Anda di halaman 1dari 2

Nama : Kevin Sunaryanto

NIM : 192214037
Prodi : Manajemen
Kelas : A

UTS

1. Perbedaan antara sejarah lokal dan sejarah lisan.

Sejarah lokal adalah suatu kajian sejarah yang berisi tentang penceritaan
kejadian-kejadian yang bersifat lokal. Sejarah lokal lebih bernuansa lokal. Sejarah
Lisan merupakan usaha untuk merekam seluruh kenangan dari si pelaku sejarah,
agar semua aktifitas yang dilakukannya, yang dilihatnya dan dirasakannya dapat
terungkap melalui proses wawancara dengan segala nuansa yang muncul dari aspek
peristiwa sejarah. Sejarah local lebih ke arah tempat dimana sejarah itu dituliskan.
Sedangkan sejarah lisan lebih ke arah bagaimana cara kita mendapatkan sejarah itu,
bisa dalam bentuk wawancara.

2. Manfaat sejarah lokal dalam penulisan sejarah (historiografi).

Tujuan penulisan sejarah adalah mendekripsikan pergeseran pendekatan


dalam historiografi tradisional khususya penulisan sejarah lokal. Penulisan sejarah
lokal sebelumnya memiliki karakteristik penulisan dengan pendekatan magis-religio
yang dalam penulisannya memiliki subjektifitas yang tinggi karena sumber sejarah
memiliki karakteristik fiksi lebih dominan seperti tokoh sakral, legenda, dan dewa-
dewi. Seiring dengan perkembangan metodologi sejarah dan gagasan penulisan
“Total History”, pendekatan multidimensional menjadi sebuah mazhab baru yang
menekankan pada penggunaan disiplin ilmu sosial sebagai alat bantu analisisnya juga
bertitik tolak pada struktur. Selain itu jugan kajian sejarah lokal memiliki arti penting
dalam memperkuat identitas nasional (national identity) hingga pembangunan
karakter nasional (national character building).

3. Manfaat sejarah lisan dalam penulisan sejarah lokal.


- Menyelamatkan sumber sejarah dikarenakan terbatasnya sumber lisan yang
masih hidup.
- Untuk mengungkap berbagai permasalahan kesejarahan yang belum
terungkap melalui sumber tertulis

4. Arti penting penulisan sejarah lokal - lisan di Indonesia.

Sejarah lokal mempunyai arti sangat penting bagi generasi selanjutnya. Dengan
mempelajari sejarah lokal generasi berikutnya akan memahami perjuangan nenek
moyangnya dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan. Nilai-nilai kerja keras, pantang
mundur dan tidak kenal menyerah perlu diajarkan pada penerus selanjutnya.
5. Cerita menarik dari lingkungan terdekatku (Ku = Anda masing2)

Menurut legenda yang diceritakan para orang tua di sekitar Pogung, wilayah
Pogung di kota Jogja adalah kampung yang dibangun oleh “Ki Dalang” Tokoh dari
kerajaan mitologi yang diperkirakan berada di muara kali Code atau sungai progo di
pesisir pantai laut selatan Jogja. Konon dahulu Pogung sendiri adalah wilayah hutan
lebat persis sebelum lahir kerajaan Mataram Islam di Kota gede. Awal cerita, di
sebuah kerajaan kecil yang terletak di Muara Progo, seorang Putri bernama Campa
diusir rakyat karena Sang Raja jatuh Cinta dengannya. Pengusiran ini dilakukan akibat
adanya aturan Kerajaan yang melarang Raja menikah dengan orang asing. Putri
Campa yang terusir lalu Pergi ke utara meninggalkan Pantai Selatan dan Ki Dalang
diutus raja menemaninya. Ki Dalang yang diam-diam mencintai Putri dengan tulus
menerima perintah.

2 tahun kemudian Raja jatuh sakit akibat merindukan sang Putri, rakyatpun
tersadar dan meminta Putri Campa untuk kembali ke kerajaan. Namun Raja akhirnya
kaget dan meninggal setelah tau Sang putri telah memiliki anak dari Ki Dalang.
Rakyatpun murka tak tertahan dan menuduh si putrilah yang jadi penyebab
kematian Raja. Putri Campa melarikan diri menunggang kuda dan dikejar pajurit
kerajaan hingga bibir pantai selatan, di tengah keputus-asaannya Putri Campa duduk
dan berdoa, saat itulah tiba-tiba bumi bergetar dan ombak besar datang menelan
Putri Campa termasuk para prajurit yang mengejarnya. K Dalang yang datang
belakangan hanya bisa menatap dalam kesedihan. Ki Dalang memutuskan kembali ke
Utara setelah kerajaan hancur akibat cinta segitiga ini. Ia mengajak orang-orang yang
tersisa kembali ke tempat dimana dia dan Campa dulu memadu cinta setelah diusir
rakyat. Karena wilayahnya sempit akhirnya Ki Dalang memutuskan untuk
membangun desa agar bisa menampung rakyat yang masih tersisa.

Pada saat pembangunan ada suara iringan Pong dan Gung yang berasal dari
suara alat musik Ki Dalang selama 40 hari berlangsung. Maka dari itu dinamakan
sebagai Kampung Pogung. Ki Dalang membagi desa jadi 4 dusun, yaitu Pogung
Dalangan, berasal dari kata Dalang atau tempat Ki Dalang tinggal. Pogung Rejo,
dusun subur di dekat Kali Code (Rejo : makmur), Pogung Kidul yang terletak di
selatan dan Pogung Lor di Utara

Pada hari ke 7, Sang Raja dan Putri Campa secara mengejutkan


menampakkan diri dalam wujud gaib, sambil berkata dihadapan Ki Dalang... Nek ono
rejaning jaman, panggonan iki bakal dadi papan kanggo wong kang ngangsu kawruh.
Saka bangsamu dewe lan saka bangsa manca. Kalau zaman sudah makmur, tempat
ini bakalan jadi tempat orang yang datang untuk belajar. Baik dari bangsa sendiri
maupun dari bangsa lain.

Ramalan ini menjadi kenyataan, Pogung kemudian berubah jadi salah satu
pusat Kost-kostan di Kota Jogja, yang dihuni para pendatang lokal hingga luar negeri.

Anda mungkin juga menyukai