Anda di halaman 1dari 4

Imam ulama di daerah Tiro

Prolog
Sungguh Aceh ibarat Serambi Mekah merupakan daerah dan kerajaan yang berdaulat.
Rakyat bebas beraktivitas, beribadah, dan berdagang dengan siapa saja, di mana saja.
Tetapi kedaulatan mulai terganggu karena keserakahan dan dominasi Belanda.
Dominasi dan kekejaman penjajahan Belanda ini telah berimbas ke Aceh sehingga
melahirkan “Perang Aceh”, perangnya para pejuang untuk berjihad melawan kezaliman
kaum penjajah pada tahun 1873 - 1912. 

Agresi tentara Belanda terjadi pada tanggal 5 April 1873. Tentara Belanda di bawah
pimpinan Jenderal Mayor J.H.R. Kohler terus melakukan serangan terhadap pasukan
Aceh

: Para santri hanya belajar siang hari, pada malam hari mereka turut
bergerilya menyerang pos-pos tentara Belanda. Aku akan
membatalkan keberangkatanku ke Mekah dan tetap mendampingi
Teungku Chik para santri di Lamkrak.
di Tiro : (Melihat ke sekitar)
Mengapa para pemimpin mulai memihak Belanda? Bahkan Polim
pun tak ingin ditemui. (Mendesah panjang)
: (Berbicara ke para santri)
Malam ini kita akan menyerang pos-pos Belanda
(meninggalkan panggung)
Narasi
Serangan gerilya itu justru menyengsarakan rakyat. Bila suatu malam sebuah pos
Belanda diserang, tak ayal besoknya Belanda mengadakan pembalasan dengan cara
membakar kampung-kampung yang ada di sekitarnya. Saman menyadari hal itu dan ia
mulai berpikir tentang perlunya disusun sebuah kekuatan yang cukup besar. Untuk itu
diperlukan persatuan semua golongan, menghilangkan perbedaan faham dan curiga-
mencurigai.
Terakhir ia belajar pada Teungku Cik di Lamkrak. Pulang dari Lamkrak, ia membantu
pamannya mengajar di Tiro. Pengetahuannya cukup luas. Teungku Cik Dayah Cut,
pamannya, mengharapkan agar Saman kelak mampu menggantikannya sebagai guru
agama sesuai dengan tradisi keluarga ulama Tiro. Sesudah mengajar beberapa waktu
lamanya, Saman berniat menunaikan ibadah haji.
Setelah segala sesuatunya dipersiapkan, ia pun berangkat ke Mekah.
: Pemimpin yang memihak Belanda. Perlawanan semakin surut dan
keadaan itulah yang dilihat Saman di Lamkrak. Serangan gerilya yang
dilancarkan oleh pejuang-pejuang yang masih setia seperti para
Teungku Cik santri di Lamkrak.
Dayah Cut (sambil menulis sesuatu)
: Daerah Aceh Besar seluruhnya sudah jatuh di tangan Belanda.
Pejuang-pejuang Aceh banyak yang bersembunyi di daerah
pedalaman, dan tetap melakukan serangan kecil-kecilan yang kurang
terorganisasi. (dalam surat berikutnya)
Narasi
Atas desakan yang kuat dari pamannya, akhirnya Saman kembali ke Tiro.
Teungku Cik : Beberapa orang utusan dari Gunung Biram datang dan
Dayah Cut mengharapkan, agar salah seorang ulama Tiro bersedia memimpin
mereka untuk mengobarkan kembali semangat perang melawan
Belanda.
: Biar aku saja yang berangkat untuk mengantikan paman. Saya
Teungku Chik memenuhi permintaan utusan dari Gunung Biram. Mohon paman
di Tiro merestuinya.
: (Berbicara kepada paman dan beberapa orang)
Hendaknya kalian merahasiakan kepergianku ini ke Gunung Biram.
Narasi
Dengan ditemani beberapa orang, setelah terlebih dulu menggadaikan sawah untuk
bekal, Teungku Chik di Tiro pun berangkat ke Gunung Biram.
Setibanya di Biram, Chik di Tiro berusaha mengumpulkan informasi tentang tokoh-tokoh
yang bisa membantunya dalam perjuangan ini.
Teungku Chik : Tuanku Mahmud, bisakah saya berbicara dengan Panglima Polim.
di Tiro Berkenankah engkau membantuku untuk bertemu dengannya?
: Mungkin agak sulit. (menarik nafas)
Tuanku Pemimpin-pemimpin Aceh yang terkenal berani, lambat-laun
Mahmud menghentikan kegiatannya. Panglima Polim mulai menghindar dan
tidak bersedia ditemui oleh siapa pun. Ia kecewa, karena di dalam
kalangan Aceh sendiri timbul perpecahan.
: Namun, aku akan coba membujuknya
Narasi
Panglima Polim akhirnya menyetujui berkat bantuan Tuanku Mahmud. Ia berjanji akan
memerintahkan para ulubalang agar mereka membantu perjuangan, atau sekurang-
kurangnya tidak menghalangi rencana Chik di Tiro.
Selain itu dihubunginya pula tokoh lain yang menjanjikan akan memberikan bantuan
keuangan. Tindak selanjutnya oleh Chik di Tiro ialah mengumpulkan pejuang-pejuang
yang masih ada dan tersebar di beberapa tempat. Dengan kekuatan itu ia membentuk
sebuah angkatan perang yang dinamakan Angkatan Perang Sabil. Diumumkannya
bahwa perang yang akan dilancarkan adalah perang sabil melawan Belanda.
: Kita akan mendirikan benteng-benteng pertahanan senjata-senjata
dikumpulkan dan aku akan mengangkat orang yang akan mengepalai
Teungku Chik tiap-tiap pasukan.
di Tiro : (memandang para pemimpin pasukan)
Aku telah meminta bantuan Syekh Pante Hulu. Beliau akan bersama
kita melawan Belanda melalui perang Sabil.
Narasi
Belanda tak mungkin mematahkan perlawanan Cik di Tiro dengan kekuatan senjata.
Chik di Tiro hanya mau berdamai bilamana semua orang Belanda masuk Islam.
Persyaratan itu dimanfaatkan pula oleh Belanda. Beberapa orang Belanda menghadap
Cik di Tiro untuk menyatakan bersedia masuk Islam, tetapi sebenarnya mereka itu
semata-mata datang untuk memata-matai keadaan kekuatan Angkatan Perang Sabil.
Cik di Tiro menjadi marah setelah mengetahui siasat licik itu. Di puncak kemarahannya
ia berkata:
Teungku Chik : SAYA MAU MEMBUNUH SEMUA ORANG BELANDA YANG ADA DI
di Tiro NEGERI INI!!!
Narasi
Pada tahun 1884 Belanda mengirim Dr. Snouck Hurgronye ke Mekah dengan menyamar
sebagai dokter mata dan tukang potret bernama Abdul Gafur. Tugasnya mengumpulkan
sebanyak-banyak bahan tentang orang-orang Aceh di luar negeri dan mencari hubungan
dengan sebanyak mungkin pihak Aceh dan pihak kaum jemaah untuk dapat melemahkan
semangat perang di Aceh.

Dengan segala macam cara Belanda lalu mengadakan pendekatan, sebab orang-orang
Aceh tidak dapat dihadapi dengan perang saja. Sultan didekatinya hingga ia bernafsu
mengadakan perdamaian dengan Belanda dan mencoba mempengaruhi Teungku Cik di
Tiro dan berkata:
Teungku Cik : DAMAI BERARTI KALAH.
di Tiro
Narasi
Belanda mencari muslihat secara licik. Mereka menemukan orang yang berambisi
menjadi kepala Sagi XXII Mukim. Kebetulan kepala Sagi itu, Panglima Polim Muda Kuala,
sudah berusia lanjut. Anaknya yang tinggal dengan Sultan dijanjikan Belanda akan
dijadikan penggantinya asal dia dapat membunuh Teungku Cik di Tiro.
Pengkhianat itu meminjam tangan orang lain untuk melaksanakan pembunuhan.
Calon : Bawalah surat ini kepada Cik di Tiro (menyerahkan sebuah surat
Pengganti kepada seseorang)
Kepala Sagi
Narasi
Teungku Cik di Tiro datang di benteng Tui Suilemeng ia pergi ke mesjid. Ia bertemu
dengan seorang wanita dan mengikuti arahan wanita itu. Namanya, Nyak Ubit.
Teungku Cik : Aku hendak bertemu dengan Calon Pengganti Kepala Sagi, sesuai
di Tiro dengan surat yang ia kirimkan.
Nyak Ubit : Mari, ikuti saya.
(berjalan di muka)
: (mempersilahkan duduk di sebuah ruang)
Beliau meminta Anda untuk menunggu di sini.
: (Nyak Ubit menghidangkan kepada Teungku makanan)
Silahkan.
Beliau akan segera tiba.
Teungku Cik : Terima kasih.
di Tiro (Sambil memakan jamuan yang dihidangkan tanpa rasa ragu)
Narasi
Teungku Cik di Tiro wafat pada bulan Januari 1891. Tidak lama kemudian Panglima
Polim pun meninggal dunia. Dengan wafatnya 2 orang pemimpin yang amat kuat dan
fanatik itu.

Aceh kehilangan tokoh perjuangannya.

Anda mungkin juga menyukai