Isian Substansi Perbaikan
Isian Substansi Perbaikan
Tinggi (PKPT)
Pengusul hanya diperkenankan mengisi di tempat yang telah
disediakan sesuai dengan petunjuk pengisian dan tidak
diperkenankan melakukan modifikasi template atau penghapusan
di setiap bagian.
Ringkasan penelitian tidak lebih dari 500 kata yang berisi latar belakang penelitian, tujuan dan
tahapan metode penelitian, luaran yang ditargetkan, serta uraian TKT penelitian yang diusulkan.
RINGKASAN
Latar Belakang Penelitian : ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak
dilahirkan sampai dengan umur 6 bulan, tanpa menambahkan atau memberi makanan atau
minuman lain1. Tahun 2020, Jumlah bayi yang mendapatkan ASI eksklusif di Provinsi Aceh
sebesar 59% dan Kabupaten Abdya (Aceh Barat Daya) yang merupakan salah satu daerah
pesisir pantai barat selatan yang terdampak bencana dan merupakan wilayah bencana dengan
luas potensi bahaya tinggi dengan cakupan ASI eksklusif sebesar 52%2,3. Timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis dapat
terjadi sebagai akibat dari bencana4. Kondisi psikologis sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan menyusui. Semakin ibu tenang, yakin dan percaya diri, maka kemungkinan
besar semakin sukses menyusui sang bayi, perasaan dan emosi yang positif meningkatkan
hormon oksitosin sehingga memperlancar produksi ASI.
Penelitian menyebutkan bahwa salah satu upaya untuk menanggulangi kegagalan pemberian
ASI Eksklusif yaitu dengan Relaktasi, dimana terdapat 63 dari 85 ibu yang berhasil melakukan
Relaktasi sangat dipengaruhi oleh faktor motivasi ibu, stimulasi bayi, dukungan keluarga dan
dukungan tenaga kesehatan5. Relaktasi adalah suatu kondisi seorang ibu yang telah melahirkan,
tetapi tidak menyusui atau berhenti menyusui beberapa waktu kemudian dirangsang untuk
menyusui kembali6. Terdapat dua kunci penting yang sangat dibutuhkan dalam relaktasi yaitu
tekad yang kuat dan stimulasi puting payudara yang tepat dan keberhasilan relaktasi akan lebih
tinggi pada bayi dengan usia kurang dari 3 bulan7. Dalam Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia
(AIMI) tentang Panduan Relaktasi diuraikan bahwa yang harus dipertimbangkan saat
melakukan relaktasi adalah : Pertama, Mindset Ibu (Confidence and Commitment) tentang
keberhasilan program relaktasi. Kedua, Dukungan mental dari orang-orang terdekat selain
suami dan keluarga, misalnya; dokter, konsultan laktasi ataupun teman yang pernah berhasil
melakukan kegiatan relaktasi. Ketiga, Tata kelola stress di minggu-minggu pertama
pelaksanaan relaktasi ada kemungkinan bayi akan menolak menyusu langsung atau bayi akan
lebih banyak menangis karena merasa frustasi dengan sedikitnya ASI yang mulai keluar.
Tujuan Penelitian : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji secara mendalam Persepsi
ibu tentang relaktasi, alasan ibu dalam melakukan relaktasi, faktor yang melatarbelakangi
pelaksanaan relaktasi, konsep diri dan kepercayaan diri ibu saat melakukan relaktasi, dampak
psikologis ibu saat relaktasi, dukungan keluarga dan orang-orang terdekat dalam proses
relaktasi
Latar belakang penelitian tidak lebih dari 500 kata yang berisi latar belakang dan permasalahan
yang akan diteliti, tujuan khusus, dan urgensi penelitian. Pada bagian ini perlu dijelaskan uraian
tentang spesifikasi khusus terkait dengan skema.
LATAR BELAKANG
Tahun 2020, Jumlah bayi yang mendapatkan ASI eksklusif di Provinsi Aceh sebesar 59% dan
Kabupaten Abdya (Aceh Barat Daya) yang merupakan salah satu daerah pesisir pantai barat
selatan yang terdampak bencana dan merupakan wilayah bencana dengan luas potensi bahaya
tinggi dengan cakupan ASI eksklusif sebesar 52% 2,3. Luas bahaya bencana banjir, banjir
bandang, gelombang ekstrim, gempa bumi, tsunami, kebakaran hutan dan lahan, di Abdya
berada pada kategori “Tinggi”, yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap pemberian
ASI Eksklusif3. Timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,
dan dampak psikologis dapat terjadi sebagai akibat dari bencana 4. Kondisi psikologis sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan menyusui. Semakin ibu tenang, yakin dan percaya diri,
maka kemungkinan besar semakin sukses menyusui sang bayi, perasaan dan emosi yang
positif meningkatkan hormon oksitosin sehingga memperlancar produksi ASI. ASI eksklusif
sangat penting bagi bayi dan memberi keuntungan bagi ibu, keluarga, dan masyarakat.
Mempertahankan pemberian ASI eksklusif di kala bencana tidak lepas dari dukungan sosial
yang ada di sekitar ibu.
Penelitian menyebutkan bahwa salah satu upaya untuk menanggulangi kegagalan pemberian
ASI Eksklusif yaitu dengan Relaktasi, dimana terdapat 63 dari 85 ibu yang berhasil melakukan
Relaktasi sangat dipengaruhi oleh faktor motivasi ibu, stimulasi bayi, dukungan keluarga dan
dukungan tenaga kesehatan5. Relaktasi adalah suatu kondisi seorang ibu yang telah melahirkan,
tetapi tidak menyusui atau berhenti menyusui beberapa waktu kemudian dirangsang untuk
menyusui kembali6.
Urgensi Penelitian :
Tahun 2019, Jumlah bayi yang mendapatkan ASI eksklusif di Provinsi Aceh sebesar 55%
dengan cakupan terendah di Kabupaten Aceh Barat Daya. Kabupaten Aceh Barat Daya adalah
daerah dengan potensi luas bahaya dengan kategori Tinggi terhadap 6 jenis bencana yang
berdampak langsung pada kondisi fisik maupun psikis ibu menyusui, yang akhirnya
berpengaruh terhadap produksi ASI. Kurangnya produksi ASI akan mengganggu proses
menyusui. Relaktasi bisa menjadi upaya untuk kembali dapat menyusui. ASI eksklusif sangat
penting bagi bayi dan juga memberi keuntungan bagi ibu, keluarga, dan masyarakat.
Mempertahankan pemberian ASI eksklusif di kala bencana tidak lepas dari dukungan sosial
yang ada di sekitar ibu, semua pihak harus berperan dalam mendukung keberhasilan pemberian
ASI eksklusif dalam kondisi apapun.
Tinjauan pustaka tidak lebih dari 1000 kata dengan mengemukakan state of the art dan peta jalan
(road map) dalam bidang yang diteliti. Bagan dan road map dibuat dalam bentuk JPG/PNG yang
kemudian disisipkan dalam isian ini. Sumber pustaka/referensi primer yang relevan dan dengan
mengutamakan hasil penelitian pada jurnal ilmiah dan/atau paten yang terkini. Disarankan
penggunaan sumber pustaka 10 tahun terakhir.
TINJAUAN PUSTAKA
Ibu menyusui normal, menghasilkan ASI 550-1000 ml setiap hari, jumlah ASI tersebut dapat
dipengaruhi oleh; 1). Makanan yang memenuhi jumlah kalori, protein, lemak, dan vitamin serta
mineral yang cukup, dan minum 8-12 gelas per hari. 2). Ketenangan jiwa dan fikiran
mempengaruhi produksi ASI, ibu yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya
diri akan menurunkan volume ASI. Ibu harus dalam keadaan tenang supaya dapat
memproduksi ASI yang baik. 3). Penggunaan alat kontrasepsi yang mempengaruhi produksi
ASI sebaiknya dihentikan, sebaiknya ibu memilih kontrasepsi yang tepat dalam masa
menyusui. 4). Perawatan payudara akan mempengaruhi hipofise untuk mengeluarkan hormon
progesteron dan estrogen lebih banyak dan hormon oxytocin. 5). Isapan Bayi akan berpengaruh
terhadap jumlah pengeluaran ASI10.
Relaktasi
Relaktasi adalah suatu kondisi seorang ibu yang telah melahirkan, tetapi menyusui atau
berhenti menyusui beberapa waktu kemudian dirangsang untuk menyusui kembali. Relaktasi
akan lebih mudah dilakukan pada bayi dengan usia lebih muda dan ibu yang pernah menyusui
sebelumnya. Namun dengan perawatan, dukungan dan motivasi yang tepat wanita yang belum
pernah hamil, atau yang pernah hamil namun belum pernah menyusui pun mampu untuk mulai
menyusui6.
Beberapa kondisi sehingga diperlukan relaktasi, diantaranya :
1. Bayi dalam keadaan sakit, misalnya bayi berusia kurang dari enam bulan yang menderita
diare akut/persisten.
2. Bayi berhenti disusui atau tidak mendapatkan ASI karena dirawat inap di rumah sakit.
3. Bayi tidak dapat menoleransi susu formula.
4. Bayi Baru Lahir dengan berat badan lahir rendah, tidak dapat mengisap efektif pada minggu-
minggu pertama pasca kelahiran, dan bayi yang memerlukan media khusus, seperti selang
(tube).
5. Ibu dengan teknik laktasi yang tidak baik sehingga produksi ASInya menurun secara
signifikan dan bayi masih berumur dibawah 6 bulan.
6. Situasi darurat seperti bencana alam. Saat bencana alam, pemberian susu formula beresiko
menyebabkan infeksi (terutama diare) dan malnutrisi karena akses air bersih sulit dijangkau
dan kondisi sanitasi buruk.
7. Situasi individual, misalnya ibu memutuskan ingin kembali memberikan ASI setelah
beberapa waktu memberikan bayinya susu formula.
8. Ibu menderita penyakit yang tidak membolehkan menyusui dalam jangka panjang atau ibu
meninggal sehingga bayi diadopsi orang lain7.
Menurut panduan relaktasi dari WHO, terdapat dua kunci penting yang sangat dibutuhkan
dalam relaktasi yaitu tekad yang kuat dan stimulasi puting payudara yang tepat. Berdasarkan
hasil penelitian studi kualitatif di RS. ST Elisabeth Semarang juga menyebutkan bahwa
motivasi ibu dan stimulasi bayi merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam keberhasilan
relaktasi11. Hormon prolaktin dapat dilepaskan dari tubuh ibu melalui stimulasi puting dengan
isapan bayi dan memerah, yang kedua cara tersebut merupakan kunci utama menstimulasi
produksi ASI dalam proses relaktasi. Kandungan ASI (terutama total protein, alpha-
lactalbumin, dan IgA) yang keluar pada hari kelima melalui proses relaktasi sama dengan
kandungan ASI transisi dan ASI matang. Selain itu, sistem kesehatan terpadu dan dukungan
dari keluarga atau orang terdekat secara berkelanjutan juga mempengaruhi keberhasilan
relaktasi. Faktor-faktor tambahan lainnya diantaranya adalah ; 1). Faktor yang berhubungan
dengan bayi (seperti ; keinginan bayi untuk mengisap, interval/lama waktu bayi berhenti
menyusu, pengalaman menerima asupan lain selama bayi berhenti menyusu, hal-hal lain yang
menyebabkan bayi berhenti menyusu, usia kehamilan untuk bayi berat lahir rendah dan asupan
lain berupa MPASI untuk bayi berusia lebih dari 6 bulan), 2). Faktor-faktor yang berhubungan
dengan ibu (seperti ; motivasi ibu, interval/lama waktu berhenti menyusui dan atau memerah,
kondisi payudara, kemampuan ibu berinteraksi secara responsif dengan bayi/anak, dukungan
dari keluarga, komunitas, tempat kerja bagi ibu pekerja, kondisi kesehatan dan nutrisi ibu)7.
Dampak Psikologis
Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat. Bencana dapat disebabkan oleh faktor alam dan/atau
faktor non alam maupun faktor manusia. Timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis dapat terjadi sebagai akibat dari
bencana4.
Kondisi psikologis dan perasaan ibu sangat berpengaruh terhadap keberhasilan menyusui.
Semakin tenang, yakin dan percaya diri si ibu, maka kemungkinan besar semakin sukses
menyusui sang bayi. Hal ini karena perasaan dan emosi yang positif akan meningkatkan
produksi hormon oksitosin (yang sering disebut hormon kebahagiaa) sehingga memperlancar
produksi ASI. Selain menjaga kondisi psikologis, ibu juga perlu dibantu untuk mendapat
asupan makanan yang cukup di kala bencana. Pemberian ASI eksklusif tetap harus
dipertahankan di kala bencana. Hal ini sangat penting karena selain besarnya manfaat ASI
tersebut, juga di saat bencana higiene dan sanitasi biasanya kurang memadai. Hal ini dapat
berakibat fatal, jika sampai bayi beralih ke susu formula atau pemberian makanan pendamping
asi yang terlalu dini. Higiene dan sanitasi yang buruk, sangat berisiko untuk timbulnya berbagai
penyakit yang sangat berbahaya bagi bayi, seperti diare. Dukungan sosial dari suami, orang
tua, tetangga, teman, relawan, dan tenaga kesehatan sangat diperlukan ibu untuk
mempertahankan ASI eksklusif. Hal ini sangat penting, terutama untuk mengurangi stres ibu,
dan juga untuk meningkatkan rasa percaya diri ibu terhadap keberhasilan pemberian ASI
eksklusif12.
Dalam Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) tentang Panduan Relaktasi diuraikan bahwa
yang harus dipertimbangkan saat melakukan relaktasi adalah : Pertama, Mindset Ibu
(Confidence and Commitment) tentang keberhasilan program relaktasi. Kedua, Dukungan
mental dari orang-orang terdekat selain suami dan keluarga, misalnya; dokter, konsultan laktasi
ataupun teman yang pernah berhasil melakukan kegiatan relaktasi. Ketiga, Tata kelola stress
di minggu-minggu pertama pelaksanaan relaktasi ada kemungkinan bayi akan menolak
menyusu langsung atau bayi akan lebih banyak menangis karena merasa frustasi dengan
sedikitnya ASI yang mulai keluar. Namun, semakin sering bayi dirangsang dengan perlekatan
ke payudara ibu, produksi ASI akan terus meningkat13.
Studi fenomenologis tentang persepsi pengalaman relaktasi yang dilakukan pada 10 wanita di
Montana menunjukkan hasil bahwa selain faktor bayi, masalah perlekatan atau kurangnya
ikatan yang dirasakan responden saat relaktasi, aspek emosional saat relaktasi juga
berpengaruh diantaranya penolakan, kemarahan, stress dan kegagalan14.
Relaktasi memerlukan komitmen dan dukungan jangka Panjang, Ibu yang paham manfaat
menyusui dan melakukan relaktasi karena pemahaman tersebut akan lebih berhasil secara
emosional dibanding bila ibu hanya fokus pada hasil produksi ASI. Tingkat keberhasilan
relaktasi semakin tinggi pada bayi dengan usia lebih muda, terutama bila berusia kurang dari 3
bulan maka, ibu harus sabar menunggu produksi ASI perlahan pulih karena setiap kasus
relaktasi unik dan banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilannya. Ibu harus intensif
selama 2 minggu7.
Berikut ini adalah kerangka teori dan Roadmap penelitian :
Metode atau cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan ditulis tidak melebihi 600 kata.
Bagian ini dilengkapi dengan diagram alir penelitian yang menggambarkan apa yang sudah
dilaksanakan dan yang akan dikerjakan selama waktu yang diusulkan. Format diagram alir dapat
berupa file JPG/PNG. Bagan penelitian harus dibuat secara utuh dengan penahapan yang jelas,
mulai dari awal bagaimana proses dan luarannya, dan indikator capaian yang ditargetkan. Di
bagian ini harus juga mengisi tugas masing-masing anggota pengusul sesuai tahapan penelitian
yang diusulkan.
METODE
Desain Studi yang digunakan dalam penelitian adalah studi penelitian kualitatif dengan
pendekatan fenomenologis. Pengambilan sampel menggunakan Teknik Purposive sampling
yaitu mengambil sampel sesuai dengan kriteria, yaitu : 1). Ibu yang memiliki bayi < 6 bulan
dengan riwayat persalinan normal, 2). Ibu sudah berhenti menyusui dalam beberapa waktu,
3).Primipara, 4). Ibu tidak bekerja diluar rumah, 5). Ibu tidak memiliki kelainan pada putting
susu, 6).Berat badan bayi sesuai umur, 7). Tidak ada kelainan bibir bayi (Labioskiziz dan
labiopalatoskiziz), 8). Ibu dan Bayi sehat.
Jenis penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif yaitu data yang terkumpul berbentuk
kata-kata atau gambar. Penelitian ini akan dilakukan di Wilayah Kabupaten Aceh Barat Daya
pada bulan Januari-Desember 2023, pengumpulan data dilakukan melalui kegiatan indepth
interview, Focus Group Discussion (FGD) dan menggunakan dokumen-dokumen pendukung
lainnya. Untuk mengukur dampak psikologis menggunakan alat ukur psikologis yang disusun
dan teruji validitas dan reliabilitasnya. Berikut diagram alir penelitian :
Uraian tugas
Ketua :
1. Mempersiapkan topik penelitian
2. Mempersiapkan Proposal penelitian
3. Menjalin kerjasama dengan tim mitra
4. Melakukan penjajakan lokasi awal
5. Mengurus perizinan lokasi penelitian
6. Mempersiapkan alat ukur psikologi
7. Melakukan uji validitas dan uji reliabilitas alat ukur psikologi
8. Mempersiapkan panduan wawancara/kuesioner untuk Indepth Interview
9. Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan Focus Group Discussion (FGD)
10. Melakukan penelitian mulai dari pengumpulan data, keabsahan/uji kredibilitas data,
sampai dengan keterlibatan dalam proses olah data pra analisis
11. Mempersiapkan laporan hasil
12. Menulis manuskrip jurnal publikasi
Jadwal penelitian disusun dengan mengisi langsung tabel berikut dengan memperbolehkan
penambahan baris sesuai banyaknya kegiatan.
JADWAL
Bulan
No Nama Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Proses perizinan
√
2. Persiapan pengumpulan data
√ √ √
3. Pengumpulan data Penelitian
√ √ √
4. Pengolahan data pra analisis √
DAFTAR PUSTAKA