Anda di halaman 1dari 12

BAB II

LANDASAN TEORI

Rangkaian listrik adalah suatu kumpulan elemen atau komponen listrik yang
saling dihubungkan dengan cara-cara tertentu dan yang paling sedikit mempunyai
satu lintasan tertutup. Pada rangkaian listrik tersusun oleh rangkaian pasif maupun
rangkaian aktif. Keberadaan dua komponen pasif induktor dan kapasitor dalam
rangkaian listrik secara bersamaan yakni rangkaian R-L-C akan menghasilkan
sebuah sistem diferensial. Rangkaian R-L-C adalah suatu rangkaian listrik yang
terdiri atas komponen resistor (R), induktor (L), dan kapasitor (C) yang tersusun seri
maupun parallel. Konfigurasi ini membentuk suatu sistem osilator harmonik.
Rangkaian R-L-
C sering disebut rangkaian perala (tuner) pada rangkaian resonansi (Maulana, 2017).
Resonansi adalah proses bergetarnya suatu benda ketika ada pengaruh
getaran bena lain, hal ini terjadi karena kedua benda tersebut memiliki frekuensi
yang sama. Resonansi R-L-C merupakan suatu gejala yang terjadi pada rangkaian
arus AC yang terdiri dari resistor, kapasitor, dan induktor. Resonansi dalam
rangkaian seri yaitu resonansi seri sedangkan resonasi dalam rangkaian parallel yaitu
resonansi parallel (anti resonansi). Resonansi pada rangkaian R-L-C terjadi ketika
reaktansi kapasitif sama dengan reaktansi induktif dan amplitude tegangan sama.
Pada frekuensi resonansi R-L-C impedansi mencapai nilai minimumnya dan arus
mencapai nilai maksimumnya (mustalim, 2018:54).
Jika tinjau sebuah rangkaian R-L-C yang terhubung secara seri dan
dihubungkan dengan sebuah tegangan sumber yang berubah terhadap waktu seperi
pada gambar 4.1 (Bakri dkk.,2015 )
.

Gambar 4.1. Rangkaian RLC


Sumber : Bakri dkk.,2015
Rangkaian seri R-L-C dikatakan berada dalam resonansi ketika arus
mencapai nilai maksimum. Arus yang mengalir pada rangkaian R-L-C pada keadaan

resonansi ditulis dengan persamaan 𝐼 = sehingga,

Oleh karena itu impedansi bergantung pada frekuensi, maka arus dalam rangkaian
RL-C juga bergantung pada frekuensi sumber, dengan 𝜔0 = 𝑥𝐿 − 𝑥𝑐 disebut
frekuensi resonansi rangkaian sehingga,
𝜔
1
0 =√
𝐿𝐶

𝑓𝑟
1 1
= 𝜋√
2 𝐿𝐶

Dengan: Fr = frekuensi resonansi (Hz)


𝜔0 = frekuensi sudut resonansi (rad/s)
L = induktansi induktor (H)
C = kapasitansi kapasitor (F)

Gambar 4.2. Grafik arus sebagai fungsi frekuensi


Berdasarkan nilai reaktansi induktif dengan nilai kapasitif terdapat tiga sifat
rangkaian sebagai berikut:
Rangkaian bersifat induktif jika XL>XC sehingga 𝜔 sehingga 𝜔
1
< √ 𝐿𝐶

maka rangkaian bersifat seperti kapasitor dan rangkaian bersifat resistif jika XL=XC,
maka besarnya impedansi rangkaian sama dengan hambatannya (Z=R), sudut
fasenya bernilai nol, maka akan terjai resonansi (mustalim,2018).
Gambar 4.3 menunjukkan lengkung resonansi pada rangkaian R-L-C, dari bentuk
lengkung resonansi R-L-C seri, rangkaian R-L-C seri dapat kita pandang sebagai
suatu tapis yang menyekat satu daerah frekuensi dan menentukan frekuensi lain,
tapis ini dikenal dengan tapis sekat pita. Lebar resonansi 𝛥𝜔 didefinisikan sebagai:
𝜔0
𝑄=
𝛥𝜔
Dengan nilai Q, makin sempit lengkung resonansi nya, dan berarti makin tinggi
kualitas resonansinya (Bakri,dkk.2015)
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Identifikasi Variabel
a. Variabel Manipulasi : Frekuensi (Hz)
b. Variabel Respon : Kuat Arus ( mA)
c. Variabel Kontrol : Resistansi (Ω) Induktansi (L), Kapasitansi (C),
B. Definisi Operasional Variabel
1. Frekuensi (f) merupakan variabel manipulasi dimana besar nilai frekuensi ini
diubah-ubah atau dimanipulasi dari Audio Function Generator.
2. Kuat arus (I) adalah nilai kuat erupakan nilai kuat arus yang terukur pada
multimeter AC pengukur arus dan merupakan variabel respon dengan
satuannya adalah ampere (A).
3. Resistansi (R) merupakan variabel resistor (transformator) yang digunakan
sebagai penghambat arus listrik yang mengalir dalam rangkaian. Satuan dari
hambatan R adalah Ohm (Ω).
4. Kapasitor (C) merupakan komponen yang dalam rangkaian R-L-C berfungsi
sebagai hambatan Xc dan sebagai variabel kontrol . Satuan dari kapasitor
adalah F.
5. Induktansi (L) merupakan komponen yang dalam rangkaian R-L-C berfungsi
sebagai hambatan XL dan sebagai variabel kontrol. Satuannya adalah H.
C. Alat dan Bahan
1. Audio Function Generation (1 Buah)
2. Multimeter AC (1 Buah)
3. LCR Meter (1 Buah)
4. Papan Rangkaian (1 Buah)
5. Resistor (1 Buah)
6. Kapasitor (1 Buah)
7. Induktor (1 Buah)
8. Kabel Penghubung (6 Buah)
D. Prosedur kerja
1. Dirakit rangkaian seri RLC berikut di atas papan kit.

Gambar 1.4 Ilustrasi model rangkaian R-L-C


(Sumber: Modul Praktikum Elektronika Dasar, 2022)

2. Dihubungkan rangkaian dengan Audio Function Generator (AFG) pada


gelombang sinus dengan amplitudo 5 Vrms (diukur secara langsung dengan
menggunakan digital AC voltmeter).
3. Dihubungkan digital AC Ammeter pada rangkaian.
4. Diamati perubahan arus I sebagai fungsi frekuensi dan pada frekuensi berapa
terjadi keadaan resonansi, yaitu nilai arus (atau tegangan pada R) menjadi
maksimum, dinaikkan frekuensi AFG dengan cepat sambil diamati besar
kuat arus pada digital AC Ammeter, setelah itu diturunkan kembali ke
frekuensi 100 Hz.
Perlu diingat bahwa: Pada keadaan resonansi untuk RLC seri, impedansi
rangkaian menjadi minimum atau arus menjadi maksimum. Namun dalam
praktek, lebih mudah mengukur tegangan pada rangkaian daripada mengukur
arus. Amperemeter ac yang peka sukar diperoleh apalagi yang mampu
bekerja pada frekuensi tinggi.
5. Dinaikkan frekuensi AFG dengan interval 100 Hz dan dicatat besar kuat arus
i untuk setiap interval tersebut hingga maka diperoleh nilai tegangan yang
kurang lebih sama pada saat frekuensi mula-mula.
E. Teknik Analisis Data
1. Dihitung frekuensi resonansi secara teori dengan
f
2. Dihitung pula nilai factor kualitas dengan cara
2πfoL
Q= R1
3. Dibuat grafik frekuensi terhadap kuat arus resistor 1, resistor 2, resistor 3 dan
ketiga resistor masing-masing kurva.
4. Berdasarkan grafik pada teknik analisis ketiga, ditentukan arus maksimum,
frekuensi resonansi, frekuensi tinggi dan frekuensi rendah. Berdasarkan plot
grafik (secara praktikum)
𝑓0 = ⋯ fo
Q=
f2−f1
5. Ditentukan % error untuk 𝑓𝑐 dan 𝜔𝑜
f0teori − f0 praktikum
% error = | |
f0teori
Qteori − Q praktikum
% error = | |
Qteori
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Vs = │5 ±1│V L = │5,21 ± 0,01│mH C = 0,011 µF
Tabel 4.1. Pengukuran kuat arus (i) sebagai frekuensi sumber (fs)

NO Fs (Hz) I (mA )
R1=│1.000±5%│Ω R2=│1.300 ±5%│Ω

1. 100 │0,02 ± 0,01│ │0,02 ± 0,01│


2. 200 │0,06 ± 0,01│ │0,05 ± 0,01│
3. 300 │0,09 ± 0,01│ │0,09 ± 0,01│
4. 400 │0,12 ± 0,01│ │0,12 ± 0,01│
5. 500 │0,15 ± 0,01│ │0,15 ± 0,01│
6. 600 │0,19 ± 0,01│ │0,19 ± 0,01│
7. 700 │0,22 ± 0,01│ │0,22 ± 0,01│ 8.
800 │0,26 ± 0,01│ │0,24 ± 0,01│
9. 900 │0,29 ± 0,01│ │0,27 ± 0,01│
10. 1.000 │0,32 ± 0,01│ │0,31 ± 0,01│
11. 2.000 │0,65 ± 0,01│ │0,62 ± 0,01│
12. 3.000 │0,97 ± 0,01│ │0,92 ± 0,01│
13. 4.000 │1,29 ± 0,01│ │1,19 ± 0,01│
14. 5.000 │1,60 ± 0,01│ │1,45 ± 0,01│
15. 6.000 │1,86 ± 0,01│ │1,67 ± 0,01│
16. 7.000 │2,20 ± 0,01│ │1,87 ± 0,01│
17. 8.000 │2,48 ± 0,01│ │2,04 ± 0,01│
18. 9.000 │2,75 ± 0,01│ │2,20 ± 0,01│
19. 10.000 │3,01 ± 0,01│ │2,35 ± 0,01│ 20.
11.000 │3,24 ± 0,01│ │2,45 ± 0,01│
21. 12.000 │3,44 ± 0,01│ │2,54 ± 0,01│
22. 13.000 │3,64 ± 0,01│ │2,61 ± 0,01│
23. 14.000 │3,80 ± 0,01│ │2,66 ± 0,01│
24. 15.000 │3,93 ± 0,01│ │2,69 ± 0,01│
25. 16.000 │4,04 ± 0,01│ │2,71 ± 0,01│
26. 17.000 │4,12 ± 0,01│ │2,72 ± 0,01│
27. 18.000 │4,14 ± 0,01│ │2,71 ± 0,01│

NO Fs (Hz) I (mA )
R1=│1.000± 5%│Ω R2=│1.300 ±5%│Ω
28. 19.000 │4,10 ± 0,01│ │2,69 ± 0,01│
29. 20.000 │4,07 ± 0,01│ │2,66 ± 0,01│
30. 21.000 │4,03 ± 0,01│ │2,63 ± 0,01│
31. 22.000 │3,98 ± 0,01│ │2,60 ± 0,01│
32. 23.000 │3,91 ± 0,01│ │2,55 ± 0,01│
33. 24.000 │3,78 ± 0,01│ │2,50 ± 0,01│
34. 25.000 │3,77 ± 0,01│ │2,46 ± 0,01│
35. 30.000 │3,29 ± 0,01│ │2,16 ± 0,01│
36. 35.000 │2,72 ± 0,01│ │1,78 ± 0,01│
37. 40.000 │2,20 ± 0,01│ │1,48 ± 0,01│
38. 45.000 │1,74 ± 0,01│ │1,20 ± 0,01│
39. 50.000 │1,33 ± 0,01│ │0,96 ± 0,01│
40. 55.000 │1.02 ± 0,01│ │0,74 ± 0,01│
41. 60.000 │0,77 ± 0,01│ │0,56 ± 0,01│
42. 65.000 │0,57 ± 0,01│ │0,41 ± 0,01│ 43.
70.000 │0,41 ± 0,01│ │0,29 ± 0,01│
44. 75.000 │0,28 ± 0,01│ │0,20 ± 0,01│
45. 80.000 │0,20 ± 0,01│ │0,14 ± 0,01│
46. 85.000 │0,13 ± 0,01│ │0,10 ± 0,01│
47. 90.000 │0,09 ± 0,01│ │0,07 ± 0,01│
48. 95.000 │0,06 ± 0,01│ │0,05 ± 0,01│
49. 100.000 │0,05 ± 0,01│ │0,04 ± 0,01│
B. Analisis Data
A. Analisis Resonansi RLC

1. Data 1 = Untuk R1 = │1.000 ± 5 %│


R = 1000 Ω L = 0,00521 H C= 1,1 𝑋 10−8 F a.
Secara Praktikum
1
F0 =
2 𝜋 √𝐿𝐶

F0 =
F0 = 1

6,28 √0,00521 𝑋 0,0000000011


F0 = 1

6,28 √0,00000000005731

F0 =

F0 =
F0 = 21.034,2614 Hz
a. Secara Praktikum
F0 saat Imax, maka :
F0 = 19.000 Hz
b. Persen Eror (%)
𝑄𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝑄𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚
% eror = │ │ x 100%
𝑄𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖

% eror = │ │ x 100%

% eror = │ │ x 100%
= │0,0967118056258│ x 100%
= 9,67 %

Dengan analisis yang sama maka diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4.1 Frekuensi resonansi (F0) secara teori dan secara praktikum
NO Resistor (Ω) F0teori (Hz) F0praktikum (Hz) %Error
(%)
1. │1.000 ± 5 %│ 21.034,2614 19.000 9,67 %
2. │1.300 ± 5 %│ 21.034,2614 18.000 14,42%/
B. Faktor Kualitas
Faktor kualitas
c. Secara teori

2. Untuk R1 = │1.000 ± 5 %│

Q=2 .𝜋.𝐹0.𝐿
𝑅

=
= 621 ,6572
1000 Ω

= 0,62
d. Secara Praktikum
I = Imax x 0,7070
= 4,14 x 0,7070
= 2,92 mA
e. Berdasarkan GrafiK
∆𝐹 = 𝐹2 − 𝐹1
= 40.000 𝐻𝑧 − 7.000 𝐻𝑍
= 33.000𝐻𝑧
Sehingga diperoleh Q
= 𝐹0

∆𝐹

=
= 0,57
f. Persen Eror (%)
𝑄𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝑄𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚
% eror = │ │ x 100%
𝑄𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖

% eror = │ │ x 100%

% eror = │ │ x 100%
% eror = 8,06 %

NO Resistor (Ω) F0teori (Hz) F0praktikum (Hz) %Error


(%)
1. │1.000 ± 5 %│ 0,62 0,57 8,06%
2. │1.300 ± 5 %│ 0,45 0,52 15,55%/
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Berdasarkan hasil praktikum dan analisis perhitungan dapat disimpulkan
bahwa pengaruh perubahan frekuensi terhadap karakteristik rangkaian R-L-C
akan menimbulkan terjadinya resonansi dimana nilai X C = XL, semakin besar
nilai resistor maka nilai faktor kualitas Q semakin kecil yang sekaligus
memperlihatkan nilai f0 yang semakin kecil.
2. Berdasarkan hasil interpretasi kurva respon frekuensi rangkaian RLC terlihat
bahwa terjadi pola resonansi.
3. Frekuensi resonansi dan faktor kualitas rangkaian R-L-C seri dapat
ditentukan dengan membuat grafik yang sesuai dengan data praktikum kemudian
dianalisis menggunakan analisis data. Pada frekuensi resonansi selalu bernilai
konstan untuk setiap besar resistor yang berbeda dan untuk faktor kulitas,
semakin kecil nilai hambatan resistor maka faktor kualitas resonansinya semakin
baik. Begitupun sebaliknya, semakin besar hambatan resistor yang digunakan
makan semakin kecil faktor kualitasnya. Semakin lengkung grafik kurva yang
dihasilkan maka semakin bagus faktor kualitas rangkaian tersebut beresonansi.
B. Saran
1. Untuk Praktikan: Sebaiknya lebih berhati-hati dalam melakukan percobaan
karena komponen-komponen yang digunakan pada percobaan sensitif.
2. Untuk Asisten: Sebaiknya asisten mempertahankan cara membimbingnya
karena asisten menjelaskan dengan baik dan mudah dipahami.
3. Untuk Laboran: Sebaiknya sebelum praktikan melakukan praktikum agar
memastikan alat-alat praktikum tidak ada yang rusak sehingga praktikum
berjalan dengan lancar.

DAFTAR PUSTAKA

Aji, Y. K., Agus, S., Amanto, Dorrah, A. 2017. Analisis Rangkaian Resistor,
Induktor, dan Kapasitor (RLC) dengan Metode Runge-Kutta dan Adams
Bahsforth Moulton. Prosiding Seminar Nasional Kuantitatif.
Fatmaryanti., Siska Desy.2019. Buku ajar Fisika Dasar elektromagnetik melalui
pendekatan multi representasi dan analisis Tpack bagi Calon Guru.
Penerbit : Deepublish.
Mustalim, Fiqih Rizky., Endah Rahmawati. 2018. Rancang bangun Alat percobaan
Rangkaian RLC menggunakan sistem Digital . Jurnal Inovasi Fisika
Indonesia (IFI). ISSN: 2302-4313. Volt. 07, No. 02.
Mismail., Budiono. 2011. Dasar Tekni Elektro Rangkaian Listrik Jilid 1. Penerbit:
Universitas Brawijaya Press (UB Press).
Yohandri dan Asrizal. 2016. Elektronika Dasar 1 Komponen, Rangkaian, dan
Aplikasi. Jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai