Anda di halaman 1dari 2

KAMISKETSA DALAM IMAJINASI RUPA

Menggores Warna Merdeka

Dalam rangka menyambut hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-78, kelompok


BerTujuhan menggelar hajat pajang karya dengan tajuk "Menggores Warna
Merdeka".

Kelompok BerTujuhan yang beranggotakan Tyo, Budiman, Candra Martoyo,


Chandra Purnama, Titik Ndarys, Vauzy Gunawan dan Yayuk Nur sepakat untuk
mengembangkan karya sketsa kedalam bentuk lukisan dengan konsentrasi pada
media cat air. Mengapa cat air? Selain karena mereka terbiasa menggunakan
medium tersebut, kelompok BerTujuhan memiliki misi untuk membawa media cat
air agar lebih dikenal dan dekat dengan masyarakat. Hal tersebut juga didukung
dengan adanya rangkaian program publik dimana mereka mengajak apresiator
untuk mengenal serta mengeksplor teknik dan rupa cat air.

Melalui pajang karya kelompok BerTujuhan: Menggores Warna Merdeka,


apresiator juga diajak untuk menjelajahi dan menyelami tiap-tiap goresan yang
menyiratkan makna perjuangan serta kemerdekaan yang dihadirkan oleh ketujuh
perupa. Seperti karya Tyo yang mengambil banyak figur manusia dalam satu
kertas. Karya tersebut menangkap banyak figur atau tokoh suatu komunitas
sketsa didalamnya. Tyo menggambar tokoh-tokoh tersebut mengenakan pakaian
khas pejuang karena baginya mereka turut berjuang dalam menampilkan karya-
karya segar dengan suasana yang penuh kekeluargaan dan saling mengisi untuk
bertukar pikiran dalam rangka membangun ide-ide yang cemerlang. Berikutnya,
Chandra Purnama yang menyisipkan unsur tradisi dalam karyanya menangkap
figur masyarakat Baduy yang dinilai kuat dalam menjunjung nilai-nilai adat dan
tradisi serta konsistensi mereka dalam menjaga harmonisasi alam. Sementara
burung gagak diatas bahu menggambarkan kemistisan yang masih kental dimiliki
oleh masyarakat Baduy, terbukti animisme masih menjadi kepercayaan sebagian
besar masyarakat Baduy hingga saat ini. Lain pula dengan Budiman yang memiliki
pandangan tentang pahlawan. Bagi Budiman, pahlawan bukan hanya orang yang
mengangkat senjata di medan perang, tapi juga orang yang berjuang dalam
mempertahankan kebudayaan. Seperti figur Ismail Marzuki yang digambarkan
oleh Budiman. Ismail Marzuki adalah seorang komposer yang berjuang lewat
lagu-lagu ciptaannya untuk membangkitkan semangat masyarakat Indonesia,
seperti Halo-Halo Bandung, Indonesia Pusaka dan lain sebagainya. Budiman juga
menangkap sosok pemuda yang melakukan tarian Dayak. Tersirat bahwa salah
satu cara untuk mempertahankan kebudayaan yang dimiliki adalah
melakukannya. Dengan tetap melakukannya, niscaya kebudayaan akan tetap
lestari. Dan rasanya Titik Ndarys juga memiliki pendapat yang sama dengan
Budiman bahwa pahlawan tidak hanya mengangkat senjata. Titik dengan apik
menangkap sosok Basuki Abdullah yang berkat peran beliau sebagai seorang
pelukis mampu mengharumkan nama Indonesia di mata dunia. Berikutnya ada
karya Candra Martoyo yang mengabadikan lomba panjat pinang dalam salah satu
karyanya, tergambar semangat gotong royong yang terlihat jelas didalamnya.
Karya lainnya ada Yayuk Nur yang menggambarkan ekspresi riangnya siswa
sekolah dasar dalam menyambut hari kemerdekaan. Tidak ketinggalan Vauzy
Gunawan yang menangkap objek lentera dengan tunas yang baru tumbuh yang
bisa ditangkap sebagai harapan akan generasi di masa mendatang. Karya-karya
tersebut hanya sebagian yang bisa dijabarkan. Dengan total - karya cat air yang
bisa pengunjung apresiasi.

Dan pada akhirnya, pajang karya kelompok BerTujuhan hadir membawa


semangat kemerdekaan serta perjuangan. Semangat merdeka dalam berkarya
dan berkreatifitas. Karena sesungguhnya keraguan dan ketakutan untuk mencoba
adalah penjara kreatifitas yang sesungguhnya.

Selamat mengapresiasi.

Anda mungkin juga menyukai