 200.000 IU
• An. Henry, 4 tahun dibawa oleh ibunya ke Puskesmas dengan keluhan
kurang gizi.
• Ibu pasien ingin meminta vitamin A pada anaknya tersebut.
• Bagaimana pemberian vitamin A yang benar pada kasus ini?
Vitamin A
• Jumlah angka kecukupan gizi vitamin A (Retinol/retinal/asam
retinoat) yang dianjurkan (KGA-2004) per hari 400 ug retinol
untuk anak- anak dan dewasa 500 ug retinol.
• Sumber:
– Hewani sebagai retinol
– Nabati sebagai pro vitamin A sebagai karotin, dengan bantuan tirosin
dikonversi menjadi retinol.
• Program Depkes pemberian setiap 6 bulan
(Februari dan Agustus).
• Kapsul Vitamin A Biru dengan dosis 100.000 IU
(30.000 ug retinol) hanya diberikan untuk bayi
usia 6-11 bulan . Dengan kebutuhan 400 ug
perhari maka setiap pemberian akan memenuhi
2-3 bulan kedepan
• Kapsul Vitamin A Merah dengan dosis 200.000 IU
( 60.000 ug retinol) hanya diberikan untuk anak
balita dan ibu nifas. Dengan kebutuhan 500 ug
perhari maka setiap pemberian akan memenuhi
kebutuhan vitamin A 5-6 bulan kedepan.
139. D. gambaran radiolusen
avaskuler disertai colaps line
• Keywords: Laki-laki, 34 tahun, sesak sejak beberapa
jam yang lalu, dirasakan secara tiba-tiba, sebelumnya
pasien batuk selama 5 hari dengan dahak yang sulit
keluar dan tidak didapatkan demam, TD 120/80mmHg,
denyut nadi 100x/menit, frekuensi napas 28x/menit
dan temp 38oC, deviasi trakea ke kiri, dada kanan
tertinggal, suara nafas yang menurun dan hipersonor
pada dada kanan
• Dx/ pneumothorax

• Apakah gambaran X-Ray yang mungkin ditemukan?


• Coin lesion  curiga Ca Paru

• Opasitas homogen  cairan / konsolidasi

• Infiltrat yang disertai konsolidasi  Pneumonia?

• Gambaran radiolusen avaskuler disertai colaps line 


khas pneumothorax

• Corakan bronkovaskuler yang meningkat  infeksi


saluran nafas atau pengingkatan aliran darah ke paru
140. B. Central retinal artery occlusion
• Laki-laki, 35 tahun, dengan penurunan
penglihatan mendadak sejak 3 jam lalu. Pada
pemeriksaan funduskopi didapatkan
gambaran cherry red spot dan ground glass
retina
• Diagnosis yang paling mungkin adalah:
Central vein occlusion
141. Jawaban paling mendekati = B. 2100
kkal
• Keywords:
– Pasien 62 tahun, keluhan penurunan BB drastis,
sering kencing, selalu haus terutama malam hari.
– BB 51 kg, TB 170 cm, TD 110/70 mmHg, nadi 85
x/menit.
– Gula darah sewaktu 310 mg/dl, HbA1C 8,5 %.
• Berapa jumlah kalori basal yang dibutuhkan
pasien ini? 2268 kkal
• Perhitungan berat badan Ideal (BBI) dengan rumus
Brocca yang dimodifikasi adalah sbb:
– Berat badan ideal = 90% x (TB dalam cm - 100) x 1 kg.
• Bagi pria dengan tinggi badan di bawah 160 cm dan
wanita di bawah 150 cm, rumus dimodifikasi
menjadi:
– Berat badan ideal (BBI) = (TB dalam cm - 100) x 1 kg

BB Normal : BB ideal ± 10 %


Kurus : < BBI - 10 %
Gemuk : > BBI + 10 %
Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan
kalori antara lain :
– Jenis Kelamin
• Kebutuhan kalori wanita sebesar 25 kal/kg BB dan untuk pria sebesar 30 kal/
kg BB.
– Umur
• Untuk pasien usia di atas 40 tahun kebutuhan kalori dikurangi 5%, untuk
dekade antara 40 dan 59 tahun dikurangi 10%, untuk dekade antara 60 dan 69
tahun dan dikurangi 20%.
– Aktivitas Fisik atau Pekerjaan
• Kebutuhan kalori dapat ditambah sesuai dengan intensitas aktivitas fisik.
Penambahan sejumlah 10% dari kebutuhan basal diberikan pada kedaaan
istirahat, 20% pada pasien dengan aktivitas ringan, 30% dengan aktivitas
sedang, dan 50% dengan aktivitas sangat berat.
– Berat Badan
• Bila kegemukan dikurangi sekitar 20-30% tergantung kepada tingkat
kegemukan. Bila kurus ditambah sekitar 20-30% sesuai dengan kebutuhan
untuk meningkatkan BB.
Berat badan ideal (BBI) = 90% x (170 - 100) x 1 kg
BBI = 63 Kg
BB aktual: 51 Kg
Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori pada pasien ini :
– Jenis Kelamin
• Laki-laki 30 kkal/kg BB
– Umur
• Untuk pasien usia 60-69 tahun kebutuhan kalori dikurangi 20 %
– Aktivitas Fisik atau Pekerjaan
• Ditambah 20% pada pasien dengan aktivitas ringan
– Berat Badan
• Bila kurus ditambah sekitar 20-30% sesuai dengan kebutuhan untuk
meningkatkan BB.
IMT = 17,64 (BB Kurang < 18,5)

• Kebutuhan kalori: 63 Kg x 30 kkal/Kg = 1890 kkal


• Umur: -20%
• Aktivitas Fisik atau Pekerjaan: +20 %
• Berat Badan: +20 %
Total: 20 %. 20 % x 1890 = 378 kkal
Total kebutuhan kalori:
1890 kkal + 378 kkal = 2268 kkal
142. A. Tes Kalori
• Keywords :
– Keluhan pusing berputar.
– Setiap serangan, pusing dirasakan <5 menit.
– Disertai mual dan muntah.

Diagnosis : Vertigo
Pemeriksaan : Tes Kalori  untuk memeriksa
fungsi vestibuler
• B. Tes Bing  Tes oklusi : Bila terdapat lateralisasi pada
telinga yang ditutup berarti normal, Bila bunyi pada
telinga yang ditutup tidak bertambah keras berarti
telinga tersebut tuli konduktif
• C. Tes timpanometri  mengetahui keadaan dalam
kavum timpani, misalnya ada cairan, kekakuan
membran timpani, gangguan rangkaian tulang
pendengaran
• D. Tes stenger  digunakan pada pemeriksaan tuli
anorganik (pura-pura tuli)
• E. Audiometri nada murni  untuk menentukan batas
ambang dengar dengan menggunakan satu frekuensi
143. C. Fraktur nasal dan fraktur le fort 3

• Laki-laki, 19 tahun, keluar darah dari hidung


dan lebam disekitar mata, jatuh dari motor 2
hari yang lalu, hidung tersumbat, nyeri di
daerah batang hidung diikuti penglihatan
ganda, wajah tampak kebiruan di bawah
kedua mata dan bengkak di sekitar batang
hidung.

• Diagnosisnya adalah ?
Tanda dan gejala pada Trauma Maksilofasial (1)

• Fraktur orbita
– Ekimosis dan edema kelopak mata, perdarahan
subkonjungtiva, diplopia (karena otot rectus terjepit
fragmen tulang)

• Fraktur nasal
– epistaxis, bengkak, nyeri, deformitas, dan krepitasi di
sekitar hidung
– Dapat juga bermanifestasi sebagai sumbatan hidung
(septum patah dan menyumbat kavum nasi)
Tanda dan gejala pada Trauma Maksilofasial (2)

•Fraktur Zygomatic/zygomaticomaxillary
complex (tripod fracture)
– Bengkak di pipi
– Trismus (karena otot zygomaticus terjepit
fragmen patahan tulang)
– Diplopia timbul bila fraktur juga melibatkan
rima orbita
Tripod Fracture
(Zygomatic/zygomaticomaxillary complex fracture)
Tanda dan gejala pada Trauma Maksilofasial (3)

• Fraktur Maxilla (Le Fort Fracture)


– Instabilitas maxilla atau wajah, tergantung tipe
fraktur
– Tarik rahang atas ke bawah (tidak dianjurkan bila
tersedia fasilitas radiologi)
• Lefort I: yang bergerak hanya maxilla
• Lefort II: yang bergerak maxilla & hidung
• Lefort III: seluruh bagian wajah ikut bergerak

– Dapat terjadi diplopia pada fraktur Le Fort II & III


Fraktur Le Fort
Tanda dan gejala pada Trauma Maksilofasial (4)

• Fraktur mandibula
– Trismus, maloklusi, asimetri dan deformitas dagu
Pada pasien ini...
• Pada pasien ini
didapati
– Hidung tersumbat
Fraktur nasal
– nyeri di daerah batang
hidung
– bengkak di sekitar
batang hidung

Fraktur orbita
– penglihatan ganda
– kebiruan di bawah
kedua mata
• Yang sudah jelas adalah fraktur nasal

• Fraktur yang bisa menyebabkan diplopia:


– Fraktur orbita
– Fraktur Le Fort II
– Fraktur Le Fort III
– Fraktur tripod

• Fraktur Le Fort III lebih mungkin menjadi penyerta fraktur


nasal
– Mekanisme cedera  gaya ke bagian tengah majah saat
terjatuh dari motor
– Fraktur tripod  gaya ke bagian lateral wajah (pipi)
144.C. Epididimitis
• Laki-laki, 20 tahun, nyeri pada buah zakar
sebelah kiri, nyeri timbul tiba-tiba pada saat
bangun tidur, testis kiri lebih tinggi dari
kanan, Prehn sign (+)

• Diagnosis pada pasien ini adalah...


dd/ nyeri skrotum
Phern’s sign
• Positif bila nyeri berkurang dengan melakukan
elevasi pada testis yang nyeri
• Negatif bila nyeri tidak berkurang dengan
melakukan elevasi pada testis yang nyeri
• Phern’s sign positif  khas untuk
epididimitis
Epididimitis
• Radang epididimis  nyeri
skrotum
– Biasanya disebabkan refluks
bakteri dari vas deferens

• Biasanya onset-nya gradual,


namun bisa juga akut dan
tiba-tiba

• Biasanya disertai tanda &


gejala ISK (nyeri, demam,
ditemukan peningkatan
leukosit pada urin)
145. B. Indentasi kaudal buli-buli

• laki-laki, 68 tahun, keluhan


mengarah ke BPH

• Kemungkinan hasil pemeriksaan BNO-IVP?

TEMUAN BNO IVP PADA BPH


- Indentasi Caudal Buli-nuli
- Elevasi pada intraureter menghasilkan bentuk J-ureter
(fish-hook appearance)
- Divertikulasi dan trabekulasi vesika urinaria
Indentasi kaudal buli
(panah=indentasi buli;
P=prostat)
Fish Hook ureter appearance
(panah)
146. C. Pemeriksaan KOH
• Keywords :
– Gatal-gatal pada daerah leher dan punggung.
– Pemeriksaan : lesi multipel makulo hipopigmentasi
dengan skuama halus diatasnya.

 Diagnosis : Ptiriasis versikolor


 Pemeriksaan penunjang : Pemeriksaan dengan
KOH 20% pada kerokan kulit  terlihat hifa
pendek dan spora bulat berkelompok
Ptiriasis Versikolor
• Etiologi : Malassezia furfur
• Tempat predileksi : ketiak, lipat paha, lengan tungkai
atas, leher, muka dan kulit kepala yang berambut.
• Lesi kulit sangat superfisial, berupa bercak-bercak
berwarna-warni dengan skuama halus.
• Penderita dapat merasakan gatal ringan
• Flouresensi lesi kulit pada pemeriksaan lampu wood
berwarna kuning keemasan
• Pada pemeriksaan dengan KOH terlihat hifa pendek
dan spora-spora bulat yang dapat berkelompok
• Terapi : Selenium sulfide, Salisil spiritus 10%, derivat
azol, sulfur presipitatum, tiosulfas natrikus 25%
147. sprinolakton
Spironolakton mempotensiasi tiazid atau diuretika kuat dengan
cara melawan kerja aldosteron. Spironolakton bermanfaat
dalam pengobatan udem sirosis pada hati. Spironolakton dosis
rendah bermanfaat pada gagal jantung berat. Spironolakton
juga digunakan untuk hiperaldo-steronisme (sindrom Conn).
Spironolakton diberikan sebelum pembedahan. Apabila
pembedahan tidak mungkin dilakukan, spironolakton diberikan
dengan dosis efektif terendah untuk penunjang.
148. B. Eksplorasi
Etiologi
4T
• Tone - Atoni uterus
• Tissue - Sisa plasenta/bekuan
• Trauma - laserasi, ruptur,inversio
• Thrombin - koagulopati
1. Atonia uteri

Masase uterus, pasang minimal 2 IV line


Oksitosin 20-40 IU dlm RL 500 cc 20-40 tts, Ergometrin 0,2 mg IM/IV

Perlukaan (-), retensio/ sisa plasenta (-)


Uterus tidak berkontraksi
Ergometrin 0,2 mg dapat diulang 15’ dari I
Misoprostol 1000 mcg rektal

Kompresi bimanual
Kompresi aorta abdominalis
perdarahan (+)
Tampon uterus
Rujuk RS

Ligasi arteri atau histerektomi


Postpartum
Hemorrhage

• Management - Bimanual Massage


2. RETENSIO PLASENTA
• Plasenta belum lahir setengah jam setelah janin lahir
• Plasenta sudah lepas, inkarseratio plasenta
• Plasenta adhesiva, plasenta akreta-perkreta
• Perasat Brandt-Andrew
• Manual plasenta
• Bila diagnosis plasenta inkreta  histerektomi
Plasenta manual
• Dilakukan bila plasenta belum lahir 30 menit setelah
bayi lahir
• Berikan sedativa dan analgetik jika diperlukan
(untuk relaksasi dan mencegah refleks vagal)
• Masukkan tangan secara obstetrik dengan
menelusuri bagian bawah tali pusat, sementara
tangan yang lain menahan fundus uteri
• Lepaskan implantasi plasenta
• Jika plasenta tidak dapat dilepaskan  plasenta
akreta
3. INVERSIO UTERI
• Bagian atas uterus memasuki kavum uteri, sehingga fundus uteri sebelah
dalam menonjol ke dalam kavum uteri
• Derajat 1, 2, 3
• Terjadi tiba-tiba pada kala III, akibat tindakan
• Gejala : nyeri, perdarahan
• Diagnosis : fundus uteri tidak teraba, pada derajat 3 dapat ditemui ostium
tubae
• Reposisi pervaginam segera dalam anestesi umum, bila perlu laparotomi
• Replacement of Inverted Uterus
• Replacement of Inverted Uterus
4. PERLUKAAN & PERISTIWA LAIN
DALAM PERSALINAN

• Perlukaan vulva
• Pada primipara hati-hati laserasi periuretral
• Ruptur perineum grade 1, 2, 3 , 4. Pemberian laksans
dan diet rendah serat pada grade 3-4
• Perlukaan vagina
• Sering pada ekstraksi dengan forceps
• Dapat terjadi kolpaporeksis. Hati-hati  fistula
• Robekan serviks
• Lakukan eksplorasi
• Ruptura uteri
- Lakukan eksplorasi kavum uteri
• Ditemukan sebagian besar pada bagian bawah uterus
• Ruptura uteri spontan, ruptura uteri traumatik (pada
versi ekstraksi), ruptura uteri pada parut uteri (lebih
sering pada seksio sesarea klasik dibanding profunda)
• Emboli air ketuban
• Masuknya air ketuban melalui vena endoserviks atau
sinus vena yang terbuka di daerah tempat perlekatan
plasenta
• Adanya rambut lanugo, verniks kaseosa, mekoneum
menyumbat pemb darah kapiler. Zat asing dari janin
menimbulkan reaksi anafilaksis
• Hematoma obstetrik
• Karena pertolongan persalinan, karena penjahitan luka
episiotomi atau ruptura perinei yang kuarng sempurna
• Hematoma infralevatorial atau supralevatorial
• Lakukan eksplorasi dan hemostasis
149. A. Xanthelasma
• Wanita 45 Tahun, di sekitar mata terdapat bintil - bintil sudah 2
bulan, tidak ada merah tidak ada gatal.
• Diagnosis?
MANIFESTASI KLINIS
• Timbul plak irregular di kulit, warna kekuningan sering kali disekitar
mata (Ukuran xanthelasma bervariasi berkisar antara 2 – 30 mm),
adakalanya simetris dan cenderung bersifat permanen.
• Pasien tidak mengeluh gatal, biasanya mengeluh untuk alasan
estetika.
• Xanthelasma atau xanthelasma palpebra biasanya terdapat di sisi
medial kelopak mata atas. Lesi berwarna kekuningan dan lembut
berupa plaque berisi deposit lemak dengan batas tegas. Lesi akan
bertambah besar dan bertambah jumlahnya. Biasanya lesi-lesi ini
tidak mempengaruhi fungsi kelopak mata, tetapi ptosis harus
diperiksa bila ditemukan.
• PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Karena 50% pasien dengan xanthelasma mempunyai gangguan lipid,
maka disarankan untuk pemeriksaan plasma lipid juga HDL dan LDL.
• PEMERIKSAAN HISTOLOGI
Xanthelasma tersusun atas sel-sel xanthoma. Sel-sel ini merupakan
histiosit dengan deposit lemak intraseluler terutama dalam retikuler
dermis atas. Lipid utama yang disimpan pada hiperlipidemia dan
xanthelasma normolipid adalah kolesterol. Kebanyakan kolesterol ini
adalah yang teresterifikasi.
TATALAKSANA
Tujuan utama terapi adalah untuk mengontrol kelainan yang
mendasari untuk mengurangi perkembangan xanthelasma dan
xanthoma. Xanthelasma dapat dihilangkan dengan pengelupas
trichloroacetic, bedah, laser atau cryoterapi. Penghilangan xanthelasma
dapat menyebabkan timbulnya scar dan perubahan pigmen, tetapi
tidak jika menggunakan trichloroacetic. Komponen herediter yang
diturunkan menyebabkan timbulnya xanthelasma ini bisa
mengindikasikan tingginya kolesterol dalam darah atau bisa juga tidak.
150
Penyebab Bayi Kuning Normal
1. Pembentukan bilirubin berlebihan
- Volume sel darah merah/kgBB bayi lebih besar
- Umur sel darah merah bayi lebih pendek
 pemecahan sel darah merah tinggi
- Besarnya bilirubin yang kembali dari usus ke
pembuluh darah
2. Gangguan perubahan bilirubin
3. Pengeluaran bilirubin lebih rendah
IKTERUS FISIOLOGIS

• Ikterus fisiologis pada BCB


• Awitan terjadi setelah 24 jam
• Memuncak pada 3 sampai 5 hari
• Menurun setelah 7 hari
• BCB rata-rata memiliki kadar bilirubin serum puncak
5-6 mg/dL
• Ikterus fisiologis berlebihan  bilirubin serum
puncak 7-15 mg/dL pada BCB.
Ikterus Fisiologis

14
12
10
8
S.Bili mg/dl
6
4
2
0
HARI 1 HARI 3 HARI 5 HARI 7
IKTERUS NON FISIOLOGIS
• Awitan terjadi sebelum usia 24 jam
• Tingkat kenaikan > 0,5 mg/dl/jam
• Tingkat cutoff
> 15 mg/dl (12 mg) pada bayi cukup bulan
> 10 mg/dl pada bayi prematur
• Ikterus bertahan
> 8 hari pada bayi cukup bulan
> 14 hari pada bayi prematur
• Tanda-tanda penyakit lain
Hiperbilirubinemia fisiologis vs
non-fisiologis
20
18
16
14
12
fisiologis
10
non- fisiologis
8
6
4
2
0
hari 1 hari 2 hari 3 hari 4 hari 5 hari 6 hari 7
Kramer
Zone SBR
(µmol/L)

1 100
2 150
3 200
4 250
5 > 250

1 mg% = 17.1 µmol/L


151. E Keamilan ektopik terganggu

• Pars ampularis 78%


• Pars isthmica 12%
• Ovarium 4%
• Cornual (pars interstitsialis ) 2%
• Servical 1%
Trias kehamilan ektopik terganggu
• Amenore
• Nyeri abdomen
• Perdarahan pervaginam
DIAGNOSIS
HEMATOSALPING
Akumulasi darah dalam tuba falopii.
• Amenorea – perdarahan per vaginaM tidak teratur – nyeri panggul .
• Vaginal Toucher : nyeri parametrium – nyeri goyang servik - uterus sedikit
membesar.
• Diagnosa Banding :
• Salpingitis.
• Torsi kista ovarium.
• Abortus insipien.
HEMATOKEL
Hematoma dalam CD-Cavum Douglassi akibat abortus tuba atau ruptura tuba dan
darah terkumpul dalam CD.
• Amenorea – perdarahan pervaginam – nyeri panggul – gangguan miksi (sering
buang air kecil dan disuria ) , takipneu dan demam.
• Vaginal Toucher : masa panggul dengan batas jelas dalam CD.
• Kuldosintesis : cairan darah kehitaman yang tidak membeku.
HEMOPERITONEUM
Darah berada dalam cavum peritoneum akibat kehamilan tuba yang ruptur.
• Gambaran klinik yang paling sering terlihat
• Amenorea atau perdarahan per vaginam yang tidak teratur.
• Renjatan : pucat , hipotensi , nadi cepat dan lemah.
• Distensi abdomen disertai dengan tanda cairan bebas ~ defance muscular dan shifting
dullness
• VT : nyeri goyang servik dan nyeri parametrium.
• Ultrasonografi : tanda cairan bebas , uterus kosong.
• Kuldosintesis : cairan dalam cavum douglas.
152. C. Lesi di neuromuscular junction
• Laki-laki 30 tahun keluhan sulit membuka mata sejak 1 bulan yang
lalu, kelemahan anggota gerak dan memberat saat beraktivitas dan
membaik saat istirahat.
• PF  dalam batas normal. Wartenberg test (+).
• Dx : Myastenia Gravis
apakah kelainan yang mendasari penyakit ini ?
Miastenia gravis

adalah suatu penyakit autoimun dimana


persambungan otot dan saraf ( neuromuscular junction
) berfungsi secara tidak normal dan menyebabkan
kelemahan otot menahun.
Patofisiologi
Sistem kekebalan yang membentuk Antibodi tubuh (Ig G)

menyerang reseptor Ach yang terdapat pada sisi otot dari


neuromuscular junction

akibatnya terjadi kekurangan relatif dari Ach di pelat ujung motoris dari
otot lurik

Kelemahan otot
GEJALA KLINIS

1. Kelemahan pada otot wajah


2. Kelemahan pada kelopak mata
( kelopak mata jauh )
3. Kelemahan pada otot mata, sehing
ga terjadi penglihatan ganda.
4. Kelemahan pada lengan dan tung
kai.
5. Kelelahan otot yang berlebihan
setelah melakukan olahraga.
6. Bisa terjadi kesulitan dalam berbi
cara dan menelan.

Sekitar 10% penderita mengalami kelemahan otot yang


diperlukan untuk pernafasan.
GEJALA KLINIS
Diagnosa
1. Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala, yaitu jika
seseorang mengalami kelemahan umum.
2. Tes edrofonium ( Pharmacological testing )
3. Elektromiogram
4. Tes darah untuk mengetahui adanya antibodi dalam
terhadap asetilkolin.
5. CT scan dada untuk menemukan adanya timoma.
Workup
Pharmacological testing

Before After
Treatment

• AChE inhibitor
• Pyridostigmine bromide (Mestinon)
• Starts working in 30-60 minutes and lasts 3-6 hours
• Individualize dose
• Adult dose:
• 60-960mg/d PO
• 2mg IV/IM q2-3h
• Caution
• Check for cholinergic crisis
• Others: Neostigmine Bromide
Treatment
• Immunomodulating therapies
• Prednisone
• Most commonly used corticosteroid in US
• Significant improvement is often seen after a decreased antibody titer which is usually 1-
4 months
• No single dose regimen is accepted
• Some start low and go high
• Others start high dose to achieve a quicker response
• Clearance may be decreased by estrogens or digoxin
• Patients taking concurrent diuretics should be monitored for hypokalemia
Treatment
Behavioral modifications
• Diet
• Patients may experience difficulty chewing and swallowing
due to oropharyngeal weakness
• If dysphagia develops, liquids should be thickened
• Thickened liquids decrease risk for aspiration

• Activity
• Patients should be advised to be as active as possible but
should rest frequently and avoid sustained activity
• Educate patients about fluctuating nature of weakness and
exercise induced fatigability
153. A. Sindroma
metabolik Sindrom Metabolik
• Nama lain: sindrom X,
sindrom resistensi insulin
• Merupakan kumpulan
abnormalitas metabolik
yang meningkatakan
risiko penyakit
kardiovaskular danDM.
• Manifestasi utama:
• Obesitas sentral
• Dislipidemia berupa
hipertrigliseridemia dan
HDL rendah
• Hiperglikemia
• Hipertensi

Sumber: Harrison’s 19th ed


Kriteria Sindrom Metabolik

Pada kolom sebelah kanan, cut off lingkar perut berbeda-bedaantarras

Sumber: Harrison’s 19th ed


154. Ekstrapiramidal sindrom yang
disebabkan antipsikotik
• Akatisia : perasaan subjektif tidak isa diam, gelisah
• Diskinesia tardif : gerakan mengecap ngecap mulut
• Distonia akut : leher terpluntir, mata mendelik
• Sindrom neuroleptik maligna : gangguan tanda vital

Terapi : triheksiphenidil
155. B. injeksi dexamethasone 5 mg/ampul, 3x1

• laki-laki 43 tahun , kulit tubuh merah dan mengelupas setelah


mengkonsumsi cefixime tablet . Riwayat alegi amoxicillin (+)
• PF : efloresensi berupa epidermiolisis lebih dari 30 persen luas
permukaan tubuh, pada bibir terdapat krusta hemoragik, nikolsky sign
(+)
• Dx : TEN
Terapi yg tepat?
• TEN yang biasa juga disebut sindrom Lyell’s, memiliki karakteristik
sebagai berikut :
a.Nekrosis epidermis yang tebal disertai lepuhan, tanpa
disertaiinflamasi dari dermis yang mengenai >30% permukaan
tubuh.
b.Terdapat dua atau lebih mukosa yang erosi (orofaring, hidung,
mata,traktus genitalia, dan traktus respiratoris
Pada NET yang terpenting ialah terjadinya epidermolisis, yaitu
epidermis yang terlepas dari dasarnya yang kemudian menyeluruh.
Epidermolisis  tanda Nikolsky positif pada kulit yang eritematosa,
yaitu jika kulitditekan dan digeser, maka kulit akan terkelupas.
TATALAKSANA
Bagi seorang dokter emergensi, 2 hal yang paling penting dalam
tatalaksana TEN adalah menghentikan obat yang menyebabkan TEN
dan memasukkan TEN kedalam kategori luka bakar. Penanganan selama
di unit gawat darurat adalah:
• mempertahankan homeostasis elektrolit dan cairan
• menyediakan analgesik yang adekuat
• mencegah sekunder infeksi
1. Terapi simptomatik
Terapi suportif pada NET meliputi penatalaksanaan untuk keseimbangan cairan dan
pencegahan komplikasi yang dapat mengancam jiwa. NET berhubungan erat dengan
hilangnya cairan akibat erosi kulit yang dapat menyebabkan hipovolemia dan
ketidakseimbangan elektrolit. Untuk itu penggantian cairan yang hilang harus dilakukan
secepatnya, setiap hari. Pemberian antibiotik profilaksis tidak disarankan.
2. Terapi spesifik
Karena dasar penyakit ini adalah mekanisme imunologis dan sitotoksik, maka pemberian
imunosupresif dan/atau antiinflamasi diberikan untuk mencegah progresivitas penyakit.
– Kortikosteroid
Beberapa penelitian menyatakan pemberian kortikosteroid dapat mencegah
perkembangan penyakit tahap awal.– Imunoglobulin intravena
– Cyclosporin A
– Plasmaferesis/hemodialisis
156. e. Thoracosinthesis

Palpasi
Inspeksi (fremitus) Perkusi Auskultasi

Sisi sakit
Efusi pleura tertinggal Melemah Redup Menurun

Trakea terdorong
Pneumotoraks ke sisi sehat Melemah Hipersonor Menurun

Trakea tertarik
Atelektasis ke sisi sakit Melemah Redup Menurun
Pneumotoraks – Definisi, Gejala Klinis,
Diagnosis & Tatalaksana

• Adanya udara di dalam Tata laksana


kavitas pleura –Pneumotraks spontan
primer atau iatrogenik:
• Gejala: sesak napas dan aspirasi jarum sederhana
nyeri dada akut –Pneumotoraks spontan
– Bila ada hipotensi, hipoksia, sekunder/traumatik:
trakea terdorong ke sisi yang pemasangan chest tube dan
sehat, atau takikardia  tension WSD
pneumothorax –Tension pneumothorax:
• Ro toraks: radiolusensi, dekompresi jarum darurat,
terlihat gambaran avaskuler dilanjutkan dengan
dengan pleural line pemasangan chest tube dan
WSD
157. E Kejang Demam Sederhana
Kejang Demam
• Bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal > 380C) tanpa infeksi, gangguan elektrolit,
atau gangguan metabolik lain
• Kejang demam kompleks, 1 dari kriteria berikut
• Lebih dari 15 menit
• Fokal (tidak generalisata, misalnya meliputi satu ekstremitas
saja)
• Berulang dalam 24 jam
• Kejang demam sederhana, tidak boleh memenuhi
satupun kriteria diatas
Evaluasi
• Pemeriksaan
• Sesuai indikasi untuk menyingkirkan diagnosis : darah rutin, gula
darah, elektrolit, urinalisis, feses, dll
• Pemeriksan CSF menyingkirkan meningitis terutrama bayi < 12 bulan
(sangat dianjurkan) dan 12 -18 bulan (dianjurkan)
• CT scan dan MRI bila ada indikasi
• Tatalaksana
• Antipiretik: PCT 10-15 mg/kgBB/kali 4-5 kali perhari
• Anti kejang
• Pengobatan rumatan selam 1 tahun bebas kejang
• Asam valproat atau fenobarbital
158. D. Hifema Traumatik
• Laki-laki 25 tahun penglihatan mata kanan marah dan buram sejak 1
hari yang lalu karena terkena bola tenis.
• PF : edema palpebra, khemosis, edema kornea, darah pada 1/4 COA,
iris dan pupil normal.
• HIPEMA : merupakan penimbunan darah di dalam
bilik mata depan,yg biasanya diakibatkan trauma
tumpul.
• Kausa : trauma tumpul mengakibatkan bocornya
pembuluh darah ke dalam bmd.
• Gejala : penglihatan menurun,sakit,mual
• Komplikasi : glaukoma
• Terapi : istirahat ,tidur dgn kepala agak tinggi,kompres
dingin, bl fundus tak terlihat beri steroid topikal dn
sistemik.
ANTERIOR CHAMBER INJURIES
HYPHEMA
Blood in the Anterior
Chamber
Symptoms
Pain, Blurred vision, History of
blunt trauma
Sign
Blood in the Anterior Chamber.
Gross layering or clot or both,
usually visible without a slit lamp. A
total (100%) hyphema may be black
or red; when black its called “8-
ball” or “black ball” hyphema.
ANTERIOR CHAMBER INJURIES
HYPHEMA
Workup
Factors with poor outcome:
1. History: Mechanism of
injury, approximate time and 1. Poor visual acuity (worse than 20/200)
day, time of visual loss, 2. Sickle cell disease/trait with increased
Medications (Aspirin, IOP
NSAIDs, Warfarin), History or
family history of sickle cell 3. Medically uncontrollable IOP
disease/traits. 4. Large initial hyphema
2. Complete Ocular 5. Recent Aspirin, NSAIDs use
Examination
6. Delayed presentation
3. CT scan of the orbit
4. Screen for sickle cell
disease or trait
ANTERIOR CHAMBER INJURIES
HYPHEMA
Treatment
For all patients For increased IOP
Non-sickle cell/Trait
1. Complete bed rest or
hospitalization 1. Beta blocker
2. Place a shield over the injured eye 2. If unsuccessful add alpha agonist or topical carbonic
anhydrase inhibitor. AVOID PG analogs
3. Atropine
3. If still unsuccessful add Acetazolamide
4. Mild analgesics
5. Topical steroids drops (Traumatic
iritis develop 2-3 days) Sickle cell disease/trait
6. NO aspirin or NSAIDs 1. Beta blocker
2. All other agents should be used carefully.
3. AVOID systemic diuretics.
.
159. A Bronkiolitis

• Menurut Wohl, bronkiolitis adalah inflamasi bronkioli pada bayi <2 tahun.
• Berdasarkan guideline dari UK, bronkiolitis adalah penyakit seasonal viral
yang ditandai dengan adanya panas, pilek, batuk, dan mengi.
• Pada pemeriksaan fisis ditemukan inspiratory crackles dan/ atau high
pitched expiratory wheeze.
• Etiologi bronkiolitis antara lain adalah Respiratory Syncytial Virus (RSV)
(tersering), Rhinovirus,Adenovirus, Parainfluenzae virus, Enterovirus, dan
Influenzae virus.
• Bronkiolitis merupakan penyebab tersering perawatan rumah sakit pada
anak usia 2-6 bulan dan sering terjadi misdiagnosis dengan asma.
Anamnesi
s
• Sering terjadi pada anak berusia <2 tahun. Sembilan puluh persen (90%)
kasus yang membutuhkan perawatan di rumah sakit terjadi pada bayi
berusia <1 tahun. Insidens tertinggi terjadi pada usia 3-6 bulan.
• Anak yang menderita bronkiolitis mengalami demam atau riwayat demam,
namun jarang terjadi demam tinggi.
• Rhinorrhea, nasal discharge (pilek), sering timbul sebelum gejala lain
seperti batuk, takipne, sesak napas, dan kesulitan makan.
• Batuk disertai gejala nasal adalah gejala yang pertama muncul pada
bronkiolitis. Batuk kering dan mengi khas untuk bronkiolitis.
• -Poor feeding.
• Banyak penderita bronkiolitis mempunyai kesulitan makan yang
berhubungan dengan sesak napas, namun gejala tersebut bukan hal
mendasar untuk diagnosis bronkiolitis
• Bayi dengan bronkiolitis jarang tampak ”toksik”. Bayi dengan tampilan
toksik seperti mengantuk, letargis, gelisah, pucat, motling, dan takikardi
membutuhkan penanganan segera.

Sumber:
IDAI 2009
• Napas cepat merupakan gejala utama pada lower respiratory tract
infection (LRTI), terutama pada bronkiolitis dan pneumonia.
• Retraksi dinding dada (subkosta, interkosta, dan supraklavikula) sering
terjadi pada penderita bronkiolitis. Bentuk dada tampak hiperinflasi dan
keadaan tersebut membedakan bronkiolitis dari pneumonia.
• Fine inspiratory crackles pada seluruh lapang paru sering ditemukan (tapi
tidak selalu) pada penderita bronkiolitis. Di UK, crackles merupakan tanda
utama bronkiolitis. Bayi dengan mengi tanpa crackles lebih sering
dikelompokkan sebagai viral-induced wheeze dibandingkan bronkiolitis.
• Di UK, high pitched expiratory wheeze merupakan gejala yang sering
ditemukan pada bronkiolitis, tapi bukan temuan pemeriksaan fisis yang
mutlak. Di Amerika, diagnosis bronkiolitis lebih ditekankan pada adanya
mengi.
• Apnea dapat terjadi pada bronkiolitis, terutama pada usia yang sangat
muda, bayi prematur, atau berat badan lahir rendah.
Pengobatan
• Bronkiolitis pada umumnya tidak memerlukan
pengobatan. Pasien bronkiolitis dengan klinis ringan dapat
rawat jalan, jika klinis berat harus rawat inap. Terapi
suportif seperti pemberian oksigen, nasal suction masih
dapat digunakan. Fisioterapi dada dengan vibrasi dan
perkusi tidak direkomendasikan untuk pengobatan
penderita bronkiolitis yang tidak dirawat di ruang intensif.

• Menurut penelitian, pemberian antiviral, antibiotik,


inhalasi β2-agonis, inhalasi antikolinergik (ipratropium)
dan inhalasi kortikosteroid tidak direkomendasikan.
Belum ada penelitian yang dapat menunjang rekomendasi
pemberian leukotriene receptor antagonist (Montelukast)
pada pasien dengan bronkiolitis.
160. B. 9 bulan
• An. A usia 6 tahun demam sejak 3 hari dengan ruam kemerahan
dengan batas tidak tegas di belakang telinga + konjungtivitis
• Diagnosis : Campak
Kapan pemberian imunisasi yang paling tepat pada kasus diatas?
DEFINISI
Campak adalah penyakit virus akut , menular yang
ditandai dengan 3 stadium yaitu , stadium prodormal dan
stadium erupsi dan stadium konvalesens .
MANIFESTASI KLINIS
• Masa Inkubasi 10-12 hr
• Stadium Prodormal
3C ( Coryza, cough, conjungtivitis)
• Stadium Erupsi
Demam, ruam makuloeritromatosus, Koplik Spot
• Stadium Konvalesens
Demam , bekas hiperpigmentasi.
TATALAKSANA
• Tanpa penyulit  rawat jalan simptomatik
• Dengan penyulit/hiperpireksia, dehidrasi, kejang, asupan oral sulit 
rawat inap
• Antipiretik, antitusif, ekspektoran, antikonvulsif
• Vit A 100.000 IU peroral/hari dengan malnutrisi dilanjutkan 1500
IU/hari
• Antibiotik bila terdapat infeksi sekunder
• Cairan intravena bila terjadi dehidrasi
PENCEGAHAN
• PECEGAHAN PRIMER
1. Penyuluhan tentang pentingnya imunisasi campak
2. Imunisasi Campak 9 bulan , Imunisasi MMR
• PENCEGAHAN SEKUNDER
1. Mencegah perluasan infeksi
2. Pengobatan Simptomatik
3. Diet
• PENCEGAHAN TERTIER
1. Pemberian vitamin A
KIPI Campak dan MMR
Reaksi yang dapat terjadi pasca vaksinasi campak dan MMR
berupa rasa tidak nyaman di bekas penyuntikan vaksin. Selain itu dapat
terjadi gejala-gejala lain yang timbul 5-12 hari setelah penyuntikan,
yaitu demam tidak tinggi atau erupsi kulit halus/tipis yang berlangsung
kurang dari 48 jam. Pembengkakan kelenjar getah bening di belakang
telinga dapat terjadi sekitar 3 minggu pasca imunisasi MMR.
161. D.
Anemia Defisiensi Besi
• Anak 8 tahun pucat dan sering mengantuk ketika beraktivitas
• PF : konjungtiva anemis, atrofi dari papil lidah, hepatosplenomegali (-)
• Lab : Hb 5 g/dl
Diagnosis yang paling tepat adalah?
• Anemia defisiensi Besi : Darah tepi anemia
mikrositik hipokrom, Serum Iron ↓, Feritin↓,
TIBC ↑, sel pensil. Terapi : suplementasi besi.

• Anemia makrositik : karena defisiensi B12 (pada


post-op gastrointestinal), asam folat, liver disease
• Defisiensi B6 (piridoksin) : glositis, keilosis, letargi,
irritable, kejang, gangguan sensoris
• Defisiensi B1 (thiamine) : kelemahan, mudah
tersinggung, gangguan memori, kehilangan nafsu
makan, gangguan tidur, rasa tidak enak perut dan
penurunan berat badan, beri-beri (berat)
162. B. Steroid
• Seorang ibu hamil datang dengan keluhan lemas
• PF : konjungtiva anemis,Spenomegali,
• Lab Hb 8, Hmt 30, AL 5.000, AT 250.000, MCV 90, MCH 30, Coomb
Test (+).
Apa terapi yang sesuai?

Dx : Anemia Hemolitik Autoimun


163. E. Prednison
164. E. Bebaskan jalan napas
KONSEP ATLS
PRIMARY SURVEY)
(

A. Airway dengan proteksi vertebra servikal


B. Breathing
C. Circulation
D. Disability
E. Exposure dan Environment

222
TANDA-TANDA OBJEKTIF
MENILAI JALAN NAFAS

LIHAT (LOOK)
•KESADARAN
•RETRAKSI DADA & PERUT
•TANDA DISTRES NAFAS
•WARNA KULIT

DENGAR (LISTEN)
•ADANYA SUARA-SUARA
ABNORMAL

RABA (FEEL)
•LOKASI TRAKEA
•UDARA NAFAS
A- Airway
Korban sadar atau tidak ?

Tak sadar → bebaskan jalan


Sadar → ajak bicara nafas (jaw thrust, head tilt, chin lift)
jika suara jelas → airway
Ada nafas?
bebas
(lihat, dengar, raba nafas)

Ada nafas
Tidak ada nafas
–berikan nafas buatan Ada suara tambahan?
–berikan oksigen

224
TANDA SUMBATAN / OBSTRUKSI

Snoring •Gelisah (karena hipoksia)


Mendengkur : Pangkal lidah
•Gerak otot nafas tambahan,
retraksi sela iga
Gurgling •Sianosis (tanda lambat)
Suara Berkumur : Cairan
MAKIN

Crowing Sound
PARAH

Stridor : Kejang / Edema Pita


Suara

225
MEMBEBASKAN JALAN NAFAS
Sumbatan pangkal lidah
jaw thrust
chin lift
head tilt
airway orofaringeal
airway nasofaringeal
intubasi
Bersihkan cairan
penghisap / suction
Sumbatan/edema plica vocalis
cricothyroidotomy
226
Korban tak sadar  jangan diberi bantal
 jangan diganjal bahu
227
Cara paling aman : JAW THRUST
228
165. b. Meminta administrasi RS untuk
memberikan salinan
KERAHASIAAN
- Informasi : diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan,
riwayat pengobatan pasien harus dijaga kerahasiaannya oleh
dokter, dokter gigi, nakes tertentu, petugas pengelola dan
pimpinan sarana yankes
- Informasi tersebut dapat dibuka :
 untuk kepentingan kesehatan pasien
 memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam
rangka penegakan hukum atas perintah pangadilan
Permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan UU
Untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan audit medis
sepanjang tidak menyebutkan identitas pasien
- Permintaan RM untuk tujuan tersebut harus dilakukan secara
tertulis kepada pimpinan sarana yankes
166. C. CO
Secara umum pada pasien yang meninggal akibat
asfiksia akan ditemukan tanda berikut:
1. Sianosis
– Kurangnya oksigen menyebabkan darah lebih encer
dan lebih gelap. Warna lebam mayat merah kebiruan
gelap dan terbentuk lebih cepat.
– Distribusi lebam lebih luas akibat kadar CO2 yang
tinggi dan aktivitas fibrinolisin dalam darah sehingga
darah sukar membeku dan mudah mengalir.
– Pada kasus keracunan sianida dan CO, lebam jenazah
berwarna merah terang meskipun tidak selalu
demikian, sebab masing-masing mempunyai kadar
oskihemoglobin dan CO-Hb yang tinggi.
2. Kongesti Vena
– Kongesti yang khas asfiksia bila kongesti sistemik pada kulit dan
organ selain paru-paru, termasuk dilatasi jantung kanan.
– Dapat terlihat adanya bintik-bintik perdarahan (petechial
haemorrages) atau disebut tardieu’s spot; akiba peningkatan
permeabilitas kapiler & rpecahnya endotel kapiler krn
hipoksia.
– Tardieu spot mudah terjadi pada jaringan longgar, atau organ
dengan membran transparan (pleura, perikardium)
– Asfiksia hebat, bintik perdarahan ditemukan pada faring dan
laring.
3. Edema
– akibat kerusakan pembuluh kapiler  permeabilitas
meningkat edema terutama pada paru-paru.
167.B Gagal jantung kanan
168. E. Heparin
• Pria 50 tahun, nyeri kedua paha tiba-tiba sejak 2 hari yang lalu. Tidak
ada riwayat sesak nafas, nyeri dada, maupun nyeri saat berjalan
sebelumnya. Pasien perokok berat dengan riwayat penyakit jantung.
• DDimer (+), pada pemeriksaan penunjang ditemukan clotting pada
vena extremitas bawah.
• Obat apa yang pertama kali diberikan?

Dx : Acute Limb Ischemia


Acute Limb Ischemia
• Terjadi penurunan aliran darah secara tiba-
tiba pada ekstremitas
• Dapat terjadi akibat emboli atau trombosis
• Limb ischaemia diklasifikasikan berdasarkan
onset dan beratnya penyakit
Acute Limb
Ischemia
Iskemik Tungkai Akut
• Nyeri akut, sebab thrombosis atau
emboli
• Segera revaskularisasi dalam 6 jam
untuk menghindari kehilangan
tungkai
• Tatalaksana:
• Embolektomi
• Trombolisis
• Heparin bolus 100 U/kg, lanjut
150U/kg/jam
169. C . Cerebral Palsy
• Anak 1 bulan, tidak mau minum ASI. Setiap minum ASI muntah, gerak
tidak aktif, lemah. Pasien lahir prematur 34 minggu dengan BB 2400
gr, sempat di rawat 2 minggu di bidan desa.
• PF : tetraplegi, flaccid, hiperreflek, strabismus dan tonus otot lemah.
Diagnosis yang tepat?
CEREBRAL PALSY
1. Hemiplegia.
2. Double Hemiplegia.
3. Diplegia (hypotonic, dystonic, spasticity, ataxic).
4. Ataxia.
5. Dysequilibrium Syndrome.
6. Dyskinetic.
7. Mixed.
Early Signs of Cerebral Palsy
1. Birth History
a) Prematurity.
b) Seizures.
c) Low apgars.
d) Intracranial haemorrhage.
e) Periventricular leucomalacia.

2. Delayed Milestones
3. Abnormal Motor Performance
a) Handedness.
b) Reptilian crawl.
c) Toe waking.
Early Signs of Cerebral Palsy

4. Altered Tone.

5. Persistence of primitive reflexes.

6. Abnormal posturing.
Treatment of Cerebral Palsy
1. Parent guidance.
2. Physiotherapy - Bobath method.
Peto.
Doman-Delacato.
3. Orthopaedic.
4. Speech and Occupational Therapy.
5. Medical.
6. Psychiatric.
Management of Spasticity in Cerebral Palsy
1. Oral Medicines: Baclofen
Diazepam
Tizanidine
Dantrolene
2. Intrathecal Baclofen.
3. Botulinum Toxin.
4. Selective Posterior Rhizotomy.
170. C. Hernia Nukleus Pulposus
• Laki-laki berusia 40 tahun nyeri pada punggung bawah sebelah kiri
yang menjalar ke tungkai bawah kiri sejak 6 bulan yang lalu.
• Nyeri bertambah bila pasien batuk, bersin, atau mengejan, kram pada
betis kiri.
• Pasien merupakan kurir dan sering mengangkat berat.
• Pasien menyangkal adanya riwayat trauma maupun demam.
Apa diagnosis kasus tersebut ?
PENDAHULUAN
• DEFINISI :
Hernia Nucleus Pulposus adalah keluarnya nucleus pulosus (gel-like
substance) ke dalam canalis intervertebralis akibat kerusakan anulus
fibrosus corpus intervertebral.
FAKTOR RISIKO
Faktor risiko terjadinya HNP dibagi menjadi 2
(dua) yaitu:
• Faktor risiko yang tidak dapat dirubah :
• Umur yang makin bertambah maka risiko akan
semakin tinggi.
• Laki-laki lebih banyak daripada wanita.
• Riwayat cedera punggung atau HNP
sebelumnya
• Faktor yang dapat dirubah :
• Pekerjaan dan aktivitas
• Olahraga yang tidak teratur, memulai latihan
setelah lama tidak berlatih, latihan yang berat
dalam waktu lama.
• Merokok
• Obesitas
MANIFESTASI KLINIS
• Bila herniasi terjadi ke arah :
1. Posterolateral, di samping nyeri
pinggang, juga akan memberikan gejala
dan tanda-tanda sesuai dengan radiks
dan saraf yang terkena.
2. Posterosentral, mengakibatkan nyeri
pinggang oleh karena menekan
ligamentum lonngitudinale yang bersifat
peka nyeri.
• Hernia Nucleus Pulposus ke arah posterosentral
di bawah vertebrae L2 tidak akan melibatkan
medula spinalis.
• Kemungkinan yang terkena adalah cauda equina
dengan gejala dan tanda:
- rasa nyeri mulai dari pinggang, daerah
perineum, tungkai sampai kaki
-refleks lutut dan tumit menghilang yang sifatnya
unilateral atau asimetris.
• rasa nyerinya akan bertambah, bila ada kenaikan
tekanan intratekal maupun intradiskal misalnya
pada saat mengejan, batuk, bersin dan
membungkuk.
Hernia Nucleus Pulposus Pada Daerah Lumbal
• Paling sering terjadi
• Herniasi terjadi peralihan dari segmen yang lebih
mobile ke yang kurang mobile (perbatasan
lumbosakral dan servikotorakal).
• Paling sering L4-L5 atau L5-S1. Arah herniasi yang
paling sering adalah posterolateral.
• Manifestasi klinis :
- iskhialgia yang nyeri, biasanya berpusat pada
daerah gluteus posterior, tibialis posterior/lateral
dan kaki lateral/dorsal.
- parestesia atau tebal (70% kasus) sesuai dengan
dermatom radiks yang terkena
- kelemahan otot (dorsofleksi radiks L5, plantar
fleksi radikal S1) dan bila berlangsung lama terjadi
atrofi otot bawah.
2. PEMERIKSAAN FISIK
• Skoliosis
• Lipatan bokong sisi yang sakit lebih rendah
dari pada sisi yang sehat
• Tes-tes :
1. Tes LASEQUE ( Straight Leg Raising / SLR )
2. Tes laseque menyilang atau tes
O’Connell
3. Tes untuk menaikkan tekanan
intratekal :
a. Tes Naffziger
b. Tes Valsava
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. EMG (elektromiografi)
Dengan pemeriksaan EMG dapat ditemukan radiks
mana yang terkena dan sejauh mana gangguannya,
masih dalam taraf iritasi ataukah sudah ada kompresi.
2. Foto lumbal
Pada pemeriksaan ini kita melihat apakah ada penyempitan
jarak tulang yang satu dengan yang diatas atau dibawahnya,
adakah instabilitas atau spondilolistesis.
3. CT. Myelografi
Pada pemeriksaan ini kita melihat apakah adanya filling
defect.
4. Magnetic Resonance Imaging
Pada pemeriksaan ini kita dapat melihat apakah ada protusio
ataupun squester dari bantalan tulang yang menekan pada
sistem
PENATALAKSANAAN
KONSERVATIF

1. Tirah baring 3-6 minggu


Idealnya tidur terlentang dengan alas datar dan keras.
maksud jika anulus fibrosus masih utuh  gel kembali
2. Simtomatis
- Analgetik
- muscle relaxant
- Kortikosteroid
3. Fisioterapi
Dengan pemanasan daerah nyeri
4. Traksi Pelvis atau Traksi Lumbal
171. A. Cor Pulmonale
• Laki-laki usia 50 tahun sesak napas memberat sejak 2 bulan lalu.
riwayat batuk lama (+) , merokok sejak muda, 1 bungkus/hari.
• PF : TD 130/80 mmHg, nadi 90 x/menit, suhu 37 derajad C, RR 28
x/menit, distensi vena jugular, ronkhi kasar, kesan paru hipersonor.
Didapatkan pula edema pada kedua tungkai.
Apakah diagnosis yang tepat pada kasus ini?
COR PULMONALE
disfungsi dari ventrikel kanan yang dihubungkan dengan kelainan
fungsi paruatau struktur paru atau keduanya.
Kor pulmonal dapat disebabkan oleh berbagai penyakit yang dapat
digolongkan kedalam:
- Kelainan parenkim paru  bronkitis,emfisema,penyakit interstisial
paru,dan berbagaipenyakit pembuluh darah pulmonal
- Kelainan yang disebabkan oleh penyakit di luar paru  penyakit di
batang otak,dinding thoraks dan diafragma
- Kelainan tekanan oksigen rendah  menimbulkan hipertensi
pulmonal
Secara patofisiologi penyakit ini dibagi menjadi beberapa tahap:
• Meningkatnya resistensi pada pembuluh darah pulmonal yang
disebabkan olehpenyakit paru primer
• Meningkatnya tekanan arteri pulmonal
• Meningkatnya kerja ventrikel kanan yang disertai denganhipertrofi
dan dilatasiventrikel kanan
• Pada tingkat yang lebih lanjut dapat menyebabkan dekompensasi
kordis dekstra
Diagnosis Diagnosis fisik
• Fatigue,takipnu,exertional • P2 mengeras
dyspneu,batuk • JVP meningkat
• Keluhan gagal jantung kanan • Ventrikel kanan teraba di
• Tanda PPOK parasternal kanan
• Asidosis,hiperkapnia,hipoksia,po • Fase dekompensasi  gallop S3
lisitemia,hiperviskositas darah
172. a. Scabies
Definisi
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh
infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varian
hominis dan produknya

Epidemiologi
Skabies terjadi baik pada laki-laki maupun perempuan,
di semua geografi daerah, semua kelompok usia, ras dan
kelas sosial.

Namun menjadi masalah utama pada daerah yang padat


dengan gangguan sosial, sanitasi yang buruk, dan negara
dengan keadaan perekonomian yang kurang.
ETIOLOGI

1. Sarcoptes scabiei varian hominis


2. filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima, superfamili Sarcopte

Morfologi Ukuran Bentuk dewasa


1. Tungau kecil 1. betina berkisar antara 330 – 4 pasang kaki, 2 pasang
2. Berbentuk oval 450 mikron x 250 – 350 didepan sebagai alat untuk
3. punggungnya mikron melekat dan 2 pasang kaki
cembung 2. Jantan 200 – 240 mikron x 150 kedua pada betina
4. Bagian perutnya rata – 200 mikron berakhir dengan rambut,
5. Tidak bermata sedangkan pada jantan
pasangan kaki ketiga
berakhir dengan rambut dan
keempat dengan alat perekat
Manifestasi Klinis

Cardinal Sign
Dapat didiagnosis jika ditemukan 2 dari 4

1. Pruritus nocturna
2. Sekelompok orang
3. Adanya terowongan
4. Menemukan Sarcoptes scabiei
Jenis Obat Dosis Keterangan
Permethrin Dioleskan selama 8-14 jam, Terapi lini pertama di US dan kehamilan
kategori B
5% cream diulangi setelah 7 hari.

Lindane 1% lotion Dioleskan selama 8 jam setelah itu Tidak dapat diberikan pada anak umur 2 tahun
dibersihkan, olesan kedua diberikan kebawah, wanita selama masa kehamilan
1 minggu kemudian. dan laktasi.

Crotamiton Dioleskan selama 2 hari berturut- Memiliki efek anti pruritus tetapi efektifitasnya
turut, lalu diulangi dalam 5 hari. tidak sebaik topikal lainnya.
10% cream

Precipitatum Sulfur Dioleskan selama 3 hari lalu Aman untuk anak kurang dari 2 bulan dan
wanita dalam masa kehamilan dan laktasi,
5-10% dibersihkan.
tetapi tampak kotor dalam pemakaiannya
dan data efisiensi obat ini masih kurang.

Benzyl Benzoat Dioleskan selama 24 jam lalu Efektif namun dapat menyebabkan
dibersihkan dermatitis pada wajah
10% lotion

Ivermectin Dosis tunggal oral, bisa diulangi Memiliki efektifitas yang tinggi dan aman.
selama 10-14 hari Dapat digunakan bersama bahan topikal
200 υg/kg
lainnya. Digunakan pada kasus-kasus
scabies berkrusta dan scabies resisten.
Pencegahan

- Orang-orang yang kontak langsung atau dekat dengan


penderita harus diterapi. Mencegah penyebaran scabies
karena seseorang mungkin saja telah mengandung tungau
scabies yang masih dalam periode inkubasi asimptomatik.

- Selain itu untuk mencegah terjadinya reinfeksi melalui seprei,


bantal, handuk dan pakaian yang digunakan dalam 5 hari
terakhir, harus dicuci bersih dan dikeringkan dengan udara
panas.
- Menjaga Higientitas personal
173. A. Piridoksin PO
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
• Mual muntah selama kehamilan yang
berlebihan sehingga menimbulkan tanda2
klinis.
• Pengaruh hormon HCG
• Tatalaksana :
- Cegah dehidrasi
- Small frequent feeding
- Anti muntah : B6, ondansentron
174. A. Alopecia Areata
• Laki-laki 25tahun rambut rontok , Makin lama makin banyak sehingga
rambut jadi menipis. Riwayat dermatitis kontak di kepala.
• PF : tanda inflamasi di kepala (-), tes cabut rambut + dengan ujung
proximal membentuk gada, putih dan keras.
Diagnosis?
TIPE ALOPESIA
• Alopesia universalis: kebotakan yang mengenai seluruh
rambut yang ada pada tubuh.

• Alopesia totalis: kebotakan yang mengenai seluruh rambut


kepala.

• Alopesia areata: kebotakan yang terjadi setempat-setempat


dan berbatas tegas, umunya teradapat pada kulit kepala,
tetapi dapat juga mengenai daerah berambut lainnya
Alopesia Areata

Etiologi: belum diketahui, sering dihubungkan dengan adanya


infesi fokal, kelainan endokrin dan stres emosional. Sebagian
penderita menunjukan keadaan neurotik dan trauma prikis.

Gejala klinis: ditandai dengan adanya bercak dengan


kerontokan rambut pada kulit kepala, alis, janggut, dan bulu
mata. Bercak ini berbentuk bulat atau lonjong. Pada daerah
yang botak, ada rambut yang terputus, bila rambut ini dicabut
terlihat bulbus yang atrofi, Sisa rambut terlihat seperti tanda
seru.
Pengobatan: beberapa kasus
dapat sembuh spontan.
Penyuntikan interelasi dengan
trimasinolon asetonid ,aplikasi
topikal dengan kortikosteroid.
juga dengan penutulan fenol
95% yang dinetralisasikan
dengan alkohol setiap
minggunya.
175. C. Emfisema
• Laki-laki usia 63 tahun datang dengan keluhan sesak sejak 5 hari yang
lalu. Pasien memliki riwayat merokok 2 bungkus/hari
• PF : Pasien tampak sakit berat, sianosis, dan ada retraksi interkosatl.
TD 130/90 N 120 x/menit RR 30 x/menit T 37,8 derajad C.
• RO torax  gambaran barrel chest (+), hiperlusen avascular kedua
lapang paru, sel iga melebar.
Diagnosis ?
Penyakit Paru Obstruktif Kronik
• Definisi: • Manifestasi Klinis:
• Hambatan aliran udara yang • Sesak progresif, persisten,
tidak sepenuhnya reversibel, memberat dengan aktivitas,
progresif, berhubungan berat, sukar bernapas
dengan respon inflamasi paru • Batuk kronik
terhadap partikel/gas • Batuk kronik berdahak
berbahaya, disertai efek
ekstraparu • Riwayat faktor risiko
• Gabungan antara obstruksi
saluran napas kecil &
kerusakan parenkim • Pemeriksaan Penunjang:
• Spirometri
• DPL & AGD
• Faktor Risiko:
• Radiologi toraks
• Asap rokok, polusi udara, stres (hiperinflasi/hyperaerated
oksidatif, genetik, tumbuh lungs, hiperlusens, ruang
kembang paru, sosial ekonomi retrosternal melebar,
diafragma mendatar, jantung
pendulum)
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
Foto toraks PPOK dijumpai:
•Hiperinflasi/Hiperlusen
•Diafragma mendatar
•Corakan bronkovaskuler
meningkat
•Jantung pendulum
Tatalaksana PPOK
Tatalaksana eksaserbasi akut
• Antibiotik à makrolid
• Bronkodilator à inhalasi (IV + inhalasi jika di
ranap), B-2 agonis = antikolinergik
• Xantin utk memperkuat otot diafragma
• Kortikosteroid à min. derajat sedang, prednisone
30 mg/hari 1-2 minggu
• Ventilasi mekanik à hanya pada eksaserbasi berat

PPOK. PDPI, 2003


176. C. Sindroma nefrotik
Nephrotic syndrome
• Gejala klasik sindrom nefrotik à proteinuria,
hipoalbuminemia, edema
• Kriteria proteinuria pada sindrom nefrotik:
• Dewasa à >3.5 g/hari
• Anak-anak à >40 mg/m2/jam pada urin 24 jam
Nefritik vs Nefrotik
Nefritik Nefrotik
• Dominan hematuria • Dominan proteinuria
• Hipertensi • Hipoalbuminemia
• Biasanya post- • Gejala yang sering
streptoccal dikeluhkan à bengkak
177. TB Anak – Klasifikasi (ATS/CDC)
Class Contact Infection Disease Management
• Kontak dinilai dengan adanya kontak
0 - - - - dengan pasien TB di sekitar
lingkungan
I + - - 1st proph.
• Infeksi dinilai dengan uji Mantoux
II + + - 2nd proph. • Disease dinilai dengan TB scoring
menurut WHO
III + + + OAT thera.
• Prinsipnya skor >= 6 diberikan OAT
• Kurang dari itu, lihat apakah perlu diberikan kemoprofilaksis atau
tidak, syaratnya:
• Ada paparan TB  kemoprofilaksis primer (INH 6 bulan)
• Ada bukti infeksi (mantoux (+) )  kemoprofilaksis sekunder (INH 6-9 bulan)
• Hal yang perlu dilakukan: bila anak skor TB kurang dari 6, tex mantoux untuk
cari tahu bukti infeksi. Bila negatif dan belum di BCG, vaksin BCG selama
umurnya belum sampe 5 tahun. Kalau positif kasih kemoprofilaksis sekunder
PENCEGAHAN TB ANAK

• Kemoprofilaksis primer • Kemoprofilaksis


– Diberikan untuk sekunder
mencegah infeksi – Diberikan untuk
– Diberikan pada anak mencegah sakit TB
dengan kontak TB (+) – Diberikan pada kontak
tetapi uji tuberkulin (-) TB (+), uji mantoux (+),
– Obat: INH 5-10 tetapi klinis (-), Ro (-)
mg/kgBB/hari selama 6 – Obat: INH 5-10
bulan mg/kgBB/hari selama 6-
9 bulan
Tatalaksana TB paru
• Kategori-1 (2HRZE/4H3R3)
• Pasien baru TB paru BTA positif.
• Pasien baru TB paru BTA negatif foto toraks positif
• Pasien baru TB ekstra paru
• Kategori-2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)
• Pasien kambuh
• Pasien gagal
• Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat
• Kategori Anak (2RHZ/4RH)
178. D. Demielinisasi
• Seorang pasien berusia 70 tahun datang dengan keluhan gangguan
memori, pasien sering lupa meletakan benda-benda.
• PF : TD 120/80, HR 76 x/m, RR 20 x/m, S 36 derajad C.
• Pemeriksaan neurologi menunjukan  sesuai dengan gejala
demensia.
Bagaimanakah hasil patologi anatomi otak dari pasien tersebut ?
Lesi primer pada demensia vaskular subkortikal berupa infark
lakunar dan lesi iskemia substansia alba disertai demielinisasi dan
hilangnya akson, menurunnya jumlah oligodendrosit, astrosit reaktif
daerah subkortikal. Infark lakunar adalah stroke infark pembuluh darah
kecil atau small vessel stroke misal kapsula interna, basal ganglia,
korona radiata, thalamus dan batangotak dengan lesi kecil diameter
sekitar 1 cm akibat oklusi satu arteri penetrasikecil/ small penetrating
artery yang mensuplai satu struktur dalam / deep structure brain.
a) Alfa syn-nuclei bodies  Demensia Lewy Body
b) Plaques and tangle  Demensia Alzheimer
c) Inclusion body  Demensia Lewy Body
d) Protein prion  Demensia Alzheimer
179. B. Metronidazole
• Perempuan 45 tahun, datang dengan keluhan demam sejak 4 hari
yang lalu. Keluhan disertai mual dan nyeri perut kanan atas. Riwayat 2
minggu lalu diare pada saat usia 30 tahun sembuh sendiri.
• TTV dbn kecuali suhu 38.
• Px fisik hepar 3 jari di bawah arcus costae kenyal, nyeri tekan positif.
Apa antibiotik empiris yang diberikan ke pasien?

Dx : Abses Hepar
180.E. Nervus VI
• Pasien laki-laki 60 tahun mengeluhkan diplopia. Riwayat kerja PNS
dengan adanya riwayat hipertensi dan DM. TTV: TD 180/100 mmHG,
HR,RR,suhu dalam batas normal.
• PF ditemukan diplopia dan mata tidak dapat bergerak ke arah
temporal.
Apa yang terjadi pada mata pasien?
181. B. Neurodermatitis
Neurodermatitis
• Penyakit kulit yang ditandai dengan sensasi gatal kronis pada kulit
• Gejala : sensasi gatal yang menyengat , kulit menjadi kasar, bersisik ,
dan menebal (likenifikasi = seperti kulit kayu) dan menjadi lebih gelap
dari kulit yang lain
predileksi : leher, genital, permukaan ekstensor kaki
• Th/ steroid topikal potensi tinggi
Morfologi kulit
• Papul : penonjolan diatas permukaan kulit,
sirkumskrip, berukuran diameter lebih kecil
dari 0,5 cm dan beisikan zat padat
• Pustul : vesikel yang berisi nanah
• Vesikel : Gelembung berisi cairan serum,
beratap, berukuran diameter kurang dari
0,5cm, dan mempunyai dasar
• Bula : Vesikel berukuran besar
182. A. Carpal Tunnel Syndrome
• Wanita usia 50 tahun ibu jari, telunjuk dan jari tengah tangan
terutama tangan kanan terasa kebas. Keluhan memberat saat malam
hari, dan membaik jika mengibaskan pergelangan tangan.
Apakah diagnosis yang tepat ?
DEFINISI
• Carpal Tunnel Syndrome adalah sindroma dengan gejala kesemutan
dan atau rasa nyeri pada pergelangan tangan sebagai akibat adanya
tekanan pada saraf medianus dalam terowongan karpal yang letaknya
di pergelangan tangan
FAKTOR RESIKO & ETIOLOGI
Tanda klinis
Keluhan :
• Kesemutan, kebas, kelemahan
• Makin parah saat malam hari
• Flick sign
Atrophy
Pemeriksaan Fisik
Tes Phalen
Tinel’s sign
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Nerve Conduction Study
TERAPI
• Konservatif : - istirahatkan pergelangan tangan
- obat oral (NSAIDs & Vitamin B6)
-Wrist splint
183. D. Feses lengkap
• Pemeriksaan tinja dapat dilakukan untuk menyingkirkan adanya
amebiasis. Temuan tropozoit atau kista amuba atau giardia
mendukung diagnosis amebiasis atau giardiasis. Berikan metronidazol
7,5 mg/kgBB 3 kali sehari untuk kasus amebiasis dan metronidazol 5
mg/kgBB 3 kali sehari untuk kasus giardiasis selama 5 hari. Temuan
leukosit dalam jumlah banyak (>10/lpb) atau makrofag mendukung
diagnosis Shigella atau bakteri invasive lain. Temuan Trichuris
Trichiura, mengarahkan kita pada peranan trichuriasis sebagai
penyebab disentri.
184. A Fraktur Galeazzi
Fraktur Galeazzi: adalah fraktur radius distal disertai dislokasi atau
subluksasi sendi radioulnar distal
• Fraktur sepertiga distal radius dengan dislokasi radioulnar joint distal.
Fragmen distal angulasi ke dorsal. Pada pergelangan tangan dapat
diraba tonjolan ujung distal ulna. Fraktur dislokasi Galeazzi terjadi
akibat trauma langsung pada wrist, khususnya pada aspek
dorsolateral atau akibat jatuh dengan outstreched hand dan pronasi
forearm. Pasien dengan nyeri pada wrist atau midline forearm dan
diperberat oleh penekanan pada distal radioulnar joint
185. A. Meniere disease
Trias meniere disease
• Pusing berputar
• Tuli sensorineural
• Tinitus

Terapi
• Diuretik (HCT)
• Sedatif (dzp)
• Betahistin
Perbedaan Vertigo Sentral dan Perifer
186. B. Suntik Magnesium sulfat
Hipertensi dalam kehamilan

Hipertensi adalah tekanan darah sekurang-kurangnya 140 mmHg


sistolik atau 90 mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 4-6
jam pada wanita yang sebelumnya normotensi.
Hipertensi Dalam Kehamilan

• Preeklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai


dengan proteinuriapada umur kehamilan lebih dari 20
minggu atau seger setelah persalinan

• Eklamsia adalah preeklamsia yang disertai kejang tonik

klonik disusul dengan koma

Buku Saku PelayananKesehatan Ibu di FasilitasKesehatan Dasar dan Rujukan


Hipertensi dalam Kehamilan
• Hipertensi kronik
• Tekanan darah ≥140/90 mmHg
• Sudah ada riwayat hipertensi sebelum hamil, atau
diketahui adanya hipertensi pada usia kehamilan <20
minggu
• Tidak ada proteinuria(diperiksa dengan tes celupurin)
• Dapat disertai keterlibatan organ lain, seperti mata,
jantung, dan ginjal

Buku Saku PelayananKesehatan Ibu di FasilitasKesehatan Dasar dan Rujukan


Hipertensi dalam Kehamilan
• Preeklampsia Ringan
• Tekanan darah ≥140/90 mmHg pada usia kehamilan
> 20 minggu
• Tes celup urin menunjukkan
pemeriksaan proteinuria
protein kuantitatif 1+ atau
menunjukkan hasil
>300 mg/24 jam

• Preeklampsia Berat
• Tekanan darah >160/110 mmHg pada usia kehamilan
>20 minggu
• Tes celup urin menunjukkan proteinuria ≥2+ atau
pemeriksaan protein kuantitatif menunjukkan hasil
>5 g/24 jam
• Atau disertai keterlibatan organlain:
• Trombositopenia (<100.000 sel/uL), hemolisis
mikroangiopati
• Peningkatan SGOT/SGPT, nyeri abdomen kuadran
kanan atas
• Sakit kepala , skotomapenglihatan
• Pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion
• Edema paru dan/atau gagal jantung kongestif
• Oliguria (< 500ml/24jam), kreatinin > 1,2 mg/dl
Buku Saku PelayananKesehatan Ibu di FasilitasKesehatan Dasar dan Rujukan
Hipertensi dalam Kehamilan
• Superimposed preeklampsia pada hipertensi kronik
• Pasien dengan riwayat hipertensi kronik
• Tes celup urin menunjukkan proteinuria >+1 atau
trombosit <100.000 sel/uL pada usia kehamilan > 20
minggu

• Impending eklamsia à PEB disertai salah satu gejala dari nyeri


kepala hebat, gangguan visus, muntah2, nyeri epigastrium, atau
kenaikan tekanan darah yang progresif

• Eklampsia
• Kejang umum dan/atau koma
• Tanda dan gejala preeklampsia
• Tidak ada kemungkinan penyebab lain (misalnya epilepsi,
perdarahan subarakhnoid, dan meningitis)
Buku Saku PelayananKesehatan Ibu di FasilitasKesehatan Dasar dan Rujukan
DOSIS PEMBERIAN
Dosis • Ambil 4 g larutan MgSO4 (10 ml larutan MgSO4
awal 4 g 40%) dan larutkan dengan 10 ml akuades
MgSO4 • Berikan larutan tersebut secara perlahan IV
selama 5-10 menit
• Jika akses intravena sulit, memberikan masing-
masing 5 g MgSO4 (12,5 ml larutan MgSO4
40%) IM di bokong kiri dan kanan

Dosis • Ambil 6 g MgSO4 (15 ml larutan MgSO4 40%)


rumatan 6 dan larutkan dalam 500 ml larutan Ringer
g MgSO4 Laktat/ Ringer Asetat, lalu berikan secara IV
dengan kecepatan 28 tetes/menit selama 6
jam, dan diulang hingga 24 jam setelah
persalinan ataukejang berakhir (bila eklampsia)
187. D. Migrain dengan aura
Tension headache Migraine headache Cluster headache

Kualitas Ditekan/diikat Berdenyut Menusuk


Intensitas Ringan atau sedang Sedang atau berat Berat sekali
Lokasi Bilateral Unilateral Unilateral
Memberat dengan aktivitas Tidak Ya Tidak
Mual Ada/tidak Ada Tidak ada
Muntah Tidak ada Ada Tidak ada
Fotofobia Ada/tidak Ada Tidak ada
Fonofobia Ada/tidak Ada Tidak ada
Aura Tidak ada Ada (classic)/tidak (common) Tidak ada
Lakrimasi, injeksi konjungtiva,
Gejala penyerta rinorea, dan perspirasi wajah
yang ipsilateral
Membedakan tiga tipe nyeri kepala primer :
–TTH  terikat, tertekan, bilateral, berkaitan dengan stress,
disertai ketegangan otot leher, intensitas ringan-sedang
–Migrain  berdenyut, biasanya unilateral, disertai mual,
muntah, fotofobia, fonofobia, dapat disertai aura (classic
migrain) ataupun tidak (common migrain), intensitas sedang-
berat
–Cluster  seperti ditusuk, unilateral, periorbita, dapat menjalar
ke temporal/retroorbita, gejala tambahan: lakrimasi, diplopia,
rinore, kongesti nasal, edema palpebra, injeksi konjungtiva
Sumber: Konsensus nasional penanganan nyeri kepala di indonesia
Tatalaksana nyeri kepala (ringkasan)
• Tension headache
– Akut: NSAID (ibuprofen adalah DOC), aspirin, dan parasetamol
– Preventif: antidepresan trisiklik (amitriptilin atau nortriptilin)
• Migraine headache
– hindari pencetus
– terapi abortif:
• non spesifik: acetaminofen, NSAID
• spesifik: triptan, ergotamine, DHE
– Bila tidak respon  opioid dan analgetik yang mengandung
butalbital
• Cluster headache
– Akut: triptan atau ergot dengan metoclopramide
– Preventif: Calcium channel blockers, amitriptilin
188. B. Respect For Individual
• Seorang pasien mengatakan pada dokter akan mendonorkan matanya
setelah meninggal pada pasien yang membutuhkan. Setelah
meninggal, dokter menyampaikan permintaan pasien pada keluarga,
namun keluarga tidak setuju. Dokter memperlihatkan inform consent
yang telah ditandatangani oleh pasien.
Masalah yang dihadapi dokter berkaitan dengan?
1. Medical Indication
medical indications menuntut dokter agar dalam melakukan tindakan
medis mendasarkan pada indikasi yang dapat dipertanggungjawabkan
secara moral dengan mempertimbangkan, bagaimana patien dapat
memperoleh keuntungan dari tindakannya (medical and nursing care)
dan bagaimana pula patien dapat dihindarkan dari hal-hal yang
menyakitkan.
2.Patient’s preferences
Patient’s preferences menuntut dokter agar tindakannya
memperhatikan keinginan pasien.
3. Quality of life
Quality of life menuntut dokter agar memperhatikan kualitas hidup
pasien dengan mempertimbangakan:
1. Apa prospeknya, baik dengan atau tanpa tindakan medis, untuk
kembali menuju kehidupan normal?
2. Apa kekurangan yang masih akan dialami pasien jika seandainya
tindakan pengobatan mengalami keberhasilan?
3. Apakah rancangan untuk membebaskannya dari penderitaan serta
perawatan paliatif?
4. Contextual features
Contextual feature menuntut dokter untuk memperhatikan faktor-
faktor sebagai berikut:
1. Adakah isu-isu keluarga yang dapat mempengaruhi keputusan
medis?
2. Adakah isu-isu provider (dokter dan perawat) yang dapat
mempengaruhi keputusan medis?
3. Adakah faktor-faktor finansial dan ekonomi yang dapat
mempengaruhi keputusan medis?
189. B. Gangguan Psikotik Akut
• Wanita 20 tahun sering tertawa sendiri, melompat-lompat, dan
terkadang menangis. Pasien merasa ingin dibunuh oleh mantan
pacarnya yang sudah meninggal. Pasien juga sering mendengar
bisikan untuk menyuruhnya bunuh diri.
• Pada saat pemeriksaan pasien kooperatif, mood labil, afek terbatas.
Keluhan ini muncul sudah selama 10 hari.
Diagnosis yang tepat pada pasien ini adalah ?
PSIKOTIK

• Psikotik adalah gangguan jiwa, yang ditandai dengan


ketidak mampuan individu menilai kenyataan yang
terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau
perilaku kacau/aneh

• Psikotik akut adalah suatu gangguan kejiwaan yang


terjadi selama 1 hari sampai kurang dari 1 bulan,
dengan gejala psikosis, dan dapat kembali ke tingkat
fungsional premorbid.
Etiologi
• Didalam DSM III: faktor psikososial => psikosis reaktif singkat, tetapi kriteria
tersebut telah dihilangkan dari DSM IV.
• Perubahan dalam DSM IV menempatkan diagnosis gangguan psikotik singkat
didalam kategori yang sama dengan banyak diagnosis psikiatrik utama
lainnya yang penyebabnya tidak diketahui dan diagnosis kemungkinan
termasuk gangguan yang heterogen(Kaplan dan Sadock, 2003).
• Etiologi BELUM pasti, tapi sebagian besar di jumpai pada pasien dengan
gangguan kepribadian mungkin memiliki kerentanan biologis atau psikologis
terhadap perkembangan gejala psikotik.
• Satu atau lebih faktor stres berat, seperti:
(peristiwa traumatis, konflik keluarga, masalah pekerjaan, kecelakaan, sakit
parah, kematian orang yang dicintai, dan status imigrasi tidak pasti, dapat
memicu psikosis reaktif singkat.)
Beberapa studi mendukung kerentanan genetik untuk gangguan psikotik
singkat(Kaplan dan Sadock, 2003).
Kriteria Diagnosis
 Merupakan Gangguan psikosis akut dan
sementara adalah sekelompok gangguan
jiwa yang :
1. Onsetnya akut ( 2 minggu)
2. Polimorfik : beraneka-ragam dan
berubah cepat (waham, halusinasi,gejala emosi yang
bervariasi)
3. Skizofrenia-like : gejala skizofrenia yang khas
4. Adanya stes akut yang berkelanjutan
5. Tanpa diketahui berapa lama gangguan akan
berlangsung
6. Tidak ada penyebab organik, seperti trauma kapitis,
delirium, demensia
Cara Penanganan Gangguan Psikotik Akut
1. Indikasi rawat inap (hospitalisasi)
• Pemeriksaan dan perlindungan pada pasien.
2. Farmakoterapi
• Obat utama Antipsikotik (Haloperidol)
190. A. Vitamin A
• Anak laki-laki 11 bulan mata terdapat bintik berbusa dan keluar cairan
sejak 2 minggu yang lalu.
• PF : hiperkeratosis folikularis.
• Diagnosis : Defisiensi Vitamin A
Pemberian vitamin yang tepat adalah....
Hiperkeratosis folikularis adalah penyakit kulit karena kekurangan
vitamin A. Di negara maju, hyperkeratosis paling sering terjadi sebagai
akibat dari malabsorpsi karena penyebab bedah atau medis, seperti
operasi bypass usus kecil, kolektomi, dan insufficiensi pancreas.
Namun, hiperkeratosis folikularis juga dapat berkembang jika pasien
diet kalori terbatas yaitu dengan kalori < 700 kcal dan ketat
menghindari sayuran, buah dan lemak. Perubahan pertama pada
defisiensi vitamin A ialah pada mata, saluran nafas bagian atas, dan
pelvis renalis, sedangkan perubahan terakhir ialah pada kulit.
Pada kulit terjadi hiperkeratosis folikularis terutama pada folikel
rambut, dalam perkembangannya menjadi sumbatan keratotik
intrafolikuler bagian sentral, yang tampak berupa papula pigmentasi.
Umumnya sumbatan ini tampak sebagai spina atau seperti tanduk,
yang lainnya dapat tertutup oleh sisik-sisik yang melekat longgar dan
jika sisik diangkat akan menimbulkan lubang
Pemeriksaan penunjang hiperkeratosis folikularis
1. Pemeriksaan histopatologi
2. Pemeriksaan pembantu/laboratorium  pemeriksaan kadar
vitamin serum,
• Normal lebih dari 20 πg/100 cc serum.
Penatalaksaan pada hiperkeratosis folikularis yaitu dengan
pemberian vitamin A dosis tinggi yaitu 500.000 IU yang diberikan
selama beberapa hari. Contoh dari vitamin dalam bentuk krim atau
losio adalah yang mengandung asana retinoat 0,05% yang berfungsi
menormalkan proliferasi epidermal juga mempunyai daya keratolitik
ringan
191. B. Demensia Vaskular
• Laki-laki 75 tahun diantar keluarganya karena sering merasa lupa
sejak 6 bulan terakhir, aktivitas sehari-hari pasien harus dibantu oleh
keluarganya.
• PF : tekanan darah 190/100, nyeri kepala, demam, trauma (-), riwayat
stroke (+)
• Pemeriksaan neurologis  penurunan fungsi memori.
Apa diagnosis kasus tersebut ?
Penyebab DEMENSIA :
D  drugs
E  emotional
M  metabolik atau endokrin
E  Eye and ear (disfungsi mata dan telinga)
N  nutritional
T  Tumor dan trauma
I  Infeksi
A  arteriosklerotic (komplikasi penyakit arteriosklerosis,mis;
infark miokard, gagal jantung, dll) dan alkohol
Demensia Vaskular
• Awalnya disebut sebagai “demensia senilis”  “demensia
vaskular”
• Merupakan sindrom terkait beberapa mekanisme vaskular
• Jenis demensia paling umum setelah demensia Alzheimer

Keypoint untuk demensia vaskular:


• Terdapat riwayat penyakit vaskular (stroke, HT, DM, PAD)
• Rentang usia 55-75 tahun
• Lupa hal-hal sederhanapada awalnya  berkembang sulit
mengurus diri sendiri
• Onset gradual
• Penurunan fungsi kognitif dapat bersifatakut atau subakut
setelah kejadian neurologis (seperti stroke)

Sumber: eMedicine bagian Vascular Dementia


Demensia Alzheimer:
• Penurunan fungsi kognitif dan perilaku, bersfat didapat
• Sulit menyerap informasi baru
• Bersifat progresif
• Usia > 65 tahun
• Terapi : inhibitor kolinesterase, antagonis NMDA

Demensia dengan Lewy bodies:


• Berhubungan dengan Parkinson
• Gejala utama : fluktuasi kesadaran sepanjang hari, halusinasi visual
• Terapi : inhibitor kolinesterase

Demensia Frontotemporal:
• Penyakit progresif dengan fokus kelainan pada korteks serebral, regio frontotemporal
• Sindroma  awalnya terdiri dari afasia yang progresif tanpa kelainan fungsi kognitif dan
perilaku umum. Gejala demensia muncul pada fase lanjut
• Dapat disertai kelainan perilaku terkait lobus frontal (disinhibisi, impulsif, dll)

Sumber: eMedicine
192. B. Isoniazid
• Tn. X sedang dalam pengobatan OAT mengeluh Namun saat ini pasien
kesemutan pada tangan.
• Obat OAT yang kemungkinan menyebabkan keluhan diatas adalah?
193. D. Nephrolitiasis
• Tn. Abdi 52 tahun datang dengan nyeri pinggang kanan sejak 5 hari
yang lalu. Nyeri ketok CVA +.
• Pemeriksaan radiologis tampak beberapa lesi kecil kecil radio opak
pada pielum.
Apa diagnosa yang mungkin pada kasus ini?
Nefrolitiasis
• Nefrolitiasis merupakan suatu endapan dalam ginjal yang berbentuk
seperti batu atau kristal yang dapat menghambat saluran ginjal,
saluran kemih dan kandung kemih.
• Ada yang dibentuk dari kalsium, fosfat, atau asam urat. Umumnya,
terdiri atas kombinasi berbagai jenis komponen tersebut
Faktor resiko

• Hiperkalsiuria
• Hipositraturia
• Hiperurikosuria
• Hiperoksaluria
• Ginjal Spongiosa Medulla
• Faktor diet
Gejala klinis
• Nyeri sering bersifat kolik (ritmik). Lokasi nyeri akan
bergantung pada letak batu.
• Batu diginjal itu sendiri mungkin asimtomik kecuali
apabila batu tersebut menyebabkan obstruksi atau
timbul infeksi
• Hematuria
• Penurunan pengeluaran urine
• Pengenceran urine
• Penderita sulit mencari posisi yang enak, gelisah
Komplikasi
• Hidronefrosis
• Gagal ginjal
• Infeksi
• Kanker ginjal akibat peradangan dan cedera berulang.
Penatalaksanaan Medikamentosa

• OAINS
- Ketorolac 30 mg IV
- Ibuprofen 600-800mg PO/8 jam
• Kortikosteroid
- Prednisone 10mg PO 2x/hari
• Obat Urikosurik
- Allopurinol 100-300mg PO setiap hari
• Diuretic
- Thiazid 25-50mg/hari
Non-medikamentosa
• ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy) digunakan gelombang kejut
eksternal yang dialirkan melalui tubuh untuk memecah batu. menjadi
fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran
kemih.
• Endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan BSK
yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari
saluran kemih melalui alat yang dimasukan langsung kedalam saluran
kemih. Alat tersebut dimasukan melalui uretra atau melalui insisi kecil
pada kulit (perkutan).
• Tindakan Bedah dilakukan jika batu tidak merespon terhadap bentuk
penanganan lainnya.
194. C. NYHA III
• NYHA I : without limitation of physical
activity
• NYHA II : slight limitation of physical activity,
comfortable at rest
• NYHA III : marked limitation of physical
activity (walking short distance 20-100 m),
comfortable at rest
• NYHA IV : severe limitation, discomfort even
at rest
195. Baiklah, akhir minggu ini kita semua akan menghabiskan
waktu bersama, apakah kalian punya usul kita pergi ke mana?”
tanya Bu Siti kepada anaknya. “Terserah Ibu saja”, jawab anaknya.
Ibu Siti berkata, “Tidak, sekarang giliranmu untuk menentukan
tujuan kita!”. Anaknya menjawab, ”Baiklah, jika semua tidak
keberatan, bagaimana jika kita mendaki gunung?”. Diantara fungsi
dasar keluarga di bawah ini, manakah yang paling sesuai untuk
keadaan di atas?
a. Saling dukung antar anggota keluarga
b. Dibangunnya otonomi dan kebebasan antara anggota keluarga
c. Membentuk aturan yang mengatur semua anggota keluarga
d. Adaptasi terhadap perubahan lingkungan
e. Komunikasi antar anggota keluarga
196. endoptalmitis
197. CRASH PROGRAM
• Crash Program. Kegiatan ini ditujukan untuk wilayah yang
memerlukan intervensi secara cepat karena masalah khusus seperti :
• (1) Angka kematian bayi tinggi, angka Penyakit yang Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi (PD3I) tinggi.
• (2) Infrastruktur (tenaga, sarana, dana) kurang.
• (3) Untuk memberikan kekebalan pada kelompok sasaran yang belum
mendapatkan pada saat imunisasi rutin.
198. epidemi
199. rujukan spesimen
200. comunicator
• Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai