Kebencanaan
Kebencanaan
Arsitektur Kebencanaan
EAH67743
Mohamad Fikri Datuela (551421072)
Bencana alam: Bencana alam adalah salah satu isu kebencanaan yang paling sering
terjadi. Beberapa upaya mitigasi yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak
bencana alam meliputi:
Peningkatan kesiapsiagaan masyarakat melalui pelatihan dan simulasi
Identifikasi risiko bencana dan perencanaan evakuasi yang tepat
Pembangunan infrastruktur yang tangguh dan aman, seperti bangunan yang tahan
gempa atau banjir
Peningkatan sistem peringatan dini dan sistem informasi bencana
Pengembangan teknologi yang memungkinkan pengamatan dan pemantauan lebih
akurat atas potensi bencana alam.
Bencana buatan manusia: Bencana buatan manusia dapat terjadi karena kesalahan
manusia dalam mengelola lingkungan atau karena kegiatan industri dan teknologi.
Beberapa upaya mitigasi yang dapat dilakukan meliputi:
Peningkatan kesadaran dan edukasi masyarakat terkait risiko bencana buatan
manusia
Peningkatan standar keselamatan dan kualitas produksi industri
Peningkatan pengawasan dan regulasi oleh pemerintah dan lembaga terkait
Perencanaan dan pengaturan tata ruang yang baik untuk mengurangi dampak
bencana akibat kegiatan industri.
Perubahan iklim: Perubahan iklim menjadi isu kebencanaan yang semakin mendesak,
karena dapat memicu terjadinya bencana alam seperti banjir, kekeringan, dan badai.
Beberapa upaya mitigasi yang dapat dilakukan meliputi:
Peningkatan kesadaran masyarakat terkait dampak perubahan iklim
Pengurangan emisi gas rumah kaca dan penggunaan energi terbarukan
Peningkatan konservasi dan restorasi ekosistem untuk mengurangi dampak perubahan
iklim
Peningkatan kebijakan dan regulasi yang mendukung mitigasi perubahan iklim.
Dalam keseluruhan isu kebencanaan dan mitigasinya, kesadaran dan kerjasama antara
masyarakat, pemerintah, dan lembaga terkait menjadi kunci dalam menciptakan lingkungan
yang lebih aman dan tangguh dalam menghadapi bencana.
B. Kontribusi Arsitektural Dalam Konteks Sosial Budaya Dan Agama Menanggapi Isu
Kebencanaan
Arsitektur dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam konteks sosial,
budaya, dan agama untuk menanggapi isu kebencanaan. Dalam hal ini, arsitektur tidak hanya
berperan sebagai elemen fisik bangunan, tetapi juga sebagai sarana untuk membangun
masyarakat yang lebih kuat dan tangguh dalam menghadapi bencana. Berikut adalah
beberapa cara di mana arsitektur dapat memberikan kontribusi dalam konteks sosial, budaya,
dan agama untuk menanggapi isu kebencanaan:
Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap bencana Arsitektur dapat membantu
meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bencana melalui desain bangunan yang
aman dan tangguh, serta mengintegrasikan sistem peringatan dini dan evakuasi dalam
bangunan dan lingkungan sekitarnya.
Memperkuat identitas budaya dan agama Desain arsitektur yang mencerminkan
identitas budaya dan agama dapat membantu memperkuat ikatan sosial dan budaya
masyarakat dalam menghadapi bencana. Bangunan yang dirancang dengan
mempertimbangkan nilai-nilai budaya dan agama dapat menjadi pusat kegiatan dan
tempat perlindungan saat terjadi bencana.
Pengembangan bangunan ramah lingkungan Arsitektur dapat membantu mengurangi
dampak bencana pada lingkungan dengan membangun bangunan yang ramah
lingkungan dan berkelanjutan. Bangunan yang ramah lingkungan dapat membantu
mengurangi konsumsi energi, air, dan bahan bangunan, serta meminimalkan dampak
lingkungan pada saat terjadi bencana.
Pembangunan fasilitas publik yang dapat digunakan saat terjadi bencana Arsitektur
dapat membantu mengembangkan fasilitas publik seperti taman dan lapangan terbuka
yang dapat digunakan sebagai tempat perlindungan saat terjadi bencana. Fasilitas
publik ini dapat menjadi pusat koordinasi dan bantuan dalam situasi darurat.
Kolaborasi dan keterlibatan masyarakat dalam proses desain arsitektur Kolaborasi dan
keterlibatan masyarakat dalam proses desain arsitektur dapat membantu membangun
komunitas yang lebih tangguh dan memperkuat ikatan sosial dalam menghadapi
bencana. Proses desain yang melibatkan masyarakat dapat membantu menciptakan
bangunan yang lebih berarti dan bermanfaat bagi masyarakat.
Standar teknis bangunan gedung adalah kumpulan aturan, ketentuan, dan panduan
teknis yang mengatur tentang persyaratan teknis yang harus dipenuhi dalam perencanaan,
pembangunan, dan pemeliharaan bangunan gedung. Standar teknis ini dibuat untuk
memastikan bahwa bangunan gedung yang dibangun aman, berfungsi dengan baik, dan
memenuhi persyaratan kelayakan lainnya.
Di Indonesia, standar teknis bangunan gedung diatur oleh beberapa peraturan
perundang-undangan, antara lain:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Bangunan Gedung Peraturan
Pemerintah ini mengatur tentang persyaratan teknis bangunan gedung, termasuk
persyaratan perencanaan, konstruksi, dan pemeliharaan bangunan gedung.
2. SNI (Standar Nasional Indonesia) 1726-2012 tentang Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non-Gedung SNI ini
mengatur tentang persyaratan teknis perencanaan bangunan gedung dan non-gedung
dalam menghadapi gempa bumi.
3. SNI 03-1729-2013 tentang Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung SNI ini mengatur tentang persyaratan teknis perencanaan struktur beton
untuk bangunan gedung.
4. SNI 03-2847-2013 tentang Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan
Gedung SNI ini mengatur tentang persyaratan teknis perencanaan struktur baja untuk
bangunan gedung.
Standar teknis bangunan gedung ini mencakup berbagai aspek seperti perencanaan,
konstruksi, struktur, sistem mekanikal dan elektrikal, penggunaan bahan bangunan,
keamanan, dan lingkungan. Standar ini juga dapat disesuaikan dengan jenis bangunan
gedung, seperti gedung perkantoran, gedung rumah sakit, gedung pabrik, dan sebagainya.
Penerapan standar teknis bangunan gedung yang tepat dapat memastikan bahwa
bangunan gedung aman, dapat bertahan lama, dan dapat berfungsi dengan baik untuk jangka
waktu yang lama. Hal ini sangat penting untuk kenyamanan, keselamatan, dan kesehatan
penghuni bangunan gedung.