Konseli (mengetuk pintu) Tok.. tok.. tok.. Konselor (berjalan mendekati pintu) Opening “Iya, sebentar, ya.” (membukakan pintu) "Silahkan, Mbak" Konseli “Iya, terima kasih, Mbak" Konselor “Mari, silahkan duduk. Mbak bisa memilih Opening dan Attending tempat duduk yang nyaman, boleh disini atau disana”. (tersenyum dan mempersilahkan konseli duduk) Konseli “Baik, Mbak. Disini saja” (tersenyum) Konselor Apakah sudah nyaman dengan posisi Attending duduknya?” (Mencondongkan posisi duduk pada konseli) Konseli “Alhamdulillah sudah” Konselor “Tadi habis dari mana, Mbak?” Opening (topik netral) Konseli "Habis dari tempat kerja, Mbak" Konselor (Mengangguk) Membangun hubungan “Jadi, Mbak Julita sekolah sambil kerja, ya?” Konseli “Iya” Konselor “Lalu, tadi kesini sama siapa, Mbak?" Opening Konseli "Saya berangkat sendirian" Konselor (Mengangguk) Opening “Bagaimana kabarnya hari ini, Mbak?" Konseli "Tidak bisa dibohongi, Mbak. Sebenarnya saya sedang sedih" (sembari tersenyum) Konselor “ Mbak Julita sedang sedih, ya? Tetapi raut Restatement, confrontation mbak Julita menunjukkan senyuman. Apa benar jika mbak Julita sedang sedih?” Konseli “Hehehe, iya, Mbak. Kadang-kadang saya berpikir bahwa tidak seharusnya kesedihan itu ditunjukkan.” Konselor “Baik, jadi apa penyebab kesedihan mbak Lead/Questioning Julita?" Konseli “Sebenarnya banyak, Mbak. Salah satunya karena aku berasal dari luar Jawa. Lalu saya merantau kesini bertemu dengan orang-orang yang berbeda karakternya. Terkadang candaan mereka itu menyakiti hati saya" Konselor (Mengangguk) Clarification “Berarti kondisi yang mbak Julita alami adalah ketika mbak Julita sebagai anak rantauan merasa sakit hati atas perkataan mereka, begitu, ya?" Konseli “Iya, betul sekali" Konselor "Mbak julita dapat menceritakan Structuring kronologinya lebih dalam. Namun, sebelumnya saya akan menyampaikan teknis dari konseling kita pada kesempatan kali ini. Jadi, konseling kita akan berjalan kurang lebih 45 menit. Sebab, saya akan ada rapat setelahnya. Apakah mbak Julita berkenan dengan tawaran waktu tersebut?" Konseli “Iya, Mbak" Konselor “Baik, mbak Julita dapat menceritakan Penegasan kerahasiaan kondisi tersebut kepada saya. Mbak Julita dapat mempercayai saya untuk menjaga kerahasiaan cerita mbak Julita" (tersenyum) Konseli “Oh, iya, Mbak" Konselor “Mbak Julita ini asalnya dari mana?" Questioning Konseli "Saya dari Ternate, Mbak" Konselor "Kalau disana pakai bahasa apa, Mbak?" Questioning Konseli “Bahasa Daerah, Mbak" Konselor "Oh, iya. Mbak Julita tadi merasa sakit hati Questioning dengan perkataan orang-orang disini, kalau boleh tahu perkataannya yang seperti apa ya, Mbak?" Konseli “Jadi gini, Mbak. Pas lagi nongkrong sama temen-temen, mereka malah ngomong pake bahasa Jawa. Padahal mereka tahu kalau saya tidak mengerti bahasa Jawa. Saya tersinggung karena mereka bercanda tanpa melibatkan saya, kemungkinan mereka lagi ngomongin saya" Konselor “Apakah mbak Julita yakin bahwa mereka Clarification sedang membicarakan mbak Julita?" Konseli "Hmm, iya, Mbak. Saya merasa mereka sedang membicarakan saya" Konselor "Apakah mbak Julita memiliki Lead/questioning permasalahan lain dengan teman-teman mbak Julita sehingga mbak Julita merasa sedang dibicarakan?" Konseli "Saya merasa dijauhi juga, Mbak. Tapi mungkin aku saja yang berpikiran seperti itu" Konselor (mengangguk) Acceptance, reflection of "Saya paham bagaimana perasaan mbak feeling Julita. Pasti tidak menyenangkan rasanya jika kita dijauhi teman dan merasa sebagai orang asing ketika mereka bercanda tanpa melibatkan kita" Konseli (mulai menangis) Konselor "Mbak Julita boleh menangis dan merasa Acceptance sedih. Karena perasaan sedih adalah fitrahnya manusia. Sedih dan menangis adalah hal yang normal" Konseli "Iya, Mbak. Terima kasih sudah mengerti perasaan saya" Konselor "Apakah mbak Julita sudah merasa lebih Reflection of feeling lega?" Konseli "Lega, Mbak" Konselor "Lalu, apakah mbak Julita pernah Lead/questioning membicarakan masalah tersebut dengan mereka?" Konseli "Pernah, sih, Mbak. Saat itu saya memberikan diri untuk bicara dengan mereka" Konselor "Jadi, apa yang mbak Julita dapatkan dari Lead/questioning pembicaraan tersebut?" Konseli "Saya bilang kalau saya sedih jika mereka membicarakan saya. Kemudian mereka bekata kalau saya salah paham. Mereka meminta maaf karena merasa sikap mereka telah membuat saya tersinggung" Konselor "Apakah mbak Julita masih merasa sakit Reflection of feeling hati atas kejadian tersebut?" Konseli "Iya, tapi saya mencoba memaafkan" Konselor "Mungkin masih ada rasa sakit, ya, Mbak, Paraphrase meskipun kita telah memaafkan" Konseli "Iya, Mbak. Bagaimana caranya untuk memulihkan sakit hati saya ini" Konselor "Yang pertama, mbak Julita perlu Advice, reassurance menyadari bahwa hal tersebut adalah di luar kendali kita. Sebab, kita tidak dapat mengatur perilaku mereka. Kemudian mbak Julita juga dapat menenangkan diri terlebih dahulu. Tindakan mbak Julita untuk membicarakan masalah ini dengan pihak yang bersangkutan pun juga sudah sangat tepat" Konseli "Oh, iya, Mbak" Konselor "Mbak Julita juga dapat memikirkan apa Advice saja dampak-dampak negatifnya jika kita terlalu lama menyimpan rasa sakit hati itu" Konseli "Iya, Mbak" Konselor "Biasanya kalau mbak Julita sedang sedih, Lead/questioning apa yang akan mbak Julita lakukan?" Konseli "Kalau saya, sih, lebih memilih mendengarkan musik, jalan-jalan, atau menyendiri" Konselor "Baik, jadi 3 hal itu sering mbak Julita Lead/questioning lakukan untuk menenangkan diri, ya. Bagaimana rasanya setelah melakukan ketiga hal tersebut? Apakah menjadi lebih tenang?" Konseli "Iya, Mbak. Fisik dan mental saya terasa lebih baik" Konselor (mengangguk) Advice "Mbak Julita dapat menenangkan diri dengan melakukan hal-hal tersebut, kemudian mulai memikirkan penyelesaian dari rasa sakit hati itu" Konseli "Terima kasih, Mbak. Saya merasa lebih lega. Saya pamit pulang dulu, ya." Konselor "Oh, iya, Mbak, sama-sama. Hati-hati di Attending jalan, ya. Mari, saya antar" Konseli "Wah, iya, Mbak"