Artikel ini membahas tentang Rumah Bolon yang berada di Desa Pematang
Purba , aspek kajian dari artikel ini yaitu sejarah Rumah Bolon, Bentuk Rumah Bolon,
dan makna Rumah Bolon bagi kehidupan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana sejarah Rumah Bolon, bentuk, dan makna dari Rumah Bolon
bagi kehidupan masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka. Studi
pustaka dilakukan dengan mereview artikel baik dalam buku, jurnal ilmiah, yang
terkait dengan topik yang dibahas penulis. Rumah Bolon Merupakan rumah khas adat
batak yang biasanya menjadi tempat kediaman raja beserta seluruh keluarga besarnya.
Rumah Bolon menjadi lambang kebesaran dan keindahan arsitektur khas Simalungun.
Dalam pembangunannya sendiri sangat sulit dilakukan karena tidak semua kayu
diperbolehkan dijadikan bahan baku dalam pembuatannya, selain itu harus melewati
berbagai macam upacara yang panjang dan ketat. Dalam arsitektur rancangannya dari
bagian atas sampai bawah, sudah diatur dengan begitu detail. Selain itu, didalam
Rumah Bolon juga terdapat ukiran-ukiran didalam Rumah Bolon yang melambangkan
makna-makna kebesaran, gotong royong, dan kebersamaan.
1. PENDAHULUAN
Arsitektur tradisional sebagai salah satu unsur kebudayaan sebenarnya tumbuh
dan herkernbang seiring dengan pertumbuhan suatu suku bangsa. Oleh karena itu,
tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa arsitektur tradisional merupakan suatu hal
yang dapat memberikan ciri serta identitas dari suatu suku bangsa sebagai pendukung
suatu kebudayaan tertentu. Sementara itu batasan tentang arsitektur tradisional telah
banyak diberikan oleh para ahli. Batasan-batasan tersebut, secara keseluruhan dapat
disimpulkan bahwa arsitektur tradisional merupakan suatu bangunan yang bentuk,
struktur, fungsi, ragam hias, dan cara membuatnya diwariskan dari satu generasi ke
generasi berikutnya, serta dapat dimanfaatkan sebagai tempat untuk melaksanakan
segala aktivitas kehidupan. Dari hasil penelitian arkeoiogis yang telah dilaksanakan
terharlap semua peninggalan arsitektur tradisional di wilayah nusantara, dapat diketahui
bahwa berdasarkan fungsinya dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu bangunan
profan seperti rumah tempat tinggal dan bangunan sakral/suci seperti rumah adat,
bangunan tempat-tempat ibadah, dan sebagainya.
Sebagai salah satu contoh Indonesia dengan keberagaman suku yang terdapat
pada pulau Sumatera, tepatnya di Sumatera Utara dengan ibukota Medan. Suku-suku
bangsa di Sumatera Utara terdiri dari delapan suku etnik, yaitu suku Melayu, Batak
Toba, Simalungun, Karo, Pakpak-Dairi, Angkola-Mandailing, Pesisir dan Nias juga
diwarnai oleh beraneka ragam jenis kesenian.
Setiap daerah memperlihatkan identitas bangunannya sesuai aspirasi tradisi
daerahnya masing-masing. Di provinsi Sumatera perbedaan suku etnis setiap daerah
secara jelas akan ditemukan pada bentuk rumah daerah Simalungun, Batak Toba, Karo,
Pakpak-Dairi, Mandailimg dan Nias. Ungkapan nilai-nilai tradisi masyarakat yang
terlihat pada bentuk rumah tradisional mencerminkan sosial budaya masing-masing
daerah. Bangunan rumah tradisional suku Batak dikenal dengan rumah Bolon, arti kata
Bolon adalah Besar. Bentuk rumah Bolon merupakan bangunan dengan tampilan fisik
khusus yang dilengkapi dengan berbagai ornamen berupa ukiran, hiasan maupun warna
yang melambangkan suatu makna adat sebagai suatu wujud dan kepribadian
masyarakatnya. Maka dari itu didalam artikel ini kami akan mengungkap tentang
sejarah, bentuk, dan makna dari ornamen yang terdapat dirumah bolon bagi kehidupan
sosial budaya masyarakat simalungun.
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat studi pustaka dengan
menggunakan sumber-sumber data berupa buku-buku referensi dan artikel-artikel jurnal
ilmiah sesuai dengan topik yang dibahas, dimana penulis membahas tentang sejarah,
Bentuk, dan Makna dari Rumah Bolon bagi kehidupan masyarakat. Pada penelitian ini
rangkaian kegiatannya berkenaan dengan pengumpulan data pustaka, membaca dan
mencatat, lalu mengolah informasi yang sesuai dengan rumusan masalah yang akan
dipecahkan.
2. Di bagian depan terdapat teras bertingkat di kiri-kanan tangga, yang tempo dulu
untuk pengawal raja berjaga. Untuk keluar masuk bangunan hanya ada satu
pintu dan satu tangga dibagian lopou. Satu-satunya jendela di badan rumah,
terdapat di sisi tengah rumah antara ruang raja dan ruang permaisuri dibatasi
penyekat ruangan. Di dalam lopou (ruang raja) terdapat ruang tidur raja, tempat
pengawal, dan tungku.
3. Balai Bolon Adat berfungsi sebagai sebagai tempat pelaksanaan rapat adat serta
pengadilan. Lokasinya adalah di sebelah kiri rumah bolon adat, berorientasi ke
timur, dibatasi oleh pattangan puang bolon. Kaki bangunan berupa urnpak-
urnpak batu yang berukuran lebih besar dibandingkan dengan urnpak pada
bangunan yang lain. Balok-balok penyangga disusun secara horisontal turnpang
tindih di atas umpak. Balai Bolon adat memiliki beranda dua tingkat di bagian
depan bangunan, di tengah-tengahnya terdapat tangga masuk yang berupa
tangga ganda. Pada bagian atap diikatkan seutas tali rotan sebagai alat bantu
menaiki bangunan.
4. Patangga Raja merupakan bangunan kecil yang terletak di depan rumah bolon
adat dengan arah hadap yang berlawanan tepat di sebelah kanan jambur.
Pattangan raja adalah tempat peristirahatan raja. Bangunan ini berukuran kecil
dan sederhana. Kaki bangunan berupa umpak batu dengan 2 buah balok yang
disusun secara horizontal pada masing-masing sisinya. Di atasnya terdapat
sebuah ruang terbuka yang pada masing-masing sudutnya memiliki tiang
penyangganya berukuran kecil. Di atas tiang-tiang tersebut tersebut terdapat
bilik kecil yang dilengkapi sebuah pintu. Dinding-dindingnya terbuat dari
anyaman bambu. Bangunan ini berwarna coklat muda dan potongan balok-balok
penyangganya merupakan perpaduan antara warna hitam dan putih. Pattangan
raja berukuran panjang 2 m, lebar 1,5 m, dan tingginya 3 m. Permaisuri
(Pattangan Puang Bolon) Bangunan ini berfungsi sebagai tempat peristirahatan
permaisuri (menenun kaïn). Pada keempat sisi bagian atasnya dibatasi oleh
dinding, memiliki pintu-pintu kecil. Ruangan kecil ini merupakan tempat
penyimpangan alat-alat tenun milik permaisuri. Bangunan ini berwarna coklat,
terletak di antara rumah baton dan batai baton, berorientasi ke t imur. Potongan
balok-balok penyangga memiliki kombinasi warna hitam dan putih berselang-
seling. Ukurannya bangunan adalah panjang 2,50 m, lebar 1,67 m, dan tinggi 3,5
m.
5. Jambur atau lumbung merupakan berfungsi sebagai tempat para tamu raja
menginap. Bangunan ini terletak di depan rumah bolon adat, tepat di samping
kanan pattangan raja berorientasi ke barat, bagian kolongnya memiliki dinding-
dinding penutup dari papan dan dimanfaatkan sebagai kandang kuda milik raja
rnaupun para tamu. Bagian depan kolong merupakan teras yang memiliki 5 buah
tiang sedangkan teras atas disangga oleh 3 buah tiang. Bangunan ini hanya
ditopang oleh 1 lapis balok horisontal yang ditumpu umpak-umpak batu.
Bangunan ini juga digunakan sebagai tempat menyimpan padi milik keluarga
raja.
7. Rumah jungga terdiri atas 2 lantai, dengan bentuk arsitektur yang berbeda
dengan lainnya. Tempat ini berfungsi sebagai tempat tinggal bagi para pegawai
kerajaan. Belum jelas fungsi sebenarnya,karena selain pintu masuk tidak
terdapat jendela atau lubang ventilasi di lantai bawah dan atas. Badan rumah
memakai struktur rangka tiang, dengan dinding ditutup papan-papan.
8. Balai buttu terdapat dibagian depan kompleks, sesuai fungsinya sebagai tempat
pengawal istana. Separuh dinding bawah dari papan,separuh dinding atas berupa
kisi-kisi. Hanya ada 1 ruangan besar yang kosong. Kaki bangunan berupa balok
susun 3 lapis diatas 6 batu fondasi. Bangunan dilengkapi tangga pada sudut
bagian paling depan. Bentuk atapnya sama dengan losung dan jambur.
Motif Manusia
1. Bohi-bohi. Motifnya mirip wajah manusia. Ornamen ini dianggap sebagai
lambang keramah-tamahan, kewaspadaan, dan penangkal roh jahat. Terdapat
pada setiap ujung sambahou rumah bolon, balai bolon, dan pintu balai bolon,
juga pada pangkal lesung tradisional.
Motif Hewan
1. Pinar ulu ni horbou. Bentuknya menyerupai kepala kerbau, kepala dibentuk
dai ijuk, sedangkan tanduknya dari tanduk kerbau asli. Hiasan ini
melambangkan kebesaran, keberanian, dan kebenaran serta sebagai penangkal
roh jahat. Terdapat pada anjungan rumah bolon bagian depan dan pada keempat
ujung puncak bubungan balai bolon.
2. Hambing mardugu. Hambing dianggap sebagai sebagai binatang suci pada
masyarakat simalungun, yang sering dijadikan sebagai kurban persembahan
kepada dewa-dewa atau roh-roh, agar permintaannya dikabulkan. Hambing
mardugu artinya kambing berlaga, digunakan dalam posisi dua kepala kambing
seolah-olah hendak berlaga. Ornamen ini melambangkan keberanian
menghadapi tantangan dari luar. Terdapat pada dinding bagian depam sebelah
kiri rumah bolon.
3. Pinar Boras pati. Boras Pati adalah sejenis binatag merayap menyerupai cicak.
Pinar boras pati terbuat dari ijuk, dipintal dan dijalin sebingga berbentuk cicak.
Ornamen ini dianggap sebagai penangkal roh jahat dan sebagai lambang
kesuburan. Ornamen ini terdapat disekeliling dinding rumah bolon tempat
tinggal permaisuri dan selir, sehingga dinding balai bolon, jabu jungga, rumah
pattangan dan pada halipkip serta urug manik balai bolon.
4. Pinar Apul-Apul. Motif seperti kupu-kupu sedang mengembangkan sayap,
dibentuk sistematis segingga berbentuk kupu-kupu. Ornamen ini melambangkan
rencana yang matang, realistis, pragmatis. Ornamen ini terdapat pada tiang
rumah bolon di Pematang purba.
5. Gatip-gatip. Ular gatip-gatip adalah sejenis ular kecil, kulitnya berbelang-
belang putih hitam, binatang itu berbisa. Menurut kepercayaan masyarakat
simalungun bila seseorang melihat atau bertemu dengan ular itu, pertanda akan
ada perubahan besar dalam hidupnya dalam waktu singkat, menyangkut rezeki,
bahaya, dan sebagainya. Terdapat pada basikan rumah bolon, beranda balai
bolon, sambahou lesung.
6. Bodat Marsihutuan. Bodat marsihutuan artinya monyet saling mencari kutu.
Motifnya menggambarkan monyet duduk berbaris saking mencari kutu.
Maknanya agar sama meringankan beban, menghindari kericuhan, memelihara
ketertiban. Terdapat pada lisplank rumah bolon dan beranda balai bolon.
7. Pinar sisik ni tanggiling. Bentuknya menyerupai sisik trenggiling, mempunyai
makna bahwa sebuah makhluk yang mempunyai pertahanan sendiri. Terdapat
pada halipkip lisplank rumah bolon, tiang beranda.
8. Porkis Morodor. Hiasan ini berbentuk semut beriring. Dianggap sebagai
lambang sifat gotong royong dan rajin bekerja. Biasanya dibuat pada pinggiran
induk ukiran untuk memperindah seluruh ukiran yaitu pada semabhou dan
beranda rumah bolon, maupun balai molon serta sekeliling dinding jabu jungga.
Motif Tumbuh-tumbuhan
1. Pinar Bunlung Andudur. Motifnya seperti daun andudur, mengandung makna
agar selalu menepati janji dan memupuk keakraban sengan siapa saja. Terdapat
pada samping kiri dan kanan pintu belakang rumah bolon.
2. Pinar Rumbak-rumbak Sinandei. Bentuknya menyerupai susunan batang dan
daun kincung, searah dan teratur. Maknanya agar tetap setia dan memelihara
keteraturan hidup. Ornamen ini terdapat pada tiang lesung.
3. Pinar Assi-Assi. Assi-Assi adalah sejenis tumbuhan rumput, dan daunnya sering
digunakan untuk obat. Maknanya sebagai simbol kesehatan rakyat,
kesejahteraan dan kerukunan dalam kehidupan bersama.
4. Pinar Silobur Pinggan. Silobur Pinggan adalah sejenis tumbuhan yang
menjalar melilit, sering dibuat obat penangkal racun. Ornamen ini dianggap
sebagai lambang sifat tolong menolong sesama manusia, terdapat pada tiang
penyangga lesyng.
5. Sulih Ni Rotak. Sulih ni rotak yaitu kecambah kacang rotak, menggambarkan
generasi penerus yang penyh rasa tanggung jawab, siap mengabdi kepada
bangsa dan negara. Terdapat pada bagian bawah pintubelakang rumah bolon.
6. Pahu-Pahu Patundal. Pahu-pahu patundal artinya pakis saling membelakangai
atau bertolak belakang. Motifnya seperti lengkung pucuk pakis, melambangkan
persatuan yang kuat, berbeda pendapat tetapi tetap satu tujuan.
7. Pinar Horishotala. Motifnya seperti daun horishotala, sejenis tumbuhan obat
yang melambangkan keteraturan hidup.
8. Sihilap Bajaronggi. Sihilap bajaronggi adalah sejenis tumbuhan yang hidup di
air. Ornamen ini dianggap sebagai sifat simpati dan saling mengingat walau
tempat berjauhan.
9. Pinar Guntur Manggulapa. Guntur adalah sejenis tumbuhan yang hidup di air,
manggulapa artinya tumbuh subur. Ornamen ini dianggap sebagai lambang
kemakmuran dan kesuburan.
10. Pinar Pahu-Pahu. Pahu adalah sejenis tumbuhan yang dapat dijadikan sayuran.
Motifnya seperti lengkung pucuk pakis. Motif ini melambangkan persatuan
untuk mencapai tujuan.
11. Pinar Bung Hambili. Hambili sejenis tumbuhan bunganya dijadikan benang.
Oenamen ini dianggap sebagai simbol penghematan.
Motif Geometris
1. Pinar Bunga Bong-Bong. Ornamen ini terbuat dari anyaman bambu dan diberi
warna, bentuknya seperti belah ketupat yang berlapis-lapis. Melambangkan
keselamatan, murah rezeki, dan terhindar dari marabahaya.
2. Tali si Ubar-Ubar. Ornamen ini tebuat dari ijuk yang dipintal ketat saling
menjalin, sehingga menjadi indah. Ornamen ini melambangkan persatuan yang
kuat.
3. Suleppat. Ornamen ini dianggap sebagai hiasan utama rumah adat simalungun.
Bentuknya menyerupai tangan yang saling berkaitan, melambangkan persatuan
dan kesatuan satu sama lain yang saling membutuhkan, hidup rukun dipimpin
raja.
4. Tukkot Matua. Tukkot Matua berarti tongkat yang dipakai orang tua. Ornamen
ini mempunyai makna agar tetap merawat kesehatan untuk mencapai umur yang
panjang.
5. Hasil Putor. Artinya mata pancing berputar, oernamen ini memiliki makna
sebagai lambang persatuan, mempererat hubungan pergaulan satu dengan yang
lain.
6. Ipon-Ipon. Ipon-ipon artinya bergerigi, bentuknya seperti gerigi gergaji teratur.
Simbol ini mempunyai makna agar ramah dan hormat pada setiap orang.
7. Bindu Matoguh. Motifnya berbentuk dua buat segiempat yang diletakkan
sedemikian rupa sehingga berbentuk segidelapan penjuru. Dianggap sebagai
lambang keselamatan rakyat dan segala penjuru sebagai tangkal penyakit.
8. Pinar Palit. Bentuknya seperti salib. Dianggap sebagai lambang penangkal roh-
roh dan penyakit menular.
9. Pinar Dormani. Domani berasal dari kata dorma yang berarti simpatik,
sepadan, anggun dan cantik. Ornamen ini melambangkan keagungan, kebesaran,
keperkasaan seorang pemimpin.
10. Pinar Rajah. Bentuknya geometris garis-garis bersambung tanpa ujung
pangkal. Dianggap sebagai lambang penagkal setan dan roh jahat.
4. KESIMPULAN
Rumah adat bolon pamatang purba dibangun sejak tahun 1515 M dan
dinobatkan secara resmi oleh raja purba I. Saat pertama kali di bangun bentuk dan
konstruksinya masih sangat sederhana. Seiring berjalannya waktu kekuasaan yang
berlangsung selama 432 tahun lebih (1515-1947), lokasi istana raja purba ini telah
beberapa kali mengalami renovasi. Dilihat dari asal usulnya kerajaan purba merupakan
bagian teritorial kerajaan Nagur dengan daerah bawahannya adalah kerajaan panei.
Sebagai bangunan arsitektur Batak Simalungun berbentuk asimetris dan unik
yang menghadap ke timur. Dari segi arsitektur bangunannya masih sangat
sederhana,dari zaman pra-Hindu. Namun, bagian kaki, badan, atap bangunan ternyata
menciptakan kesatuan bentuk yang serasi dan indah. Berbagai ornamen dan ragam hias
yang dipercaya memiliki makna tertentu yang dilukiskan di bangunan. Adat dan budaya
yang dianut masyarakatnya tercermin pada perwujudan arsitekturnya.
Rumah adat bolon terdiri atas beberapa bagian, yaitu bagian depan (lopou)
sebagai tempat tinggal raja dan menerima tamu. Bagian depan sebagai teras. Balai bolon
sebagai sebagai tempat pelaksanaan rapat adat serta pengadilan. Patangga raja sebagai
tempat peristirahatan raja. Jambur atau lumbung sebagai tempat para tamu raja
menginap. Losung sebagai tempat menumbuk padi. Rumah jungga sebagai tempat
tinggal bagi para pegawai kerajaan. Balai Buttu sebagai tempat pengawal istana. Pada
bagian - bagian rumah bolon juga terdapat ornamen ornamen yang menghiasi rumah
tersebut seperti ornamen manusia terdiri dari satu ornamen, ornamen heran terdiri dari
delapan ornamen, ornamen tumbuhan terdiri dari sebelas ornamen, dan ornamen
geometris terdiri dari sepuluh ornamen.
DAFTAR PUSTAKA
Agustono, B., Suprayitno, Dewi, H., Dasuha, J.R.P., Saragih, H., Turnip, K., & Purba,
S.D. (2012). Sejarah Etnis Simalungun. Dewan Pimpinan Pusat Komite Nasional
Pemuda Simalungun Indonesia.
Budi Wibowo.Agus, Arsitektur Tradisional Suku Bangsa Simalungun,Banda Aceh:
Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Banda Aceh,2011
Dongoran, H. , Sinaga, R.M., & M.Syaiful. (2016). Makna Simbol Pada Bangunan
“Rumah Bolon” di Desa Pematang Purba Sumatera Utara. PESAGI, 4(3).
Dwi. Wilujeng,Yuk Mengenal Rumah Tradisional Sumatra,Jakarta Timur : Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2017
Hakimi Arsya Saragih, dkk. 2020. Rumah Adat Bolon Sebagai Warisan Budaya Di
Desa Pematang Purba Kabupaten Simalungun. Vol. 1. Desember 2020.
Jalatuah H. Hsugian & Andres M. Ginting. 2022. Sejarah Rumah Bolon Sebagai Pusat
Kerajaan Purba Di Simalungun. Vol. 6. Agustus 2022.
Purba, D.K. (1995). Sejarah Simalungun. Jakarta : Bina Budaya Simalungun.
Purba, D.K., & Poerba, J.D. (1994). Sejarah Dan Perkembangan Marga Purba Pakpak.
Jakarta.
Rahmadhani, Wahidah. 2018. Rumah Bolon Istana Sang Raja Purba. Badan
pengembangan dan pembinaan bahasa. Jakarta.
Regita, R. (2018). Kajian Bentuk, Fungsi dan Makna Ragam Hias Rumah Bolon
Simalungun Berdasarkan Tatanan Sosial Budaya Masyarakat Simalungun. Arti,
2, 73-82.
Wahid, Julaihi dan Bhakti Alamsyah. (2013). Aristektur dan Sosial Budaya Sumatera
Utara. Yogyakarta: Graha Ilmu