Anda di halaman 1dari 164

PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE JIGSAW PADA PEMBELAJARAN PAI ASPEK AL-


QUR’AN DI KELAS XI F1 SMA N 2 PADANG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar


Sarjana Pendidikan Strata Satu (S1)

Oleh
ILHAM PUTRA ARSA
NIM. 19329017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023

ii
Abstrak
Dalam proses pembelajaran di kelas, guru memiliki tugas memberikan
pemahaman kepada siswa. Untuk itu guru harus mampu memilih metode dan
model pembelajaran yang tepat guna memberi pemahaman kepada siswa dan
tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Pada umumnya di beberapa
sekolah masih ada guru yang menggunakan metode konvensional dalam
pembelajaran PAI, seperti metode ceramah, tanya jawab, penugasan, dan
sebagainya. Bukan berarti metode tersebut tidak bagus akan tetapi jika
penggunaan metode tersebut dalam waktu yang lama maka akan membuat siswa
mudah bosan dan tidak bersemangat sehingga pembelajaran menjadi tidak efektif.
Maka dalam hal ini dibutuhkan pembaruan yakni penggunaan suatu model
pembelajaran yang bukan hanya memberi pemahaman kepada siswa akan tetapi
juga meningkatkan keaktifan dan semangat dalam diri siswa dalam pembelajaran
PAI. Pada pembelajaran PAI ada beberapa aspek materi seperti aspek alquran,
fiqih, akidah, akhlak, dan sejarah. Dalam penelitian ini peneliti akan membahas
bagaimana penggunaan model Jigsaw dalam pembelajaran PAI aspek alquran.
Adapun sumber pendidikan agama Islam adalah alquran dan hadis yang mana
dalam pelaksanaan pembelajaran PAI di kelas dimuat dalam bentuk modul ajar.
Salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif jigsaw. Keunggulan
penggunaan model jigsaw dalam pembelajaran PAI adalah mampu meningkatkan
motivasi dan keaktifan siswa karena dalam pelaksanaan model ini siswa harus
bekerjasama dan berinteraksi dengan temannya dalam kelompok untuk membahas
materi yang ditugaskan sehingga akan tertanam dalam diri siswa sikap tanggung
jawab dan percaya diri. Hal tersebut dapat meningkatkan motivasi dan keaktifan
siswa dalam belajar sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan
pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Sumber data dalam penelitian ini adalah Guru PAI
dan siswa kelas XI F1. Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 2 Padang.
Data yang diperoleh dianalisis dengan reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan. Teknik keabsahan data yang digunakan adalah teknik triangulasi
yaitu triangulasi sumber dan triangulasi metode.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
pada pembelajaran PAI dapat meningkatkan keaktifan siswa dan motivasi siswa
dalam pembelajaran PAI. Hal tersebut dapat dilihat dari keterlibatan siswa dalam
diskusi, kemampuan menjelaskan materi dan kerjasama kelompok, serta hasil
belajar yang mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Keberhasilan model Jigsaw
tersebut juga didukung oleh perencanaan yang matang dari guru PAI, mulai dari
mempersiapkan modul ajar yang terdiri dari Capaian Pembelajaran, Alur Tujuan
Pembelajaran, selain itu juga mempersiapkan media belajar, sarana dan prasarana
serta pendukung lainnya. Kemudian pelaksanaannya yang memperhatikan gaya
belajar siswa, kesiapan untuk menerima pembelajaran, memberikan ice breaking,
dan menjelaskannya dengan metode yang sesuai. Evaluasi yang dilakukan oleh
guru PAI untuk mengetahui keberhasilan model Jigsaw adalah dengan tes tertulis,

i
ulangan harian, LKPD, ujian, keaktifan dalam diskusi, membaca Al-Qur'an
dengan baik dan benar, dan hasil belajar yang sesuai harapan.

Kata Kunci: Pelaksanaan, Model Jigsaw, PAI.

ii
Abstract

In the learning process in the classroom, the teacher has the task of providing
understanding to students. For this reason, teachers must be able to choose
appropriate learning methods and models to provide understanding to students
and learning objectives can be achieved properly. In general, in some schools
there are still teachers who use conventional methods in teaching PAI, such as the
lecture method, questions and answers, assignments, and so on. This does not
mean that the method is not good, but if the method is used for a long time it will
make students easily bored and unenthusiastic so that learning becomes
ineffective. So in this case an update is needed, namely the use of a learning
model that not only gives understanding to students but also increases the activity
and enthusiasm of students in learning PAI. In PAI learning there are several
material aspects such as aspects of the Koran, fiqh, creed, morals, and history. In
this study, researchers will discuss how to use the Jigsaw model in learning PAI
aspects of the Koran. The sources of Islamic religious education are the Koran
and hadith which in the implementation of PAI learning in class are contained in
the form of teaching modules. One of them is the jigsaw cooperative learning
model. The advantage of using the jigsaw model in PAI learning is that it can
increase student motivation and activity because in implementing this model
students must work together and interact with their friends in groups to discuss
assigned material so that it will instill in students an attitude of responsibility and
confidence. This can increase student motivation and activeness in learning so
that learning objectives will be achieved.

The method used in this research is a qualitative method with a descriptive


approach. Data collection techniques used are observation, interviews, and
documentation. The data sources in this study were PAI teachers and class XI F1
students. This research was conducted at SMA N 2 Padang.

The data obtained were analyzed by data reduction, data presentation, and
drawing conclusions. The data validation technique used is the triangulation
technique, namely source triangulation and method triangulation.

The results showed that the Jigsaw type cooperative learning model in PAI
learning can increase student activity and student motivation in PAI learning.
This can be seen from the involvement of students in discussions, the ability to
explain material and group collaboration, as well as learning outcomes that
achieve the goals that have been set. The success of the Jigsaw model is also
supported by careful planning from PAI teachers, starting from preparing
teaching modules consisting of Learning Outcomes, Learning Objectives Flow, as
well as preparing learning media, facilities and infrastructure and other supports.

iii
Then the implementation pays attention to student learning styles, readiness to
accept learning, provides ice breaking, and explains it with the appropriate
method. Evaluations carried out by PAI teachers to determine the success of the
Jigsaw model are written tests, daily tests, worksheets, exams, activeness in
discussions, reading the Qur'an properly and correctly, and learning outcomes
that meet expectations.

Keywords: Implementation, Jigsaw Model, PAI.

iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamiin, puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas

rahmat dan karunia-Nya, sholawat beriringkan salam semoga tetap tercurah

kepada Nabi Muhammad SAW. Kemudian ucapan terima kasih kepada Ibunda

Arniati & Ayahanda Syahrial yang telah memberikan saya semangat dan bantuan

yang tak terbatas baik moril maupun materil kepada peneliti sehingga peneliti

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pelaksanaan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Jigsaw pada Pembelajaran PAI Aspek Al-Qur’an di Kelas XI F1

SMA N 2 Padang”. Shalawat dan salam semoga selalu tersampaikan kepada

junjungan dan uswatun hasanah kita, yakni: Nabi Muhammad SAW beserta

keluarganya dan sahabatnya. Peneliti mengucapkan terimakasih kepada semua

pihak yang telah membantu peneliti hingga selesainya skripsi ini. Untuk itu

peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Ganefri, Ph.D selaku Rektor Univesitas Negeri Padang.

2. Bapak Afriva Khaidir, S.H., M.Hum, MAPA, Ph.D selaku Dekan Fakultas

Ilmu Sosial di Universitas Negeri Padang.

3. Bapak Dr. Zikri Alhadi, S.IP, MA selaku Wakil Dekan 1 Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Padang.

4. Bapak Dr. Ahmad Rivauzi, M.A selaku Wakil Dekan 2 Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Padang.

5. Ibu Dr. Wirdati, M.Ag, selaku Ketua Departemen Ilmu Agama Islam, Prodi

Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang

v
sekaligus sebagai dosen pembimbing skripsi peneliti yang telah memberikan

bimbingan terbaik selama proses penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Dra. Murniyetti, M.Ag. selaku dosen Pembimbing Akademik (PA)

Departemen Ilmu Agama Islam, Prodi Pendidikan Keagamaan Islam, Fakultas

Ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang.

7. Bapak Rengga Satria, MA.Pd selaku Sekretaris Departemen Ilmu Agama

Islam, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang.

8. Bapak Dr. Alfurqan, S.Ag., M.Ag. selaku penguji I yang telah memberikan

masukan dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Bapak Sulaiman, S.Pd.I, M.Pd selaku penguji II yang telah memberikan

masukan dan saran serta memberikan kemudahan dalam menyelesaikan

skripsi ini.

10. Bapak dan Ibu Staf Pengajar Departemen Ilmu Agama Islam yang telah

memberikan ilmunya kepada peneliti selama perkuliahan. Selain itu, Staf

administrasi Jurusan Ilmu Agama Islam yang telah membantu dan

mempermudah peneliti dalam pengurusan skripsi ini.

11. Kepada Pihak sekolah SMA N 2 Padang yang memberikan izin peneliti dalam

melakukan penelitian sehingga mendapatkan data untuk keperluan skripsi ini.

12. Selanjutnya Bapak Syamsul Bahri, S.PdI, M.Pd selaku kepala sekolah, dan

seluruh guru-guru SMA N 2 Padang yang telah membantu peneliti dalam

memberikan data untuk hasil penelitian.

vi
13. Kepada adik-adik saya Gilang Fadwa Arsya, Bilqis Nurul Anjani, Titia Aisyah

Syahren, Farhan Rediansyah, Rahmatia Siska, dan Muhammad Nafis Aprilio

yang telah memberikan saya semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

14. Kepada Nenek, Tante, dan Paman saya yang telah membantu sedikit

banyaknya ketika saya menduduki perkuliahan.

15. Kepada Ibu Gusnimar dan Bapak Doni Liadi selaku orangtua dari murid saya

yang telah membantu baik moril maupun materil dalam selama proses

perkuliahan.

16. Untuk sahabat saya Annisa Khairani yang selalu memberikan semangat serta

dukungan kepada peneliti selama awal perkuliahan hingga terselesaikannya

skripsi ini.

17. Kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada

peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.

Harapannya, skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya

serta menambah wawasan bagi pembaca dan khususnya bagi peneliti sendiri.

Padang, 7 Agustus 2023

Peneliti,

Ilham Putra Arsa

NIM/TM. 19329017/2019

vii
DAFTAR ISI

ABSTRAK........................................................................................................i

ABSTRACT .....................................................................................................ii

KATA PENGANTAR ......................................................................................v

DAFTAR ISI ....................................................................................................iv


DAFTAR TABEL ............................................................................................x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................xii
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .........................................................................1
B. Identifikasi Masalah ...............................................................................7
C. Fokus Masalah .......................................................................................7
D. Rumusan Masalah ..................................................................................8
E. Tujuan Penelitian ...................................................................................9
F. Manfaat Penelitian ................................................................................. 10
G. Defenisi Operasional .............................................................................10

BAB II: KAJIAN TEORI


A. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ..................................................13
1. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam .....................13
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam ................................................16
3. Sumber Pendidikan Agama Islam ...............................................19
4. Fungsi Pendidikan Agama Islam .................................................19
5. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam ...........20
B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw .........................................21
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ...............................21
2. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif ............................23
3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif .................................................24
4. Tipe Jigsaw ................................................................................25
5. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ..28
6. Kelebihan Model Pembelajaran Jigsaw .......................................32
7. Kekurangan Model Pembelajaran Jigsaw ....................................33
8. Prinsip-prinsip Model Jigsaw......................................................34
9. Dampak Instruksional Model Jigsaw ..........................................34
10. Dampak Pengiring Model Jigsaw................................................35
C. Desain Model Pembelajaran PAI ............................................................36
1. Pengertian Desain Pembelajaran PAI ..........................................36

viii
2. Langkah-langkah Desain Pembelajaran PAI................................36
3. Perencanaan Desain Pembelajaran PAI .......................................44
D. Penelitian Relevan ..................................................................................45

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN


A. Metode dan Jenis Penelitian ...................................................................48
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................52
C. Sumber Data...........................................................................................52
D. Instrumen Penelitian ...............................................................................53
E. Teknik Pengumpulan Data .....................................................................65
F. Teknik Analisis Data ..............................................................................68
G. Teknik Keabsahan Data ..........................................................................72
H. Langkah-langkah menjalankan Penelitian ...............................................73

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ......................................................................................74


1. Daftar Nama Guru dan Siswa ...........................................................75
2. Hasil Wawancara ..............................................................................75
B. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................ 110

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan .......................................................................................... 130
B. Saran .................................................................................................... 133

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 134

LAMPIRAN ................................................................................................... 137

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Jigsaw dalam Pembelajaran PAI .................31

Tabel 3.1 Kisi-kisi Wawancara ..........................................................................55

Tabel 3.2 Kisi-kisi Observasi .............................................................................62

Tabel 4.1 Daftar Nama Guru dan Peserta Didik ..................................................75

Tabel 4.2 Data Checklist Perencanaan Model Jigsaw ....................................... 113

Tabel 4.3 Data Checklist Pelaksanaan Model Jigsaw ....................................... 120

Tabel 4.4 Data Checklist Evaluasi Model Jigsaw ............................................. 128

x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Teknik Analisis Data ......................................................................71
Gambar 3.2 Langkah-langkah Menjalankan Penelitian .......................................73
Gambar 4.1 Identitas Modul Ajar .......................................................................85
Gambar 4.2 Model dan Metode ..........................................................................91
Gambar 4.3 Lembar Tes ................................................................................... 109
Gambar 4.4 Lembar Jawaban Tes Siswa .......................................................... 110

Gambar 4.5 Perencanaan Model Jigsaw ........................................................... 113


Gambar 4.6 Pelaksanaan Model Jigsaw ........................................................... 119
Gambar 4.7 Daftar Nilai ................................................................................... 126
Gambar 4.8 Evaluasi Model Jigsaw ................................................................. 127

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ..................................................................... 137

Lampiran 2. Transkrip Wawancara .................................................................. 138

Lampiran 3. Dokumentasi ................................................................................ 152

xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Dalam proses pembelajaran terdapat dua hal yang saling

berhubungan, yakni guru memberikan pengajaran dan pemahaman,

sementara siswa menerima informasi dan pengetahuan melalui berbagai

bimbingan dan pembinaan sehingga terjadi perubahan dalam dirinya

dalam semua bidang pembelajaran. Pendidik yang baik akan sanggup

menjadikan lingkungan belajar yang menarik dan menyenangkan sehingga

pembelajaran dapat berjalan dengan maksimal. Dari penjelasan di atas bisa

dipahami bahwa dalam tahap pembelajaran yang dilakukan terdapat siswa

selaku anak didik serta guru selaku yang memberikan pemahaman, yang

mana keduanya saling berhubungan untuk mencapai tujuan pendidikan

yang hendak diraih.

Menurut ayat 1 pasal 1 UU Sisdiknas Tahun 2003 menjelaskan

bahwa dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, pendidikan nasional

berfungsi untuk mengembangkan bakat dan kemampuan peserta didik

untuk menerangi kehidupan bangsa dengan cara membina watak peserta

didik yang beradap, dan berkualitas dengan melaksanakan pendidikan

yang sesuai tuntutan sehingga menciptakan peserta didik yang berakhlak

baik, bugar, berilmu pengetahuan, mandiri, kreatif dan berkembang

menjadi warga negara yang cerdas serta bertanggung jawab.

Dari pengertian pendidikan di atas dapat dimengerti bahwa tujuan

pendidikan adalah menjadikan peserta didik cerdas, berakhlak mulia,

1
2

beradap, berilmu, mandiri dan berkembang sesuai bidang nya masing-

masing. Selain itu pendidikan beralih dari pembelajaran yang dilaksanakan

secara aktif, menyenangkan, interaktif, memotivasi siswa untuk terlibat

aktif, dan memberikan peluang bagi siswa untuk mengembangkan

kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan kemampuan, fisik, minat, dan

kejiwaan siswa (Rusman, 2015).

Dalam konteks pembelajaran di ruang kelas, peran pendidik sangat

penting dalam memberikan kontribusi optimal melalui penyediaan layanan

terbaik. Ini melibatkan penyediaan sumber belajar yang mendukung,

dengan tujuan untuk mempermudah proses kegiatan belajar bagi siswa.

Keberadaan lingkungan kelas yang tertata rapi serta ruang belajar yang

mengundang kenyamanan dapat merangsang semangat belajar para murid.

Oleh karena itu, diharapkan guru mampu menyiapkan fasilitas yang

berkualitas untuk menciptakan pengalaman pembelajaran yang

mengasyikkan dan menarik bagi peserta didik (Mustofa, 2021).

Dari konteks yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa tugas

seorang guru adalah memiliki kemampuan untuk membimbing siswa

dalam menggali potensi mereka melalui pengalaman belajar serta

menggunakan beragam sumber pembelajaran. Ini dilakukan dengan

menciptakan suasana pembelajaran yang kreatif, produktif, dan inovatif.

Oleh karena itu, seorang pendidik perlu memiliki pemahaman mendalam

tentang berbagai strategi dan model pembelajaran yang akan

diimplementasikan di dalam kelas.


3

Sebagai seorang guru mesti dapat menciptakan lingkungan belajar

lingkungan belajar yang merangsang dan menyenangkan untuk aktivitas

belajar siswa di kelas dan juga sumber belajar, dan memberi mereka

motivasi yang mereka butuhkan untuk belajar secara efektif. Di antara

persyaratan untuk mempunyai rencana seperti itu adalah bahwa seorang

pendidik harus mahir dalam teknik pengajaran, yang sering dikenal

sebagai model pembelajaran. Faktor pilihan model dalam pengajaran

mungkin banyak ditemukan beberapa kasus motivasi siswa yang rendah

untuk belajar. Model unik harus mendasari seluruh proses pendidikan agar

siswa dapat memperoleh informasi, pemahaman, dan perilaku yang paling

sesuai dengan kebutuhan mereka (Saefullah, 2012).

Seiring perkembangan zaman, model dan strategi pembelajaran

terus mengalami pembaruan, salah satu strategi dan model pembelajaran

yang cukup mendapat pandangan baik adalah model pembelajaran

kooperatif. Menurut Slavin dalam Sapitri & Hartono (2015) ada beberapa

alasan mengapa pembelajaran yang bermanfaat adalah pembelajaran

kooperatif, di antaranya karena beberapa penelitian menemukan bahwa

melaksanakan pembelajaran kooperatif dapat lebih mengembangkan

pelaksanaan pembelajaran siswa sekaligus meningkatkan kolaborasi

sosial, mendorong perspektif yang menyenangkan, menoleransi

kekurangan diri dan lain-lain, dan memperluas menghargai diri sendiri.

Selain itu, pembelajaran yang bermanfaat juga dapat mencegah kesulitan


4

siswa dalam berpikir, mengatasi problem, dan menyelaraskan informasi

dengan kemampuan.

Salah satu tipe pembelajaran dalam kooperatif yang membantu yaitu

model jigsaw, dimana model ini menndorong pada kerjasama yang terkait

secara tegas dan bertanggung jawab atas bagian materi yang akan diteliti

dan lebih jauh lagi dalam model pembelajaran ini gagasan percakapan

adalah bahwa itu tergantung pada partisipasi siswa sehingga mereka akan

dipindahkan untuk menawarkan sudut pandang atau pemikiran yang baik

dan terhindar dari sifat belajar yang suram dan melelahkan. Dalam model

pembelajaran jigsaw ini siswa diberikan peluang untuk berinteraksi dan

berkomunikasi secara sosial dengan temannya untuk mencapai apa yang

hendak dicapai dalam pembelajaran, sedangkan guru berperan sebagai

pendorong utama siswa dalam belajar.

Berdasarkan pengamatan peneliti pada umumnya, saat ini masih ada

sekolah yang memakai metode pembelajaran konvensional misalnya

metode ceramah, metode penugasan, metode tanya jawab, dan lain

sebagainya. Bukan berarti model ini tidak layak digunakan akan tetapi jika

digunakan terus menerus akan membuat siswa bosan sehingga

mengakibatkan proses belajar di kelas dikatakan kurang berhasil dan tidak

efektif. Maka menurut peneliti salah satu sistem yang dapat menjadikan

pembelajaran menjadi menarik dan diminati adalah dengan mengubah

model dalam mendidik. Dengan menggunakan model jigsaw dalam

pembelajaran, diyakini akan menimbulkan rasa tanggung jawab dan


5

semangat pada siswa. Dalam melaksanakan dan memilih model ini, serta

memudahkan siswa untuk mengenali ilustrasi, hubungan antara guru dan

siswa juga tidak terganggu karena hubungan seperti itu sangat penting

untuk menumbuhkan kepribadian siswa sehingga dapat belajar dengan

baik, inilah hal yang harus diperhatikan guru (Ramayulis, 2008).

Salah satu mata pelajaran yang bisa membentuk dan menciptakan

manusia yang bermartabat, berakhlak mulia, serta berkarakter adalah mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam. PAI atau Pendidikan Agama Islam

merupakan suatu upaya dalam pendidikan guna menekankan peserta didik

untuk mengetahui, menghayati, mengimani, memahami, mengimani,

bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran Islam yang berasal dari

Alquran dan hadis, melalui kegiatan binaan, pendidikan, latihan serta

pengalaman (Ramayulis, 2008).

Pendidikan Agama Islam merupakan proses pembelajaran yang

mengarahkan siswa untuk bisa menerapkan nilai-nilai keislaman. Proses

pendidikan tidak bisa dikatakan berhasil apabila tidak ada perubahan

dalam diri peserta didik. Menurut Djaali dalam Wasi’ah (2015) seorang

anak dapat belajar lebih keras lagi jika diberi dorongan sebagaimana

mestinya. Ketika hasratnya muncul karena kegembiraan atau kepuasan

dari efek samping dari pencapaian yang diperoleh, dia akan termotivasi

sendiri.

Dalam proses pembelajaran, pendidik memiliki kewajiban untuk

menggerakkan, membina, dan memberikan sarana pembelajaran kepada


6

siswa untuk dapat mencapai tujuan pendidikan. Pendidik bertanggung

jawab untuk menyaksikan semua yang terjadi di kelas demi proses

kemajuan siswa dalam memperluas pemahaman dan minat belajar siswa.

Dalam hal ini seorang pendidik mesti sanggup menciptakan lingkungan

belajar yang menarik dan menyenangkan sesuai kebutuhan peserta didik.

Menurut Trianto dalam Afandi et al. (2013) model pembelajaran

mengatakan bahwa model pembelajaran adalah susunan atau contoh

sistematis yang dijadikan sebagai alat dalam mengembangkan proses

belajar di kelas atau instruksi dari pembelajaran. Model pembelajaran

menyinggung tentang pendekatan dalam belajar yang akan dipakai, antara

lain menunjukkan tujuan, tahapan dalam latihan belajar, lingkungan

belajar, dan pengaturan ruang belajar.

Dari uraian di atas, dapat dibuat kesimpulan bahwa salah satu

model pembelajaran yang diterapkan saat ini oleh Guru PAI di kelas XI F1

SMA N 2 Padang adalah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw guru PAI

di SMA N 2 Padang sudah menerapkan banyak metode dan model

pembelajaran di antaranya metode tanya jawab, penugasan, ceramah, dan

sebagainya. Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan pada 3 Desember

2022, peneliti melakukan wawancara dengan seorang guru PAI di SMA N

2 Padang, yaitu ibu Eka Safitri, S.Hum yang menyatakan bahwa model

pembelajaran yang saat ini telah digunakan di kelas XI F1 SMA N 2

Padang, adalah model jigsaw. Model jigsaw ini diterapkan karena


7

menemukan beberapa permasalahan dalam proses belajar di antaranya

adalah penggunaan media handphone dalam proses belajar, kurangnya

semangat siswa dalam pembelajaran PAI, perbedaan tingkat pemahaman

di antara siswa, dan ramainya kondisi kelas sehingga membuat siswa

bingung dan tidak fokus dalam belajar (Observasi awal, Desember 2022).

Penerapan model kooperatif tipe jigsaw dianggap dapat

memberikan keuntungan bagi pendidik dan peserta didik dalam belajar

karena selain memudahkan guru dalam mengelola kelas, juga

meningkatkan interaksi antara sesama siswa sehingga dapat diraih tujuan

pembelajaran dengan baik. Medel inilah yang telah dicoba diterapkan oleh

guru PAI di kelas XI SMA N 2 Padang.

Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

bagaimana siswa memahami pembelajaran PAI menggunakan model

jigsaw, dan mendeskripsikan sejauh mana keberhasilan pelaksanaan model

jigsaw tersebut pada pembelajaran PAI di Kelas XI F1 SMA N 2 Padang.

B. Fokus Masalah

Dengan melihat berbagai permasalahan yang ada dalam

pembelajaran PAI tersebut, maka penulis memfokuskan masalah dalam

penelitian ini yaitu “Pelaksanaan Model Pembelajaran Cooperative Tipe

Jigsaw pada Pembelajaran PAI di Kelas XI F1 SMA N 2 Padang.”

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:


8

1. Bagaimana perencanaan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

pada Pembelajaran PAI Aspek Al-Qur’an di Kelas XI F1 SMA N 2

Padang?

2. Bagaimana pelaksanaan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

pada Pembelajaran PAI Aspek Al-Qur’an di Kelas XI F1 SMA N 2

Padang?

3. Bagaimana evaluasi pelaksanaan model pembelajaran Kooperatif Tipe

Jigsaw ada Pembelajaran PAI Aspek Al-Qur’an di Kelas XI F1 SMA

N 2 Padang?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini untuk:

1. Mendeskripsikan bagaimana perencanaan model pembelajaran

Kooperatif Tipe Jigsaw pada Pembelajaran PAI Aspek Al-Qur’an di

Kelas XI F1 SMA N 2 Padang.

2. Mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan model pembelajaran

Kooperatif Tipe Jigsaw pada Pembelajaran PAI Aspek Al-Qur’an di

Kelas XI F1 SMA N 2 Padang.

3. Mendeskripsikan bagaimana evaluasi pelaksanaan model pembelajaran

Kooperatif Tipe Jigsaw pada Pembelajaran PAI Aspek Al-Qur’an di

Kelas XI F1 SMA N 2 Padang.


9

E. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu menawarkan pencerahan kepada

seluruh pendidik dalam menerapkan model pembelajaran di kelas

secara tepat dan maksimal sehingga dapat memberikan hasil yang baik

untuk memahami target pembelajaran dapat tercapai.

2. Secara Praktis

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai kritik dan saran bagi

pendidik mata pelajaran Agama Islam khususnya dan secara lebih luas

bagi semua guru yang terlibat dalam penggunaan model pembelajaran

jigsaw, agar penerapan model tersebut dapat berjalan dengan baik

dalam pembelajaran. Bagi guru, ini merupakan bahan informasi

pemilihan dan penggunaan model pembelajaran untuk meningkatkan

motivasi siswa sehingga kompetensi dan tujuan yang diinginkan dapat

diraih. Siswa bisa menjumpai sesuatu yang berharga dalam dirinya dan

menemukan hal-hal baru, dalam hal ini mereka didorong untuk aktif

dalam pembelajaran.

3. Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini akan memberikan pengetahuan kepada

peneliti yang bermanfaat dan komprehensif tentang subjek penelitian

dan penelitian itu sendiri, yang merupakan prasyarat untuk

menyelesaikan program universitas.


10

F. Definisi Operasional

1. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Islam adalah salah satu upaya yang terorganisir untuk

merencanakan siswa untuk mengetahui, menerima, memahami,

menghormati, mengamalkan ajaran Islam dari alquran dan Hadits, serta

membimbing, mengajarkan, dan menerapkan dalam kehidupan sehari-

hari.

Berkaitan dengan PAI, yang dimaksud penulis di sini adalah

sebagai salah satu mata pelajaran di SMA Negeri 2 Padang, khusus

mata pelajaran PAI, khususnya mata pelajaran PAI pada elemen Al

alquran di kelas XI F1 SMA Negeri 2 Padang.

2. Model Jigsaw

Model jigsaw adalah suatu model yang berguna terdiri dari

beberapa peserta didik yang bertanggung jawab dalam tim yang

mendominasi materi pembelajaran dan dapat menunjukkan materi

tersebut kepada orang lain dalam kelompok mereka. Dalam tipe jigsaw

ini, peserta didik memiliki banyak peluang berharga untuk memberikan

sudut pandang, dan menangani informasi yang diperoleh, dan

selanjutnya mengembangkan kemampuan relasional, sekelompok orang

bertanggung jawab atas hasil pertemuan mereka dan akhir dari materi

yang sedang dibahas, dan menjelaskan kepada anggota kelompok

mereka.
11

Adapun model jigsaw yang peneliti maksud yaitu salah satu

model pembelajaran yang diterapkan oleh guru PAI di Kelas XI F1

SMA Negeri 2 Padang. Langkah-langkah model jigsaw yang

diterapkan ialah sebagai berikut:

a. Memberi salam siswa;

b. Berdo’a bersama;

c. Memeriksa siswa yang hadir;

d. Guru menyebutkan judul materi dan tujuan pembelajaran yang

ingin diraih;

e. Guru memberi apersepsi dan motivasi kepada siswa sebelum

memulai pelajaran;

f. Guru menyebutkan kompetensi yang harus dicapai;

g. Guru mengorientasikan dan memberikan gambaran materi tentang

perilaku berpikir kritis dan semangat mencintai IPTEK sesuai

dengan Q.S Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S Ar-Rahman/55: 33, serta

Hadis berkaitan dengan materi tersebut;

h. Guru mengorganisasikan peserta didik untuk belajar;

i. Guru menjelaskan bagaimana pelaksanaan model jigsaw dalam

belajar;

j. Siswa dikelompokkan dari 1 sampai 5 siswa secara berbeda;

k. Masing-masing siswa dalam kelompok diberikan sub materi

berbeda yang kemudian ditulis di kertas origami;


12

l. Setiap peserta didik dalam kelompok diberikan sub materi yang

ditugaskan guru;

m. Siswa dari berbagai kelompok yang telah mempelajari sub-bagian

materi berjumpa dalam pertemuan baru (kelompok ahli) untuk

menjelaskan sub-bagian mereka;

n. Setelah selesai diskusi, bersama dalam kelompok ahli, setiap

anggota tadi kembali ke kelompok asal dan bergantian

menunjukkan kepada rekan mereka sub-bagian yang mereka kuasai,

dan setiap bagian mendengarkan dengan hati-hati;

o. Tiap tim ahli menampilkan hasil diskusi;

p. Tiap kelompok asal menulis laporan kelompok;

q. Guru memberi penghargaan kepada siswa;

r. Guru dan siswa merumuskan materi yang telah dipelajari;

s. Guru mengevaluasi berupa tes tertulis ataupun lisan;

t. Guru menutup dengan do’a dan salam

Dari paparan di atas, dapat disimpulkan maksud dari judul

penelitian ini ialah untuk membahas bagaimana perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi dari penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw pada pembelajaran PAI di kelas XI F1 SMA

Negeri 2 Padang.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Menurut Sadiman dkk., dalam Dewi & Nur (2014) bahwa

belajar (learning) merupakan proses berkelanjutan yang terjadi pada

setiap orang dan berlangsung terus sepanjang hidup, dari masa kanak-

kanak hingga meninggal nanti. Dalam hal ini, belajar diartikan sebagai

usaha seseorang untuk meningkatkan kualitas hidupnya sejak kecil

hingga meninggal dunia. Belajar sering dikaitkan dengan pendidikan,

maka dalam hal ini, salah satunya adalah PAI.

Pendidikan Agama Islam terdiri dari dua pengertian yakni

“pendidikan” dan “agama Islam”. Menurut Plato salah satu pengertian

pendidikan ialah menumbuhkan minat dalam diri peserta didik,

sehingga akhlak dan kecerdasan dapat berkembang sehingga

menemukan kebenaran yang hakiki, adapun guru memiliki posisi yang

sangat penting dalam memotivasi dan menciptakan lingkungannya

(Musyafa’fathoni, 2010).

Kemudian Ibnu Khaldun berpendapat bahwa pendidikan

mempunyai defenisi lain. Menurutnya, pendidikan tidak terbatas pada

pembelajaran dalam ruangan dan waktu, tetapi proses pengetahuan

manusia untuk mendapatkan, menangkap, menerima, dan mengalami

peristiwa alam sepanjang waktu (Firmansyah, 2019).

13
14

Perjalanan pendidikan dipengaruhi oleh agama dalam peran dan

prosesnya. Islam merupakan salah satu agama yang mendominasi di

Indonesia, tentu saja mewarnai dunia pendidikan di Indonesia.

Pendidikan Agama Islam merupakan suatu usaha dan tahap pengajaran

(pendidikan) secara terus menerus antara guru dan murid agar dapat

membentuk akhlakul karimah, menanamkan nilai keislaman ke dalam

hati, pemikiran, harmoni dan tingkah laku adalah karakteristik

utamanya (Daradjat, 2012).

Menurut Ramayulis dalam Wasi'ah (2015) pendidikan agama

Islam merupakan proses untuk mengajarkan siswa agar beriman,

bertaqwa, berakhlak baik serta memahami dan mengamalkan ajaran

Islam dari alquran dan hadits melalui pembinaan, pelatihan,

pengajaran, dan pengalaman. Oleh sebab itu, pembelajaran PAI

bersifat interaktif dan komunikatif yang mana antara guru dan siswa

menimba ilmu dan mempercayai, menanamkan serta mengamalkan

ajaran dalam agama Islam.

Dalam Peraturan Pemerintah RI nomor 55 Tahun 2007 Bab 1

Pasal 1 dan 2 tentang Pendidikan Keagamaan dijelaskan bahwa

pendidikan agama merupakan suatu pendidikan yang dilakukan

melalui pembelajaran pada semua jenjang pendidikan yang bermaksud

untuk memberikan pengetahuan serta membentuk akhlak dan

kepribadian manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, juga keterampilan dan kemampuan peserta didik dalam


15

menyikapi nilai keagamaan, serta untuk melahirkan siswa menjadi

manusia yang dapat menanamkan dan menerapkan ajaran agamanya.

Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa Pendidikan Agama

Islam adalah salah satu pembelajaran wajib untuk membentuk karakter

dan akhlak siswa dalam pendidikan di Indonesia karena pada

pendidikan agama Islam diajarkan konsep dan dasar dalam

berkehidupan.

Menurut M. Yusuf Al Qardawi pendidikan Islam sebagai

pendidikan sepenuhnya kepada manusia, pikiran dan jiwa, rohani, dan

jasmaninya, serta tingkah laku dan kemahirannya. Karenanya

pendidikan Islam membentuk manusia untuk hidup damai dalam

keadaan apapun dan menyediakan untuk menghadapi masyarakat

dengan segala ragamnya. Dari pendapat M. Yusuf Qardhawi diatas

dapat dipahami bahwa pendidikan Islam merupakan pendidikan

terhadap akal, hati, jiwa, akhlak dan keterampilan manusia yang akan

membimbing dan mempersiapkan untuk menghadapi kehidupan di

masyarakat nantinya.

Berdasarkan pernyataan beberapa ahli di atas, peneliti

menyimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah proses kegiatan

yang tersusun dan terarah untuk mendidik peserta didik agar

mengetahui, memahami, menghayati, meyakini, bertaqwa, berakhlak

mulia, menerapkan ajaran Islam yang bersumber dari kitab alquran

dan hadits dengan mengarahkan, mengajar, melatih dan


16

mengimplementasikan pengalaman-pengalaman yang bermanfaat

untuk kehidupan dunia dan kehidupan yang kekal yakni di akhirat.

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Adapun tujuan PAI di sekolah, di antaranya; Pertama, membina

dan menumbuhkan sikap siswa yang baik dan teratur serta

mengamalkan agama dalam nuansa kehidupan sebagai hakekat taqwa;

menjunjung tinggi perintah Allah dan Rasul-Nya. Kedua, ketaatan

kepada Allah dan Rasul-Nya merupakan hal yang harus ada dalam diri

peserta didik untuk mengembangkan ilmu dan iman sehingga sadar

bahwa perkembangannya harus meraih ridha Allah SWT. Ketiga,

mendidik dan melatih siswa untuk memahami agama secara mutlak

dan menerapkannya dalam berbagai dimensi kehidupan.

Tujuan PAI di sekolah adalah untuk mendapat pengetahuan,

keyakinan, penanaman dan pengamalan agama Islam peserta didik

agar menjadi seorang yang beriman, beradap, dan bertaqwa kepada

Allah SWT serta bertingkah laku baik dalam kehidupan individu dan

masyarakat. Meskipun tujuan studi Pendidikan Agama Islam tidak

dilaksanakan secara maksimal, namun usaha ke arah itu telah

dilaksanakan. Oleh sebab itu, guru PAI harus melakukan upaya

alternatif untuk menerapkan pembelajaran PAI yang tidak hanya

berorientasi pada kelas saja (Hidayat & Syafe’i, 2018).

Dengan demikian dapat dimengerti bahwa tujuan Pendidikan

Agama Islam adalah untuk menciptakan manusia yang beriman,


17

berakhlak mulia, berjiwa kepemimpinan, berbudaya yang sesuai

dengan aturan dan ajaran Islam. Maka PAI bertugas disamping

menanamkan dalam pribadi nilai keislaman, juga mengembangkan

siswa agar memiliki keimanan dan ketakwaan serta menerapkan dari

pendidikan Islam yang telah diterima.

Menurut Athiyah al-Abrasy dalam Abid (2017) tujuan utama

dari pendidikan Islam adalah membentuk karakter dan psikologis.

Seluruh pembelajaran mesti mengandung aspek akhlak, pendidik

mesti memperhatikan akhlak, dan yang paling penting adalah akhlak

keagamaan, karena akhlak keagamaan adalah akhlak yang paling

tinggi, akhlak yang mulia itu adalah pondasi dari pendidikan Islam.”

Oleh sebab itu, Pendidikan Agama Islam tidak terlepas dari

pendidikan akhlak karena agama dan akhlak adalah dua hal yang erat

kaitannya dalam Islam.

Tujuan terakhir dari pendidikan Islam itu dapat dimengerti dalam

firman Allah swt (QS. Ali Imran (3) ayat 102),

َ ‫ٰٰۤيـاَيُّ َها الَّذ ِۡينَ ٰا َمنُ ۡوا اتَّقُوا ه‬


َ‫ّٰللا َح َّق ت ُ ٰقتِ ٖه َو ََل ت َ ُم ۡوت ُ َّن ا ََِّل َوا َ ۡنـت ُ ۡم ُّمسۡ ِل ُم ۡون‬

Terjemahan: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah


kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah
sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.”

Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa wafat dalam kondisi

bertawakal kepada Allah dan dalam keadaan Islam yang merupakan

ujung dari ketaqkwaan sebagai penutup kehidupan jelas berisi

kegiatan pendidikan. Hai tersebut merupakan dambaan setiap manusia


18

dalam proses pendidikan itu diakui sebagai tujuan akhir pendidikan

Islam.

Senada dengan uraian di atas, berdasarkan peraturan pemerintah

RI pasal 77 J ayat 1 No 32 tahun 2013 memaparkan bahwa tujuan

pendidikan keagamaan ialah untuk menjadikan siswa menjadi

individu yang beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia. Sedangkan

dalam UUSPN UU No. 20 tahun 2003 Tujuan PAI di

sekolah/madrasah, di antara tujuannya yaitu untuk menumbuhkan dan

meningkatkan tingkat keimanan melalui pengembangan pengetahuan,

penanaman, pengamalan serta pengalaman siswa tentang Islam

sehingga menjadi muslim yang terus meningkat dalam hal keimanan,

ketaqwaan, dan budi pekerti sehingga dapat bermanfaat bagi diri

sendiri dan orang lain.

Dari beberapa paparan di atas dapat peneliti simpulkan bahwa

tujuan pendidikan Islam adalah untuk mewujudkan apa yang hendak

diraih oleh pendidikan Islam itu, mencakup kebutuhan manusia akan

nilai-nilai yang terdapat dalam ajaran Islam. Dengan kata lain tujuan

pendidikan agama Islam adalah agar siswa menjadi individu muslim

yang memiliki wawasan pengetahuan luas dan akhlak yang sesuai

dengan ajaran Islam, bermanfaat bagi masyarakat dan agama yang

mendapat ridho Allah SWT baik dunia maupun akhirat.


19

3. Sumber Pendidikan Agama Islam

Adapun sumber pendidikan Islam yang dimaksud adalah semua

rujukan yang di dalamnya terkandung ilmu dan yang terinternalisasi

di dalamnya. Sumber-sumber tersebut memang benar dan dianggap

mampu memberikan tindakan mendidik dan teruji dari waktu ke

waktu. Di antara sumber pendidikan Islam antara lain alquran, sunnah,

sejarah Islam, pendapat sahabat, ijtihad, dan sebagainya (Hidayah,

2023). Dalam hal ini, Alquran dan Hadits merupakan sumber

pendidikan agama Islam yang paling utama. Namun dalam

pembelajaran PAI, sekolah Alquran dan hadits didesain dalam bentuk

bahan ajar atau buku berupa bahan yang dijadikan sebagai acuan dan

penunjang proses pembelajaran.

4. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Abdul Majid dalam (Mustiko, 2015) Pendidikan Agama Islam

untuk Sekolah/Madrasah berfungsi sebagai berikut:

a. Pengembangan, yaitu sebagai upaya mengembangkan keimanan

dan kepada Allah Swt.

b. Penanaman nilai, sebagai acuan hidup untuk mencari kebahagiaan

hidup.

c. Penyesuaian mental, yaitu untuk beradaptasi dengan lingkungan

sesuai dengan ajaran Agama Islam.

d. Perbaikan, yaitu mengoreksi kesalahan siswa, kekurangan dalam

keyakinan.
20

e. Pencegahan, yaitu menghindarkan hal-hal negatif dari lingkungan

yang dapat membuat rugi.

f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan agama secara umum sistem

dan fungsionalnya.

g. Penyaluran, yaitu membimbing peserta didik yang memiliki bakat

khusus dalam bidang keislaman.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa

tujuan PAI adalah menumbuhkan dan mendorong nilai keislaman

dalam diri siswa untuk meningkatkan keimanan, ketakwaan,

kebiasaan, serta menjadikannya acuan dan pengalaman hidup yang riil

dalam kehidupan.

5. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam

Pembelajaran PAI tidak hanya ditilik dari aspek materi atau mata

pelajarannya saja yang hanya mencakup aspek pengetahuan tetapi

lebih dalam lagi yaitu mencakup aspek sikap dan keterampilan. Kepala

Menurut Badan Standarisasi, Kurikulum, dan Penilaian Pendidikan

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi Nomor 009/H/KR/2022, ruang lingkup PAI terdapat dalam

keputusan yaitu sebagai berikut:

a. Alquran/hadis mendalami pada kemampuan membaca, menulis,

dan menerjemahkan.

b. Akidah mendalami kemampuan memahami dan meningkatkan

keyakinan serta mengamalkan nilai-nilai ketuhanan.


21

c. Akhlak mendalami pada pengamalan sikap terpuji dan tercela

dalam Islam

d. Fikih/ibadah menekankan pada penetapan hukum dalam kehidupan

baik ibadah, muamalah, syari’ah, dan lainnya.

e. Sejarah dan kebudayaan Islam menekankan pada kemampuan

belajar dari kejadian sejarah, meneladani tokoh-tokoh Islam yang

terkenal dan menghubungkannya dengan keadaan saat ini.

Pembelajaran PAI di kelas XI F1 SMA Negeri 2 Padang

dilaksanakan menggunakan beberapa model pembelajaran

diantaranya ceramah, diskusi, tanya jawab, PBL, PjBL, model

jigsaw, dan lainnya.

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif terjadi dengan membentuk kelompok-

kelompok kecil dengan anggota yang acak untuk bekerja sebagai tim

untuk memecahkan masalah, tugas atau melakukan sesuatu untuk

mencapai tujuan bersama. Menurut Anitah dalam Hayati (2016)

pembelajaran kooperatif ialah pembelajaran memakai kelompok kecil

untuk mendorong siswa bekerja sama untuk menciptakan pembelajaran

mereka sendiri dan anggota kelompoknya.

Selanjutnya, Cooperative Learning juga bisa dijelaskan sebagai

ketika aktivitas dalam kelompok kecil belajar bersama. Mereka bekerja

sama untuk belajar dengan baik, baik dari pengalaman mereka sendiri
22

atau dari pengalaman kelompok. Sama seperti saat bermain dengan

teman-teman, disini bekerja sama agar tidak ada kebingungan atau

permasalahan (Ali, 2021). Jadi, Cooperative Learning adalah seperti

belajar bersama dalam kelompok, agar bisa mencapai tujuan belajar

dengan baik. Kemudian juga bisa menyelesaikan masalah bersama dan

merasa semua teman di kelompok punya tujuan yang sama, yaitu

belajar dan tahu banyak hal.

Menurut penjelasan dari Mazidah et al., (2015), Cooperative

learning adalah cara belajar yang menggunakan kerjasama dalam

kelompok. Mereka bekerja sama untuk membicarakan bagian-bagian

kecil dari pelajaran dan membicarakannya bersama. Pembelajaran

kooperatif adalah cara belajar di mana siswa bekerja dalam kelompok

kecil untuk berbicara satu sama lain. Dalam cara belajar kooperatif ini,

siswa bekerja sama dengan teman-teman dalam kelompok lain untuk

memahami materi yang dibicarakan oleh kelompok lain.

Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli di atas, dapat

dimengerti bahwa pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning

adalah model di mana siswa belajar bersama dalam kelompok. Di sini,

siswa terlibat dalam berinteraksi, berbicara, berdiskusi, dan berbagi

pikiran satu sama lain. Jadi, pembelajaran kooperatif tidak hanya

tentang memahami pelajaran yang akan dibahas, tetapi lebih fokus

pada melatih kemampuan sosial siswa. Ini artinya, siswa belajar

bagaimana bekerja sama, berkelompok, dan merasa bertanggung jawab


23

terhadap teman-teman kelompok mereka. Tujuannya adalah mencapai

tujuan bersama dalam kelompok dan juga membuat pembelajaran

menjadi lebih bermakna.

2. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Rusman dalam Hasanah & Himami (2021) karakteristik

atau ciri-ciri pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Pembelajaran berkelompok

Pembelajaran kooperatif adalah cara belajar dimana siswa

bekerja dalam kelompok. Kelompok ini seperti tim yang bekerja

bersama untuk mencapai tujuan. Jadi, setiap kelompok harus

membuat semua siswa belajar. Setiap orang dalam tim harus saling

membantu agar bisa mencapai tujuan pembelajaran.

b. Didasarkan pada manajemen kooperatif

Manajemen kooperatif mempunyai tiga fungsi, yaitu: (1)

fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan pendidikan

bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan

rancangan, dan tahap yang sudah ditentukan. (2) fungsi

manajemen sebagai kontrol. (3) fungsi manajemen sebagai

organisasi.

c. Kemauan untuk bekerja sama mencapai keberhasilan

Keberhasilan pembelajaran kooperatif bergantung pada

prestasi sebagai sebuah kelompok, maka prinsip tentang bekerja

bersama atau kerjasama sangat penting dalam metode


24

pembelajaran ini. Kemampuan bekerja sama ini diaplikasikan

melalui berbagai kegiatan dalam pembelajaran yang dilakukan

dalam kelompok. Oleh karena itu, siswa perlu didorong untuk

berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lainnya guna

mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Menurut Isjoni dalam Hasanah & Himami (2021) pembelajaran

kooperatif merupakan model pembelajaran yang menerapkan sistem

belajar secara berkelompok dengan tujuan peserta didik bisa

mencapai tujuan belajar yaitu sebagai berikut:

a. Hasil belajar akademik

Dalam pembelajaran kooperatif, tujuannya mencakup berbagai

hal sosial serta meningkatkan prestasi siswa dalam tugas-tugas

belajar mereka. Selain merubah cara pandang tentang hasil belajar,

metode ini juga memberikan keuntungan bagi siswa yang kurang

aktif dan siswa yang aktif dalam kelompok. Mereka bekerja sama

untuk menyelesaikan tugas-tugas pelajaran dengan hasil positif.

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan tambahan adalah untuk menerima semua orang, bahkan

yang berbeda-beda seperti warna kulit, budaya, status sosial,

kemampuan, dan keterbatasannya. Pembelajaran kooperatif

membuatnya lebih mudah bagi siswa dari berbagai latar belakang

dan keadaan untuk bekerja bersama dalam tugas-tugas pelajaran.


25

Melalui cara ini, dengan mendapatkan penghargaan bersama,

siswa bisa belajar untuk menghargai perbedaan di antara

semuanya.

c. Perkembangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga dalam pembelajaran kooperatif

adalah untuk mengajar siswa tentang kemampuan bekerja

bersama. Mereka belajar bekerja sama dengan teman dalam

kelompok mereka untuk menyelesaikan tugas dan masalah dalam

pelajaran. Ini membantu siswa berlatih kemampuan sosialnya,

yaitu cara berinteraksi dan bersosialisasi dengan teman-teman

sebayanya. Keterampilan-keterampilan sosial ini sangat penting

bagi siswa karena saat ini banyak anak muda masih memerlukan

pengembangan dalam hal ini.

4. Tipe Jigsaw

Arti "jigsaw" dalam bahasa Inggris adalah "gergaji ukir," dan ada

juga yang menggunakan kata "puzzle" yang berarti menyusun

potongan gambar. Dalam pembelajaran kooperatif model jigsaw,

istilah ini mengambil inspirasi dari cara kerja gergaji (zigzag), dimana

siswa belajar bersama dengan teman-temannya untuk mencapai tujuan

bersama. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pertama kali

digunakan oleh Elliot Aronson dan timnya di Universitas Texas

(disebut Jigsaw I), kemudian diubah oleh Slavin dan timnya di

Universitas John Hopkins menjadi Jigsaw II.


26

Dalam Jigsaw I (versi asli), siswa belajar tentang satu konsep

tertentu yang kemudian akan menjadi spesialisasinya, sedangkan

konsep-konsep lainnya diperoleh melalui diskusi dengan anggota

timnya. Jigsaw asli membutuhkan waktu yang lebih singkat

dibandingkan dengan Jigsaw II. Sedangkan pada Jigsaw II, siswa

mendapatkan kesempatan untuk belajar keseluruhan konsep sebelum

fokus pada spesialisasinya menjadi ahli.(Sulisto & Haryanti, 2022).

Cooperative Learning Type Jigsaw atau pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw adalah model pembelajaran kooperatif yang

melibatkan kelompok belajar acak yang terdiri dari 5-6 anggota.

Metode ini menggunakan pola kelompok asal dan kelompok ahli.

Dalam teknik ini, siswa belajar dalam kelompoknya, di mana setiap

kelompok memiliki satu orang ahli yang mengambil tanggung jawab

untuk membahas materi tertentu. Model jigsaw memfokuskan peserta

didik pada sebuah kerja kelompok yang nantinya masing-masing

kelompok asal akan mendiskusikan tentang sebuah materi dan

memilih seorang ahli untuk menjelaskan dan mempresentasikan di

kelompok yang lebih kecil secara bergiliran. Model kooperatif jigsaw

merupakan sebuah model belajar kooperatif yang menekankan pada

kerja kelompok siswa berbentuk kelompok kecil (Silberman &

Melvin, 2013).

Menurut Rusman dalam Sholihah et al., (2016) Siswa bekerja

bersama dalam cara yang membuat mereka saling tergantung secara


27

positif dan mengambil tanggung jawab secara mandiri. Dalam model

ini, siswa juga memiliki banyak peluang untuk berbicara dan

meningkatkan cara mereka berkomunikasi. Anggota kelompok

bertanggung jawab atas kesuksesan kelompok mereka dan

memastikan mereka mengerti seluruh bagian materi yang dipelajari,

dan mereka bisa berbagi informasi dengan kelompoknya. Materi yang

diberikan kepada siswa berbentuk teks dan setiap anggota memiliki

tanggung jawab untuk memahami bagian yang telah ditugaskan.

Teknik ini mirip dengan pertukaran antar kelompok. Setiap siswa

mempelajari bagian yang berbeda yang, ketika digabungkan,

membentuk pengetahuan yang lebih lengkap. Kemudian anggota

dari kelompok-kelompok asal yang berbeda berkumpul dalam

kelompok untuk membahas topik yang sama, membantu satu sama

lain memahami materi mereka. Setelah diskusi selesai, anggota

kelompok kembali ke kelompok asal dan berbagi apa yang telah

mereka pelajari dari pertemuan dengan kelompok ahli.

Menurut Lie dalam Sholihah et al., (2016) model jigsaw adalah

jenis model belajar bersama yang memperhatikan apa yang sudah

diketahui oleh siswa dan pengalaman mereka. Ini membantu

mengaktifkan pengetahuan mereka sehingga pelajaran menjadi lebih

berguna. Dalam hal ini, agar pelajaran lebih berarti, seorang guru

perlu memahami bagaimana siswa sudah tahu tentang topik tersebut.

Ini dilakukan dengan cara mengelompokkan siswa yang belum paham


28

dengan siswa yang sudah paham, sehingga mereka bisa belajar

bersama-sama.

Dari berbagai pandangan para pakar di atas, kesimpulan yang

dapat diambil oleh peneliti adalah bahwa model pembelajaran

kooperatif jenis jigsaw merupakan suatu pendekatan pembelajaran

yang melibatkan pembagian siswa-siswa ke dalam beberapa

kelompok, yang kemudian diberi tanggung jawab untuk menjelaskan

materi tertentu dengan anggota kelompok lainnya. Dalam model

jigsaw ini, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Anggota-

anggota dari kelompok asal yang berbeda bergabung dalam kelompok

yang sama untuk mendiskusikan dan merangkum materi yang telah

diberikan kepada mereka. Mereka saling membantu dalam memahami

topik yang sedang dipelajari. Setelah diskusi selesai, anggota-anggota

kelompok kembali ke kelompok asal masing-masing dan berbagi

informasi yang mereka peroleh dari diskusi di kelompok ahli.

5. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Dalam penerapan model jigsaw ada beberapa langkah yang harus

dilaksanakan, yaitu sebagai berikut: a. Pembentukan kelompok induk,

setiap kelompok terdiri dari 4-5 anggota dengan tingkat kemampuan

yang beragam. b. Proses pembelajaran di kelompok induk melibatkan

setiap anggota untuk mempelajari submateri yang akan diberikan

tugas, kemudian mengerjakan tugas secara individu. c. Terjadi

pembentukan kelompok ahli, di mana kelompok induk membagi tugas


29

kepada setiap anggota untuk menjadi ahli dalam submateri tertentu.

Anggota ahli dari submateri yang sama dari kelompok yang berbeda

kemudian bergabung membentuk kelompok ahli baru. d. Dalam

diskusi kelompok ahli, anggota dari kelompok ahli mengerjakan tugas

dan berdiskusi tentang isu-isu yang relevan. Setiap anggota belajar

submateri sampai merasa percaya diri dalam menyampaikan dan

menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan tanggung jawabnya. e.

Terdapat juga diskusi kelompok induk, di mana anggota dari

kelompok ahli kembali ke kelompok induk masing-masing. Setiap

anggota kelompok induk menjelaskan dan menjawab pertanyaan

mengenai submateri mereka kepada anggota lainnya. Ini dilakukan

bergantian hingga semua anggota kelompok induk telah berpartisipasi.

f. Diskusi di kelas dipandu oleh guru dan membahas konsep-konsep

penting yang menjadi fokus dalam diskusi kelompok ahli. Guru

berusaha memperbaiki pemahaman siswa yang salah. g. Dilakukan

penilaian individu melalui kuis. Nilai anggota kelompok induk

dijumlahkan untuk mendapatkan total nilai kelompok. h. Kelompok

yang mencapai nilai tertinggi mendapatkan penghargaan dalam bentuk

piagam dan bonus nilai.

Menurut Stepen, Sikes, dan Snapp dalam Pratama (2016), langkah-

langkah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dijelaskan sebagai

berikut: a. Siswa dikelompokkan dalam tim yang terdiri dari 1 hingga

5 orang murid. b. Setiap anggota tim diberi tugas untuk memahami


30

bagian materi yang berbeda. c. Tiap anggota tim diberi tanggung jawab

untuk memahami submateri tertentu. d. Anggota dari tim yang berbeda

dan telah memahami sub bagian yang sama, berkumpul dalam

kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan submateri

tersebut. e. Setelah diskusi selesai, anggota tim ahli kembali ke tim

asal mereka dan secara bergantian mengajar teman satu tim tentang

submateri yang mereka kuasai, sementara anggota lain mendengarkan

dengan seksama. f. Setiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi

mereka. g. Guru memberikan evaluasi terhadap presentasi dan proses

pembelajaran. h. Kegiatan ditutup.

Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw pada pembelajaran PAI oleh guru PAI kelas XI F1 SMA N 2

Padang adalah sebagai berikut:


31

Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Model Jigsaw PAI

No Langkah-Langkah Model Jigsaw dalam Waktu (Menit)

Pembelajaran PAI

1 a. Pendahuluan

1) Memulai dengan sapaan kepada


murid-murid
2) Melakukan doa secara bersama-
sama
3) Memverifikasi kehadiran para 15
siswa
4) Memeriksa situasi ruangan kelas
5) Guru mengemukakan topik dan
tujuan pembelajaran yang akan
dicapai
6) Guru memberikan pengantar dan
penyemangat kepada peserta didik
sebelum memulai pelajaran
7) Guru akan mengkomunikasikan
kompetensi yang hendak dicapai.

2 b. Kegiatan Inti

1) Guru memberikan arahan dan


ikhtisar mengenai perilaku
berpikir kritis dan semangat
terhadap ilmu pengetahuan dan
teknologi berdasarkan Al-Quran
Surah Ali Imran ayat 190-191 dan
Surah Ar-Rahman ayat 33, serta
hadis terkait materi ini.
2) Guru mengatur peserta didik
untuk memulai proses belajar
3) Guru menjelaskan langkah-
langkah pelaksanaan model
jigsaw dalam pembelajaran; 100
4) Murid-murid dibagi menjadi
kelompok dengan anggota antara
1 hingga 5 secara acak.
5) Setiap siswa dalam tim diberikan
32

materi atau sub bab yang berbeda


dan dicatat pada kertas origami;
6) Setiap anggota tim diberikan
tanggung jawab untuk memahami
materi yang ditugaskan;
7) Anggota dari tim yang berbeda,
yang telah memahami sub bagian
yang sama, berkumpul dalam
kelompok baru (kelompok ahli)
untuk mendiskusikan sub bab
yang mereka pelajari;
8) Setelah diskusi selesai, sebagai
tim ahli, setiap anggota kembali
ke kelompok asal dan secara
bergantian memberikan
pengajaran kepada teman
sekelompok tentang sub bab yang
mereka kuasai, sementara anggota
lain mendengarkan dengan
saksama;
9) Setiap tim ahli
mempersembahkan hasil dari
diskusi mereka;
10) Setiap kelompok asal menulis
laporan mengenai diskusi mereka;
11) Guru memberikan penghargaan
kepada siswa sebagai bentuk
apresiasi;

3 c. Penutup
1) Guru bersama siswa merumuskan
materi yang telah dipelajari;
2) Guru memberi evaluasi berupa tes
tertulis ataupun lisan; 20
3) Guru menutup dengan do’a dan
salam

6. Kelebihan Model Pembelajaran Jigsaw

Menurut Abdul Majid dalam Nur Huda (2016) adapun kelebihan

tipe jigsaw di antaranya yaitu:


33

a. Memberikan peluang bagi siswa untuk berkolaborasi dengan

teman sekelas.

b. Siswa memiliki kesempatan untuk memahami dengan baik materi

yang sedang dibahas;

c. Setiap murid berhak menjadi pakar dalam kelompoknya;

d. Dalam proses belajar mengajar, siswa mengalami saling

ketergantungan positif;

e. Setiap peserta didik dapat saling melengkapi satu sama lain.

f. Siswa diajar bagaimana bekerja sama dalam satu kelompok.

g. Siswa diberi pengajaran tentang cara menerapkan apa yang telah

mereka pelajari selama diskusi solusi masalah di kelompok ahli

kepada teman-teman di kelompok asal, serta siswa yang

menghadapi kesulitan dapat mendapatkan bantuan dalam

menyelesaikan masalah.

7. Kekurangan Model Pembelajaran Jigsaw

Sebagaimana diungkapkan Abdul Majid dalam Septiani &

Darussyamsu (2017) adapun kekurangan dari model pembelajaran

jigsaw yaitu: a. Memerlukan waktu yang cukup lama; b. Murid yang

memiliki kemampuan tinggi enggan berada dalam satu kelompok

dengan teman yang kemampuannya lebih rendah, c. Siswa dengan

kemampuan lebih rendah bisa merasa kurang percaya diri saat mereka

ditempatkan bersama teman yang lebih unggul, meskipun seiring

waktu perasaan ini dapat meredam dengan sendirinya. d. Lingkungan


34

kelas yang sibuk bisa menyebabkan kebingungan bagi siswa. e. Dalam

model ini, terdapat ketergantungan pada kemampuan siswa lainnya.

8. Prinsip-prinsip Model Jigsaw

Menurut Johnson & Sutton dalam Susilawati (2011), terdapat lima

prinsip belajar kooperatif, yaitu: a. Saling bergantung dengan sifat

yang positif antar siswa. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa merasa

bahwa mereka bekerja bersama untuk mencapai satu tujuan dan

terhubung satu sama lain. Kepuasan siswa tergantung pada kesuksesan

seluruh anggota kelompoknya. b. Interaksi antar siswa semakin

meningkat. Ini terjadi ketika satu siswa membantu siswa lain untuk

berhasil dalam kelompok. c. Tanggung jawab pribadi. Setiap siswa

memiliki tanggung jawab pribadi untuk membantu rekan yang

membutuhkan bantuan, dan siswa tidak bisa hanya mengandalkan hasil

pekerjaan rekan satu timnya. d. Keterampilan interpersonal dan kerja

kelompok kecil. Dalam situasi ini, siswa harus belajar berkomunikasi

dengan siswa lain dalam kelompoknya, mengekspresikan pendapat,

dan berbagi ide. e. Proses kerja kelompok. Proses ini terjadi saat

anggota kelompok berdiskusi tentang cara mencapai tujuan mereka

dengan efektif dan berhasil.

9. Dampak Instruksional Model Jigsaw

Dampak instruksional merupakan hasil belajar yang ingin dicapai

secara langsung dengan cara mengarahkan siswa pada tujuan yang

diharapkan dari pelaksanaan model pembelajaran jigsaw dalam


35

pembelajaran. Adapun dampak instruksional dari model jigsaw pada

pembelajaran PAI aspek alquran yang diterapkan antara lain:

a. Siswa termotivasi untuk belajar PAI pada materi berpikir kritis dan

semangat mencintai IPTEK meningkat.

b. Pemahaman siswa pada pembelajaran PAI materi berpikir kritis

dan semangat mencintai IPTEK sudah meningkat terlihat dari hasil

belajarnya.

c. Model yang diterapkan, yaitu model jigsaw efektif diterapkan

dalam pembelajaran PAI khususnya aspek alquran pada materi

berpikir kritis dan semangat mencintai IPTEK.

10. Dampak Pengiring Model Jigsaw

Dampak yang timbul sebagai hasil dari pembelajaran siswa

menggunakan model jigsaw adalah hasil yang terlihat pada siswa

sebagai hasil dari pengalaman belajar yang mereka alami tanpa harus

diarahkan langsung oleh guru. Beberapa dari dampak positif model

jigsaw adalah: a. Mendorong kerja sama antara siswa dalam kelompok

dan di luar kelompok. b. Memupuk rasa tanggung jawab dan saling

menghargai pendapat antara siswa. c. Meningkatkan rasa percaya diri

dan kemampuan untuk menyampaikan pendapat di hadapan banyak

orang. d. Menciptakan interaksi dan ketergantungan positif di antara

peserta didik.
36

C. Desain Model Pembelajaran PAI

1. Pengertian Desain Pembelajaran PAI

Desain pembelajaran merupakan proses perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran agar

mencapai hasil yang diharapkan (Mudhlofir & Rusydiyah, 2016).

Desain pembelajaran juga diartikan sebagai persiapan proses

pembelajaran, yang tujuannya adalah untuk berkontribusi pada

penetapan pengetahuan dan nilai yang efektif antara guru dan siswa.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa desain model

pembelajaran merupakan pelaksanaan dari rencana pembelajaran yang

bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Seperti halnya dalam

pembelajaran lainnya, proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam

juga memerlukan perancangan pembelajaran yang kreatif dan inovatif

untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang sesuai dan

mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan (Hamid & Hadi, 2020).

2. Langkah-langkah Desain Pembelajaran PAI

Di antara langkah-langkah desain pembelajaran dalam PAI adalah

sebagai berikut:

a. Tujuan

Maksud dari pendidikan agama Islam adalah untuk

meningkatkan keyakinan, pemahaman, intensitas batin, dan

implementasi nilai-nilai Islam pada peserta didik sehingga mereka

menjadi individu Muslim yang memiliki keyakinan dan ketaqwaan


37

kepada Allah SWT, serta mengamalkan nilai-nilai luhur dalam

tindakan dan perilaku mereka dalam kehidupan pribadi,

masyarakat, negara, dan bangsa.

b. Bahan Ajar

Materi pembelajaran dalam pendidikan agama Islam terdiri

dari Al-Qur'an dan hadis, aspek keimanan, hukum syariah, praktik

ibadah, etika dalam transaksi, perilaku bermoral, serta kronologi

atau riwayat sejarah. Isi tersebut diolah dalam bentuk buku atau

modul pengajaran yang mengedepankan peningkatan pemahaman

terhadap ajaran agama, pengetahuan, dan aspek budaya.

c. Model

Secara umum model pembelajaran yang digunakan pada

tingkat SMA adalah model yang mengharuskan siswa berpikir

kritis dan logis. Di antara model yang dapat digunakan dalam

pembelajaran PAI adalah model Problem Based Learning (PBL),

Project Based Learning (PjBL), Discovery Learning, Contextual

Teaching & Learning (CTL), Cooperative Learning, dan lain-lain.

d. Media

Media yang digunakan dalam pembelajaran PAI adalah

media visual, media audio, media audio-visual, media proyeksi

diam, dan sebagainya.

e. Langkah-langkah
38

Di antara langkah-langkah model pembelajaran PAI secara

umum adalah:

1) Langkah Awal

Adapun kegiatan awal berisi: a) Mengucapkan salam

kepada murid-murid. b) Melakukan doa dan membaca surat

pendek. c) Verifikasi kehadiran para siswa. d) Menyiapkan

peserta didik dari segi mental dan fisik untuk mengikuti proses

belajar. e) Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi

dasar yang akan dicapai. f) Mengemukakan materi serta

menjelaskan rangkaian kegiatan sesuai dengan silabus.

2) Inti Kegiatan

a) Tahap Eksplorasi

 Memberi instruksi kepada peserta didik untuk mencari

informasi luas tentang materi yang akan dipelajari.

 Menggunakan berbagai pendekatan, media

pembelajaran, dan sumber belajar lainnya.

 Mendorong komunikasi antar murid dan juga antara

murid dengan guru, lingkungan, serta sumber belajar

lainnya.

 Melibatkan partisipasi aktif peserta didik dalam setiap

aktivitas pembelajaran.
39

b) Tahap Elaborasi

 Mengajak peserta didik berlatih membaca dan menulis

dalam berbagai bentuk melalui tugas-tugas yang

memiliki makna.

 Memberikan tugas, diskusi, dan kegiatan lain untuk

merangsang ide-ide baru secara lisan maupun tertulis.

 Mendorong peserta didik berpikir, menganalisis,

menjelaskan, menyelesaikan masalah, dan bertindak

tanpa rasa takut.

 Memfasilitasi pembelajaran kooperatif di antara peserta

didik.

 Mendukung kompetisi sehat untuk meningkatkan

prestasi belajar.

 Membantu peserta didik dalam menyajikan hasil kerja

individu dan kelompok.

 Mendorong kegiatan yang membangkitkan kebanggaan

dan rasa percaya diri.

c) Tahap Konfirmasi

 Memberikan umpan balik positif melalui komunikasi

lisan, tulisan, isyarat, atau penghargaan atas pencapaian

siswa.

 Memberikan konfirmasi terhadap hasil penelitian dan

pengembangan mahasiswa dari berbagai sumber.


40

 Membantu siswa merenungkan pengalaman belajar

mereka.

 Memfasilitasi siswa mencapai pengalaman

bermakna dalam pencapaian kompetensi dasar.

3) Tahap Penutup

a) Bersama-sama dengan peserta didik atau sendiri membuat

kesimpulan dari pelajaran.

b) Melakukan penilaian terhadap aktivitas yang dilakukan

selama pembelajaran dengan konsisten dan sebaik-baiknya

untuk mengukur kemampuan siswa.

c) Memberikan umpan balik terhadap hasil pembelajaran.

d) Merencanakan langkah-langkah pembelajaran remedial

dan lainnya.

e) Menyampaikan rencana pembelajaran untuk pertemuan

berikutnya.

f) Mengakhiri pembelajaran dengan doa dan salam.

Adapun langkah-langkah desain pembelajaran dalam PAI di

SMA N 2 pada Kelas XI dengan materi Membiasakan Berpikir Kritis

dan Semangat Mencintai IPTEK adalah sebagai berikut:

a. Tujuan

Di antara tujuan yang hendak dicapai dalam materi

Membiasakan Berpikir Kritis dan Semangat Mencintai IPTEK

adalah:
41

1) Membaca dengan pelan dan benar ayat-ayat dari Q.S. Ali

Imran/3: 190-191 dan Q.S. ar-Rahman/55: 33, serta Hadis

mengenai penerapan pemikiran kritis dan semangat untuk

menghargai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).

2) Menghafal dengan mahir dan lancar ayat-ayat dari Q.S. Ali

Imran/3: 190-191 dan Q.S. ar-Rahman/55: 33, serta Hadis yang

menyoroti kemampuan untuk berpikir kritis dan semangat

dalam menghargai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).

3) Menyajikan informasi tentang Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan

Q.S. Ar-Rahman/55: 33, serta Hadis yang berbicara tentang

pemikiran kritis dan antusiasme terhadap ilmu pengetahuan dan

teknologi (IPTEK), sehingga membiasakan membaca Al-

Qur'an.

4) Memahami bahwa berpikir kritis dan memiliki antusiasme

terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan perintah

dalam agama.

5) Menumbuhkan keinginan untuk mengetahui, kemampuan

berpikir kritis, kreatif, dan adaptif terhadap perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

6) Menganalisis isi dari Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ar-

Rahman/55: 33, serta Hadis yang membahas tentang

kemampuan berpikir kritis dan antusiasme terhadap ilmu

pengetahuan dan teknologi (IPTEK).


42

b. Model: Model Jigsaw

c. Metode: diskusi, demonstrasi, talaqqi.

d. Media: kertas origami, kertas karton, spidol, dan lain-lain.

e. Langkah-langkah Pembelajaran PAI dengan model Jigsaw adalah:

a) Pendahuluan

 Memberi salam siswa

 Berdo’a bersama

 Memeriksa kehadiran siswa

 Mengecek kondisi kelas

 Guru menyampaikan judul materi dan tujuan pembelajaran

yang akan dicapai

 Guru memberikan apersepsi dan motivasi pada peserta

didik sebelum memulai pembelajaran

 Guru akan menyampaikan kompetensi yang akan dicapai.

b) Inti

 Guru memberikan pengantar dan ikhtisar tentang perilaku

berpikir kritis dan semangat mencintai ilmu pengetahuan

dan teknologi (IPTEK) sejalan dengan Q.S Ali Imran/3:

190-191 dan Q.S Ar-Rahman/55: 33, serta Hadis yang

relevan dengan materi tersebut.

 Guru mengorganisir peserta didik untuk memulai

pembelajaran.
43

 Guru menjelaskan implementasi model jigsaw dalam

pembelajaran;

 Siswa dipilih secara acak dan dikelompokkan dalam

kelompok beranggotakan 1 hingga 5 siswa;

 Setiap siswa dalam kelompok diberikan materi atau sub bab

yang berbeda, yang kemudian ditulis di atas kertas origami;

 Setiap siswa dalam kelompok menerima tugas khusus

untuk dipelajari;

 Anggota dari kelompok-kelompok yang berbeda yang telah

memahami sub bagian yang sama berkumpul dalam

kelompok baru (kelompok ahli) untuk membahas sub bab

tersebut;

 Setelah diskusi selesai, sebagai tim ahli, setiap anggota

kembali ke kelompok asal dan bergantian memberikan

pengajaran kepada teman satu tim tentang sub bab yang

mereka kuasai, dengan anggota lain mendengarkan dengan

teliti;

 Setiap tim ahli memaparkan hasil dari diskusi mereka;

Setiap kelompok asal membuat laporan kelompok;

 Guru memberikan penghargaan kepada siswa sebagai

bentuk apresiasi;

c) Penutup

 Guru menyimpulkan materi yang telah diajarkan;


44

 Guru memberikan penilaian dalam bentuk ujian tertulis

atau lisan;

 Guru mengakhiri dengan doa dan salam.

3. Perencanaan Desain Pembelajaran PAI

Perencanaan desain pembelajaran PAI menurut model Kemp:

a. Pemeriksaan kondisi pembelajaran, meliputi:

1) Persyaratan lanjutan yang diharapkan (kebutuhan belajar)

2) Memilih dan memutuskan topik atau tugas belajar

3) Memeriksa dan membedakan sifat-sifat siswa

4) Tentukan substansi contoh dan menggambarkan

5) Nyatakan tujuan pembelajaran secara umum

b. Pengembangan Strategi Pembelajaran

Pengembangan strategi pembelajaran, meliputi:

1) Merancang aktivitas belajar mengajar

2) Memilih media yang mendukung proses pembelajaran

3) Menguraikan pelayanan pendukung untuk mengembangkan

semua perencanaan proses

c. Pengembangan prosedur pengukuran hasil pembelajaran, meliputi:

1) Mengembangkan alat evaluasi hasil belajar dan hasil program

belajar

2) Melakukan tes awal untuk menghasilkan produk pembelajaran

Adapun bentuk-bentuk evaluasi pembelajaran adalah

sebagai berikut yaitu:


45

1) Evaluasi Formatif

Setiap topik atau masalah dievaluasi pada akhir

pembelajaran untuk menentukan seberapa berhasil proses

pembelajaran telah berjalan.

2) Evaluasi Sumatif

Evaluasi sumatif, yang diselesaikan pada akhir

pembelajaran yang mencakup banyak mata pelajaran, bertujuan

untuk menilai seberapa baik siswa telah mampu beralih dari

satu pembahasan ke pembahasan lain.

3) Evaluasi Diagnostik

Untuk memberikan evaluasi yang tepat kepada peserta

didik, evaluasi diagnostik dilakukan untuk mengidentifikasi

kemampuan dan keterbatasan.

D. Penelitian Relevan

Untuk menunjang penelitian yang akan penulis lakukan, maka

penulis memerlukan kajian penelitian yang relevan dengan penelitian yang

akan penulis lakukan. Diantaranya adalah:

1. Yolanda Dwiyana (Skripsi, 2020 yang berjudul “Implementasi Model

Pembelajaran Jigsaw Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Kelas X Di SMK N 3 Kota Bengkulu“). Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran jigsaw mampu

meningkatkan keaktifan dan semangat siswa dalam mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam. Adapun persamaan penelitian tersebut


46

dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas mengenai

pelaksanaan pembelajaran dengan model jigsaw, sedangkan

perbedaannya penelitian tersebut dilakukan pada tingkat sekolah

menengah kejuruan dan untuk penelitian ini dilakukan pada tingkat

sekolah menengah atas.

2. Uswatun Khasanah (Skripsi, 2018 yang berjudul “Penerapan Model

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan aktivitas

belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi dasar siswa kelas X AKL

2 SMK Negeri 7 Yogyakarta Tahun Ajaran 2017/2018”). Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw mampu meningkatkan aktivitas belajar pada

mata pelajaran akuntansi dasar siswa kelas X AKL 2 SMK Negeri 7

Yogyakarta Tahun Ajaran 2017/2018. Adapun persamaan penelitian

tersebut dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas mengenai

pelaksanaan pembelajaran dengan model jigsaw, sedangkan

perbedaannya penelitian tersebut dilakukan pada mata pelajaran

akuntasi dasar dan untuk penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam.

3. Vivi Mei Indriyani (Skripsi, 2017 yang berjudul “Penerapan Model

Pembelajaran Jigsaw Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Mata

Pelajaran Fiqih Kelas V di MI Al-Khairiyah Kaliawi Kecamatan

Tanjung Karang Barat Kota Bandar Lampung). Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa dengan menerapkan model jigsaw dalam mata


47

pelajaran fiqih kelas V MI Al-Khairiyah Kaliawi Bandar Lampung

mampu meningkatkan hasil belajar siswa dibuktikan dengan

ketuntasan belajar fiqih. Adapun persamaan penelitian tersebut dengan

penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang pelaksanaan model

pembelajaran jigsaw dalam pembelajaran, sedangkan perbedaannya

adalah penelitian tersebut menggunakan metode penelitian kuantitatif

dan dilakukan pada mata pelajaran fiqih di kelas V MI Al-Khairiyah

Kaliawi Bandar Lampung dan untuk penelitian ini menggunakan

metode penelitian kualitatif pada mata pelajaran PAI aspek alquran di

kelas XI F1 SMA N 2 Padang.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Jenis Penelitian

1. Metodologi Penelitian Kualitatif

Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian

kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan metode penelitian kualitatif

dijelaskan sebagai berikut:

a. Pengertian Metode Kualitatif

Penelitian kualitatif merupakan proses mendalami dan

meresapi signifikansi tingkah laku perorangan dan kelompok,

yang mengungkap isu-isu sosial atau permasalahan manusiawi.

Penelitian ini melibatkan pertanyaan penelitian dan metode yang

lebih fleksibel, mengumpulkan data dari subjek penelitian,

menganalisis data secara deduktif, dan memberikan interpretasi

pada makna data tertentu (Sugiyono, 2017).

Sedangkan menurut Moleong mengartikan Penelitian

kualitatif merupakan jenis penelitian yang bertujuan untuk

memahami dan mengkaji fenomena yang diperlakukan oleh

individu yang menjadi fokus penelitian. Metode ini lebih sesuai

dan sesuai digunakan untuk menjelajahi aspek-aspek yang terkait

dengan perilaku, sikap, motivasi, pandangan, dan tindakan subjek

penelitian.

Metode penelitian kualitatif bersifat subyektif dari

perspektif para partisipan dengan cara yang menggambarkan

48
49

secara rinci, sehingga hasilnya tidak bisa digeneralisasi secara

umum. Dengan kata lain, pendekatan ini lebih menitikberatkan

pada memberikan gambaran yang mendalam tentang suatu

permasalahan sesuai dengan realitas yang ada di lapangan.

Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang cenderung

bersifat deskriptif dan mengutamakan analisis. Proses dan makna

dari sudut pandang subjek menjadi lebih dominan dalam

pendekatan penelitian kualitatif. Landasan teori digunakan sebagai

panduan untuk menjaga agar fokus penelitian selaras dengan

realitas lapangan. Selain itu, landasan teori ini juga bermanfaat

untuk memberikan gambaran menyeluruh mengenai latar belakang

penelitian dan sebagai bahan untuk membahas hasil temuan

penelitian.

Penelitian kualitatif melibatkan penggunaan alat dalam

mengumpulkan data dan mengevaluasi nilai dari variabel yang

sedang diselidiki. Dalam jenis penelitian ini, instrumen yang

digunakan adalah peneliti itu sendiri. Untuk berperan sebagai

instrumen, peneliti perlu memiliki pemahaman teoritis dan

pengetahuan yang luas sehingga mampu menganalisis dan

merangkai informasi dari objek penelitian menjadi lebih berarti.

Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dilakukan

berdasarkan temuan yang muncul selama penelitian dilaksanakan

di lapangan. Proses analisis data bersifat induktif, di mana


50

informasi yang ditemukan digunakan sebagai dasar untuk

membentuk hipotesis atau teori. Dalam pendekatan penelitian

kualitatif, analisis data dimulai sejak tahap perencanaan proposal,

terus berlanjut selama proses pengumpulan data, dan berakhir

setelah peneliti telah mengumpulkan seluruh informasi yang

diperlukan di lapangan. Pada penelitian kualitatif, perhatian lebih

diberikan pada karakteristik unik dari objek yang sedang

diselidiki.

b. Karakteristik Penelitian Kualitatif

Ada beberapa karakteristik (ciri pokok) dari semua bentuk

penelitian kualitatif:

1) Menekankan pada upaya memahami dan memberikan makna

terhadap informasi (meaning) yang ditemukan.

2) Peran utama sebagai alat pengumpul dan analis data dimainkan

oleh peneliti itu sendiri.

3) Melibatkan pendekatan induktif dalam menganalisis data yang

dikumpulkan.

4) Temuan penelitian diungkapkan melalui deskripsi yang

mendalam (rich description), mengandalkan kata-kata dan

terkadang menggambarkan dengan visual, daripada

menggunakan angka-angka.
51

5) Rancangan penelitian memiliki sifat yang adaptif dan

berkembang sejalan dengan perkembangan penelitian,

mengikuti perubahan situasi yang terjadi.

6) Partisipan penelitian dipilih secara sengaja (purposive), dan

umumnya jumlahnya terbatas.

7) Peneliti menghabiskan waktu yang signifikan untuk terlibat

dalam aktivitas penelitian bersama subjeknya dalam konteks

alami.

2. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menerapkan pendekatan kualitatif

dengan orientasi deskriptif. Pendekatan deskriptif merumuskan

pertanyaan penelitian yang mengarahkan peneliti untuk mendalam,

menjelaskan, dan menggambarkan situasi sosial yang sedang diselidiki

secara komprehensif dan menyeluruh. Seperti yang diungkapkan oleh

Lexy J. Moleong, pendekatan kualitatif merupakan suatu metode

penelitian yang menghasilkan data deskriptif tentang individu dan

perilaku yang diamati, yang diterjemahkan dalam bentuk kata-kata

tertulis atau lisan. Penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami

fenomena sosial, mengeksplorasi perasaan, serta perspektif subjek

yang menjadi objek penelitian.

Penelitian deskriptif adalah model penelitian dimana peneliti

mengkaji suatu peristiwa atau fenomena dalam kehidupan individu

atau kelompok dengan menggambarkan kehidupan mereka. Penelitian


52

deskriptif juga diartikan sebagai suatu bentuk penelitian yang

bertujuan untuk menjelaskan berbagai fenomena yang disebabkan oleh

manusia. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menunjukkan data asli

tanpa proses rekayasa atau operasi lainnya. Ini juga memberikan

gambaran tentang peristiwa atau menjelaskan apa yang terjadi.

Menurut Moleong, ada beberapa karakteristik penelitian deskriptif,

diantaranya yaitu:

1) Memakai pola berpikir induktif.

2) Partisipan sangat diharapkan dalam berpartisipasi.

3) Tujuannya adalah memahami, mencari makna untuk mencari

kebenaran.

4) Subjek yang diteliti, data yang didapat, sumber yang diperlukan

dan alat untuk mengumpulkan data. Peneliti berfungsi untuk

pengumpul data

5) Analisis data dilakukan saat penelitian dan setelah penelitian

6) Hasil disajikan melalui deskripsi dalam konteks waktu dan situasi

tertentu.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus

2023, bertempat di sekolah SMA N 2 Padang khususnya kelas XI FI.

C. Sumber Data

Adapun sumber data pada penelitian ini merupakan subyek dari data

yang akan diperoleh. Sumber data pada penelitian ini adalah :


53

a. Sumber data primer. Adapun sumber data primer dari penelitian ini

adalah Guru Pendidikan Agama Islam dan siswa kelas XI F1 SMA N

2 Padang sebanyak 3 orang siswa.

b. Sumber data sekunder. Adapun sumber data sekunder dari penelitian

ini adalah dokumentasi.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah sarana yang membantu peneliti dalam menerapkan

metode pengumpulan data. Dengan demikian, terdapat hubungan yang

saling terkait antara model yang digunakan dan instrumen yang dipilih

untuk mengumpulkan data. Adakalanya, pemilihan suatu jenis model

pengumpulan data memerlukan penggunaan lebih dari satu jenis

instrument sebaliknya satu instrument dapat digunakan dengan berbagai

model.

Sugiyono berpendapat bahwa salah satu karakteristik utama dari

penelitian kualitatif adalah peran ganda peneliti sebagai instrumen dan

pengumpul data. Dalam kerangka penelitian kualitatif, satu-satunya opsi

yang ada adalah menganggap individu sebagai elemen kunci dalam alat

penelitian. Alasan di balik ini adalah bahwa segala aspek masih belum

mempunyai wujud yang pasti. Pertanyaan penelitian, fokus studi,

pendekatan penelitian, hipotesis yang diterapkan, dan bahkan hasil yang

diantisipasi, semuanya tidak dapat diuraikan sebelumnya dengan

ketegasan dan kejelasan. Seluruhnya masih memerlukan eksplorasi selama

proses penelitian. Di tengah situasi yang tidak menentu dan samar-samar


54

ini, tidak ada alternatif lain, dan hanya peneliti itu sendiri yang menjadi

satu-satunya elemen yang mampu mengatasi hal ini. Oleh karena itu,

dalam penelitian ini, instrumen penelitian yang digunakan meliputi

panduan wawancara, dokumentasi, dan observasi.

1. Pedoman Wawancara

Teknik wawancara merupakan metode mengumpulkan data di

mana individu yang menjadi subjek wawancara secara langsung

diajukan beberapa pertanyaan. Teknik wawancara juga dapat diartikan

sebagai pendekatan pengumpulan informasi yang melibatkan interaksi

tatap muka, di mana peneliti mengajukan pertanyaan kepada responden

atau informan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan wawancara berdasarkan pedoman umum, artinya peneliti

hanya fokus pada aspek yang memiliki signifikansi. Tugas wawancara

biasanya dihadirkan dalam bentuk komunikasi lisan kepada subjek

penelitian. (Rahmadi, 2011).

Jadi wawancara merupakan perbincangan yang dilakukan oleh dua

pihak, yaitu pewawancara sebagai pemberi pertanyaan dan narasumber

sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu.

Wawancara diajukan kepada Guru Pendidikan Agama Islam dan

siswa kelas XI F1 SMA N 2 Padang. Wawancara dalam penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan model

pembelajaran jigsaw dalam pembelajaran PAI di sekolah tersebut.


55

Adapun pedoman wawancara yang akan digunakan peneliti adalah

sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kisi –kisi Wawancara

KISI-KISI WAWANCARA

NO Implementasi Indikasi Pertanyaan


1. Bagaimana karakteristik peserta
didik secara umum?
a) Jenjang pendidikan
sebelumnya
1. Analisis Peserta
b) Latar belakang sosial
Didik
2. Bagaimanakah kecerdasan
intelektual peserta didik?
3. Bagaimanakah gaya belajar
peserta didik?
1. Bagaimanakah guru
menentukan keterampilan atau
1 Perencanaan
kompetensi dasar yang harus
dicapai siswa dalam mencapai
2. Analisis Tujuan
tujuan pembelajaran?
a) Psikomotorik
b) Kognitif
c) Afektif
1. Bagaimanakah guru melihat
relevansi dengan tujuan
3. Analisis Materi pembelajaran ?
2. Bagaimanakah guru melihat
tingkat kematangan peserta
56

didik?
3. Bagaimanakah guru melihat
kebermanfaatan bagi peserta
didik?
4. Bagaimanakah guru memilih
berbagai sumber belajar ?
5. Bagaimanakah guru
menentukan alokasi waktu
pembelajaran?
1. Apakah alasan Guru memilih
model dan media tersebut
dalam pembelajaran?
2. Bagaimanakah guru
memperhatikan model dan
media
pada setiap materi pelajaran?
4. Analisis Model
3. Bagaimanakah guru
dan Media
menyesuaikan dengan
ketersedian sarana belajar ?
4. Bagaimanakah kemampuan
dasar siswa ?
5. Bagaimanakah guru
menentukan alokasi waktu
pembelajaran?
1. Bagaimanakah cara guru
melakukan penetapan tujuan
5. Analisis penilaian?
Evaluasi 2. Bagaimanakah guru
mengidentifikasi kompetensi
dan hasil belajar siswa sesuai
57

dengan kompetensi yang ada


dalam kurikulum yang berlaku?
1. Bagaimanakah cara guru
membuka kelas?
a) Mengucapkan salam
b) Mengajak berdoa bersama
sebelum belajar
c) Memeriksa kehadiran
1. Kegiatan
peserta didik
Pendahuluan
d) Menyampaikan judul
materi dan tujuan
pembelajaran yang akan
dicapai
e) Melakukan
apersepsi/motivasi
1. Bagaimana guru menyampaikan
2 Pelaksanaan
materi pelajaran ?
2. Bagaimanakah cara guru
mengorganisasikan peserta
didik untuk belajar?
3. Bagaimanakah cara guru
menjelaskan tata cara
2. Kegiatan Inti pelaksanaan model jigsaw
dalam pembelajaran?
4. Bagaimanakah cara guru
membagi siswa kedalam
kelompok-kelompok kecil yang
beranggotakan 5-6 orang?
(heterogen/homogen)
5. Bagaimanakah guru membagi
58

topik untuk setiap kelompok?


6. Bagaimanakah guru membagi
siswa menjadi kelompok ahli ?
7. Apakah guru memberikan
kesempatan siswa dalam
kelompok asal untuk
menjelaskan materi yang telah
dipelajari kepada anggota
kelompok asal?
8. Bagaimanakah guru
mengintruksikan siswa untuk
membuat laporan hasil diskusi
dari masing-masing kelompok
ahli mengenai materi yang
dibahas?
9. Bagaimanakah cara guru untuk
memastikan apakah siswa telah
memahami materi yang
dipelajari bersama?
10. Bagaimanakah cara guru
mengapresiasi terhadap kinerja
kelompok?
11. Bagaimanakah guru
menyimpulkan materi
pembelajaran yang telah
dipelajari ?
1. Bagaimanakah guru menutup
3. Kegiatan kegiatan pembelajaran?
Penutup a) Hamdalah
b) Salam
59

1. Bagaimanakah pembelajaran
direncanakan dan dipersiapkan
terlebih dahulu oleh guru?
2. Bagaimanakah kegiatan siswa
belajar dimotivasi oleh guru?
3. Bagaimanakah guru memakai
Ditinjau dari sudut media pembelajaran?
3 Evaluasi proses 4. Bagaimanakah proses
pembelajaran pembelajaran dapat melibatkan
siswa di dalam kelas?
5. Bagaimanakah suasana
pembelajaran di kelas cukup
menyenangkan bagi siswa?
6. Bagaimanakah kelas memiliki
sarana belajar yang cukup?
Sumber: (Pradanasari, 2013)
60

b) Observasi

Observasi adalah suatu metode atau teknik yang melibatkan

pengamatan teliti serta pencatatan sistematis. Observasi merupakan

cara untuk mengumpulkan data yang menggunakan semua indra

manusia, tidak hanya melalui penglihatan, melainkan juga melalui

pendengaran, penciuman, pengecapan, dan perabaan untuk mencapai

jenis pengamatan yang diinginkan (Sangadji et al., 2010).

Proses observasi melibatkan serangkaian langkah atau tahapan

yang mencakup pemilihan (selection), penyulutan (provocation),

perekaman (recording), dan pengkodean (encoding), serta menilai

perilaku dan situasi (tests of behavior setting) di tempat, dalam rangka

mencapai tujuan empiris.

1. Pemilihan (selection) mengindikasikan bahwa pengamat ilmiah

secara sadar atau tak disadari memilih dan memusatkan

perhatiannya. Peneliti dapat memilih dari berbagai fenomena alam,

sosial, atau manusia yang dianggap relevan dengan keperluannya.

Dalam hal ini, peneliti secara alami memilih objek pengamatan

yang melibatkan satu atau lebih indra.

2. Pengubahan (provocation) menandakan bahwa pengamatan

dilakukan secara aktif, bukan hanya pasif. Peneliti dapat mengubah

perilaku atau suasana tanpa mengganggu lingkungan. Mengubah

perilaku berarti sengaja mempengaruhi tanggapan tertentu,

sementara mengubah suasana berarti sengaja menciptakan


61

tanggapan tertentu, seperti mengubah perilaku orang lain dengan

menggunakan contoh atau tindakan seseorang dalam konteks

tertentu.

3. Perekaman (recording) melibatkan kegiatan merekam peristiwa

dengan menggunakan catatan lapangan, kategori sistem, atau

model lainnya. Setiap peristiwa memerlukan pencatatan agar

pengamat tidak lupa. Mengamati tanpa mencatat bisa membuat

pengamat kehilangan detail penting. Kemampuan ingatan

pengamat bersifat terbatas dan beragam.

4. Pengkodean (encoding) adalah proses penyederhanaan data dengan

menggunakan model reduksi. Ini bisa mencakup perhitungan

frekuensi perilaku yang berbeda. Adanya variasi dalam perilaku

dan suasana mengindikasikan bahwa beberapa pengukuran

dilakukan selama pengamatan.

5. In situ merujuk pada pengamatan peristiwa dalam situasi alamiah,

tanpa manipulasi eksperimental. Pengamatan adalah bagian dari

rutinitas sehari-hari yang memanfaatkan indera sebagai alat utama.

Mengamati di tempat berarti mengamati peristiwa dalam konteks

alamiahnya, tanpa campur tangan eksperimen.

Adapun kisi-kisi observasi yang telah peneliti rancang adalah

sebagai berikut:
62

Tabel 3.2 Kisi-kisi Observasi

KISI-KISI OBSERVASI

Langkah-langkah Hal yang diamati


NO. Indikator
Model Jigsaw Baik Kurang
Kegiatan  Guru membuka
Pembuka pembelajaran dengan
salam
 Guru dan siswa
berdoa bersama
 Guru melihat kondisi
kelas
 Guru memeriksa
kehadiran siswa
 Guru menyampaikan
judul materi dan
tujuan pembelajaran
Pelaksanaan yang akan dicapai
1. Model
Jigsaw  Guru memberikan
apersepsi atau
motivasi pada peserta
didik sebelum
memulai
pembelajaran
 Guru menyampaikan
kompetensi yang
akan dicapai
Kegiatan  Guru menyampaikan
Inti materi pelajaran
 Guru
63

mengorganisasikan
peserta didik untuk
belajar
 Guru menjelaskan
tata cara pelaksanaan
model jigsaw dalam
pembelajaran
 Guru mengatur siswa
kedalam kelompok-
kelompok belajar
 Guru membagi
materi pembelajaran
untuk setiap
kelompok
 Guru memberikan
kesempatan siswa
untuk menjelaskan
materi yang telah
dipelajari kepada
sesame anggota
kelompok
 Guru
menginstruksikan
siswa untuk membuat
laporan hasil diskusi
dari masing-masing
kelompok
 Guru memastikan
siswa telah
menguasai atau
64

memahami materi
yang telah dipelajari
 Guru mengapresiasi
kinerja peserta didik
 Guru menyimpulkan
materi yang telah
dipelajari
Kegiatan  Guru menutup
Penutup kegiatan
pembelajaran dengan
mengucapkan
hamdalah dan salam
c) Dokumentasi

Dokumentasi merupakan usaha untuk mengumpulkan informasi

tentang berbagai hal atau variasi melalui penggunaan catatan,

transkripsi, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulensi, laporan,

daftar, dan sejenisnya. Dalam penelitian kualitatif, dokumen yang

esensial adalah dokumen yang relevan dengan topik penelitian dan

diperlukan untuk memperkaya data (Arikunto, 2016).

Melalui metode dokumentasi ini, peneliti dapat mengakses

informasi untuk menguatkan bukti atau data yang digunakan dalam

penelitian. Teknik dokumentasi juga berfungsi sebagai pendukung

bagi proses observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

Pendekatan studi dokumentasi melibatkan pengumpulan dokumen dan

data yang relevan dengan isu penelitian, yang kemudian dianalisis

secara mendalam untuk mendukung dan memperkuat keyakinan

terhadap bukti suatu peristiwa (Akdon & Ridwan, 2006).

E. Teknik Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data adalah tahap krusial dalam melakukan

penelitian karena esensi utama dari penelitian adalah memperoleh data

pada saat pelaksanaan studi. Teknik pengumpulan data merujuk pada

metode yang digunakan untuk menghimpun informasi dan

mengidentifikasi fakta-fakta dalam konteks proses belajar-mengajar.

Adapun teknik-teknik yang akan digunakan antara lain:

65
66

1. Observasi

Menurut Sugiyono, observasi adalah metode pengumpulan data

yang memiliki atribut khas berbeda dari teknik lainnya. Pengamatan

adalah tindakan mengumpulkan data melalui pengamatan untuk

mengevaluasi sejauh mana dampak dari suatu tindakan telah berhasil

mencapai tujuan yang ditetapkan. Observasi partisipatif melibatkan

individu yang ikut serta secara aktif dalam pelaksanaan proses tersebut

(Kusnandar, 2013). Melalui kegiatan observasi ini peneliti dapat

dengan mudah mengetahui permasalahan kegiatan belajar mengajar di

kelas XI SMA N 2 Padang. Pada penelitian ini peneliti akan melihat

dan mengikuti aktivitas pembelajaran yang akan dilakukan.

2. Wawancara

Wawancara merupakan interaksi antara dua individu di mana

informasi dan gagasan ditukar melalui rangkaian pertanyaan dan

jawaban, bertujuan untuk menghasilkan pemahaman lebih dalam

mengenai suatu topik (Sugiyono, 2019). Dalam penelitian ini, metode

wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur atau

sering disebut sebagai wawancara bebas. Wawancara tidak terstruktur

adalah jenis wawancara di mana responden memiliki kebebasan dalam

menjawab pertanyaan peneliti sebagaimana pewawancara memiliki

kebebasan dalam mengajukan pertanyaan. Melalui wawancara ini,

diperoleh informasi mengenai peran aktif guru dalam menerapkan


67

model pembelajaran pendidikan agama Islam, serta data yang

komprehensif dan sah mengenai perilaku siswa dalam proses belajar .

Metode ini diterapkan oleh peneliti saat melakukan wawancara

tatap muka dengan para guru menggunakan pendekatan wawancara

bebas terpimpin. Dalam metode ini, peneliti mencatat pertanyaan-

pertanyaan yang relevan dengan konteks situasi, tetapi tetap sesuai

dengan kerangka utama penelitian. Keunggulan dari teknik

pengumpulan data wawancara adalah bahwa peneliti mendapatkan

pemahaman yang lebih mendalam mengenai fakta-fakta terkait dengan

proses pembelajaran.

3. Dokumentasi

Menurut Fuad et al., (2014), Dokumentasi berperan sebagai

sumber informasi sekunder yang penting dalam konteks penelitian.

Fungsi utama dari dokumentasi adalah memperkuat dan mendukung

validitas suatu penelitian. Dokumentasi dianggap sebagai metode

untuk memperoleh pengetahuan dan informasi, yang meliputi buku,

arsip, catatan tertulis, serta gambar dalam bentuk laporan dan data,

yang dapat mendukung dan menguatkan hasil penelitian (Sugiyono,

2007).

Lebih lanjut, dokumentasi juga melibatkan pengambilan atau

pencatatan gambar untuk memberikan dukungan dan melengkapi

informasi. Dalam hal ini, dokumen yang mendukung terdiri dari hasil

dokumentasi dari wawancara terkait peran aktif guru, daftar


68

pelanggaran, data siswa, informasi sekolah, dan elemen lainnya.

Proses pendokumentasian terwujud dalam bentuk fisik, seperti catatan

atau dokumen yang mencakup rincian informasi mengenai siswa, guru,

sekolah, peraturan sekolah, catatan tentang pelanggaran siswa, serta

tindakan penanganan yang diambil. Sementara itu, pendokumentasian

tambahan berupa pengambilan foto-foto selama penulis melakukan

penelitian di lapangan.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif merupakan langkah sistematis dalam

mengidentifikasi dan mengorganisasi informasi dari hasil wawancara,

catatan lapangan, serta materi lainnya. Tujuannya adalah untuk menyusun

data dengan kerangka yang terstruktur sehingga mudah dipahami dan

mampu disampaikan kepada orang lain (Sugiyono, 2017). Selanjutnya,

Miles dan Huberman dalam Saleh (2017) berpendapat bahwa proses

analisis data selama tahap pengumpulan mengharuskan peneliti untuk

terus berpindah antara merenungkan data yang telah ada dan merancang

metode baru dalam mengumpulkan data. Dalam situasi ini, peneliti

melihat kembali catatan lapangan dan memberikan jawaban singkat pada

setiap pertanyaan untuk membentuk ringkasan yang merangkum inti dari

peristiwa dalam situasi tersebut.

Dari pengertian analisis data tersebut, maka dapat dipahami bahwa

kegiatan analisis data kualitatif menyatu dengan aktivitas pengumpulan

data, reduksi data, penyajian data, dan penyimpulan hasil penelitian.


69

Adapun teknik analisis data yang digunakan peneliti adalah teknik

analisis data menurut Miles & Huberman. Aktivitas dalam analisis data

kualitatif ada 3 yaitu:

1. Reduksi Data

Reduksi data melibatkan proses berpikir yang cermat yang

memerlukan kemampuan intelektual tingkat lanjut, fleksibilitas, serta

ketajaman berpikir. Dalam tahap reduksi data, peneliti hanya dapat

terlibat dalam diskusi dengan rekan atau individu lain yang memiliki

pemahaman mendalam tentang subjek penelitian. Melalui dialog ini,

pemahaman peneliti diperluas sehingga mereka mampu

menyederhanakan data dengan mengidentifikasi nilai-nilai yang berarti

dan mengembangkan teori yang relevan.

2. Display Data (Penyajian Data)

Setelah data mengalami proses reduksi, langkah berikutnya

adalah melakukan presentasi data. Dalam penelitian kuantitatif,

presentasi data dapat dilakukan melalui penggunaan tabel, grafik,

piktogram, dan format lainnya. Representasi data ini membantu

mengatur dan mengolah informasi menjadi format yang lebih mudah

dipahami. Di sisi lain, dalam penelitian kualitatif, data disajikan dalam

bentuk deskripsi singkat, diagram, hubungan antar kategori, dan

variasi lainnya. Sesuai dengan pandangan Miles dan Huberman,

penyajian informasi dalam penelitian kualitatif tidak hanya terbatas

pada teks naratif, tetapi juga dapat berupa grafik, matriks, serta kisi-
70

kisi. Penyajian data memfasilitasi pemahaman mengenai dinamika

kejadian dan membantu dalam merancang langkah selanjutnya

berdasarkan pemahaman tersebut.

4. Penarikan Kesimpulan

Langkah ketiga dalam analisis data penelitian kualitatif adalah

melakukan penarikan dan evaluasi terhadap kesimpulan. Hasil awal

yang dipersembahkan dalam tahap ini masih bersifat tentatif dan

mungkin mengalami perubahan, kecuali ada bukti yang kuat yang

mendukung kelanjutan pengumpulan data lebih lanjut. Namun, jika

kesimpulan yang dihasilkan pada tahap awal didukung oleh bukti yang

valid dan konsisten, maka saat peneliti kembali ke lapangan untuk

mengumpulkan lebih banyak data, kesimpulan yang telah disajikan

bisa diandalkan.
71

Pengumpulan
Reduksi Data
Data

Penarikan Penyajian
Kesimpulan Data

Gambar 3.1 Teknik Analisis Data

F. Teknik Keabsahan Data

Metode validasi data digunakan untuk menunjukkan keakuratan

informasi yang diperoleh melalui partisipasi, observasi, perbandingan

dengan referensi lain, dan sejenisnya. Dalam penelitian ini, digunakan

teknik triangulasi sebagai metode validasi data. Triangulasi adalah strategi

yang digunakan untuk memastikan kevalidan data dengan menggunakan

beberapa pendekatan yang berbeda. Ada beberapa jenis triangulasi,

termasuk:

1. Triangulasi sumber

Ini merupakan proses membandingkan dan memverifikasi

keandalan informasi dari berbagai sumber. Misalnya membandingkan

hasil observasi dengan wawancara dan juga membandingkan hasil

wawancara dengan dokumen yang ada. Berdasarkan data yang


72

dianalisis, ditarik kesimpulan yang membutuhkan penerimaan tiga

sumber data.

2. Triangulasi waktu

Triangulasi diterapkan untuk memvalidasi keabsahan informasi

yang berkaitan dengan perubahan dalam perilaku atau sikap individu,

mengingat bahwa sikap orang selalu mengalami perubahan. Proses

pemeriksaan data dapat dilakukan melalui wawancara, observasi, atau

pada waktu dan situasi yang berbeda. Jika hasil pengujian tersebut

menunjukkan perbedaan antara satu dengan yang lainnya, maka perlu

dilakukan pengulangan hingga didapatkan kepastian atas data yang

diperoleh.

3. Triangulasi Metode

Triangulasi merujuk pada langkah verifikasi data atau temuan

dalam penelitian. Proses ini melibatkan penerapan beberapa teknik

pengumpulan data guna memastikan kesesuaian informasi yang sama,

disertai tahap pemeriksaan. Dalam hal ini, peneliti memerbandingkan

hasil wawancara yang diambil dari berbagai sumber data. Apabila

terjadi ketidakselarasan data saat materi diuji, peneliti harus

memeriksa sumber data untuk memverifikasi keabsahan atau

kebenaran data tersebut, serta untuk memastikan bahwa seluruh data

telah diverifikasi dengan benar. Adapun dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan triangulasi metode dan triangulasi sumber untuk


73

memastikan keabsahan data yang telah peneliti peroleh setelah

melakukan proses penelitian.

H. Langkah-langkah Menjalankan Penelitian

Dalam melakukan penelitian terdapat langkah-langkah atau tahapan

yang harus dilakukan secara sistematis untuk setiap pelaksanaan dalam

penelitian. Untuk memudahkan memahami alur penelitian dalam skripsi

ini, peneliti menggambarkan sebagai berikut:

Informan

Metode Jenis Menentukan


Kualitatif Penelitian Sumber Data

Validasi
Membuat Instrumen
Instrumen

Melaporkan Hasil
Mengambil Data
Kualitatif

Membuat
Analisis Data
Instrumen

Gambar 3.2 Langkah-langkah Menjalankan Penelitian


74

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bagian hasil penelitian ini, peneliti mendeskripsikan seluruh

temuan selama melakukan penelitian di SMA N 2 Padang. Sesuai dengan

subjek penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan observasi awal untuk

mengetahui bagaimana proses dan tahapan yang dilakukan oleh guru PAI

sebelum melaksanakan proses pembelajaran.

Data yang penulis sajikan berdasarkan dari hasil observasi,

wawancara, dan dokumentasi dengan pihak SMA N 2 Padang yaitu guru

Pendidikan Agama Islam dan siswa kelas XI F 1 sebanyak 3 orang. Sesuai

dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah penulis

rumuskan, maka peneliti mengelompokkan menjadi 3 rumusan masalah

yakni bagaimana perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dari pelaksanaan

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pembelajaran PAI aspek

alquran di kelas XI F1 SMA N 2 Padang.

Dari rumusan masalah tersebut, peneliti mulai melakukan

observasi di SMA N 2 Padang dengan melakukan wawancara dengan

pihak yang bersangkutan yaitu guru Pendidikan Agama Islam dan peserta

didik kelas XI F1 sebanyak 3 orang. Adapun sebagai penegas dan

pendukung hasil akhir pada penelitian ini, maka peneliti juga didukung

dengan data deskriptif, wawancara dengan informan sebagaimana yang

dituliskan pada bagian hasil serta dokumentasi yang berkaitan dengan


75

penelitian ini. Adapun rincian informan dan hasil wawancara yang

peneliti lakukan sebagai berikut:

1. Daftar Nama Guru dan Peserta Didik

No Nama Informan Jabatan

1. Eka Safitri, S. Hum Guru PAI

2. Dhea Syifa Aulia Siswa

3. Vanesha Faturrahmi Siswa

4. Himawari Mutiara Kasih Siswa

Dari data di atas maka terlihat jumlah informan dalam penelitian

ini adalah 4 orang, diantaranya 1 orang guru PAI, dan 3 orang siswa

kelas XI F1 SMA N 2 Padang.

2. Hasil Wawancara

Penulis mulai melakukan observasi di kelas XI F1 SMA N 2

Padang pada bulan Desember 2022. Kemudian peneliti melakukan

wawancara penelitian dengan beberapa informan yakni Guru PAI dan

peserta didik kelas XI F1. Adapun hasil penelitian yang peneliti

paparkan sebagai berikut:

a. Mendeskripsikan Bagaimana Perencanaan Model


Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Pembelajaran PAI
Aspek Al-Qur’an di Kelas XI F1 SMA N 2 Padang.

Dari penelitian mengenai perencanaan pembelajaran

dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada

pembelajaran PAI di kelas XI F1 SMA N 2 Padang, sebelum


76

pembelajaran dimulai, guru harus memiliki persiapan agar

pembelajaran berjalan dengan lancar dan efektif. Upaya membuat

rencana pembelajaran dimaksudkan agar dapat dicapai perbaikan

pembelajaran. Perbaikan pembelajaran ini diharapkan mampu

meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh

perancang pembelajaran (Nasution, 2017).

Perencanaan sebelum proses pembelajaran sangat

mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Perencanaan yang

disusun oleh guru sangat tergantung pada model dan strategi yang

akan diterapkan. Model pembelajaran merupakan suatu komponen

dasar dalam proses belajar yang akan menentukan ketercapaian

hasil belajar mengajar. Maka dari itu guru PAI di Kelas XI F1 SMA

N 2 Padang telah menyusun rangkaian Capaian Pembelajaran (CP),

dan Alur Tujuan Pembelajaran (ATP), Tujuan Pembelajaran (TP),

yang mana pada kurikulum merdeka telah dimuat dalam bentuk

modul ajar yang akan dijadikan panduan pelaksanaan pembelajaran

di kelas.

1) Kurikulum

Berdasarkan observasi peneliti, SMA N 2 Padang

menggunakan kurikulum merdeka belajar. Sebagaimana

wawancara yang peneliti lakukan 24 Juli 2023 bersama Ibu Eka

Safitri, S.Hum selaku guru PAI kelas XI F1 menyatakan:

”Kurikulum yang digunakan di SMA 2 ini adalah kurikulum


merdeka belajar. Dimana guru dan siswa diberi kebebasan
77

dalam menentukan metode yang akan digunakan dalam belajar


sesuai kebutuhan, selain itu pada kurikulum merdeka
menggunakan modul ajar yang telah dimuat didalamnya CP,
ATP, dan bahan ajar yang akan digunakan sebagai acuan
dalam pembelajaran di kelas”.

Dengan adanya perubahan kurikulum ini diharapkan akan

adanya perubahan dalam dunia Pendidikan yang lebih berfokus

pada pengembangan karakter dan keterampilan berdasarkan

kompetensi (Indarta et al., 2022).

2) Karakteristik Peserta Didik

Dalam menyusun perencanaan pembelajaran di kelas, guru

harus mengetahui kondisi dan karakteristik peserta didik agar

saat pembelajaran berlangsung guru tidak lagi kesulitan dalam

berinteraksi dengan siswa. Maka dalam hal ini, menurut Ibu

Eka Safitri, S.Hum selaku guru PAI di kelas XI F1 SMA N 2

Padang saat peneliti wawancara pada 24 Juli 2023 menyatakan

bahwa:

“Peserta didik di SMA 2 ini berasal dari jenjang


pendidikan yang berbeda, ada yang berasal dari SMP,
Madrasah Tsanawiyah, Pesantren, dan lainnya. Untuk status
sosial peserta didik ada yang berasal dari golongan menengah
ke atas, ada yang berasal dari golongan kurang mampu, tetapi
kebanyakan mayoritas status sosial peserta didik di SMA 2 ini
berasal dari keluarga golongan menengah ke atas. Selain itu
peserta didik di SMA N 2 Padang ini ada yang berasal dari
Minang asli, dan ada juga yang berasal dari luar Sumbar.
Selanjutnya dari segi kultural dan kepercayaan di SMA 2 ini
ada siswa yang beragama selain Islam seperti ada juga siswa
yang non-muslim karena beda daerah, beda lagi kebudayaan
nya. Selain itu peserta didik yang masuk di SMA 2 ini juga ada
yang masuk lewat jalur prestasi akademik maupun non
akademik seperti jalur tahfiz, olahraga dan lainnya.”
78

Selanjutnya mengenai kecerdasan intelektual peserta didik,

Ibu Eka Safitri juga mengatakan bahwa:

“Mengenai kecerdasan intelektual peserta didik, di SMA 2 ini


siswanya pintar-pintar dan kemampuan mereka juga luar biasa
sesuai bidang masing-masing. Ada juga anak berkebutuhan
khusus yang juga tidak kalah hebat di bidangnya dan juga
sesuai kebutuhan. Untuk gaya belajar peserta didik, pada
umumnya di SMA 2 ini peserta didik itu ada yang memiliki
gaya belajar yang berbeda-beda seperti visual, auditori dan
juga kinestetik. Hal ini sesuai dengan kemampuan mereka
dalam belajar”.

Dari hasil wawancara di atas, dapat peneliti simpulkan

bahwasannya peserta didik di SMA N 2 Padang berasal dari

jenjang pendidikan, status sosial, kecerdasan intelektual, asal

daerah, kebudayaan dan gaya belajar yang berbeda. Namun

mereka memiliki kecerdasan dan kemampuan di masing-

masing bidang yang bisa mereka kembangkan. Dalam hal ini,

guru bisa menentukan bagaimana menyiapkan perencanaan

yang komplek dan sesuai untuk kondisi dan karakteristik

peserta didik yang berbeda-beda sehingga tujuan pembelajaran

dapat tercapai.

3) Tujuan Pembelajaran

Berdasarkan pernyataan di atas, setelah mengenal dan

mengetahui kondisi peserta didik, maka guru harus mampu

menganalisa dan menentukan tujuan apa yang hendak dicapai

dalam pembelajaran. Maka dalam hal ini, menurut Ibu Eka

Safitri, S.Hum selaku Guru PAI menyatakan bahwa:


79

“Dalam menentukan kompetensi yang hendak dicapai


siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, untuk kognitif
kami mengawali pembelajaran dengan memberikan soal
assestmen diagnostik untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman siswa pada materi yang akan dipelajari, untuk
afektif dan psikomotorik saya berkolaborasi dengan guru BK
untuk memberikan assestmen diagnostik awal pembelajaran
juga untuk mengetahui bagaimana sikap dan keterampilan apa
yang dimiliki oleh siswa sehingga nanti bisa menghasilkan
gaya belajar siswa yang sesuai kemampuan seperti visual,
auditori, dan kinestetik.”

Berdasarkan pernyataan di atas dapat dipahami

bahwasannya untuk menentukan dan menganalisa tujuan

pembelajaran Ibu Eka Safitri, S.Hum selaku Guru PAI

menentukan capaian kognitif mengawali pembelajaran dengan

memberikan soal assestmen diagnostik untuk mengetahui

sejauh mana siswa memahami materi yang akan dipelajari.

Kemudian pada afektif dan psikomotorik beliau berkolaborasi

dengan guru BK untuk mengetahui sikap dan keterampilan apa

yang dimiliki siswa dengan memberikan assestmen pada awal

pembelajaran sehingga bisa menentukan bagaimana gaya

belajar siswa yang sesuai kemampuan agar tujuan

pembelajaran dapat tercapai.

4) Materi

Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai maka seorang

guru harus mempersiapkan materi yang akan diajarkan dengan

baik sehingga materi yang dipelajari dapat dipahami dan

dicerna oleh siswa. Di sekolah SMA N 2 Padang menggunakan


80

kurikulum merdeka yang mana Alur Tujuan Pembelajaran

(ATP), Capaian Pembelajaran (CP), materi atau bahan ajar itu

dimuat dalam bentuk modul ajar yang akan digunakan sebagai

acuan dalam belajar. Maka penyusunan materi harus relevan

dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Berkenaan dengan hal

ini, Ibu Eka Safitri, S.Hum selaku guru PAI kelas XI F1

mengatakan bahwa:

“Antara materi dan tujuan pembelajaran itu pasti relevan


karena pada kurikulum merdeka elemennya turun dari capaian
pembelajaran menjadi tujuan pembelajaran sehingga materi
sesuai dengan tujuan pembelajaran, misalnya materi tentang
berkompetisi dalam kebaikan dan etos kerja, tujuan
pembelajarannya adalah siswa mampu menjelaskan tentang
apa itu kompetisi dalam kebaikan dan etos kerja atau materi
nya adalah Q.S Al-Maidah ayat 48 dan At-Taubah ayat 105,
yang mana siswa harus mampu mengidentifikasi tajwid, arti
perkata, terjemahan, serta kandungan yang terdapat dalam
ayat tersebut, jadi tujuan dan capaian dalam pembelajaran itu
harus sesuai”.

Dari pernyataan Ibu Eka Safitri dapat disimpulkan bahwa

materi dan tujuan pembelajaran itu mesti relevan karena dalam

kurikulum merdeka capaian pembelajaran itu menjadi alur

tujuan pembelajaran dan menjadi tujuan pembelajaran yang

dimuat di dalam modul ajar. Tercapainya tujuan pembelajaran

bisa dilihat dari bagaimana siswa memahami pembelajaran

dengan baik, maka dalam hal ini guru harus melihat dan

mengetahui sejauh mana pemahaman siswa pada materi yang

dibahas. Maka Ibu Eka Safitri, S.Hum selaku guru PAI juga

mengatakan bahwa:
81

“Untuk melihat kematangan peserta didik dalam


pembelajaran biasanya di awal pembelajaran guru
memberikan apersepsi guna mengingatkan pembelajaran
sebelumnya dan melihat respon siswa, dan setelah itu
melakukan pre-test berupa pertanyaan atau kuis untuk melihat
sejauh mana kemampuan siswa memahami pembelajaran,
kemudian biasanya di akhir pembelajaran saya memberikan
pertanyaan apakah siswa memahami dengan baik atau ada
yang kurang jelas, semakin banyak siswa yang bertanya maka
akan bertambah kematangan dalam memahami materi, namun
jika tidak ada pertanyaan maka saya memberi pertanyaan
kepada siswa. Setelah itu barulah memberi evaluasi untuk
mengetahui apakah siswa benar-benar memahami
pembelajaran dengan baik seperti memberi kuis ataupun
soal.”

Dari pernyataan Ibu Eka Safitri di atas dapat dipahami

bahwa untuk melihat kematangan peserta didik dalam belajar

guru PAI memberikan apersepsi untuk mengingatkan pada

pembelajaran yang lalu, kemudian melihat bagaimana respon

siswa, kemudian di akhir pembelajaran guru juga memberikan

pertanyaan kepada siswa tentang apakah sudah paham atau

belum, jika tidak ada pertanyaan maka guru kembali bertanya

kepada siswa. Setelah itu guru memberi evaluasi untuk

mengukur pemahaman siswa.

Selanjutnya, sebagai seorang guru harus menganalisa

apakah materi yang diajarkan bermanfaat bagi siswa. Maka

Ibu Eka Safitri, S.Hum mengatakan bahwa:

“Untuk melihat kebermanfaatan yang namanya


pembelajaran agama itu ada namanya pembiasaan dan
penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Mungkin saya tidak
secara langsung mengetahui apakah ini diterapkan atau tidak,
namun saya menyampaikan bahwa pada materi kompetisi
82

dalam kebaikan kita harus berlomba-lomba untuk berbuat baik


atau bekerjasama, apakah ada dia terapkan ataukah tidak,
untuk mengetahui apakah hal itu diterapkan kita bisa lihat dari
cara belajar dan sikap dia saat di dalam kelas seperti
membantu teman yang kesusahan. Kita sebagai guru sudah
menyampaikan apa yang dipelajari, jadi kita mengingatkan
dan mengarahkan kepada siswa untuk menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.”

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwasannya

cara guru PAI melihat apakah pembelajaran itu bermanfaat

bagi siswa adalah dengan melihat bagaimana peserta didik

menerapkan dio kelas, atau saat berada di lingkungan sekolah

seperti bekerjasama dalam kelompok, berkomunikasi dengan

baik, dan lain-lain.

Dalam proses pembelajaran di kelas, guru perlu memilih

sumber belajar yang tepat untuk peserta didik. Dalam hal ini

Ibu Eka Safitri, S.Hum mengatakan bahwa:

“Guru memilih sumber belajar yang berupa buku paket


yang disediakan sekolah, pada saat ini di kurikulum merdeka
ada buku paket dari pemerintah, nah dari buku paket ini guru
membuat sebuah modul ajar yang berisi materi yang
bersumber dari buku, jurnal, internet, dan lainnya.”

Dari pernyataan di atas dapat dipahami bahwa sumber

belajar yang digunakan oleh guru PAI saat ini di kelas XI F1

berupa buku paket dari sekolah yang kemudian dijadikan acuan

pembuatan modul ajar. Selain itu guru juga menggunakan

sumber lain seperti jurnal ilmiah, internet, dan lainnya.

Pada tiap materi pembelajaran membutuhkan waktu untuk

bisa mencapai tujuan pembelajaran. Maka seorang guru harus


83

menentukan alokasi waktu pembelajaran dengan baik. Dalam

hal ini Ibu Eka Safitri juga menyampaikan bahwa:

“Untuk menentukan alokasi waktu pembelajaran


berdasarkan kalender pendidikan, dilihat minggu efektif dan
minggu tidak efektif misalnya di bulan Januari tidak ada libur
maka ini efektif, atau ada ujian di bulan selanjutnya maka ini
tidak efektif. Jadi, jumlah minggu efektif dan minggu tidak
efektif nanti dikurangi untuk menghasilkan 16-20 minggu
efektif itu yang dibagi, barulah ditetapkan alokasi waktu.
Misalnya ada 5 pertemuan dalam 1 Bab materi. Namun dalam
setiap materi alokasi waktunya berbeda, misalnya pada aspek
alquran itu 5 pertemuan, jadi guru harus menentukan dan
menganalisa dimana siswa kesulitan dalam belajar maka
waktunya harus lebih daripada yang lain…jadi minggu yang
berlebih itulah dijadikan untuk evaluasi dan review
pembelajaran.”

5) Model dan Media

Dalam perencanaan proses pembelajaran di kelas, seorang

guru harus menggunakan model dan media yang tepat dalam

belajar agar pembelajaran mudah dipahami dan tujuan

pembelajaran dapat tercapai. Dalam hal ini guru harus mampu

memilih model dan media apa yang digunakan pada masing-

masing materi karena tidak semua model dan media pada satu

materi cocok dengan materi yang lainnya.

Maka berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Eka Safitri,

S.Hum beliau menyatakan:

“Untuk penggunaan model dan media pada materi


biasanya misalnya tentang aspek alquran itu kita haruskan
siswa membawa alquran, kemudian saya menugaskan siswa
mencari tajwid, arti per kata, dan kandungan ayat…Kemudian
untuk pemilihan model dan media pembelajaran pada masing-
masing materi misalnya pada aspek alquran saya
menggunakan model pembelajaran jigsaw dengan
84

menggunakan media kertas origami. Alasan saya memilih


menggunakan model jigsaw pada materi aspek alquran adalah
karena dengan menggunakan model jigsaw ini siswa akan aktif
dalam belajar karena model ini mengandalkan kerjasama
antar siswa yang mana pada tiap kelompok ditugaskan untuk
membahas masing-masing topik pelajaran, kemudian dalam
kelompok membuat kelompok baru yaitu ahli yang mana
nantinya akan mendiskusikan materi yang didapat, setelah
selesai diskusi mereka kembali kepada kelompok asal dan
menyampaikan apa yang didapat kepada teman-temannya. Hal
ini akan menimbulkan semangat dalam diri siswa, seperti yang
kita ketahui susah saat ini mencari generasi muda yang
mencintai alquran, salah satu upaya saya yaitu dengan
menerapkan model jigsaw dalam pembelajaran PAI...Namun
saya juga mengkolaborasikan dengan metode ceramah sebagai
penguatan pada siswa”.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dijabarkan bahwa

pada aspek alquran Ibu Eka Safitri, S.Hum menggunakan

model pembelajaran jigsaw sebagai upaya untuk meningkatkan

keaktifan dan motivasi siswa dalam belajar. Adapun

perencanaan tujuan pembelajaran dan langkah-langkah

pembelajaran yang telah disusun oleh Ibu Eka Safitri, S.Hum

dalam bentuk modul ajar pada aspek alquran pada materi

Membiasakan Berpikir kritis dan Semangat Mencintai IPTEK

yang dirinci sebagai berikut:


85

Gambar 4.1 Identitas Modul


86

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa guru PAI kelas X1

F1 Ibu Eka Safitri, S.Hum telah membuat modul ajar yang

mana telah disusun tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

a) Tujuan

Di antara tujuan yang hendak dicapai dalam materi

Membiasakan Berpikir Kritis dan Semangat Mencintai

IPTEK adalah:

 Dengan menggunakan metode talaqqi, peserta didik

dapat membaca dengan tartil dan sesuai kaidah tajwid

pada Q.S. Ali 'Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ar-

Rahman/55: 33, serta memupuk semangat berpikir

kritis dan cinta terhadap ilmu pengetahuan dan

teknologi (IPTEK). Selain itu, peserta didik diajarkan

untuk tadarus Al-Qur'an setiap hari.

 Peserta didik juga diajak untuk menghafal bacaan Q.S.

Ali 'Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ar-Rahman/55: 33,

serta hadis yang mengajarkan tentang berpikir kritis dan

semangat mencintai IPTEK dengan lancar dan fasih.

 Dalam model pembelajaran jigsaw, peserta didik dapat

mengidentifikasi dan menganalisis tajwid, arti

perkataan, terjemahan, asbabun nuzul, dan tafsir pada

Q.S. Ali 'Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ar-Rahman/55:

33.
87

 Menggunakan model pembelajaran Jigsaw, peserta

didik mampu menganalisis manfaat penerapan berpikir

kritis dan semangat mencintai IPTEK dalam kehidupan

sehari-hari.

 Melalui pendekatan berbasis proyek (project-based

learning), peserta didik diajak untuk membuat dan

menyajikan paparan mengenai Q.S. Ali 'Imran/3: 190-

191 dan Q.S. Ar-Rahman/55: 33, serta hadis yang

berkaitan dengan berpikir kritis dan semangat mencintai

IPTEK. Selain itu, peserta didik akan menganalisis isi

dari Q.S. Ali 'Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ar-

Rahman/55: 33, serta hadis yang relevan.

b) Model: Model Jigsaw, PjBL

c) Metode: diskusi, demonstrasi, Talaqqi

d) Media: kertas origami, kertas karton, spidol, dan lain-lain.

Adapun Langkah-langkah Pembelajaran PAI dengan model

Jigsaw adalah:

a) Pendahuluan

 Memberi salam siswa

 Berdo’a bersama

 Memeriksa kehadiran siswa

 Mengecek kondisi kelas


88

 Guru menyampaikan judul materi dan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai

 Guru memberikan apersepsi dan motivasi pada peserta

didik sebelum memulai pembelajaran

 Guru akan menyampaikan kompetensi yang akan

dicapai

b) Inti

 Guru mengarahkan dan menjelaskan isi tentang

bagaimana berpikir kritis dan semangat mencintai

IPTEK sesuai dengan ayat-ayat Q.S Ali Imran/3: 190-

191 dan Q.S Ar-Rahman/55: 33, serta Hadis yang

relevan dengan konsep tersebut.

 Guru mengatur pengelompokan peserta didik untuk

kegiatan pembelajaran.

 Guru menjelaskan langkah-langkah pelaksanaan model

jigsaw dalam proses belajar;

 Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok heterogen,

dengan anggota sebanyak 1 hingga 5 siswa;

 Setiap anggota dalam satu tim diberikan materi atau sub

bab yang berbeda, kemudian mereka menuliskannya di

kertas origami;

 Setiap siswa dalam kelompok tugas diberikan materi

yang perlu mereka pelajari;


89

 Anggota dari berbagai tim yang memiliki materi sama

bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk

berdiskusi mengenai sub bab yang mereka pelajari;

 Setelah diskusi selesai, sebagai tim ahli, anggota

kembali ke kelompok asal masing-masing dan secara

bergantian mengajar anggota tim mereka tentang materi

yang telah dipelajari, sementara anggota lainnya

mendengarkan dengan saksama;

 Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi yang telah

dilakukan;

 Setiap kelompok asal menulis laporan tentang diskusi

mereka;

 Guru memberikan penghargaan kepada siswa atas kerja

keras mereka;

c) Bagian penutup

 Guru menyimpulkan materi yang telah diajarkan;

 Guru memberikan evaluasi melalui tes tertulis atau

lisan;•

 Guru mengakhiri dengan doa dan salam.

Selain itu guru juga harus memperhatikan

ketersediaan sarana belajar untuk menunjang dan mendukung

proses pembelajaran di kelas. Kemudian guru harus

menetapkan alokasi waktu yang sesuai dengan model dan


90

media yang tersedia agar pembelajaran bisa efektif dan tidak

membosankan. Berdasarkan wawancara peneliti dengan Ibu

Eka Safitri, S.Hum selaku guru PAI di kelas XI F1 SMA N 2

Padang, beliau mengatakan:

“Kalau di sini sarana belajar sudah bisa dibilang lengkap.


Disini siswa bisa meminjam buku paket di perpustakaan, di
masing-masing kelas juga terdapat in-focus untuk membantu
guru menampilkan materi, selain itu disini siswa menggunakan
media handphone untuk belajar. Jadi untuk menyesuaikan
dengan sarana yang ada saya menyiapkan dari rumah
membuat bahan ajar seperti PPT dan video agar bisa
ditampilkan kepada siswa karena akan lebih mudah dan
menghemat waktu dalam pembelajaran”.

Berdasarkan wawancara dengan Ibu Eka Safitri dapat

disimpulkan bahwa untuk sarana dan media pembelajaran

sudah memadai dengan adanya buku paket, infokus, dan

sebagainya, kemudian guru membuat PPT dan video

pembelajaran yang akan ditampilkan kepada siswa.

Adapun model dan metode yang digunakan oleh guru PAI

dapat dilihat pada gambar berikut:


91

Gambar 4.2 Model dan Metode

Dari gambar 4.2 di atas dapat dimengerti bahwasannya

model yang diterapkan dalam pembelajaran PAI oleh guru PAI


92

di kelas XI F1 adalah model jigsaw dan project based learning.

Kemudian metode yang digunakan adalah metode diskusi,

demonstrasi, dan talaqqi. Selanjutnya, sumber belajar yang

digunakan oleh guru PAI di kelas XI F1 adalah PPT, video

pembelajaran, buku teks PAI kelas XI (siswa dan guru)

(Kemdikbud 2021), dan juga jurnal ilmiah yang terdapat di

internet.

Selanjutnya, dalam menentukan model dan media

pembelajaran yang akan digunakan guru harus mengetahui

kemampuan dasar yang dimiliki siswa. Dalam hal ini Ibu Eka

Safitri, S.Hum juga mengatakan:

“Kemampuan siswa untuk pembelajaran PAI ini saya lihat


sudah luar biasa, namun sebagai guru kita perlu menekankan
dan mengarahkan siswa menentukan target apa yang akan
dicapai.”

Dari penjelasan Ibu Eka Safitri S.Hum dapat disimpulkan

bahwa untuk kemampuan dasar siswa dalam memahami

pembelajaran sudah cukup baik, namun tentu sebagai seorang

guru bukan hanya bertugas mengajar akan tetapi juga

mengarahkan siswa untuk menerapkan apa yang dipelajari

dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran PAI banyak

sekali aspek yang harus dicapai. Untuk itu peran guru sebagai

fasilitator dan motivator sangat menentukan berhasil atau

tidaknya proses belajar.


93

d) Evaluasi

Untuk mengukur sejauh mana kemampuan siswa dalam

belajar, seorang guru harus mempersiapkan suatu teknik

ataupun penilaian untuk membuktikan apakah tujuan

pembelajaran tercapai ataukah tidak. Dalam hal ini guru bisa

melakukan evaluasi pada setiap pembelajaran yang dilakukan

di akhir pembelajaran.

Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan Ibu

Eka Safitri, S.Hum pada 24 Juli 2023, beliau mengatakan:

“Untuk menetapkan tujuan penilaian yaitu dengan


mengukur hasil belajar peserta didik, seperti setelah
pembelajaran saya memberikan tugas berupa tes tertulis
maupun tidak tertulis seperti saya menugaskan siswa
mengerjakan LKPD, selain itu saya juga menugaskan siswa
untuk menghafal ayat yang berkaitan dengan materi, ulangan
harian, dan ujian. Terkadang saya juga menyuruh siswa
membuat portofolio untuk menilai keterampilan mereka.
Sebenarnya tujuan penilaian ini untuk melihat kualitas peserta
didik. Jadi saya mempersiapkan beberapa tes untuk diberikan
kepada siswa setelah pembelajaran berakhir”.

Dari hasil wawancara di atas dapat peneliti simpulkan

bahwasannya Ibu Eka Safitri, S.Hum menetapkan tujuan

penilaian yaitu dengan beberapa teknik evaluasi berupa tes

tertulis maupun tidak tertulis yang digunakan untuk

mengetahui sejauh mana siswa memahami pembelajaran

seperti tugas, LKPD, portofolio, hafalan ayat dan lain-lain.

Dalam penetapan tujuan pembelajaran, guru harus

mengidentifikasi kompetensi dan hasil belajar siswa sesuai


94

dengan kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum.

Berdasarkan wawancara peneliti dengan Ibu Eka Safitri,

S.Hum selaku Guru PAI di SMA N 2 Padang mengatakan

bahwa:

“Untuk menentukan kompetensi pada kurikulum merdeka


itu tidak ada pada tujuan pembelajaran. Bagaimana hasil
belajar siswa, apakah sesuai dengan kompetensi yang ada itu
sekarang dalam kurikulum merdeka dinamakan KKTP, jadi
sampai dimana kemampuan siswa dalam belajar. Jadi untuk
tujuan pembelajaran itu misalnya ada 5 tujuan pembelajaran,
kemudian siswa mampu menjelaskan kelimanya, namun volume
nya berbeda. Misalnya tujuan pembelajaran pertama 80%,
tujuan pembelajaran kedua 50%, atau tujuan pembelajaran
ketiga 100%, ketika tujuan pembelajaran keempat mungkin
10%. Jadi disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku”.

Berdasarkan penjelasan tersebut peneliti menyimpulkan

bahwa Ibu Eka Safitri, S.Hum selaku guru PAI di SMA N 2

Padang mengidentifikasi kompetensi dan hasil belajar siswa

dengan menetapkan tujuan pembelajaran, kemudian guru

mengukur seberapa jauh kemampuan siswa dalam belajar yang

sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

b. Mendeskripsikan Bagaimana Pelaksanaan Model


Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Pembelajaran PAI
Aspek Al-Qur’an di Kelas XI F1 SMA N 2 Padang.

Dalam pelaksanaan model jigsaw secara umum memiliki

banyak langkah. Adapun temuan peneliti pada pembelajaran PAI

aspek alquran, Ibu Eka Safitri, S.Hum telah menyusun langkah-

langkah model jigsaw sebagai berikut:


95

1) Pendahuluan

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PAI kelas XI F1

SMA N 2 Padang, Ibu Eka Safitri pada 25 Juli 2023 mengenai

kegiatan pendahuluan, beliau mengatakan:

“Dalam kegiatan pendahuluan pertama ketika saya masuk


kelas dan mengucapkan salam, kemudian saya menyuruh anak
untuk berdo’a terlebih dahulu, setelah berdo’a saya melihat
kondisi kelas terlebih dahulu apakah siswa siap untuk belajar
atau belum seperti menyuruh merapikan pakaian, merapikan
bangku, dan memilih sampah di bangku masing-masing, jika
terlalu kotor saya menyuruh mereka membersihkan kelas
terlebih dahulu. Kemudian setelah rapi dan bersih barulah
saya memeriksa kehadiran siswa. Setelah itu saya melakukan
apersepsi untuk mengingatkan siswa pada pembelajaran
sebelumnya, saya memberikan pre-tes berupa pertanyaan,
selanjutnya baru saya sampaikan tujuan pembelajaran dan apa
yang hendak dicapai pada pembelajaran hari itu. Biasanya
saya juga melakukan ice breaking terlebih dahulu sebelum
memulai pembelajaran”.

Hal tersebut juga disampaikan oleh salah seorang siswa

kelas XI F1 yaitu Vanesha Faturrahmi bahwa:

“Ketika Ibu Eka masuk dalam kelas beliau mengucapkan


salam dan langsung duduk di kursi, setelah itu beliau
menyuruh ketua kelas untuk menyiapkan berdo’a, kemudian
beliau mengecek kondisi kelas apakah kelas sudah rapid an
siap untuk belajar, kalau belum maka beliau menyuruh
merapikan dan membersihkan, setelah itu barulah beliau
mengambil kehadiran siswa. Selanjutnya, Ibu Eka memberikan
pertanyaan seputar materi minggu kemarin, setelah itu beliau
menyampaikan tujuan dan materi yang akan dipelajari hari
itu”.

Adapun kegiatan pendahuluan yang dilakukan selama 15

menit yaitu:
96

a) Memberi salam siswa

Guru memasuki kelas dengan mengucapkan salam

kepada siswa.

b) Berdo’a bersama

Sebelum pembelajaran dimulai guru

mengorganisasikan siswa untuk berdo’a bersama dengan

dipimpin oleh ketua kelas

c) Mengecek kondisi kelas

Guru mengecek kondisi kelas apakah siap untuk

belajar, seperti menginstruksikan siswa untuk merapikan

pakaian, membuang sampah yang ada pada bangku masing-

masing, jika kondisi kelas kotor guru menyuruh

membersihkan sebelum pembelajaran dimulai.

d) Memeriksa kehadiran siswa

Setelah siswa sudah selesai merapikan dan

membersihkan kelas kemudian guru memeriksa kehadiran

siswa.

e) Guru menyampaikan judul materi dan tujuan pembelajaran

yang akan dicapai

Setelah memeriksa kehadiran siswa, guru

menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran yang

hendak dicapai.
97

f) Guru memberikan apersepsi dan motivasi pada peserta

didik sebelum memulai pembelajaran

Sebelum memulai pembelajaran, guru melakukan

apersepsi dengan menanyakan peserta didik tentang materi

yang dipelajari minggu sebelumnya kemudian

menghubungkannya dengan materi yang akan dipelajari.

Setelah itu guru memotivasi siswa dengan melakukan ice

breaking sebelum memulai pembelajaran agar siswa

bersemangat.

Jadi, berdasarkan temuan pengamatan peneliti pada

tanggal 25-28 Juli 2023 dapat disimpulkan bahwa pada

tahap pendahuluan, setelah guru mengorganisasikan peserta

didik untuk berdo’a, merapikan kelas, memeriksa

kehadiran, guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan

apa yang hendak dicapai, setelah itu guru melakukan

apersepsi untuk mengingatkan siswa pada materi yang

berlalu dengan memberikan pertanyaan, setelah itu guru

menghubungkannya dengan materi yang akan dipelajari.

Setelah itu guru memotivasi siswa dengan memberikan ice

breaking untuk menimbulkan semangat siswa. Kemudian

barulah guru masuk pada pembelajaran.


98

2) Inti

Berdasarkan temuan dan wawancara dengan guru PAI dan

juga siswa kelas XI F1 pada 31 Juli 2023 tentang bagaimana

pelaksanaan model kooperatif tipe jigsaw pada pembelajaran

PAI sebanyak 5 kali pertemuan maka didapat hasil sebagai

berikut:

a) Guru mengorientasikan dan memberikan gambaran materi

tentang perilaku berpikir kritis dan semangat mencintai

IPTEK sesuai dengan Q.S Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S

Ar-Rahman/55: 33, serta Hadis terkait dengan materi

tersebut.

Berdasarkan wawancara peneliti dengan Ibu Eka

Safitri selaku guru PAI, beliau mengatakan:

“Kalau menyampaikan materi pembelajaran ini banyak ya,


karena misalnya dalam aspek seperti elemen Al-Qur'an
saya menyampaikan materi untuk pertemuan pertama itu
dengan metode ceramah, saya terangkan secara garis
besar dulu ya. Setelah anak agak mulai mengerti, agak
paham, baru saya mengorganisasikan anak untuk belajar.
Jadi untuk elemen Al-Qur'an ini saya memakai model
pembelajaran Jigsaw, saya kelompokkan anak agak
beberapa kelompok, satu kelompokkan itu lima sampai
enam orang”.

Dari hasil wawancara dengan guru PAI di atas dapat

dipahami bahwa pada awal pembelajaran guru PAI

melakukan penguatan dengan menjelaskan materi

menggunakan metode ceramah secara garis besar,

kemudian beliau mengorganisasikan peserta didik untuk


99

belajar, selanjutnya barulah guru mengelompokkan anak 1

kelompok terdiri dari 5-6 anak.

b) Guru mengorganisasikan peserta didik untuk belajar

Berdasarkan wawancara peneliti dengan Ibu Eka

Safitri selaku guru PAI, beliau mengungkapkan:

“Kalau ibu membentuk itu, karena sekarang adalah


kurikulum merdeka, jadi pembelajaran berdeferensiasi
sesuai dengan minat anak, maka saya lihat dulu, saya
kelompokkan gaya belajar anak ini audio, ini visual, ini
kinestetik, atau ini audiovisual, atau ini ketiganya, atau
cuma satu-satu. Namun, di dalam sini di kelompokkan
berdasarkan gaya belajar mereka. Maka anak yang gaya
belajarnya audio, berarti mendengar ya, maka saya
menyuruh mereka untuk sistem model pembelajarannya
adalah MSQ (Musabaqoh Syarhil Qur'an), jadi mereka
bisa mendengarkan di YouTube bagaimana membaca Al-
Qur'an dengan baik, mereka tampilkan dalam kelompok
mereka seperti Musabaqoh, seperti perlombaan MTQ ya.
Setelah itu, kalau anak gaya belajar visual, melihat ya,
berarti anak ini saya kelompokkan menggunakan model
Jigsaw, saya kelompokkan beberapa orang kelompok juga.
Jadi kalau di Jigsaw ini ada kelompok biasa dan kelompok
ahli”. Di situ saya jelaskan bagaimana cara
pembelajarannya. Yang ketiga kalau kinestetik, itu karena
anaknya suka berjalan, tidak suka mendengar, tidak suka
itu, dia suka bekerja, maka saya suruh mereka membuat
model pembelajaran Project Based Learning itu dengan
membuat kaligrafi surat pada Al-Qur'an itu, nanti dibeda-
bedakan gitu. Biar pembelajaran berdeferensiasi tercapai
itu sesuai dengan kurikulum merdeka”.

Dalam hal ini guru menginstruksikan kepada siswa

untuk duduk berdasarkan gaya belajar. Setelah itu guru

membagi menjadi beberapa kelompok, bagi kelompok gaya

belajar visual dan kinestetik menggunakan model jigsaw

dalam pembelajaran. Sedangkan untuk siswa yang gaya


100

belajar auditori itu menggunakan youtube sebagai sumber

belajar kemudian didiskusikan dan dipresentasikan di

depan kelas.

c) Guru menjelaskan tata cara pelaksanaan model jigsaw

dalam belajar;

Guru menjelaskan tentang tata cara pelaksanaan

model jigsaw dalam pembelajaran seperti terdiri dari

kelompok asal dan kelompok ahli.

d) Siswa dikelompokan sebanyak 1 sampai dengan 5 siswa

secara heterogen;

Guru mengelompokkan siswa menjadi beberapa

kelompok yang berisi 5-6 orang. Berdasarkan wawancara

peneliti dengan Ibu Eka Safitri, S.Hum, beliau mengatakan:

“Setelah saya menjelaskan tata cara pelaksanaan model


jigsaw ini kemudian saya membagi siswa beberapa
kelompok sesuai gaya belajarnya agar mereka
termotivasi”.

Dalam hal ini dapat dilihat bahwa guru PAI

membagi kelompok siswa sesuai dengan gaya belajarnya

dengan tujuan agar siswa termotivasi untuk belajar.

e) Setiap siswa dalam tim diberi materi atau sub bab berbeda

yang kemudian ditulis di kertas origami;

Siswa yang telah membentuk kelompok diberi satu

sub materi yang akan dibahas. Kemudian dituliskan di

kertas origami dan ditempelkan di kertas karton.


101

f) Setiap siswa dalam tim diberi materi yang ditugaskan;

Pada masing-masing kelompok diberikan materi

yang ditugaskan kepada siswa yang terpilih menjadi

kelompok ahli.

g) Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari sub

bagian yang sama bertemu dalam kelompok baru

(kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka;

Berdasarkan wawancara peneliti dengan Ibu Eka

Safitri, S.Hum selaku guru PAI, beliau mengatakan:

“Setelah anggota dalam kelompok asal berdiskusi


kemudian dibentuklah kelompok ahli yang bertugas
menyampaikan hasil diskusi dengan kelompok asal di
kelompok baru (ahli), saya memberikan kesempatan
kelompok ahli untuk menjelaskan materi yang dipersiapkan
di kelompok asal kepada teman-temannya yang berasal
dari kelompok lain”.

Dari pemaparan wawancara tersebut dapat

disimpulkan bahwa setelah anggota kelompok asal

berdiskusi dan menunjuk anggota untuk kelompok ahli,

setelah itu anggota kelompok yang ditunjuk tersebut

bertemu dengan kelompok baru dan menyampaikan materi

yang didapat, kemudian bergantian mendengarkan materi

yang disampaikan kelompok lain.

h) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi;


102

Anggota kelompok yang menjadi tim ahli

mempresentasikan hasil diskusi kepada teman-temannya di

kelompok ahli.

i) Setelah selesai diskusi, sebagai tim ahli tiap anggota

kembali kepada kelompok asli dan bergantian mengajar

teman satu tim tentang sub bab yang mereka kuasai, dan

tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama;

Setelah selesai diskusi di kelompok ahli, anggota kelompok

kembali kepada kelompok asal dan menyampaikan apa

yang didapat di kelompok ahli kepada teman-temannya di

kelompok asal. Hal ini juga disampaikan oleh Ibu Eka

Safitri yang mengatakan bahwa:

“Setelah anggota kelompok asal selesai berdiskusi


dengan temannya di kelompok ahli, kemudian kembali lagi
ke kelompok asal menyampaikan apa yang didapat ketika
berada di kelompok ahli, kemudian anggota lain kelompok
asal juga melakukan hal yang sama sesuai sub materi yang
ditugaskan.”

Dari uraian wawancara tersebut dapat dipahami

bahwa setelah anggota kelompok asal yang ditunjuk selesai

berdiskusi, kemudian kembali dan menyampaikan hasil

diskusi kepada teman di kelompok asal. Setelah itu teman

dari kelompok asal juga bergantian menjelaskan materi

yang didapat kepada kelompok ahli.

j) Tiap kelompok asal menulis laporan kelompok


103

Masing-masing kelompok asal menulis laporan

kelompok dari materi yang dipelajari setelah diskusi.

Berdasarkan wawancara dengan Ibu Eka Safitri selaku guru

PAI, beliau mengatakan:

“Setelah semua anggota kelompok asal


menampilkan hasil diskusi mereka di kelompok ahli,
mereka kembali ke kelompok asal. Kemudian saya
menyuruh mereka untuk membuat laporan diskusi yang
mereka lakukan selama pembelajaran”.

Selanjutnya, untuk mengetahui apakah siswa telah

memahami materi yang telah dipelajari, ketika diskusi

berlangsung guru mengawasi siswa untuk melihat apakah

siswa mampu untuk berdiskusi dengan baik, dimana

kesulitan siswa memahami materi pembelajaran.

Maka dalam hal ini Ibu Eka Safitri, S. Hum juga

mengatakan bahwa:

“Untuk memastikan apakah siswa mampu


mengikuti dan memahami pelajaran dengan baik maka
saya melakukan pengawasan pada tiap kelompok. Saya
mendatangi kelompok dan menanyakan sudah sejauh mana
persiapan pembelajaran, dan apa saja kesulitan mereka
dalam kelompoknya karena kita sebagai guru meskipun
kerja kelompok namun kita tetap menjadi fasilitator bagi
siswa meskipun bukan dari sarana tapi memberikan
penguatan terhadap pembelajaran, dan kita tetap
menanyakan kepada mereka apa kesulitan yang dialami”.

k) Guru memberi apresiasi kepada siswa;


104

Guru mengapresiasi siswa dengan memberikan

tepuk tangan, hadiah kecil atau poin untuk meningkatkan

motivasi siswa dalam belajar.

Berdasarkan wawancara peneliti dengan Ibu Eka

Safitri, S.Hum, beliau mengungkapkan:

“Nah biasanya setelah diskusi selesai, saya selalu


mengapresiasi mereka dengan memberi tepuk tangan,
kemudian mengajak siswa mengucapkan hore secara
bersama-sama sebagai bentuk pelepasan dari ketegangan
diri mereka selama dalam pembelajaran, kemudian siswa
yang aktif dalam diskusi saya berikan bintang yang sudah
saya buat dari kertas agar mereka merasa termotivasi,
setelah itu saya juga berikan hadiah kecil kepada yang
paling aktif dalam diskusi berupa pena, dan buku, hadiah
kecil untuk mereka agar termotivasi saja.”

Dari hasil wawancara tersebut dapat peneliti

simpulkan bahwa guru PAI mengapresiasi siswa setelah

pembelajaran dengan memberikan tepuk tangan dan

mengucapkan hore secara bersama-sama sehingga motivasi

siswa bertambah dalam pembelajaran. Selain itu guru juga

memberikan hadiah kecil bagi siswa yang aktif dalam

diskusi.

3) Penutup

a) Guru menyimpulkan dan menguatkan materi yang telah

dipelajari;

Dalam hal ini guru bersama siswa menyimpulkan

pembelajaran dengan menginstruksikan siswa

menyimpulkannya.
105

Sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Eka Safitri,

S.Hum selaku guru PAI, bahwa:

“Dalam menyimpulkan pembelajaran, saya tetap


berkomunikasi dengan siswa apa yang dapat diambil dari
pelajaran hari ini, maka ada beberapa siswa yang
menunjuk tangan, dan menjelaskan kesimpulan dari materi
yang dipelajari maka saya hanya menyempurnakan
jawaban siswa tadi dan menyimpulkan sesuai dengan
target yang ingin saya capai.”

b) Guru memberi evaluasi berupa tes tertulis ataupun lisan;

Guru dalam hal ini memberikan evaluasi di akhir

pembelajaran berupa tes tertulis ataupun lisan untuk

mengetahui pemahaman siswa terhadap pelajaran.

Berdasarkan wawancara peneliti dengan Ibu Eka

Safitri, beliau mengatakan bahwa:

“Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam


pembelajaran, saya memberikan tes tertulis dan lisan, pada
aspek alquran ini saya memberikan tugas tertulis yang ada
pada buku siswa, kemudian untuk tes lisan, saya
menetapkan siswa untuk menghafal dan mengartikan ayat
Q.S Ali Imran 190-192 dan Q.S Ar-Rahman 33 dan
disetorkan pada pertemuan selanjutnya”.

c) Guru menutup dengan do’a dan salam

Guru menutup pembelajaran dengan

menginstruksikan siswa berdo’a dipimpin ketua kelas.

Kemudian guru membaca salam sebagai tanda

pembelajaran telah usai.

Sebagaimana wawancara peneliti dengan Ibu Eka

Safitri, S.Hum beliau mengatakan:


106

“Saya menutup pembelajaran dengan menyuruh


ketua kelas menyiapkan untuk berdo’a kemudian saya tutup
dengan salam sebelum keluar kelas.”

Dari wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa

guru PAI mengakhiri pembelajaran dengan menyuruh ketua

kelas untuk menyiapkan kelas berdo’a dan ditutup dengan

salam.

c. Mendeskripsikan Bagaimana Evaluasi Pelaksanaan Model


Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Pembelajaran PAI
Aspek Al-Qur’an di Kelas XI F1 SMA N 2 Padang.

Evaluasi dalam pembelajaran merupakan salah satu tahap

yang penting dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran.

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui dan mengukur sejauh mana

kemampuan siswa dalam memahami pembelajaran, apakah tujuan

pembelajaran tercapai dengan baik, serta untuk mengetahui

efektifitas model pembelajaran apakah cocok digunakan pada

materi pelajaran. Hal ini dimaksudkan agar guru mengetahui

perkembangan dan kemampuan peserta didik dalam belajar.

Adapun dalam evaluasi ada beberapa aspek yang harus

dinilai oleh seorang guru yaitu aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Untuk itu maka evaluasi dibutuhkan untuk

melakukan pengukuran atau penilaian. Selain itu perencanaan

dalam evaluasi menentukan hasil belajar siswa.


107

Berdasarkan hasil wawancara pada 24 Juli 2023 dengan

guru PAI di kelas XI F1 SMA N 2 Padang, Ibu Eka Safitri, S.Hum

beliau mengatakan:

“Untuk melakukan evaluasi, seperti yang sudah saya


rencanakan dan rancang sebelumnya dengan membuat modul ajar
yang sudah dilengkapi CP, ATP, TP dan materi yang diajarkan.
Selain itu saya juga mempersiapkan seluruh pelaksanaan langkah-
langkah pembelajaran, evaluasi seperti apa yang akan saya
lakukan sudah terdapat di dalam modul ajar, untuk aspek alquran
evaluasi yang saya lakukan pada aspek kognitif pertama adalah
tes tertulis berupa assestmen dan latihan pada buku paket,
kemudian untuk lebih melatih kemampuan siswa dalam belajar
saya memberikan LKPD yaitu berupa lembaran yang harus
dikerjakan oleh peserta didik agar saya mengetahui sejauh mana
kemampuan mereka, kemudian untuk melakukan evaluasi pada
aspek alquran ini secara keseluruhan saya melakukan ulangan
harian pada setiap akhir bab, untuk tes lisan saya menyuruh siswa
menghafal ayat yang berkaitan dengan materi seperti Q.S Ali
Imran 190-191 dan Q.S Ar-Rahman 33 beserta artinya, kemudian
untuk penilaian keterampilan saya menyuruh siswa berkelompok
mengerjakan tugas membuat di kertas karton terdiri atas ayat
pada materi tersebut, arti, tafsir dan asbabun nuzul. Selanjutnya
untuk penilaian sikap saya melihat dari kerjasama dalam belajar
serta bagaimana siswa menerapkan dalam kehidupan nyata
tentang materi berpikir kritis dan semangat mencintai IPTEK ini”.

Dari penjelasan Ibu Eka Safitri di atas dapat peneliti

simpulkan bahwa evaluasi yang dilakukan oleh guru PAI di kelas

XI F1 SMA N 2 Padang pada masing-masing aspek, kognitif

dengan melakukan tes tertulis dan tes lisan yang mana guru PAI

menginstruksikan siswa membuat tugas assestmen, tugas pada

buku paket, LKPD, dan juga mengadakan ulangan harian saat

materi pembelajaran selesai, lalu untuk tes lisan guru PAI

menyuruh kepada siswa untuk menghafal Q.S Ali Imran 190-191

dan Q.S Ar-Rahman 33 beserta artinya.


108

Kemudian untuk penilaian keterampilan, guru PAI yaitu

Ibu Eka Safitri melakukan evaluasi dengan mengorganisasikan

siswa untuk membuat tugas kelompok berupa membuat sebuah

karya kelompok tentang Q.S Ali Imran 190-191 dan Q.S Ar-

Rahman 33. Selanjutnya untuk penilaian sikap, Ibu Eka Safitri

melihat dari kerjasama antar siswa dan penerapan materi

pembelajaran dalam kehidupan siswa, bagaimana dia berpikir kritis

dan menuntut ilmu dengan baik.

Gambar 4.3 Lembar Tes Yang Digunakan


109

Gambar 4.4 Lembar Jawaban Siswa

Dari gambar 4.3 dan 4.4 dapat dipahami bahwa untuk

evaluasi awal pembelajaran guru menggunakan assestmen formatif

sedangkan di akhir pembelajaran guru menggunakan evaluasi

tertulis berupa latihan individu untuk mengetahui pemahaman

siswa.

Maka dalam evaluasi model pembelajaran Jigsaw pada

pembelajaran PAI di Kelas XI F1 menggunakan evaluasi di awal

dan juga di akhir pembelajaran. Selain itu untuk melihat

keberhasilan model ini dalam pembelajaran guru melihat dari


110

kerjasama siswa dalam diskusi, cara siswa menjelaskan dan

berinteraksi, dan dari hasil belajar.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Bagaimana Perencanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe


Jigsaw pada Pembelajaran PAI Aspek Al-Qur’an di Kelas XI F1
SMA N 2 Padang.

Berdasarkan temuan penelitian terdahulu diketahui bahwa

dalam dalam merencanakan pembelajaran Pendidikan Agama

Islam, langkah awal guru PAI adalah membuat modul ajar yang

berisi tujuan pembelajaran, capaian pembelajaran, model atau

metode, bahan ajar dan lain-lain. Guru juga harus menentukan

bagaimana dengan perencanaan yang disusun akan mencapai suatu

tujuan yang diharapkan. Dalam mencapai tujuan tersebut guru

harus mempersiapkan perencanaan dalam pembelajaran yang

mengacu pada materi yang akan diajarkan, selain itu guru memilih

dan menyesuaikan penggunaan model pada materi berpikir kritis

dan semangat mencintai IPTEK melalui sumber belajar berupa

alquran, buku paket, jurnal, dan lain-lain. Kemudian juga harus

menyesuaikan dengan sarana yang disiapkan sekolah seperti

infokus, buku guru, dan internet. Perencanaan pembelajaran adalah

proses pengambilan keputusan secara sederhana tentang tujuan

pembelajaran tertentu dengan memanfaatkan segala potensi dan

sumber belajar yang tersedia (Sanjaya, 2015).


111

Pada kurikulum merdeka belajar, Guru menyusun

perencanaan dan tujuan pembelajaran seperti:

1) Membuat modul ajar yang digunakan sebagai pedoman atau

acuan dasar untuk proses pembelajaran di kelas.

2) Dalam modul ajar dimuat Capaian Pembelajaran (CP ), Alur

Tujuan Pembelajaran (ATP), Tujuan Pembelajaran (TP),

kompetensi apa saja yang akan dicapai, alokasi waktu, materi

pembelajaran, teknik dan metode mengajar, model dan media

pembelajaran, sumber belajar, serta teknik evaluasi dalam

pembelajaran.

3) Guru membuat modul ajar dan materi pembelajaran dengan

mencari dari berbagai referensi seperti buku paket guru,

alquran, internet, jurnal ilmiah, dan lain-lain.

4) Guru mengalokasikan waktu berdasarkan Alur Tujuan

Pembelajaran (ATP) yang terdiri dari langkah-langkah

pembelajaran berupa kegiatan awal pendahuluan, kegiatan inti,

dan kegiatan penutup.

5) Untuk menunjang dan mendukung pembelajaran, guru

menggunakan media pembelajaran, dan sumber belajar yang

mendukung seperti alquran, buku paket, internet, dan lainnya.

Selain itu guru mengarahkan siswa untuk menggunakan media

handphone untuk mencari materi tambahan untuk mendukung

pemahaman.
112

6) Guru PAI menyelesaikan modul ajar dengan dibantu oleh guru

PAI yang lain karena pada kelas XI materi yang diajarkan itu

sama hanya guru saja yang berbeda, sehingga memudahkan

guru dalam penyusunan perencanaan pembelajaran.

Adapun gambaran perencanaan model Jigsaw pada

pembelajaran PAI di kelas XI F1 SMA N 2 Padang adalah:

Menentukan Menyusun
Perencanaan
Model Capaian Alur Tujuan
Jigsaw Pembelajaran Pembelajaran

Menyusun Tujuan
Modul Ajar
Pembelajaran

Gambar 4.4 Perencanaan Model Jigsaw

Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa dalam perencanaan

model Jigsaw pada pembelajaran PAI maka guru PAI telah menyusun

beberapa langkah yaitu menentukan Capaian Pembelajaran, menyusun

Alur Tujuan Pembelajaran, menyusun Tujuan Pembelajaran sehingga

dijadikan modul ajar yang berisi materi yang dilengkapi dengan

langkah-langkah dalam pembelajaran.

Adapun keterlaksanaan perencanaan model Jigsaw dalam

pembelajaran PAI aspek Al-Qur’an dapat dilihat sebagai berikut:


113

Tabel 4.2 Data Checklist Perencanaan Model Jigsaw

Perencanaan Terlaksana Kurang Tidak Persentas


Terlaksa
Terlaksana na e

Menyusun T - - 100%

Capaian

Pembelajaran

(CP)

Menyusun Alur T - - 100%

Tujuan

Pembelajaran

(ATP)

Menyusun T - - 100%

Tujuan

Pembelajaran

(TP)

Menyusun T - - 100%

Materi, Model,

dan Media

Pembelajaran

Ket: T = Terlaksana

KT = Kurang Terlaksana
114

TT = Tidak Terlaksana

Dari tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada

perencanaan pembelajaran guru PAI telah menyusun dan

mempersiapkan apa saja yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran

dengan baik.

2. Bagaimana Pelaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe


Jigsaw pada Pembelajaran PAI Aspek Al-Qur’an di Kelas XI F1
SMA N 2 Padang.

Dalam kegiatan pelaksanaan model pembelajaran kooperatif jigsaw

pada pembelajaran PAI di kelas XI F1 SMA N 2 Padang berdasarkan

temuan dan data lapangan yang berkaitan dengan tujuan penelitian,

guru menggunakan beberapa langkah-langkah, yaitu guru

mengorientasikan peserta didik pada materi yang akan dipelajari, guru

mengorganisasikan peserta didik untuk belajar, menjelaskan tata cara

pelaksanaan proses belajar dengan model pembelajaran,

mengelompokkan siswa menjadi 1-5 kelompok yang terdiri dari 5-6

siswa, memberikan masing-masing kelompok sub materi yang akan

dibahas, membimbing kelompok asal untuk menampilkan sub materi

yang dibahas di kelompok baru, mengorganisasikan peserta didik

untuk bergantian menyampaikan sub materi yang dibahas di kelompok

ahli, kemudian setelah kembali ke kelompok asal, guru mengapresiasi

siswa karena telah mempresentasikan hasil diskusi, menginstruksikan

siswa untuk membuat laporan hasil diskusi, setelah itu

mengorganisasikan siswa untuk membuat kesimpulan dari materi


115

yang dibahas, guru memberikan evaluasi berupa tes tertulis ataupun

lisan.

Sesuai dengan kurikulum merdeka belajar, menekankan pada

pembelajaran berbasis kompetensi yang menekankan pada

pengembangan keterampilan siswa. Selain itu pemilihan model

pembelajaran harus melibatkan siswa agar siswa dapat mencapai

tujuan yang akan dicapai seperti model kooperatif jigsaw . Pada model

pembelajaran ini sangat bergantung pada tanggung jawab masing-

masing kelompok. Model pembelajaran jigsaw merupakan suatu tipe

pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa siswa dalam satu

kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi

belajar dan mengajarkan materi kepada temannya yang lain dalam

kelompok asal (Sudrajat, 2010). Kemudian penggunaan model jigsaw

dalam pembelajaran memberikan beberapa manfaat diantaranya:

meningkatkan kemampuan diri tiap individu, saling menerima

kekurangan individu, pemahaman lebih mandalam, motivasi lebih

besar, dan meningkatkan hasil belajar (Abdau, 2016).

Dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif Jigsaw pada

pembelajaran PAI ini peneliti menyimpulkan:

1) Guru mengorientasikan pembelajaran dengan menggambarkan

secara umum tentang materi yang akan dibahas dengan

menguatkan siswa menggunakan metode ceramah.


116

2) Setelah guru memberikan gambaran umum kemudian menjelaskan

kepada siswa tentang penggunan model jigsaw dalam

pembelajaran.

3) Setelah itu guru mengorganisasikan siswa untuk duduk

berdasarkan gaya belajar yang dimiliki seperti ada yang gaya

belajar visual, audio, maupun kinestetik.

4) Selanjutnya, setelah siswa duduk berdasarkan gaya belajar maka

guru akan membagi siswa ke dalam beberapa kelompok yang

terdiri dari 5-6 siswa.

5) Kemudian guru memberikan sub materi kepada masing-masing

kelompok asal yang akan dijadikan bahan diskusi dan ditulis di

kertas yang disediakan.

6) Setelah itu guru menginstruksikan masing-masing kelompok untuk

memilih anggota kelompok yang akan menjadi kelompok ahli

untuk mendiskusikan masing-masing sub materi yang didapat. Saat

diskusi guru memberikan penguatan kepada siswa tentang jawaban

dari pertanyaan temannya.

7) Setelah selesai diskusi di kelompok ahli, anggota kelompok asal

kembali lagi kepada kelompoknya dan menjelaskan materi yang

didapatkan dari temannya di kelompok ahli.

8) Kemudian setelah selesai diskusi masing-masing kelompok, guru

meminta kelompok asal untuk menuliskan laporan hasil diskusi

kelompok.
117

9) Setelah itu guru mengapresiasi siswa dengan bertepuk tangan dan

memberikan hadiah kepada siswa yang terbaik dalam diskusi.

10) Selanjutnya, guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran

dengan menanyakan kepada siswa apa kesimpulan yang bisa

diambil dari pelajaran hari itu.

11) Kemudian guru memberikan evaluasi kepada siswa berupa tes

tertulis maupun lisan seperti tugas pada buku paket, atau dijadikan

tugas rumah, dan pada aspek alquran ini guru menetapkan agar

siswa menghafal ayat yang berkaitan dengan pembelajaran sebagai

bentuk penilaian hafalan dan sikap.

Adapun gambaran pelaksanaan model jigsaw pada

pembelajaran PAI di SMA N 2 Padang adalah:

Pelaksanaan Mengorientas Mengorganisa


Model Jigsaw ikan Siswa sikan siswa
materi

Mengorgani
sasikan Membagi Mengelomp Menjelaskan
kelompok sub materi okkan Siswa model
asal dan ahli

Mengapresi Membuat Membuat Mengevalua


asi diskusi laporan kesimpulan si
kelompok

Gambar 4.5 Pelaksanaan Model Jigsaw


118

Adapun keterlaksanaan model Jigsaw dalam pembelajaran

PAI aspek Al-Qur’an dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.3 Data Checklist Pelaksanaan Model Jigsaw

Langkah-langkah Keterlaksanaan
NO. Indikator
Model Jigsaw Baik Kurang
Kegiatan  Guru membuka V
Pembuka pembelajaran dengan
salam
 Guru dan siswa V
berdoa bersama
 Guru melihat kondisi
kelas
 Guru memeriksa V
kehadiran siswa
 Guru menyampaikan V
judul materi dan
tujuan pembelajaran
Pelaksanaan yang akan dicapai
1. Model
Jigsaw  Guru memberikan V
apersepsi atau
motivasi pada peserta
didik sebelum
memulai
pembelajaran
 Guru menyampaikan V
kompetensi yang
akan dicapai
Kegiatan  Guru menyampaikan V
Inti materi pelajaran
 Guru V
119

mengorganisasikan
peserta didik untuk
belajar
 Guru menjelaskan V
tata cara pelaksanaan
model jigsaw dalam
pembelajaran
 Guru mengatur siswa V
kedalam kelompok-
kelompok belajar
 Guru membagi V
materi pembelajaran
untuk setiap
kelompok
 Guru memberikan V
kesempatan siswa
untuk menjelaskan
materi yang telah
dipelajari kepada
sesame anggota
kelompok
 Guru V
menginstruksikan
siswa untuk membuat
laporan hasil diskusi
dari masing-masing
kelompok
 Guru memastikan V
siswa telah
menguasai atau
120

memahami materi
yang telah dipelajari
 Guru mengapresiasi V
kinerja peserta didik
 Guru menyimpulkan V
materi yang telah
dipelajari
Kegiatan  Guru menutup V
Penutup kegiatan
pembelajaran dengan
mengucapkan
hamdalah dan salam

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pada pelaksanaan

model Jigsaw pada pembelajaran PAI aspek Al-Qur’an guru telah

melaksanakan pembelajaran sesuai langkah-langkah yang telah

disusun sebelumnya. Maka pada pelaksanaan model Jigsaw dalam

pembelajaran PAI di Kelas XI F1 SMA N 2 Padang bisa dibilang

terlaksana dengan baik.

3. Bagaimana Evaluasi Pelaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif


Tipe Jigsaw pada Pembelajaran PAI Aspek Al-Qur’an di Kelas XI
F1 SMA N 2 Padang.

Setelah melakukan perencanaan dan pelaksanaan dari model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan baik, selanjutnya guru

melakukan evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui apakah model

jigsaw ini efektif diterapkan pada pembelajaran PAI, selain itu juga

bertujuan untuk mengukur sejauh mana keberhasilan pelaksanaan


121

model jigsaw ini yang dapat dilihat dari hasil belajar dan keaktifan

siswa dalam pembelajaran. Dalam evaluasi model pembelajaran ini,

peneliti melakukan wawancara dengan guru PAI yang menerapkan

model tersebut dan dua orang siswa kelas XI F1.

Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan Ibu Eka

Safitri, S.Hum pada 2 Agustus 2023, beliau mengatakan:

“Cara saya mengevaluasi model pembelajaran dengan melihat


keaktifan siswa saat pembelajaran berlangsung, apakah mereka ikut
bekerja dalam kelompok mereka, apakah mereka ikut terlibat dalam
diskusi, serta apakah mereka memahami pembelajaran dengan baik
yang dilihat dari hasil belajar. Selain itu untuk mengetahui
keberhasilan model ini bisa dilihat dari hasil tugas individu berupa tes
yang saya berikan seperti tes tertulis berupa latihan atau assesstmen
pada buku paket, ulangan harian, LKPD, dan ujian. Kemudian untuk
penilaian kelompok saya melihat dari mereka berdiskusi, karya yang
dibuat dalam kelompok, serta bagaimana mereka menjawab
pertanyaan dengan baik, intinya kerjasama mereka dalam kelompok.
Selanjutnya, untuk evaluasi dengan lisan saya menyuruh mereka
menghafal ayat yang berkaitan dengan materi serta artinya dan
bagaimana mereka melafadzkan bacaan alquran dengan baik dan
benar. Untuk kelas F1 sendiri itu pada umumnya ketika saya
menggunakan model pembelajaran jigsaw ini rata-rata nilai mereka
sangat memuaskan”.

Untuk lebih memperkuat data yang peneliti dapatkan berdasarkan

wawancara peneliti dengan salah seorang siswa bernama Dhea Syifa

Aulia yang mengatakan:

“Pada awal pembelajaran Ibu Eka menjelaskan pembelajaran


secara garis besar dengan metode ceramah, kemudian Ibu
mengorganisasikan kami untuk belajar dengan membagi kelompok
sesuai gaya belajar. Karena gaya belajar saya visual saya rasa model
pembelajaran jigsaw pada aspek alquran cocok digunakan karena
siswa bisa memahami dengan mendalami aspek-aspek tertentu dari
alquran dan kemudian berbagi pemahaman tersebut kepada teman
yang lain membuat yang mengajarkan dapat lebih paham materi
tersebut. Selain itu saya sangat senang memahami pembelajaran
122

dengan model ini karena gaya belajar saya visual dan saya terlibat di
dalamnya sehingga saya lebih memahami materi yang dipelajari”.

Kemudian siswa lain bernama Himawari Mutiara Kasih juga

mengungkapkan:

“Menurut Himawari model pembelajaran jigsaw bagus diterapkan


dalam pembelajaran PAI aspek alquran karena membantu
memudahkan dalam memahami pembelajaran, teman sekelas juga
tidak ada yang merasa bosan. Saya memahami materi dengan model
jigsaw ini karena memberikan motivasi yang besar dalam diri saya,
tidak hanya itu dari model ini saya bisa bertukar informasi,
memecahkan masalah, berkomunikasi, dan juga menumbuhkan rasa
percaya diri”.

Berdasarkan dari wawancara yang peneliti lakukan di atas, dapat

disimpulkan bahwa guru PAI melakukan teknik evaluasi dengan

beberapa cara, di antaranya guru melihat keaktifan siswa saat proses

pembelajaran, dan melihat dengan keterlibatan siswa dalam diskusi

kelompok. Selain itu untuk mengetahui keberhasilan model ini guru

PAI melihat dari hasil tes yang diberikan seperti tes individu yang

berupa tes tertulis berupa latihan atau asesmen pada buku paket,

ulangan harian, LKPD, dan ujian. Kemudian untuk penilaian

kelompok guru PAI melihat dari siswa berdiskusi, karya yang dibuat

dalam kelompok, bagaimana siswa melafadzkan bacaan alquran

dengan baik dan benar serta bagaimana siswa menjawab pertanyaan

dengan baik. Kemudian guru PAI juga melakukan tes lisan individu

berupa menghafal ayat yang terkait beserta artinya.

Dari wawancara dengan siswa, peneliti menyimpulkan bahwa

model pembelajaran Jigsaw pada pembelajaran PAI dapat


123

meningkatkan keaktifan dan motivasi siswa dalam pembelajaran

dilihat dari keterlibatan dalam diskusi, kemampuan untuk menjelaskan

materi dan kerjasama antar kelompok. Berikut hasil belajar siswa

dalam pelaksanaan model jigsaw dalam pembelajaran PAI di Kelas XI

F1 SMA 2 Padang.

Gambar 4.6 Daftar Nilai Siswa

Dari gambar 4.6 di atas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran kooperatif jigsaw terbukti mampu meningkatkan hasil


124

belajar siswa dengan nilai yang rata-rata di atas 90, oleh sebab itu,

dapat disimpulkan bahwa model Jigsaw mampu membuat siswa

memahami pelajaran dengan baik terlihat dari hasil belajar yang

memuaskan.

Berikut peneliti gambarkan bagaimana evaluasi pelaksanaan model

pembelajaran jigsaw pada pembelajaran PAI di kelas XI F1 SMA N 2

Padang:
Evaluasi
Pelaksanaa
n Model
Jigsaw

Tes Tertulis
Evaluasi
Tes Lisan  Tugas
Yang
Individu
 Hafalan Digunakan
 Karya
 Kemampuan
Kelompok
Menjelaskan
 Ujian

Penilaian Keberhasilan
Model

 Kerjasama Kelompok
 Interaksi Siswa
 Kemampuan
Menjelaskan

Gambar 4.8 Evaluasi Model Jigsaw

Dari gambar di atas dapat dipahami bahwa proses evaluasi model

Jigsaw pada Pembelajaran PAI adalah dengan menggunakan tes lisan

dan tes tertulis berupa hafalan, latihan individu, karya kelompok, dan
125

lainnya. Adapun evaluasi model kooperatif jigsaw pada pembelajaran

PAI adalah melihat kemampuan siswa dalam menjelaskan materi

bahasan, interaksi antar siswa, kerjasama dalam mengelola kelompok.

Adapun keterlaksanaan evaluasi pelaksanaan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw pada pembelajaran PAI aspek Al-Qur’an di

kelas XI F1 dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel Data Checklist Evaluasi Model Jigsaw

Evaluasi Baik Kurang

Aspek kognitif Guru V

dengan melakukan

tes tertulis yang

mana guru PAI

menginstruksikan

siswa membuat

tugas assestmen,

tugas pada buku

paket, LKPD, dan

juga mengadakan

ulangan harian. Tes

Lisan, guru

menginstruksikan

siswa untuk

menghafal ayat
126

beserta artinya.

Pada aspek

keterampilan, guru

PAI melihat dari

hasil kerja kelompok

yang dibuat.

Pada afektif, guru V

melakukan evaluasi

dengan melihat

bagaimana siswa

mampu berdiskusi,

berinteraksi, dan

kerjasama kelompok

Dari table di atas dapat disimpulkan bahwa keterlaksanaan model

pembelajaran kooperatif Jigsaw pada pembelajaran PAI aspek Al-

Qur’an di Kelas XI F1 SMA N 2 Padang dapat dibilang baik.


127

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bagian akhir dari skripsi ini, peneliti akan mengemukakan beberapa

kesimpulan dan saran yang didasarkan pada temuan hasil penelitian dan

uraian pada bab-bab sebelumnya, mengenai masalah yang diteliti, yaitu

pendekatan deskriptif kualitatif mengenai bagaimana perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi dari pelaksanaan model pembelajaran kooperatif

tipe jigsaw pada pembelajaran PAI di kelas XI F1 SMA N 2 Padang.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data, peneliti

menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Perencanaan Model Kooperatif Tipe Jigsaw pada Pembelajaran PAI di

Kelas XI F1 SMA N 2 Padang

Pada perencanaan dari pelaksanaan model pembelajaran

kooperatif jigsaw pada pembelajaran PAI guru telah mempersiapkan

segala sesuatu yang dibutuhkan dalam pembelajaran dengan baik yang

dapat peneliti rinci sebagai berikut:

a. Guru Membuat modul ajar yang digunakan sebagai pedoman atau

acuan dasar untuk proses pembelajaran di kelas.

b. Di dalam modul ajar guru telah menyusun Alur Tujuan

Pembelajaran (ATP) dan Capaian Pembelajaran (CP), kompetensi

apa saja yang akan dicapai, alokasi waktu, materi pembelajaran,


128

teknik dan metode mengajar, model dan media pembelajaran,

sumber belajar, serta teknik evaluasi dalam pembelajaran.

c. Guru mengalokasikan waktu berdasarkan Alur Tujuan

Pembelajaran (ATP) yang terdiri dari langkah-langkah

pembelajaran berupa kegiatan awal pendahuluan, kegiatan inti, dan

kegiatan penutup.

d. Untuk menunjang dan mendukung pembelajaran, guru

menggunakan media pembelajaran, dan sumber belajar yang

mendukung seperti alquran, buku paket, internet, dan lainnya.

Selain itu guru mengarahkan siswa untuk menggunakan media

handphone untuk mencari materi tambahan untuk mendukung

pemahaman.

2. Pelaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada

Pembelajaran PAI di Kelas XI F1 SMA N 2 Padang

Dari pelaksanaan model pembelajaran kooperatif jigsaw pada

pembelajaran PAI peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran

ini efektif diterapkan pada pembelajaran karena meningkatkan

motivasi dan keaktifan siswa dalam belajar terlihat dari antusias nya

siswa mengikuti pembelajaran dengan baik sehingga hasil belajar

dapat tercapai sesuai yang diharapkan karena pada model ini siswa

dituntut untuk bertanggungjawab dan bekerjasama atas sub materi

yang dibahas. Keunggulan dari model ini selain meningkatkan rasa

percaya diri siswa juga melatih siswa untuk berinteraksi dengan


129

temannya yang lain sehingga bukan hanya sekedar belajar akan tetapi

juga bermakna bagi diri mereka. Selain itu pada pelaksanaan model

pembelajaran ini di kelas memudahkan guru dalam mengelola kelas

karena pembelajaran berpusat pada siswa.

3. Evaluasi Model Pembelajaran Jigsaw pada Pembelajaran PAI di Kelas

XI F1 SMA N 2 Padang

Dari evaluasi pelaksanaan model pembelajaran kooperatif jigsaw

peneliti menemukan bahwa model pembelajaran ini sangat efektif

digunakan pada pembelajaran PAI aspek alquran terlihat dari

wawancara yang peneliti lakukan dengan guru dan beberapa siswa dan

hasil belajar siswa yang memuaskan. Selain itu bahwa guru PAI telah

melakukan teknik evaluasi dengan beberapa cara, di antaranya guru

melihat keaktifan siswa saat proses pembelajaran, dan melihat dengan

keterlibatan siswa dalam diskusi kelompok, untuk mengetahui

keberhasilan model ini guru PAI melihat dari hasil tes yang diberikan

seperti tes individu yang berupa tes tertulis berupa latihan atau

asesmen pada buku paket, ulangan harian, LKPD, dan ujian.

Kemudian untuk penilaian kelompok guru PAI melihat dari siswa

berdiskusi, karya yang dibuat dalam kelompok, bagaimana siswa

melafadzkan bacaan alquran dengan baik dan benar serta bagaimana

siswa menjawab pertanyaan dengan baik. Kemudian guru PAI juga

melakukan tes lisan individu berupa menghafal ayat yang terkait

beserta artinya.
130

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti menyimpulkan bahwa

evaluasi pelaksanaan model kooperatif jigsaw pada pembelajaran PAI

dapat dikatakan berjalan dengan baik terlihat dari bagaimana guru

melakukan pengukuran kemampuan siswa dan dari bagaimana siswa

merespon dan antusias dalam proses pembelajaran.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari data lapangan,

pada dasarnya penelitian ini berjalan dengan baik. Namun bukan suatu

kekeliruan apabila peneliti ingin mengemukakan beberapa saran yang

mudah-mudahan bermanfaat bagi kemajuan pendidikan pada umumnya.

Adapun saran yang dapat peneliti ajukan adalah sebagai berikut:

1. Pada pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

membutuhkan waktu yang cukup lama dalam prosesnya, agar

pembelajaran tidak terkesan membosankan sebaiknya guru

memberikan suatu hiburan di sela-sela pembelajaran berlangsung

seperti menayangkan tontonan atau video yang membuat peserta didik

bersemangat dalam belajar.

2. Guru perlu melakukan pembaruan terus menerus dalam hal memilih

model pembelajaran yang cocok agar selain pembelajaran tidak

membosankan juga akan membuat siswa termotivasi dan aktif dalam

belajar.
131

3. Selain itu untuk saran peneliti kepada penelitian selanjutnya

hendaknya lebih memperdalam tentang efektifitas pelaksanaan model

jigsaw pada pembelajaran PAI.


127

DAFTAR PUSTAKA

Abdau, I. (2016). Implementasi Penggunaan Metode Jigsaw Learning dalam


Pembelajaran PAI di SMA Darus Syahid Sampang Madura. UIN Sunan Ampel
Surabaya.
Abid, M. N. (2017). Tujuan Pendidikan Agama Islam.
https://dosenmuslim.com/pendidikan/tujuan-pendidikan-islam/
Afandi, M., Chamalah, E., & Wardani, O. P. (2013). Model dan Metode
Pembelajaran di Sekolah. In Unissula Press (1st ed., Issue 1). Unissula Press.
https://doi.org/10.1016/j.cpc.2008.12.005

Ali, I. (2021). Pembelajaran Kooperatif Dalam Pengajaran Pendidikan Agama Islam.


Jurnal Mubtadiin, 7(1), 247–264. http://journal.an-
nur.ac.id/index.php/mubtadiin/article/view/82
Arikunto, S. (2016). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.
Daradjat, Z. (2012). Ilmu Pendidikan Agama Islam. Bumi Aksara.
Dewi, G., & Nur, L. (2014). Pembelajaran Vokal Grup Dalam Kegiatan Pembelajaran
Diri di SMPN 1 Panumbangan Ciamis. Yoanda Amallya, 5–27.
Firmansyah, Iman, M. (2019). Pendidikan Agama Islam: Pengertian, Tujuan, Dasar
Dan Fungsi. Jurnal Pendidikan Agama Islam, 17(2), 79–90.
Fuad, Anis, & Sapto, K. (2014). Panduan Praktis Penelitian Kualitatif. Graha Ilmu.

Hamid, A., & Hadi, M. . (2020). Desain Pembelajaran Flipped Leraning Sebagai
Solusi Model Pembelajaran PAI Abad 21. Quality, 8(1), 149.
https://doi.org/https://doi.org/http://dx.doi.org/10.21043/quality.v8il.7503
Hasanah, Z., & Himami, A. S. (2021). Model Pembelajaran Kooperatif dalam
Menumbuhkan Keaktifan Belajar Siswa. Irsyaduna: Jurnal Studi
Kemahasiswaan, 1(1), 1–13.
Hayati, S. (2016). Belajar & Pembelajaran Berbasis Cooperative Learning. Graha
Cendikia.
Hidayah, H. (2023). Pengertian, Sumber, dan Dasar Pendidikan Islam. Jurnal AS-
SAID, 3(1), 21–33.
128

Hidayat, T., & Syafe’i, M. (2018). Peran Guru Dalam Mewujudkan Tujuan
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah. Rayah Al-Islam, 2(01), 101–
111. https://doi.org/10.37274/rais.v2i01.67

Indarta, Jallinus, N., Waskito, W., Samala, A. ., Riyanda, A. ., & N.H, A. (2022).
Relevansi Kurikulum Merdeka Belajar dengan Model Pembelajaran Abad 21
dalam Perkembangan Era Society 5.0. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan
Pendidikan, 6(3), 399–407.
Kusnandar. (2013). Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik
Berdasarkan Kurikulum 2013). Rajawali Press.
Mazidah, S., Afida, A. N., Muslim, Nurhamzah, I., Firdaus, Z., & Saichu, I. (2015).
Strategi Pembelajaran Kooperatif.
https://alshof.wordpress.com/2015/12/08/makalah-strategi-pembelajaran-
kooperatif/

Mustiko, G. (2015). Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada


Siswa Tunagrahita Di SMPLB SLB Budi Mulya Wates Kediri Tahun 2014-2015.
10–27.
Mustofa, A. (2021). Konsepsi Peran Guru Sebagai Fasilitator dan Motivator Dalam
Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pendahuluan. 7(2), 171–186.
Musyafa’fathoni, A. B. (2010). Idealisme Pendidikan Plato. Tadris STAIN
Pamekasan, 5(1).
Nasution, W. N. (2017). Perencanaan Pembelajaran Pengertian, Tujuan Dan
Prosedur. Ittihad, 1(2), 185–195.
Nur Huda, A. (2016). Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Dan
Kooperatif Tipe Teams Assisted Individualization (TAI) Terhadap Prestasi
Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Kelas VIII MTs N Bantul Kota.
1–14.
Pratama, A. (2016). Sejarah Munculnya Pembelajaran Kooperatif Learning. Dunia
Pendidikan. https://dedepa.blogspot.com/2016/03/sejarah-munculnya-
pembelajaran.html

Rahmadi. (2011). Pengantar Metodologi Penelitian. Antasari Press.


Ramayulis. (2008). Ilmu Pendidikan Islam. Kalam Mulia.
Rusman. (2015). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. PT Rajagrafindo Persada.
129

Saefullah. (2012). Manajemen Pendidikan Islam. Pustaka Setia.

Saleh, S. (2017). Analisis Data Kualitatif (H. Upu (ed.); 1st ed.). Pustaka Ramadhan.
Sangadji, Etta, M., & Sopiah. (2010). Metodologi Penelitian.
Sanjaya, W. (2015). Strategi Pembelajaran. Kencana.
Sapitri, S., & Hartono, H. (2015). Keefektifan cooperative learning STAD dan GI
ditinjau dari kemampuan berpikir kritis dan komunikasi matematis. Jurnal Riset
Pendidikan Matematika, 2(2), 273–283. https://doi.org/10.21831/jrpm.v2i2.7346
Septiani, V., & Darussyamsu, R. (2017). Peningkatan Kompetensi Keterampilan
Peserta Didik dengan Penerapan Strategi Learning Community melalui Model
Pembelajaran Jigsaw pada Materi Sistem Pencernaan Manusia Kelas VIII di
SMPN 12 Padang The Improvement o I 6NLOO & RPSHWHQFH · V
6XGHQWV with Impl. 2, 117–126.
Sholihah, H. A., Koeswardani, N. F., & Fitriana, V. K. (2016). Metode Pembelajaran
Jigsaw Dalam Meningkatkan Ketrampilan Komunikasi Siswa SMP. Prosiding
Konferensi Pendidikan Nasional, 160–167.

Silberman, & Melvin, L. (2013). Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif
(Revisi Ter). Nuansa Cendekia.
Sudrajat, A. (2010). Konsep Pengambilan Keputusan dalam Manajemen Pendidikan.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.
Sulisto, A., & Haryanti, N. (2022). Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative
Learning Model). Eureka Media Aksara, 1–23.
Susilawati, S. (2011). Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam Pembelajaran IPS
Di Madrasah Ibtidaiyah. Madrasah, 4(1), 103–120.
Wasi’ah, N. (2015). Implementasi Metode Jigsaw Guna Meningkatkan Motivasi
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Kelas XI IPA 2 Program
Studi Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri ( STAIN ) Kediri. 2.
130

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian


131

Lampiran 2. Transkrip Wawancara Penelitian

A. Wawancara Dengan Guru PAI Tentang Perencanaan, Pelaksanaan, dan


Evaluasi Model Pembelajaran Jigsaw

1. Bagaimana karakteristik peserta didik secara umum?

Jawab:

Kalau karakteristik peserta didik menurut ibu jenjang pendidikannya ada yang berasal
dari SMP, Tsanawiyah, SMP IT dan bermacam-macam. Ada yang dari pesantren.

Kalau dari latar belakang sosialnya, statusnya sosialnya banyaklah. Ada yang berasal
dari anak-anak yang menengah ke atas, menengah ke bawah ada juga, kemudian
menengah ke atas. Selain itu, kalau kita lihat karakter peserta didik itu kan ada
namanya etnik, etnik ini bukan orang Minang asli, Batak ada, Nias ada, non-muslim.
Kalau dari segi kultural ada berbeda-beda daerah , berbeda-beda budaya. Status
sosialnya, mungkin dari perpindahan orang tua, atau dari pindah pekerjaan, ada juga
statusnya dari orang-orang yang tidak mampu dan banyaklah. Ada juga yang sesuai
dari minat, keinginan mereka, mereka mampu masuk dari prestasi akademik dengan
nilai yang memuaskan, terus ada juga dari prestasi non-akademik (misalnya seperti
karate, tahfiz) pokoknya kemampuan-kemampuan yang pernah mereka ikuti itu
O2SNnya sampai tingkat provinsi sehingga mereka diterima disini. Itulah
karakteristik siswa disini. Kemudian setelah masuk disini, barulah kita tahu gaya
belajarnya, apakah visual, audio, kinestetik.

2. Bagaimana kecerdasan intelektual peserta didik?

Jawab:

Tingkat kecerdasannya itu, karena disini masuknya ada yang dari melalui prestasi
akademik, berarti anak-anak yang pintar ya. Jadi, nilainya itu udah sembilan puluh
dua ke atas semua itu. Jadi, memang bagus kemampuan kognitifnya luar biasa. Ada
yang anak zonasi, itu kemampuannya biasa-biasa aja itu, ada juga yang luar biasanya
dan ada juga yang biasa-biasa aja.

Kalau yang kecerdasan intelektual peserta didik itu yang, terus ada anak ABK (Anak
Berkebutuhan Khusus), tapi mereka pintar. Karena anak ABK, jadi kecerdasan
intelektualnya luar biasa, tapi sesuai dengan kebutuhan dia juga itu.
132

3. Bagaimanakah guru menentukan keterampilan atau kompetensi dasar yang harus


dicapai siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran?

Jawab:

Jadi, untuk mencapai siswa dalam tujuan pembelajaran biasanya kalau secara
kognitif kami melakukan awal pembelajaran itu ada namanya asesmen diagnostik, ya
jadi kami tau bagaimana kemampuan mereka. Setelah itu, kalau dalam afektif itu dan
psikomotor itu dilakukan oleh guru BK. Asesmen awal pembelajaran juga, sehingga
ditentukan anak sikapnya seperti ini, keterampilannya seperti ini, sehingga
menghasilkanlah gaya belajar siswa itu yang visual, audio dan kinestetik. Kalau yang
kognitif itu guru melakukan asesmen awal pembelajaran, asesmen diagnostik
namanya. Kayak gitu, tergantung.

4. Bagaimana guru melihat relevansi dengan tujuan pembelajaran? Relevan tidaknya?

Jawab:

Karena ini adalah materi, materi dan tujuan pembelajaran itu pasti relevan, karena
kurikulum merdeka ini turunnya dari capaian pembelajaran (CP), dari capaian
pembelajaran turunnya menjadi tujuan, sehingga materi itu sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Harus relevan itu. Misalnya materinya itu tentang kompetisi kebaikan
dan etos kerja, jadi tujuan pembelajarannya peserta didik mampu menjelaskan
kompetisi kebaikan dan etos kerja. Atau misalnya materinya QS. Al-Maidah ayat 48
dan QS. AT-Taubah ayat 105. Jadi, kompetensi dasarnya siswa mampu
mengidentifikasi tajwid, hukum bacaan, arti perkata, artinya, serta kandungan yang
terdapat dalam surat, jadi itu relevan.

5. Bagaimanakah guru melihat tingkat kematangan peserta didik terhadap materi?

Jawab:

Biasanya kan di awal pembelajaran guru melakukan pretes atau apersepsi dulu.
Apersepsi pembelajaran sebelumnya, setelah itu bagaimana respon siswa, setelah itu
nanti diadakan pretes kepada siswa, apakah itu pertanyaan, apakah berupa kuis,
133

apakah berupa kahoot. Setelah itu, nanti setelah dijelaskan kita juga ada evaluasi. Kita
lihat mulai dari segi apakah ada pertanyaan atau tidak. Nanti kalau misalnya mereka,
semakin banyak siswa yang bertanya semakin mantap ya. Tapi, kalau tidak ada nanti,
maka kita sebagai guru akan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa.

6. Bagaimanakah ibuk melihat kebermanfaatan bagi peserta didik?

Jawab:

Itu melihat kebermanfaatan itu, namanya pembelajaran agama pasti ada penerapan
dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, disini penilaian yang kita ambil itu bagaimana
mereka menerapkan. Kita kan tidak tahu bagaimana kebermanfaatan itu. Namun, kita
sampaikan kompetisi dalam kebaikan. Kita bisa melihat itu dalam cara belajar
mereka. Di situlah nampak kebermanfaatan, misalnya dalam bekerja sama, adakah
dia ikut membantu temannya? Kita sudah mengajarkan bagaimana berkompetisi
dalam kebaikan, bagaimana kita selalu melakukan kebaikan dalam kehidupan sehari-
hari? Disana kita lihat. Bagaimana menolong teman-teman yang kurang mampu,
bagaimana menolong teman-teman yang kesulitan, itu kita lihat dan bagaimana
responnya terhadap guru ketika belajar. Misalnya, mau membantu hapus papan tulis
tanpa disuruh, secara reflek aja, itu kan salah satunya.

7. Bagaimana guru memilih sumber belajar?

Jawab:

Itu kan sumber belajar buku paket, sudah disediakan di sekolah, kalau sekarang
kurikulum merdeka kan ya, ada buku paket dari pemerintah, setelah itu buku paket
yang relevan dari itu, terus sebelum itu kita juga sudah membuat modul ajar, jadi
modul ajar itu ada materi di dalamnya, gabungan itu dari buku, dari internet, dari
yang lain-lainnya. Dan itu guru yang buat.

8. Bagaimanakah ibuk menentukan alokasi waktu pembelajaran?

Jawab:
134

Menentukan alokasi pembelajaran itu kan, pertama saya berdasarkan kalender


pendidikan dulu, dilihat dulu minggu yang efektif dan minggu yang tidak efektif.
Misalnya di bulan Januari tidak ada libur, berarti efektif minggu ke empat-empatnya
atau nanti misalnya ada ujian di bulan tiga bulan selanjutnya. Misalnya kita di bulan
Juli, itu artinya di bulan Oktober atau November. September ada MID, berarti
minggunya tidak efektif satu minggu itu. Dilihat dari situ dulu. Nanti berapa minggu
efektif seluruhnya dan berapa minggu tidak efektif, dikurangi. Misalnya
menghasilkan enam belas minggu efektif. Enam belas minggu efektif itulah yang
dibagi menjadi pembelajaran, baru kita alokasikan waktu. Karena kita, biasanya 16-
20 minggu itu ya. Berarti karena kita ada lima pembahasan, misalkan dua puluh
dibagi lima, berarti setiap materi itu ada empat kali pertemuan itu ya. Namun, dalam
setiap materi itu aspek Al-Qur'an, lima kali pertemuan. Kita yang menentukan
dimana sulitnya siswa belajar. Kalau materi akhlak, dua pertemuan berarti dan dua
pertemuan berlebih. Itu bukan dipakai semua tatap muka, misalnya untuk ujian,
ulangan harian, atau untuk mereview pembelajaran. Jadi, kalau untuk efektifnya itu
paling 15 kali pertemuanlah dibagi. Misalnya elemen Al-Qur'an itu lima kali
pertemuan, akidah itu 2-3 kali pertemuan, elemen akhlak 2 kali pertemuan, elemen
fikih itu 4 kali pertemuan, elemen sejarah bisa 4 kali, bisa 3 kali tergantung peserta
didik. Jadi, lebihnya itulah untuk kita lakukan evaluasi ulangan harian 1, 2, 3 atau
melakukan review pembelajaran. Di ulang pembelajaran dari awal lagi.

9. Bagaimanakah guru memperhatikan karakteristik materi pembelajaran?

Jawab:

Karakteristik pelajaran misalnya materi kita itu tentang elemen Al-Qur'an ,


karakternya berarti kita melihat Al-Qur'an, nanti pasti kita akan menjelaskan tentang
tajwid, arti perkata, tafsirnya. Kalau misalnya elemen akidah, seperti cabang-cabang
iman, jadi yang harus kita pahami itu adalah menguatkan keyakinan anak-anak
peserta didik. Cabang-cabang iman ini kan banyak, ada Allah, iman kepada Rasul,
iman kepada kitab, setelah itu ikhlas, banyak lagi. Jadi, kita yakinkan kepada peserta
didik, melihat pada akidah, kita bahwasannya pada elemen akidah ini peserta didik
harus mampu selain menjelaskan bisa mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Begitu juga dengan elemen akhlak, jadi karakteristik yang akan kita berikan kalau
akhlak itu misalnya menghindari tawuran, model pembelajarannya yang seperti ini
kita berikan. Terus kalau fikih juga seperti itu. Jadi, melihat dari segi materinyalah
gitu, karakternya seperti ini, kemudian pembelajarannya cocoknya seperti ini.
135

Sepertinya misalnya elemen Al-Qur'an model pembelajarannya Jigsaw, elemen


akidah itu MPA (Marketing Place Activity). Kalau misalnya akhlak, saya memakai
model kreativitas. Terus kalau fikih, saya memakai mind mapping bisa, kartu juga
bisa. Klua sejarah biasanya saya memakai Timeline atau bisa juga Discovery
Learning.

10. Bagaimanakah guru menyesuaikan dengan ketersedian sarana belajar?

Jawab:

Di sekolah kan sarana belajarnya itu cuman buku paket, InFocus, ya seperti itu.
Rasanya di sekolah sudah lengkap. Jadi untuk menyesuaikannya maka saya karena
InFocus ada di sekolah, maka saya di rumah menyiapkan PPT, lebih mudah dan
menghemat waktu dalam pembelajaran.

11. Bagaimanakah kemampuan dasar siswa?

Jawab:

Kalau kemampuan dasar siswa ini dalam pendidikan agama Islam sudah luar biasa
ya, cuman kita tinggal penekanan, target apa yang harus dia capai. Kalau
kemampuannya, karena pembelajaran agama ini sudah mereka dapatkan dari lahir,
dari orang tua mereka sampai sekarang, pembelajarannya itu ke itu aja.

12. Bagaimanakah cara guru melakukan penetapan tujuan penilaian?

Jawab:

Yang menetapkan tujuan penilaian itu, yaitu dengan mengukur hasil belajar peserta
didik, misalnya dengan membuat tugas, bagaimanakah penilaian setelah itu, ulangan
harian, barulah kita menetapkan tujuan penilaian itu. Sebenarnya tujuan penilaian ini
kita melihat bagaimana kualitas peserta didik terhadap materi tersebut. Untuk
melihat kualitas itu, kita lihat tugas, kita lihat ulangan harian, dan ditambah lagi
dengan sekolah melakukan MID semester, ujian akhir.
136

13. Bagaimanakah guru mengidentifikasi kompetensi dan hasil belajar siswa sesuai
dengan kompetensi yang ada dalam kurikulum yang berlaku?

Jawab:

Kalau kompetensi di dalam kurikulum merdeka itu sudah ada di tujuan pembelajaran
ya dan bagaimana aktivitas siswa apakah sudah sesuai dengan kompetensi yang ada?
Karena kita disini ada namanya KKTP sama dengan KKM. Sampai dimana
kemampuan siswa dalam belajar. Kompetensi yang ada itu misalnya ada lima dan
siswa itu mampu menjelaskan kelima-limanya, cuma mungkin volumenya yang
berbeda-beda. Misalnya tujuan pembelajaran pertama cuma 80%, tujuan
pembelajaran kedua 50% atau tujuan pembelajaran ketiga 100%, dan tiba di tujuan
pembelajaran keempat cuma 10%. Kalau sesuai dengan kurikulum yang berlaku
seperti itu saya melihatnya.

14. Bagaimanakah cara Ibu membuka kelas?

Jawab:

Kalau kegiatan pendahuluan itu ya, membuka kelas. Pertama itu kita masuk kelas,
kita ucapkan salam. Sebelum saya mengomentari, saya menyuruh anak berdoa dulu.
Maka setelah berdoa, saya melihat kondisi kelas dulu apakah kelasnya sudah rapi atau
tidak, apakah siswanya sudah rapi atau tidak, dan siswanya siap belajar atau tidak.
Kalau misalnya belum rapi, dirapikan. Kalau kelasnya belum disapu, disapu. Kalau
lagi membersihkan, saya keluar. Kalau seandainya diulang lagi pada pertemuan
berikutnya, maka mereka akan disanksi dari saya sesuai dengan komitmen belajar.
Terus, setelah membuka itu baru saya mengabsen peserta didik satu persatu, apakah
ada yang tidak hadir, apakah alasannya. Setelah itu, baru saya melakukan apersepsi
dalam pembelajaran, saya menanyakan pembelajaran sebelumnya, masih sampai
dimana daya ingat mereka, kemudian saya melakukan pretes berupa pertanyaan.
Setelah itu, baru saya menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan diajarkan hari ini
dan yang akan dicapai hari ini. Sebelum masuk kepada materi, saya memberikan ice
breaking terlebih dahulu, biar siswa tidak merasa kaku ya, baru saya memulai
pembelajaran.

15. Bagaimana ibuk menyampaikan materi pembelajaran secara umum?


137

Jawab:

Kalau menyampaikan materi pembelajaran ini banyak ya, karena misalnya dalam
aspek seperti elemen Al-Qur'an saya menyampaikan materi untuk pertemuan pertama
itu dengan metode ceramah, namun tidak memakai model pembelajaran, ceramah
saja. Saya terangkan secara utuh dulu ya, garis besar. Setelah anak agak mulai
mengerti, agak paham, baru saya mengelompokkan anak. Ha jadi untuk elemen Al-
Qur'an ini saya memakai model pembelajaran Jigsaw, saya kelompokkan anak agak
beberapa kelompok, satu kelompokkan itu enam orang.

16. Bagaimana cara ibuk mengorganisasi peserta didik dalam belajar?

Jawab:

Kalau ibuk membentuk itu, karena sekarang adalah kurikulum merdeka, jadi
pembelajaran berdeferensiasi sesuai dengan minat anak, maka saya lihat dulu, saya
kelompokkan gaya belajar anak ini audio, ini visual, ini kinestetik, atau ini
audiovisual, atau ini ketiganya, atau cuma satu-satu. Namun, di dalam sini di
kelompokkan berdasarkan gaya belajar mereka. Maka anak yang gaya belajarnya
audio, berarti mendengar ya, maka saya menyuruh mereka untuk sistem model
pembelajarannya adalah MSQ (Musabaqoh Syahril Qur'an), jadi mereka bisa
mendengarkan di YouTube bagaimana membaca Al-Qur'an dengan baik, mereka
tampilkan dalam kelompok mereka seperti Musabaqoh, seperti perlombaan MTQ ya.
Setelah itu, kalau anak gaya belajar visual, melihat ya, berarti anak ini saya
kelompokkan menggunakan model Jigsaw bisa, saya kelompokkan beberapa orang
kelompok juga. Jadi kalau di Jigsaw ini ada kelompok biasa dan kelompok ahli. Di
situ saya jelaskan bagaimana cara pembelajarannya. Yang ketiga kalau kinestetik, itu
karena anaknya suka berjalan, tidak suka mendengar, tidak suka itu, dia suka bekerja,
maka saya suruh mereka membuat model pembelajaran Projects Based Learning itu
dengan membuat kaligrafi surat pada Al-Qur'an itu, nanti dibeda-bedakan gitu. Biar
pembelajaran berdeferensiasi tercapai itu sesuai dengan kurikulum merdeka. Namun,
kalau pada kurikulum tiga belas, saya tetap memakai Jigsaw saja.

17. Bagaimana cara ibuk menjelaskan tata cara penggunaan model Jigsaw ini pada
anak-anak?
138

Jawab:

Pertama itu sudah saya buat di Laptop saya. Jadi, nanti saya tayangkan, saya bacakan.
Saya memakai metode-metode tersendiri. Saintifik dengan model pembelajaran
Jigsaw. Saya bilang bahwasannya model Jigsaw ini adalah model pembelajaran
dimana pembelajaran ini terdiri dari dua ragam kelompok. Ragam kelompok biasa
dan ragam kelompok ahli. Jadi, disini ananda dikelompokkan dulu beberapa
kelompok. Satu kelompok itu misalnya enam orang. Jadi setelah berkelompok,
kelompok biasa enam orang, maka saya akan menjelaskan karena setiap kelompok itu
berbeda-beda soal. Maksudnya di dalam kelompok itu ada enam orang, setiap orang
itu berbeda-beda soal, walaupun satu kelompok. Jadi, misalkan saya memberikan
kertas origami dengan warna yang berbeda. Jadi, sudah tahu mereka semua itu di
dalam kelompoknya. Jadi, misalnya kertas warna merah, sama-sama warna merah itu
ini soalnya, kertas warna hijau itu ini soalnya. Jadi, setiap kelompok itu orangnya
berbeda-beda soal, setelah selesai seperti itu, maka saya menyuruhlah anak-anak ini
untuk berpisah. Untuk mereka berkumpul ke kelompok ahli namanya. Jadi, untuk
memudahkan mereka berkumpul, maka saya menyoraki mereka berkumpul dengan
kertas yang sama, warna yang sama. Kertas warna hijau, kertas warna biru, mereka
akan duduk berkelompok sesuai dengan warna kertas mereka. Jadi, di dalam
kelompok ahli ini mereka punya kertas yang sama dengan soal yang sama. Jadi,
kenapa dikatakan dengan kelompok ahli disini, karena mereka enam orang membahas
pembahasan yang sama. Jadi disana mereka berdiskusi tentang satu pembahasan yang
sama dan mereka menggalinya secara dalam dan mereka menyimpulkan, sehingga
mereka tulis dalam kertas mereka. Setelah selesai, mereka kembali ke kelompok
biasa. Setelah di kelompok biasa itu, kan terdiri dari beberapa kertas, mereka
tempelkan di kertas karton. Hasilnya nanti mereka presentasikan. Ketika
dipresentasikan itu yang berbicara adalah yang membuat. Misalnya, kompetisi
kebaikan dan etos kerja. Soal yang pertama adalah pengertian kompetisi dalam
kebaikan. Maka yang membuat itulah, misalnya warna biru, maka warna biru yang
menjelaskan. Yang kedua tentang pengertian etos kerja warna merah, berarti warna
merah yang menjelaskan. Yang ketiga misalnya QS. Al-Maidah warna kuning, berarti
warna kuning yang menjelaskan. Jadi, di dalam Jigsaw ini tidak ada siswa yang tidak
terlibat. Semuanya terlibat gitu. Jadi, semuanya berbicara.

18. Bagaimanakah cara guru membagi siswa ke dalam kelompok- kelompok kecil
yang beranggotakan 5-6 orang? (heterogen/homogen)
139

Jawab:

Ada asesmen diagnostik, maka kita sudah tahu bagaimana siswa atau kita melihat dari
cara belajarnya. Mana siswa yang ngerti atau tidak. Maka dikelompokkan berbeda-
beda. Jadi, supaya dalam kelompok ini tidak kaku. Namun, di Jigsaw ini tidak
diperlukan. Karena disini terlatih. Anak-anak terlatih untuk berbicara. Tapi seperti itu
ada motivasi anak untuk berdiskusi. Karena seandainya dikelompokkan berdasarkan
kemampuan, kalau sama-sama yang tidak vokal, kasihan kelompoknya diam aja gitu.
Jadi, dikelompokkan seperti itu ada motivasi mereka dalam berdiskusi.

19. Apakah guru memberikan kesempatan siswa dalam kelompok asal untuk
menjelaskan materi yang telah dipelajari kepada anggota kelompok asal?

Jawab:

Ya, karena setelah mereka kembali ke kelompok asal. Setelah ditempelkan di karton,
mereka presentasi. Presentasi secara menyeluruh. Jadi, mereka menjelaskan masing-
masingnya apa yang mereka buat dan nanti kan ada MCnya dari soalan yang mereka
buat. Misalnya kompetisi dalam kebaikan dan etos kerja QS. Al-Maidah ayat 48 dan
QS. AT-Taubah ayat 105. Disitu nanti moderator yang akan menjelaskan sedikit
catatannya. Kelompok asal juga. Karena mereka terdiri dari enam orang, maka
menjelaskan sesuai dengan apa yang mereka kerjakan.

20. Bagaimanakah guru mengintruksikan siswa untuk membuat laporan hasil diskusi
dari masing-masing kelompok ahli mengenai materi yang dibahas?

Jawab:

Jadi, setelah saya mengelompokkan tadi dengan kelompok ahli dan memberikan
begini setiap ananda silakan diskusikan hasil pembahasan yang telah diberikan.
Misalnya QS. Al-Maidah ayat 48, maka saya memberikan instruksi yang akan disalin.
Pertama itu ayatnya, kedua arti perkata, yang ketiga arti secara mujmal dan yang
keempat, kanduangan ayat. Seperti itu saya menginstruksikannnya. Jadi, dibuat di
dalam kertas yang sudah disediakan. Itu kertas berwarna mereka. Tapi, kalau itu
untuk presentasi saya menyuruh mereka membuat di kertas selembar atau double
140

folio untuk lebih jelasnya lagi, sehingga ketika mereka mempresentasikan di


panggung kelas itu mereka sudah ada bahan untuk dipresentasikan.

21. Bagaimanakah cara guru untuk memastikan apakah siswa telah memahami materi
yang dipelajari bersama?

Jawab:

Kan di dalam diskusi itu mereka. Kita kan di depan, dia sudah berkelompok-
berkelompok dalam belajar. Kita menghampiri mereka masing-masingnya. Sampai
dimana mereka siapnya. Apa kewalahan mereka, kesulitan mereka. Karena kita
sebagai guru. Walaupun itu adalah kerja kelompok, kita sebagai guru harus tetap
memfasilitasi. Jadi fasilitator gitu. Walaupun bukan dalam sarana. Memberikan
penjelasan terhadap materi juga. Walaupun mereka sudah tahu ini model
pembelajarannya apa. Ibuk itu sudah menjelaskannya tadi dan kita tetap
menanyakannya ke bangku-bangku mereka gitu, apa kesulitan yang mereka alami.

22. Bagaimanakah cara ibuk mengapresiasi terhadap kinerja kelompok?

Jawab:

Biasanya kalau sudah selesai itu, saya selalu mengapresiasinya bilang begini, siapa
yang sudah selesai kerjanya bilang hore bersama-sama. Itu bentuk pelepasan uneg-
uneg mereka atau ketegangan diri mereka. Jadi, setelah itu saya suruh maju ke depan,
saya berikan bintang yang sudah saya buat agar mereka merasa termotivasi. Setelah
itu, kalau sudah di akhir diskusi, nanti yang paling aktif, paling bagus hasil
diskusinya, maka saya akan berikan hadiah. Apakah berupa pena, cuman hadiah
kecil-kecilan yang membuat mereka termotivasi saja.

23. Bagaimanakah guru menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari?

Jawab:

Menyimpulkan pembelajaran yang telat dipelajari itu terkadang saya berkomunikasi


dengsn siswa apa yang dapat kita ambil dari pembelajaran hari ini. Maka nanti akan
141

ada beberapa siswa menunjuk tangan atau menjelaskan. Maka saya tinggal
menyimpulkan pembelajaran hari ini apakah sesuai dengan materi pembelajaran yang
ingin saya capai.

24. Bagaimanakah ibuk menutup kegiatan pembelajaran?

Jawab:

Menutup kegiatan pembelajaran yang paling pertama itu kita memberikan pesan dan
kesan terhadap siswa. Kita memberikan energi positif ya, bahwasannya pembelajaran
hari ini tidak ada dendam di antara kita. Nyamankan hati kita dengan peserta didik
terlebih dahulu. Jadi, dan saya selalu mengatakan semoga minggu depan kita belajar
dengan hati yang menyenangkan dan saya memberikan pesan-pesan sosial, tetap jaga
adab bahwasannya kita sebagai insan dituntut untuk beribadah kepada Tuhan kita,
dituntut untuk mengabdi kepada Allah dan orang tua. Dituntut untuk patuh kepada
guru. Setelah itu, saya bilang juga kalau ada tugas, saya kasih tugas. Kalau tidak ada
tugas, saya memberikan pembelajaran minggu depan. Ini dengan model pembelajaran
ini. Ananda silakan baca buku segini-segini. Setelah itu saya tutup dengan membaca
doa sama hamdalah.

25. Bagaimanakah pembelajaran direncanakan dan dipersiapkan terlebih dahulu oleh


guru?

Jawab:

Pembelajaran itu direncanakan, karena sebelum awal ajaran baru kita sudah
menentukan mengajar kelas berapa. Ditentukan dalam lokakarya itu, saya mengajar
kelas sepuluh. Maka saya sudah tahu, berarti saya membuat modul dulu. Jadi, saya
membuat modul atau membuat RPP namanya. Persiapkan seluruhnya, bagaimana
saya membuka, melaksanakan pembelajaran, menutup pembelajaran dan materi-
materi apa saja. Apa yang saya lakukan dan evaluasi bagaimana yang akan saya
lakukan ada di dalam modul semuanya.

26. Bagaimanakah kegiatan siswa belajar dimotivasi oleh guru?


142

Jawab:

memotivasi siswa dalam belajar itu buat saya itu pertama melakukan ice breaking. Itu
memotivasi siswa. Setelah itu, menanyakan kabar mereka. Setelah itu, dikasih game-
game atau pretes-pretes yang menyenangkan seperti Kahoot atau kuis.

27. Bagaimanakah guru memakai media pembelajaran?

Jawab:

Biasanya saya menggunakan selain InFocus ada Handphone dengan memakai google
classroom. Sebenarnya google classroom dan WA itu digunakan dalam pembelajaran
blended learning. Tapi, kita kan sekarang sudah tatap muka. Namun, itu saya gunakan
untuk pemberian tugas lebih jelasnya disana. Jadi, saya tidak memakai google
classroom lagi. Tapi kalau seandainya itu ada misalnya meliburkan siswa dan
pembelajaran kita belum selesai, maka saya menggunakan google classroom juga.
Kalau gak, WA saja untuk memudahkan siswa. Karena apa? Tidak semua siswa bisa
menggunakan media pembelajaran seperti itu. Paling pembelajaran Handphonenya
melalui WA saja atau zoom.

28. Bagaimanakah proses pembelajaran dapat melibatkan siswa di dalam kelas?

Jawab:

Yang namanya proses pembelajaran pasti melibatkan siswa di dalam kelas secara
menyeluruh. Maka untuk melibatkan siswa itu ya dengan diskusi, salah satunya
dengan model pembelajaran Jigsaw. Karena ketika kita menggunakan model
pembelajaran itu, pasti kita diskusi. Metode pembelajaran itu kan banyak, metode
ceramah bisa juga. Metode ceramah, metode diskusi, metode demonstrasi. Metode
demonstrasi itu ada juga yang tidak diskusi. Bisa juga diskusi. Tapi, umumnya yang
memakai model pembelajaran itu pasti diskusi metodenya.

29. Bagaimanakah suasana pembelajaran di kelas cukup menyenangkan bagi siswa?

Jawab:
143

Kalau kita memakai model pembelajaran, menyenangkan. Jadi, pembelajaran itu


memang harus diwarnai ya. Harus ada warna. Maksudnya di dalam pembelajaran di
dalam pembukaan kita tidak kaku, kita bisa memberikan ice breaking. Pembelajaran
juga seperti itu, kita buat juga kita berikan kebebasan siswa dalam berkarya. Dalam
kegiatan penutup, juga kita tutup dengan ice breaking. Atau kalau kita dalam akses
pembelajaran juga harus menyanyikan lagu daerah gitu ya. Banyaklah gitu. Memang
harus menyenangkan gitu. Seandainya itu tidak menyenangkan bagi siswa,
selanjutnya siswa juga akan kaku. Namun, itu tidak semuanya selalu ya. Tidak selalu,
tapi kita sebagai seorang guru berusaha untuk ke arah sana gitu. Jadi, setiap
pembelajaran itu harus menyenangkan.

30. Bagaimanakah kelas memiliki sarana belajar yang cukup?

Jawab:

Kalau bagi saya disini, di SMA 2 umumnya pembelajaran itu sudah cukup sarananya.
Bagi yang tidak cukup, siswa bersedia menyiapkan sendiri. Namun, kalau tidak,
paling kita suruh menyiapkan sarana yang murah, bisa menyiapkan sendiri, tidak
membutuhkan modal yang besar. Karena sesuai dengan kemampuan siswalah.

B. Wawancara Dengan Siswa Tentang Model Pembelajaran Jigsaw pada


Pembelajaran PAI

1. Bagaimana Guru membuka pembelajaran di kelas?

Jawab:

Vanesha Faturrahmi: “Ketika Ibu Eka masuk dalam kelas beliau mengucapkan salam
dan langsung duduk di kursi, setelah itu beliau menyuruh ketua kelas untuk
menyiapkan berdo’a, kemudian beliau mengecek kondisi kelas apakah kelas sudah
rapid an siap untuk belajar, kalau belum maka beliau menyuruh merapikan dan
membersihkan, setelah itu barulah beliau mengambil kehadiran siswa. Selanjutnya,
Ibu Eka memberikan pertanyaan seputar materi minggu kemarin, setelah itu beliau
menyampaikan tujuan dan materi yang akan dipelajari hari itu”.
144

2. Menurut ananda apakah model pembelajaran jigsaw ini cocok digunakan pada
pembelajaran PAI aspek alquran? Apakah ananda memahami pembelajaran
menggunakan model ini? Serta apa saja kelebihan model ini menurut ananda?

Jawab:

a. Dhea Syifa Aulia:

Pada awal pembelajaran Ibu Eka menjelaskan pembelajaran secara garis besar dengan
metode ceramah, kemudian Ibu mengorganisasikan kami untuk belajar dengan
membagi kelompok sesuai gaya belajar. Karena gaya belajar saya visual saya rasa
model pembelajaran jigsaw pada aspek alquran cocok digunakan karena siswa bisa
memahami dengan mendalami aspek-aspek tertentu dari alquran dan kemudian
berbagi pemahaman tersebut kepada teman yang lain membuat yang mengajarkan
dapat lebih paham materi tersebut. Selain itu saya sangat senang memahami
pembelajaran dengan model ini karena gaya belajar saya visual dan saya terlibat di
dalamnya sehingga saya lebih memahami materi yang dipelajari.

b. Himawari:

Menurut Himawari model pembelajaran jigsaw bagus diterapkan dalam pembelajaran


PAI aspek alquran karena membantu memudahkan dalam memahami pembelajaran,
teman sekelas juga tidak ada yang merasa bosan. Saya memahami materi dengan
model jigsaw ini karena memberikan motivasi yang besar dalam diri saya, tidak
hanya itu dari model ini saya bisa bertukar informasi, memecahkan masalah,
berkomunikasi, dan juga menumbuhkan rasa percaya diri.

Lampiran 3. Dokumentasi

A. Dokumentasi Wawancara
145

B. Dokumentasi Pelaksanaan Model Jigsaw


146

Anda mungkin juga menyukai