Anda di halaman 1dari 3

Kelompok Kamis 

Anggota : 
1. Aldo Firdaus (04)
2. Chalista Chaisaricahya (09)
3. Fathimah Azzahra (14)
4. Kusumo Djati (19)
5. Raizel Kezia Nugraha (24)
6. Talitha Danish Safira (29)
7. Zoufa Taftazia (34)

LAPORAN HASIL OBSERVASI SITUS PATIAYAM

Hari : Selasa
Tanggal : 28 Februari 2023
Lokasi : Situs Patiayam

Situs merupakan kawasan cagar budaya. Situs patiayam yang terletak di desa Terban ini
memiliki luas sekitar 3000 ha. Secara statis daerah Patiayam memiliki 6 litologi utama yang
merupakan produk sedimentasi maupun aktivitas vulkanik G. Patiayam dan G. Muria. Berturut-
turut dari paling tua adalah:
a. Formasi Jambe (sekitar 5 juta tahun yang lalu)
b. Formasi Kancilan (sekitar 1,5 juta tahun yang lalu)
c. Formasi Slumprit (sekitar 700.000 tahun yang lalu)
d. Formasi Kedungmojo (sekitar 500.000 tahun yang lalu)
e. Formasi Sukobubuk(sekitar 200.000 tahun yang lalu)
f. Endapan Sungai (Alluvial)

Pada formasi Slumprit atau yang dikenal dengan gunung Slumprit ditemukan fosil gajah utuh
(sekitar 70%). Di sana ditemukan tulang kaki dari gajah Stegodon Trigonochepalus. Hal
tersebut terjadi karena sekitar 400.000 tahun yang lalu terjadii letusan gunung yang dahsyat.
Gunung tersebut adalah gunung Muria. Material vulkanik letusan gunung tersebut membentuk
daratan yang menyatukan Gunung Muria dengan pulau Jawa. Selain itu material vulkanik tufa
pasir krikilan yang sangat tebal mengubur gajah tersebut. Sehingga terjadi proses fosilisasi dan
terbentuk sebuah fosil.

Fosil tersebut tidak dibawa ke museum (tetap disimpan di gardu atraksi) karena sebagai
edukasi dan observasi secara langsung bagi pengunjung. Selain itu di gardu tersebut berapa di
lapisan tanah Slumprut yang merupakan lokasi paling banyak penemuan fosil purba.

Pada tahun 1979 Sartono dan Y. Zaim menemukan fosil Homo erectus pada seri Stratigrafi
yang terdiri atas endapan laut yang di bagian bawah dan endapan kontinental yabg merupakan
hasil aktivitas gunung muria di bagian atas. Penemuan tersebut adalah sebuah premolar dan
tiga fragmen atap tengkorak. Selain itu juga ditemukan, sisa lingkungan purba antara lain : fosil
vebrata dan fosil avebrata dan alat batu atau litik. Beberapa jejak-jejak budaya yang ditemukan
antara lain perkakas batu, kapak genggam, serut, dan kapak perimbas yang terbuat dari
gamping kersikan. Dari situlah dapat disimpulkan bahwa di zaman dulu, manusia purba yang
tinggal di Patiayam bermata pencaharian sebagai pemburu binatang.

Di dalam museum Patiayam menyimpan 17 spesies hewan. Gajah merupakan spesies hewan
yang paling banyak ditemukan. Beberapa fosil yang ada di Museum Patiayam ini adalah kepala
banteng, Elephas Sp (jenis gajah purba), Cerrus Zwaani dan Cerrus Lydekkeri Martin (sejenis
rusa), Rhinoceros Sondaicus (badak), Brachygnatus Dubois (babi), Felis Sp (macan), Bos
babulus palaeokarabau (sejenis kerbau), Bos banteng alaesondaecus (banteng), Crocodilus
Sp. (Buaya), gigi hiu purba, kerang-kerangan, serta sisik ikan.

Di sana kita dijelaskan antara perbedaan fosil dan tulang. Sebagai pembeda awal, fosil
mempunyai bentuk yang mirip dengan tulang binatang/sisa tumbuhan masa kini tetapi
umumnya lebih berat. Fosil biasanya lebih berat daripada tulang karena selama fosililasi terjadi
pergantian senyawa organik di dalam tulang dengan mineral- mineral di sekitartempat
pengendapannya. Warna fosil juga pada umumnya lebih gelap dari tulang/ tumbuhan segar
karena telah mengalami proses fosilisasi yang panjang. Fosil yang terendapkan di lingkungan
sungai umumnya berwarna hitam dan sangat keras. Untuk mengetahui dengan pasti apakah
suatu tulang sudah menjadi fosil atau belum, perlu dilakukan analisis unsur pada tulang
tersebut. Tulang hewan/ sisa tumbuhan disebut fosil apabila pada tulangtersebut sudah tidak
mempunyai senyawa organik di dalamnya.

Temuan fosil-fosil di Patiayam memiliki keistimewaan daripada fosil temuan di daerah lain
karenakan sebagian situs yang ditemukan bersifat utuh. Pada tahun 2018 ditemukan paha
manusia yg diperkirakan adalah homo erectus atau homo sapiens. Namun fosilnya disimpan di
tempat yang lebih berpotensi untuk diteliti. Saat itu, temuan fosil manusia purba tersebut
kemudian dibawa ke laboratorium Institut Teknologi Bandung (ITB). Hingga kini fosil manusia
purba tersebut masih berada di Bandung.

Beberapa koleksi fosil yang disimpan di Museum Patiayam :

Anda mungkin juga menyukai