Anda di halaman 1dari 14

1.

Latar Belakang
1.1. Manajemen PT Indexim Coalindo menyadari bahwa pembangunan,
penerapan, dan pengelolaan Sistem Manajemen Lingkungan yang
berkualitas di Perusahaan adalah sebagai pedoman dasar dalam
pelaksanaan kegiatan operasionalnya termasuk Kontraktor dan Sub
Kontraktor.
1.2. Sebagai penegasan pernyataan di atas, maka Manajemen
PT Indexim Coalindo menetapkan SOP Prosedur Manajemen Hidrokarbon
sebagai pedoman terhadap pengelolaan lingkungan di operasional
tambang.
2. Tujuan Dan Sasaran
2.1. Sebagai panduan dalam hal Kegiatan Pengelolaan Hidrokarbon.
2.2. Mengurangi dampak lingkungan dari penggunaan hidrokarbon.
2.3. Memastikan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
memenuhi persyaratan teknis dan administratif, sehingga dapat mencegah
dan meminimalisasi potensi bahaya pencemaran ke lingkungan.
2.4. Menjamin keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan hidup di
tambang, terutama dalam penanganan tumpahan B3 yang berdampak
terhadap lingkungan.
3. Ruang Lingkup
3.1. Prosedur ini diberlakukan di seluruh wilayah operasional
PT. Indexim Coalindo termasuk Kontraktor, Subkontraktor dalam hal
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
4. Definisi
4.1. Hidrokarbon adalah suatu senyawa yang terdiri dari unsur karbon (C) dan
unsur hydrogen (H).
4.2. Manajemen Hidrokarbon adalah pengelolaan,pengaturan, pengendalian,
atau kontrol suatu senyawa yang terjadi dari unsur karbon (C) dan unsur
hydrogen (H).
4.3. Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan.
4.4. Bahan Berbahaya Beracun (B3) adalah zat, energi, dan/atau komponen
lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara

PS-01-ENV-51.023, Prosedur Manajemen Hidrokarbon

Rev: 002 Page 2 of 14


langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak
lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain
4.5. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3) adalah sisa suatu usaha
dan/atau kegiatan yang mengandung B3.
4.6. Pengelolaan Limbah B3 adalah kegiatan yang meliputi pengurangan,
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengelolaan,
dan/atau penimbunan.
4.7. Absorbent adalah penyerap Hidrokarbon berupa alat penanganan
tumpahan hidrokarbon.
4.8. Oil Absorbent Boom adalah untuk melokalisir dan menyerap tumpahan
hidrokarbon, merupakan alat penyerap hidrokarbon.
4.9. Dispersant cair adalah untuk menetralisir tumpahan hidrokarbon
diperairan, berupa chemical.
4.10. Manifes Elektronik (Festronik) adalah sistem secara online terkait
pemantauan terhadap kegiatan pengelolaan Limbah B3, khususnya
kegiatan pengangkutan Limbah B3, untuk mencegah terjadinya
pencemaran lingkungan akibat pengelolaan Limbah B3 yang tidak sesuai
dengan peraturan.
4.11. Simpel adalah pelaporan online pengganti pelaporan cetak yang selama
ini dikirim ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terkait
pemberian fasilitas bagi yang memiliki kewajiban pelaporan pencemaran
air, pencemaran udara, pengelolaan limbah B3, dan implementasi
pelaporan izin lingkungan (laporan pemantauan dan pengelolaan
lingkungan).
4.12. Containment Sistem adalah penahan atau terkurung.
4.13. Tanggul Pengaman adalah merupakan tanggul pengaman yang berfungsi
mencegah kebocoran dari tangki bahan bakar dan/atau menghindari dari
menjalarnya api jika terjadi kebakaran.
4.14. Incinerator adalah sebuah alat pembakaran sampah
4.15. Bioremediasi adalah penggunaan mikroorganisme untuk mengurangi
polutan dilingkungan.
4.16. Inspeksi adalah kegiatan/proses pemeriksaan fokusnya untuk

PS-01-ENV-51.023, Prosedur Manajemen Hidrokarbon

Rev: 002 Page 3 of 14


mengidentifikasi dan mengendalikan bahaya.
4.17. Audit adalah kegiatan/proses pemeriksaan fokusnya untuk menganalisa
dan mengevaluasi keefektifan dari Sistem Manajemen Lingkungan secara
keseluruhan yang telah diterapkan.
5. Tanggung Jawab
5.1. Wakil Manajemen PT Indexim Coalindo (KTT)
Memastikan prosedur ini terlaksana dan terpelihara sesuai dengan ruang
lingkup.
5.2. Manager/Superitendent
Memantau dan mengontrol implementasi dari prosedur ini sesuai dengan
ruang lingkup.
5.3. Supervisor Penanggung Jawab di Area Kerja
Memastikan seluruh personil dan pengawas diarea kerja telah mengerti
dan melaksanakan prosedur ini sesuai dengan ruang lingkup.
6. Prosedur/ Uraian
6.1. Memahami Keselamatan
6.1.1. Memastikan semua karyawan wajib menggunakan alat
pelindung diri (APD) yang sesuai.
6.1.2. Pastikan semua Karyawan yang berada di area kejadian
tumpahan dalam keadaan aman.
6.1.3. Jika ada Karyawan yang mengalami cidera/luka, maka harus
dipindahkan ke tempat yang lebih aman untuk kemudian
diberikan pertolongan medis.
6.1.4. Pastikan setiap Karyawan yang tidak berkepentingan untuk
tidak memasuki area kejadian tumpahan.
6.1.5. Saat menangani tumpahan hidrokarbon gunakan APD
(safety shoes, safety glass, safety helmet, safety gloves,
mask) atau yang sesuai dengan rekomendasi yang tertera di
dalam MSDS.

PS-01-ENV-51.023, Prosedur Manajemen Hidrokarbon

Rev: 002 Page 4 of 14


6.2. Tempat Penyimpanan
6.2.1. Tangki Penyimpanan hidrokarbon wajib:
6.2.1.1. Bagian luar bangunan diberi papan nama.
6.2.1.2. Bagian luar diberi simbol B3 dan/atau Limbah B3
sesuai dengan karakteristik B3 dan/atau Limbah B3
yang disimpan .
6.2.1.3. Terletak di darat dan mudah untuk diinspeksi.
6.2.1.4. Dilengkapi dengan alat ukur kerja.
6.2.1.5. Tidak Bocor dan dalam kondisi baik.
6.2.1.6. Dilengkapi tanda yang jelas tentang syarat
keamanan, isi dan daya tampung yang dilengkapi
dengan sistem penyimpanan menggunakan sistem
blok/sel, masing masing blok/sel dipisahkan
gang/tanggul.
6.2.1.7. Jika bangunan penyimpanan Limbah B3 dibangun
terpisah dari bangunan lain, diberi jarak dengan
bangunan lain paling sedikit 6 (enam) meter.
6.2.1.8. Mempunyai dasar pondasi yang yang kuat
6.2.1.9. Dilengkapi dengan valve pengaman disaluran keluar
dan dalam kondisi baik.
6.2.1.10. Penyimpanan oli bekas harus tertutup dan
mempunyai ventilasi yang baik untuk melindungi
dari hujan dan sinar matahari.
6.2.1.11. Atap dari bahan yang tidak mudah terbakar.
6.2.1.12. Sistem pencahayaan disesuaikan dengan rencana
bangunan tempat penyimpanan B3 dan atau limbah
B3.
6.2.1.13. Lantai kedap air dan tidak bergelombang
6.2.1.14. Lantai bagian dalam dibuat melandai turun kearah
bak penampung tumpahan dengan kemiringan
maksimum tinggi 1%.
6.2.1.15. Lantai bagian luar bangunan dibuat agar air hujan
tidak masuk kedalam bangunan tempat

PS-01-ENV-51.023, Prosedur Manajemen Hidrokarbon

Rev: 002 Page 5 of 14


penyimpanan B3 dan/atau Limbah B3.
6.2.1.16. Saluran drainase ceceran, tumpahan B3 dan atau
limbah B3 dan/atau air hasil pembersihan ceceran
atau tumpahan B3 dan/atau Limbah B3.
6.2.1.17. Bak penampung tumpahan untuk menampung
ceceran, tumpahan B3 dan/atau Limbah B3
dan/atau air hasil pembersihan ceceran atau
tumpahan Limbah B3.
6.2.1.18. Bak penampung tumpahan wajib mampu
menampung cairan paling sedikit 110% dari total
kapasitas tangki.
6.2.1.19. Dilengkapi dengan Log Book Harian.
6.2.1.20. Dilengkapi dengan record P2H.
6.2.1.21. Disediakan tempat sampah yang dipisahkan
(seperti: Limbah B3, Organik, dan Anorganik).
6.2.1.22. Dilengkapi dengan simbol B3 dan/atau Limbah B3
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

6.2.2. Drum yang berisi hidrokarbon wajib:


6.2.2.1. Bagian luar bangunan diberi papan nama.
6.2.2.2. Bagian luar diberi simbol B3 dan/atau Limbah B3
sesuai dengan karakteristik B3 dan/atau Limbah B3
yang disimpan.
6.2.2.3. B3 dan Limbah B3 terlindung dari hujan dan sinar
matahari.
6.2.2.4. Bangunan mempunyai sistem ventilasi.
6.2.2.5. Lantai kedap air dan tidak bergelombang
6.2.2.6. Lantai bagian dalam dibuat melandai turun kearah
bak penampung tumpahan dengan kemiringan
maksimum tinggi 1%.
6.2.2.7. Bangunan memiliki saluran dan bak penampung
tumpahan .

PS-01-ENV-51.023, Prosedur Manajemen Hidrokarbon

Rev: 002 Page 6 of 14


6.2.2.8. Penyimpanan menggunakan sistem blok/sel, masing-
masing blok/sel dipisahkan gang/tanggul.
6.2.2.9. Kemasan LB3 atau penumpukan drum diberi pallet.
6.2.2.10. Tidak bocor dan dalam kondisi baik.
6.2.2.11. Dilengkapi dengan penutup yang kuat untuk
mencegah terjadinya tumpahan saat dilakukan
penyimpanan, pemindahan atau pengangkutan.
6.2.2.12. Pengemasan B3 dan/atau Limbah B3 dilengkapi
dengan symbol/label B3 dan/atau Limbah B3.
6.2.2.13. Label paling sedikit memuat keterangan mengenai
nama Limbah B3, identitas penghasil Limbah B3,
tanggal dihasil Limbah B3 dan tanggal pengemasan
Limbah B3.
6.2.2.14. Simbol B3 dan/atau Limbah B3 sesuai dengan
karakteristik B3 dan/atau Limbah B3 yang disimpan.
6.2.2.15. Penempatan B3 dan/atau Limbah B3 disesuaikan
dengan jenis dan karakteristik B3 dan/atau LB3.
6.2.2.16. Kondisi kemasan B3 dan/atau LB3 bebas karat,
tidak bocor dan tidak meluber.
6.2.2.17. Penumpukan drum harus dengan palet.

6.2.3. Spesifikasi Tanggul Pengaman


6.2.3.1. Tanggul Pengaman dapat dilengkapi dengan concrete
(lantai yang kedap air dengan containment kecil)
dan/atau material yang kedap air agar tidak terjadi
rembesan. Area Tanggul Pengaman harus dikelilingi
dengan tanah liat (clay) yang telah dipadatkan semen
atau baja (bukan batu, batu kerikil atau pasir).
6.2.3.2. Short-term installation dapat menggunakan
containment sistem dari lempengan besi/baja dan
mempunyai daya tampung 110% dari kapasitas
penampungan.
6.2.3.3. Jika saluran keluar terhubung dengan saluran

PS-01-ENV-51.023, Prosedur Manajemen Hidrokarbon

Rev: 002 Page 7 of 14


pembuangan air hujan, maka harus dapat (dikunci
atau tetap terkunci) kecuali dibawah pengawasan
langsung, saluran harus dialirkan ke perangkap oli
yang tersedia sebelum meninggalkan lokasi, harus
ada tanda khusus dimana klep (valve) harus tetap
tertutup kecuali kalo diperlukan. Dalam kondisi yang
baik dan tidak kotor atau bebas dari sampah dan air
dan dapat dioperasikan dengan baik.

6.2.4. Pengisian Bahan Bakar


6.2.4.1. Pompa bahan bakar harus dalam area Tanggul
pengaman dan mempunyai penahan (containment)
hidrokarbon.
6.2.4.2. Nosel Hose harus otomatis (dapat menutup sendiri).
6.2.4.3. Selang harus dalam kondisi baik (tidak bocor).
6.2.4.4. Alat pembersih tumpahan (spill clean-up) harus
tersedia dan siap pakai.
6.2.4.5. Selang harus ditempatkan pada suatu alat yang
dapat menampung tumpahan/tetesan yang terutup.
6.2.4.6. Alat untuk pembersihan tumpahan harus tersedia dan
siap pakai.

6.2.5. Pipa Sambungan


6.2.5.1. Semua pipa harus dibuat diatas permukaan tanah
agar mudah diperiksa dan dipelihara.
6.2.5.2. Diberi tanda warna atau label yang jelas.
6.2.5.3. Di darat dan mudah dilakukan inspeksi.
6.2.5.4. Jika akan digunakan, gunakan dalam area khusus
(tanggul pengaman).
6.2.5.5. Bebas karat.
6.2.5.6. Dilengkapi dengan pengamanan dengan tingkat
kelonggaran, minimal penggunaan (klem pengaman).
6.2.5.7. Semua sambungan tidak bocor dan tidak berkarat.

PS-01-ENV-51.023, Prosedur Manajemen Hidrokarbon

Rev: 002 Page 8 of 14


6.2.5.8. Apabila dalam melakukan transfer atau distribusi
produk hidrokarbon digunakan slang maka jenis slang
yang digunakan harus sesuai dengan dengan jenis
hidrokarbon.
6.2.5.9. Untuk saluran terbuka, sediment harus dibersihkan
setiap minggu.

6.2.6. Bengkel dan Tempat Pencucian


6.2.6.1. Semua aliran yang berasal dari bengkel atau
tempat pencucian harus di tampung dan dialirkan
kedalam perangkap minyak (oil trap).
6.2.6.2. Alat pembersih tumpahan harus tersedia dan siap
pakai
6.2.6.3. Saluran drainase air hujan terpisah dari oil trap.

6.2.7. Perangkap Minyak (Oil Trap)


6.2.7.1. Terbuat dari beton atau baja.
6.2.7.2. Dibuat dengan bentuk dan ukuran yang sesuai over
flow, menggunakan leher angsa sehingga air yang
berada di Outlet Oil Trap alirannya tidak boleh keluar
(minyak tidak boleh keluar).
6.2.7.3. Mudah di Inspeksi (penutup mudah dibuka dan
ringan).
6.2.7.4. Adanya atap supaya tidak terkena air hujan.
6.2.7.5. Di inspeksi setiap hari dan catatan inspeksi terletak
ditempat.
6.2.7.6. Dirawat seperti yang disyaratkan sehingga dapat
berjalan dengan efektif.
6.2.7.7. Pengurasan minyak dan sediment dalam perangkap
minyak dilakukan seminggu sekali.
6.2.7.8. Papan pengecekan dipasang disekitar lokasi.
6.2.7.9. Adanya mistar level untuk pengukuran perangkap
minyak (oil trap).

PS-01-ENV-51.023, Prosedur Manajemen Hidrokarbon

Rev: 002 Page 9 of 14


6.2.8. Diserahkan Ke Pihak Ke 3
6.2.8.1. Limbah Hidrokarbon harus diserahkan ke Pihak
Pengumpul atau Pengelolaan Limbah B3 yang telah
dilengkapi dengan izin dari Pemerintah.
- Izin pengumpul dan alat angkut serta
rekomendasi pengangkutan dari KLHK.
- Izin pengelolaan dan pemanfaatan dari
Kementrian Perhubungan.
6.2.8.2. Pengisian Simpel PLB3 untuk limbah masuk dan
juga limbah yang keluar, dan akan menghasilkan
Festronik.
6.2.8.3. Peralatan yang terkontaminasi limbah hidrokarbon,
seperti: kain yang berminyak, filter berminyak yang
kosong harus dibakar dengan incinerator (atau
dikirim ke pengumpul dan pengelola limbah yang
berizin).
6.2.8.4. Tanah pasir atau batu kerikil yang terkontaminasi
hidrocarbon harus melalui proses bioremediasi (atau
dikirim ketempat pengelola limbah yang mempunyai
izin).
6.2.8.5. Drum harus dikeringkan secara sempurna sebelum
dibuang.

6.2.9. Pompa, Genset dan Penerangan Plant


6.2.9.1. Tidak bocor.
6.2.9.2. Semua sambungan dan bebas karat.
6.2.9.3. Mengalir ke containment (tidak menyebar kemana-
mana).
6.2.9.4. Diletakan dalam lokasi datar dan bebas genangan.
6.2.9.5. Dilakukan inspeksi setiap pergantian shift kerja.

PS-01-ENV-51.023, Prosedur Manajemen Hidrokarbon

Rev: 002 Page 10 of 14


6.2.10. Tumpahan hidrokarbon
6.2.10.1. Semua tumpahan hidrokarbon harus dibersihkan
secepatnya dan langsung masuk TPS Limbah B3
yang berizin dan dicatat jumlahnya.
6.2.10.2. Laporan kejadian lingkungan harus dilaporkan dan
diserahkan kepada Departeman Environmental.
6.2.10.3. Material terkontaminasi harus diamankan masuk
kedalam TPS Limbah B3 dan dikelola lebih lanjut.
6.2.10.4. Kondisi keadaan darurat atau hal yang berhubungan
dengan tumpahan hidrokarbon dan/atau kebakaran,
wajib dimengerti oleh petugas yang bekerja ditempat
tersebut, dan wajib ada peralatan untuk penanganan
kebakaran atau tumpahan seperti yang disebutkan
didalam SOP Prosedur Tanggap Darurat (PS-01-
ENV-51.030).
6.2.10.5. Untuk tumpahan kategori: ringan, sedang dan berat,
bencana dilakukan investigasi dan membuat
laporan terkait tumpahan hidrokarbon dalam waktu
1x24 jam. Secara lebih detail hal ini diatur di SOP
Prosedur Penanganan Tumpahan B3 (PS-01-ENV-
51.024) dan Prosedur Standar Klasifikasi Kecelakaan
Lingkungan (SR-01-ENV-51.011).

6.2.11. Inspeksi & Audit


6.2.11.1. Seluruh tempat penyimpanan, perangkap minyak dan
perangkap sedimentasi wajib di inspeksi setiap hari
dan dokumentasi catatan terkait inspeksi harus ada
ditempat terkait.
6.2.11.2. Program inspeksi bulanan untuk seluruh fasilitas
hidrokarbon akan dilakukan penilaian seluruh
instalasi dan alat- alat dilapangan. I n s p e ks i harus
menggunakan formulir standar inspeksi, yaitu: form
inspeksi manajemen hidrokarbon.

PS-01-ENV-51.023, Prosedur Manajemen Hidrokarbon

Rev: 002 Page 11 of 14


6.2.11.3. Audit secara formal terhadap terhadap sistem
tempat penyimpanan dan pendistribusian
hidrokarbon akan dilakukan oleh personil yang
kompeten dan berpengalaman dalam manajemen
hidrokarbon.

6.2.12. Tindakan Perbaikan


6.2.12.1. Semua laporan kejadian harus diatur dalam bentuk
laporan pelaporan dan investigasi kecelakaan
lingkungan.
6.2.12.2. Hasil dari program inspeksi dan/atau audit
hidrokarbon harus dilaporkan dalam pertemuan
manajemen setiap bulan dalam laporan bulanan,
dan dimasukan dalam corrective action register.
Hasil dari audit tahunan dan audit yang dilakukan
oleh pihak lain harus dilaporkan kepada Manajemen
Site dan Manajemen HO.
6.2.12.3. Semua yang menggunakan hidrokarbon ditempat
kerja harus memenuhui peraturan yang berlaku.
6.2.12.4. Perencana harus menunjukkan semua tempat
penyimpanan hidrokarbon (meliputi: B3, Limbah B3,
bengkel, Penerangan, Genset, dll).
6.2.12.5. Semua yang menggunakan bahan kimia harus
memahami tanggung jawab sesuai dengan standar
ini, pelatihan minimal harus dimiliki adalah:
(1) Induksi tentang lingkungan.
(2) Pelatihan pengelolaan hidrokarbon.
(3) Catatan karyawan yang telah mengikuti
pelatihan harus disimpan (terdokumentasi
dengan baik).

PS-01-ENV-51.023, Prosedur Manajemen Hidrokarbon

Rev: 002 Page 12 of 14


6.3. Peralatan/Perlengkapan Penanganan Tumpahan Hidrokarbon
6.3.1. Alat Pelindung diri harus digunakan untuk mencegah kontak
langsung dengan material hidrokarbon. Saat menangani
tumpahan hidrokarbon gunakan APD (safety shoes, safety
glass, safety helmet, safety gloves, mask) atau yang sesuai
dengan rekomendasi yang tertera di dalam MSDS.
6.3.2. Seluruh area tempat penyimpanan hidrokarbon atau lokasi
kerja yang berpotensi terjadinya tumpahan hidrokarbon,
diwajibkan menyimpan peralatan penanganan tumpahan
untuk operasional sehari-hari. Sediakan perangkat
penanggulangan tumpahan minyak (spill kit) di semua
bengkel, tempat penyimpanan hidrokarbon, dan tempat
penyaluran hidrokarbon. Perangkat yang harus disediakan
adalah sebagai berikut:
6.3.2.1. Absorbent Boom dengan kaitan digunakan di air.
6.3.2.2. Absorbent Pad digunakan dilantai/tanah/air.
6.3.2.3. Kantong plastik untuk tempat mengumpulkan
absorbent pad/boom yang sudah digunakan
dan/atau material yang terkontaminasi.
6.3.2.4. Oil Dispersant Liquid.
6.3.2.5. Sarung tangan karet.
6.3.3. Setiap bengkel dan tempat pemeliharaan/perawatan unit
harus memiliki spill kit dan drum-drum (yang diberi label
tersendiri) sebagai tempat pembuangan limbah B3 atau
material (tanah) yang tercemar. Hubungi Departemen
Environmental untuk mendapatkan petunjuk tambahan dan
bantuan.
6.3.4. Departemen Environmental secara rutin akan menginspeksi
semua area untuk memastikan bahwa perlengkapan
penanganan tumpahan tersedia dengan jumlah yang cukup,
dirawat dengan baik, dan siap dipakai setiap saat.
6.3.5. Departemen Environmental dan ERT (emergency response
team) akan menyiapkan peralatan penanganan tumpahan
(spill kit), yang ditempatkan di lokasi-lokasi strategis.

PS-01-ENV-51.023, Prosedur Manajemen Hidrokarbon

Rev: 002 Page 13 of 14


7. Dokumen Terkait
7.1. PS-01-ENV-51.021 Prosedur Penggunaan Simbol & Label B3 & LB3.
7.2. PS-01-ENV-51.024 Prosedur Penanganan Tumpahan B3.
7.3. PS-01-ENV-51.030 Prosedur Tanggap Darurat PLB3.
7.4. SR-01-ENV-51.011 Prosedur Standar Klasifikasi Kecelakaan Lingkungan.
7.5. FM-01-ENV-51.009 Form Inspeksi Manajemen Hidrokarbon.
7.6. FM-01-ENV-51.010 Form Lembar Laporan Tumpahan Bahan Berbahaya
dan Beracun.
7.7. FM-01-ENV-51.011 Form Logbook Harian.
7.8. FM-01-ENV-51.012 Form P2H Tangki Penyimpanan Hidrokarbon.
8. Referensi
8.1. ISO 14001: 2014, Klausul 8.
8.2. UU No. 1, tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja.
8.3. UU No. 32, tahun 2009, tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup adanya perubahan U U No. 11 Tahun 2020 tentang
Cipta Kerja.
8.4. UU No. 18, tahun 2008, tentang Pengelolaan Sampah.
8.5. PP No. 18, tahun 1999, tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun.
8.6. PP No. 85, tahun 1999, tentang Perubahan Atas PP No. 18 Tahun 1999
tentang Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun.
8.7. PP No. 22, tahun 2021, tentang Penyelengaraan Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
8.8. Permen LH No. 30, tahun 2009, tentang Tata Laksana Perizinan &
Pengawasan Pengelolaan Limbah B3.
8.9. Permen LHK No. 12 tahun 2020, tentang Penyimpanan Bahan Berbahaya
dan Beracun
8.10. Permen LHK No. 6 tahun 2021, tentang Tata Cara dan persyaratan
Pengelolaan LB3

PS-01-ENV-51.023, Prosedur Manajemen Hidrokarbon

Rev: 002 Page 14 of 14

Anda mungkin juga menyukai