Anda di halaman 1dari 24

PEDOMAN SINGKAT

PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN MASJID

Disampaikan dalam Pelatihan Pengelolaan Perpustakaan Masjid


Bagi Pengelola Perpustakaan Masjid Jami’ Ulul Albab Universitas Negeri Semarang
Tanggal 20 s.d 22 Januari 2012

Materi Pokok:
 Pengadaan dan Inventarisasi Bahan Pustaka
 Katalogisasi Deskriptif Bahan Pustaka
 Prinsip-prinsip Klasifikasi Bahan Pustaka
 Pengenalan Sistem Otomasi Perpustakaan

Oleh:
M. Zakaria Eko Handoyo, S.S
NIP.19740328200112 1 001

UPT PERPUSTAKAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012
A. PENGADAAN BAHAN PUSTAKA/KOLEKSI

1. Pengertian
Pengadaan bahan pustaka (BP) atau koleksi perpustakaan meliputi kegiatan
pemilihan BP/koleksi dan cara pengadaanya, sedangkan pengadaan BP untuk perpustakaan
masjid adalah dengan memperhatikan kebutuhan segenap anggota masyarakat masjid
tersebut, yaitu para jamaah dan takmir sebagai pemustaka/pengguna perpustakaan.
Pemilihan BP/koleksi yaitu kegiatan mengidentikasi koleksi yang akan ditempatkan
di perpustakaan, sedangkan cara pengadaan adalah kegiatan yang dilakukan untuk
memenuhi koleksi perpustakaan. Pengadaan koleksi bisa berasal dari hasil pemilihan oleh
perpustakaan/pustakawan/pengelola perpustakaan (telah diusulkan melalui program rutin),
ataupun hibah/hadiah dari pemerintah/swasta.

2. Pemilihan koleksi
Dalam kegiatan pemilihan koleksi ada beberapa langkah yang perlu dilakukan antara
lain; 1). mengidentifikasi koleksi yang akan dipilih, 2). mencatat data koleksi berupa judul,
pengarang, penerbit, keunggulan-keunggulan ataupun kelemahan koleksi/BP dan juga
harganya.
Secara umum prinsip pemilihan koleksi/bahan pustaka antara lain:
a. Mempertimbangkan latar belakang pemustaka (dosen, pegawai, mahasiswa, atau
masyarakat umum)
b. Mempertimbangkan keberadaan/tempat perpustakaan masjid (jauh/dekat dari
perpustakaan sejenis  saling melengkapi)
c. Mempertimbangkan tingkat usia pemustaka
d. Disesuaikan dengan sistem perpustakaan nasional (manajemen, sistem layanan)
e. Mempertimbangkan kemampuan dana yang dimiliki

3. Cara Pengadaan Koleksi


Pengadaan keleksi perpustakaan bukan sekedar memperhatikan faktor pembelian,
pemesanan buku ataupun penerimaan paket dari instansi terkait, namun mencakup juga hal-
hal yang perlu dilakukan setelah pemustaka/pengelola menentukan pilihan buku,
diantaranya:
a. Asal perolehan bahan pustaka (buku); pembelian, hadiah, pertukaran koleksi antar
perpustakaan.
b. Pembayaran pembelian koleksi beserta tanda terimanya.
c. Pengarsipan dokumen pengadaan koleksi.

Pengadaan BP dapat diperoleh melalui pembelian, pertukaran koleksi atapun hadiah/hibah.


1. Perolehan melalui pembelian
Sebelum melakukan pembelian terlebih dahulu diadakan seleksi bahan pustaka. Hal ini
dilakukan untuk memilih BP mana yang benar-benar dibutuhkan perpustakaan. Oleh
karena itu perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mengumpulkan katalog penerbit
b. Memilih judul yang sesuai
c. Membuat slip judul buku
d. Menyusun slip sesuai dengan subjek tertentu sebagai desiderata
e. Membuat daftar pesanan buku.

Selain hal tersebut dalam menyeleksi data buku/koleksi perlu digunakan alat bantu
seleksi, antara lain; indeks majalah, tinjauan buku, daftar subjek buku, alat bantu

2
identifikasi dan verifikasi buku baik berupa katalog penerbit maupun bibliografi. Oleh
karena itu pengelola perpustakaan perlu memahami beberapa pedoman sebagai berikut:
a. Mengetahui berbagai jenis bahan pustaka (hard copy, soft copy)
b. Memahami tujuan dan fungsi perpustakaan
c. Mengenal kebutuhan masyarakat/pemustaka yang dilayani
d. Mengenal prinsip-prinsip seleksi
e. Mengenal dan mampu menggunakan alat-alat bantu seleksi
f. Memahami berbagai kendala yang ada

2. Pemesanan melalui toko buku


Untuk mendapatkan buku dengan cara membeli, pihak perpustakaan bisa datang
langsung ke toko buku atau memesan berdasarkan katalog yang diterbitkan penerbit/toko
buku, selain itu dapat pula melalui distributor/agen pembelian buku.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila perpustakaan melakukan

 Tentukan toko buku dengan koleksi terlengkap


pemesanan lewat toko, yaitu:

 Serahkan daftar pesanan buku yang telah dibuat ke toko buku


 Lakukan pembayaran dan mintalah tanda bukti pembayaran/faktur pembelian
 Bila masih ada buku yang tidak tersefia di toko tersebut maka perlu dicarikan pada
toko buku lain.

3. Pemesanan melalui penerbit


Pemesanan melalui penerbit dilakukan jika judul buku yang dibutuhkan benar-benar

 Tentukan penerbit yang memberikan layanan pemesanan buku


dikeluarkan oleh penerbit tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan cara:

 Buat daftar buku yang dipesan dan kelompokkan menurut penerbitnya


 Kirimkan pesanan buku kepada penerbit untuk diperiksa ketersediaan bukunya serta

 Setelah daftar harga diterima, periksa dana perpustakaan yang tersedia


besarnya harga satuan

 Lakukan pembayaran (langsung atau melalui bank)


 Kirimkan ke penerbit bukti pembayaran dengan surat pengantar

4. Perolehan Melalui Tukar Menukar BP


Tukar menukar BP merupakan aspek kegiatan penyiangan (weeding) buku di
perpustakaan. Bahan pustaka yang diperoleh melalui tukar menukar mempunyai potensi
besar dalam pengembangan koleksi karena diperoleh secara cuma-cuma, sepanjang BP
tersebut benar-benar sesuai dengan tujuan perpustakaan.
Tujuan pertukaran BP adalah untuk memperoleh buku-buku tertentu yang tidak dapat
dibeli di toko buku / tidak tersedia di perpustakaan karena alasan lain. Sistem pertukaran
memberi jalan bagi perpustakaan untuk membuang buku-buku duplikat (berjudul sama)
ataupun buku hadiah yang tidak sesuai kebutuhah pemustaka.
Dibawah ini ada bebrapa cara untuk memperoleh BP dengan cara tukar menukar:
a. Perpustakan membuat daftar BP/buku lebih (duplikat) untuk ditawarkan.
b. Mengirimkan penawaran kepada perpustakaan lain yang mempunyai hubungan
kerjasama dan diperkirakan memiliki koleksi sesuai dengan BP yang ditawarkan.
c. Perpustakaan penerima tawaran memilih buku yang sesuai, selanjutnya memilih
buku penukar sesuai bobotnya serta menyusun daftar bahan pustaka yang ditawarkan
sebagai buku penukar. Kemudian perpustakaan yang telah menerima tanggapan atas
penawaran melakukan penilaian keseimbangan bahan pertukaran tentang subyek dan
bobotnya.

3
5. Perolehan Melalui Hadiah/Sumbangan
Bagi perpustakaan yang mendapat tawaran buku hadiah dari instansi lain melalui
suatu daftar atau penerbit buku, sebelum perpustakaan memutuskan untuk menerimanya
ada beberapa pertimbangan yang perlu dilakukan, misalnya: apakah buku hadiah yang
akan diterima subyeknya benar-benar sesuai kebutuhan pengguna perpustakaan.

Koleksi BP yang dapat dihadiahkan, misalnya:


a. Contoh terbitan dari pengarang dan penerbit.
b. Buku milik perpustakaan lain yang jumlah eksemplarnya berlebih.
c. Buku dari donatur seperti organisasi/Lembaga Perhimpunan Profesi, ataupun
Kedutaan negara-negara sahabat.
Koleksi hadiah dapat diperoleh atas permintaan maupun tidak atas permintaan:
Hadiah Atas Permintaan
Untuk memperoleh hadiah buku atas permintaan yaitu dengan mengirimkan
permohonan buku ke instansi/perpustakaan yang dituju dengan maksud untuk
menambah koleksi.
Hadiah Tidak Atas Permintaan
Hadiah buku tidak atas permintaan adalah buku-buku yang oleh suatu
perpustakaan/instansi tertentu jumlahnya dinilai terlalu banyak maka dikirimkan ke
perpustakan lain sebagai hadiah/sumbangan.

B. INVENTARISASI BAHAN PUSTAKA

1. Pengertian
Inventarisasi BP adalah kegiatan pencatatan data BP yang diterima, baik dalam
bentuk buku, majalah, mikro (film, fisch) ataupun audio visual ke dalam buku
inventaris/buku induk.
Kegiatan inventarisasi bertujuan agar perpustakaan dapat mengontrol kepemilikan
bahan pustaka, membuat statistik, mengetahui bahan pustaka yang belum /sudah dimiliki,
mengetahui jumlah BP dalam kurun waktu tertentu maupun jumlah buku-buku yang hilang.
Langkah awal yang harus dilakukan terhadap BP baik yang dipesan maupun tidak
dipesan mencakup kegiatan penerimaan dan inventaris. Kegiatan penerimaan meliputi:
kegiatan pemeriksaan terhadap bahan pustaka yang diterima, apakah benar-benar telah
sesuai dengan surat pengantar, daftar yang dipesan, memeriksa kondisi fisik buku, apakah
dalam keadaan baik/tidak rusak, lengkap atau tidak lengkap.
Tugas dan wewenang bagian inventaris adalah:
a. Menetapkan jenis dan jumlah buku inventaris yang diperlukan.
b. Menetapkan macam dan ukuran kolom-kolom dalam buku inventaris serta petunjuk
untuk mengisinya.
c. Menetapkan dan melaksanakan pencatatan menurut cara yang telah ditentukan.
d. Menetapkan jenis BP dalam pemberian tanda kepemilikan perpustakaan (dengan
stempel) tiap bahan pustaka yang diterima.

Menetapkan Jenis dan Jumlah Inventaris yang diperlukan:


Sebelum kita melaksanakan inventarisasi terlebih dahulu kita ketahui jenis buku
induk, antara lain: buku induk buku, buku induk majalah, buku induk bahan pustaka non
buku. Ada 3 macam buku induk, yaitu:
a. Buku induk pembelian
b. Buku induk hadiah
c. Buku induk pertukaran

4
2. Buku Inventaris/Buku Induk:
Untuk menentukan macam kolom-kolom dalam buku induk dan petunjuk
pengisiannya adalah sebagai berikut:
a) Sediakan buku bergaris ukuran folio, setiap halaman dobel folionya dibuatkan kolom-kolom
dengan ukuran tertentu sesuai keperluan.
b) Pencatatan buku/BP kedalam buku induk selalu berdasarkan kronologis, yaitu menurut tanggal
penerimaan.
c) Buku induk terbagi dalam kolom-kolom: Tanggal Terima, Nomor Induk Buku, Pengarang,
Judul Buku, Jumlah Eksemplar, Penerbit , Golongan/Klas DDC, Bahasa, Harga, Asal
Bahan Pustaka, dan Keterangan.
d) Tiap jilid buku mempunyai satu nomor induk. Dengan demikian buku yang berjilid 3 akan
memperoleh 3 nomor induk tiap jilidnya.
e) Tiap tahun buku induk dapat dimulai dengan nomor urut baru, atau dapat dilanjutkan dari tahun
ke tahun.
f) Jika buku hilang maka keterangan tersebut dicatat dalam buku induk (keterangan dalam buku
induk dicoret )
Contoh Buku Induk ke 1:
Ada beberapa hal yang perlu dicatat dalam buku induk/di inventarisasi yaitu:
Kolom 1 :
Tanggal Terima, kapan buku diperoleh
Kolom 2 :
No. Induk Buku,
Kolom 3 :
Pengarang, (pengarang utama/pertama)
Kolom 4 :
Judul, judul buku dan atau anak judul
Kolom 5 :
Jumlah Buku, (eksemplar)

Golongan atau Klasifikasi  DDC (Dewey Decimal Classification)


Kolom 6 :
Penerbit (kota terbit: nama penerbit, tahun terbit)
Kolom 7 :
Kolom 8 :
Bahasa, dapat pisahkan sesuai dengan bahasa buku tersebut misalnya
Indonesia, Inggris, Asing lain)
Kolom 9 : Asal buku diperolehnya misalnya dari pembelian atau hadiah
Kolom 10 : Keterangan

Contoh Buku Induk ke 2:


Berupa lembar kerja seperti berikut ini:
LEMBAR KERJA
Tgl.Terima Bahasa Jml.Eks ISBN No.Induk No.Klas
21-01-2012 Ind. 5 979-561-784-0 120008p 297.74/MUH/t
Jenis: Tajuk Entri: MUHammad, Syamsi Ali ; Ivan Satria (editor)
BPn /
Pengayaan Judul: The true love in America: 29 Kisah mualaf Amerika. Jilid 1

Asal: P Cet: 1 Edisi: -

Harga: 14.000,- Impresium: Jakarta: Gema Insani Press, 2009

Masjid Kolasi: 175p.: il; 20,3 cm.


Ulul Albab Notasi/Seri:
UNNES
Jejakan: 1. Kisah Islami 2. Story 3. Mualaf

Catatan x1= Td Pengolah: E.H Tanggal: 21 Jan 2012

5
3. Pemberian Tanda Kepemilikan Perpustakaan:
Bagian inventaris harus bisa membedakan jenis-jenis bahan pustaka, misalnya jenis-
jenis referens seperti, kamus, ensiklopedi atau buku-buku yang bersifat umum.
Stempel di perpustakaan ada 2 macam :
3. Stempel Kepemilikan : ada 2 bentuk stempel kepemilikan yaitu :
(a) berbentuk logo instansi, untuk dibubuhkan pada setiap halaman tertentu
(b) berbentuk lain, untuk dibubuhkan pada samping-samping buku, samping atas,
samping dan samping bawah
4. Stempel Inventaris: stempel ini khusus dibubuhkan pada balik halaman judul dan
berisi catatan:
(a) a. Tanggal :………………
(b) b. No. Induk :…………….
(c) c. Asal Perolehan :………
(d) d. No. Klasifikasi :……….
(e) a s/d c diisikan pada saat pencataatan buku induk, ditulis dengan memakai tinta yang
tidak mudah luntur, sedang d (No.Klasifikasi diisikan setelah buku diklasifikasi)
PERPUSTAKAAN MASJID JAMI’ ULUL ALBAB PERPUSTAKAAN MASJID JAMI’
Masuk Tgl :…………………….H/P ….. ULUL ALBAB UNNES
No. Induk : ……………………Lok……
No. Gol : ………………….. Cek ……

C. KATALOGISASI DESKRIPTIF BAHAN PUSTAKA

1. Pendahuluan
Katalog dalam arti luas adalah daftar suatu barang atau bahan yang disusun secara
sistematis untuk tujuan tertentu. Katalog dalam perpustakaan adalah daftar informasi
buku/bahan pustaka, atau disebut juga sebagai wakil buku di rak. Oleh karenanya dalam
proses identifikasi BP berbentuk “Deskripsi Bibliografi” secara rinci disebut
“mengkatalogisasi bahan pustaka”
Aturan pengkatalogan pada umumnya menggunakan pedoman AACR2 (Anglo
American Cataloging Rules). AACR2 selalu mengalami perkembangan dan
penyempurnaan sehingga sampai sekarang buku tersebut merupakan buku edisi revisi
yang ke 2. Sedangkan yang dimaksud katalogisasi deskriptif adalah kegiatan mencatat
identitas setiap bahan pustaka yang diperlukan untuk memberikan gambaran umum
tentang ciri-ciri bahan pustaka.

2. Bentuk Fisik Katalog


Ada beberapa bentuk fisik katalog mulai dari yang sederhana sampai kompleks,
diantaranya: katalog lembaran, katalog kartu, katalog micro, katalog komputer
terpasang/online. Sampai saat ini yang masih populer dipakai di perpustakaan tradisional
adalah katalog kartu, sedangkan pada Perguruan Tinggi memakai katalog komputer
terpasang OPAC (Online Public Access Catalogue).

3. Aturan Umum Deskripsi Katalog Menurut AACR2


a) Sumber Informasi
Informasi untuk mendeskripsi bahan pustaka diambil dari sumber bahan pustaka itu
sendiri, yang dapat dimulai pada halaman judul, balik halaman judul (verso),
halaman awal, halaman belakang. Bagian lain juga merupakan bahan informasi, baca

6
di bagian kata pengantar, teks, kulit buku, punggung buku dan sumber lain dari luar
publikasi, misalnya katalog dalam terbitan (KDT).
b) Organisasi deskripsi
Deskripsi katalog pada dasarnya terdiri dari 8 daerah yaitu:
(1) Daerah Judul dan Penanggung Jawab
(2) Daerah Edisi
(3) Daerah Materi Data Khusus
(4) Daerah Publikasi (impresium)
(5) Daerah Deskripsi Fisik (kolasi)
(6) Daerah Seri
(7) Daerah Catatan
(8) Daerah Nomor Standar Buku (ISBN)
c) Tanda Baca
Tanda baca digunakan untuk membedakan tiap-tiap daerah dan setiap keterangan
bibliografis yaitu:
Daerah Judul/Keterangan Penanggung Jawab
Judul Pokok
= Judul paralel
: Judul lain atau informasi judul lain (anak judul)
/ Keterangan pengarang (penanggung jawab)
, Keterangan pengarang kedua, ketiga (yang sederajat)
; Keterangan penanggung jawab kedua, ketiga yang tidak sederajat
seperti, editor, ilustrator dan sebagainya.
Daerah Edisi
. -- Keterangan edisi dan cetakan
. -- Keterangan cetakan
Daerah Keterangan Publikasi (impresium)
. – Tempat penerbit (nama kota)
: Nama penerbit
, Tahun terbit
Daerah Deskripsi Fisik (kolasi)
Jumlah halaman angka romawi
, Jumlah halaman angka arab
: Keterangan ilustrasi (gambar, grafik, peta, dll.)
; Dimensi / ukuran tinggi buku dalam cm.
Daerah Seri
. -- Keterangan seri
: Keterangan sub seri
; Penomoran dalam seri/sub seri
Daerah Catatan
Catatan ditulis pada paragraf baru, informasi yang ditulis adalah data penting yang
berhubungan dengan:
a. Judul , misalnya:
judul asli ……
Terjemahan dari :……
b. Kepengarangan, misalnya:
naskah asli oleh ……..
c. Edisi, misalnya:
edisi revisi pertama tahun ………
edisi revisi kedua tahun ………..
diterbitkan dalam edisi khusus
Daerah Nomor Standard (ISBN)
Nomor standard buku secara internasional ditulis di bawah catatan
Misalnya :
ISBN 0-13-072090-9; ISBN 0-13-960849-4; ISBN 04-01-105-1
7
4. Spesifikasi Unsur pada Deskripsi
a) Pernyataan Judul
Tulislah judul pokok persis seperti yang tercantum pada sumber informasi utama,
biasanya pada halaman judul bukan pada covernya, kecuali huruf besar dan tanda baca
maka harus ditulis berdasarkan aturan pengkatalogan.
Pernyataan judul terdiri dari:
1. Judul Pokok
2. Judul Pokok : ditambah informasi judul lain (anak judul)
3. Judul Pokok = disertai judul parallel

Contoh :
(Judul Pokok)
Mahir Berbahasa Indonesia

(Judul Pokok) (Informasi Judul lain/anak Judul)


Mahir Berbahasa Indonesia: untuk SMP kelas 2

Judul Pokok Info. Judul lain info. judul lain


Mahir Berbahasa Indonesia: unuk SMP kelas 2: sesuai dengan kurikulum 1994

Judul Pokok Judul Paralel


Fisika modern = Modern Physics

b). Pernyataan Penanggung Jawab


Penanggung jawab yaitu penulis buku atau pengarang. Misalnya untuk karya
musik adalah komposer, Fotografer untuk karya berupa foto, kartografer terkait
dengan peta, dsb. Penangung jawab juga bisa berbentuk badan korporasi seperti
lembaga pemerintahan, nama organisasi, dsb.
Pedoman Penulisan:
1. Buku dengan satu pengarang, 2 pengarang ditulis semua, sedangkan untuk 3
pengarang atau lebih maka pegarang pertama yang dipakai kemudian diikuti
dengan kawan-kawan (dkk) atau (et al).
Contoh:
Mahir berbahasa Indonesia / oleh Subroto
Mahir berbahasa Indonesia / oleh Subroto, Indra Jaya Nauman
Mahir berbahasa Indonesia / oleh Subroto, Indra Jaya Nauman, Sutjipto
Mahir berbahasa Indonesia / oleh Subroto, dkk
2. Buku dengan satu pengarang dan satu editor
Contoh:
Mahir berbahasa Indonesia/ oleh Subroto; editor: Sunarto
3. Buku dengan pengarang badan korporasi
Contoh:
Mahir berbahasa Indonesia/ oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
c). Pernyataan Edisi
Pernyataan edisi ditulis sesuai aturan, misalnya buku edisi ke 1, 2, 3, 4, dst. Dalam
peraturan dapat ditulis seperti:
Edisi 1…ed.1
Edisi 2…ed.2
Edisi 3…ed.3 dst.
Jika buku berbahasa inggris
Edisi 1….1st.ed. Edisi 3….3 rd.ed.
Edisi 2….2nd.ed. Edisi 4….4 th.ed.

8
d). Keterangan Penerbitan
Keterangan penerbit pada umumnya ditulis dalam tiga rangkaian, yaitu:
Tempat terbit, Nama penerbit dan Tahun terbit. Hal-hal yang perlu diperhatikan
apabila ada keterangan penerbitan yang tidak diketahui; tempat terbit, nama
penerbit, tahun terbit, penulisan pada kartu katalog adalah sebagai berikut:
1. S.l . atau (sine loco) jika tidak diketahui tempat / kota penerbitnya
2. S.n. atau (sine nomain) jika tidak diketahui nama penerbitnya
3. S.a. atau (sine alie) jika tidak diketahui tahun terbitnya
Dalam hal ini istilah dalam katalog boleh memakai istilah sendiri asalkan
dalam penggunaanya secara konsisten, misalnya: Tkt = tanpa kota terbit, apabila
kota terbit tidak diketahui, Tnp = tanpa nama penerbit, apabila nama penerbit tidak
diketahui dan Ttt = Tanpa tahun terbit, apabila tahun terbit tidak disebutkan.
Contoh:
Klaten : Intan Pariwara, 2000
S.l : Intan Pariwara, 2000
Klaten : S. n. , 2000
Klaten : Intan Pariwara, S.a
e. Deskripsi Fisik
Deskripsi fisik dapat diketahui pada jumlah halaman romawi, halaman angka
arab, keterangan lain pada isi buku misalnya, ilustrasi dan ukuran tinggi buku serta
ditambah bahan lain bila disertakan misalnya : disket, kaset, dan sebagainya.
Penggunaan dalam katalog dapat dilihat di bawah ini :
xii, 289 hal.: ilus.; 23 cm
xii, 289 hal.: ilus.; 23 cm + disket
f. Pernyataan Seri
Pernyataan seri biasanya ditulis di antara tanda kurung pada informasi buku,
misalnya (seri ceritera rakyat), (seri karaoke), (seri matematika), (seri lingkungan
hidup) dsb. Untuk penggunaannya ditulis pada paragraf baru
contoh sebagai berikut:
Seri ceritera rakyat
Seri karaoke
Seri matematika dsb.
g. Catatan
Catatan ditulis pada paragraf baru dan informasinya ditulis adalah keterangan
penting yang belum/tidak bisa dimasukkan dalam deskripsi utama. Dalam
penulisannya seperti contoh dibawah ini:
Komedi dalam dua babak
Terjemahan dari: La Muerte de Artemio Cruz
Disadur dari ceritera 1001 malam
h. Nomor Standar
Nomor standar buku atau ISBN (International Standard Book Number) ditulis
dibawah catatan, dalam penulisan pada katalog dapat dilihat sbb:
ISBN 0-904576-17-5 ; ISBN 979-511-659-2 ; ISBN 979-518-364-8

5. Menentukan Tajuk Entri Utama (TEU) dan Tajuk Entri Tambahan (TET)
a) Karya Perorangan
Karya perorangan terdiri dari satu pengarang, dua pengarang, tiga pengarang
dan atau lebih dari tiga pengarang. Ada juga karya pengarang campuran yaitu terdiri
pengarang asli dan editor ataupun ilustrator. Untuk hal tsb. tulislah nama pengarang
yang pertama sebagai tajuk entri utama dan pengarang lain sebagai tajuk entri
tambahan.
9
Dalam penulisan pengarang cataloger juga perlu memperhatikan nama-nama
yang digunakan oleh pengarang seperti, nama keluarga, nama panggilan, gelar
bangsawan, nama samaran, gelar keagamaan, dsb.

Tajuk entri utama (TEU)


Contoh:

 Budi daya lebah madu / oleh Budi Samadi


Budi daya lebah madu disusun oleh Ir. Budi Samadi

 Tajuk Entri Utama : SAMADI, Budi

 Ayo mengenal Indonesia: Jawa / oleh Yusnita, Maulana


Ayo mengenal Indonesia: Jawa disusun oleh Drs. Maulana Yusnita

 Tajuk Entri Utama: YUSNITA, Maulana

 Pengantar ilmu perpustakaan / oleh Sulistyo-Basuki


Pengantar ilmu perpustakaan disusun oleh Sulistyo-Basuki

 Tajuk Entri Utama: SULISTYO-BASUKI

 Pengantar ilmu perpustakaan / oleh Sulistyo Basuki


Pengantar ilmu perpustakaan disusun oleh Sulistyo Basuki

 Tajuk Entri Utama: BASUKI, Sulistyo

b) Karya Badan Korporasi


Karya badan korporasi terdiri dari instansi pemerintah dan swasta. Pilihlah tajuk
untuk nama badan korporasi langsung pada nama yang paling dikenal, dan gunakan
bentuk nama resmi sebagai tajuk untuk badan korporasi dari bentuk yang lain:
Contoh:
Bank Negara Indonesia 1946 Bukan B.N.I 1946
Perpustakaan Nasional RI Bukan Perpusnas RI
Gunakan bahasa yang resmi
Contoh:
Palang Merah Indonesia Bukan Indonesia Red Cross
Badan Tenaga Atom Nasional Bukan National Atomic Energy Centre

Tambahkan “Indonesia” pada pengarang badan korporasi sesuai letak geografisnya


dan berlaku untuk badan-badan dibawahanya.
Contoh :
Majelis Permusyawaratan Rakyat
INDONESIA. Majelis Permusyawaratan Rakyat
INDONESIA. Majelis Permusyawaratan Rakyat. Sekretariat Jendral
INDONESIA. Dewan Perwakilan Rakyat
JAWA TENGAH. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat I
MAGELANG (Kotamadya). Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat II

6. Penggunaan Nama Pengarang untuk Tajuk


1. Pengarang dengan menggunakan nama keluarga:
Robert Rudolf Daryanto Tajuk  DARYANTO, Robert Rudolf
Mohammad Hatta Tajuk HATTA, Mohammad
H. Sahetappy-Engel Tajuk SAHETAPPY-ENGEL, H
Tan Goan Po Tajuk TAN, Goan Po
Kho Ping Ho Tajuk KHO, Ping Ho
2. Pengarang dengan menggunakan nama panggilan
Dokter O Tajuk DOKTER O
Nyonya Rumah Tajuk NYONYA RUMAH
3. Pengarang dengan menggunakan gelar kebangsawanan
Pangeran Raden Hario Achmad Joyodiningrat

10
Tajuk JAYADININGRAT, Achmad, Pangeran Raden Hario
Teuku Umar Tajuk UMAR, Teuku
4. Pengarang Wanita dengan mengikutsertakan nama suaminya
Ny. Nani Sudarsono Tajuk SUDARSONO, Nani, Ny (nyonya)
Ny. Yanti Soewondo Suparmono Tajuk SOEWONDO SUPARMONO, Yanti,
Ny (nyonya)
5. Pengarang dengan gelar keagamaan
Kyai Haji Abdul Wahid Hasyim Tajuk HASYIM, Abdul Wahid, Kyai Haji
Uskup Agung Leo Sukoto Tajuk SUKOTO, Leo, Uskup Agung

7. Pembuatan Kartu Katalog


Beberapa macam pekerjaan pokok pada pengolahan bahan pustaka diantaranya adalah:
inventarisasi, identifikasi, klasifikasi, katalogisasi, pelabelan, barcoding dan sebagainya
Pengkatalogan merupakan salah satu pekerjaan pengolahan BP penting yang memerlukan
ketelitian.
Bahan pustaka yang perlu dibuatkan kartu katalog untuk koleksi perpustakaan
diantaranya:
- buku teks, buku referensi
- penerbitan pemerintah
- penerbitan berkala
- skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian atau karya ilmiah lain
- peta, atlas
- media non cetak.

Adapun untuk pembuatan kartu katalog online yakni cukup memasukkan data deskriptif
BP seperti contoh berikut ini:

LEMBAR KERJA
Tgl.Terima Bahasa Jml.Eks ISBN No.Induk No.Klas
01 -12-2010 Ind. 4 979-99012-0-0 1001078p 020/LAS/m
Jenis: Tajuk Entri: Lasa Hs
BPn
(Bk pengayaan) Judul: Manajemen perpustakaan sekolah
Asal: P Cet: 3 Edisi: -
Harga: Impresium: Yogyakarta: Pinus Book Publisher, 2009
Pusat/Fak/Jur/ Kolasi: vi, 228p.: il.: tab.; 21 cm.
………………. Jejakan: 1. Manajemen Perpustakaan 2. Library Management

Catatan x1-=DB. Pengolah: E.H Tanggal: 8 Des 2010

8. Pengetikan Katalog
Pengetikan katalog online/otomasi dari data di atas didata ke dalam komputer sesuai
formatnya, seperti:

11
Otomasi UNNES

Pencarian Canggih

o Cari Pustaka

 Menu
o Pustaka
o Tambah Pustaka
o Buku Tak Terdaftar
o Keanggotaan
o Peminjaman
o Pemesanan
o Skripsi
o Cetak Form Sirkulasi
o Laporan
o Kalender
o Jejaring Pustaka
o Berita
o Stock Opname

Cetak

o Barcode anggota
o Label Buku
o Cetak Due Slip Kosong
(kertas folio/F4)

lanjut >>>
12345

TAMBAH PUSTAKA
Asal Bahasa : Jml. eks. ISBN/ISSN: No Induk Pustaka : No. Klas :

Harga Tajuk Entri :


Pengarang *

Buku Referensi Tambahan Pengarang 1


Ya
Tambahan Pengarang 2
Buku Sirkulasi
Ya Penerjemah

Editor

12
Penyunting

Judul* :

Edisi: Cetakan :
Impresium :
Kota Terbit Penerbit* Tahun Terbit*
: ,
Kolasi :

Seri Pustaka :

Subjek/Kata Kunci :
Subject

Tanggal Permintaan : Tanggal Datang : Jenis*

- - - -
Kondisi Pustaka

Penjelasan Isi :
Koleksi *

Lokasi *

Foto Pustaka

File Sumber
Pustaka

D. PRINSIP-PRINSIP KLASIFIKASI BAHAN PUSTAKA

1. Pengertian
Dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya orang sering melakukan kegiatan klasifikasi,
misalnya pedagang buah-buahan yang mengelompokkan dagangannya menurut jenis buah-
buahan, seperti jeruk, mangga, apel atau durian yang masing-masing dikelompokkan menurut
jenis buah-buahan. Begitu juga dengan pedagang pakaian yang menyusun dagangannya
menurut kelompok atau jenis pemakainya, misalnya pakaian anak-anak, pakaian remaja,
pakaian pria, pakaian wanita, pakaian keagamaan, dan sebagainya. Di rumah, seperti di dapur,
ibu-ibu menata alat-alat dapur sedemikian rupa, misalnya sendok, garpu, piring, panci dan lain-

13
lain ditata terpisah satu dengan yang lain. Di sekolah, peserta didik dibagi dalam beberapa kelas,
misalnya kelas I, kelas II, kelas III dan seterusnya. Semua kegiatan tersebut termasuk kegiatan
pengklasifikasian (klasifikasi). Klasifikasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan
mengelompokkan suatu benda/hal yang sama dan sekaligus memisahkan benda/hal tersebut dari

 Memudahkan pencarian
yang tidak sama dengan tujuan:

 Memudahkan penyimpanan
 Supaya indah dipandang mata
Bahan pustaka dapat dikelompokkan (diklasifikasi) menurut ciri-ciri fisiknya, seperti; bentuk
buku, majalah, surat kabar, laporan, warna sampul, tebal-tipis, ukuran tinggi, pengarang, proyek,
nomor induk, tahun terima, dsb. yang lazim disebut “klasifikasi artifisial”. Akan tetapi di suatu
perpustakaan pada umumnya dilakukan klasifikasi berdasarkan ciri-ciri isi (subjek) yang lazim
disebut “klasifikasi fundamental”. Disamping itu, kebanyakan perpustakaan menyusun
koleksinya di rak dengan menganut sistem penempatan relatif (relative location); koleksi
disusun berdasarkan notasi (nomor klasfikasi), mulai dari kelas 000, 100, 200 dst.nya dari arah
kiri ke kanan. Susunan tersebut bersifat relatif, artinya susunan itu secara luwes akan bergeser
ke kiri atau ke kanan bila ada koleksi baru yang diterima perpustakaan.
Untuk dapat mewujudkan cara penyimpanan dan penyusunan koleksi perpustakaan, para pakar
ilmu perpustakaan (pustakawan) telah menciptakan berbagai bagan klasifikasi. Paling tidak saat

 Dewey Decimal Classification (DDC, 1876)


ini terdapat 3 (tiga) bagan klasifikasi yang banyak dipakai, yaitu:

 Universal Decimal Classification (UDC, 1899)


 Library of Congress Classification (LCC, 1899)


Adapun ciri-ciri bagan klasifikasi yang baik antara lain:


Universal (universal), mencakup semua ilmu


Mutakhir (up to date), selalu diperbarui dan direvisi


Mudah (user friendly) cara menggunakannya


Murah (economics) harganya


Luwes (flexible), dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
Banyak digunakan (well-known) yang akan memudahkan jaringan

2. Tujuan
Uraian di atas telah menjelaskan alasan dan keuntungan klasifikasi, namun secara


khusus tujuan klasifikasi di suatu perpustakaan adalah:


Memudahkan pengolahan


Memudahkan penyimpanan


Memudahkan mencari kembali


Menginformasikan subjek-subjek yang dimiliki


Memperlihatkan keseimbangan antar subjek


Menghemat tempat penyimpanan
Memberikan gambaran umum cakupan ilmu pengetahuan
3. Pedoman Praktis Analisis

 Judul, seringkali melalui judul saja suatu dokumen sudah dapat ditentukan
Untuk melakukan analisis subjek dapat dilakukan melalui:

 Daftar isi, adakalanya dengan melihat daftar isi suatu dokumen sudah diketahui
subjeknya.

 Daftar bacaan atau bibliografi yang digunakan oleh pengarang untuk menyusun
subjeknya.

 Membaca pendahuluan dari bahan pustaka tersebut.


karya tersebut.

 Membaca sebagian atau keseluruhan isi karya tersebut.


 Sarana bibliografi atau sumber rujukan, seperti: bibliografi, katalog, tinjauan buku.

14
 Menanyakan pada pakar, yaitu orang yang dianggap ahli dalam subjek tsb.
4. Prinsip Klasifikasi
Pada prinsipnya mengklasifikasi bahan pustaka harus sesuai dengan keinginan
pengarangnya. Namun demikian untuk orang lain diberikan beberapa cara yang dapat

 Kelaskan suatu karya, pertama menurut subjeknya kemudian diikuti bentuk


dijadikan pedoman dalam penentuan notasi, yaitu:

penyajiannya kalau perlu.

Kamus istilah koperasi  klas 334.03


Contoh:

334 = Koperasi (sebagai subjek)

 Kelaskan pada suatu subjek yang lebih khusus (spesifik).


-03 = Kamus (bentuk penyajiannya)

Mengenal matahari kita  klas 523.7 pada “Matahari” (khusus)


Contoh:

tidak pada klas 520  Astronomi (umum)

 Apabila suatu dokumen memiliki 2 (dua) subjek atau lebih, kelaskan pada subjek
yang paling dominan.
Contoh:
Dasar-dasar fisika dan kimia,
pilih antara klas 530 atau 540, ambil yang dominan

 Apabila subjek spesifik terlalu banyak, maka pilih subjek umumnya.


Contoh:
Mengenal fauna Indonesia, di dalamnya terdapat berbagai jenis
binatang, maka kelompokkan pada “binatang atau zoologi” tidak
pada masing-masing binatang tersebut; golongkan dalam. klas 590 atau 636
 Apabila subjek dokumen mempengaruhi subjek yang lain, maka pilih subjek yang
dipengaruhi.
Contoh:
Pengaruh agama Hindu pada agama Islam, masukkan dalam
Islam klas 2X0 atau 297 bukan pada Hindu klas 294.5

 Apabila salah satu subjek digunakan sebagai alat membahas subjek lain, maka
pilihlah subjek yang menggunakan alat tersebut.
Contoh:
Pelajaran bahasa Inggris melalui televisi. Masukkan dalam klas
bahasa Inggris klas 420 bukan televisi klas 384.5
 Apabila suatu karya memiliki subjek yang disajikan untuk kepentingan pemakai
bidang tertentu (kelompok tertentu) maka kelaskan pada subjek yang disajikan.
Contoh:
Kursus bahasa Arab untuk jamaah haji. Masukkan dalam klas
bahasa Arab klas 492.7 bukan haji klas 2X4.1 atau 297.1

5. Sejarah Singkat Klasifikasi DDC (Dewey Decimal Classification)


Klasifikasi Persepuluhan Dewey (selanjutnya disingkat DDC) adalah hasil karya Melvil Dewey
(1851-1931), seorang pustakawan di Ambers College, Massachusset Amerika Serikat. Pada
tahun 1876 ia menerbitkan DDC edisi pertama dengan judul “A Classification and Subject index
for cataloging and arranging the book and pamphlet of a library”. Terbitan pertama tersebut

15
hanya terdiri dari 42 halaman yang berisi 12 halaman pendahuluan, 12 halaman bagan dan 18
halaman indeks. DDC terus menerus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Pada tahun
2003 diterbitkan DDC edisi ke-22. Selain edisi lengkap, DDC juga tersedia dalam bentuk “edisi
ringkas.” Edisi ringkas dimaksudkan untuk digunakan pada perpustakaan yang memiliki koleksi
kurang dari 20.000 judul.
Kelestarian DDC tetap terus terjaga karena ada sebuah lembaga yang mengawasinya yaitu:
The Lake Placed Education Foundation and The Library of Congress di Amerika Serikat.
Kemutakhirannya dilakukan dengan selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Minimal
setiap sepuluh tahun diterbitkan DDC dengan edisi revisi terbarunya. Selanjutnya untuk
komunikasi dengan pengguna, diterbitkanlah warta (newsletter) dengan judul DC& (Decimal
Classification Added, Notes and Decisions).
Untuk menampung keluhan terhadap DDC yang cenderung condong ke Amerika, Kristiani,
Bahasa Inggris, Sastra Amerika, dsb.nya, DDC menyediakan pilihan/opsi (optional) yang dapat
dipertimbangkan oleh pengguna DDC. Di Indonesia misalnya, klas 2X0 – Islam (pada edisi ke-
21 dan 22 dengan notasi 297), 410 (Bahasa Indonesia) dan 810 (Sastra Indonesia) adalah
contoh memanfaatkan opsi yang diberikan DDC.
Saat ini DDC telah digunakan lebih dari 135 negara dan diterjemahkan kedalam lebih dari 30
bahasa. Di Indonesia penggunaan DDC untuk klasifikasi sangat populer, hampir semua
perpustakaan di Indonesia menggunakan DDC. DDC edisi ringkas telah diterjemahkan ke dalam
Bahasa Indonesia oleh Perpustakan Nasional RI. Disamping itu beberapa pustakawan lain
mengadakan terjemahan dan melakukan adaptasi untuk subjek-subjek tertentu. Uraian dalam
makalah ini didasarkan pada Terjemahan Ringkas Klasifikasi Desimal Dewey & Indeks Relatif
yang diterbitkan oleh Perpustakaan Nasional RI pada tahun 1993.

 Bagan (schedules)
Secara umum DDC terdiri dari 3 (tiga) komponen utama yaitu:

 Indeks relatif (relatives index)


 Tabel-tabel (tables)

1. Bagan (Schedules)
Bagan merupakan batang tubuh DDC. Didalam bagan ini semua ilmu disusun
sedemikian rupa dan diberi kode angka yang disebut dengan notasi. Notasi dalam
bentuk angka terdiri dari tiga angka. Apabila terdapat 4 (empat) angka atau lebih, maka
antara angka ketiga dan keempat diberi tanda titik (.) seperti pada contoh 332.1 (Bank
dan perbankan).

 10
Dengan prinsip desimal, DDC memberikan tiga ringkasan yang terdiri dari :

 100 divisi
klas utama

 1000 seksi dari bagan utama

Bila diinginkan masing-masing seksi dibagi pula secara desimal pada beberapa sub seksi.
a. Klas Utama (10 ringkasan pertama), yaitu:
000 Karya umum
100 Filsafat & Psikologi
200 Agama
300 Ilmu-ilmu sosial
400 Bahasa
500 Ilmu-ilmu murni dan matematika
600 Ilmu-ilmu terapan (Teknologi)
700 Kesenian, hiburan, olahraga
800 Kesusastraan
900 Geografi, Biografi dan Sejarah
FIC Fiksi atau ditulis dng FIK

16
b. Divisi (100 ringkasan kedua)
Setiap kelas utama dibagi secara desimal menjadi sub klas yang disebut “divisi”
(100 ringkasan kedua)
Contoh: Misalnya diambil dari klas 300 (Ilmu-ilmu sosial):
300 Ilmu-ilmu sosial
310 Statistik umum
320 Ilmu politik
330 Ilmu ekonomi
340 Ilmu hukum
350 Administrasi negara (Pemerintahan), Ilmu militer
360 Layanan sosial, Asosiasi
370 Pendidikan
380 Perdagangan, Komunikasi dan Pengangkutan
390 Adat istiadat, Etiket dan Foklore

c. Seksi (1000 ringkasan ketiga)


Kemudian divisi ini dibagi menjadi 10 sub divisi yang disebut ‘seksi’ (1000
ringkasan ketiga)
Contoh : Misalnya diambil divisi klas 370 (Pendidikan)
370 Pendidikan
371 Sekolah
372 Pendidikan dasar
373 Pendidikan lanjutan
374 Pendidikan orang dewasa
375 Kurikulum
376 tidak digunakan lagi [unassigned]
377 tidak digunakan lagi [unassigned]
378 Pendidikan tinggi
379 Pendidikan dan negara
Selanjutnya notasi tersebut dapat dibagi lagi secara desimal apabila dikehendaki.
Contoh : Misalnya diambil seksi klas 371 (Sekolah)
371 Sekolah
371.1 Pengajaran dan para pengajar
371.2 Administrasi dan manajemen sekolah
371.3 Metode mengajar dan belajar
371.4 Bimbingan dan penyuluhan
371.5 Disiplin sekolah
371.6 Sarana fisik (seperti; gedung, peralatan, laboratorium)
371.7 Kesehatan dan keamanan sekolah
371.8 Siswa
371.9 Pendidikan khusus atau Sekolah luar biasa
Dari contoh-contoh di atas dapat disimpulkan bahwa semakin khusus suatu subjek
maka semakin panjang notasinya. (ringkasan klas utama dan divisi terlampir)
2. Indeks Relatif
Untuk membantu mencari notasi suatu subjek dalam klasifikasi, DDC menyediakan
“Indeks relatif”. Pada indeks relatif ini terdapat sejumlah istilah yang disusun berabjad.
Istilah-istilah tersebut mengacu ke notasi yang ada dalam bagan. Pada indeks ini
terdaftar juga sinonim untuk suatu istilah dan juga hubungan-hubungan dengan subjek
lainnya. Namun demikian kita tidak boleh menentukan klasifikasi berdasarkan indeks
saja. Setelah notasi ditemukan dalam indeks, maka harus diperiksa dalam bagan atau
tabel.
Contoh:

17
Untuk subjek “Pendidikan” terdapat sebagai berikut:
Pendidikan 370
Adminitsrasi 371.2
Departemen 353.8
Etika 370.1
Hukum 344.07
Subsidi 379
Dengan demikian untuk “pendidikan” terdapat sejumlah notasi yang dapat mewakili
subjek tsb dan tergantung pada aspek yang dibahas. Apabila pendidikan secara umum
notasinya klas 370, maka yang terkait dengan subsidi adalah klas 379, pemerintahan
klas 353.8 dan undang-undang pada klas 344.07.
Disamping melalui indeks relatif, pengguna DDC dapat pula mencari notasi secara
langsung dan bertahap, mengikuti tahap ringkasan yang ada. Pertama-tama tentukan
klas utama subjek tersebut. (lihat ringkasan pertama). Kemudian dari klas utama yang
dipilih tentukan divisinya (lihat ringkasan kedua). Apabila divisinya telah ditemukan
selanjutnya tentukan seksi (lihat ringkasan ketiga). Jika tidak tersedia ringkasan ketiga,
maka langsung lihat ke dalam bagan.

Contoh: “Penyakit Malaria”


 Klas 600  Divisi 610  Seksi 616  Sub seksi 616.9, dstnya.

Indeks relatif mengacu kepada notasi yang terdapat pada bagan atau pada notasi yang

Contoh : Kamus Koperasi Indonesia pada klas  334.03598


terdapat dalam tabel yang diberi kode T1 atau T2.

Indonesia T2 -598 = lihat dalam Tabel 2


Kamus T1 -03 = lihat dalam Tabel 1
Koperasi 334 = lihat dalam Bagan

3. Tabel-Tabel
Untuk memperluas dan mengkhususkan suatu klasifikasi bahan pustaka, dalam DDC
terdapat notasi “tabel-tabel” yang dapat ditambahkan pada notasi dalam bagan. Pada

 Tabel Subdivisi Standar (T1)


DDC terdapat 7 (tujuha) tabel yaitu:

 Tabel Wilayah (T2)


 Tabel Bentuk Sastra (T3)
 Tabel Bentuk Bahasa (T4)
 Tabel Ras, Suku, Etnik dan Kebangsaan (T5)
 Tabel Bahasa (T6)
 Tabel Orang / profesi (T7)  ini tidak dimuat dalam edisi terjemahan. (pada
edisi 22 (2003) Tabel 7 tidak lagi dimunculkan secara tersendiri)
Notasi yang terdapat pada masing-masing tabel tidak pernah berdiri sendiri, tetapi
selalu ditambahkan pada notasi yang terdapat dalam bagan.
Cara penambahan notasi tabel dengan notasi bagan adalah sebagai berikut:
a). Tabel Subdivisi Standar (T1)
Tabel 1 (T1) bertujuan untuk menjelaskan bentuk suatu karya, misalnya bentuk
kamus, penelitian, organisasi, sejarah, dsb. Cara penggunaan T1 adalah

 Tidak ada perintah


sebagai berikut :

Apabila tidak ada perintah/contoh dalam bagan, maka notasi bagan dapat
ditambah langsung dengan notasi T1.
Contoh: “Penelitian Sekolah Dasar pada klas  372. 072
18
372 = Sekolah Dasar (lihat bagan)
-072 = Penelitian (T1)
Penulisan subyeknya = Sekolah Dasar – Penelitian
 Sudah terdaftar
Dalam kasus tertentu, notasi subdivisi standar sudah tercantum dan

Contoh: Kamus filsafat pada klas  103 - (terdaftar)


bergabung pada bagan.

 Perintah menggunakan lebih dari satu nol


Penulisan subyeknya = Filsafat - Kamus

Untuk menghindari duplikasi makna notasi, dalam DDC adakalanya


diharuskan penggandaan nol untuk penambahan T1

Contoh : Majalah perternakan pada klas  636.005


636 = Perternakan (bagan)
-05 = Penerbitan berseri/majalah (T1)
Penulisan subyeknya = Peternakan – Majalah
 Dilarang menggunakan
Adakalanya T1 tidak boleh ditambahkan pada notasi bagan.
Contoh : Filsafat kurikulum tetap pada klas  375
bukan klas 375.01 (karena pada klas 375 dilarang menggunakan
subdivisi standar (T1)
Catatan:
Dalam edisi lengkap tidak ada larangan menggunakan T1, tetapi terdapat
instruksi menggunakan tiga nol (000) atau empat nol (0000) antara notasi
bagan dengan notasi T1

b). Tabel Subdivisi Wilayah (T2)


Tabel 2 (T2) disediakan DDC untuk menambahkan aspek tempat pada subjek
tertentu. Misalnya “SMU di Aceh” mendapat notasi 373.5981 yang terdiri
dari notasi 373 (bagan) = SMU, notasi -5981 adalah wilayah Sumatera (T2)

 Tidak ada instruksi penggunaan T2


termasuk juga Aceh. Lengkapnya cara penggunaan T2 adalah sebagai berikut:

Apabila pada bagan tak ada perintah khusus mengenai penggunaan T2 ini,
maka sebelum menggunakan tabel 2 harus diawali dengan –09 sebagai
interposisi wilayah dari T1.
Rumus:  Notasi Bagan + -09
Contoh : Perkembangan bank di Bali  332.109 598 6
+ Notasi T2

332.1 = Bank dan perbankan (bagan)


--09 = Interposisi wilayah (T1)
--5986 = Bali (T2)
Penulisan subyeknya = Bank dan perbankan – Bali
 Ada instruksi langsung penggunaan T2
Apabila terdapat instruksi untuk penambahan notasi T2 langsung pada
subjek, maka tidak perlu menggunakan interposisi –09.
Rumus : 
 378.72
Notasi bagan + Notasi T2
Contoh : Pendidikan tinggi di Meksiko
378 = Pendidikan tinggi (bagan)
--72 = Mesksiko (T2) (tanpa –09)
Penulisan subyeknya = Pendidikan Tinggi – Meksiko

19
c). Tabel Subdivisi Kesusasteraan (T3)
Notasi T3 ini hanya digunakan untuk klas 800 (kesusasteraan) dan dapat
ditambahkan langsung. Rumus :  Notasi bagan + Notasi T3
Contoh : Fiksi Belanda  839.33
839.3 = Kesusasteraan Belanda
--3 = Fiksi (T3)

Salah asuhan (fiksi Indonesia)  813


Penulisan subyeknya = Fiksi Belanda

Penulisan subyeknya = Fiksi Indonesia

d). Tabel Subdivisi Bentuk Bahasa (T4)


Tabel T4 ini hanya digunakan untuk klas 400 (bahasa) dan ditambahkan
langsung. Rumus :  Notasi bagan + Notasi T4
Contoh : Tata bahasa Arab  492.75
492.7 = Kesusasteraan Arab (bagan)
--5 = Tata Bahasa (T4)
Penulisan subyeknya = Kesusateraan Arab – tata bahasa
Pengantar tata bahasa Indonesia  415

e). Tabel Subdivisi Ras, Etnik dan Bangsa (T5)


Notasi T5 ini digunakan untuk subjek yang dikaitkan dengan aspek ras, etnik
tertentu. dsbnya. Apabila tidak ada perintah dalam bagan untuk
menggunakannya secara langsung, maka sebelum menggunakan notasi T5
harus diawali dengan interposisi - 089 (T1)
Rumus :  Notasi bagan + --089 + Notasi T5
Contoh : Masakan Cina = 641.5.089 951
641.5 = Masakan (Bagan)
--089 = Aspek Ras (T1)
--951 = Orang Cina (T5)
Penulisan subyeknya = Masakan Cina
Musik rakyat Madura = 781.60891
781.6 = Musik rakyat (bagan)
--089 = Aspek Ras (T1)
--1 = Orang Madura, Indonesia (T5)
Penulisan subyeknya = Musik Tradisional ( Madura)

f). Tabel Bahasa (T6)


Tabel 6 (T6) disediakan untuk menambah jenis bahasa tertentu pada subjek
tertentu. Penggunaannya sangat terbatas dan digunakan hanya kalau ada
instruksi.
Rumus :  Notasi bagan + Notasi T6 atau
Notasi bagan + Notasi T4 + Notasi T6
Contoh: Terjemahan Al Qur’an dalam bahasa Prancis  2X1. 241
2X1.2 = Terjemahan Al Qur’an (bagan)
--41 = Bahasa Perancis (T6)
Penulisan subyeknya = Al Qur’an - Terjemah – Prancis
Kamus Inggris - Jepang  495.6321
495.6 = Bahasa Jepang (bagan)
--3 = Kamus (T4)
--21 = Bahasa Inggris (T6)
Penulisan subyeknya = Bahasa Inggris – Kamus – Jepang
20
g). Prinsip “Tambahkan Pada …” (add to.. )
Pada DDC ada kalanya perluasan notasi tidak diambil dari notasi tabel (T1 - T7),
tetapi diperluas dengan mengambil sebagian atau seluruh dari notasi bagan lainnya.
Pada DDC edisi ringkas hal ini tidak banyak ditemukan, tetapi pada edisi lengkap
sering ditemukan. Cara ini sering disebut dengan istilah ”tambahkan pada..” atau
“bagi seperti...”. Sebagai contoh subjek “botani” dan “zoologi” dapat dibagi
seperti pembagian yang dilakukan untuk subjek “biologi”  klas 574.
Rumus  Notasi bagan + Notasi bagan sebagian atau seluruhnya
Contoh : Ekologi tumbuh-tumbuhan  581.5
581 = Botani/tumbuh-tumbuhan (bagan)
5 = Ekologi, dari 574.5 (bagan)

Fisiologi hewan  591.1


591 = Zoologi (bagan)

Bibliografi pendidikan  Klas 016.37


1 = Fisiologi dari 574.1 (bagan)

Analisis : 016 = Bibliografi (bagan)


37 = Pendidikan dari 370 (bagan seluruhnya). Angka 0 di
belakang 37 dihilangkan karena setelah 3 angka tidak
ada angka nol (0) paling akhir notasi

4. Kebijakan Klasifikasi
a). Dalam penggunaan DDC pengkatalog dapat mengambil kebijakan sesuai dengan
kebutuhan dan tenaga yang dimiliki perpustakaan. Pustakawan dapat membuat

 Hanya menggunakan bagan, tanpa tabel sama sekali


kebijakan, misalnya:

 Bagan yang digunakan hanya pada Klas utama, Divisi atau Seksi saja,

 Untuk klas tertentu sangat rinci sampai ke sub-seksi, sedangkan subjek


dstnya.

 Menggunakan Bagan dan Tabel secara terpilih


yang tidak banyak koleksinya pada Klas utama atau Divisi saja.

 Menggunakan Bagan dan Tabel dan mengikuti Prinsip perintah


tambahkan.
b). Apabila memiliki DDC edisi terbaru, jika memungkinkan sebaiknya dilakukan
“klasifikasi ulang” (reclassification). Jika tidak mungkin hanya koleksi baru
dengan DDC baru, dan dibuatkan acuan atau penunjukan kalau ada notasi yang
mengalami perubahan atau penambahan.
c). Terhadap opsi (pilihan) yang terdapat dalam edisi bahasa Indonesia, pustakawan
dapat mempertimbangkan untuk mengikutinya atau tidak. Meskipun Perpustakan
Nasional RI adalah penggagas notasi Islam 2X0, tetapi dalam pengolahan di
Perpustakaan Nasional tetap menggunakan Klas 297 untuk agama Islam.
d). Khusus untuk buku-buku mengenai “Biografi” notasi 920 dapat diganti dengan
huruf B dan mengenai “Fiksi” (novel) dengan huruf F.
e). Tanda baca kurung siku - [ ] - dalam DDC berarti notasi yang ada didalamnya
sudah tidak digunakan lagi, contoh [778.1]. Sedangkan tanda baca kurung
biasa - ( ) - sebaiknya tidak digunakan, contoh (-016) pada T1.
f). Apabila dalam melakukan analisis subjek atau mementukan notasi terdapat
keragu-raguan, sebaiknya dimusyawarahkan antar pustakawan untuk menentukan
subjek atau notasi bahan pustaka tsb.

21
g). Kesalahan dalam analisis subjek akan berakibat kesalahan dalam menentukan
notasi. Selanjutnya akan terjadi kesalahan dalam penyimpanan di perpustakaan.
Untuk perpustakaan dengan layanan sistem terbuka (open access) kesalahan
tersebut berakibat fatal, pemakai tidak akan menemukan buku yang dicarinya
karena salah penempatan koleksinya.

Contoh-Contoh Kartu Katalog:

KARTU KATALOG UTAMA

539
HOL HOLLIDAY, David
F Fisika modern=Physics / David Holliday,
Robert Resnick ; Pantur Silaban (alih bahasa).
– ed.3. – Jakarta : Erlangga, 1990
X, 243 p.: il.; 24 cm.

KARTU KATALOG PENGARANG KE 2

Resnick, Robert
539
HOL HOLLIDAY, David
F Fisika modern=Physics / David Holliday,
Robert Resnick ; Pantur Silaban (alih bahasa)
. – ed.3. – Jakarta : Erlangga, 1990
X, 243 p.: il.; 24 cm.

KARTU KATALOG PENGARANG KE-3


-
Silaban Pantur (alih Bahasa)
539
HOL HOLLIDAY, David
F Fisika modern=Physics / David Holliday,
Robert Resnick ; Pantur Silaban (alih bahasa)
. – ed.3. – Jakarta : Erlangga, 1990
X, 243 p.: il.; 24 cm.

22
KARTU KATALOG JUDUL

Fisika Modern=Physics
539
HOL HOLLIDAY, David
F Fisika modern=Physics / David Holliday,
Robert Resnick ; Pantur Silaban (alih bahasa)
. – ed.3. – Jakarta : Erlangga, 1990
X, 243 p.: il.; 24 cm.

KARTU KATALOG SUBYEK Bhs.Ind.

FISIKA MODERN
539
HOL HOLLIDAY, David
F Fisika modern=Physics / David Holliday,
Robert Resnick ; Pantur Silaban (alih bahasa)
. – ed.3. – Jakarta : Erlangga, 1990
X, 243 p.: il.; 24 cm.

KARTU KATALOG SUBYEK Bhs.Asing

MODERN PHYSICS
539
HOL HOLLIDAY, David
F Fisika modern=Physics / David Holliday,
Robert Resnick ; Pantur Silaban (alih bahasa)
– ed.3. – Jakarta : Erlangga, 1990
X, 243 p.: il.; 24 cm.

23
DAFTAR BACAAN

Dewey, Melvil. 2006. Dewey Decimal Classification and Relative Index Ed. 22. Dublin:
Online Computer Library Center, Inc.

Gorman, Michael. 1986. AACR2 Ringkasan. Jakarta: Proyek Pengembangan Perpustakaan Jakarta.
Pusat Pembinaan Perpustakaan.

Hamakonda, Towa P. 1991. Pengantar Klasifikasi Persepuluhan Dewey. Jakarta: BPK Gunung
Mulia.

Yusuf, Pawit M, 2007. Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, Jakarta: Kencana

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. 1995. Daftar Tajuk Subyek untuk Perpustakaan. Jakarta:
Perpustakaan Nasional R.I.

Sumardji, P.1992. Peraturan Teknis Pelaksanaan Pembuatan/Pengetikan Kartu Katalog di


Perpustakaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press”.

Zen, Zulfikar. 2006. Prinsip Dasar Klasifikasi dan DDC Edisi 22 Tahun 2003. Makalah Pada
Pelatihan Bimbingan Teknis Klasifikasi). Semarang: Kantor Perpustakaan Daerah Jawa
Tengah.

***

24

Anda mungkin juga menyukai