Anda di halaman 1dari 80

STUKTUR POLITIK

BAGIAN I

Struktur Politik

Dibawah aspek kembarnya yaitu antagonisme dan integrasi, fenomena politik


berlangsung dalam berbagai jenis masyarakat manusia - bangsa bangsa, provinsi-provinsi,
kota-kota, masyarakat internasional, asosiasi, serikat buruh, suku, golongan (band), klik, dan
rupa-rupa kelompok campuran lainnya. Dari titik tilik kita sosiologi politik adalah studi
tentang kekuasaan di dalam setiap pengelompokan manusia, bukan saja di dalam negara-
bangsa. Karena itu setiap kelompok ini menjadi struktur, suatu kerangka acuan (framework)
tempat terjadinya konflik-konflik dan integrasi. Pada tempat pertama, struktur politik adalah
pengelompokan sosial yang berbeda-beda. Kita hanya dapat mempelajarinya secara singkat,
karena analisa terperinci tentang itu menjadi bidangnya sosiologi umum. Tetapi suatu
pembahasan yang sekilas tidak dapat dihindari karena hal tersebut memungkinkan kita
menghubungkan fenomena politik dengan semua aspek lainnya dan kehidupan bersama.

Ada dua jalan yang mungkin untuk membuat studi ini. Sebagai dasar kita dapat mengambil
kategori yang beraneka ragam dari masyarakat manusia, dengan setiap kategori mewakili
jenis struktur politik yang terten tu. Atau kita dapat mendasarkan studi pada unsur-unsur yang
berbeda yang terdapat di dalam semua, atau hampir pada semua, komunitas manusia - secara
geografik, demografik, teknologik, kelembagaan, kultural, dan lain sebagainya Perbedaannya
hanya dalam klasifikasi. Dalam hal pertama, kita menggolongkan struktur politik secara
vertikal, di mana setiap komunitas didefinisikan sebagai kombinasi dari unsur-unsur yang
berbeda-beda Dalam hal yang kedua, kita menggolongkannya secara "horisontal," di mana
setiap unsur muncul di dalam berbagai jenis komunitas. Klasifikasi kedua kelihatannya
cenderung untuk dipakai di dalam analisa kita tentang sosiologi politik karena dia
memungkinkan kita untuk memberikan batasan lebih jelas tentang hubungan antara fenomena
politik dengan berbagai unsur komunitas manusia di mana fenomena politik ini terjadi.
Karena itu kita akan mengambil pendekatan kedua

Dengan definisi semacam itu, struktur politik bisa dibagi menjadi dua klasifikasi besar
struktur fisik dan struktur sosial. Akan tetapi pemisahan antara keduanya tidak terlalu kaku
Istilah "fisik" dipakai di sini bagi unsur yang paling dekat dengan alam (geografi dan
demografi); istilah "sosial" mengacu kepada faktor-faktor yang lebih artifisial, dan yang
secara hakiki manusiawi (teknologi, lembaga-lembaga, kebudayaan, keyakinan). Tidak ada
garis tajam yang memisahkannya. Manusia tidak menanggap struktur fisik di dalam bentuk-
bentuknya yang asli, material, akan tetapi melalui ide-ide, keyakinan, dan tradisi-tradisi sosial
yang diperoleh. Memang, kini mereka adalah produk perubahan sosial maupun dari evolusi
fisik. Manipulasi manusia atas bumi, tanah, benda-benda yang diolahnya, dan alat-alat
komunikasinya membuat geografi bukan saja sesuatu fisikal akan tetapi terlebih-lebih sosial
Campur tangan manusia di dalam bidang demografik melalui obat, higina, dan pembatasan
kelahiran-bahkan menjadi lebih penting.

Sebaliknya, banyak unsur-unsur sosial didasarkan pada substrata fisikal Kadang-kadang


dasarnya jelas, naluri seksual dan parental menjadi dasar lembaga keluarga, kekuatan alam
adalah sumber agama animistik. Secara luas, hampir semua lembaga sosial sesuai dengan
faktor fisikal tertentu. Misalnya, tujuan lembaga-lembaga ekonomi adalah untuk memuaskan
kebutuhan material, persaingan antara manusia di dalam bidang mekan tentang banyaknya
teolog akhinya, cara dengan mana kan menali dipenuhu menentukan banyak unsur
kebudayaan.

1. STRUKTUR FISIKAL

Adalah hukumnya, komunitas manusia kurang lebih terikat pada wayah geografik
bahkan suku-suku nomadik bergerak berkisar pada rute-rute di dalam wilayah-wilayah
tertentu. Demikian pula pen duduk komunitas ini mempunyai sifat-sifat yang berbeda-beda-
seper jumlah kepadatan, dan distribus Terroraum dan populas secara tradisional diakui
sebagai unsur-unsur dasar bunga-hanga dalam teori negara, akan tetapi sebenarnya mereka
adalah komponen-komponen dan setiap kelompok manusia Memberikan batasan nation state
(negara bung sa secara tradisional, sebagai "sepundah penduduk yang terikat pada suatu weh
tertentu adalah memberikan suatu sifa tertentu yang bisa dipergunakan kepada hampir semua
komunitas kepalasarjenis komunitas

Fenomena kekuasaan dekat tautannya dengan dan sangatlah besar dipengaruhi oleh struktur
finikal di mana mereka ada, apakah kita berbicara tentang antagonisme yang tujuannya
adalah memperoleh kekuasaan, yaitu sesuatu yang sedang diusahakan untuk dicapai oleh
mereka yang berada dalam kekuasaan. Konflik tentang batas-batas teritorial, tentang bahan
mentah, tentang rute transportasi dan komunikasi memberikan ilustrasi tentang pentingnya
secara politik struktur struktur geografik yang menjelaskan perang dan revolusi ditinjau dari
seg kanan penduduk menunjukkan pentingnya struktur demografik

Namun kelihatannya bahwa pengaruh kondisi kondisi fisikal terhadap kehidupan pola
berkurang dalam perbandingannya kepada perkembangan teknolog dan suatu masyarakat
Negara-negara purba lebih tergantung kepada faktor geologis dan geografik daripada negara-
negara industri kurang tergantung daripada bangsa-bangsa terbelakang. Manusia secara
progresif cenderung untuk menguasai alam daripada dikuasai olehnya. Politik negara adalah
di dalam geografinya. Pemeo Napoleon ini mengungkapkan sebuah ide yang bisa disusur
mundur sampai abad ke lima sebelum Maschi di dalam tulisan Hippocrates Treatise on Airs,
Waters, and Places Herodotus mempergunakannya di dalam tulisannya Histo ries Di dalam
bukunya Politics, jilid VII, Aristoteles merumuskan teori tentang hubungan antara iklim dan
kebebasan politik, vang harus diung. kapkan kembali selama berabad-abad kelak, jelasnya
oleh Jean Bodin, dan oleh Montesquieu di dalam bukunya Spirit of Laus, jilid XIV dan XV
Di akhir abad sembilanbelas dan awal abad kedua puluh, tema-tema tradisional mendapatkan
pengolahan sistematik oleh para ahli geografi Seorang Jerman bernama Frederick Ratzel
menerbitkan Political Geography di tahun 1897, kemudian, murid-muridnya menyebut
disiplin yang baru ini sebagai geopolitics. Sebagai reaksi dari konsep-konsep yang terlalu
deterministik dari aliran-aliran Jerman, berkembanglah aliran Perancis tentang human
geography, yang didasari oleh Vidal de la Blache dan Jean Brunhes

Kaum konservatif, fasis, liberal, Marxis-tidak ada yang tidak mengakui bahwa politik
tergantung dari geografi, akan tetapi mereka tidak sependapat tentang tingkat ketergantungan
Ideologi konservatif cenderung melebih lebihkan pengaruhnya, sedangkan ideologi-ideologi
yang lebih baru cenderung untuk mengecil-ngecilkannya Bagi Maurice Barres (1862-1923),
politik didasarkan pada bumi dan mayat,"vang berarti, bahwa atas geografi dan sejarah, di
mana yang kedua sangat tergantung kepada yang pertama. Aliran Geopolitik di Jerman dekat
hubungannya pertama dengan pan Germanist, dan kemudian dengan National Socialists.
Paham bahwa manusia terkunci di dalam determinisme bumi dan lingkungan, bahwa dia
tidak dapat lolos dari alam, adalah jantung hatinya filsafat kanan. Di kini adalahpandangan
yang bertentangan bahwa manusia bebas, bahwa dia dapal bebas dari kondisi-kondisi alami
dan, dalam kenyataannya, bergerak ke arah itu Secara umum, pengaruh geografi tidak dapat
dipisahkan dan penemuan penemuan teknologi manusia, yang memungkinkannya mengatasi
kesulitan kesulitan dari lingkungan lingkungan alaminya Demikian, faktor-faktor geografis
bersifat sosiologis maupun geografis, sosial maupun fisik, dan unsur-unsur sosial meningkat
mengatasi yang fisik dalam perbandingannya dengan kemajuan teknologi Di dalam
masyarakat masyarakat primitif fenomena politik tergantung sekali kepada kondisi-kondisi
geografik, di dalam negara-negara modern ketergantungan berkurang

Iklim dan Sumber-sumber Alami

Iklim dan sumber-sumber alam erat kaitannya, terutama dalam hubungannya dengan
tanam-tanaman dan sayur-sayuran, yang tergantung baik pada iklim dan tanah. Praktisnya,
faktor-faktor ini tak terpisahkan. Penulis-penulis purba membuat kesalahan karena
membahasnya secara terpisah-pisah Kita akan membahasnya di sini berturut-turut untuk
menentukan peranan yang dimainkan masing-masing di dalam saling hubungannya

Iklim

Dari Aristoteles sampai Montesquieu, teori-teori awal tentang hubungan antara geografi dan
politik berpusat pada iklim Teori-teori ini masih juga berlaku bagi publik, yang, meskipun
tidak terlalu akrab dengan teori-teori tersebut, melihat pengaruh geografi terhadap fenomena
politik atas cara yang sama. Para ahli geografi modern dan ahli ilmu sosiologi mempunyai
pandangan-pandangan yang agak berbeda.

Montesquieu memberikan rumusan yang paling terkenal dan paling tepat tentang teori
tersebut di dalam bukunya Spirit of Laws, jilid XVII(1748): Panasyang tinggi melemahkan
kekuatan dan keberanian manusia. sedangkan "dalam iklim yang dingin ada kekuatan tubuh
dan jiwa tertentu yang memungkinkan manusia melakukan perbuatan-perbuatan yang
langgeng, mengejutkan, besar, dan berani." Kesimpulannya adalah bahwa "janganlah kita
terkejut bilamana kepengecutan manusia-manusia di wila yah benklim panas membuatnya
menjadi budak budak dan bahwa kebe ranian orang-orang wilayah beriklim dingin
membuatnya bebas "Per budakan sipil (Civil servitude)-dengan kata lain, perbudakan
(slavery)-- terikat kepada iklim atas peri yang sama di daerah-daerah yang panas manusia
didorong untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban yang menya kitkan hanya karena takut
kepada siksaan, perbudakan tidak terlalu me ngejutkan hagi akal budi manusia." Teori-teori
Montesquieu hanya merupakan pengungkapan kembali pandangan pandangan Aristoteles
Setelah mengamati bahwa iklim dingin memungkinkan kebebasan dan iklim panas
perbudakan, Aristoteles memeriksa masalah iklim sedang, yang jelas jelas memusingkannya.
Dia mengatakan bahwa manusia bebas di dalam iklim sedang, akan tetapi mereka juga tahu
bagaimana memerintah orang lain, dan dia tidak berhasil menerangkan mengapa hal ini
terjadi. Jean Bodin (1530-93) mengungkapkan kembali ide-ide yang sama, akan tetapi orang
Anjou ini lebih ingin membela bangsa-bangsa dari selatan daripada Montesquieu, seorang
Gironde Bodin percaya bahwa kualitas intelektual orang dari Selatan dapat mengatasi
kekurangan tenaga fisiknya, dan dua-dua faktor tersebut tergantung pada iklim.

Paham-paham populer tentang pengaruh politik dari iklim sedikit saja berubah dan teori-teori
tradisional ini. Pada abad ke sembilanbelas, ahli sejarah Perancis Jules Michelet menekankan
peranan panas dan pengaruhnya pada hari-hari revolusi 1789 (yang terjadi untuk sebagian
besar, antara Mai dan September). Tesisnya bisa dipakai untuk Revolusi 1830 (Juli) dan hari-
hari di bulan Juni, 1848, akan tetapi tidak bagi pecahnya Revolusi 1848, yang terjadi di bulan
Februari. Apakah perlu kita mengingat kembali bahwa Revolusi Soviet terjadi di bulan
Oktober dan November (1905-1917,masing-masingnya) di sebuah negara yang dingin pada
saat itu? Kita-kira 40 tahun yang lalu menjadi mode untuk berbicara tentang "sun spots (cerah
matahari) untuk menjelaskan perang dan revolusi, sebuah paham yang hampir ditinggalkan.
Namun, pengaruh iklim bagi peristiwa-peristiwa semacam ini bukannya tidak mungkin.
Bilamana orang Roma imenamakan bulan ketiga menurut nama dewa perang, itu karena
bulan Maret merupakan saat yang ideal untuk memulai kampanye militer di Eropa. "Musim
dingin Besar memainkan peranan utama dalam kekalahan Napoleon di Rusia di tahun 1813
dan dalam kekalahan Hitler di tahun 1941.

Meskipun pengaruh langsung iklim terhadap fenomena politik tidak dapat disangkal, juga
tidak gampang dan tidak seabsolut sebagaimana disangka Aristoteles dan Montesquieu
Dalam hal hal tertentu kita bisa melihat pengaruh yang jelas, langsung dari iklim terhadap
politik Demokrasi Laut Tengah yang purba, yang pusatnya adalah agora atau forum, jelas ada
hubungannya dengan iklim yang memungkinkan kehidupan di luar rumah. Hal yang sama
dapat dikatakan tentang palabres di Afrika dan djemaas di Berber Akan tetapi faktor-faktor
lain harus juga diperhitungkan, dan pengaruh iklim sangat tidak langsung Malah cara hidup
manusialah yang berhubungan dengan iklim, bentuk-bentuk politik hanyalah salah satu aspek

Ada iklim-iklim yang tidak memperkenankan hampir semua per kembangan sosial atau
politik - iklim yang luar biasa dinginnya, iklim di tempat-tempat yang sangat tinggi. Ada juga
yang membuat perkembang an semacam itu sulit - iklim yang panas dan lembab atau iklim
gurun Namun, kita mendapatkan masyarakat Eskimo maupun kebudayaan di tempat setinggi
Andes dan Tibet Dan ada beberapa tempat-tempat terten tu di daerah tropis atau katulistiwa
yang mengalami perkembangan besar (kota Rio de Janeiro, misalnya) Di pihak lain, beberapa
iklim mendukung perkembangan sosial dan politik. Wilayah-wilayah ini terdapat terutama di
wilayah-wilayah beriklim sedang. Masyarakat manusia sedemikian di tempatkan, sejak mula-
mula, di tempat-tempat yang berbeda-beda yangmasing-masing di sebuah negara yang dingin
pada saat kita k tahun yang lalu menjadi mode untuk berbicara tentang sponsora matahari)
untuk menjelaskan perang dan revolusi, sebuah paham yang hampir ditinggalkan. Namun,
pengaruh iklim hap peristiwa-peristiw semacam ini bukannya tidak mungkin. Bilamana orang
Roma imenamakan bulan ketiga menurut nama dewa perang itu karena bulan Maret
mençukan saat ang ideal untuk memulai kampanye militer di Eropa Musim dingin Besar
memainkan peranan utama dalam kekalahan Napoleon di Rusia di tahun 1813 dan dalam
kekalahan Hitler di tahun 1941.

Meskipun pengarah langsung kim terhadap fenomena politik tidak dapat disangkal, paga
tidak gampang dan tidak seabsolut sebagaimana disangka Aristoteles dan Montesquieu
Dalam hal-hal tertentu kita bisa melihat pengaruh yang jelas, langsung dari klim terhadap
polink Demokrasi Laut Tengah yang parha, yang pusatnya adalah agora atau forum jelas ada
hubungannya dengan iklim yang memungkinkan kehidupan di luar rumah Hal yang sama
dapat dikatakan tentang palabres di Afrika dan djemaar di Berber Akan tetapi faktor-faktor
lain harus juga diperhitungkan, dan pengaruh iklim sangat tidak langsung, Malah cara hidup
manusialah yang berhubungan dengan iklim; bentuk-bentuk politik hanyalah salah sam aspek

Ada iklim-klim yang tidak memperkenankan hampir semua per kembangan sosial atau
politik-idlim yang luar biasa dinginnya, iklim di tempat-tempat yang sangat tinggi. Ada juga
yang membuat perkembang an semacam itu sulit-iklim yang panas dan lembab atau iklim
gurun Namun, kita mendapatkan masyarakat Eskimo maupun kebudayaan di tempar setinggi
Andes dan Tibet. Dan ada beberapa tempat-tempat terten to di daerah tropis atau katulistiwa
yang mengalami perkembangan besar (kota Rio de Janeiro, misalnya). Di pihak lain,
beberapa iklim mendukung perkembangan sosial dan politik Wilayah-wilayah ini terdapat
terutama di wilayah-wilayah berikdim sedang Masyarakat manusia sedemikian di temparkan,
sejak mula-mula, di tempat-tempat yang berbeda-beda yang sangat berpengaruh terhadap
perkembangannya di masa mendatang Akan tetapi efek iklim tidak terlalu terasa sebagai
pengaruh langsung terhadap psiche manusia (sebagaimana diyakini para penulis purha) dari
pada melalui pengaruh tidak langsung terhadap sumber-sumber alam Kehidupan politik dan
sosial manusia dikondisi, tidak semata-mata oleh pengaruh iklim yang langsung, akan tetapi
juga oleh pengaruh kolektif daripada lingkungan climato-botanical-nya.

Sumber-sumber Alam

Dengan sumber alam kita maksudkan semua benda-benda yang disediakan bumi yang
diperlukan bagi eksistensi fisikal manusia-seperti makanan, pakaian, dan perlindungan.
Sumber-sumber binatang dan tum buhan adalah hakiki di dalam masyarakat terkebelakang,
sedangkan sum ber mineral menjadi semakin penting dengan perkembangan industri.
Sebagaimana dengan iklim, pembuatan teori tentang sumber-sumber alam sudah lama
bersifat psikologis pada hakikatnya. Sampai tingkat tertentu dia tetap begitu sampai hari ini.
Akan tetapi teori psikologis berdasarkan pada suatu kontradiksi yang mendasar Pada satu
pihak, kelimpahan sumber alam akan muncul sebagai sumber kekuasaan, dari sini sebuah alat
perkembangan sosial dan politik. Akan tetapi di pihak lain, kekayaan ini cenderung untuk
menyebabkan energi manusia melemah dan kehendak melemah, menuju stagnasi dan
dekadensi.

Teori-teori pada masa lalu umumnya mengambil pandangan yang kedua Montesquieu
misalnya, percaya bahwa kesuburan tanah dan kelimpahan kekayaan mendorong perbudakan,
sedangkan kekurangan sumber alam mengembangkan keinginan manusia untuk menjadi
bebas dan independen terhadap orang-orang asing. Di negeri-negeri subur "orang-orang desa,
yang merupakan mayoritas penduduk, tidaklah inihati terhadap kebebasannya. Mereka terlalu
dicekoki dan terlalu padat dengan masalah-masalah pribadinya. Suatu negeri yang subur takut
dirampas (diarah), takut terhadap angkatan bersenjata "Dipihak lain di negeri-neger miskin,
"kebebasan adalah satu-satunya harta yang layak dipertahankan Tambahan pula, "tanah yang
tandus membuat manusia rajin, baka, ditempa kerja keras, perkasa, dan cocok untuk
berperang Mereka harus menjamin bagi dirinya sendiri apa yang tidak diberikan oleh tinah
Neger negeri yang subur, dengan kelimpahannya, memberikan jiwa yang lamhan dan jiwa
ingin memelihara hidup sendiri. Di dalam argumen-argumen ini kita dapat melihat jejak-jejak
pandangan moralistik dan Cato dan penulis penulis lain dari zaman purba, yang mengartikan
sifat hemat dengan demokrasi

Teori-teori modern, yang menempatkan korelasi yang dekat antara masyarakat demokrasi dan
kelimp material sama sekali bertentangan dengan pandangan-pandangan yang lebih tua.
Kemiskinan dilihat sebagai faktor pembesar antagonisme politik, membuat pemerintahan
bebas semakin sulit. Di pihak lain, kemakmuran umum dilihat sebagai cenderung untuk
mengurangi konflik-konflik politik dan cenderung menjadi sebab dan kebebasan. Namun,
kompetisi internasional turut campur tangan dengan persaingan di dalam Kemakmuran dari
beberapa hal bisa me nyebabkan antagonisme daripada menguranginya. Perlombaan untuk
mendapat bahan mentah adalah faktor yang sangat besar pengaruhnya dalam hal ini, dia
menjelaskan sejumlah konflik dan intrik antara negara negara, maupun pemberontakan di
dalam

Dengan perkembangan internasional dan industrialisasi, masalah bahan mentah menjadi


genting. Dalam abad kesembilan belas, misalnya Britania Raya adalah bengkel dunia,"
menerima dari semua jurusan di dunia bahan-bahan mentah yang dirombak menjadi benda-
benda manu faktur, yang dijual ke mana-mana Sistem semacam ini hanya mungkin selama
sumber-sumber benda-benda material tetap bisa diperoleh. Kini Amerika Serikat
mengkonsumir lebih dari 50 persen bahan mentah dunia, dan akses kepada bahan mentah
adalah fundamental untuk itu.

dan perseteruan juga timbul di kalangan bangsa bangsa industri yang besar seperti antara
mereka dan negara-negara dengan bahan mentah. Dengan demikian eksistensi bahan mentah
dalam wilayah suatu bangsa (yang adalah fakta geografis) menjadi suatu faktor penting di
dalam politiknya. dan, secara tidak langsung, di dalam politik hangsa-bangsa lain, terutama
bangsa-bangsa industri
Perlombaan untuk mendapatkan bahan mentah ini menjelaskan banyak perang, aliansi aliansi,
dan intrik intrik internasional. Kadang-kadang polkik dalam negeri suatu negara juga
mencerminkan kebijaksanaan luar negerinya, yang didikte oleh adanya bahan mentah yang
dirindukan pada tanahnya. Revolusi revolusi tertentu di negeri-negeri penghasil minyak dan
rezim rezim otoriter yang dituduh menjaga "ketertiban" secara langsung dikat olehtekanan-
tekanan dari bangsa-bangsa yang membeli bahan mentahnya. Akan tetapi kita harus hati-hati
untuk tidak melebih-lebihkan pengaruh ini. Pada masa kini ada mitos-mitos tertentu tentang
minyak dan pengaruh politiknya, persis seperti ada mitos tentang batubara dan besi di abad
kesembilan belas

Tidak kurang pentingnya adalah rute yang dipakai untuk mendapat kan dan membawa pulang
bahan mentah di setiap zaman sejak awal per adaban Telah ditunjukkan bahwa pengaruh
politik Paris dan penduduk nya, Parisii, tergantung, bahkan sebelum kemenangan Roma pada
lokasi nya di sepanjang rute tembaga. Rute perdagangan damar dan sutra dan rempah-rempah
sudah penting di zaman Imperium Romanum Pentingnya kerajaan Parthia karena lokasinya di
rute sutra dan rempah. Kita tahu peranan yang dimainkan oleh rute perdagangan India di
dalam politik Britania abad sembilan belas dan paruhan pertama abad kedua puluh, walaupun
itu kerapkali dilebih-lebihkan. Pasar untuk memperoleh bahan mentah kerapkali
mempengaruhistruktur politik negara-negara atau berlaku sebagai titik pusat bagi persaingan
nasional. Akan tetapi topik ini mengantarkan kita jauh dan faktor-faktor yang secara ketut
bersifat geografis

Geografi dan Keterbelakangan

Teori-teort lama tentang pengaruh politik dan iklum dan sumber portu ditelai kembali.
Bilamana disesuaikan dengan masa kini, mungkin mereka merupakan penjelasan yang baik
tentang ketidakseimbangan di dalam perkembangan bangsa-bangsa Kaum rastas mengklaim
bahwa ketidakseimbangan ini karena kendaksamaan antar ras, akan tetapi setiap eksperimen
menunjukkan bahwa orang Afrika, Asia, dan Indian Amenka, berada pada kondisi hidup
yang sama seperti orang-orang putih, menunjukkan penyesuaian yang sama dan tingkat
inteligensi yang sama, sebagaimana akan kita lihat selanjutnya.

Hubungan antara tingkat perkembangan sosial ekonomi pada satu pihak dan wilayah-wilayah
besar secara botanical pada pihak lai menyolok Tingkat keterbelakangan yang tertinggi
terjadi pada dua wilayah glasial di Utara dan Selatan, wilayah katulistiwa, dan wilayah gurun
sub tropis. Tingkat kemajuan yang tertinggi terjadi di wilayah beriklim sedang (Amerika
Utara, Eropa, Rusia, dan sayap Afrika di belahan utara, Australia, New Zealand, schagian
Chili dan Argentina, dan sayap Afrika Selatan di belahan selatan) Steppa Asia berakhir pada
sejenis kemajuan separuh jalan. Misalnya, di sana kita dapati, masyarakat patriarkal yang
membentuk nukleus dari suku-suku Keadaan lokal yang memperbaiki situasi botanical
(seperti di lembah sungai Nil), Tigris dan Euphrates, daerah musim hujan di Asia, tingginya
kerajaan Inca dan Aztec menyebabkan tingkat perkembangan lebih tinggi daripada wilayah
sekitarnya
Pengaruh-pengaruh dimato-botanical ini adalah nomor dua pen tingnya di dalam masyarakat
masyarakat industri masa kini, akan tetapi mereka memainkan peranan fundamental selama
berabad-abad. Karena rintangan geografikanya, negara-negara di wilayah glasial dan wilayah
wilayah katulistiwa dan tropikal selama waktu yang lama tertahan dalam kemajuan, dan
sangatlah sulit baginya untuk mengejar. Bilamana mereka menjadi negara industri, maka efek
dari iklim dan sumber-sumber alamnya menjadi jauh kurang berarti. Akan tetapi justru
karena kesulitan-kesulitan yang lama dengan iklim dan sumber-sumber sehingga mereka
tidak mam pu berindustri. Teknologi, di pihak lain, memungkinkan negeri-negeri itu dengan
kemampuan untuk sangat meningkatkan tingkat produksinya, dan ini berakibat pada jurang
yang semakin melebar antara mereka dan negara negara terkebelakang, Kutukan geografi
masih terasa berat, dan bebannya semakin terasa lebih berat lagi pada bangsa-bangsa di
wilayah-wilayah yang beriklim tidak sedang

Ruang Sebagai Struktur Politik

Iklim dan sumber alam tidak dapat dipisahkan dan faktor geografikal yang lain yaitu pokok
yang banyak dipelajari masa kini-ruang teritorial Contoh yang spesifik akan menjelaskan
pentingnya dan hubungannya dengan faktor-faktor sosial yang lain. Di Mesir kuno, geografi
kelihatannya telah mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam politik. Lembah Nil, yang
terisolir dan gurun-gurun, memberikan setting alami bagi perkem bangan sosial Tanahnya
luar biasa subur, karena endapan-endapan filuvial yang teratur. Untuk mempergunakan
fenomena alami ini maka orang orang Mesir harus mengembangkan sebuah sistem dan
penampungan, dan lantas terus mempertahankan saluran-saluran dan pompa-pompa-yang
menuntut organisasi sosial yang sangat maju dan disentralisasikan. Di sini kita dapatkan halk
kebutuhan yang mendesak hagi negara yang kuat dior ganisasikan dan faktor-faktor yang
perlu untuk pengembangan negara semacam itu, kekayaan alam, komunikasi yang gampang
melalui sungai Nil, tidak ada tempat pelarian bagi para pengacau, perlindungan oleh gu run
terhadap penyerbu asing, dan seterusnya. Di lembah Tigris dan Euphrates, kombinasi iklim,
sumber, dan lokasi memberikan kemungkinan kemungkinan yang sama bagi peradaban, akan
tetapi tidak adanya banjir yang teratur di sungai tidak sampai menghasilkan sentralisasi pada
tingkat yang sama

Para ahli geografi semakin yakin bahwa studi tentang ruang hidup adalah salah satu cabang
yang penting dari ilmunya Ruang alami di mana aktivitas manusia berkembang bisa dipelajari
dari tiga titik tilik (1) pembatasan (delimitation) masyarakat, (2) susunan internal dari
masyarakat dalam batasan-batasan demikian, dan (3) lokasi dari masyarakat masyarakat ini
dalam hubungan satu sama lain, dan kontak satu sama lain.

Membatasi Struktur Ruang Masyarakat Politik

Struktur ruang dari masyarakat politik (dari suatu negara, misalnya) bukanlah satu-satunya
akibat faktor-faktor geografis. Banyak pengaruh lainnya terlibat, terutama sejarah bangsa
tersebut. Akan tetapi geografi memang penting, lebih besar atau lebih kecil tergantung pada
suasana, dan kadang-kadang menentukan.
Ruang geografis kurang atau lebih terbagi-bagi, dipisah-pisahkan atas salah satu cara atau
lainnya Pembagian-pembagian tertentu, pemisah misahan tertentu, bersifat ilusi, lebih
merupakan akibat interpretasi manusia daripada kenyataan fisikal. Akan tetapi pembagian-
pembagian tertentu didasarkan pada faktor-faktor geografis yang tidak dapat disangkal. Hal
ini terutama benar mengenai pulau-pulau, dengan memakai kata "pulau" dalam arti yang
seluas-luasnya. Disamping pulau-pulau oseanik (atau pulau pulau di dalam danau dan sungai-
sungai), yang sesuai dengan definisi sempit dari kepulauan, kita juga harus memasukkan
oase-oase, yaitu pulau pulau di gurun-gurun; lembah-lembah dari sungai-sungai tertentu (Nil,
misalnya); padang terbuka yaitu pulau-pulau di hutan, dan seterusnya. Bangsa-bangsa yang
tinggal di pulau tidak mempunyai tetangga, mereka dipisahkan dari orang-orang lainnya oleh
"kehampaan." Faktor ini tidak saja memberikan mereka suatu rasa aman pada tingkat tinggi,
akan tetapi juga membawakan kepada kewarganegaraannya suatu paham bahwa me reka
hidup di dalam suatu setting. Bagi orang-orang yang tinggal di pulau, konseptentangbatas-
batas alami jelas, persis, dan tidak dapat diperdebatkan, asal saja, tentu, bahwa ada satu orang
menduduki teritori pulau tersebut dan menduduki seluruhnya. Kalau tidak, kepulauan tidak
ada artinya.

Akan tetapi selain kasus teritori pulau, pembagian geografis selalu lebih dalam rupa daripada
sesungguhnya. Tidak ada yang tidak terlalu alami daripada batas-batas alami suatu fakta yang
tak terbantahkan mengenai sungai-sungal, yang lebih mempersatukan daripada memisahkan
Ada peradaban-peradahan di lembah-lembah sungai yang berkembang pada kedua tepi aliran
sungai Sungai-sungai dipilih sebagai medan medan karena merupakan tanda pengenal yang
menguntungkan. Akan tetapi hanya jalur sungai yang bersilat alami, bukan peranannya
sebagai dinding atau batas yang dipaksakan untuk memegang peranan Konsep bahwa sungai
adalah hatas alami dibentuk oleh sejarah, bukan oleh geografi Misalnya ada peradaban Rhein
yang hampir menjadi basis suatu bangsa, Lotharingia yang mashur. Sejarah menentukan lain
dan membuat Rhein menjadi medan depan Ada peradaban Danube yang kadang-kadang
berlaku sebagal basis bagi aliansi-aliansi politik

Gunung-gunung lebih merupakan batas-batas alami daripada sungai, meskipun semuanya


tergantung pada tingginya. Bagi setiap gunung yang berfungsi sebagai dinding berapa banyak
gunung yang berfungsi sebagai jalan umum? Peradaban senantiasa berkembang dan bertitik
pusat di sekitar pagar pegunungan seolah-olah mereka adalah magnet. Suku Basques dan
Catalonia adalah contoh dari bangsa-bangsa yang disatukan oleh gunung-gunung dan tidak
dipisahkan olehnya, dan yang mengembangkan peradaban pada kedua sisinya. Switzerland
dilahirkan di gunung, dan kesanannya berasal daripadanya. Tentu kita harus membedakan
bangsa bangsa di padang rumput pada kedua sisi gunung-gunung tersebut, yang dipisahkan
olehnya, daripada bangsa di dalam gunung yang mendiami lereng dan lembah dan yang
disatukan olehnya. Akan tetapi pembedaan in tidaklah senantiasa tajam terumus.

Pengaruh politik dari pembagian geografis senantiasa dianggap pen ting. "Bangsa-bangsa
kepulauan lebih cenderung untuk mengembangkan kebebasan daripada bangsa-bangsa di
benua," demikian tulis Montesquieu "Taut memisahkan (pulau-pulau) dari kerajaan-kerajaan
besar, dan tiran tidak dapat meletakkan tangannya padanya. Para penakluk dihentikan pada
tepi laut. Para penghuni pulau tidak dikepung kalah dan mereka memelihara undang-
undangnya lebih gampang" Sering dikatakan bahwa kepulauan memungkinkan Britania Raya
bertindak tanpa Angkatan Bersenjata yang tetap sampai abad keduapuluh, sedangkan
Perancis dipaksa mempunyainya sejak masa Charles VII untuk pertahanan dirinya. Karena
tidak adanya alat vang efektif ini untuk melaksanakan tekanan terhadap para bangsawan di
dalam kerajaannya, monarki Inggris tidak mampu mendirikan kekuasaan mutlaknya.
Percobaannya ke arah ini ditolak dan mempercepat pengem bangan rezim parlementer. Di
pihak lain di Perancis, adanya angkatan bersenjata yang tetap memungkinkan raja
membubarkan Estates General di tahun 1614 dan memerintah tanpa kendali atau batasan
Rencana luas dari analisa kini adalah benar, akan tetapi banyak faktor lain lagi yang masuk
ke dalam gambaran ini

Adanya rintangan alami terhadap invasi mempunyai arti yang sama kalau pun agak kurang
pentingnya. Meskipun mereka tidak merupakan batas-batas alami, sungai-sungai, dan
terutama lagi gunung-gunung, juga menghalangi para bakal penakluk. Padang yang luas di
Eropa Utara jauh lebih peka terhadap invasi daripada wilayah bergunung-gunung dari Eropa
Tengah. Hakikat negara yang tidak stabil dan sekejap dibentuk di sana, ketidakpastian
tentang batas-batasnya, dan banyaknya perubahan yang dialami selama bertahun-tahun jelas
mempunyai konsekuensi-konsekuensi politik.

Pembagian administratif di dalam negara-negara seringkali didasarkan pada pembagian alami


sebagai akibat dari geografi dan sejarah. Komunes Perancis, yang menggantikan paroki-
paroki gereja dari Rezim Lama, kurang atau lebih mencerminkan pola administrasi Gallo-
Romawi. Departemen departemen yang diciptakan oleh Dewan Konstituante (1791) memper
gunakan pembagian yang lama ini yang dibangun oleh Karel Agung, yang sebaliknya, berasal
dari pembagian yang lebih dulu lagi dari masa Galia Purba. Di dalam setiap negeri kita
mendapatkan keadaan yang sama. Tentu, pematokan tanah-tanah untuk kepentingan
administrasif adalah akibat tindakan manusia daripada alam, akan tetapi geografi memainkan
peranannya dalam operasinya

Tambahan pula, dalam kasus-kasus tertentu peranan geografis kelihatannya menjadi


menentukan. Federalisme Swiss, misalnya berbeda dari semua federalisme yang lain menurut
ukuran dari unit-unit federalnya. Sebagai suatu hukum, federalisme berada di dalam negara-
negara yang sangat besar (seperti USSR, USA, dan Brazilia), dengan setiap negara bagi an
cukup besar bagi dirinya sendiri. Switzerland, di pihak lain, telah membuat federalisme
berlangsung hidup dalam negara yang sangat kecil, suatu negara di mana unit-unit federal
menjadi mini. Susunan ini menunjukkan semua rupa dari asalnya yang bersifat geografis.
Pembagian alami dari negeri tersebut oleh gunung-gunung menghasilkan lembah lembah atau
kelompok-kelompok lembah yang dirumuskan secara jelas yang terpisah satu sama lain.
Lembah-lembah membentuk kanton yang secara kolektif membentuk Konfederasi Swiss
Pasti, faktor-faktor sejarah telah masuk ke dalam gambaran, akan tetapi geografi muncul
sebagai unsur yang utama
Kita bisa mengutip banyak kasus yang bisa diperbandingkan. Contoh Norwegia mengesankan
para pengikut Le Play (1806-82), yang memberi kan makna penting secara politik kepada
fjord, dan menganggapnya seba gai faktor pemisah yang memperkuat ikatan-ikatan keluarga
dan jiwa individualisme. Bilamana kesimpulan ini masih bisa diperdebatkan, jelas lah bahwa
negeri tersebut dibagi oleh fjord, yang mau tidak mau mempu nyai konsekuensi politik. Atas
peri yang sama, tendensi ke arah separatis me politik di wilayah-wilayah tertentu dari suatu
negara seringkali dijelaskan oleh lokasi wilayah tersebut secara geografis- letaknya jauh
(Britania, misalnya) atau menjadi bagian dari suatu pegunungan (Basques dan orang
Catalonia).

Ada, dua bentuk pemukiman pedesaan terpencari pencar dan konglomerat Meskipun tidak
gampang untuk merumuskannya secara persis, kita dapat secara cepat menangkap perbedaan
yang hakiki Pemukiman yang terpencar terdiri dari pertanian pertanian yang disolasikan atau
dikelompokkan menjadi dukuh-dukuh yang kecil dari dua atau tiga rumah tani yang dekat
dengan tanah yang diolah. Di dalam pemukiman vang konglomerat, para petani
dikelompokkan ke dalam desa-desa yang benenis-jenis besarnya yang mereka tinggalkan
setiap pagi dan kembali setiap sore, sering membuat perjalanan yang cukup panjang untuk
mencapai ladang-ladangnya.

Apakah pemukiman itu tersebar atau terpusatkan tergantung sebagian pada faktor faktor
geografis. Suatu teori yang terkenal disusun untuk menjelaskan perbedaan ini Di negeri-
negeri yang bertanah kering (tanah kapur misalnya), hujan menyerap dalam dan air sulit
ditemukan, terutama bilamana iklim pada umumnya kering Sebagai akibatnya rumah rumah
berhimpun di keliling suatu sumber air di mana pun kebutuhan yang jarang dan tak
tergantikan ini berada Di negeri-negen dengan tanah yang tidak kering, hujan turun dan
mengalir bebas dan air terdapat di mana-mana terutama bilamana iklim cenderung untuk
lembab, sumber-sumber air gampangterdapat dan penduduk bisa tersebar Penjelasan inivalid
bilamana dia tidak terentang terlalu jauh Di Causses (Perancis Selatan), di mana tanah tidak
suburdan turunnya hujan jarang, pemukiman seringkali tersebar Di Woevre (Lorraine) dan di
Putza Hongaria, di mana tanah subur dan turunnya hujan berlimpah-limpah, pemukiman
terkonsentrasi. Faktor-faktor manusia jelas turut campur, terutama, keamanan-yang
kelihatannya memainkan peranan penting di dalam pemusatan penduduk Sicilia, atau pun
mereka di Italia Selatan, dan Putza Hongaria Terlepas dari penjelasannya. hakikat kembar
dan pemukiman desa mempunyai pengaruh tertentu terhadap fenomena politik. Di dalam
suatu studi tentang Perancis Barat di tahun 1913, seorang ekonom dan ahli sejarah Andre
Siegfried meneliti bahwa wilayah-wilayah dengan penduduk luas tersebar agak
konservatif,sedangkan wilayah-wilayah dengan penduduk yang agak terpusat cende rung
lebih reseptif tahadap perubahan dan pembaharuan. Dia menjel kan fakta ini dengan
mengisolasikan yang pertama, mengantarkan mereka untuk berbalik ke dalam dirinya sendiri
dan tradisinya, sedangkan, dalam hal yang kedua, kontak-kontak yang lebih sering dengan
individu-indevida lain memungkinkan penyebaran ide-ide baru yang lebih cepat dan leb
gampang Analisa ini kelihatannya valid, meskipun orang saling menuis matai satu sama lain
di desa-desa dan tekanan sosial mengarah kepada konformitas dan konservatisme. Mungkin
kita harus memperhatikan luas desa-desa Bilamana mereka cukup besar mendekati kota,
sebagaimana di Italia Selatan dan Sicilia, suasananya berbeda daripada di dukuh dukuh kecil
di desa

Kota-kota tidak selalu mempunyai asal muasal geografis. Dengan ini kita maksudkan bahwa
lokasinya tidak selalu merupakan akibat dari kondisa natural, akan tetapi dari faktor
manusiawi. Contoh Brasilia dan Washing kasi Brasilia ton, DC, adalah cukup tipikal,
meskipun pertimbangan pertimbangan geografis turut campur tangan di dalam pemilihannya
ditentukan oleh kenyataan bahwa dia terletak di tengah-tengah negara tersebut) Banyak
faktor menjadi dasar fenomena kota. Sebuah kota bisa bertumbuh di sekeliling kuil agama,
pasar, pelabuhan, atau pusat sumber alam. Dia juga bisa menjadi akibat tuntutan militer
(benteng pertahanan) atau kebutuhan politik (ibukota dan unit-unit administratif yang lebih
kecil)

Apa pun asalnya, konsekuensi politik dari fenomena kota adalah yang sangat besar
Demokrasi dilahirkan di kota-kota, kota-kota tua, dan sosialis me berkembang di kota-kota
industri modern. Revolusi-revolusi adalah pada hakikatnya fenomena kota, revolusi petani
jarang, dan bahkan lebih parang lagi sifatnya yang konstruktif Kota-kota bukan saja
mempunyai pengaruh politik langsung terhadap orang dengan kontak-kontak yang banyak
jumlahnya yang dimungkinkan dan oleh kesempatan-kesempatan yang diberikan bagi aksi
politik (hak berkumpul dan hak untuk demonstrasi adalah pada hakikatnya hak-hak kota),
mereka juga melancarkan pengaruhtidak langsung karena peranannya yang lebih besar di
dalam pengembangan peradaban dan di dalam kemajuan material dan intelektual. Bahasa
telah mencerminkan fakta ini dengan memperlakukan sama istilah urbanity kekotaan dan
"sifat berbudaya"

Penggunaan ruang geografis di dalam kota-kota juga adalah suatu fenomena dengan
konsekuensi-konsekuensi politik yang sangat luas. Telah dikatakan bahwa penemuan elevator
meningkatkan perjuangan kelas dengan memberikan aksentuasi pada pemisahan sosial.
Sebelum penemuannya, aristokrasi dan borjuasi menduduki tingkat-tingkat rendah dari suatu
gedung apartemen, yang di atas lantai dasar dan mezzanine Lantai yang pertama ini adalah
noble floor (lantai bangsawan, sedangkan yang kedua kurang "bangsawannya", yang ketiga
semakin kurang, dan seterusnya Susunan ini memungkinkan kontak-kontak sehari-hari antara
kelas-kelas sosial. Namun, dalam menilai kembali lantai-lantai atas, elevator meningkatkan
kecenderungan rakyat biasa untuk membentuk ketetanggaan yang terpisah. Fakta-fakta ini
mungkin dilebih-lebihkan, karena pemisahan ke dalam tetangga-tetangga yang terpisah sudah
terjadi lebih dulu daripada penemuan elevator (di tahun 1848 dan 1871 pembagian Paris
menjadi dua bagian, timur dan barat, sudah menyolok) Undang-undang tertentu tentang
perumahan murah telah memperkuat kecenderungan ini. Di pihak lain, Britania Raya dan
negeri-negeri lain, para perencana kota kini cenderung menciptakan ketetanggaan yang
tercampur, seringkali demi alasan-alasan politik seperti memperlemah dampak dari tuntutan
pekerja. Adalah sebuah kenyataan, di dalam ketetanggaan semacam ini, para pemilih kelas
pekerja kerapkali konservatif daripada ketetanggaan yang terdiri semata mata dari kaum
pekerja.
Kita telah menyebut pentingnya secara politik kontak antara masyarakat dalam saat-saat
tertentu. Kontak ini tergantung sebagian dari faktor-faktor geografisAdalah sulit untuk
membuat perbedaan yang tajam antara jalan besar "Mami dan yang diciptakan oleh manusia.
Dulu para penganut determi geografis cenderung yakin bahwa jalan besar mengikuti pola
tanah a topografi bumi. Sejak itu tercatat bahwa kebanyakan jalan besar ing changep alami,"
adalah lebih akibat sejarah daripada geografi Merca menjadi alami, akan tetapi pada aslinya
tidak. Kalaupun begitu, fakta tetap ada bahwa ada jalan besar alami (sungat, padang, lautan)
dan arah dan jalan besar "antifisial memperhatikan juga kondisi-kondisi alamı

Pengaruhi jalan dan jalan besar terhadap politik tidak dapat disangkal Jalan perdagangan,
jalan kuil-kuil agama, jalan invasi-semuanya mengarah kepada kontak Mereka
mentransportasikan barang perdagangan, senata, penyakit dan ide ide Studi-studi dalam
geografi pemilihan umum menur jukkan peranannya sebagai jalan penetrasi doktrin-doktrin
politik Akan tetapi jalan besar juga memungkinkan kontak antara rakyat denga kekuasaan
politik, antara pemerintah dan yang diperintah Polisi dan militer mempergunakannya untuk
menumpas pemberontakan pulau pulau perlawanan biasanya letaknya jauh dari jalur besar di
dalam wilayah yang sulit dicapai. "Peradaban adalah terutama jalan besar, Ambivalesi ini
senantiasa ada dan membuat determinisme yang ketat tidak berlaku Bilamana lembah sungai-
sungai tertentu, yang dikelilingi oleh padang gurun (Tigris, Euphrates, dan Nil), adalah
tempat-tempat politik yang mempunyai hak istimewa dalam masa purba, yang menghasilkan
negara. negara besar pertama, mungkin itu karena hadirnya dua faktor yang kon tradikaer dan
toh yang membawa kemajuan isolasi dari gurun pasir dan kontak melalui jalan air

Ambivalensi yang sama mungkin menjelaskan kemajuan yang dibawakan oleh lokasi
maritim, karena laut serentak menjadi perlindungan rintangan, dan alat komunikasi-satu-
satunya jalan besar di mana muatan penting dan berat bisa ditransportasikan melewati jarak
yang panjang di masa purba Kerajaan-kerajaan besar, seperti Yunani dan Roma, bertumbuh
di sekeliling laut. Dan apakah kini kita tidak dapat berbicara tentang kerajaan Atlantik? Hal
tersebut kurang dibicarakan masa sekarang, karenateknologi modern telah mengubah masalah
komunikasi dan mengurangi keuntungan-keuntungan situasi maritim Pengaruh laut terhadap
struktur politik dalam negeri tidak terlalu jelas. Manusia bebas, cintalah selalu laut" demikian
rulis seorang pujangga. Akan tetapi, bila bangsa-bangsa maritim senantiasa menjadi bangsa
bebas, kita tidak dapat menggeneralisirnya dan kenyataan ini Tambahan pula, mereka tidak
mau berbicara tentang itu; akan tetapi sikapnya sangat bervariasi Banyak manusia laut,
seperti orang-orang Corsica, Italia, dan orang Provence di Perancis Selatan - sebenarnya
bukan nelayan

Jalan besar adalah hanya salah satu faktor di dalam konsep yang lebih umum yang kita sebut
lokast Marilah kita mengambil sebagai contoh Perancis masa kini dengan 50 juta
penduduknya, kota-kotanya, pabrik pabriknya, universitas, serta kemampuan teknologisnya
dan intelektualnya. Bilamana kita membawanya ke Pasifik, ke wilayah yang kini diduduki
oleh New Zealand, maka arti pentingnya di dunia akan berkurang sebanyak 75 persen (angka
ini semata-mata simbolik). Dari sini, arti pentingnya Perancis secara politik adalah tiga
perempat tergantung dari lokasi geografiknya. Kini, tentu saja, pengandaian adalah absurd.
Bilamana Perancis terletak di New Zealand, dia akan menjadi negara yang sama sekali
berbeda, akan tetapi ini dalam dirinya sendiri menjelaskan pentingnya lokasi. Kita dapat
memberikan banyak contoh yang serupa. Kenetralan Swiss jelas hu bungannya dengan lokasi
Switzerland di Eropa. Kemungkinan pengem bangan komunisme di Kuba adalah penting
hanya karena dekatnya pulau tersebut dengan Amerika Serikat Tambahan pula, lokasi suatu
negara bisa dinilai dari berbagai titik tilik situasi di dalam hubungannya dengan negara
negara lain, kepada jalan-jalan besar arterial, dan kepada bahan mentah dan sumber-sumber
alami, dan seterusnya Dia juga tergantung dari sejarah. Pemindahan pusat-pusat yang penting
secara politis dari Laut Tengah ke Atlantik telah mengubah situasi bagi bangsa-bangsa yang
berbatasan dengan laut.

Untuk waktu yang lama, ada kepercayaan luas bahwa demogra mempengaruhi polink
Masyarakat umum siap sedia menerima ide tekanan kependudukan sebagai schab perang dan
revolusi Dan paham tenea populer selama beberapa ratus tahun sebelum menjadi basis
propaganda Hoder tentang Lebensraum yang vital", dan kini dihidupkan kembali oleh ahli
ahli sosiolog masa kini.

Teori-teori politik terkemuka tidak begitu memperhatikan demog ral Kaum liberal dan
Marais hampir sama sekali tidak menyentuh masalah ini. Orang Kristen, nasionalis, dan
komunis kritis terhadap teori-teo Malthusan dan menentang pengendalian kelahiran. Namun,
pertumbuhan penduduk yang cepat mengakibatkan konsekuensi-konsekuenu polink yang
sungguh-sungguh Jumlah penduduk yang membatasi jumlah suatu komunitas-adalah dalam
dirinya sendiri sebuah fakta politik yang sangat penting

Jumlah Penduduk

Perbedaan antara negara-negara besar dan kecil terkenal bagi penulis penalis purha sebelum
du menjadi kabur selama abad kesembilan belas ich perkembangan teori-teon hukum tentang
kedaulatan nasional dan persamaan hak Voltaire percaya bahwa demokrasi cocok hanya
untuk negara-negara kecil. Rousseau membayangkan konstitusi yang berbeda beda bag
Polandia dan negara kota Geneva karena perbedaannya dalam kuran Kini, pertanyaan tentang
ukuran suatu komunitas kembali ke garis depan diskusi politik, apakah pada tingkat nasional
atau pada tingkatan lain epem "kota-kota besar, "kompleks-kompleks besar, atau kelompok
mpok kecil." Dari titik tilik teoritis, kelihatannya bahwa hakikat feno ena politik berubah
menurut besarnya suatu komunitas, dan bahwa perbedaan dasar memisahkan makro politike
(politik makro) dari mikro politik, (politik mikro)

Besarnya suatu komunitas tergantung terutama pada besar jumlah penduduknya, yang
berarti pada jumlah manusia yang menjadi anggota komunitas likuran teritorial berada dalam
nomor dua dalam skala kepentingan Australia adalah negara dengan ukuran rata-rata dilihat
dari segi penduduknya, meskipun teritorinya sangat luas Hubungan antara besarnya teritori
dan besamya jumlah penduduk merumuskan kepadatan penduduk yang merupakan dasar dan
konsep tekanan penduduk yang akan diteliti kemudian

Perbedaan antara Makropolitik dan Mikropolitik


Perbedaan antara makro dan mikropolitik sangat penting Per. bedaannya dalam jumlah suatu
komunitas mengarah kepada perbedaan di dalam hakikat hubungan sosial dan fenomena
politik yang berkembang di dalamnya

Mikropolitik adalah aktivitas politik di dalam komunitas kecil, makropolitik aktivitas politik
di dalam komunitas yang besar. Akan tetapi bagaimana kita membedakan komunitas besar
dari yang kecil? Jelas, ada banyak komunitas dengan ukuran menengah yang kita ragu-ragu
untuk menyebutnya besar atau kecil. Kita tidak bisa meletakkan suatu titik tepat di mana
suatu komunitas berhenti menjadi kecil dan lantas menjadi besar. Namun, perbedaan umum
menjadi cukup jelas Di dalam komunitas kecil, semua anggota tahu satu sama lain secara
pribadi. Hubungannya dengan demikian terutama interpersonal, dari orang ke orang,
demikian bisa dikatakan "Kelompok kecil" dirumuskan atas peri ini oleh para ahli sosiolo g
Inggris dan Amerika Didalam komunitas besar, pada pihak lain, pengenal an personal dari
semua anggota tidak dan tidak bisa terjadi. Seorang Pe rancis tidak bisa tahu setiap orang
Perancis atau seorang Belgia, dengan orang Belgia lainnya. Massa rakyat yang membentuk
komunitas, bagi setiap anggotanya, adalah abstraksi, citra mitos sampai pada tingkat tertentu,
dan bukannya sesuatu yang hidup dan bisa diraha. Hubungan manusia sebagian besar
dilaksanakan melalui organisasi.Dalam analisa terakhir, manusia berfungsi sebagai dasar in
memberikan antar dua jenis komunitas Komunitas kecil didasarkan pada hubungan masa
yang langsung komunitas besar, pada b yang bisa kita sebut sebagai mediated (dengan
perantaran), Warga metropolis besar hampir tidak pemah mempunyai kesempatan meliha
walikotanya, kecuali bilamana ada tugas kemasyarakatan firic function di mana sang sahkota
muncul, atau selama audiensi pendek di ma protokol dan jarak sosial membuat hubungan
manusia menjadi formal, dan impersonal Warga suatu kota kecil, di pihak lain, hiss e
walikotanya, berbicara kepadanya, mengenalnya secara pribade, das mengembangkan
hubungan manusiawi. Secara normal, warga sa besar akan mempunyai suatu jenis kontak
yang sangat berbeda dengan para penguasa halaikota. Hal yang sama berlaku bagi warga
suatu ha yang besar kepala negara bahkan lebih bersifat mitos dan jauh, hubungannya dengan
mereka yang berkuasa lebih tegas bersifat administratif

Dengan demikian, perbedaan di dalam jumlah suatu komunitas me liputi perbedaan-


perbedaan di dalam hakikat hubungan-hubungan sosiaa Kontak kontak manusiawi yang
langsung dan hubungan yang memakai perantara berbeda secara fundamental, suatu
perbedaan yang khususma dapat diamati pada dataran politik. Dalam komunitas kecil
perjuangan politik mengambil karakter yang pada hakikatnya bersifat personal Memang,
koalisi, klik-klik, dan fraksi-fraksi terbentuk, yang secara kasar menyerupal pengelompokan
politik di dalam komunitas besar. Akan tetapi komunitas kecil tidak mempunyai organisasi
politik yang formal, hanya aliansi aliansi antara individu-individu dan kesamaan-kesamaan
pribadi. Atas peri yang sama, integrasi adalah hanya masalah mengharmonisasikan hubungan
hubungan interpersonal

Namun di dalam komunitas-komunitas besar, perjuangan politik adalah juga kolektif


dan juga individual. Organisasi yang kompleks diaturd dalam gerak. Lembaga-lembaga,
"mesin-mesin politik, "aparat-aparat partai dan berbagai ragam tingkat kepentingan dan
kompleksitas ber konfrontasi satu sama lain. Pergolakan langsung terus secara simultanantara
kelompok-kelompok yang bertanding dan di dalam setiap kelompok Dalam kasus kedua
pergolakan kadang-kadang mengambil bentuk karakter karakter pribadi dan komunitas-
komunitas lebih kecil dengan demikian campur haur antara makropolitik dan mikropolitik
terjadi. Akan tetapi lebih sering, huhungan-hubungan individu di dalam organisasi-organisasi
ini tidak terlalu langsung tidak terlalu personal, lebih anonimdan birokratik Situasi bisa
dibandingkan dengan perbedaan antara toko kerajinan, yang dimiliki dan dijalankan secara
pribadi dan sebuah departement store (toko serba ada) yang besar Hubungan antara manager
kerajinan dalam toko yang kecil dan rekan sekerjanya adalah sesungguhnya mikropolitik
sedangkan hubungan antara pemilik manager dari toko yang besar dan para pekerjanya,
makropolitik Di dalam komunitas-komunitas besar, integrasi lebih meliputi masalah-masalah
organisasi komunitas daripada hubungan antar personal, demikian pun masalah keyakinan
dan sikap publik, yang membuat masyarakat secara keseluruhan menjadi berarti bagi
anggota-anggotanya (bendera, bangsa, dan seterusnya)

Masalah-masalah Makropolitik

Kekuasaan politik di dalam komunitas-komunitas besar menawarkan masalah-masalah


khusus yang menjadi semakin akut di dalam masyarakat modem, justru karena masyarakat
masyarakat ini didasarkan pada kelom pok manusia yang sangat besar. Masalah-masalah
utama mengenai birokratisasi dan desentralisasi

Pemerintah, komunitas-komunitas besar cendening menjadi birok ratis Untuk satu hal,
mereka yang memerintah tidak mampu membuat kontak langsung dengan para warganya
kecuali melalui alat artifisial seper u radio, televisi, dan pers. Tambahan pula, bilamana
komunitas meluas, eselon tengah (intermediate echelons) juga meluas, memperbesar jarak
antara warga biasa dan mereka yang memegang kekuasaan. Pertumbuhan di dalam aparat
administratif mendesak hubungan antara pejabat pemerin dan publik untuk
distandardisasikan. Hal ini tercermin di dalam jumlahyang sangat besar dan keras yang
dipergunakan, formulir, kuesioner, dan seterusnya, yang cenderung untuk memberikan aspek
anonim dan mekanikal kepada perhatian dan permohonan para warga. Di dalam hitar
administratif laporan-laporan pemerintah menjadi sama distandandisy nya di antara badan-
badan departemental Akhamya, kekuasaan kehilang an kontak dengan realitas sosial yang
menjadi dasarnya dan hanya dikenal nya melalui gambaran abstrak, yang terdini terutama
dari generalisas generalisasi yang diterjemahkan ke dalam statistika Perkembangan mesin-
mesin fotokopi otomatik telah meningkatkan kecenderungan kepada abstraksi ini
Demikianlah aspek-aspek utama dari birokrasi. Kita akan kembali kepada masalah ini karena
dia berhubungan dengan kemajuan teknolog

Birokrasi tidak terbatas pada eselon kekuasaan atas. Organisasi organisati politik, yang
berusaha untuk mendapatkan kekuasaan, juga cenderung untuk menjadi komunitas-
komunitas besar di mana hubungan hubungan manusia tidak kurang birokratiknya.
Birokratisasi serikat kerja dan partai politik besar sudah sejak lama dipelajari dan dianalisa
Pergolakan polink cenderung untuk menjadi pertempuran antar robot di mana warga warga
individual merasa seperti orang luar. Sebuah reaksi terhadap kecen derungan ini tak pelak
lagi menjelaskan sebagai percobaan masa kini untuk mempersonalisasikan kekuasaan politik.
Kekaguman dan kepercayaan yang diberikan para warga ke atas kepala negara atau
pemimpin partai memberikan kesan membuat kontak manusiawi, suatu yang mematahkan
rintangan rintangan birokratik Akan tetapi kesan semacam ini bersifat ilusi Tambahan pula,
birokratisasi kekuasaan membuatnya semakin opresif, menambahkan pada bahaya psikologis
kekuasaan dan bahaya teknologi.

Di dalam komunitas-komunitas besar, pertarungan politik yang riil di dalam lingkaran dalam
dilaksanakan oleh mesin-mesin politik yang besar dan organisasi-organisasi politik yang
besar, di mana warga negara rata-rata mengambil bagian hanya secara abstrak dan episodik.
Rasa alienasi (sense of alienation) sebagai akibatnya hanya sebagian saja terusir oleh
personalisasi kekuasaan, karena dia memegang karakter ilusif. Partisipasi asli oleh parawarga
di dalam mencapai keputusan mungkin hanya bilamana komunitas dibagi menjadi kelompok-
kelompok yang lebih kecil, kelompok-kelompok yang diorganisir atas skala manusiawi dan
dengan kekuasaan, otoritas, dan alat untuk membuat keputusan. Inilah yang dimaksudkan
dengan "desentralisasi"

Desentralisasi janganlah dikaburkan dengan pengaturan kekuasaan secara regional Bahkan di


dalam pemerintahan yang sentralis ada kebutuhan bagi kekuasaan untuk memiliki markas-
markas lokalnya Akan tetapi kantor kantor regional ini tidak memasukkan satu pun
kehidupan politik, apakah mereka berada di dalam tangan agen-agen administratif biasa, yang
melaksanakan keputusan yang dibuat ibukota, atau apakah mereka berada dalam tangan
orang-orang yang diberikan kekuasaan mengambil keputusan, yang mereka lakukan atas
nama pemerintah pusat, satu-satunya badan ke mana mereka bertanggung jawab (prefect di
Perancis misalnya) Kehidupan politik lokal hanya hidup bilamana kekuasaan lokal
independen dari kekuasaan pusat, bilamana otoritasnya berasal dari kompetisi politik lokal,
dan bilamana mereka mempunyai kekuasaan untuk membuat keputusannya sendiri. Sebagai
tambahan pada desentralisasi regional, ada juga sejenis desentralisasi yang kita namakan
corporative Di sini kepada setiap komunitas masing-masing diberikan kembali kekuasaan
untuk mengambil keputusan dan hak untuk memilih orang yang akan melaksanakan
kekuasaan ini-seperti asosiasi, serikat-serikat, organisasi bagi pertumbuhan ekonomi,
universitas, dan lain-lain.

Desentralisasi telah menjadi salah satu masalah besar di dalam kehi dupan politik komunitas-
komunitas besar Memang, tanpa itu, kehidupan politik sirna, kompetisi terjadi hanya pada
tingkatan organisasi birokratik besar, integrasi sosial menjadi formal, proses impersonal, dan
individu individu merasa terasing Kemajuan-kemajuan teknologi bergerak ke arah
berlawanan dengan desentralisasi. Terutama, dengan mengurangi jarak, dia mempermudah
pengambilan keputusan pada eselon tertinggi. (Telpon, misalnya, adalah rintangan bagi
otonomi lokal, begitu mudahnya menyuruh menyelesaikan suatu masalah dengan menelepon
ibu kota.) Kedua,teknologi cenderung untuk memperkuat organisasi massa, program program
universal dan rencana rencana di dalam unit yang besar Akan tetapi kita tidak boleh melebih-
lebihkan paradoks ini. Bahkan dari k teknologi, sentralisasi yang berlebih-lebihan merusak-
suatu kenyataan yang menjadi jelas di dalam usaha-usaha Soviet untuk mensentralisasikan
rencana ekonomi bagi seluruh negara Di dalam beberapa tahun terakhir nyata kelihatan
lahirnya kembali desentralisasi di banyak masyarakat besar yang disentralisasikan, seperti
Uni Soviet, Perancis, dan Demokrasi demokrasi Rakyat

Tekanan Demografis

Tekanan demografis bisa didefinisikan sebagai hubungan tertentu antara besarnya jumlah
(size) penduduk dengan jumlah teritorium yang didudukinya - misalnya, kalau suatu
penduduk terlalu besar bagi tentoniumnya. Situasi masa kini dan masa datang dari
kebanyakan negeri terkebelakang merupakan salah satu dari contoh-contoh yang sangat nyata
tentang tekanan demografik dengan segala konsekuensi politiknya

Tekanan Demografis dan Antagonisme Politik

Adalah suatu paham yang setua umur manusia bahwa di dalam negen-negeri yang
berkelebihan kepadatan penduduknya ketegangan ketegangan sosial menjadi dahsat dan
perang atau revolusi sering terjadi Di negeri-negeri yang kurang padat, di pihak lain,
antagonisme agaknya menurun, para penguasa agaknya kurang ditantang, dan damai agaknya
lebih bertahan.

Bahkan Aristoteles dan Plato percaya bahwa pertumbuhan penduduk yang berlebih-lebihan
menggugah kerusuhan-kerusuhan sosial Di dalam ya Montaigne mendapatkan korelasi yang
dekat antara teori demografik tentang perang dan teori tentang revolusi. Dia menganggap
perang sebagai melelehkan darah republik," pencuci tubuh politik (body politic)
danmembebaskannya dari cairan-cairan yang membahayakan sebagaimana aliran darah
(sebuah paham yang konsisten dengan pandangan medis pada saat itu dan konsep "humors").
Pada waktu itu adalah suatu ide yang cukup dikenal, dan kebanyakan penulis Renaissance
menjelaskan konflik kon flik pada saat itu dilihat dari segi tekanan penduduk. "Perang
dibutuhkan agar para pemuda bisa muncul dan penduduk bisa berkurang," demikian tulis
Ulrich von Hutten, seorang teman dan pendukung Luther, di tahun 1538 "Bilamana perang
dan kematian tidak datang menolong kita, kita harus meninggalkan tanah kita dan
mengembara seperti gipsy "Pada abad ke delapanbelas, paham bahwa tekanan penduduk
menghasilkan antagonisme politik secara langsung memberikan inspirasi teori-teori Tho mas
Malthus. Dia takut bahwa pertambahan penduduk di kalangan orang miskin, yang terkutuk
untuk menjadi lebih miskin lagi karena pertambahan ini, akan meningkatkan rasa iri dari
kaum miskin terhadap harta kekayaan orang kaya dan akhirnya mengarah kepada
pembinasaan ketertiban sosial.

Ada kenyataan yang memukau untuk mendukung teori-teori tekanan demografik. Di antara
tahun 1814 dan 1914, penduduk Eropa menjadi dua kali lipat, lantas perang-perang besar
pada pertengahan pertama abad keduapuluh terjadi. Pada akhir abad ke delapanbelas,
Perancis mungkin mengalami kepadatan penduduk secara relatif dibandingkan dengan
sumber alamnya dan teknologi pada masa itu Adalah pada waktu itulah revolusi 1789
meletus, maupun perang perang besar di zaman Napoleon (1792 1815). Di negara-negara
terkebelakang pada masa sekarang, kelebihan penduduk berlangsung dengan gerakan-
gerakan revolusioner yang besar jumlahnya dan dengan sikap-sikap yang seringkali suka
berperang Di tahun 1930, Jerman di Eropa dan Jepang di Asia secara nyata-nyata kelebihan
penduduk. Kebijaksanaan ekspansionisnya, dan perang yang meletus daripadanya,
dirangsang untuk menjamin ruang yang sangat dibutuhkan oleh negeri-negeri ini secara vital.
Sebaliknya, kelihatannya bahwa keku rangan penduduk di Amerika Serikat di abad ke
sembilanbelas, dan ke mungkinan bagi orang-orang yang tidak puas untuk bergerak ke Barat,
melunakkan ketegangan-ketegangan sosial dan secara jelas-jelas mengurangiperjuangan
kelas. Kita dapat memahami pandangan Gaston Bouthour, yang berpandangan bahwa kini
perang-perang memegang fungsi pengatur yang dulunya dilaksanakan oleh wabah besar dan
epidemi mereka berfung si, demographic relaxation (pengendor tekanan demografis) dan
berlaku sebagai safety valve, katup penyelamat Motaigne pada dasarnya meng anut pendapat
yang sama.

Namun, teori-teori tentang tekanan demografi terbuka untuk kritik bilamana dilihat dalam
bentuknya yang simplistik. Negeri-negeri yang paling padat penduduknya bukanlah negeri
yang paling bernafsu perang kalau demikian halnya, maka Belanda menjadi bangsa yang
paling bernafsu perang di Eropa, bilamana kita melihat kepadatan penduduknya. Cina yang
berpenduduk sangat padat adalah bangsa yang damai selama berabad-abad, sedangkan suku
bangsa Indian di Amerika Utara, yang tersebar di atas tanah yang luas, senantiasa terlibat
dalam permusuhan. Banyak faktor lain, di samping kelebihan penduduk, yang meledakkan
revolusi Perancis di tahun 1789 Revolusi Rusia di tahun 1905 dan 1917 terjadi di negara yang
ter kebelakang di mana hampir tidak mungkin dibicarakan tekanan penduduk. Tambahan
pula, konsep tekanan demografis tetap tidak jelas. Dia tidak bisa didefinisikan hanya dalam
hubungan dengan kepadatan penduduk. Alfred Sanvy' memintakan perhatian bahwa kita juga
harus memperhitungkan umur penduduk, yang bertambah bila penduduk bertumbuh, dengan
demikian menyebabkan pengurangan tekanan demografis Ide-ide kolektif dan citra rakyat
juga faktor-faktor yang penting. "Bahaya kuning," suatu citra yang luas tersebar pada akhir
abad lalu dan pada saat-saat terakhir menjadi populer kembali, tidak didasarkan pada
penilaian realistis tentang kekuatan Asia daripada beberapa paham yang tidak jelas tentang
massa yang padat dari orang-orang Timur yang sipit matanya yang akan melanda bangsa-
bangsa Kaukasia di dalam gelombang-gelombang besar. Ada juga mitos-mitos the
steamroller, yang mempunyai efek yang pasti pada moralePerancis di tahun 1914 Cita-citra
yang serupa turut menyebabkan demoralisasi orang-orang Jerman, yang berawal pada tahun
1942

Tuntutan yang pertama adalah menilai sumber-sumber alam sans bangsa dan alat-alat yang
bisa diperoleh untuk mengeksploitasikannya Dalam hal-hal tertentu, teori tekanan
kependudukan adalah teon kemis kunan, dia lebih bersifat ekonomis daripada demografs.
Adalah justru dalam arti inilah bahwa Malthus melihat masalah tersebut ketika dia
merumuskan dalam hukumnya yang terkenal di dalam Principles of Population di tahun 1798
"Penduduk, bilamana tidak terkendalikan, bertumbuh seperti deret ukur." Akibatnya, maka
jurang antara keduanya akan bertumbuh semakin melehar bilamana penduduk bertumbuh
dengan tingkat 2, 4, 8, 16, 32, 64, 128, dan seterusnya, sedangkan alat-alat untuk hidup
bertumbuh pada tingkatan 4, 6, 8, 10, 12, 14, dan seterusnya Ummat manusia dengan
demikian akan tersiksa untuk menderita kelaparan, bilamana tidak ada pembatasan yang
sengaja terhadap tingkar kelahiran dan kelaparan ini akan menghasilkan konflik-konflik yang
sangat serius

Didalam rumus matematik sebagaimana diberikan oleh pengarangnya, hakum Malthus tidak
pernah dibuktikan, dan dia juga tidak mungkin dibuktikan Apakah yang dimaksudkan dengan
pertumbuhan "alami" dari penduduk atau bahan pangan? Namun justru ide bahwa yang
pertama bertambah lebih cepat daripada yang terakhir tinggal tertanam di dalam pikiran
manusia. Pada masa sekarang, percepatan dalam tingkat pertum bulan penduduk telah
menyebabkan teori tersebut berkesempatan untuk habup lebih lama, dan Malthusianisme
mengalami kelahiran kembali yang sungguh-sungguh dalam kalangan para penganalisa
penduduk, terutama di Amerika Serikat. Sejumlah besar ahli demografi terperanjat oleh
kemungkinan-kemungkinan yang hampir tidak terbatas daripada perluasan penduduk sebagai
lawan dari kemungkinan-kemungkinan yang jelas-jelas terbatas dari, perluasan persediaan
pangan. Ada yang percaya bahwa pengolahan yang intensif cenderung mengauskan tanah,
dan alat-alat pe nunjang hidup juga terancam oleh pengurangan yang gradual Yang
palingoptimistik, yaitu mereka yang mengira bahwa eksploitasi rasional dan sumber-sumber
bumi akan cukup memberikan makanan kepada lebali dan 6 milyar manusia, terkejut oleh
kenyataan bahwa angka ini besar kemungkinan akan dilampaui dalam tahun 2000. Islamana
orang mengaka bahwa mungkin untuk memberi makan kepada 10 milyar orang, maka tingkat
ini akan dicapai kurang dan 75 tahun. Sangat jelas bahwa optimise buta dari teori-teon
ekspansionis tidak cukup untuk memecahkan masalal yang sebesar itu

Tekanan Demografis dalam Negara negara Terkebelakang

Untuk masa sekarang, teori tekanan demografis menjelaskan situas di negeri-negeri


terkebelakang, di mana pertumbuhan penduduk ber langsung dalam tingkatan yang luar
biasa, dan sangat melebih-lebihkan antagonisme politik. Pandangan sekilas pada statistik
kependudukan menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk umum bergerak pada tingkatan
yang berbeda-beda dalam negara-negara yang berbeda-beda Kita dapat membedakan dua
tingkat pertumbuhan umum-tingkat pertum buhan yang relatif rendah di negeri-negeri
industri dan tingkat yang sangar cepat di negeri-negeri terkebelakang, yang menempatkan
negeri-negeri ini dalam situasi kritis

Suatu pengamatan yang tidak memihak menunjukkan bahwa dua jenis ekuilibrium demografi
cenderung bertumbuh secara alami dari per mainan faktor-faktor fisiologis dan psikologis,
keseimbangan penduduk di dalam masyarakat-masyarakat primitif, dan yang lain di dalam
masyarakat masyarakat dengan tingkat industri tinggi

Ekuilibrium di dalam masyarakat-masyarakat primitif adalah semacam yang terjadi di


kalangan banyak species binatang yang berasal dari kombinasi antara tingkat kelahiran dan
tingkat kematian, yang kedua-duanya sangat tinggi. Kita bisa menamakannya the sturgeon
equilibrium Dari puluhan bu telur yang ditelurkan ikan sturgeon, bilamana semuanya akan
menjadidewasa, dan bilamana semua telur dari generasi yang baru akan berbuat sama, maka
setiap species yang lain dari binatang akan diganti oleh ikan sturgeon, bumi akan menjadi
cagar raksasa-dari ikan sturgeon. Tetapi, tentu saja, ratusan ribu telur tidak pernah mencapai
dewasa, dan beribu-ribu anak sturgeon terkutuk untuk mati muda. Dari sini, ada
keseimbangan, demografi relatif yang diciptakan di dalam dunia sturgeon Keseimbangan
penduduk yang berlangsung di dalam masyarakat primitif sama dalam hakikatnya Nafsu
reproduksi yang sangat kuat, digabungkan dengan sama sekali tidak ada pembatasan
kelahiran, menghasilkan tingkat kelahiran yang sangat tinggi. Akan tetapi kekurangan
higienik, kesulitan dalam menyiapkan pangan, penyakit, dan umur yang cepat menua
mengakibatkan tingkat kematian yang sama tingginya

Di dalam masyarakat yang sangat maju, situasinya berbeda di dalam dua hal. Tingkat
kematian menurun tajam, karena higina yang lebih baik, keseimbangan diet yang lebih
berlimpah dan lebih baik, obatan yang lebih baik. Akan tetapi pada saat yang sama, tingkat
kelahiran juga cenderung untuk turun sebagai akibat, pertama-tama, dan faktor biologis yang
belum sepenuhnya dipahami akan tetapi yang efeknya jelas-jelas nyata. Bertentang an dengan
anggapan anggapan umum, kekurangan gizi dan kelemahan fisikal diiringi oleh kesuburan
alami yang besar. Namun yang disebut ter akhir kelihatannya akan menurun, bilamana lebih
banyak makanan bisa diperoleh dan vitalitas umum semakin kuat Tambahan pula, komfor pri
badi yang meningkat pendidikan, dan pengembangan kepribadian men dorong kontrol
sukarela terhadap tingkat kelahiran Singkatnya, kese imbangan demografis tertentu
cenderung terjadi pada saat terjadinya tingkat kelahiran yang rendah dan tingkat kematian
yang rendah

Situasi dalam negara-negara terkebelakang kelihatannya berasal dari kenyataan bahwa


keseimbangan penduduk primitif telah terganggu, se dangkan keseimbangan di negara negara
industri belum tercapai. Penge nalan hukum-hukum dasar pengobatan dan higina, dan
terutama pengenalan cara-cara yang mudah dan murah untuk melawan penyakit
menular(pengenain DDTangbesar-besaran dan teratur misalnya), menyebabkan pengurangan
yang tajam dalam tingkat kematian, terutama kematian ba yang adalah faktor satu-satunya
yang sangat penting di dalam penumbuhan penduduk Memperpanjang hidup orang-orang tua,
setelah mereka kehilangan kemampuan untuk reproduksi, tidaklah penting dalam hubungan
ini Akan tetapi tingkat kelahiran cenderung berada pada tingka yang sama selama jangka
waktu yang panjang pertama karena cara hidup orang dan kebiasaan pangan yang sedikit saja
berubah, dan tingkat kesubur an alaminya tidak tersentuh, ka karena kebiasaan-kebiasaan
sosial dan pola pendidikan umum berkembang sangat lambat, dan mereka sudah lama
menentang praktek pembatasan kelahiran yang biasa dipakai sekarang Sebagai akibatnya,
penduduk suatu negen di ambang pengembangan industri cenderung untuk meningkat pada
tingkatan yang amat cepat, lebih cepat dan langkah-langkah normalnya.

Akibar akibat dan ketidakseimbangan demografis ini bahkan lebih sungguh-sungguh, karena
dia terjadi pada satu saat ketika kebutuhan pertumbuhan penduduk yang cepat membuatnya
sangat sulit untuk me nyiapkan persediaan pangan pada tingkatan yang biasa. Karena pekerja
harus dipindahkan darimemproduksikan benda-benda konsumen sekarang dan dipekerjakan
di pabrik-pabrik konstruksi, jalan-jalan besar, dam-dam dan seterusnya, dengan kata lain,
pada benda-benda yang dibutuhkan untuk membangun dasar suatu negara modem. Selama
tahap antara ini persediaan pangan cenderung meningkat, sedangkan penduduk cenderung
meningkat pada tingkatan yang cepat. Negeri-negeri terkebelakang dengan demikian
mendapatkan dirinya di dalam situasi yang eksplosif, suatu yang bahkan lebih jelek dari
gambaran yang diambil oleh kebanyakan penganut penganut Malthus yang ortodoks
Antagonisme politik yang dahsat ber kembang karena tekanan demografik Ancaman revolusi,
perang, dan kedikatoran meningkat bilamana tidak ada tindakan tegas diambil untuk
mempropagandakan pemakaian-pemakaian kontraseptifPertumbuhan yang Tidak Seimbang
di Kalangan Kelas-kelas yang Lebih Miskin

Apakah kerusakan keseimbangan demografi alami, yang merupakan cin-an negara-negara


terkebelakang, juga bisa dikenakan kepada kelas kelas termiskin di dalam masyarakat
industr? Ahli-ahli sosiologi tertentu berpikir demikian dan atas dasar premisa ini telah
membangun stanu teori yang terkenal sebagai differential fecundity yang pada giliranya, telah
melahirkan doktrin engenics Kethua-dua teon terbuka untuk dikritik

Sepanjang sejarah, para pengamat dikejutkan oleh fakta bahwa ting kat kelahiran lebih
rendah di kelas kelas yang kaya daripada di kalangan orang miskin, dan orang-orang tertentu
menarik kesimpulan-kesimpulan politik dan kenyataan ini Undang-undang Caesar Augustus,
yang diren canakan untuk meningkatkan tingkat kelahiran, hanya dikenakan pada kaum
hangsawan Roma. Para kasar berharap untuk mempertahankan kekuasaan aristokrasi dan
mencegah agar tidak direbut oleh pertumbuhan penduduk yang lebih cepat dari orang-orang
biasa. Dari pihaknya, Malthus mengkhotbahkan pembatasan kelahiran hanya kepada kelas-
kelas miskin, karena takut bahwa peningkatannya yang cepat akan menciptakan situasi
eloplosif yang bisa membahayakan harta kekayaan orang-orang kaya

Para pengamat masa kini telah menarik kesimpulan-kesimpulan yang bahkan lebih pesimistis
dan apa yang mereka namakan differential fe cundity yakubahwa tingkat pertumbuhan
penduduk lebih cepat di kalangan orang-orang miskin. Dengan pertimbangan bahwa orang-
orang miskin palling ting tingkat buta hurufinya dan pada umumnya kurang maju secara
intelektual, teori-teori ini menyimpulkan bahwa orang-orang yang paling inteligen semakin
merosot dalam jumlah dan akan tenggelam oleh massa medioker Melalui proses demograf
yang alami, mereka melihar manusia cenderung untuk mundur, bergerak arah tingkat dan
universal yang lebih besar.

Beberapa ahli menggunakan teon yang kelihatannya ilmiah ini untuk bela secara sistematis
kebijaksanaan-kebijaksanaan peningkatan tingkat kelahiran di kalangan kelas atas dan
mendorong penurunan pada kelas kelas bawah. Hal ini terkenal sebagai eugenics. Undang-
undang kekanaran Agustus adalah semacam bentuk eugenics jauh sebelum istilah itu dite
mukan. Para penganjur eugenik mempertahankan langkah-langkah yang setimpal seperti
menghapus dana-dana keluarga bagi unsur-unsur yang paling terkebelakang dari masyarakat
dan memberikan dorongan sistemati untuk meningkatkan tingkat kelahiran di kalangan kelas-
kelas atas. Para penganut eugenik yang lebih doktriner melangkah lebih jauh, beberapa
daripadanya menuntut sterilisasi individu-individu yang dijangkiti penya kit turunan atay
gangguan mental Mereka bahkan menciptakan buman stud farms yang aktual yang
direncanakan untuk menghasilkan individu individu dengan kualitas superior. Di sini kita
jumpai, dengan jalan yang berbelit-belit, teori-teori rasis. Sterilisasi dan beternak manusia
dipraktekkan di Jerman pada masa Hitler.

Semua teori ini sangat terbuka untuk diperdebatkan. Pertama-tama dan segi kelas-kelas
sosial, perbedaan-perbedaan dalam kesuburan manu sia, atau lebih baik tingkat kelahiran,
tidaklah sebesar sebagaimana dike mukakan. Ada kecenderungan alami baginya untuk
menurunkannya. Di dalam kebanyakan masyarakat industri, tingkat kelahiran telah
meningkat selama beberapa tahun di kalangan kelas menengah, sedangkan menurun di
kalangan kelas pekerja Kasus Amerika Serikat adalah tipikal Di Perancis, alokasi pemerintah
bagi keluarga telah memperlambat gerakan tersebut, akan tetapi menjadi samanyata
kelihatan. Disamping itu di dalam masyarakat indst status orang kaya dibandingkan dengan
mereka yang miskin ti daklah dapat dipertandingkan dengan situasi yang ada di dalam dua
masyarakat yang berbeda, yang satunya maju dan yang satunya terkebe lakang Para pekerja
industri dan para pekerja petani sama baiknya mendapatkan informasi sebagai kelas
menengah tentang kemungkinan dan penggunaan kontraseptif Tambahan pula, tingkat
kematian sejak lama tetap paah letih tinggi di kalangan kelas-kelas miskin, terutama kematian
buy, yang menurunkan efek dari tingkat kelahiran yang agak tinggi (tingkatkematian bayi di
dalam sektor-sektor penduduk tertentu di Paris adalah dua kali arrondissement yang kaya di
abad ke enambelas)

Di atas segala-galanya, tidak ada yang lebih palsu daripada keyakinan pada superioritas
intelektual dan yang disebut kelas atas Para penganut Eugenics membuat kesalahan yang
sama sebagaimana penganut teori-teori rasial Mereka mengatakan mendasarkan teorinya
pada sejumlah studi-studi yang dilakukan di berbagai negeri tentang bakat anak-anak
berumur sekolah. Studi-studi ini, yang didasarkan pada sejumlah tes, memang telah menun
jukkan bahwa, secara rata-rata, tingkat intelektual lebih besar di kalangan anak-anak kelas
menengah daripada di kalangan kelas pekerja dan anak petani dalam kurun umur yang sama.
Akan tetapi tes-tes itu tidak mem buktikan bahwa bakat alami dari kelompok-kelompok
tersebut berbeda beda. Bahkan dengan mengabaikan faktor-faktor fisikal (makanan yang
lebih baik, diet, dan seterusnya), yang begitu pentingnya bagi pengembangan intelektual
seorang anak, perbedaan-perbedaan yang nyata di dalam lingkungan sosial dan pendidikan
cukup untuk menjelaskan performans yang berbeda dalam tes-tes tertentu.

Pertumbuhan intelektual oleh "osmosis", cara belajar yang diserap seorang anak dengan
pembicaraan-pembicaraan dengan orang tuanya dan dan lingkungan sosial yang umum,
adalah lebih penting. Tentu saja, anak anak pekerja dan petani mendapat rintangan dalam hal
ini, bilamana di bandingkan dengan anak anak kelas menengah, dan rintangan ini adalah
cukup untuk menjelaskan hasil-hasil yang berbeda dalam tes-tes tersebut Satu faktor terutama
memperbesar penafsiran ini disparitas di dalam per formans dalam testing, dalam hubungan
dengan kelas-kelas sosial, menurun bilamana anak-anak tumbuh semakin tua dan semuanya
disebabkan oleh pengaruh pengalaman pendidikan yang biasa. Perbedaan-perbedaan awal,
sebagai akibat dan bantuan orang tua di dalam mempersiapkan pekerjaan rumah dan
penjelasan yang diberikan di luar ruangan kelas, dan dari efek-efek permanen pendidikan
oleh "osmosis" lingkungan, bisa men jelaskan tetap berlangsungnya disparitas relatif.

Komposisi Penduduk

Kompost peochadak dalam segt umur, seks, ungkat suoio-kultural keknek ons dan disanhust
geografis memainkan peranan dalam ke hochgran pollak suan komunitas Meskipun tidaklah
sepenting peranan tekanan pencucak, da sama sekali tidak dapat diabaikan

Dut dan Subs

Peranan seks dalam mempengaruhi tingkah laku politik lebih jela darquada umur, meskipun
tidak terlalu penting secara khusus. Wanita pata oumaya lebih konservanf daripada laki laki,
dan orang muda seringkal tak tertalu konservatif dibandingkan dengan orang yang lebih tux

Di dalam negen negeri yang sangat maju, di mana umur panjang dan tingkat kelahiran
rendah, orang orang tua banyak dibandingkan dengan generasi matanya, akan tetapi di dalam
negeri-negeri yang terkebelakang udak tentapathalini Sekarang pada umumnya disetujui
bahwa orang-orang yang lebih tua lebih terikat kepada ketertil sosial yang ada, dari sini lebih
konservant, sedangkan orang muda lebih radikal Namun, selera kaum muda bagi keharuan
mudah berbalik menjadi kesukaan kepada inovasi inovasi yang kedengarannya bagus, yang
hakikatnya yang menggempar kan, provokatif, dan yang dari luar keras dan hampir sesuai
dengan mani festasi krisis identitas kaum muda dalam pencariannya terhadap originalitas Di
kalangan kelas menengah, krisis ini seringkali menyebabkan konflik antara kebutuhan bagi
perubahan yang dibangkitkannya, dan keterikatan yang dalam dan instinktif pada status sosial
yang berprivilese Keingirun untuk berpegang kepada yang kedua bisa membawa kepada
fasisme de ngan ororitarianisme dan rasa sayang muluk-muluk (pompous affecations/ style
muscadin) Namun tetap boleh jadi bahwa bangsa-bangsa yang lebih muda lebih cenderung
kepada revolusi dan pergolakan sosial daripada bangsa bangsa rua, yang merasakannya
sangat tidak enak

Berbagai studi menunjukan bahwaorang-orang mudah tidak banyak Memilih partai-partai


konservatifdan moderat dibandingkandengan partai-partai yang memperjuangkan
perubahan, baik di kiri maupun di ekstrimkanan (dalam analisa terakhir, lebih di kiri
daripada dalam ekstrim kanan, kecuali dalam keadaan-keadaan khusus). Umur rata-rata
penduduk ter- cermin di dalam pemimpin-pemimpin politik. Pemimpin-pemimpin muda
negara-negara terkebelakang masa kini, sama dengan para pemimpin muda di Perancis
tahun 1789, mencerminkan umur rata-rata penduduk. Pengamatan demografik ini sebagai
menjelaskan mengapa bangsa-bangsa industri, dengan penduduk yang pada umumnya lebih
tua, menjadi lebihkonservatif,sedangkan negara-negara terbelakang,dengan penduduk yang
lebih muda, lebih revolusioner. Dengan demikian komposisi umur dari penduduk
memperkuat tekanan demografis, selanjutnya meningkatkan antagonisme politik. Di pihak
lain, di kalangan penduduk muda dalam negara-negara terkebelakang, prosentase orang-
orang tua yang perlu dirawat secara relatif tidak penting. Namun, di dalam masyarakat
industri, orang-orang tua adalah faktor yang penting dan bisa diperkirakan bahwa
proporsinya akan naik menjadi 25 persen (di Perancis dan Inggris sudah mencapai 16 persen
dan di Italia 12 persen, di Spanyol 10 persen) - sebuah tanggung jawab yang berat bagi
penduduk yang masih aktif. Seorang bisa berbicara tentang suatu konflik langsung antara
generasi. Dalam setiap hal, semakin besar proporsi orang-orang tua di dalam suatu
masyarakat, semakin kurang dinamik suatu masyarakat, dan semakin dia cenderung kepada
immobilitas sosial. Meskipun pengertian-pengertian ini kadang-kadang tidak jelas, namun
mereka sesuai dengan kenyataan-kenyataan tertentu. Kembali ber-sandar kepada nilai-nilai
yang mapan, memperhatikan keamanan di atas segala-galanya,pandangan mental tentang
“masa pensiun”-sikap-sikap ini mencerminkan cara hidup tertentu,yaitu suatu cara hidup
yang cenderung untuk berkuasa bilamana tingkat umur suatu penduduk naik. Dan, secara
alami, hal ini dicerminkan pada kehidupan politik suatu bangsa. Perbedaan-perbedaan
yangdidasarkan pada distribusiseksual mungkin mempunyai pengaruh politik tertentu.
Sebagaimana telah kita catat diatas.

Sosiologi Politik

Dialebih nyata daripada pengaruh perbedaan umur, Namun,dalan inyaanjang,bisa saja


terbukti bahwa dia menjadi kurang penting lega tentang pemerkosaan wanita-wanita Sabine
menoJong mengekakaningaintentang"perang terhadap wanita,"”yang kelihatannya cukup
biasa paetingkat peradaban tertentu. Namun, sama sekali tidak pasti bahwa ke.kurangan
penduduk adalah sebab satu-satunya; selera terhadap suaukebaruan mungkin saja telah
masuk ke dalamnya. Folklore dari papemukim pionir Amerika,dan dari para koloni dalam
berbagai negeri,jugtelah mempopulerkan citra tentang konflik internal yang didorong
olehkekurangan wanita.Antagonisme semacam ini,yang lahir dari frustrasi,takdapat
disangkal adalah nyata,akan tetapi kita tidak boleh melebih-lebihkanjangkauannya.Yang
lebih penting adalah efek-efek mantap yang diberikan olehkekurangan wanita terhadap
perkembangan lembaga-lembaga sosial tertentu dan jenis-jenis perilaku sosial. Kekurangan
wanita- wanita putih dan sikap kaum kolonis Eropa terhadap wanita-wanita kulit berwarna
memainkan peranan tertentu dalam membentuk sentimen-sentimen rasial(atau sentimen
non-rasial, kadang-kadang begitu halnya). Ahli sosiologi Brazil telah mengadakan
pengamatan yang mendalam meskipun agak dilebih-lebihkan, tentang masalah ini. Selama
masa pionir Amerika Serikat, kekurangan wanita menyebabkan mereka sangat dihormati.
Setelah itu, sejenis moral matriarcby berkembang, yang kurang ditumbuhkan dalam undang-
undang negeri tersebut, dia masih tetap melancarkan pengaruh yang besar dalam masyarakat
Amerika.Kebanyakan kekayaan Amerika berada dalam tangan wanita, yang memberikan
pengaruh yang pasti terhadap pers,radio,televisi,dan seterusnya. Tambahan pula, ada
peranan luar biasa yangdimainkan oleh kelompok-kelompok wanitadi dalam kehidupan
politik dan sosial Amerika Serikat. Jumlah yang lebih besar dari kaum wanita dalam
penduduk keli-hatannya mempertinggi konservatisme,sekurang-kurangnya di dalam
masyarakat Barat modern di mana suara para pemilih wanita pada umumnya lebih
berorientasi ke kanan daripada suara para lelaki. Di dalam pemilihan.

Struktur Politik Presiden Perancis tahun 1965, mayoritas wanita kelihatannya memilih
deGaulle, sedangkan mayoritas lelaki memilih Francois Mitterand.'Para analis tertentu yakin
bahwa perbedaan ini lebih karena masalah umur daripada seks. Karena pada umumnya
wanita hidup lebih lama daripada lelaki dan lebih banyak jumlah wanita tua daripada lelaki
tua, maka proporsi yang lebih besar dari wanita tua mendorong seluruh suara wanita ke
pihakkonservatif. Karena dalam kedua jenis kelamin,suara lebih konservatif berada di
kalangan kaum pemilih yanglebih tua. Faktabahwa sangatbanyak wanita adalah janda,
melihat masalalu, menggarisbawahilagi kecenderungan umum yang konservatif ini.Ini
adalah teori yang menarik. Namun,berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa suara
wanita juga lebih konservatifdi kalangan wanita muda, terutama di lingkungan kelas pekerja.
Beberapa orang melihat di dalam hal ini pengaruh tbe tug on tbe beart strings dan mentalitas
yang diperoleh wanita muda, dari kelas pekerja dari bahan bacaan mereka, televisi, dan film.
Menurut sumber ini, jalan terbaik bagi wanita untuk keluar dari keadaannya sekarang dan
naik ke tangga sosial adalah untuk mendapatkan PrinceCbarmingdanmenikahiorangkaya-
sebuahprospek yang mendorongnya untuk menganut sistem nilai dari kaum borjuis
danmenghilangkan semangat revolusioner.Kita tidak boleh melebih-lebihkan validitas
penjelasan ini, akan tetapi dia mengandung unsur kebenaran. Di negara-negara
terkebelakang, pengaruh politik wanita kadang-kadang muncul persis sebaliknya - melawan
tata tertib yang mapan dan mengingini perubahan dan meningkatkan ketegangan-ketegangan
politik. Posisi sosial wanita pada umumnya lebih buruk daripada kaum lelaki, terutama di
negeri-negeri Islam,di Asia,dan Amerika Latin.Sebagai kelompok sosial yang paling
tertindas, karena itu adalah alami, bagi wanita untuk Seorang anggota dari sebuah kelompok
kecil tengah kiri yang dekat dengan kaum radikal. Mitterand menjadi calon presiden 1965
dan didukung oleh golongan sosialis,Radikal,Komunis dan Partai Persatuan
Sosialis.Sosiologi Politik meniadiunsur yangpalingrevolusioner di dalam penduduk.
Namun,tena emansipasiwanitajuga bisa menutup-nutupikegagalan untuk mencipakannilai-
nilaidasar apa pun didalam struktur sosial.Ini adalah kasus diAfika Utara di kalangan
partisan 'Algerie francaise, dengan kampanyenya melawan pemakaian cadar,dan di Vietnam
Selatan di dalam pengumuman dan pidato resmi tentang Mme. Nhu yang dipublisir secara
terbuka.

Komposisi Penduduk Kualitatif

Ide menganalisa penduduk menurut umur dan seks adalah amat jelassekali.Konsep tentang
komposisi kualitatif penduduk tidak terlalu jelas;banyak faktor terlibat. Kita akan membatasi
diri di sini dalam memeriksa konsekuensi politik dari tingkat-tingkat tekno-kultural yang
berbeda-beda, pada satu pihak, dan pada pihak lain pada penduduk yang
bercampurbaursecara etnis. Terkecuali sejumlah yang sangat kecil dari negara-negara
terkebe. lakang,dalam setiapkelompokbangsayang sangattinggi perkembangannya dari segi
intelektual dan teknologi, kita dapati kelompok-kelompok lain yang kurang maju, dan ada
beberapa yang sama sekali tidak maju. Akan tetapi distribusi relatif dari kategori-kategori ini
sangat berbeda besar dari negeri yang satu dengan negeri yang lain. Variasi ini secara politik
sangat penting. Didalam negeri-negeriyangterkebelakang,elite politico-administratif,yang
mampu menjadi staf pada eselon puncak di pemerintah, sangatlah kecil. Mereka yang
mampu menjadistaf padaeselon menengah juga jarang, demikian pula pekerja-pekerja teknis
yang dilatih untuk menjalankan mesin dengan ketepatan dan keteraturan yang dibutuhkan
Tambahan pula fenomena politik tertentu diamati pada berbagai tingkat asimilasi. Menyusul
naturalisasinya orang-orang Amerika yang baru kerapkali menunjukkan nasionalismenya yang
agresif, yang mencerminkan keinginannya untuk menjadi Amerika dan, pada saat yang sama,
keraguannya yang sungguh tentang hakikatnya yang benar. Nasionalisme kerapkali sangat kuat
di kalangan anak-anak, yang menolak bahasa asalnya dan membenci aksen orang tuanya dan
setiap jejak perilaku asing. Akhirnya keagresifan ini menyurut. Dalam kasus-kasus lain, situasi
multicommunity bertahan. Setiap kelompok menolak asimilasi dan melanjutkan keasliannya.
Berbilang contoh menunjukkan bahwa hal ini tidak menjadi rintangan bagi pembentukan bangsa-
bangsa yang sangat bersatu dan sangat berintegrasi di mana perasaan patriotik kuat. tetapi
struktur-struktur politik harus memperhitungkan situasi multicammunity. Federalisme adalah
pemecahan yang paling biasa dalam keadaan ini, kasus Swiss membuktikan bahwa dia dapat
berhasil sangat baik. Kadang-kadang kondisi khusus memaksa pemerintah untuk mengambil
pemecahan-pemecahan yang lebih lunak, terutama bilamana komunitas-komunitas yang berbagai
ragam tidak pasti bermukim dalam bagian-bagian khusus dari wilayah tersebut. Lebanon adalah
negara yang menarik untuk dipelajari dalam hubungan ini. Biasanya lebih sulit untuk
mendapatkan pemecahan politik bilamana ada perbedaan yang agak besar di dalam ukuran
komunitas, bilamana salah satunya jelas-jelas menjadi minoritas. Ketakutannya untuk dilalap
oleh ko munitas yang menjadi mayoritas membuatnya menekankan individuali tasnya;
sebagaimana selalu keagresifan dan intoleransi adalah akibat dari suatu kelemahan yang besar.
Bilamana batas-batas minoritas dalam suatu negara yang besar dengan peradaban yang sama,
bahasa yang sama, dan cara hidup yang sama, masalahnya menjadi semakin kompleks. Ada
risiko yang besar bahwa komunitas minoritas tersebut akan berbalik kepada tetangganya yang
besar untuk membela dirinya melawan negaranya sen diri, dan kadang-kadang mencoba untuk
memecahkannya. Contoh yang

tipikal adalah minoritas aksi Sudeten Jerman di Cekoslowakia di tahun 1938-1939. Meskipun
perjanjian-perjanjian di tahun 1919 telah memper timbangkan sistem-sistem internasional bagi
perlindungan kaum minoritas, hasilnya tidaklah terlalu mengesankan. Dan demikian, di tahun
1945, adalah pemindahan penduduk besar-besaran, kadang-kadang dramatik sifatnya untuk
menghapuskan kasus-kasus yang sangat serius dalam ketidaksesuaian politik (political
incompatibility).

Distribusi Geografis

Kepadatan rata-rata penduduk tidak berarti apa-apa dalam dirinya. Mesir adalah gurun yang
luar biasa besarnya. Penduduknya luar biasa berpusat di dalam segitiga delta dan sepanjang garis
tipis di lembah sungai Nil. Ketidakseimbangan distribusi penduduk di dalam suatu negara
mengarah kepada antagonisme politik. Mereka kadang-kadang meng hasilkan ketidaksamaan di
dalam pembagian perwakilan politik, yang kadang-kadang mempunyai pengaruh yang besar
dalam melaksanakan kekuasaan.
Konsekuensi politis dari distribusi penduduk yang tidak merata berbeda-beda tergantung dari
negaranya. Pada umumnya ketidakmerata an yang sudah tercipta lama, tradisional tidak terlalu
banyak menghasilkan gema-gema selain melebih-lebihkan ketidakseimbangan yang ada. Keku
rangan atau kelebihan penduduk dari suatu wilayah sebagai akibat migrasi internal adalah lebih
penting daripada koeksistensi tradisional dari wilayah-wilayah yang sangat padat penduduknya
dan yang jarang pendu duknya. Tentu saja penduduk yang jarang menampilkan masalah-masalah
yang lebih besar untuk pemeliharaan jalan raya, transportasi, dan pelayanan umum, dan
kekurangan modal untuk investasi. Pengurangan penduduk yang cepat menambah perasaan
frustrasi yang menyebabkan keresahan politik. Hal ini jarang diterjemahkan ke dalam semangat
revolusioner, persis seperti rasa pemberontakan yang tertekan. Penduduk terlalu jarang untuk
mengambil risiko manifestasi kekerasan dan peran Sosiologi Politik Ketegangan-ketegangan
lebih eksplosif di dalam wilayah-wilayah yang padat penduduknya. Di Eropa Barat di abad
sembilan belas, migrasi-migrasi yang besar ke kota-kota menghasilkan pemusatan besar-besaran
kaum mis kin dan malang, Karena perumahan buruk, dan pangan buruk, dan terpaksa
menanggung kondisi-kondisi kerja yang mengerikan, mereka memainkan peranan kunci di
dalam gerakan-gerakan revolusioner; revolusi-revolusi 1789, 1848, dan 1871 bermula di
wilayah-wilayah kota dan akhirnya dipa damkan oleh penduduk desa. Pembentukan gubuk-
gubuk reot di sekitar pusat-pusat kota di negara-negara terkebelakang masa-masa sekarang
menghasilkan situasi yang serupa. Kepadatan penduduk adalah hanya satu faktor di dalam situasi
yang kompleks termasuk standar hidup rendah, upah rendah, eksploitasi oleh para majikan,
kondisi politik lokal, dan pengembangan ideologi. Hampir dalam setiap negara, distribusi
penduduk yang tidak merata menghasilkan ketidakmerataan di dalam perwakilan politik.
Wilayah-wilayah yang kurang padat penduduknya mempunyai proporsi perwakilan yang lebih
besar daripada yang harus dipunyainya dalam hubungan dengan penduduk secara keseluruhan;
mereka mendapat perwakilan secara berlebihan. Wilayah-wilayah berpenduduk padat, di pihak
lain, mempunyai proporsi perwakilan yang lebih kecil daripada yang harus dimilikinya; mereka
tidak mendapatkan perwakilan secukupnya. Secara teknis, ketidakmerataan dalam perwakilan ini
bisa sangat dikurangi. Bahkan bilamana kita menganut prinsip bahwa harus ada satu wakil per
sejumlah x penduduk, kita tidak dapat mengelompokkan kembali bagian wilayah tertentu yang
terlalu jarang penyebaran penduduknya untuk memperoleh angka minimum penduduk. Kita
hanya harus menerima kenyataan bahwa wilayah wilayah tertentu yang jarang dihuni harus
mempunyai perwakilan yang didasarkan pada jumlah penduduk yang lebih sedikit. Hal ini
menjadi sesuatu yang tidak penting, akan tetapi yang benar adalah ketidakadilan dalam
perwakilan pada umumnya sangat besar, untuk alasan-alasan yang mendapatkan motivasinya
dalam alasan-alasan politik. Ketegangan-ketegangan lebih eksplosif di dalam wilayah-wilayah
yang padat penduduknya. Di Eropa Barat di abad sembilan belas, migrasi-migrasi yang besar ke
kota-kota menghasilkan pemusatan kaum mis kin dan malang. Karena perumahan buruk, dan
pangan buruk, dan terpaksa menanggung kondisi-kondisi kerja yang mengerikan, mereka
memainkan peranan kunci di dalam gerakan-gerakan revolusioner; revolusi-revolusi 1789, 1848,
dan 1871 bermula di wilayah-wilayah kota dan akhirnya dipa damkan oleh penduduk desa.
Pembentukan gubuk-gubuk reot di sekitar pusat-pusat kota di negara-negara terkebelakang masa-
masa sekarang menghasilkan situasi yang serupa. Kepadatan penduduk adalah hanya satu faktor
di dalam situasi yang kompleks termasuk standar hidup rendah, upah rendah, eksploitasi oleh
para majikan, kondisi politik lokal, dan pengembangan ideologi.

Hampir dalam setiap negara, distribusi penduduk yang tidak merata menghasilkan
ketidakmerataan di dalam perwakilan politik. Wilayah-wilayah yang kurang padat penduduknya
mempunyai proporsi perwakilan yang lebih besar daripada yang harus dipunyainya dalam
hubungan dengan penduduk secara keseluruhan; mereka mendapat perwakilan secara berlebihan.
Wilayah-wilayah berpenduduk padat, di pihak lain, mempunyai proporsi perwakilan yang lebih
kecil daripada yang harus dimilikinya; mereka tidak mendapatkan perwakilan secukupnya.
Secara teknis, ketidakmerataan dalam perwakilan ini bisa sangat dikurangi. Bahkan bilamana
kita menganut prinsip bahwa harus ada satu wakil per sejumlah x penduduk, kita tidak dapat
mengelompokkan kembali bagian tertentu yang terlalu jarang penyebaran penduduknya untuk
memperoleh angka minimum penduduk. Kita hanya harus menerima kenyataan bahwa wilayah-
wilayah tertentu yang jarang dihuni harus mempunyai perwakilan yang didasarkan pada jumlah
penduduk yang lebih sedikit. Hal ini menjadi sesuatu yang tidak penting, akan tetapi yang benar
adalah ketidakadilan dalam perwakilan pada umumnya sangat besar, untuk alasan-alasan yang
mendapatkan motivasinya dalam alasan-alasan politik. Ketegangan-ketegangan lebih eksplosif di
dalam wilayah-wilayah yang padat penduduknya. Di Eropa Barat di abad sembilan belas,
migrasi-migrasi yang besar ke kota-kota menghasilkan pemusatan besar-besaran kaum mis kin
dan malang. Karena perumahan buruk, dan pangan buruk, dan terpaksa menanggung kondisi-
kondisi kerja yang mengerikan, mereka memainkan peranan kunci di dalam gerakan-gerakan
revolusioner; revolusi-revolusi 1789, 1848, dan 1871 bermula di wilayah-wilayah kota dan
akhirnya dipa damkan oleh penduduk desa. Pembentukan gubuk-gubuk reot di sekitar pusat-
pusat kota di negara-negara terkebelakang masa-masa sekarang menghasilkan situasi yang
serupa. Kepadatan penduduk adalah hanya satu faktor di dalam situasi yang kompleks termasuk
standar hidup rendah, upah rendah, eksploitasi oleh para majikan, kondisi politik lokal, dan
pengembangan ideologi.

Hampir dalam setiap negara, distribusi penduduk yang tidak merata menghasilkan
ketidakmerataan di dalam perwakilan politik. Wilayah-wilayah yang kurang padat penduduknya
mempunyai proporsi perwakilan yang lebih besar daripada yang harus dipunyainya dalam
hubungan dengan penduduk secara keseluruhan; mereka mendapat perwakilan secara berlebihan.
Wilayah-wilayah berpenduduk padat, di pihak lain, mempunyai proporsi perwakilan yang lebih
kecil daripada yang harus dimilikinya; mereka tidak mendapatkan perwakilan secukupnya.
Secara teknis, ketidakmerataan dalam perwakilan ini bisa sangat dikurangi. Bahkan bilamana
kita menganut prinsip bahwa harus ada satu wakil per sejumlah x penduduk, kita tidak dapat
mengelompokkan kembali bagian wilayah tertentu yang terlalu jarang penyebaran penduduknya
untuk memperoleh angka minimum penduduk. Kita hanya harus menerima kenyataan bahwa
wilayah-wilayah tertentu yang jarang dihuni harus mempunyai perwakilan yang didasarkan pada
jumlah penduduk yang lebih sedikit. Hal ini menjadi sesuatu yang tidak penting, akan tetapi yang
benar adalah ketidakadilan dalam perwakilan pada umumnya sangat besar, untuk alasan-alasan
yang mendapatkan motivasinya dalam alasan-alasan politik. Di kebanyakan negara di Eropa
Barat selama abad ke sembilanbelas, aristokrasi konservatifbersandar pada kaum tani dalam
perjuangan melawan borjuis liberal. Secara bertahap-tahap, ketika aristokrasi dipaksa untuk
mengambil manfaat masalah memperluas hak memilih, dia cenderung menguntungkan penduduk
desa dengan mengabaikan kota-kota untuk mempertahankan dominasinya. Lantas, kelas
menengah pada gilirannya melihat bahwa kaum sosialis dan komunis, yang mengancamnya,
bersandar terutama pada kota-kota untuk mendapatkan dukungannya. Seperti aristokrasi, mereka
menemukan bahwa konservatisme penduduk pedesaan bisa menolong mempertahankan
kekuasaannya. Karena itu kelas menengah mengikuti contoh aristokrasi dengan membangun
ketidakadilan perwakilan yang menguntungkan wilayah-wilayah pedesaan yang kurang padat
penduduknya, akan tetapi petani tidak menerima keuntungan secara nyata. Dalam kedua kasus,
kaum tani memainkan peranan sebagai suatu kelas pendukung bagi suatu kelas yang lain.
Ketidakseimbangan ini kerapkali sangat besar. Di dalam Senat Perancis, mayoritas absolut dari
dewan pemilihan (51 persen), menurut sensus tahun 1954, mewakili desa-desa dengan penduduk
kurang dari 1500, yang, pada saat itu, hanya meliputi 35 persen seluruh penduduk Perancis.
Ketidakseimbangan sejak itu semakin meningkat oleh pengurangan penduduk yang cepat di
wilayah-wilayah pedesaan. Tambahan pula, situasi ini adalah sesuatu yang lama. Dibangun
kembali pada tahun 1948 di bawah Republik Keempat, setelah masa interupsi singkat selama dua
tahun, dia kembali ke tahun 1875, ketika penguasaan orang desa di dalam Senat adalah harga
yang diminta oleh kaum monarkis moderat untuk mendukung konstitusi republik. Tambahan
pula perwakilan yang berlebihan dari wilayah pedesaan adalah suatu fenomena yang tersebar
luas. Kasus sebaliknya dari perwakilan yang berlebihan bagi orang kota sangatlah jarang. Dia
berlangsung di USSR sebelum konstitusi 1936, ketika Soviet berusaha menyenangkan minoritas
kelas pekerja, yang terpusat di kota-kota dan menganggapnya sebagai pendukung revolusi yang
paling kuat.

2. STRUKTUR SOSIAL

Dalam definisi kita, struktur sosial dari politik-sebagai lawan dari struktur fisik (geografis dan
demografis)-adalah yang berasal dari buatan manusia dan bukan alam. Ini meliputi penemuan
material (alat, mesin), sistem hubungan kolektif (perusahaan, sistem matrimonial), dan bahkan
doktrin dan kebudayaan (Marxisme, humanisme Barat). Ingatlah bahwa perbedaan antara
struktur "fisikal" dan "sosial" tidak jelas benar. Struktur fisikal kini bergabung dengan banyak
faktor-faktor sosial, sebagaimana telah kita tunjukkan, dan keyakinan kolektif yang telah
bertumbuh di sekelilingnya kerapkali sama pentingnya dengan kenyataan material Sebaliknya,
faktor-faktor fisikal terlibat di dalam struktur-struktur yang kita namakan sosial: kebutuhan alami
manusia membentuk dasar lembaga lembaga ekonomi; kondisi-kondisi fisik perkembangan anak
memainkan peranan penting di dalam hubungan sosial dan bahkan di dalam pem bentukan
ideologi, mitos, dan peradaban (kalau kita harus percaya kepada para psikoanalis, yang mungkin
melebih-lebihkan akan tetapi pasti sebagian ada benarnya).

Dengan didefinisikan semacam ini, struktur sosial bisalah dibagi ke dalam 3 golongan:
keterampilan teknologi, lembaga-lembaga, dan kultur. Keterampilan teknologi adalah cara-cara
yang dipergunakan manusia untuk mengolah benda-benda, alat-alat, mesin, dan seterusnya.
Lembaga-lembaga adalah alat mempertahankan ketertiban hubungan sosial yang mapan (stabil)-
status hukum keluarga, undang-undang yang mengatur barang barang dan milik, dan konstitusi
politik. Akhirnya, kultur adalah ideologi keyakinan, dan ide-ide kolektif yang pada umumnya
dianut di dalam suatu komunitas tertentu. Tentu saja, keterampilan teknologi, lembaga-lembaga
dan kultur sebenarnya tidak dapat dipisahkan satu dari yang lain. Se bagaimana dengan semua
klasifikasi, hal ini tidak dapat ditafsirkan secara kaku. Namun, dia adalah deskripsi yang cukup
tepat tentang aspek-aspek kehidupan sosial, yang dipandang sebagai kerangka di mana fenomena
politik berlangsung.

KETERAMPILAN TEKNOLOGIS

Kamus Littre mendefinisikan Keterampilan Teknologis (la technique) sebagai "proses kolektif
dari suatu kemahiran atau manufaktur khusus." Dengan "teknik" kita maksudkan berbagai
penemuan material yang di rencanakan manusia - alat-alat, mesin, dan sebagainya yang membe
rikannya penguasaan terhadap alam atau terhadap manusia lainnya. Beberapa orang, terutama
Jacques Ellul, mempergunakan istilah tersebut dalam arti yang lebih luas, termasuk di dalam
organisasi sosial yang dipandang sebagai teknik untuk mengorganisasikan manusia. Tesis ini
berhubungan dengan konsepsi penulis tentang adanya hubungan yang dekat antara ketrampilan
teknologi dan institusi sosial. Tetapi bagaimanapun juga harus dibuat pembedaan antara kedua
tafsiran.

Fakta yang amat penting di dalam bidang ini adalah sejumlah penemu an yang luar biasa di
dalam satu setengah abad yang lalu mengubah kondisi-kondisi hidup ummat manusia. "Revolusi
teknologi ini secara lengkap membalikkan kehidupan sosial manusia, akan tetapi ada yang telah
berbagai tahap-perkembangan dalam berbagai negara. Perbedaan antara apa yang dinamakan
negara-negara terkebelakang (baik mereka yang berada dalam proses pembangunan atau yang
sedang rnengalami aksele rasi pembangunan) dan negara-negara industri adalah pertama-tama
suatu perbedaan dalam tingkat pengembangan teknologisnya. Pertama, kita akan memeriksa
pengaruh kemajuan teknologi terhadap pembangunan ekonomi dan kultur suatu negara, dan
lantas kita memper timbangkan pengaruhnya terhadapkehidupan politik suatu negara, karena
yang disebut kedua adalah sebagian besar fungsi dari yang disebut pertama. Kemajuan teknologi
mengganggu struktur ekonomis dan kultural dari kehidupan politik, dan adalah kerusuhan inilah
yang mengubah kehidupan politik. Konsekuensi langsung dan kemajuan teknologi terhadap
kehidupan politik (memakai televisi dan media massa bagi informasi dan propaganda, memakai
mesin-mesin elektronik dalam membuat keputusan-keputusan pemerintah, dan seterusnya) tidak
terlalu penting dibandingkan dengan konsekuensi-konsekuensi yang tidak langsung,
Transformasi Struktur Sosioekonomik Melalui Kemajuan Teknologis Revolusi teknologi
menghasilkan revolusi ekonomi, yang ditandai oleh peningkatan tingkat produksi dan konsumsi.
Revolusi ekonomi ini sendiri menghasilkan revolusi kebudayaan. Kemajuan Teknologi dan
Pertumbuhan Ekonomi Kemajuan teknologi telah memberikan manusia alat yang luar biasa
untuk mengolah alam, yang memungkinkannya untuk meningkatkan produksi dalam tingkatan
yang tidak pernah tercapai sebelumnya. Karena teknologilah, ummat manusia mulai keluar dari
kemiskinan. Akan tetapi hanya negara-negara yang maju secara teknologi, yaitu, bangsa-bangsa
industri, menikmati kegunaan-kegunaannya, sedangkan yang lain tetap hidup dalam kemiskinan.

Kemajuan teknologi cenderung mengakhiri fenomena dasar yang telah menjadi ciri semua
masyarakat manusia sampai sekarang-kemiskinan. Sejak awal ummat manusia sampai sekarang,
dunia hidup di bawah hukum kelangkaan, kebutuhan manusia selalu lebih besar dari upaya-
upaya yang bisa diperoleh untuk memuaskannya. Istilah "Keterbelakangan" kelihatannya
menganjurkan suatu situasi yang tidak biasa ketika istilah "pembangunan (development) diambil
sebagai norma. Akan tetapi justru sebaliknyalah yang benar. Sebelum abad kedua puluh, semua
masyarakat manusia "terkebelakang," di mana-mana dan sepanjang masa. Dengan "terbelakang
kita maksudkan bahwa tidak ada suatu masyarakat pun pernah berhasil menjamin kebutuhan
dasar yang minimum bagi seluruh penduduknya makanan, perumahan, dan pangan. Situasi ini
hampir-hampir mulai berubah. Masyarakat-masyarakat industri hampir-hampir menjamin
kebutuhan pokok yang minimum bagi seluruh warganya, dan hampir tiba pula saatnya me reka
mungkin bakal mampu memenuhi kebutuhan "sekunder" bagi setiap orang (komfort, waktu
senggang, kultur). Inilah apa yang bangsa-bangsa Barat maksudkan dengan "masyarakat
kelimpahmewahan," yang diramalkan bakal segera datang.

Namun, bahkan masyarakat-masyarakat yang paling maju secara teknologi pun masih jauh dari
mempersiapkan kelimpahmewahan bagi setiap orang. Hampir 20 persen dari warga Amerika
Serikat berada jauh di bawah cara hidup Amerika. Dua pertiga dari kelas pekerja Perancis tidak
bisa mendapatkan liburan di luar rumahnya. Tambahan pula, bangsa bangsa industri masih
sangat merupakan suatu minoritas. Mereka mewakili kurang dari sepertiga ummat manusia, dan
perbandingan ini cenderung untuk berkurang daripada bertambah, karena pertumbuhan
penduduk menjadi semakin jauh lebih cepat di negara-negara terkebelakang. Beberapa ahli
sosiologi yakin bahwa perbedaan sosial yang sungguh-sungguh tidak lagi antara kelas dengan
kelas akan tetapi antara bangsa dengan bangsa, bahwa ada "bangsa kaya" dan "bangsa
proletariat" dan antara keduanya berkembanglah antagonisme. Seorang penduduk Mars yang
mengunjungi bumi hampir tidak mem perhatikan perbedaan antara negara-negara Barat dan
negara sosialis, akan tetapi dia akan segera terperanjat oleh perbedaan antara bangsa-bangsa
industri dan bangsa-bangsa terkebelakang. Pasti, setiap kelompok mewakili dua kutub yang
berlawanan dengan banyak tahap-tahap di antaranya. Jepang, misalnya, adalah bangsa yang
berada di titik tengah dari indus trialisasi. Amerika Latin, Afrika Hitam, Timur Tengah, dan
Timur Jauh tidaklah semuanya terbelakang dalam tingkatan yang sama juga bukan dalam peri
yang sama. Disamping perbedaan-perbedaan yang superfisial ini, keterbelakangan memberikan
wajah luar umum yang sama di mana mana: pada umumnya pertanian dilaksanakan secara
primitif, persediaan pangan yang tidak mencukupi, kelangkaan industri dan tenaga mekanis,
sektor bisnis yang sungguh-sungguh jelek, tingkat pendapatan nasional yang rendah, struktur
sosial yang ketinggalan zaman, perbedaan yang besar antara massa yang hampir tidak bisa
mencapai tingkat subsistensi dan orang kaya, sebagian kecil mereka yang mendapatkan privilese,
tidak adanya kelas menengah, jurang yang lebar antara cara hidup kota dan desa, butahuruf,
tingkat kelahiran dan tingkat kematian yang tinggi. Semua fenomena ini jelas-jelas saling
berhubungan, meskipun ada yang kadang-kadang lebih jelas terungkapkan daripada yang lain
tergantung dari negaranyaun Akan tetapi, gambaran menyeluruh sangat khas dan tidak dapat
salah. Akan tetapi tingkat pembangunan bukanlah satu-satunya hal yang menjadi persoalan; rata-
rata pembangunan juga penting. Bangsa-bangsa Asia, Afrika, dan Amerika Selatan kadang-
kadang dilukiskan sebagai negara-negara "terkebelakang" dan kadang-kadang bangsa-bangsa "di
dalam proses akselerasi pembangunan." Istilah pertama memberikan tekanan pada tahap
perkembangan, yang kedua pada tingkat rata-rata perkembangan.

Bangsa-bangsa industri masih jauh jalannya dari "masyarakat kelimpah mewahan," meskipun
sudah jauh jaraknya ketika mereka mengalami kelaparan. Mereka pun tidak disiksa oleh
kemiskinan yang menggilas, kecuali dalam kasus-kasus istimewa. Kelas-kelas pekerjanya mulai
menca pai standar hidup kelas menengah bawah satu abad yang lalu. Dengan demikian mereka
cenderung menjadi sepenuhnya kelas menengah. Mes kipun semua masalah ekonomi yang dasar
belum sepenuhnya dipecahkan, banyak yang sebagiannya telah dipecahkan. Antagonisme
semakin mengurang sesuai dengan proses yang akan kita lukiskan selanjutnya. Akan tetapi
bangsa-bangsa proletariat, sebaliknya, disobek oleh konflik-konflik yang semakin menjadi lebih
jelek lagi oleh kemiskinan. Konflik-konflik ini ditingkatkan lagi oleh kontak-kontak dan
komunikasi yang semakin meningkat dengan bangsa lainnya, dan oleh percobaan yang dibuat
untuk memajukan bangsa-bangsa. Ketika orang Indian Amerika Latin dan petan petani dari
hutan-hutan Afrika atau dari padang-padang di Asia terkurung di dalam kesepiannya, kurang
atau lebih terisolir dari dunia lainn kemiskinan dan ketidakadilan kurang menjadi beban bagi
mereka. Akan tetapi kini, radio dan televisi mengatakan kepada mereka tentang peradab an yang
lain di mana kemiskinan dan kesengsaraan manusiawi dianggap sebagai fenomena alami, yang
tidak mungkin dihindari, maka lebih mudah ditahan. Hal tersebut semakin berkurang bilamana
dunia mulai bergerak, ketika bukan suatu kemustahilan untuk mengharapkan lebih banyak keadil
an dan kurang kesengsaraan. Tahap pertama dari akselerasi pembangunan merangsang
perubahan semacam ini, akan tetapi justru kondisi dari pembangunan ini menghancurkan
harapan-harapan yang pada mulanya dibangun dengan meningkatkan kesengsaraan yang
akhirnya diupayakan untuk dihapus dalam masa transisi. Di salah satu tempat kita akan melukis
kan kontradiksi yang ironi dari masa transisi dan antagonisme yang dilahirkannya. Perbedaan
antara bangsa-bangsa kaya dan bangsa-bangsa miskin didasarkan terutama pada perbedaan-
perbedaan dalam kemajuan tekno logi. Bangsa-bangsa kaya adalah bangsa-bangsa industri di
mana produksi tergantung terutama pada ilmu dan mesin. Bangsa-bangsa miskin adalah bangsa-
bangsa di mana produksi masih tergantung pada ketrampilan ketrampilan primitif: pertanian
adalah pekerjaan yang utama dan dilak sanakan oleh metode-metode tradisional, dan industri
masih berada dalam tahap embrionik dan lebih dekat kepada kerajinan tangan individual
daripada industri modern. Penghasilan nasional per kapita yang merupakan ukuran pembangunan
ekonomi suatu negara, adalah juga tolok ukur yang penting buat mengukur tingkat
perkembangan teknologi.

Kemajuan teknologi dengan demikian kelihatannya menghapuskan perbedaan dalam geografi


alami. Lebih dahulu dari kemajuan teknologi dari Renaissance dan masa sekarang, bangsa-
bangsa kaya tergantung terutama pada ketrampilan pertanian, sumber-sumber mineral, dan
adanya penduduk yang cukup jumlahnya untuk mengolahnya. Kini perbedaan perbedaan alami
ini diatasi oleh perbedaan dalam perlengkapan teknologi. Namun, kekurangan sumber-sumber
alami, dan kesulitan-kesulitan khusus yang dijumpai dalam mengolahnya, telah menghalangi
perkembangan tek nologis tersebut dari bangsa-bangsa tertentu dan melambatkan kemajuannya
dalam perlombaan mengejar perlengkapan teknologi. Pada tingkatan tertentu, jurang antara
bangsa-bangsa yang berperlengkapan teknologdan ang tidak semakin meluas. Dalam arti ini,
kualitas yang tidak sama dan kondisi-kondisi geografis tidak berkurang dengan kemajuan
teknolog akan tetapi cenderung meningkat. Perbedaan di dalam keadaan kemayan antara bangsa-
bangsa industri di wilayah-wilayah beriklim sedang dan bangsa-bangsa yang terbelakang secara
teknologi di wilayah geografis yang lain terutama dijelaskan dalam hubungan dengan fakta-fakta
ini, dan bukanlah dalam hubungan dengan perbedaan-perbedaan dalam baka secara rasional.
Kemajuan Teknologi dan Pembangunan Kultural Kemajuan teknologi menguntungkan
pembangunan kultural dalam dua cara: pertama, dengan memungkinkan manusia menikmati
waktu senggang yang memungkinkannya melanjutkan minat-minatnya di bidang pendidikan dan
kebudayaan dan, kedua, dengan mengembangkan can cara untuk kekayaan kultural.

Kemajuan teknologi menguntungkan pembangunan kultural, per tama-tama, dengan


membebaskan manusia dari pekerjaan fisik yang tens menerus. Pendidikan dan pengajaran
membutuhkan waktu sengging yang hanya mungkin bilamana manusia tidak selalu diusik
pikirannya kh kebutuhan bekerja untuk menjamin kebutuhan minimal dari eksistens fisikal-
pangan, perumahan, dan sandang. Pekerjaan fisik itu sendiri, tent saja, adalah unsur kebudayaan.
Masyarakat-masyarakat yang miskin se ekonomis dengan tingkat ketrampilan teknis yang rendah
telah mengen bangkan kebudayaan asli, yang didasarkan pada imitasi pekerjaan-peke fisik dan
tradisi oral, yang bisa mencapai tingkat perfeksi artistik yang tinge Akan tetapi kemajuan
intelektualnya tetap terbatas. Di dalam masyarak yang lebih kaya, individu-individu tertentu
lebih mempunyai wak lebih bagi kebutuhan pekerjaan produktif dan bisa mengabdikan dirinya
bagi pengejar hasil intelektual dan kultural, karena pekerjaan orang lain. yang secara kultural
tetap tersingkir. Hanyalah di dalam masyarakat yang sangat kaya semua orang membaktikan
sebagian kecil dari waktunya untuk mencari nafkah, yang lain adalah waktu senggang bagi
pengembangan pribadi.

Kemajuan teknologi sendiri yang bertanggung jawab membebaskan manusia dari perbudakan
pekerjaan fisikal yang perlu untuk melangsungkan hidupnya. Suatu masyarakat tanpa alat, tanpa
mesin, dan tanpa ketrampilan teknologi adalah suatu masyarakat di mana semua anggota
berkewajiban untuk bekerja sekeras mungkin agar mereka hanya bisa melangsungkan hidup,
hanya untuk menghindarkan kematian. Di negara-negara yang secara teknologi terbelakang,
pengembangan kultur praktisnya tidak mungkin; manusia hidup dalam tingkatan subbuman.
Peradaban mungkin maju hanyalah di mana kondisi alami menguntungkan dan memberikan hasil
yang lebih besar bagi usaha-usaha manusia (lembah sungai Nil), mi salnya, atau pantai yang
gampang dilayari, yang menyebabkan perikanan menguntungkan. Kesenian, kesusastraan,
filsafat, dan ilmu pengetahuan mungkin berkembang secara bertahap hanya karena massa ummat
manusia, yang tersingkir dari kebutuhan hidup, harus bekerja lebih keras sehingga individu-
individu tertentu bisa mempunyai waktu senggang yang sangat dibutuhkan untuk berpikir, studi,
dan penelitian. Selama "budak-budak mekanis" tidak ada, kebudayaan didasarkan kepada budak-
budak manusia. Dari sini kemajuan teknologi menghasilkan pembebasan manusia. Pe ngurangan
panjangnya hari kerja, standar, lebih banyak waktu untuk sekolah, tibanya "masa senggang"-
kondisi-kondisi ini berpuncak dalam masyarakat di mana kemungkinan-kemungkinan kultural
adalah lebih be sar dan manusia biasa mengembangkan bakat-bakat dan kemampuannya yang
inheren secara lebih penuh.

Namun, ada juga mereka yang mengritik kebudayaan modern karena artifisial dan superfisial,
dan mempertentangkannya dengan kebudayaan yang lebih mendalam dan otentik dari
masyarakat-masyarakat tradisional. Akan tetapi kultur modern jauh lebih rudimenter dan
padawaktunya, sangat boleh jadi dia akan secara perlahan-lahan menembusi masyarakat dan
berkembang secara mendalam.

Penemuan percetakan adalah contoh tipikal dari pengembangan alat-alat material untuk
mengembangkan kultur. Seorang bisa mengajukan alasan bahwa Renaissance dan Reformasi
menyusul langsung sesudah penemuan ini. Sebelum penemuan percetakan, adalah sangat sulit
bag manusia untuk belajar tentang ide-ide orang lain atau tentang pengalaman kultural dari masa
lalu. Setelah itu, menjadi jauh lebih mudah untuk berbuat itu. Perkembangan terakhir dari buku
paper back yang tidak mahal telah melanjutkan revolusi percetakan. Media komunikasi massa
modem (pers, radio, film, televisi) adalah semua fenomena dalam kategori yang sama. Pasti,
manusia dalam abad kedua puluh, vang dalam masyarakat industri, kerapkali mati lemas di
dalam laut informasi. Pada umumnya penampilannya buruk dengan hampir tidak ada perbedaan
antara apa yang penting dan apa yang tidak penting, dan inilah rintangan bagi perkembang
ankebudayaan. Akan tetapi meskipun segala-galanya, tubuh ilmu pengetahu yang luar biasa
besarnya yang dimiliki manusia sekarang membuatnya jauh lebih baik mendapatkan informasi
dari manusia dalam masyarakat masyarakat tradisional. Tingkat intelektual umumnya meningkat
pada saat yang sama ketika tingkat material menjadi lebih baik.

Tambahan pula, kemajuan teknologi mengembangkan kultur dengan secara luar biasa
meningkatkan komunikasi antar manusia, mengakhin rintangan-rintangan dan pemecahan-
pemecahan di belakang mana setiap komunitas kecil hidup di dalam isolasi yang menyeburkan
letharg intelektual. Film, radio, televisi, dan pers, media massa pada umumnya, menempatkan
manusia dalam kontak satu sama lain, dengan demikian menguatkan penyebaran ide-ide dan
kultur baru. Mereka juga mengem bangkan keputusan kritis. Dalam melihat cara hidup orang
lain, kebiasaan lain, cara lain membuat sesuatu, ide lain, seorang mendapatkan ras relativitas dan
perspektif. "Peradaban pertama-tama adalah jalan raya," kan Kipling, dalam arti lebih luas,
peradaban adalah pertama-tama kontak dengan orang lain. Kemajuan teknologi sendiri telah
memungkinkan dbungunnya kontak-kontak ini dengan menghilangkan rintangan jarak secara
fisik

Konsekuensi Politik dari Kemajuan Teknologis

Kemajuan teknologi mengarah kepada mengurangi antagonisme sosial, pengembangan


pengertian di antara manusia, dan peningkatan kekuasaan politik. Pertama-tama kita akan
memeriksa mekanika fenomena ini, lantas pengaruhnya terhadap rezim-rezim politik dan
terhadap pengembangan integrasi sosial.

Kemajuan Teknologi dan Pengurangan Antagonisme

Kemajuan teknologi cenderung untuk mengurangi satu dari penyebab penyebab utama
antagonisme sosial, yaitu, kelangkaan barang-barang konsumsi. Sebagai suatu hukum umum,
kelangkaan menghasilkan ketidak adilan sosial: suatu minoritas yang berprivilese hidup dalam
kelimpah mewahan, sedangkan penduduk secara keseluruhan menderita kekurangan. Kerapkali
semakin tinggi tingkat kemiskinan umum, semakin besar kekayaan dari sedikit yang mendapat
privilese. Di negeri-negeri di mana kelaparan bersifat endemik, menjadi gemuk adalah pertanda
kekayaan. Di mana massa rakyat memakai pakaian yang compang camping, segelintir orang
yang memegang hak-hak istimewa memakai kain brokad emas. Di mana massa hidup di dalam
gubug atau tidur di dalam alam terbuka, orang-orang kaya membangun istana-istana mewah.
Kekayaan dan kemewahan segelintir orang, di tengah kemiskinan umum, menawarkan suatu
situasi yang secara inheren bersifat eksplosif. Ketidakadilan yang besar menghasilkan kebencian
dan antagonisme yang mendalam, dan segelintir orang yang mendapat hak-hak istimewa
menanggapi kebencian massa dan ketakutan. Politik terdiri dari kekerasan massa di dalam
keadaan pemberontakan kekal abadi dan kekerasan elite, yang melindungi dirinya dari massa.
Tambahan pula, kelangkaan menciptakan sebuah situasi di mana eksploitasi terhadap massa oleh
segelintir orang yang berhak istimewa adalah satu-satunya cara

pengembangan peradaban. Bilamana kesamaan (keadilan) adalah h di dalam masyarakat


masyarakat terkebelakang, setiap orang harus dipa untuk membanting tulang setiap hari hanya
untuk kelangsungan hidup D dalam tingkat perkembangan suatu negara semacam ini, ilmu,
kesenia pemikiran, dan kebudayaan hanyalah mungkin bilamana orang-orang ter tentu
menikmati waktu senggang yang diperlukan, yang diperoleh deng meningkatkan behan orang
lain.

Kemajuan teknologi tidak menghilangkan ketidakadilan sosial, akan tetapi ia memperlemah


efeknya. Masyarakat-masyarakat modern ada masyarakat yang kompleks, di mana keragaman
jenis pekerjaan yang ber beda-beda pentingnya membawa penghasilan yang tidak sama dan
kondis kerja yang tidak sama pula. Kita harus memahami situasi ini secara jelas Adalah mungkin
untuk menampilkan dua pandangan yang berbeda tentang evolusi; masyarakat-masyarakat
industri. Pada satu pihak, bisalah ditunjukkan bahwa mereka bergerak ke arah stratifikasi sosial
yang kompleks, mem diversifikasi pekerjaan dan jenis pekerjaan; akan tetapi, di pihak lain, kita
dapat melukiskan suatu situasi yang persis sebaliknya, pengaburan garis garis kelas. Banyak
orang Amerika yang suka mengatakan bahwa Amerika Serikat menampilkan gambaran suatu
masyarakat tanpa kelas, dan sebagi kenyataan, kesamaan di dalam cara hidup adalah sangat
mencolok Perkembangan ekonomi cenderung mengurangi jurang antara standar kehidupan
orang-orangnya dan menyempitkan jarak pendapatannya Antara Rockefeller dan seorang pekerja
Amerika, jarak kurang besama daripada seorang baron dan budaknya (serf). Masyarakat industri
ke hatannya bergerak menuju penghapusan kekayaan ekstrim dan kemiskinan ekstrim. Jelas
mereka bergerak menuju persamaan relatif di dala kondisi-kondisi hidup.

Di pihak lain, peningkatan umum dalam standar hidup, peningka dalam kemakmuran material
dan komport pribadi, pengembangan wak senggang dan penikmatannya semua faktor ini, yang
merupakan o khas ekonomi kelimpahmewahan yang dihasilkan oleh kemajuan teknolo gis,
cenderung menyebabkan ketidaksamaan yang bertaut padanya dan

antagonisme yang berasal dari sana menjadi tidak penting lagi. Bilamana orang-orang lapar,
yang berpakaian compang camping dan hidup dalam gubug, kepercik kendaraan orang-orang
yang kaya hidup di dalam istana, maka ketidakadilan dibenci secara mendalam dan rasa cemburu
besar. Akan tetapi kalau seorang pekerja, mengemudi Renault kecil di jalan raya dilewati
seorang industrialis yang berkendaraan Jaguar atau Mercedes, ada rasa ini, tentu, akan tetapi
sifatnya lebih superfisial, kurang membawa konsekuensi. Tensi menurun, ada konsensus tertentu
yang dibangun, perjuangan politik menjadi kurang keras, integrasi sosial berkembang, dan
demokrasi menjadi mungkin.

Adalah menarik bahwa para penganjur pikiran Barat dan Marxis setuju bahwa kemajuan
teknologi cenderung mengurangi antagonisme sosial, akan tetapi mereka berbeda tentang tingkat
pengurangan ini. Di Timur, sebagaimana di Barat, berlakulah ide bahwa kemajuan teknologi
pada suatu hari akan memuncak di dalam suatu masyarakat tanpa konflik dan tanpaantagonisme,
suatu masyarakat yang terintegrasikan secara lengkap, Ada kesamaan yang nyata, dalam
hubungan ini, antara "fase terakhir komu nisme," firdausi masa depan dari Marxisme, dan
"masyarakat kelim pahmewahan," Sorga masa depan dari Barat. Akan tetapi jalan menuju
Eldorado ini tidaklah sama. Bagi kaum Marxis, penghapusan antagonisme sama sekali tidak akan
menjadi hasil dari pengurangan yang gradual, ketika teknologi langkah demi langkah; paradiso
yang baru tidak akan dicapai sedikit demi sedikit sebelum akhirnya dia peroleh. Sebaliknya,
dengan mengubah cara produksi dan hubungan sosial, maka kemajuan teknologi akan
meningkatkan perjuangan kelas, yang akan bertumbuh semakin tak mengenal ampun melalui
eksploitasi, pemberontakan, dan penindasan, dan ia berpuncak di dalam letusan revolusioner. Ini
akan membawa kelas peke ke dalam kekuasaan, akan tetapi, sesudah itu, perlulah melewati suatu
jangka waktu yang lama dari masa kediktatoran oleh proletariat sebelum fase terakhir
komunisme dicapai. Dengan demikian, akhir dari antagonisme sosial akan datang hanya setelah
jangka waktu intensifikasi, dan dia akan dilahirkan oleh intensifikasi ini melalui proses
dialektikal. di mana manusia dipenjarakan oleh teknologi. Sesuai dengan itu orang bakal terpaksa
mempergunakan kekerasan, mengangkat senjata, revolusi, dan kediktatoran. Kita akan meneliti
topik ini kelak di dalam mempelajari faktor-faktor psikologis dari antagonisme politik.

Kemajuan Teknologi dan Pengembangan Pemahaman Manusia

Masalah ini lebih banyak diperdebatkan daripada yang disebut terdahulu. Ide dasarnya adalah
hanya kemajuan teknologi meningkatkan taraf kultural manusia, memungkinkannya memahami
dan memecahkan masalah-masalahnya. Di dalam masyarakat-masyarakat primitif, di pihak lain,
di mana massa penduduk tidak terdidik, buta huruf, tidak tahu, dibuat tidak mampu oleh
kemiskinan dan penyakit, orang rata-rata tidak bisa membentuk ide yang jelas tentang masalah-
masalah mendasar. Dia tidak dapat membuat keputusan yang diperlukan yang didasarkan pada
penge tahuan tentang fakta-fakta. Seseorang lain harus membuat pilihan, harus memutuskan
baginya. Di bawah kondisi-kondisi semacam ini, satu-satunya jenis pemerintahan yang mungkin
adalah rezim otokratik.

Akan tetapi, kemajuan teknologi meningkatkan kesulitan masalah itu pada saat yang sama ketika
ia menaikkan tingkat pemahaman manusia pada umumnya. Beberapa orang percaya bahwa yang
disebut pertama lebih jelas daripada yang disebut kedua, bahwa kemampuan untuk memahami
masalah masalah dalam kenyataannya berkurang daripada bertambah. Demokrasi yang
murnibertumbuh semakin lemah. Pandangan ini semakin luas dipegang pada masa sekarang. "Di
antara public power (kekuasaan massa) dan kekuasaan politik, yang berasal daripadanya,
tuntutan teknologi adalah sisipan berupa wilayah gelap," demikian tulis Club Jean Moulin dalam
tulisan utamanya, L'Etat et le citoyen (Negara dan Warganya). Ini berarti bahwa opsi yang
beragam yang terbuka tidak bisa dipaparkan kepada massa pemilih atau kepada wakil-wakilnya
dalam bahasa yang jelas, akan tetapi hanyalah dalam istilah teknologi yang membuatnya praktis
tidak dapat dipahami. Misalnya dalam masalah rencana pemerintah, parlemen tidak

Struktur Politik

dapat terlibat dalam diskusi tuntas tentang berbagai alternatif bagi suatu rencana yang sedang
diperbincangkan Pada umumnya, masyarakat teknologi membuatnya demikian sulit sehingga
tidak bisa memperoleh informasi tentang keputusan mengenai masalah-masalah yang kompleks
dengan demikian mencapai partisipasi yang muri oleh bangsa tersebur dan wakil-

wakilnya. Keputusan harus diambil oleh para spesialis dan hanya mereka sendiri dapat
memahaminya. Bilamana hal semacam itu berlang sung terus, kita akan berakhir dengan
teknokrasi. Keseimbangan antara tingkat kompleksitas masalah dan tingkat pemahaman dari
pihak warga negara kelihatannya lebih besar, dalam hal-hal tertentu, di dalam masyarakat
masyarakat tradisional, terbelakang daripada di dalam negara-negara industri modem
Kita bisa mengutip sebagai contoh kota-kota Berber Afrika Utara, yang mempunyai proses
pemilihan yang agak sophisticated, pemisahan kekuasaan yang dirumuskan secara baik, dan
pemerintahan oleh per musyawaratan = Djemáá. Sebelum bangkitnya negara-negara nasional,
banyak masyarakat kecil dibangun atas prinsip-prinsip yang serupa terutama demokrasi-
demokrasi purba. Pada umumnya mereka adalah komunitas komunitas pertanian, yang terdiri
dari petani-petani pemilik tanah (atau kadang-kadang komunitas nelayan) tanpa disparitas yang
besar dalam penghasilannya Suatu keseimbangan ekonomis dicapai, karena kebiasaan
menghemat yang telah berurat berakar, yang melunakkan kebutuhan materialnya dan
menahannya sehingga tidak melebihi jumlah benda-benda yang bisa diperoleh. Kultur tradisional
oral menjamin tingkat intelektual yang pada umumnya tinggi meskipun jarang ada bacaan dan
tulisan Re publik Yunani dan Republik Romamewakili masyarakat jenis ini. Pengrusakan
keseimbangan material dan intelektualnya, yang menyusul ekspansi politik dan pengembangan
ekonominya, menyebabkan jatuhnya masyarakat masyarakat demokratik dan bangunnya
kediktatoran.

Contoh-contoh lain bisa ditarik dari masyarakat-masyarakat yang bahkan lebih kurang
berkembang, sebagaimana yang dipelajari oleh para ahli etnologi. Sangat kerap keputusan
diambil secara kolektif oleh permusyawan dari anggota-anggota suku Palabre Afrika adalah se
buah contoh tentang proses diskusi yang menjadi ciri demokrasi. Mereka hesa dibandingkan
dengan diskusi-diskusi yang dilaksanakan di dalam Agora Yunani dan Forum Romawi.
"Demokrasi dalam unit-unit kecil ini" didasarkan pada kenyataan bahwa keputusan yang harus
diambil adalah sederhana, karena ukuran komunitas yang terbatas, dan karena itu bisa dipahami
oleh para warganya dengan pendidikan yang sedikit.

Contoh-contoh yang dikemukakan di atas tidaklah menjadi bahan perdebatan. Juga tidaklah
dipertanyakan bahwa, dalam negara-negara industri modern, demokrasi harus berfungsi sebagian
besar di dalam kerangka "unit-unit kecil," unit-unit lokal, yaitu, kalau sekiranya demokrasi harus
meresap ke dalam masyarakat.

Hanyalah dalam unit-unit kecil, lokal tingkat pengertian umum secara sungguh-sungguh sesuai
dengan tingkat kekompleksan masalah-masalah dan isu. Kesesuaian antara keduanya adalah
lebih besar di bawah keadaan ini daripada di dalam masyarakat-masyarakat tradisional yang baru
saja kita Jukiskan, karena perkembangan kultural yang dihasilkan oleh kemajuan teknologi telah
meningkatkan tingkat intelektual warga negara rata-rata.

Tambahan pula, kita tidak boleh melebih-lebihkan kegelapan dan kekompleksan masalah-
masalah, bahkan di dalam tingkat nasional. Di Abad Tengah, meskipun masalah-masalah politik
jauh lebih sederhana dan ku rang bersifat teknis, lebih sulit bagi orang rata-rata untuk memahami
dari pada bagi warga abad kedua puluh, yang secara relatif lebih baik mendapatkan informasi
dan lebih baik pendidikannya. Tingkat kesulitan memang telah naik, akan tetapi kemampuan
manusia yang memahami mungkin bahkan telah lebih baik lagi. Kita tidak boleh lupa bahwa
sangat sedikit masyarakat tradisional menghasilkan kewarganegaraan yang mendapatkan
informasi secara baik. Tambahan pula, kita kadang-kadang melebih-lebihkan aspek teknis dari
masalah politik modern. Tidaklah mungkin untuk menjelaskan kepada parlemen atau masyarakat
luas, perincian yang banyak jumlahnya dan rumit dalam membangun suatu rencana yang
komprehensif.akan

tetapi mungkin untuk memformulasikan secara sangat jelas opsi-opsi dasar yang bisa diperoleh
dan arti masing-masingnya. Para warga dan wakil-wakil nya dengan demikian bisa membuat
pilihan dan membuatnya dengan pemahaman yang cukup tentang isu yang dibahas

Kemajuan Teknologis dan Peningkatan Kekuasaan

Para penganut Marxisme yakin bahwa negara-negara cenderung untuk sima ketika perjuangan
kelas semakin berkurang-sebuah proses yang tergantung dari kemajuan teknologi. Orang-orang
Barat pada umumnya menganut pandangan yang agak berbeda. Banyak yang berpikir bahwa
kemajuan teknologi akhirnya memperkuat kekuasaan negara dalam hu bungannya dengan para
warganya, di satu pihak, dengan memberinya semacam kemahakuasaan dan, di pihak lain,
dengan mengurangi individu untuk hanya menjadi skrup di dalam organisasi kolektif yang luas
(menurut teori Marxis tentang sirnanya negara, lihat nanti).

Kemajuan teknologi secara langsung meningkatkan kekuasaan politik negara. Misalnya, dia
memungkinkan pemerintahan pusat untuk memper luas kekuasaannya terhadap seluruh negara
lebih gampang, dengan menghapus masalah jarak. Sentralisasi yang muncul sebagai akibatnya
cenderung membinasakan otonomi lokal dan kebebasan yang diberikan otonomi semacam itu
kepada rakyat. Terutama, kemajuan teknologi memberikan pemerintah alat kekerasan yang tak
terlawankan. Dulu, tentara dan polisi diperlengkapi dengan senjata-senjata yang hampir tidak
berbeda daripada pengacau, dan keuntungan dalam jumlah membangun kembali persamaan.
Revolusi-revolusi bisa berhasil, dan kediktatoran pretorian senantiasa tidak aman. Kini,
sebagaimana dikatakan Trotsky, "rakyat tidak dapat lagi melaksanakan revolusi terhadap
angkatan bersenjata," Perang gerilia kelihatannya efektif hanya di dalam negara-negara
terbelakang. Akhimya teknik-teknik propaganda memberikan mereka yang berada dalam
kekuasaan alat-alat untuk melakukan tekanan-tekanan yang bahkan menjadi semakin efektif

Tentu saja, kemajuan teknologi tidak saja memperkuat negara, dia juga menawarkan cara-cara
perlawanan yang baru terhadap oposisi. Nejp ra modem adalah mesin yang berkuasa, akan tetapi
ia kompleks dan rapuh dan karena itu gampang hancur melawan angkatan bersenjatanya, per
lawanan dari belakang barikade adalah tidak mungkin, sebagaimana dibuk tikan oleh Spanyol
antara 1936 dan 1938. Akan tetapi pemogokan umum bisa membinasakan kekuasaan militer,
bisa membalikkannya menjadi raksasa bersenjata yang tidak berkuasa di tengah rakyat yang tiba-
tiba menghentikan kehidupan komunitas itu. Di Berlin di tahun 1920, diperlukan wakty beberapa
jam bagi Jenderal von Luttwitz untuk merebut kekuasaan, akan tetapi serikat kerja
memaksakannya untuk melepaskannya dalam 48 jam dengan membekukan semua kegiatan di
dalam kota dan negara. Sel-sel revolusi di dalam pemerintah menawarkan cara-cara lain untuk
melawan penindasan. Namun, kelihatannya tidak dapat disangkal bahwa negara mendapatkan
kekuasaan yang lebih banyak lagi dari kemajuan teknologi daripada para warganya. Dalam
analisa terakhir, cara-cara perlawanan sebagaimana disebutkan di atas, adalah nilai yang
meragukan, dan hanya jarang berhasil melawan kekuasaan besar yang diperoleh negara dari
teknologi.

Dalam hal-hal lain, kemajuan teknologi cenderung mengubah negara dan agen-agennya,
sebagaimana dibuatnya dengan perusahaan-perusahaan swasta dan agen-agennya, menjadi
organisasi raksasa yang bisa berfungsi secara mulus hanya kalau komponen-komponen dasarnya-
yaitu, manusia -distandardisir sebagai satu skrup dalam mesin. Inilah sebabnya beberapa penulis,
seperti Jacques Ellul, mempergunakan istilah technology untuk menunjukkan baik mesin-mesin
industri dan organisasi-organisasi sosial. Mereka percaya bahwa kemajuan teknologi memaksa
manusia untuk mencontohi model mesin. Hal ini cenderung menghasilkan jenis manusia yang
disebut William H. Whyte "manusia organisasi" (organization man) seorang individu yang
secara harfiah didehumanisasikan. Orang dapat mengharapkan bahwa setiap orang akan
melindungi kebebasan pribadinya sekeras-kerasnya dibalik topeng konformitas luar, seperti
seorang wajib

dinas militer yang dari dalam menolak indoktrinasi militer di dalam dinas, sedangkan dari luar
menyesuaikan diri. Akan tetapi dinas militer hanya berlangsung singkat, sedangkan manusia
organisasi" dikelilingi oleh organisasinya selama hidupnya yang aktif. Tambahan pula, selama
masa senggangnya dia cenderung melibatkan dirinya di dalam rekreasi yang sudah
distandardisir, misalnya yang direkomendir oleh koran yang populer dan media massa. Bahkan
pada ketika itu, dia juga tidak dapat lari dari pengaruh-pengaruh teknologi.

Mekanisasi dari organisasi-organisasi sosial ini tercermin dalam rapat tingkat tinggi oleh
transformasi kekuasaan, yang juga sudah didehumani sasikan. Ada kecenderungan untuk
membangun aturan-aturan yang abstrak dan mekanis dalam setiap level hirarki, sehingga
kekuasaan menjadi sesuatu yang anonim, baik bagi mereka yang melaksanakannya dan mereka
yang menaatinya. Yang pertama mengenakan aturan; yang kedua menyesuaikan diri dengannya.
Hubungan-hubungan personal dalam masalah otoritas hilang. Warga negara menuruti mesin di
dalam mesin-birokrasi. Perso malisasi kekuasaan, yang didiskusikan begitu banyak dalam
masyarakat masyarakat modern, adalah reaksi melawan fenomena ini. Akan tetapi tetap bersifat
ilusi. Pemimpin yang dipersonalisasikan, sebagaimana diperton tonkan di dalam pers umum,
radio dan televisi, adalah lebih merupakan sebuah mitos daripada realitas. Margin otonomi di
dalam membuat keputusan adalah sangat tipis. Dia memperbaiki hanya sedikit ekses birokrasi
lebih daripada menggantinya sama sekali. Kita telah melukiskan konsekuensi dari birokratisasi
kekuasaan ini di dalamnya

LEMBAGA-LEMBAGA
Masyarakat manusia distrukturkan; mereka lebih menyerupai gedung daripada timbunan
batu karang Lembaga-lembaga, dalam a sempitnya, menentukan arsitektur gedung. Kamus
Robert mendefinisikannya sebagai "bentuk kolektif atau struktur dasar dari organisasi sosial
sebagaimana dibangun oleh hukum atau manusia". Dalam arti ini, lembaga-lembaga

98 mempunyai pengaruh yang tidak dapat disangkal terhadap fenomena politik. Bahkan sistem
perkawinan, sistem sekolah, dan etiket soval mempengaruhi politik Banyak ahli sosiologi dan
ahli sejarah konservati, seperti le Play dan Fustel de Canlanges, telah mencoba menjelaskan
kehidupan politik dari segi keluarga sebagai sebuah lembaga. Kaum Manis sangat mementingkan
sistem pemilikan, dan penulis-penulis Barat tertentu menganggap milik pribadi sebagai batu
sudut demokrasi. Lembaga-lembaga yang bersifat politik per definisi, yaitu mereka yang
mewujudkan organisasi dan struktur kekuasaan, jelas-jelas melaksanakan pengaruh yang lebih
langsung terhadap kehidupan politik.

Pengertian Umum Tentang Lembaga

Pertama kita akan mempelajari masalah lembaga secara umum. Lantas kita akan memeriksa
lembaga-lembaga yang paling langsung berhubungan dengan masalah kekuasaan, yaitu,
lembaga-lembaga politik.

Unsur-unsur yang Terlibat Dalam Konsep "Lembaga"

Secara singkat kita telah melukiskan konsep "lembaga" pada lembaran lembaran pertama
buku ini. Kita catat bahwa dia dibatasi oleh dua unsur unsur struktural dan unsur keyakinan
manusia dan citra-citra rakyat. Kini kita akan melanjutkan analisa tersebut lebih lanjut.
Sebagaimana dikatakan lebih dulu, lembaga adalah model hubungan manusia dari mana
hubungan-hubungan individu mengambil polanya. dengan itu mendapatkan stabilitas,
kelangsungan, dan kekohesifan. Dalam hubungan itu, mereka berbeda dari hubungan-hubungan
yang dibentuk di luar kerangka kelembagaan, yang sifatnya sporadis, yang berlangsung sesaat,
dan tidak stabil. Di dalam definisi kita, kita sisihkan istilah "struktur bagimodel-model
kelembagaan itu sendiri, sebagai berbeda dari hubungan hubungan kongkrit yang dihasilkannya,
meskipun dalam praktek kedua unsur tersebut tidak dapat dipisahkan dan merupakan justru
konsep sutruktur politik

lembaga. Strukturadalah sistem hubungan, yang tidak mempunyai eksistensi riil tanpa hubungan
itu sendiri. Keaslian dari yang disebut terakhir adalah sebagai akibat dari hubungannya dengan
model struktural. Akan tetapi, kita harus membedakan antara dua jenis lembaga. Beberapa
adalah hanya sistem hubungan, yang didasarkan pada model struktural dari jenis yang baru saja
kita deskripsikan. Yang lain, tambahan pula, organisasi formal teknikal dan material, konstitusi,
perkumpulan lokal perlengkapan fisik, mesin, emblem, kop surat menyurat, staf, hirarki
administratif, dan seterusnya. Demikianlah juga dengan parlemen, kementrian, kantor, majelis
kepala, kelompok incorporated atau asosiasi. Dalam bahasa hukum istilah "lembaga" kadang-
kadang dipakai untuk kelompok yang disebut terakhir. Para ahli hukum, terutama mereka yang
bekerja dalam jurisprudensi publik, mempunyai kecenderungan untuk mempelajari organisasi,
daripada hubungan, di bawah judul "institusi. Misalnya, studi lembaga internasional" adalah
terutama studi tentang organisasi internasional. Studi "hubungan internasional adalah studi
tentang hubungan-hubungan dalam arti khusus, kalau sekiranya dilaksanakan menurut metode
historis untuk mendes kripsikan hubungan-hubungan suksesif dan sebentar-sebentarantara
negara. Dia menjadi studi lembaga dalam arti luas ketika dia berusaha untuk mendefinisikan dan
mengklasifikasikan model-model struktural yang berbeda-beda yang merupakan dasar bagi
berbagai sistem hubungan antar negara. Patut dicatat bahwa pelajaran lembaga politik
sebagaimana biasa diajarkan di dalam aliran hukum, adalah terutama studi organisasi politik,
daripada sistem hubungan.

Dalam kenyataannya, faktor teknis dan material yang membedakan "organisasi" dari hanya
"sistem relasi" adalah jauh kurang pentingnya daripada model-model struktural. Tentu saja,
mereka meninggalkan kekohesifan, stabilitas, dan kelangsungan dari model-model struktural ini
dengan memberikannya bentuk yang kongkrit, realitas yang bisa diraba dan dilihat. Akan tetapi
model struktural tanpa organisasi fisikal bisa sangat kuat, kohesif dan stabil, semakin demikian
lagi, dalam kenyataannya, daripada beberapa organisasi dengan aparat yang menyolok.
Kekuasaan

yang dipegang agama terhadap manusia tidak ada handingannya deng besar dan jumlah gedung-
gedung gereja. Adat dan tradisi kerapia le kuat daripada hukum dan undang-undang. Organisasi
hanya lapisan dari lembaga, penutup atau sampulnya, yang tidak selalu mencerminkan realitas
dalamnya. Karena itu, dia jauh lebih dekat dengan kenyataan da pasti jauh lebih "operasional"
untuk menekankan kesatuan dari ko lembaga, dalam arti luas, sebagaimana berlawanan dengan
hubungan lebih gampang, kurang sering yang tidak berpola pada model struke dan men ihkan ke
tempat ke dua perbedaan antara "organisasi da sistem struktural tanpa organisasi fisikal. Kita
harus menolak konsep yang sempit yang menyamakan institusi dengan organisasi.

Kita telah berulang kali menekankan bahwa pentingnya fenomen sosial tidaklah terutama
didasarkan pada realitas fisikalnya, dia juga berdasarkan pada paham yang diperoleh orang di
sekitarnya melalui o citra populer, keyakinan, dan sistem nilai yang berkembang di sekitama
Citra-citra populer ini, keyakinan dan sistem nilai ini adalah unsur dasardan lembaga. Tidak
terlalu menjadi soal, di bawah suasana semacam itu, apakah citra publik sesuai dengan realitas
atau apakah dia bersifat ilusi. Hal yang penting adalah penerimaannya oleh segenap komunitas.

Setiap institusi adalah serentak model struktural dan koleksi cita-cita yang secara luas diterima,
kurang atau lebih distandardisir, yang artiny setiap lembaga adalah berhubungan dengan, sampai
tingkat terten sistem nilai, dengan konsep tentang yang baik dan yang jelek, tentang yang benar
dan yang salah, termasuk di dalamnya suatu pendirian tertentu hak "setuju" atau "tidak setuju".
Pada umumnya, sangat tinggi bagi lembaga lembaga politik. Keyakinan politik kurang lebih
bersifat kudus, yai mereka terikat kepada sistem nilai suatu masyarakat yang tertingg
Makna "legitimasi" diperoleh dari kenyataan ini. Dalam setiap masya rakat, orang memperoleh
ide tertentu tentang bentuk hakikat, dan struk tur bahwa kekuasaan politik harus ada untuk
dikenal sebagai baik dan sih dalam dirinya (sangat terlepas dari tindakan-tindakan khusus
yangdiambilnya). Kekuasaan adalah absah bilamana dia sesuai dengan citra populer, dengan
sistem nilai masyarakat. Bilamana kekuasaan yang diang gap sah, maka secara sukarela dan
alami dia ditaati. Bilamana dia dianggap tidah sah, orang sebaliknya cenderung untuk
melawannya, dan dia menjadi tergantung pada kekerasan. Kelak kita akan menyinggung masalah
yang sangat penting ini, terutama masalah konsensus dalam legitimasi. Bilamana orang tertentu
dalam masyarakat membela satu sistem legitimasi, dan yang lain, yang lainnya lagi, maka tidak
ada kekuasaan bisa sah bagi setiap orang - yang membuat setiap pemerintah sulit. Itu adalah
situasi revolusioner. Demikianlah keadaannya di Perancis dari sesudah Revolusi Perancis sampai
tahun-tahun pertama abad kedua puluh, ketika mereka yang membela keabsahan monarki
tradisional berbentrokan dengan kaum partisan dari demokrasi baru.

Tempat Individu dalam Lembaga Sosial: Status dan Peran

Adalah menarik memperbandingkan paham institusi dengan status dan peran (topik yang
populer di kalangan ahli psikologi sosial), karena peran dan status menjelaskan masalah dasar
dari posisi relatif individu di dalam lembaga-lembaga sosial. Adalah suatu kenyataan, bahwa
peran dan status adalah dalam dirinya institusi, menurut satu definisi dari istilah tersebut. Atau
untuk lebih tepat, lembaga adalah penjelmaan berbagai jenis peran dan status.

Konsep peran dan status diolah di tahun 1936 oleh Ralph Linton di dalam edisi pertama The
Study of Man, dan sejak itu dianut oleh banyak ahli psikologi dan sosiologi, yang telah
menambahkan perubahan-perubahan nya sendiri. Kini pada umumnya mereka menerima,
meskipun masih menjadi masalah kontroversial, yang akan kita kesampingkan untuk menjaga
inti-intinya.

Setiap manusia memegang banyak sekali posisi sosial. Misalnya, seorang yang bernama Mr.
Dupont serentak menjadi suami, kepala keluarga, se kretaris klub rugby, ahli mesin di pabrik
Renault, anggota partai komunis,

salah satu anggota dari sekelompok teman-teman, dan seterusnya. Setiap posisi ini menampilkan
kesempatan bagi suatu seri hubungan-hubungan sosial. Dalam kata-kata seorang ahli sosiologi
Jerman, Ralp Dahrendorf, dia adalah tali yang mengikat menjadi satu seluruh bidang hubungan
sosial. Bidang hubungan sosial ini adalah "pada prinsipnya, sesuatu yang bisa dibayangkan orang
sama sekali terlepas dari individu yang menduduki posisi tersebut. Dengan demikian kita tengah
berbicara tentang sistem hubungan yang stabil yang sesuai dengan definisi kita tentang lembaga
Di dalam masyarakat di mana Mr. Dupont hidup, kedudukan seorang suami sesuai dengan
sekumpulan hubungan yang dipahami oleh pers anggota nya; demikian pula, kedudukan kepala
keluarga, atau sekretaris klub rugby. Kalau sekiranya Mr. Dupont harus berhenti menjadi
sekretaris dari klub tersebut atau ahli mesin dari pabrik Renault di pabrik Renault, dia akan
diganti oleh seorang lain. Kedudukan sosial, yang didefinisikan secara obyektif seperti itu, kita
namakan "status". Berbagai ragam status hanyalah menunjukkan begitu banyak jenis hubungan,
yang artinya, institusi-institusi, di dalam definisi yang telah kita ambil.

Hagi setiap status ada sejumlah pola tingkah laku yang diharapkan dari individu yang memegang
posisi, dan serentak atribut-atribut tertentu yang seharusnya dia miliki. Dengan demikian seorang
mengharapkan dari pekerja pabrik Renault untuk melaporkan secara teratur tentang pekerjaan,
untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban profesionalnya, untuk mengambil ba gian dalam
kepentingan bersama dengan sesama pekerja, untuk bergabung dengan mereka dalam
memberikan tuntutannya kepada manajemen, dan seterusnya. Pada saat yang sama kenyataan
bahwa Mr. Dupont bekerja bagi Renault berarti adanya kewajiban-kewajiban pada pihaknya
dalam hu bungannya dengan kehadiran, kerja, dan disiplin, la juga berarti gaji, keuntungan-
keuntungan sosial tertentu, penghormatan dari sahabat dan tetangga. Kita artikan sebagai
"peranan" adalah atribut sebagai akibat dari status, dan perilaku yang diharapkan oleh anggota-
anggota lain dan masyarakat terhadap pemegang status.Singkatnya, peranan hanyalah sebuah
aspek dari status. Stoetzel mengatakan bahwa status adalah pola perilaku

kolektif yang secara normal bisa diharapkan Mr. Dupont dari orang-orang lain, sedangkan
peranan adalah pola perilaku kolektif yang diharapkan oleh orang lain terhadap Mr. Dupont.

Istilah "peranan" (role) dipilih secara baik karena dia menyatakan bahwa setiap orang
adalah pelaku di dalam masyarakat di mana dia hidup. Tambahan pula, dia adalah seorang aktor
yang harus memainkan beberapa peranan, seperti aktor-aktor profesional tertentu yang muncul
dalam satu peranan pada pertunjukkan pagi, dalam suatu peranan lain dalam pertunjukkan sore,
masih lagi dalam suatu peranan lain dalam televisi pagi. Perbedaan yang besar dari peranan
seorang aktorprofesional adalah bahwa peranan sosial seseorang tidaklah didefinisikan setajam
itu. Bilamana se orang individu menerima satu dari peranan sosialnya, dia tidaklah dipimpin,
sebagaimana seorang aktor, oleh naskah yang harus diikutinya. Sebagaigantinya, dia sebagian
besar harus membuat improvisasi, sebagaimana aktor di dalam komedi Italia yang tradisional.
Peranan di dalam commedia del' Arte - Harlequin, Pierrot, dan Columbine-memberikan ide yang
cukup baik tentang apa bentuk peranan sosial. Ide tersebut dipertunjukkan secara lebih hidup
oleh dramawan Spanyol Pedro Calderon (1600-81) di dalam The Great World Theatre.

Maksud konsep "peranan" adalah untuk membuat garis batas antara masyarakat dan individu.
Dalam batas peranan sosialnya, seorang mem punyai batas kebebasan tertentu. Sebagaimana kita
telah tunjukkan, dia tidak mengikuti naskah tertulis, akan tetapi hanya garis petunjuk umum.
Untuk sebagian terbesar, dia harus membuat improvisasi. Tergantung dari keasliannya sendiri,
dia bisa menyeleweng, dalam tingkat besar atau kecil, dari pola yang sudah menjadi stereotip
dari peranan yang dimainkannya. Kepribadian seorang individu dan peranan sosialnya hampir
setiap kali berada dalam konflik sampai pada tingkat tertentu; integrasi seutuhnya hampir jarang
dicapai. Namun, status dan peranan adalah juga faktor-faktor integratif dalam pembentukan
kepribadian, yang membantu menciptakan dan memperkuatnya. kolektif yang secara normal bisa
diharapkan Mr. Dupont dari orang-orang lain, sedangkan peranan adalah pola perilaku kolektif
yang diharapkan oleh orang lain terhadap Mr. Dupont.

Istilah "peranan" (role) dipilih secara baik karena dia menyatakan bahwa setiap orang adalah
pelaku di dalam masyarakat di mana dia hidup. Tambahan pula, dia adalah seorang aktor yang
harus memainkan beberapa peranan, seperti aktor-aktor profesional tertentu yang muncul dalam
satu peranan pada pertunjukkan pagi, dalam suatu peranan lain dalam pertunjukkan sore, masih
lagi dalam suatu peranan lain dalam televisi pagi. Perbedaan yang besar dari peranan seorang
aktorprofesional adalah bahwa peranan sosial seseorang tidaklah didefinisikan setajam itu.
Bilamana se orang individu menerima satu dari peranan sosialnya, dia tidaklah dipimpin,
sebagaimana seorang aktor, oleh naskah yang harus diikutinya. Sebagai gantinya, dia sebagian
besar harus membuat improvisasi, sebagaimana aktor di dalam komedi Italia yang tradisional.
Peranan di dalam commedia del' Arte - Harlequin, Pierrot, dan Columbine-memberikan ide yang
cukup baik tentang apa bentuk peranan sosial. Ide tersebut dipertunjukkan secara lebih hidup
oleh dramawan Spanyol Pedro Calderon (1600-81) di dalam The Great World Theatre.

Maksud konsep "peranan" adalah untuk membuat garis batas antara masyarakat dan individu.
Dalam batas peranan sosialnya, seorang mem punyai batas kebebasan tertentu. Sebagaimana kita
telah tunjukkan, dia tidak mengikuti naskah tertulis, akan tetapi hanya garis petunjuk umum.
Untuk sebagian terbesar, dia harus membuat improvisasi. Tergantung dari keasliannya sendiri,
dia bisa menyeleweng, dalam tingkat besar atau kecil, dari pola yang sudah menjadi stereotip
dari peranan yang dimainkannya. Kepribadian seorang individu dan peranan sosialnya hampir
setiap kali berada dalam konflik sampai pada tingkat tertentu; integrasi seutuhnya hampir jarang
dicapai. Namun, status dan peranan adalah juga faktor-faktor integratif dalam pembentukan
kepribadian, yang membantu menciptakan dan memperkuatnya. Tambahan pula, harus pula
dicatat bahwa meskipun anggota-angg lain dari suatu kelompok mengharapkan perilaku tertentu
dari pihak pemegang status-yang adalah sesuatu yang merupakan peranannya mereka kadang-
kadang mengharapkan, kurang lebih secara diam-diam, bahwa sang aktor juga "membuang
sifatnya" dan tidak membuat justru apa yang sebenamya diharapkan daripadanya. Harapan ini
menunjukkan bahwa kelompok sosial tidaklah puas dengan jenis-jenis peranan dan status yang
ada dan mengimpikan untuk melihat perubahannya, sekurang-kurangnya sampai tingkat tertentu.
Di dalam politik, hal ini tercermin dalam aspirasi aspirasi politik revolusioner Kecenderungan
untuk "mempribadikan kekuasaan adalah juga sebagian dari gejala ini orang mengharapkan
bahwa individu luar biasa tertentu, seorang penyelamat, akan memecahkan batas-batas
peranannya dalam melayani kepentingan setiap orang. Harapan terhadap seorang Messiah adalah
sangat besar bilamana institusi-institusi sosial pada umumnya kedapatan tidak ada akan tetapi
tidak pernah sama sekali hilang dari setiap masyarakat. Lembaga-lembaga manusia terlalu tidak
sempurna bagi manusia sehingga dia sama sekali tidak puas dengannya.

Jenis Lembaga-lembaga yang Berbeda-beda


Adalah sangat sulit untuk mengklasifikasikan lembaga-lembaga Ter gantung dari tujuannya,
mereka bisa dibedakan menurut golongan politik, agama, ekonomi, keluarga, administrasi, dan
seterusnya. Akan tetapi di sini mau kita tampilkan satu jenis perbedaan lain, suatu yang berguna
untuk mendefinisikan institusi, dan terutama menjelaskan posisi lembaga-lembaga legal
(hukum).

Lembaga-lembaga tertentu dihasilkan secara otomatis, hampir-hampir secara mekanis, boleh kita
katakan, oleh permainan antara kekuatan dan peristiwa-peristiwa. Dengan demikianlah jadinya
kelas-kelas sosial, tingkat pendapatan, cara hidup, dan seterusnya. Mereka berada meskipun
manusia tidak sadari kehadirannya, meskipun kesadaran memperkuat dan mengubahnya. Ini
tidak berarti pengambilan suatu keputusan moral tentanglembaga itu. Apakah seorang "pro" atau
"kontra terhadapnya, apakah seorang menganggapnya baik atau buruk", "benar atau salah
bukanlah alasan dasar bagi kehadirannya, meskipun jenis penilaian semacam ini juga
mempunyai pengaruh besar terhadapnya. Inilah institutions by pure fac -atau demikianlah bisa
dianggap, karena istilah ini, sebagaimana kita lihat, masih bisa diperdebatkan.

Sebaliknya, lembaga-lembaga lain, didasarkan terutama sekali pada kesadaran akan


kehadirannya dan pada pertimbangan nilai Sebagaimana bagi kesadaran, orang-orang dari
lembaga-lembaga semacam ini tahu bah wa mereka hadir, dan pengetahuan ini adalah salah satu
dari faktor-faktor utama dari kehadirannya. Sedangkan tentang pertimbangan nilai, para anggota
tidak netral tentang lembaga-lembaga ini, keanggotaannya juga berarti komitment. Lembaga-
lembaga tersebut pada dasarnya berorientasi pada sistem nilai khusus (baik atau buruk, benar
atau salah, tepat atau tidak tepat)

Kita akan menamakan jenis kedua ini institutions by design (lembaga lembaga yang dibentuk
dengan sengaja) atau "lembaga-lembaga normatif karena mereka didasarkan pada "norma-
norma", (istilah ini berasal dari bahasa Latin "norma" yang berarti "square" (konvensional) yang
bisa kita ambil sebagai sinonim dengan "hukum"). Lembaga-lembaga ini berfungsi menurut
undang-undang yang dibuat terdahulu, yang mengatur rules of conduct (aturan perilaku) yang
harus dipatuhi oleh para anggotanya di dalam tingkah lakunya. Sedangkan institutions by fact
pada hakikatnya bersifat deterministik-yang berarti bahwa seorang mengalami kekuasaan dan
pengaruhnya secara otomatik-lembaga by design bersifat obligatoir" Adalah mungkin untuk
tidak menyesuaikan dengan aturan-aturan yang diberikannya. Tidak ada seorang yang dipaksa
secara fisik untuk me nyesuaikan diri, hanya "wajib" membuatnya, dengan kata lain, diikat oleh
kewajiban legal, moral, atau sosial tertentu yang tidak bisa dihindari tanpa harus mendapatkan
hukuman dan sanksi. Ketaatan kepada lembaga-lembaga ini karena itu menjadi sukarela sifatnya.
Itu juga ketaatan yang penuh kesadaran; siapa pun yang tidak tahu aturan-aturan hukumnya tidak
bisa konform kepada kewajiban yang diberikannya, kecuali secara kebe

Perbedaan antara institutions by design dan institutions by fact ma terbuka bagi perdehatan
Apakah ada lembaga yang adanya semata-ma bersifat kebetulan fakta dalam artian sebagaimana
telah kita berikan kepad istilah ini? Bisakah ada lembaga-lembaga sosial tanpa adanya
unsurkesadar Dan segera setelah suatu lembaga menjadi sadar akan dirinya, bukankahda tidak
selalu mencerminkan tingkat self-evaluation (pancaran din) per timbangan moral tertentu tentang
dirinya? Dan sebaliknya, setiap lembaga by design, setiap yang dibangun secara sengaja,
berdasarkan suatu ke fundamental, sesuatu yang ditentukan dan tidak bisa diremehkan, yang
berlaku sebagai basisnya. Penggolongan menurut umur menjadi lembaga hanya bilamana kita
mengenalnya dan menarik pola perilaku tertentu dars padanya-yang berarti, bilamana kita
mengikatkan suatu aturan pada per mainan. Atas peri yang sama, Karl Marx menekankan
pentingnya kesadaran kelas di dalam lembaga-lembaga kelas sosial Di dalam ketiadaan
kesadaran kelas, kelas-kelas bisa ada di dalam pengertian material, akan tetapi mereka kurang
penting secara sosial dan sukar melukiskannya sebagai lembaga Di pihak lain, lembaga-lembaga
tertentu by design bisa menghasilkan lembaga lembaga secara kebetulan, misalnya, sistem hak
milik pribadi melahirkan sistem kelas-kelas sosial. Dalam analisa terakhir, perbedaan yang nyata
kelihatan bersifat gradual, bukan dalam jenis dalam lembaga-lembaga tertentu, "constructs" yang
sadar sangat diperkembangkan dalam hubungan dengan fakta aktual; dalam yang lain-lainnya,
keadaannya terbalik

Perbedaan antara lembaga-lembaga legal dan lembaga jenis lain sangat penting dalam sosiologi
politik, karena lembaga-lembaga legal adalah lembaga-lembaga yang didirikan dan diakui oleh
kekuasaan politik. Hukum adalah salah satu dari instrumen-instrumen dasar di dalam
pelaksanaan kekuasaan politik

Lembaga-lembaga legal adalah lembaga-lembaga by design atau "normative", dalam arti


sebagaimana baru saja kita tunjukkan. Meskipun konsep lembaga normatif tidak terlalu tajam
didefinisikan, kita bisa jelasmembedakan, dalam konsep tersebut, ada tiga jenis lembaga
normatif yang berdasarkan hukum, yang berdasarkan prinsip-prinsip moral, dan yang didasarkan
pada kebiasaan-kebiasaan sosial (social customs) Perbedaan serentak berdasarkan sistem nilai
yang berada di balik "norma norma, dan pada metode pengembangannya dan sangsinya
Perbedaan yang didasarkan sistem nilai secara teoritis lebih fundamental, akan tetapi dalam
kenyataannya tidak terlalu persis. Hukum, etik dan social customs adalah bagian dari sistem
nilai, suatu fakta yang membedakan lembaga yang didirikan di atasnya dan lembaga-lembaga
yang didirikan semata-mata karena kebetulan (on pure fact). Akan tetapi mereka bisa dibedakan
satu dan yang lain dari titik tilik ini juga Nilai-nilai yang memberikan batasan kepada social
customs didasarkan pada apa yang dibuat dan apa yang tidak dibuat. Prinsip-prinsip moral
didasarkan pada konsep tentang yang baik dan yang jahat, nilai-nilai fundamental yang dianggap
lebih tinggi daripada semua yang lain. Hukum didasarkan pada arti kebaikan umum (public
good), ketertiban sosial, dan kepentingan semua orang akan tetapi dia juga mencakup konsep
keadilan. Yang disebut terakhir-aspek khusus dan yang baik adalah dalam kenyataannya, nilai
moral Didalam bidang ini, hukum dan etika tidaklah sulit untuk dipisahkan, dan hukum
meminjam prestise etika agar memperkuat lembaga

Perbedaan teknis, menurut metode kerja dan penggunaan sanksi sanksi, jauh lebih tepat. Hukum
adalah jumlah seluruh aturan-aturan yang dikenakan sanksi oleh otoritas publik, dan didirikan
atau diakui olehnya Dari sini kita mendefinisikan lembaga-lembaga legal sebagai lembaga
lembaga yang (1) didinkan oleh hukum, peraturan-peraturan, dan, pada umumnya, oleh
keputusan-keputusan yang dibuat oleh kekuasaan pemerintah, dan (2) lembaga-lembaga yang
didirikan oleh social customs atau lebih kontrak-kontrak yang dibuat oleh individu-individu
secara pribadi, akan tetapi yang diakui dan disahkan oleh hukum, keputusan resmi, atau
keputusan pemerintah Kedua-dua jenis ini mendapat sanksi oleh kekuasaan pemerintah, yang
memakai alat paksaan yang dimilikinya (hakim, polisi, ganjaran, denda, hukuman mati, dan
seterusnya) untuk mengekangpelanggaran Didalam definisi yang sangat teknis ini, dengan
demikian kita menganggap hukum schugai seluruh tubuh aturan-aturan yang didirikan atau
diakui oleh mereka yang berada dalam kekuasaan (yaitu, pada umumnya, oleh negara) dan yang
disetujui oleh mereka yang berada dalam kekuasaan, persetujuan ini lebih umum dan lebih tetap.
Rule of law bis atau tidak bisa didirikan oleh mereka yang berkuasa, akan tetapi dia selalu
disetujui oleh mereka Dengan demikian, hukum bisa didefinisikan sebaga jumlah keseluruhan
aturan bertingkah laku (rules of conduct) yang disetujui oleh kekuasaan politik Moralitas
meliputi tubuh peraturan yang terikat pada sanksi-sanksi relignus (neraka, api pencuci, dan
seterusnya) atau pada sanksi-sanksi psikologis (penyesalan), yang tidak didirikan oleh agama
agama atau dipahami oleh suara hati manusiawi. Definisi ini pada kenyataannya meliputi dua
konsep moralitas, yang religius dan psikologis Keduanya tidak mesti bertentangan satu sama
lain, akan tetapi setiapnya membangkitkan masalah-masalah khusus yang tidak kita diskusikan
kali ini. Terakhir, mores adalah rules of conduct yang dikembangkan oleh social customs
Pelanggarannya meliputi berjenis-jenis sanksi, tidak terorganisir akan tetapi seringkali kejam,
seperti kutukan, penghinaan, pengasingan.

Hukum, moralitas, dan custom tidak mencakup wilayah-wilayah yang sama sekali terpisah dari
lembaga-lembaga sosial, mereka cenderung bertumpang tindih satu sama lain Banyak peraturan
hukum (legal) serentak juga prinsip-prinsip moral dan social customs, dan sebaliknya. Namun,
ada juga wilayah-wilayah yang khusus bagi setiap kategori. Bisa juga ada kontradiksi
diantaranya. Konflik-konflik antara hukum dan prinsip-prinsip moral terutama sangat sungguh-
sungguh, karena dalam hirarki nilai, nilai moral dianggap lebih tinggi dari nilai-nilai yuridis,
sekurang-kurangnya dari titik tilik suara hatin seorang individu. Dari titik tilik kepentingan
komunitas, isu-isunya kurang jelas. Duel antara Antigone dan Creon adalah ilustrasi yang baik
dari kontradiksi ini, kerapkali dramatis dalam konsekuensinya Meskipun pada umumnya kurang
sungguh-sungguh dan kurang mendalam, konflik antara prinsip-prinsip moral dan social
customs, tidak kurang akut.Ambil sebagai contoh, perlawanan Rusia terhadap adik Peter Agung,
yang melarang manusia memelihara janggut, dan perlawanan Turki terhadap hukum Mustapha
Kemal, yang melarang memakai fez

Lembaga dan Teknologi

Apakah mereka berasal dari hukum, customs, atau sumber lain, lembaga-lembaga masyarakat
rapat hubungannya dengan perkembangan teknologi, sebagaimana telah kita tunjukkan Pada titik
ini, kaum penganut Mandsmecenderung untuk menganggap lembaga-lembaga sebagai semata
mata pencerminan teknologi Pandangan ini terlalu disederhanakan Lembaga-lembuga
mempunyai otonomi tertentu dalam hubungan dengan perkembangan teknologi

Kedudukan Maskaku mengenai masalah ketergantungan lembaga lembaga terhadap


perkembangan ekonomi dan teknologi. Bagi Mandsme lembaga-lembaga adalah akibat dari
kategori khusus teknologi, dia hanyalah pencerminan dari teknologi sampai pada tingkat tertentu
sebuah epiphe nomenon teknologi yang berhubungan dengan produksi Keadaan kekuatan
produksi, yaitu teknik yang dipergunakan dalam produksi menentukan metode metode produksi
dengan kata lain, lembaga-lembaga yang berurusan dengan produksi, khususnya, hak milik
Metode-metode produksi menentukan lembaga lembaga lain-keluarga, agama, politik, seks, dan
seterusnya Dengan demikian, ada dua tingkat lembaga lembaga lembaga sosio ekonomi yang
berhubungan dengan metode-metode produksi dan kepada hubungan-hubungan kelas sebagai
akibatnya, dan lembaga-lembaga lainnya. Yang disebut terakhir adalah produk dari yang disebut
pertama. Dari sini keduanya dischabkan keadaan kekuatan produksi masyarakat. Tentu saja
pengaruh-pengarah tidak berjalan ke arah yang sama Lembaga-lembaga dalam tingkat kedua
bisa mempengaruhi yang berada pada tingkat pertama, superstruktur bisa mempengaruhi fondasi
Akan tetapi reaksi semacam ini sifatnya sekunder bilamana diperbandingkan dengan pengarah
tingkat pertama terhadap yang kedua.

Kini konsep ini terlalu amat sempit. Sedikit saja orang yang dapat membantah bahwa lembaga-
lembaga tergantung dari tingkat perkembangan ekonomi dan teknologi suatu masyarakat, dan
bahwa lembaga-lembaga sosio ekonomi menguasai yang lainnya. Akan tetapi sama sekali tidak
ada determinasi yang kaku, hanya beberapa tingkat pengaruh yang berbagai ragam Setiap tipe
lembaga-lembaga sosio ekonomi sesuai atas berbagai peri dengan lembaga-lembaga lainnya
yang mungkin (keluarga, agama, politik, dan seterusnya) Kaum Marxis tidak mengingkari
pluralitas superstruktur ini, akan tetapi mereka mengklaim bahwa selalu ada korelasi antara jenis
superstruktur yang memang ada dan hakikat substrukturya Kelak kita akan memeriksa teori ini
secara lebih panjang lebar dengan hubungannya antara rezim rezim politik dan sistem-sistem
produksi, Mari kita membuat catatan di sini hahwateori tersebut sangatlah dilebih-lebihkan.

Kondisioning lembaga-lembaga sosio ekonomi oleh tingkat teknik produksi, dan lembaga-
lembaga lain oleh sistem produksi, jauh lebih luas dalam hakikatnya. Ada otonomi tertentu dari
lembaga-lembaga dalam hubungan dengan teknik-teknik ekonomi, Tingkat pengembangan
teknologi yang sama bisa menghasilkan berbagai jenis sistem produksi, tanpa adanya suatu jenis
yang ada tergantung dari variasi di dalam tingkat pengembangan. Sistem produksi yang sama
bisa menghasilkan berbagai ragam lembaga lembaga keluarga pendidikan, kebudayaan, politik,
dan agama, akan tetapi munculnya satu jenis lembaga daripada yang lain tidak mesti terikat pada
suatu jenis sistem produksi tertentu

Sistem-sistem sekolah yang berbeda-beda di Amerika Serikat, Inggris Raya, Jerman, dan
Perancis tidak lagi sesuai dengan berbagai sistem produksi yang berbeda dibandingkan dengan
sistem presidensial Amerika Serikat, sistem parlementer Inggris, sistem pemerintahan
Skandinavia, atau sistem politik Italia dan Perancis, Perbedaan perilaku seksual antara Katolik
dan Protestan di Barat kelihatannya tidak ada hubungannya dengan perbedaan perbedaan sistem
produksi atau tingkat teknologi ekonomi. Perbedaan antara sistem dua partai yang fleksibel di
Amerika Serikat, sistem dua partaiyang kaku di Ingger sisters hanyak pantai yang beli di seg
Skandinavia, dan sistem banyak partai yang anarkis di Perancis dan bula daklah didasarkan pada
perbedaan metode produk atas keadaan kekuatan kekuatan produksi Kita bisa memperbanyak
lagi contab Lembaga-lembaga mempunyai ukuran otonomi tertentu yang sangat berbeda dari
struktur sosio-ekonomi. Dalam batas-batas yang cukup kas in lembaga-lembaga (di dalam dan
pada dinnya, dan bukanlah sebaga pengganti adalah sumber-sumber antagonisme politik maupun
ba integrasi politik).

Contoh yang baik dan otonomi lembaga-lembaga diberikan sem sistem partai. Tidak ada yang
mengingkari bahwa antagonisme dan integrasi politik secara mendalam berbeda dalam sistem
dua partai jenis Inggris dan banyak partai jenis Perancis dan Italia. Lembaga-lembaga ini, yang
adalah sistem politik, secara mendalam mempengaruhi kehidupan politik satu negara, akan tetapi
mereka sebagian besar tetap otonom dalam hubungan dengan struktur sosioekonomi. Tentu saja,
sistem dua partai dan sistem banyak partai sebagian besar merupakan akibat dari faktor-faktor
sosio ekonomi: partai-partai mencerminkan kelas-kelas sosial dan kelompok kelompok sosial
yang berada dalam konflik satu sama lain. Perkembangan sejarah, tradisi-tradisi, dan lingkungan
yang khas setiap negara memainkan peranan dalam hal ini; perjuangan kelas dan konflik antara
kelompok kelompok sosial berkembang dalam konteks kultural ini. Akan tetapi ada satu faktor
yang datang menyelang, suatu yang murni bersifat kelembagaan dalam hakikatnya sistem
pemilihan. Suara mayoritas dalam satu pemungutan suara (majority vote on one ballot), dalam
jenis pemilihan Anglo-Saxon, mendorong sistem dwi partai, sedangkan perwakilan proporsional
atau two-ballot procedure dari sistem Perancis mendorong sistem banyak partai. Sistem
pemilihan cenderung mempertahankan atau memperkuat faktor-faktor sosioekonomi dan kultural
yang inheren.

Hubungan antara sistem pemilihan dan sistem partai menunjukkan secara amat jelas otonomi
lembaga-lembaga Pengaturan yang khusus darisatu lembaga (stem pemilihan) memberikan
kepada lembaga-le lain stempartai) konfigurasitertentu yang pada gilirannya mempeng
antagonisme polink dengan mengintensifkannya atau menahannya Te sita pengairan pengaturan
kelembagaan ini kurang pengantinya faktor-faktor lain yang menyebabkan keresahan atau
integral seringkali dia adalah faktor yang penting Kita bisa mengutip conto yang sama dalam
setiap hidang Perubahan dalam struktur keltirga Perancis menyusul Perang Dunia Kedua
rerutama karena adanya undang undang haru yang memberikan keuntungan material kepada
mereka yang meningkatkan jumlah keluarga, dibandingkan dengan perubahan da metode metode
produksi undang-undang ini kelihatannya menennikas dalam perubatuan-perubahan yang terjadi
dalam tahun 1944-45 Revol seks yang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa Utara, yang bermula
tahu 1950, kelihatannya sama sekali tidak ada hubungannya dengan perken hangan teknologi,
akan tetapi letab terletak kepada melemahnya cabe-cabe agama dan moral, dan sebabnya
membutuhkan penelitian yang lebih.

Akan tetapi untuk tetap berada dalam bidang politik, kita funis menekankan satu hal penting,
Teori-teori Marsis telah salah mengation hakikat kekuasaan yang sebenamya dengan
menganggapnya sebagaakhar dws struktur teknockonomi Tidak ada seorang yang mengingkan
bahwa kekuaan dikondisi oleh perjuangan kelas. Akan tetapi pandangan bahwa dia tergantung
semata-mata pada perjuangan kelas dan akan sima bersama kelas-kelas sosial (sebagaimana
kaum Marxis mengklaim dalam teorinya tentang sirnanya negara) kelihatannya bertentangan
dengan kenyataan. Perkembangan Stalinisme membuktikan bahwa hapusnya kelas-kelas dan
tibanya sosialisme bisa terjadi bersanta dengan pertumbuhan suatu kedik tatoran yang tidak
mengenal belas, yang tidak dapat dijelaskan baik oleh pengepungan kapitalistik terhadap USSR
atau oleh perlawanan dari anggot anggota lama dari kelas-kelas yang pengeksploitir Hanya
konsep otonomi kelembagaan memungkinkan kita mengenal hahwa kekuasian politik
mempunyai kenyataannya tersendiri, tidak tergantung dari struktur kelasdan faktor-faktor
berpengarah lainnya Kenyataan ini kelihatannya sendi dan kecenderungan alami untuk meluas
sampaidia menemukan perlawanan yang efektif. Kita akan menemukan kembali konsep
fundamental ini yang mendorong orang untuk percaya bahwa kekuatan secara inherenberbahaya
dan bahwa seorang harus senantiasa mengambil langkah-langkah pencegah dalam
menghadapinya, bahkan pada waktu perjuangan kelas dan sebab schah lainnya dan antagonisme
politik telah sima

Persistensi Lembaga-lembaga Inersia Sosial

Kalaupun mereka adalah hasil dari struktur struktur tekno-ekonomis lembaga-lembaga


memegang otonomi. Satu karakteristik dari otonomi ins adalah bahwa, oleh semacam inersia
sosial, lembaga-lembaga tetap ber langsung hidup setelah faktor-faktor yang menghasilkannya
telah lenyap Persistensi lembaga-lembaga adalah gejala yang sangat lumrah. Da lam semua
negeri dan dalam setiap waktu, ada campuran antara lembaga lembaga kontemporer, yang sesuai
dengan kebutuhan masa kini, dan lembaga-lembaga kolot, yang sesuai dengan kebutuhan
kebutuhan yang sudah hilang Lembaga-lembaga ini berlangsung hidup karena mereka
didasarkan baik pada faktor-faktor material-hak milik, personil, badan pemerintah, organisasi
dan pada citra-citra populer-orang terbiasa dengan eksistensinya dan tidak sadar sepenuhnya
terhadap kedaluwar saannya.

Kita akan mencatat hanya dua contoh yang menyolok dari persistensi lembaga-lembaga ini.
Yang terpenting adalah masih adanya struktur struktur Roma, sebagian besar dalam gereja,
setelah serbuan barbar dan kegagalan Kekaisaran Roma. Mereka tetap mempertahankan bentuk
luar suatu negara selama berabad-abad, ketika ekonomi cenderung menuju fragmentasi
kekuasaan ke dalam komunitas-komunitas kecil, memenuhi kebutuhan sendiri, komunitas desa.
Struktur-struktur sisa tersebut merupakan sinar bagi pemunculan kembali sentralisasi politik
pada awal dinasti Merovingia, dan terutama pemerintahan Karel Agung, dan mereka secara
berturut-turutmempengaruhi pembentukan negara-negara nasional baru ketika kema juan
ekonomi memungkinkan pembangunan kembali pengelompokan pengelompokan politik yang
besar dan bertahan lama.

Partai partai politik memberikan sebuah contoh lain tentang persisten si lembaga-lembaga
Marilah kita mengambil partai Sostalis-Radikal Peran cis-sebuah peninggalan sejarah. Beberapa
dasawarsa yang lalu, dalam mengungkapkan oposisi kaum liberal yang pantang menyerah yang
dikonfrontir oleh kaum moderat dan konservatif, partai tersebut sesuai dengan kenyataan sosial.
Namun, meskipun alasan-alasan dasar dari konflik ini praktisnya hilang, organisasi-organisasi
Sosialis-Radikal tetap ada, bersama dengan sebuah ideologi tertentu organisasi radikal tetap
berlangsung hidup

Lembaga-lembaga yang hidup lebih lama dari faktor-faktor yang menghasilkannya cenderung
menjadi sebab antagonisme politik atau integrasi politik itu sendiri. Pada masa kini partai
Sosialis - Radikal tidak hidup sebagai jawaban kepada konflik konflik politik tertentu, konflik
konflik politik tertentu ada karena partai Sosialis-Radikal tetap ada. Dengan demikian, beberapa
perjuangan politik tidak lagi mempunyai sesuatu selain dasar historis. Namun kadang-kadang dia
bekerja sebaliknya integrasi sosial lebih kuat daripada yang biasanya secara normal di bawah
struktur sosial yang baru karena lembaga-lembaga kepentingan bersama, yang tidak lagi sesuai
dengan kenyataan hari ini, masih tetap ada.

Persistensi lembaga-lembaga dengan demikian bisa berakibat pada memelihara, atau bahkan
menghidupkan kembali rezim-rezim yang berbeda dari struktur sosio-ekonomi. Usaha-usaha
penyatuan Clovis dan Karel Agung, misalnya, berlangsung berlawanan dengan perkembangan
ekonomis dari masa tersebut, yaitu, demi berkuasanya sistem pertanian kuno yang menghasilkan
komunitas-komunitas kecil, tertutup. Struktur-struktur sosio ekonomi menguntungkan para tuan
tanah dan masyarakat feodal. Persistensi lembaga-lembaga memperlambat desentralisasi negara
ini dan bahkan sementara menghidupkan kembali. Tentu saja, kelahiran kembali itu
hanyapendek masa hidupnya, akan tetapi cukup waktunya untuk mengubah tujuan banyak orang
selama mereka masih ada, dan menghasilkan kon sekuensi-konsekuensi yang bertahan lama.

Persistensi lembaga-lembaga Romawi abad tengah, yang tidak lagi sesuai dengan basis-basis
sosiologisnya, memperkuat integrasi sosial dari pada antagonisme sosial dia menahan
perkembangan konflik-konflik politik sampai pada tingkat tertentu. Berbicara secara umum,
bilamana lembaga lembaga lama dicintai dan dihormati, bilamana mereka kelihatannya lebih
disukai daripada yang diciptakan oleh evolusi sosio ekonomi, maka pendapat umum
menyokongnya dan menyesuaikan dirinya cukup baik dengan "persistensinya." Akan tetapi di
pihak lain, bilamana lembaga-lembaga lama tidak didukung baik dan bilamana evolusi
cenderung mengubahnya, bilamana mereka dengan vested interest mencoba mempertahankannya
meskipun ada oposisi yang kuat, maka inersia sosial meningkatkan konflik tersebut dan bisa
menghasilkan ledakan-ledakan revolusioner
Lembaga-lembaga Politik Klasifikasi Rezim-rezim Politik

Lembaga-lembaga politik adalah lembaga-lembaga yang memper hatikan kekuasaan,


organisasinya, pengalihannya, pelaksanaan, legitimasi, dan seterusnya. Sepanjang sejarah,
lembaga-lembaga ini telah bergabung menurut jenis-jenis yang berbeda-beda yang kita sebut
"rezim-rezim politik." Rezim-rezim politik memekar struktur-struktur kelembagaan yang khusus
di dalam mana kehidupan politik terbuka (unfolds), akan tetapi struktur itu sendiri merupakan
bagian dari kerangka sosial secara menyeluruh yang terdiri dari lembaga-lembaga lain dan
faktor-faktor geografis dan demografis dari masyarakat yang bersangkutan. Dari sinilah
pentingnya masalah meng golong-golongkan rezim-rezim politik.

Secara langsung atau tidak langsung, semua klasifikasi Aristoteles dan Plato cenderung
menekankan kebajikan dan rezim-rezim campuran. Mon tesqieu mengambil posisi yang sama,
akan tetapi konsepnya tentang "campuran" berbeda. Tipologi Barat, yang mempertentangkan
demokrasidengan kediktatoran, mencoba memberikan justifikasi kepada yang pertan dan
meremehkan yang lain, karena istilah "kediktatoran memputi konotasi yang tidak enak,
sedangkan "demokrasi mempunyai kono yang menyenangkan dalam pembicaraan pada masa
sekarang. Pandang komunis tentang rezim kapitalis dan sosialis pada hakikatnya sara "kapitalis"
buruk dan "sosialis" baik dalam kosakata Marxis. Kita akan mencoba berjalan di luar klasifikasi
subyektif ini untuk memperoleh tipolog yang lebih obyektif, suatu yang menjelaskan baik
kesamaan dan perbedaan dari rezim-rezim politik masa sekarang. Pendekatan sejarah adalah
terbaik tentang masalah ini, karena semua klasifikasi pada masa sekarang didasarkan sampai
pada tingkat tertentu pada yang dulu. yang

Klasifikasi Purba

Sampai akhir abad ke sembilanbelas, pada umumnya diterima sistem klasifikasi yang diwariskan
sejak zaman Yunani, yang membagi rezim-rezim politik ke dalam monarki, oligarki, dan
demokrasi.

Monarki-pemerintahan oleh seorang, oligarki-pemerintahan oleh beberapa orang; demokrasi-


pemerintahan oleh semua definisi-definisi sederhana ini sesuai baik dengan klasifikasi logis dan
kepada hakikat sebenarnya dari rezim-rezim politik sebagaimana mereka berlangsung pada dunia
Hellenik Formulasi yang tepat yang pertama kali tentang distingsi ini terdapat dalam Herodotus,
dan mungkin berasal dan per tengahan abad kelima sebelum Masehi, akan tetapi kelihatannya
bahwa dia berasal dari tradisi yang lebih awal yang sudah berdiri kokoh. Tambahan pula, bagi
setiap jenis rezim telah ditarik sebuah perbedaan antara bentuk yang murni, benar dan "deviasi-
deviasi"nya. Aristoteles kelak memberikan analisa yang termasyhur tentang mempertentangkan
bentuk-bentuk pemerintahan yang korup- tirani, oligarki, dan demokrasi dengan bentuk-bentuk
murni yang sesuai-monarki, aristokrasi, dan "timokrasi (demokrasi dengan pemilihan terbatas).
Plato lebih dahulu telah menge mukakan pikiran-pikiran yang sama, sambil menambahkan
sebuah teontentang pemunculan yang berganti ganti dari jenis-jenis rezim dalam siklus yang
berulang kembali secara konstan

Trilogi "monarki, aristokrasi, dan demokrasi, menguasal teori-teor politik sampai pada
masa Montesqueu, dan bahkan kemudian. Setiap penulis menambahkan perbaikan-perbaikan
yang terinci tanpa menyentuh hal-hal yang hakiki. Ahli Ekonomi politik (political economist)
Jean Bodin (1530-96) secara terpisah-pisah menggunakannya bagi bentuk-bentuk negara dan
bentuk-bentuk pemerintahan yang memungkinkannya untuk membentuk kombinasi-kombinasi
yang aneh, tetapi kadang-kadang menarik. Suatu negara monarki, misalnya, di mana kedaulatan
berada di tangan raja bisa saja mempunyai pemerintahan yang demokratis bilamana semua
warganya mempunyai kesempatan yang sama bagi jabatan negara, atau negara monarki bisa
menjadi pemerintahan aristokratik bilamana jabatan-jabatan negara hanya diberikan kepada
kaum bangsawan dan orang-orang kaya. Prinsipatus romawi adalah pemerintahan monarki di
dalam negara demokratis, karena kedaulatan didasarkan pada konsensus rakyat, meskipun
dilaksanakan oleh satu orang, definisi yang terakhir ini bisa dikenakan kepada Bonapartisme dan
kepada kediktatoran modern. Jelas, tipologi Bodin bukannya tanpa gunanya. Dia membuktikan
adanya kontradiksi-kontradiksi yang mungkin antara sistem-sistem nilai yang menjadi basis bagi
negara (yang disebut Bodin sebagai "kedaulatan") dan organisasi negara yang sebenarnya.

Pada pandangan pertama, Montesquieu kelihatannya menyimpang dari tipologi tradisional ketika
dia menulis. "Ada tiga jenis pemerintahan republikan, monarki, dan despotik." Akan tetapi dia
segera membedakan antara demokrasi dan aristokrasi dalam bentuk pemerintahan republikan,
sekali lagi kita mempunyai perbedaan lama yang dibuat oleh Herodotus, dan paham bentuk-
bentuk murni dan bentuk korup (despotisme adalah bentuk korup dari monarki). Namun,
mempersatukan demokrasi dan aristokrasi adalah ide yang subur. Abad kesembilan belas, dan
bahkan abad keduapuluh, kemudian melahirkannya, adalah sukar untuk memisahkan.
demokrasidan aristokrasi karena pentingnya pemilihan terbatas dan pera oligarki di dalam rezim
rezim yang didasarkan pada pemilihan umu Sama halnya, bagi seorang ahli sosiologi modern,
adalah hakiki membeda kan antara monarki dan kediktatoran, sebagaimana secara jelas d
Montesquieu

Klasifikasi Legal Masa Sekarang

Para ahli hukum masa sekarang masih berpegang pada daya tarik de Montesquieu meskipun
udak lagi pada teorinya tentang tiga bentuk pemerintanan dibandingkan dengan teorinya tentang
pemisahan kekua Praktisnya, mereka membuat klasifikasi rezim-rezim politik menung hubungan
hubungan internal antara kekuasaan yang berbeda beda, yaitu antara elemen-elemen berbeda-
beda yang membentuk negara

Dengan demikian kita tiba pada pembagian tripartite dari rezim pemerintah sebuah rezim di
mana ada pemusatan kekuasaannya, sebuah rezim dengan pemisahan kekuasaan, dan sebuah
rezim parlementer (dengan kolaborasi kekuasaan). Pemusatan kekuasaan berarti bahwa semua
keputusan penting diambil oleh satu organ negara. Hal ini bisa bekerja demi keuntungan satu
orang atau satu perkumpulan Kasus pertama sesuai benar dengan monarki absolut atau diktator,
perbedaan antara keduanya ditentukan oleh cara pengambilan kekuasaan seorang raja
memperoleh kekuasaan melalui warisan, seorang diktator, melalui kekerasan Kasus kedua sesuai
dengan "pemerintahan dengan perwakilan atau oleh konvensi (karena konvensi dianggap
melahirkan pemerintahan). Akan tetapi tipe kedua ini lebih bersifat teoritis daripada praktis,
sama seperti jendela jendela palsu dari suatu perencanaan arsitek yang salah, yang ditempatkan
di sana untuk menciptakan ilusi tentang simetri. Dalam kenyataannya, kon vensi telah
memberikan kepada kediktatoran (dari komune atau komite) lebih sering daripada dia
melaksanakan kekuasaannya sendiri. Dalam setiap peristiwa, contoh-contoh pemerintah oleh
perwakilan terlalu singkat.terlalu jarang, dan terlalu tidak stabil untuk perlu menempatkannya di
dalam kategori yang sama pentingnya dengan yang lain

Di dalam pemerintahan-pemerintahan yang mempunyai kekuasaan dan yang mempunyai


sistem parlementer, kita mendapatkan sub pembagi an umum yang sama antara monarki dan
republik Bentuk pemisahan keku asaan kerajaan terbatas sifatnya atau monarki konstitusional di
mana parlemen, yang diberi kekuasaan finansial dan legislatif, membatasi kekuasaan raja.
Bentuk republik adalah sistem presidensial; Amerika ada lah contohnya yang paling
mengesankan. Menghubungkan tipe kerajaan dan republik bukanlah dibuat-buat, sistem
presidensial ditemui oleh koloni koloni Amerika, yang membentuknya menurut model Inggris
abad delapan belas, yang adalah monarki terbatas. Sistem parlementer dipertandai oleh
perbedaan antara kepala negara dan kepala pemerintahan yang pertama mengisi tempat
kehormatan dan tidak mempunyai kekuasaan nyata apa pun, sedangkan yang kedua mengambil
arah yang eksklusif dari cabang eksekutif di dalam kabinet menteri-menteri yang berbagi
tanggung jawab kepada parlemen. Sistem yang kompleks ini adalah tahap terakhir dari evolusi
monarki absolut kepada demokrasi, yang membiarkan bentuk luar dari sistem tradisional tak
berubah akan tetapi melepaskannya dari setiap kekuasaan yang substantif bagi semua maksud-
maksud praktis

Berbicara secara luas, monarki-monarki Eropa berkembang dalam tiga tahap, mengikuti pola
yang dibangun oleh Inggris Raya: monarki

absolut, monarki terbatas, dan monarki parlementer. Munculnya sebuah parlemen yang
berkonfrontasi dengan raja-atau lebih baik perluasan kekuasaan parlemen ini, berasal dari
perkumpulan vassal di dalam masyarakat feodal-mengakibatkan pemilihan dari tingkat pertama
ke tingkat kedua Perkembangan ide-ide demokrasi berturut-turut mewajibkan raja untuk
mencurahkan perhatian yang bertambah kepada keinginan parlemen. Menteri-menteri negara,
yang pada mulanya hanyalah sekretaris raja yang diberi beban melaksanakan kebijaksanaannya,
semakin hari semakin

mendapatkan dirinya untuk menjamin kepercayaan parlemen untuk mampubertindak Pada titik
ini, kita sampai kepada tahap perantara yang dikena sebagai parlementarisme orleaniste, di mana
para menteri hans memperoleh kepercayaan raja dan para anggota perwakilan rakyat. Akan
tetapi, tahap ini tidak berlangsung lama, karena keberhasilan prinsip demokratik memperkuat
legitimasi parlemen dan para menten yang mendukung kebijaksanaan parlemen, dan
menggerogoti kekuasaan dan otoritas raja. Sejak itu, para menteri hanya membutuhkan dukunga
dan kepercayaan para perwakilan; kabinet memusatkan semua kekuasa pemerintah di dalam
tangannya, sedangkan raja terutama menjadi lambang ("Raja berdaulat, tetapi tidak memerintah."
the king reigns but does not govern). Pada tahun 1875, Perancis mengalihkan sistem parlementer
in menjadi kerangka republik, dan banyak negara lain lagi yang menyusul Sebenarnya, hanya
ada perbedaan tipis antara republik parlementer dan monarki parlementer, apakah seorang raja
atau presiden, kepala negara pada dasarnya tidak ada kekuasaan. Namun, bukanlah suatu prestasi
kecil dari sistem parlementer untuk mengakhiri konflik pahit antara kaum "monarkhis" dan
"republiken", yang membagi Eropa abad sembilan belas, dengan menghapuskan arti yang
sebenarnya. prinsip

Klasifikasi Sosiologis Modern

Klasifikasi legal yang terdahulu tidak memberikan penjelasan yang memuaskan bagi perbedaan
antara rezim-rezim politik masa sekarang Kecenderungan sekarang adalah meninggalkannya
untuk mengambil suatu klasifikasi yang lain, yang berdiri pada perbedaan dasar antara rezim-
rezim pluralistis atau demokratis. Pada satu pihak dan rezim-rezim unitarian atau otokratis, di
pihak lain.

Di dalam rezim-rezim pluralistik atau demokratik, pergolakan politik terjadi secara terbuka dan
bebas, di bawah sinar lampu umum. Demikianlahdengan partai partai politik. Adalah selalu
beberapa daripadanya, dari mana nama "pluralistik." Meskipun ada lebih dari dua, selalu ada
sekurang kurangnya dua. Perjuangan bersifat publik dan terbuka bagi pers dan media berita
lainnya. Rezim-rezim pluralistik adalah juga rezim-rezim liberal, yaitu rezim-rezim di mana
kebebasan umum ada, yang memungkinkan setiap orang mengungkapkan pendapatnya secara
lisan dalam tulisan, melalui keanggotaan di dalam organisasi, oleh partisipasi di dalam
demonstrasi umum, dan seterusnya. Aktivitas kelompok-kelompok kepentingan (pressure
groups), yang mencoba mempengaruhi kekuasaan secara tidak langsung, kadang-kadang lebih
bersifat rahasia, kehidupan politik selalu meliputi wilayah samar-samar akan tetapi ini ditahan
sampai minimum di dalam rezim-rezim pluralistik

Di dalam rezim rezim unitarian, sebaliknya, konflik politik secara resmi tidak terjadi, selain di
dalam bentuk perjuangan individu untuk mem peroleh restu sang pangeran Akan tetapi pangeran
itu sendiri, apakah seorang raja, kaisar, atau Fuhrer, duce atau diktator, tidak bisa ditantang;
kekuasaan yang tertinggi berada di atas hingar bingar pergolakan politik Inilah perbedaan dasar
dari rezim-rezim demokratik pluralistik, di mana kekuasaan tertinggi itu sendiri ditantang pada
jangka waktu yang teratur, setiap empat atau lima tahun, oleh permainan bebas dan pemilihan
umum. Mereka yang memegang kedudukan tertinggi memakai sejenis kekuasaan yang genting,
seperti penyewa tanah (tenants) yang hak-haknya hilang dengan menghilangnya sewa, dan yang
harus memperoleh pembaruan atau mengosongkan tempat itu. Namun, bahkan monarki yang
paling absolut hampir tidak dapat luput dari pengaruh rekan-rekannya yang dekat, penasihatnya,
orang kesukaannya, agen-agen utama negara; seluruh rentetan kantor-kantor pemerintahan yang
turut mengambil bagian dalam pelaksanaan otoritas dengan demikian menjadi obyek dari
perebutan kekuasaan yang sengit. Kadang-kadang monarki menjadi umpan dari orang orang
tertentu atau lembaga-lembaga tertentu di sekelilingnya, sebagaimana faraoh dimanipulir oleh
para imam Ammon, dan raja-raja Merovingian menjadi boneka-boneka.

Di dalam senap kategori sang besar ini-rezim-rezim pluralistik ata demokras, rem reimunitarian
atau otokratik berbage sub klasikas Di dalam kategori kedua kita harus membedakan antara mark
warzan turun temurun dan keliktatoran yang berasal da kemenangan Yang lebih realistik dan
kurang formal, adalah pemerintah otoksi moderat, yang menerima oposisi tertentu terhadap
rezim dan menginkan cara-cara legal tertentu untuk mengungkapkan perbedaan pendapat polik
secara tidak langsung, dan otokrasi totalitarian, yang menghancurkan semua oposisi dan
memaksa kaum pembangkang untuk memakai kegiatan-kegunan gelap

Mengenai demokrasi pluralistis, jalan terbaik untuk mengklasifi kakaya alalah menggabungkan
bentuk-bentuk legal rezim-rezim pemenahan dengan jenis partai politik yang terdapat di
dalamnya mana tiba pada struktur rem politik, perbedaan antara sistem dua pati dan banyak parta
menjadi sangat besar, dia menentukan berapa besar mayoritas dibentuk di dalam perwakilan
nasional, yang adalah fundamental di dalam rezim parlementer karena pemerintah didasarkan
pada dalam sistem dwi partai satu partai memegang mayoritas yang sadah semestinya demikian,
karena itu dia homogin, tidak dilumpuhkan oleh cekcok dan pertentangan insem, dan stabil Di
pihak lain, di dalam multi partai tidak ada partai memegang mayoritas, yang dibentuk ehk dan
beberapa parta, yang masing-masing mencari kepentingan dirinya sendit Mayoritas yang
diperoleh atas cara ini sifatnya heterogin, serba dan tidak stabil Tambahan pula, pertentangan
politik antara dua pantai sama sekali berbeda dan pertentangan yang melibatkan sejumlah besar
partai-partai

Akan tetapi jumlah partai bukanlah satu-satunya faktor yang harus dipertimbangkan Stabilitas
dan kohesinya pemerintah di dalam sistem dei partai tenutama tergantung dan disiplin intern dari
partai mayoritas Bilamana semua wakinya memilih atas peri yang sama, sebagaimana diInggris
Raya, eksekutif mempunyai dukungan dari mayoritas parlementer yang benar benar berarti dan
tahan lama. Namun bilamana ada kebebasan penuh untuk memilih sesuka hatinya sebagaimana
halnya dengan partai partai yang fleksibel" di Amerika Serikat-maka pemerintah sama sukamya
memerintah dan mempertahankan dirinya dalam kekuasaan sebagaimana di dalam sistem
multipartai. Dengan demikian sistem dwi partai yang sebe narnya adalah jenis Inggris yang
"kaku" di mana setiap partai memaksakan anggotanya menjadi satu suara bilamana ada persoalan
yang memerlukan pemungutan suara, jenis Amerika yang "fleksibel" sebenarnya "sistem dwi
partai yang semu" yang dalam prakteknya menghasilkan akibat-akibat yang sama sebagaimana
sistem multipartai

Sejalan dengan itu, kita bisa mengenal tiga jenis rezim-rezim pluralistis (1) rezim-rezim
presidensial baik pseudo dwi partai, sebagaimana di Ame rika Serikat, atau multi partai, sebagai
di Amerika Latin, dengan perbedaan yang sebenarnya di antara mereka, (2) rezim-rezim
parlementer dengan sistem dwi partai jenis Britis; dan (3) rezim-rezim parlementer dengan
sistem banyak partai jenis Eropa kontinental. Di bidang yuridis, dua jenis terakhir sangat dekat
satu sama lain dan jauh berbeda dari jenis yang pertama Namun di bidang fungsional, stabilitas
dan otoritas pemerintah di dalam sistem parlementer dwi partai lebih menyerupai sistem
eksekutif presidensial daripada pemerintah parlementer multi-partai. Di tingkat warganegara dan
masalah memilih kepala negara-faktor yang hakiki di dalam rezim politik-persamaannya bahkan
lebih besar, sebagaimana akan kita lihat

Di dalam pemilihan parlementer, warga negara Inggris sadar, bukan saja memilih seorang wakil,
akan tetapi-terutama-memilih pemimpin yang bertanggung jawab bagi kebijaksanaan Inggris.
Karena disiplin partai, dia tahu bahwa dalam memberikan suaranya bagi partai konservatif, atau
Mr. Y., pemimpin Partai Buruh, menjadi kepala pemerintah selama empat tahun. Situasinya
sama persis dengan para pemilih Amerika yang memilih pemilih presidential elector, yang
bertugas untuk menentukan satu dari dua calon bersaing sebagai presiden. Di Inggris Raya dan
Amerika Serikat,meskipun perbedaan di dalam struktur hukum, semua warga negara sadar untuk
mendaftarkan pilihannya sendiri dalam memilih kepala pemerintahan yang sebenarnya. Namun,
di negara-negara Eropa Barat, sistem multiparta menghindari metode memilih kepala
pemerintahan secara langsung in Sebagai gantinya, dia dipilih oleh komite eksekutif dari
berbagai pana melalui pengaturan politik yang sering tidak bisa dipahami oleh rakya rakyat
biasa.

Dengan demikian kita dapat membuat perbedaan a antara demokras "langsung" dan "tidak
langsung" Pada yang pertama, para pemilih sendi sebenarnya memilih kepala pemerintahan;
pada yang kedua, mereka menentukan orang-orang yang akan membuat pilihan terakhir, dan
yang karena itu bertindak sebagai perantara Di Barat, perbedaan ini cenderung untuk menjadi
sangat mendasar Pejabat eksekutif adalah titik pusat kekuasaan di dalam negara-negara modern,
cabang legislatif memainkan peranan hanya dalam mengontrol, membatasi, atau menghindari
pelaksa naan kekuasaan. Sesuai dengan itu, pemilihan kepala pemerintahan secara langsung oleh
rakyat sangat penting. Adalah jauh lebih mudah untuk membangun saling percaya antara dewan
pemilih (elektorat) dan mereka yang berada dalam kekuasaan dalam sistem semacam itu Dalam
ke nyataannya, dalam sistem demokratik tidak langsung rakyat umum (publik) hampir tidak
merasa terlibat di dalam intrik-intrik yang terjadi di dalam komite-komite politik, dari mana
seorang yang diangkat menjadi kepala pemerintahan berasal Semua ini berpulang kepada titik
bahwa dalam demokrasi "langsung", kompetisi politik adalah lebih riil, lebih mendasar, lebih
dirasa secara sadar oleh para warga daripada di dalam "demokrasi tidak langsung" Pentingnya
fenomena ini bisa diukur.

Lembaga-lembaga Politik dan Struktur Tekno-Ekonomik

Dibangunnya suatu rezim ini atau itu di dalam sebuah negara bukanlah masalah kebetulan atau
sesuatu yang jatuh dari langit. Sebagaimana dengan semua lembaga-lembaga, rezim-rezim
politik ditentukan oleh sejumlahfaktor: Ada dua teori besar yang bertentangan dalam masalah
ini, Kaum Marxis menganggap rezim-rezim politik mencerminkan sistem produksi suatu
masyarakat, yang pada hakikatnya didefinisikan dalam sistem pemilikan Dengan ini mereka
mengingkari bahwa lembaga-lembaga politik (dan yang lain-lainnya) mempunyai otonomi
Lembaga-lembaga adalah kurang penting dalam pandangan kaum Marxis Orang-orang Barat,
sebaliknya, yang pada mulanya melebih-lebihkan independensi politik dalam hubungannya
dengan ekonomi, kini mulai mengubah teori-teorinya yang dulu dan menarik posisi yang
semakin dekat dengan kaum Marxis Akan tetapi bagi para analis Barat, faktor yang esensial yang
menjadi alasan untuk mendirikan setiap rezim politik bukanlah sistem hak milik, akan tetapi
tingkat pengembangan teknologi.

Rezim Politik dan Sistem Hak Milik

Kita telah memberikan kerangka umum ketergantungan rezim-rezim politik terhadap sistem
produksi dan sistem pemilikan yang dilahirkannya, sebagaimana di dalam doktrin Marxis
Marxisme membedakan, terutama empat jenis negara negara budak pada masa purba, negara
feodal, negara borjuis dan negara sosialis, masing masing sesuai dengan modus produksi dan
sistem pemilikan dalam jenisnya yang khusus. Setiap "jenis" negara dibagi-bagi lagi menjadi
beberapa "bentuk" negara atau rezim politik despotisme timur, tirani, atau republik di dalam
negara budak; seignories atau monarki-monarki yang disentralisir di dalam negara feodal;
demokrasi Barat atau rezim fasis di dalam negara-negara borjuis Sistem Soviet dan demokrasi
rakyat di dalam negara-negara sosialis. Dengan demikian berbagai rezim politik sesuai dengan
sistem produksi dan hak milik yang ada, akan tetapi keanekaragaman rezim-rezim ini sendiri
sesuai dengan perbedaan-perbedaan di dalam sistem produksi dan sistem milik.

Mari kita ambil sebagai contoh, sistem produksi zaman tengah, yang didasarkan pada teknik-
teknik primitif dan teknik pertanian yang tersebarluas, yang melahirkan pertentangan antara para
pemilik tanah dan budak budak. Sistem tersebut bergerak melalui dua fase yang luas. Pada
mulanya, dia berkembang dalam kerangka ekonomi tertutup di mana setiap scignior memenuhi
kebutuhan sendiri praktisnya menyiapkan semua kebutuhan hidup bagi mereka yang hidup di
wilayah tersebut, pertukaran dan penda gangan berada pada tingkat-tingkat yang paling
sederhana. Sesuai dengan jenis produksi ini adalah rezim politik yang sangat didesentralisir di
mana kekuasaan dibagi-bagi di kalangan seignior, Dihubungkan satu sama lain oleh hirarki
sosial yang teranyam longgar Namun, dengan pengembangan komunikasi dan perdagangan,
masyarakat tersebut memasuki tahap haru menggantikan ekonomi tukar menukar dengan
ekonomi tertutup. Otonomi lokal dari para seignior secara bertahap hilang, dan sebuah negara
sentrals muncul di bawah bentuk monarki absolut

Perbedaan-perbedaan di dalam bentuk negara borjuis sama halny terikat kepada perbedaan-
perbedaan di dalam sistem produksi kapitalistik Misalnya, ketika sistem kapitalistik mulai
berkuasa, namun harta milk tanah yang besar tetap memainkan peranan ekonomi yang penting,
negara bonus cenderung mendapatkan bentuk monarki parlementer dari jenis orlaniste
sebagaimana yang berlaku di Perancis di bawah Louis-Philipine (1830-1848). Akan tetapi sekali
sistem produksi kapitalistik terguncang oleh dampak gerakan-gerakan pekerja, dan gerakan ke
arah sosialisme mengancam rezim politik, maka negara berjouis cenderung memperguna kan
kekerasan jenis fasis. Dengan demikian monarki parlementer muncul menjadi bentuk negara
yang sesuai dengan fase pertama dari sistem kapitalis yang meluaskan dirinya, dan fasisme
kelihatannya menjadi fase terakhir dari sistem kapitalistik yang memudar. Di dalam fase
pertamanya, dan fase mengembangnya sistem kapitalistik menghasilkan negara demokratik
Barat, yang didasarkan pada suatu sistem kebebasan politik, partai-partai politik yang pluralistis,
pemilihan bebas yang kompetitif, dan seterusnya

Korelasi yang sama antara berbagai sistem produksi dan berbagai bentuk negara bisa diperoleh
di dalam sosialisme. Teori-teori Marxis padamasa-masa sekarang mengakui dua bentuk negara
sosialis sistem Soviet dan demokrasi rakyat Kedua-duanya "dilahirkan di bawah kondisi-kondisi
yang berbeda-beda clari titik tolak disposisi kelas kekuasaan. Kedua-dua bentuk menyandarkan
air terutama pada kelas pekerja dan produksi sosialistik. Akan tetapi kediktatoran Soviet
didasarkan pada partai politik tunggal, penghapusan semua hak milik pribadi terhadap alat-alat
produksi (kecuali bidang-bidang tanah pribadi milik kolkbozy, pertanian kolektif) dan sirnanya
borjuasi Demokrasi rakyat, di pihak lain, memelihara beberapa bentuk perusahaan pribadi di
dalam bisnis kerajinan tertentu dan bisnis kecil, terutama di dalam bidang pertanian. Mereka juga
mengizinkan, pada kesempatan tertentu, adanya partai politik yang lain, akan tetapi pengaruhnya
berada di bawah bayangan partai komunis yang berkuasa dan praktek pembentukan "Front
Nasional". Demokrasi rakyat menyandarkan dirinya pada kerja sama elemen-elemen borjuasi
tertentu.

Teori-teori Marxis melebih-lebihkan pengaruh sistem produksi dan jenis pemilikan harta
terhadap rezim politik. Bahwa pengaruh ini ada dan penting tidak dapat disangkal, akan tetapi
rezim- rezim politik tidak saja refleksi atau kelanjutan dari sistem milik dan sistem produksi.
Korelasi antara jenis negara utama sebagaimana dilukiskan oleh kaum Marxis negara budak,
negara feodal, negara borjuis, dan negara sosialis-dan jenis sistem produksi yang utama pada
umumnya benar. Akan tetapi "jenis-jenis negara ini lemah dalam definisinya ditilik secara
politik; kita tengah menghadapi kategori-kategori yang sangat luas, yang meliputi jenis rezim
rezim politik yang sangat berbagai ragam. Dan perbedaan-perbedaan politik ini kadang-kadang
hanya sedikit hubungannya dengan perbedaan-per bedaan dalam sistem produksi. Mari kita
ambil misalnya rezim fasis Jerman Bisalah kita katakan bahwa sistem produksi di Jerman di
tahun 1933 sangat berbeda dengan sistem produksi Inggris? Seorang Marxis akan menjawab,
bahwa, tidak seperti yang disebut terakhir, yang disebut pertama tidak ada koloni dan
imperialisme tidak ada jalan keluar lain daripada fasisme.Argumen ini bahkan menjadi kurang
meyakinkan bilamana seorang mempertimbangkan bahwa haik negeri-negeri Skandinavia
maupun Ane rika Serikat tidak mempunyai koloni, akan tetapi mereka tidak terjerumas ke dalam
fasisme Pasti, fasisme Jerman seperti semua fasisme tergantung terhadap faktor-faktor ekonomi,
akan tetapi peranan yang dimainkan oleh sistem produksi per se kelihatannya tidak menjadi
terlalu penting

Perkembangan Stalinisme di USSR adalah contoh bagus yang lan Soviet sendir odak berusaha
untuk menjelaskan dalam segi sistem produku Tak dapat dingkari dia memainkan peranan
perencanaan yang disentral pada hakikatnya cenderung menuju kediktatoran. Akan tetapi
perencanaan tidak kurang disentralisasikan setelah kematian Stalin, ketika kebutuhan liberalisasi
menjadi sangat jelas Desentralisasi ekonomi secara relatif yang sejak itu terjadi di Rusia
bukanlafi sebab dari de-Stalinisasi, akibat daripadanya. Untuk menjelaskan tirani Joseph
Dzhugashvili dalam hubungan dengan kejahatan-kejahatan pribadinya dan kesalahan
karakternya, sebagaimana dilaksanakan secara resmi di USSR, sama sekali tidak bersifat Marxis
dan sama sekali tidak tepat Stalinisme adalah suatu bentuk negara, jenis rezim politik, yang
berkembang di bawah sistem produksi sosialis, dia menyusul suatu rezim yang sangat berbeda
bentuknya (Leninisme) dan mendahului suatu rezim yang sama berbedanya (Khrushchevism) Per
kembangan sistem produksi tidak bisa dari dirinya sendiri menjelaskan perbedaan perbedaan ini.

Perbedaan-perbedaan antara ketiga bentuk besar rezim politik Barat -Sistem presidensial
Amerika, sistem parlementerdwi partai Britania, dan sistem parlementer kontinental multi partai
- adalah sangat penting, sebagaimana telah kita tunjukkan. Tidaklah mungkin menghubungkan
mereka baik dengan perbedaan dalam produksi atau sistem milik. Kenyataan bahwa peranan
sektor umum adalah jauh lebih kecil di dalam sistem produksi Amerika Serikat daripada di
Inggris atau Perancis kelihatannya tidak ada hubungannya dengan masalah tersebut Adalah suatu
perkem bangan historis dan kultural, yang tidak ada hubungannya dengan sistemproduksi, yang
menjelaskan perbedaan-perbedaan sekarang di dalam rezim rezim politik di antara negara-negara
besar di Barat Sebaliknya, perubahan struktur ekonomis di Perancis, Inggris, dan bangsa bangsa
Eropa lainnya di masa dua puluh lima tahun yang lalu, yang menghasilkan pergantian sistem
produksi kapitalistik oleh sebuah sistem campuran-setengah kapitalis, setengah sosialistik,
dengan suatu sektor negara yang sangat penting dan tingkat yang lebih maju dari perencanaan
ekonomi nasional-gagal meng hasilkan transformasi politik yang sama pentingnya. Pertumbuhan
cabang eksekutif dari pemerintah tidak salah lagi, akan tetapi hampir tidak lebih berkuasa
daripada di Amerika Serikat, di mana struktur ekonomi telah menjadi kapitalistik murni.

Namun, perlawanan dari dua struktur ekonomis yang besar itu, sebagaimana didefinisikan dalam
hubungan dengan sistem pemilikan - kapitalisme dan sosialisme-secara keseluruhan sesuai
dengan dua kate gori besar dari rezim politik kontemporer-yang pluralistis dan unitarian.
Ekonomi kapitalis atau semi kapitalistik dipertandai oleh pemisahan kekuasaan politik dan
kekuasaan ekonomis, yang terakhir dibagi antara firma-firma yang dimiliki secara pribadi (dan
sebagian, kadang-kadang, oleh firma-firma negara atau korporasi), yang semuanya bersifat
"pusat pusat keputusan," yang otonom, yang kurang lebih bebas dari negara. Pemilikan pribadi
terhadap alat produksi dengan demikian mengarah kepada struktur sosial pluralistis, yang pada
gilirannya, tercermin di dalam bidang politik. Sebaliknya, pemilikan negara terhadap semua
bentuk per usahaan dan ekonomi yang seluruhnya direncanakan dari pusat mempunyai efek
mengkonsentrasikan kekuasaan politik dan kekuasaan ekonomis di tangan yang sama - sebuah
situasi yang cenderung menghasilkan rezim unitarian.

Namun, deskripsi yang disebut di atas perlu dijelaskan lagi. Pemisahan antara kekuasaan politik
dari kekuasaan ekonomi sebagian dari ilusi, karena yang disebut terakhir mempunyai alat-alat
yang dahsat untuk mempengaruhi yang disebut pertama. Di dalam rezim yang liberal, kapi
talistis, sebagaimana dia berfungsi di abad sembilanbelas, kekuasaan politikhampir tidak
mempunyai eksistensi yang independen; dia hanya sedikit lebih dari sebuah refleksi dari
kekuasain ekonomis Perbedaan keduanya hanya penting di dalam rezim rezim campuran dari
masyarakat kapitalisk masa kini. Tambahan pula, konsentrasi kekuasaan ekonomi di dalam ta
ngan beberapa korporasi yang berkuasa menghapuskan arti perlipatgandan "pusat-pusat
keputusan yang independen Korelasi antara rezim-rezim yang didasarkan atas pemilikan pribadi
dan rezim yang dengan sistem politik yang pluralistik tidaklah sejelas sebagaimana pada
umumnya dipercaya Contoh kediktatoran Nazi jelas menunjukkan bahwa otokra yang ekstrim
totalitarian bisa berkuasa di bawah sistem kapitalis. Tambah an pula, fasisme, adalah fenomena
yang terikat kepada evolusi kapitalisme dan perlawanannya kepada didirikannya ekonomi yang
sosialistik atau ekonomi berencana.

Hubungan antara ekonomi sostalistik dan rezim unitarian sama tidak pastinya. Eksperimen-
eksperimen sejauh ini terlalu singkat dan terlalu sedikit untuk membenarkan penarikan
kesimpulan-kesimpulan yang defi nitif Jalan-jalan masyarakat kapitalistik bisa disusur lebih dari
seratus tahun di banyak negara di Eropa Barat dan Amerika Utara. Akan tetapi jalan masyarakat-
masyarakat sosialistik hanya bisa disusur sampai limapuluh tahun dan hanya dalam satu negara
yaitu Uni Soviet Dalam demokrasi rakyat Eropa, di mana eksperimen tidak lebih dari dua puluh
tahun yang lalu, sejarahnya terganggu oleh masalah dominasi luar (selain Yugoslavia) Di Cina,
di mana sosialisme bahkan lebih muda, adanya perang saudara yang mengenkan dan tingkat
pengembangan teknologi yang sangat rendah membuat perbandingan tidak mungkin Rezim-
rezim negara-negara sosialis masih terlalu kurang dan terlalu baru untuk menjadi subyek analisa
yang sah di dalam sosiologi politik. Kita tidak boleh mengeluarkan dari kemung kinan bahwa
hakikat totalitariannya dan kekurangan pluralisme politik bisa tergantung pada status
revolusioner dan dengan demikian hanya menjadi kondisi temporer. Memang, inilah gambar
yang diberikannya sendiri tentang situasinya sekarang (dengan teori diktator proletariat, yang
mereka maklumkan sebagai fase peralihan).

Dalam hal apa pun, kata bisa menamakan di dalam ya kecenderungan yang jelas menu de yang
membawanya lebih dekat kepada keanekain bokawa merupakan dn masyarakat kapals Yog
mengejar kebijaksanan ini selama beberapa tahun Unis sosial Isinne di Eropa telah menganj
perundingan yang menarik yang bisa dibuat di sini degan desentralisasi polik Dibawah
feodalisme desentralisasi dipe burun temurun dari kepala kepala setempat di dalam dunia
modern, da dasarkan pada pemilihan rakyat. Kini, pemilikan pribadi atas benda benda menjamin
desentralisasi ekonomi yang cukup efektif, karena adanya buk individu yang turun temurun.
Akan tetapi seorang dapat melihat perkem hangan yang sama menuju desentralisasi ekonomi
yang didasarkan paila proses yang berbeda, lebih demokratik, dan jenis yang dilihat oleh kaum
sosialisabac sembilan belas Ma

Rezim-rezim dan Tingkat Produksi

Akhirnya, korelasi antara rezim-rezim politik dan tingkat perkembangan rekno-ekonomik


kelihatannya sekuat korelasi antara rezim rezim politik dan sistem pemilikan alat-alat produksi.
Di sini kita dapatkan lagi konsekuensi politik dari kemajuan teknologi, yang telah kita diskusikan
sebelumnya secara umum. Mari kita kini memeriksanya lebih terinci, dengan perhatian khusus
kepada lembaga-lembaga politik. Demokrasi pluralistes sesuai dengan tingkat industrialisasi
yang tinggi tingkatnya Mengatakan bahwa masyara kat bebas adalah masyarakat makmur,
berarti, dalam rumus yang tegas tetapi hampir tidak dilebih-lebihkan suatu kebenaran yang
fundamental Berbicara secara praktis, tidaklah mungkin mengenakan sistem pluralistik bagi
bangsa-bangsa yang penduduknya sebagian besar kurang gizi, tidak terdidik, dan buta huruf.
Dengan tameng menganut prosedur demokrasi modern, rezim-rezim feodal otokratik lama tetap
menjalankan pemerintah an. Jauh dari mengubah ketertiban sosial yang mapan, prosedur
demokratikini bisa dipergunakan untuk mengkamuflase dan bahkan memperlama nya Suatu studi
yang obyektif tentang bangsa yang berbeda-beda di dunia.

kelihatannya menguatkan tesis bahwa ada tingkat korelasi yang ting antara perkembangan
teknologi dan pengembangan demokrasi. Bilamana kita memperbandingkan dua peta, yang satu
menunjukkan bangsa-bangsa maju dan bangsa-bangsa terbelakang otoriter, kita lihat bahwa
mereka hampir berhimpit secara tepat Wilayah-wilayah yang sangat berkembang industrinya-
Amerika Utara, Eropa Barat, Australia, dan New Zealand adalah juga wilayah-wilayah
demokrasi yang utama. Wilayah-wilayah ter belakang seperti Amerika Latin, Asia, dan Afrika
adalah juga wilayah otokras

Adalah mungkin bahwa hakikat otokratik dan unitarian dari rezim-rezim komunis adalah karena
bukan saja konsentrasi kekuasaan politik dan eko nomi akan tetapi juga dan mungkin terutama-
kepada sifat terbelakang atau setengah maju dari negara-negara di mana komunisme didirikan
Rusia tahun 1917 dan demokrasi rakyat tahun 1945 mempunyai satu sif yang sama mereka
berada dalam tingkat ekonomi yang rendah dibandingkan dengan negeri-negeri industri di Barat.
Mereka sebenarnya tidak begitu terbelakang, tidak maju (seperti Yemen atau beberapa negara
Afrika) mereka telah mencapai sejenis tingkat menengah. Kita lebih tergugah untuk mengatakan
bahwa mereka merupakan pinggiran atas dari neger negeri terbelakang, atau pinggir bawah dari
masyarakat-masyarakat yang maju secara teknis. Meskipun generalisasi-generalisasi ini tidak
mempu nyai arti yang tepat, mereka menolong kita untuk melihat situasi dan, akhir nya
melukiskan agak tepat situasi-situasi negeri-negeri di ambang indus trialisasi, negeri-negeri yang
dipaksa untuk membuat korban-korban besar dan investasi mahal-mahal, yang semakin sulit
untuk ditahan karena standarhidup begitu rendahnya untuk memulai Rezim otokratik politik
muncul dalam menjawab tuntutan-tuntutan ekonomi.

Dalam sistem-sistem politik dunia yang besar, kita dapatkan kontras yang sama demokrasi
liberal lebih kuat di Eropa Barat, dari titik tilik teknologi dan ekonomik lebih tinggi
kemajuannya daripada di Perancis dan Italia: komunisme lebih keras di Cina dan Albania,
negara-negara sostalis yang terbelakang, daripada di Uni Soviet dan negara-negara Eropa Timur
lainnya Evolusihistoris menunjukkan paralel yang sama antara pertumbuhan penduduk di bawah
pengaruh teknologi dan pertumbuhan proses demokrasi. Dengan demikian, demokrasi pluralistis
berkembang di Barat selama abad kesembilan belas dan awal abad dua puluh sejajar dengan
pertumbuhan industrialisasi. Kita akan kembali kepada hubungan antara industrialisasi dan
demokrasi kelak. Untuk sementara, kita akan memusatkan diri pada satu aspek yang kini jelas di
negara-negara sosialis Eropa.

"Liberalisasi" yang bisa dilihat di USSR dan dalam demokrasi rakyat sesuai dengan
perkembangan ekonominya. USSR menjadi salah satu dari negara industri yang paling besar di
dunia Pembangunannya melalui alat alat sosialis, yang memberikan prioritas kepada kekuasaan
atas kelim pahmewahan, kepada kebutuhan teknologi di atas kebutuhan konsumen,
memperlambat konsekuensi politik dari evolusi ini, akan tetapi perubahan perubahan politik
mulai muncul. Seperti kebanyakan bangsa-bangsa Barat, Uni Soviet mendekati negara dengan
kelimpahmewahan relatif, di mana bukan saja kebutuhan dasar manusia (pangan, rumah, dan
sandang), akan tetapi bahkan kebutuhannya yang sekunder (hiburan, kebudayaan, dan waktu
senggang mendekati untuk dipenuhi. Sejenis tingkat umum "ke puasan rata-rata dengan
demikian akan dicapai, yang cenderung me nurunkan ketegangan-ketegangan dan mengurangi
antagonisme. Tambahan pula, berfungsinya negara yang secara industri sangat maju menuntut
bahwa porsi yang penting dari penduduk akan mampu mendapatkan tingkat kebudayaan yang
tinggi yang membawa orang ke dalam kontak dengan ide-ide asing dan mengembangkan
kemampuannya, dengan demikian mengancam fondasi-fondasi negara-negara totalitarian
EropaTimur yang pada umumnya bertanisampai tahun 1945 (kecuali Cekoslovak dan Jerman
Timur), juga sudah menjadi negara industri dengan akibat yang sama.
Tentu saja, banyak faktor yang memperlambat perkembangan in aksi-aksi kaum politisi, dan
birokrat, yang terikat kepada diktator dan mengambil kekuasaan dan prestise daripadanya,
ancaman dari luar dan kompetisi dengan negara-negara kapitalistik, bahaya dari krisis internal
bilamana liberalisasi bergerak terlalu cepat, risiko dari reaksi-reaksi negara negara satelit,
kesulitan-kesulitan teknis yang inheren dalam setiap pelong garan rezim otoritarian Akan tetapi
meskipun semuanya ini, kelihatannya bahwa, dalam jangka panjang evolusi tidak dapat
dibalikkan. Namun prospek ini berlaku hanya bagi negara-negara komunis yang maju secara
industn (Uni Soviet dan demokrasi rakyat Eropa), bangsa-bangsa komunis terbelakang (Cina,
Vietnam, dan seterusnya) mungkin akan tinggal lebih lama lagi di bawah sistem diktator politik
yang sesuai dengan tingkat perkembangan ekonominya Bisalah dimengerti bahwa akhimya
perbedaan perbedaan dasar bukanlah antara pemerintah Timur dan pemenntah Barat, akan lebih-
lebih rezim politik dari bangsa-bangsa maju dan bangsa-bangsa kurang maju, tingkat ekonomi
suatu bangsa terbuku lebih menentukan daripada konstitusinya Secara umum, teon tentang
hubungan antara demokrasi dan kemajuan teknologi adalah sah Akan tetapi kecenderungan
umum ini bisa dihapus oleh faktor-faktor lain yang bisa mengalihkan atau bahkan
membalikkannya pada saat-saat tertentu. Adalah suatu kenyataan yang mengejutkan bahwa
diktatoryang paling mengejutkan dari abad duapuluh, Nazisme, berkembang di dalam sebuah
negara yang secara teknologi sangat maju, nomor dua sesudah hanya dengan Amerika Serikat di
tahun 1933. Dengan demikian kita dapat mencatat dua jenis kekecualian kepada teori paralelisme
antara perkembangan demokratis dan kemajuan teknologi pada satu pihak. negara-negara yang
sangat maju yang juga sangat otoritarian; pada pihak lain, negara-negara terbelakang yang juga
demokratik. Kita meneliti jenis terakhir ini lebih awal dalam hubungan dengan masalah
keseimbanganantara tingkat kompleksitas masalah-masalah sosial dan tingkat pemahaman dari
pihak warganya, kita tidak akan mendiskusikannya lebih lanjut di sini Contoh yang terbaik dari
kekecualian terhadap jenis pertama ini adalah Jermannya Hitler. Orang sudah mencoba untuk
menjelaskannya, pertama, dalam hubungannya dengan seperangkat situasi yang khusus krisis
moral setelah kekalahan tahun 1918, krisis ekonomi dan pengguguran yang meluas, takut
terhadap komunisme dan sosialisme di kalangan kelas-kelas menengah Kepada faktor-faktor ini
ditambahkan lagi unsur kultural (tradisi otoritarian, tidak adanya spirit demokratik, dan
seterusnya). Akan tetapi semua penjelasan ini tetap tidak tepat.

Beberapa orang percaya bahwa beberapa faktor umum tertentu bisa menjadi sebab utama
kecenderungan-kecenderungan otokratis di dalam negara-negara yang maju secara industri. Ada
dua teori penting tentang masalah tersebut satu bersifat psikologis, dan yang lainnya sosiologis
Kita sudah mendiskusikan yang pertama, yang dirumuskan oleh kaum psikoanalis yang berpikir
bahwa kemajuan teknologi meningkatkan antagonisme politik daripada menguranginya, karena
dia menghasilkan suatu dunia yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan keinginan manusia yang
lebih dalam, suatu dunia yang semakin artifisial. Di pihak lain, ahli sosiologi percaya bahwa
warga masyarakat yang sangat maju terikat sekali kepada komfor material dan, pada saat yang
sama, agak "depoliticized", yang berarti, agak tidak perduli terhadap isu politik, tidak sensitif
terhadap bahaya-bahaya diktator dan pada umumnya tidak sadar akan kemungkinan semacam
itu. Bilamana krisis ekonomi yang sangat sungguh-sungguh timbul dalam suatu situasi,
kemungkinan untuk melihat rakyat menjatuh kan dirinya ke dalam lengan seorang "penyelamat
sangat besar. Akan tetapi penjelasan umum ini tidak terlalu meyakinkan. Dalam banyak hal
mereka kelihatannya kurang bisa dipegang daripada penjelasan terdahulu yang didasarkan pada
seperangkat situasi khusus.

Namun, sebuah penjelasan umum lainnya jauh lebih penting-suatu yang memperbandingkan laju
perkembangan dan tingkat perkembangan. Kita telah menunjukkan pentingnya fenomena ini.
Pengaruh kelihatannyasangat besar di bawah situasi situasi tersebut Diktator muncul dal sejarah
selama periode perkembangan teknis yang cepat Pada mas masa ini, kekerasan bertindak baik
untuk mempercepar laju pershanda memacu kemajuan ekonomik (diktator revolusioner), atau
untuk mes pertahankan ketertiban sosial tradisional dan menghalangi perkembang sosial
(diktator reaksioner) Dalam masa sekarang komunisme a sebuah contoh yang baik bagi tipe
pertama, dan fasisme hagi yang ke Fenomena ini terjadi pada tingkat perkembangan ekonomi
yang berbeda beda. Di Jerman, Hitlerisme cenderung untuk menghindari ma yang tinggi
perkembangan industrinya untuk tergelincir ke dalam soal Di Spanyol dan Portugis, obyeknya
adalah untuk mengecek evolusi many akat aristokratik kepada demokrasi liberal. Di Cina,
komunisme adalah a untuk mempercepat kelahiran masyarakat industri dan alat untuk kel dan
keterbelakangan ekonomis Di Uni Soviet sekarang, komunisme cenderung untuk berlaku sebagai
alat untuk mencapai masyarakat indust yang sangat tinggi

Tak ayal lago, dibangunnya diktator selalu lebih mudah dan terdi lebih sering di dalam
masyarakat masyarakat terbelakang daripada dalam masyarakat yang sangat maju Mungkinlah
untuk membuktikan bahwa ad sesuatu yang tidak tahu antara tingkat perkembangan yang tinggi
dengan diktator. Di dalam negeri-negeri yang sangat maju, seluruh bangunan sosial berdiri di
atas hahu para ilmuwan, ahli teknik, dan kaum cendikiawan, yang hanya bisa bekerja di dalam
udara kebebasan (Dalam menyebabkan exoduinya para ilmuwan, dengan menekan spirit
manusiawi, Jermannp Hitler justru meruntuhkan dasar dari kekuasaannya) Tambahan pula, d
dalam masyarakat dengan tingkat ekonomi yang tinggi ini, kebebasan dalam segala bentuknya
adalah bagian dari komfor setiap hari yang oleh para warga dianggap lalu saja Kehilangannya
sangatlah terasa dan mem hangkitkan kerusuhan yang mendalam. Kebebasan selalu rapuh. Akan
tetapi kenyataan sesungguhnya adalah bahwa dalam hal ini tingkat pen bangunan adalah kurang
penting daripada laju pembangunan.

KEBUDAYAAN

Sebaliknya dari "teknik" dan "lembaga", istilah "kultur" mengacu kepada keyakinan, ideologi
dan mitos, yaitu citra-citra kolektif dan ide suatu komunitas, adalah elemen spiritual dan
psikologisnya teknologi dan lembaga merupakan aspek material dari suatu komunitas. Akan
tetapi harus kita tekankan sekali lagi bahwa semua klasifikasi semacam ini artifisial Keyakinan
kolektif dan citra kolektif bercampur baur dengan semua faktor material-dengan kebiasaan
tradisional dan pola perilaku, dengan lembaga lembaga lain, dengan teknologi, dan bahkan
dengan geografi dan demografi Tambahan pula, ide dan citra-citra kolektif mencerminkan
sampai tingkat tertentu unsur-unsur material dari kelompok. Bilamana kita menganggap kultur
dalam arti yang pertama ini, kita hanya menunjukkan bahwa kita mau meneliti secara terpisah
unsur-unsur masyarakat yang pertama-tama adalah pandangan-pandangan kolektif, tanpa
berpura-pura untuk mengisolasikan nya secara penuh dari gambaran umum yang meliputi faktor-
faktor material.

Istilah "kultur" seringkali dipakai dalam arti luas, suatu yang mengacu kepada bentuk-bentuk
yang unik di seputar mana semua unsur yang me liputi suatu kelompok sosial bergabung-citra
kolektif, keyakinan, ideologi, lembaga-lembaga, teknologi dan bahkan faktor-faktor geografis
dan demo grafis. Seorang ahli sosiologi mempergunakan faktor-faktor ini untuk me
ngembangkan sintesa-sintesa abstrak yang memungkinkannya memberikan definisi jenis-jenis
masyarakat yang berbeda-beda - masyarakat kapitalis, masyarakat sosialis, masyarakat feodal,
masyarakat suku, dan seterusnya. Akan tetapi sintesa-sintesa umum ini tercermin dalam
kenyataannya oleh berbagai bentuk, yang masing-masingnya mempunyai sifat-sifat khusus: dan
inilah kebudayaan kultur. Di dalam dunia nyata tidak ada masyarakat kapitalistik atau
masyarakat sosialistik, akan tetapi masyarakat kapitalistik tertentu atau masyarakat sosialistik
tertentu, yang bertanggal dan bersituasi secara unik sebagai hasil sejarah, dan atas peri yang unik
yang berbeda dari masyarakat yang lain. Setiap masyarakat ini merupakan suatu kultur.

Untuk menghindari campurbaur hal-hal budaya kita akan menamakankultur dalam arti luas
cultural entities, di mana unsur-unsur yang secara khas kultural dari suatu kelompok masyarakat,
sebagai lawan dan lembaga lembaga dan teknik-dengan kata lain, kebudayaan dalam arti sempa
kita akan namakan "keyakinan." Kita akan memeriksa "keyakinan pertama tama dan lantas
"cultural entities", karena analisa tentang yang disebut terakhir akan memungkinkan kita
membuat sintesa berbagai unsur d dalam bagian pertama buku ini, "Struktur politik."

Keyakinan: Ideologi dan Mitos

Dalam arti tertentu, masyarakat adalah jumlah keseluruhan dari ide-ide dan citra-citra yang telah
dibentuk oleh anggota-anggotanya. Akan tetapi di antara ide-ide kolektif ini, beberapa sesuai
dengan kenyataan-kenyataan eksternal yang mempunyai eksistensi obyektif, fisikal-bumi, alam,
manusia peralatan dan mesin angkatan bersenjata, parlemen dan seterusnya. Ide ide lain adalah
hanya lukisan pikiran states of mind, terlepas dari ekspresi material yang diperolehnya - buku-
buku, foto-foto, simbol-simbol Ini adalah ide-ide yang akan kita teliti di sini. Kita namakan
mereka "keyakin an karena mereka didasarkan bukan pada pengetahuan obyektif tentang fakta-
fakta akan tetapi pada pendapat-pendapat subyektif.

Berbagai Jenis Keyakinan


Dalam kenyataannya tidaklah mungkin membuat klasifikasi berbagai jenis
kepercayaan/keyakinan. Kita mengajukan dua jenis kategori: ideo logi, yang adalah keyakinan-
keyakinan yang lebih rasional, ada rumusannya dan keyakinan-keyakinan irrasional, yang lebih
bersifat spontan dan yang akan kita namakan "mitos". Akan tetapi mitos diberikan rasional yang
terperinci, sedangkan ideologi tidak selalu rasional. Kadang-kadang dua kategori menjadi saling
berkait atas peri yang tidak dapat dipisah-pisahkan lagi, contoh yang menyolok adalah kasus
agama-agama Ideologi adalah kumpulan dari keyakinan-keyakinan yang dirasionalisir dan
disistematisir,yang mencerminkan situasi masyarakat di mana mereka berasal Kaum Manis
mengklaim bahwa mereka tidak lebih dari refleksi dari situasi kelas Akan tetapi aksi personal
dari mereka yang menciptakan ideologi-ideologi -para pemikir, ahli-ahli filsafat, pembuat sistem,
dan "ideologi"-tetap penting Tanpa Marx, tidak syak lagi akan ada ideologi sosialis, akan tetapi
tidak akan persis sama dan mungkin tidak mempunyai kemampuan yang sama bagi penetrasi dan
ekspansi. Kombinasi antara faktor-faktor sosial dan kreativitas individual tidak berbeda secara
fundamental dalam hubungan dengan cara dan penemuan umum di dalam masalah ideologis dan
artistik Pada satu pihak, pencipta ide-ide, bentuk-bentuk dan teknik bertindak di bawah tekanan
kebutuhan sosial, akan tetapi, di pihak lain, nasib karyanya tergantung dari diterimanya oleh
masyarakat. Diantara keduanya terbentang. alkemi misterius dari kreasi individual.

Sampai tingkat tertentu, ideolog mengungkapkan kecenderungan psikologisnya sendiri dan


konflik batinnya di dalam doktrin yang dirumus kannya. Akan tetapi dia juga merasa di dalam
dirinya pusat perhatian (concerns), aspirasi-aspirasi, dan passi masyarakat di mana dia hidup.
Kekuatan-kekuatan sosial diungkapkan melalui dia, dia mampu meng ungkapkan pengalaman-
pengalaman bersama secara lebih baik daripada orang lainnya, karena bakatnya dan profesinya
memberikan alat-alat yang lebih efektif untuk mengekspresikan diri. Montesquieu, Adam Smith,
dan Karl Marx adalah, seperti Victor Hugo, sonorous echos (gema yang berlalu) yang
mencerminkan jeritan generasinya. Dari segi ini merekalah sesung guhnya instrumen, agen
kekuatan sosial Doktrin yang mereka kemukakan, sistem yang mereka bangun, tidaklah
melompat secara gerakan senjata dari pikirannya: substansi dari sistemnya datang dari suatu
masyarakat yang kebutuhannya mereka terjemahkan.

Peranan dari para pembangun sistem bukan saja sepertitape-recorder atau alat pembesar suara.
Masyarakat memberikannya batu-batu bangunan;melalui itu dia membangun gedung. Fungsinya
hampir lebih menyerupai arsitek. Dalam hal ini, pengaruh dari genius pribadinya, dan terutama
kecerdasannya untuk membuat sintesa tentang fakta-fakta dan data dan membalikkannya
menjadi konstruksi yang kokoh sebuah sistem di mang semua kepingan-kepingan berkumpul
kuat menjadi satu Baik fasisme maupun demokrasi Kristen, misalnya, tidak pernah mempunyai
seorang juru bicara dengan kedudukan Marx, suatu fakta yang menghalangi per kembangannya.
Penguatan ideologi konservatif di Perancis antara tahun 1900 dan 1940 sebagian besar karena
kekuatan intelektual dari Charles Maurras Pengungkapan yang kuat sama pentingnya dalam
hubungan in dengan kecerdasan membuat sintesa banyak ideologi mendapat rintangan oleh
kekurangan penulis genius yang bisa memberikan ungkapan hidup dan bisa dikenang
Setelah dikerjakan secara teliti oleh individu-individu yang berada di bawah tekanan tertentu dari
kebutuhan sosial sebagai mana orang-orang lain, ideologi kelak tergantung kepada reaksi
masyarakat. Ada yang ditolak dari segera dilupakan atau hanya menarik sekelompok kecil
pengikut tanpa pengaruh. Yang lain "diterima," demikian bisa dikatakan Orang mengenal dirinya
di dalam ideologi yang baru dan memakainya untuk mengeks presikan aspirasi dan tuntutan
tuntutannya, dan memberikan definisi tujuan tujuan dasarnya dari tindakan politiknya Di seputar
ide-ide ini mereka membentuk partai-partai dan organisasi-organisasi untuk melayani mak sud
yang sama. Penerimaan atau penolakan suatu sistem ideologis ter gantung terutama pada sejauh
mana dia mencerminkan kebutuhan kebutuhan komunitas dan kekuatan-kekuatan sosial di
dalamnya. Tak syak lagi faktor-faktor lain memainkan sebagian peranan penyebaran ideologi
yang baru bisa dipercepat atau diperlambat oleh posisi penemunya, dan daya himbau dari
pemikirannya, dan terutama alat-alat yang bisa diperoleh nya untuk mempublisirkan pandangan-
pandangannya, di atas segala-galanya, kemungkinan memperoleh media komunikasi.
Propaganda dan publikasi bisa menolong penerimaan sosial dari ideologi-ideologi, akan tetapi
dalam jangka panjang mereka tidak dapat menjamin keberhasilan suatu ideologi yang gagal
sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan masanya Sebaliknya, sebuah ideologi yang relevan akhirnya
menonjolkan dirinya. Semakin besar kebutuhan bagi suatu ideologi tertentu, semakin banyak
intelektual yang dimilikinya untuk berkampanye untuknya, dan semakin terbuka kesem patan
untuk mendapatkan seorang pemikir yang mampu menerjemah kannya ke dalam sistem yang
logis dan koheren.

Sekali dia "diterima oleh masyarakat, ideologi yang baru tersebut akan memulai hidupnya
sendiri, terlepas dari penciptanya. Dan semakin lama dia hidup, semakin pemikirannya yang
orisinal mengalami perubahan perubahan. Marxisme pada masa sekarang jauh berbeda dari teori-
teori yang diolah oleh Karl Marx satu abad yang lalu. Liberalisme sekarang bahkan jauh
bergerak dari pemikiran Adam Smith atau Benjamin Constant Bilamana penemu doktrin masih
dihormati, maka karya-karyanya diper lengkapi dengan senjata-senjata kutipan-kutipan yang
bilamana ditinggalkan diluar konteks, memungkinkan pembenaran interpretasi-interpretasi tanpa
mempedulikan keasliannya. Dengan demikian, melalui proses perubahan yang konstan, dari
hakikat yang kolektif dan yang kurang lebih tidak sadar, ideolog menyesuaikan dirinya kepada
evolusi kekuatan-kekuatan dan struktur sosial. Isinya yang asli menjadi tidak terlalu penting bagi
setiap orang kecuali para spesialis dalam sejarah ide-ide, kecuali bilamana lawan lawannya
mempergunakannya untuk mendukung tuduhan-tuduhan penyimpangan heresi dan heterodoksi.

Dengan "mitos" kita maksudkan keyakinan yang kurang jelas, kurang rasional, dan yang kurang
teliti diolah dalam pikiran dibandingkan dengan ideologi. Definisi yang agak kurang tepat ini
meliputi, dalam kenyataannya, dua hal yang sangat berbeda: mitos bisa kita sebutkan tradisional
dan ada yang kita bisa sebutkan sebagai mitos aksi (miths of action).
Mitos tradisional kurang lebih pelukisan yang bersifat fabel tentang alam, dunia, manusia dan
masyarakat, yang sudah diterima secara kuat (berarti bahwa mereka mendapat karakter kebaikan
atau kejahatan primer (of primarygood on evil), dan dengan demikian berlaku untuk memberikan
inspirasi kepada kehidupan dari suatu kelompok sosial. Dosa asal, hilangnya sorga, zaman
keemasan, nilai keperawanan, tabu inces, takut kepada ular dan laba-laba, kekuatan dari darah,
kerajaan, pemilihan umum-ini adala contoh-contoh baru tentang mitos yang secara intensional
ditarik dan bidang-bidang yang berbeda-beda. Setiap hal bisa menjadi mitos melalu proses
kembar mengubahnya menjadi fabel, yang menjauhkannya dan realitas yang bisa diraba, dan
memberikannya nilai moral, menempatkan nya ke dalam sebuah kategori baik atau buruk. Akan
tetapi proses in tidaklah bersifat sukarela dan sengaja, seperti mengolah suatu sistem ideologis,
sebagai gantinya dia lebih menyerupai pengembangan ada istiadat dalam hubungannya dengan
dibangunnya hukum. Pasti, campur tangan yang sengaja dan terpadu bisa terjadi di dalam
fenomena in metode metode modern publisitas dan propaganda menciptakan dan me
ngembangkan mitos-mitos hanya kalau mereka memasuki struktur tradisional dari keyakinan
manusia atau menggantikan mitos-mitos yang sudah diterima terlebih dahulu.

Masalah dasar adalah mengenai asal dari mitos tradisional. Teori-teon materialistik melihatnya
sebagai akibat dari tindakan yang sengaja oleh orang-orang tertentu dan kelas-kelas sosial
tertentu, yang mempergunakan mitos untuk mengaburkan eksploitasi atas manusia lain dan kelas
lain. Demikian kaum Marxis menjelaskan mitologi kuno, agama-agama, dan pengembangan
mitos modern. Atas peri yang sama, para ahli sosiologi menjelaskan proses membuat dan
mengidolakan tokoh-tokoh terkenal dan penciptaan mitos di dalam dunia film, teater, dan
kehidupan politik. Penjelasan-penjelasan ini adalah sebagian benar, akan tetapi mereka gagal
memperhatikan aspek-aspek tertentu dari mitos tradisional, beberapa dari sifat yang aneh dari
ganjil yang sering diterimanya, dan kegairahan yang mendalam yang disebabkannya.
Psikoanalisa telah memperbaharui pen dekatan kepada masalah ini dengan menganggap banyak
mitos sebagai transposisi dalam bentuk fabel dari konflik-konflik yang berakar dalam yang
dibentuk masa anak-anak. Penjelasan tentang mitos Oedipus dan Perawan Asli (Virgin Birth)
biasa bagi kebanyakan agama-maupun mitos tentang masa Keemasan dan Firdaus yang hilang,
bisa disebut sebagai contohcontoh yang tipikal Jung mengembangkan suatu teori yang bahkan
lebih onsinal tentang suatu dunia tidak sadar kolektif yang disebutnya archetypes yang adalah
penampung bagi mitos-mitos besar dari ummat manusia

Pada awal abad duapuluh, jurnalis Perancis Georges Sorel mengem bangkan suatu paham lain
tentang mitos-myths of action Sorel percaya bahwa salah satu cara yang paling efektif untuk
mempengaruhi suatu komunitas adalah memberikannya citra-citra yang singkat dan tidak rumit
tentang suatu masa depan yang fiktif atau masa lalu yang bersifat fabel, yang akan mempolarisir
emosi-emosinya dan bergerak menuju aksi Hanyalah sampai sejauh orang bisa menciptakan
mitos, yang diterima oleh massa. seorang dapat berhasil membangkitkan mereka menuju aksi:
"Kita dapat berbican tak terbatas tentang pemberontakan, tanpa menghasilkan gerakan
revolusioner sejauh tidak ada mitos yang diterima oleh massa," demikian kara Sorel di dalam
pengantar bukunya Reflexions sur la violence (1907). Didefinisikan menurut hal ini, mitos
adalah ideologi yang disederhanakan, atau lebih baik ideologi-ideologi yang diredusir ke dalam
tema terna atau cita-citra yang singkat dan brutal Sampai ke tingkat mitos artifisial ini dapat
dituangkan ke dalam bentuk-bentuk mitos tradisional, mereka memperoleh kekuasaan dan
intensitas yang bahkan lebih besar lagi. Action myths ini bisa menggugah gerakan gerakan
revolusioner, sebagai diyakini Sorel, sesiap mereka bisa menyumbangkan untuk
mempertahankan ketertiban sosial (handingkan misalnya, mitos sekarang tentang society of
abundance (masyarakat limpah ruah) yang membius permintaan rakyat dengan mengaburkan
masa depan, yang katanya sudah di tangan tapi sebenarnya tidak dircalisir, dengan sebuah masa
kini yang sama sekali berbeda)

Pengaruh Politik dari Keyakinan Rakyat

Kaum Manus berpendapat bahwa keyakinan rakyat hanya memainkan peranan sekunder dalam
kehidupan politik, hanyalah memantulkan struktur sosio ekonomis, dan terutama hubungan-
hubungan antara kelas-kelas soal, yang merupakan kenyataan fundamental. Pada pihak lain,
orang orang Barat tertentu, berpikir, di dalam kata-kata kritis Albert Thibauder bahwa "politik
adalah ide" Kita akan meneliti paham-paham ini, kedua duanya terlalu kategorikal, terlalu
absolut, meskipun teori-teon Manis lebih dekat kepada kebenaran. Bagi saat ini, kita akan hanya
menen bentuk-bentuk pengaruh politik yang dihasilkan oleh keyakinan-keyakinan rakyat,
bukannya tentang pentingnya

Mitos dan ideologi dasamya memainkan peranan yang sama dala kehidupan politik mereka
memobilisir warga negara, baik dalam opossa terhadap kekuasaan atau mendukungnya
Mobilisasi ini kerapkali menerima sifat Kamuflase (camouflage) yang berarti bahwa keyakinan
bisa berlaky untuk menyembunyikan realitas agar diterima. Mitos dan ideologi adalah dan
kadang-kadang dipergunakan, sebagai alat-alat yang efektif untuk membuat kamuflase. Akan
tetapi mereka juga bisa mencerminkan kenyata an: mitos membuatnya dalam cara yang pendek,
dipergampang, membuat realitas lebih hidup dan lebih gampang didekati; ideologi membuatnya
lebih persis dan lebih terinci. Seperti lidah dalam fabel Aesop, mitos dan ideologi bisa dibuat
untuk berdusta atau menceritakan kebenaran. Kita akan membatasi diri pada menunjukkan ciri-
ciri hakiki tertentu dari sifat-sifat atau kelalaiannya.

Pada tempat pertama, mitos dan ideologi memberikan definisi tentang sistem nilai. Setiap
masyarakat didasarkan pada definisi-definisi tentang yang baik dan jahat, benar dan salah, yang
bersama-sama merupakan sistem nilai. Definisi-definisi ini ada pada dirinya sendiri keyakinan-
keyakinan subyektif, karena ide tentang yang baik dan jahat, benar dan salah, tidaklah datang
dari pengalaman, akan tetapi dari keyakinan dan penerimaan suka rela. Dengan demikian mereka
adalah ideologis atau bersifat mitos. Pada dasarnya, setiap ideologi adalah, sampai pada tingkat
tertentu, sistem nilai, bahkan mereka yang mengklaim sebagai sepenuh-penuhnya obyektif Mitos
adalah demikian justru pada hakikatnya, sebagaimana kita telah katakan. Bukan setiap fenomena
atau setiap aktivitas sosial diikat kepada suatu sistem nilai, akan tetapi banyak yang demikian.
Dalam wilayah tertentu, keputusan nilai adalah lebih umum dan lebih berakar daripada yang lain
terutama di dalam bidang agama, keluarga, seksual, dan tentu saja dalam politik. Dalam
melewati tingkat dari apa yang berguna ata mencelakakan, menyenangkan atau tidak
menyenangkan, kepada apa yang benar atau salah, baik atau buruk, antagonisme politik
bertumbuh menjadi semakin jauh lebih kuat dan lebih nekat Dengan demikian mitos dan ideologi
cenderung memperkuat konflik politik. Namun ideologi juga bisa berlaku untuk mengurangi
ketegangan ketegangan Kalau dalam kenyataannya, setiap kelas sosial atau kelompok sosial
membentuk ideologinya sendiri dan mitosnya sendiri di dalam perjuangan politik, kekuasaan
juga mengembangkan mitos dan ideologinya sendiri, yang cenderung meredakan konflik dan
menghasilkan integrasi sosial Semua anggota dari suatu masyarakat yang ada mengambil bagian
dalam keyakinan dan keputusan nilai tertentu, yang merupakan suatu ideologi pemersatu yang
berbeda dari ideologi parsial dan yang bertikal dari berbagai kelompok yang bertempursatu sama
lain. Pertanyaan legitimasi mempunyai hubungan tertentu pada aspek masalah ini.

Legitimasi sendiri, dalam analisa terakhir, suatu masalah keyakinan, yang tergantung secara ketat
pada ideologi dan mitos yang umum dalam masyarakat. Setiap ideologi mencoba melukiskan
citra dari suatu peme rintahan yang ideal; pemerintahan yang menyerupai citra ini dianggap sah
dan yang tidak dianggap tidak sah.

Ideologi dengan demikian menentukan tipe legitimasi apakah bersifat monarki, demokrasi,
komunis, atau apa pun Legitimasi tidak dide finisikan secara abstrak, dalam hubungan dengan
ideal tipe ideal pemerintahan dengan nilai absolut, akan tetapi secara kongkrit, dalam hubungan
dengan konsep-konsep historis dari tipe ideal pemerintah, yaitu, setiap ideologi politik. Dalam
arti ini, kita melukiskan sebagai pemerintahan yang sah yang pada saat tertentu, dalam negeri
tertentu sesuai dengan ide yang dipunyai rakyat umumnya tentang suatu pemerintah yang sah,
dengan kata lain, keyakinan rakyat tentang legitimasi. Dengan demikian, monarki adalah sah di
Perancis abad tujuhbelas, demokrasi adalah sah di Perancis zaman sekarang, pemerintah liberal
adalah sah d Amerika Serikat, dan sistem sosialis adalah sah di Uni Soviet

Teori legitimasi ini mencerminkan, kurang atau lebih, struktur sot dan terutama situasi kelas
mereka cenderung untuk membenarkan suatu tipe pemerintah yang memenuhi tuntutan mereka
yang menjalankan pemerintahan. Mereka mengubah situasi sosial temporer dan relatif ke dalam
suatu yang permanen dengan memberikan karakter absolut dan abadi. Keyakinan pada legitimasi
suatu pemerintah cenderung menem patkan pemerintah ke dalam kategori "yang suci," sama
dengan hal-hal yang absolut dalam mitos Bilamana mereka yang diperintah percaya bahwa
penguasanya adalah sah, mereka cenderung mematuhinya secara spontan mereka mengetahui
bahwa kepatuhan adalah sesuatu yang sepatutnya Suatu pemerintah yang sah adalah suatu yang
oleh rakyat dianggap patu dipatuhi, sedangkan tidak ada kewajiban semacam ini dirasa terhadap
pemerintah yang dianggap tidak sah.

Sebagaimana G. Ferrero katakan, legitimasi adalah "pengawal kota yang tak kelihatan yang
menjaga negara dan ketertiban sosial dengan mengamankan kepatuhan para warganya. Sampai
tingkat tertentu, para warga secara alami mematuhi suatu pemerintah yang sah, ancaman dan
paksaan memainkan peranan yang tidak besar, dipakai untuk mengendali kan beberapa
pembangkang atau dalam kesempatan yang luar biasa. Akan tetapi bilamana dihadapkan dengan
pemerintah yang dianggapnya tidak sah, rakyat secara alami cenderung untuk menolak
mematuhinya, kepatuhan hanya dicapai melalui kekuatan dan paksaan. Ancaman dan kekerasan
dengan demikian menjadi dasar kekuasaan, dan kekuasaan jauh lebih rapuh daripada yang
kelihatannya. Konsekuensinya, pemerintah yang tidak sah menjadi sangat keras dan otoritarian,
yang menjadi alasan bagi kekerasan diktator-rezim yang tidak sah.

Ada "konsensus" dalam masyarakat bilamana kita amati di kalangan anggota-anggotanya adanya
persetujuan yang agak umum tentang bentuk pemerintah yang dianggap sah. Kita katakan "agak
umum" dan bukan "secara absolut diterima"-idenya adalah bahwa mereka yang bertentangan
dengan pandangan yang dominan terhadap legitimasi sangat kecil jumlahnya dan mempunyai
pengaruh yang tidak besar (misalnya, kaum monarkis Perancis masa sekarang), Adanya
konsensus semacam ini membuktikan bahwa antagonisme politik adalah relatif moderat ada
konflik di dalam rezim, tanpa menempatkan rezim itu sendiri ke dalam bahaya (mengenai
perbedaan antara perjuangan di dalam rezim dan perjuangan merebut, lihat nanti di belakang)

Akan tetapi kadang-kadang terjadi bahwa suatu ideologi berhenti diterima oleh mayoritas
warganya tanpa sepenuhnya diganti oleh yang lain. Beberapa ideologi dan beberapa sistem
pemerintahan yang sah lantas berada bersama di dalam suatu negeri. Ada perpecahan dalam
konsensus. Di dalam situasi semacam ini, tidak ada satu pun pemerintah bisa sah di mata
mayoritas terbesar. Suatu pemerintah yang sah di mata beberapa orang adalah tidak sah di mata
orang lain, dan sebaliknya. Ini berarti bahwa setiap pemerintah didasarkan hanya pada kekuatan
dan kekerasan di dalam anggapan sebagian besar dari rakyat Misalnya, situasi sedemikian rupa
di Perancis pada abad sembilan belas, ketika para pembela legitimasi monarki dan mereka dari
legitimasi demokratik hampir-hampir dibagi sama rata.

Situasi semacam ini adalah revolusioner. Dia mengungkapkan suatu krisis di dalam struktur
sosial, yang dibuang ke dalam keraguan oleh seg men penting dari rakyat Ideologi politik baru,
dan mitos baru yang me nyertainya, melawan sistem legitimasi yang terdahulu dan mengungkap
kan keinginan kelas sosial baru atau kekuatan sosial baru untuk memain kan peranan lebih besar
di dalam memerintah negara. Pada saat yang sama, pecahnya konsensus meningkatkan situasi
revolusioner, melipatganda kan krisis material dengan krisis moral dan intelektual, krisis
kepercayaan. Dia membuat sistem politik yang lama lebih rapuh dengan menelanjanginya bagi
banyak warganya dan dengan membuang atribut-atribut mitos yang telah dinikmati dulunya.

Kesadaran politik memusatkan perhatiannya kepada ideologi hampir secara eksklusif, bukan
mitos rakyat. Pengumpulan pendapat umum, di Perancis dan di mana saja, menunjukkan bahwa
lima faktor utama me mainkan peranan penting dalam menentukan pilihan rakyat dan sikap
rakyat (1) standar hidup, kondisi digap atau tidak digaji, sense of social belonging pada
umumnya, (2) kelompok umur dan seks; (3) tingka pendidikan, (4) agama, dan (5) simpati
terhadap partai politik. Tiga faktor terakhir bersifat ideologis, partai-partai didasarkan pada
ideolog politik kurang atau lebih terikat kepada doktrin-doktrin politik, dan tingka pendidikan
mempengaruhi kemungkinan saling pengertian.

Dengan mengintegrasikan setiap pola perilaku yang khusus ini ke dalam program politik yang
komprehensif, ideologi bisa mempengaruh jalannya tindakan Pengaruhnya menjadi lebih besar
ketika ideologi leb kompleks, lebih persis dan disistematisir, dan bilamana warganya lebih
mengenalnya dan mendukungnya lebih penuh. Konsep kesadaran politik jelas-jelas menunjukkan
peranan ideologi. Setiap sikap politik yang khusus adalah jawaban serentak kepada situasi
kongkrit yang bangkit di dalam masyarakat, dan manifestasi dari visi keseluruhan tentang
kekuasaan hubungannya dengan warga secara individual, dan konflik di mana ke kuasaan adalah
isu sentral-akibatnya, visi universal yang merupakan kesadaran politik Semakin tinggi tingkat
kesadaran politik, semakin besar pengaruhnya, dan semakin kurang setiap sikap didiktekan oleh
keadaan dari suatu situasi khusus. Kesadaran politik adalah produk dari sejumlah faktor-
pendidikan, lingkungan, pengalaman, dan semacamnya akan tetapi ideologi pada umumnya
menempati tempat pertama. Terutama ideologi ideologi mengembangkan kesadaran politik
rakyat, dengan demikian berlaku sebagai basis kelompok-kelompok ideologis

Entitas Kultural (Unsur-unsur Kebudayaan)

Semua unsur yang membentuk s komunitas-unsur geografis demografik, dan unsur teknologi,
lembaga-lembaga, keyakinan dan cita rakyat-bercampur baur di dalam situasi aktual, membentuk
kombinasi yang jelas berbeda yang bisa kita sebut "entitas kultural. "Setiap komunitas individual
merupakan milik dan suatu entitas kultural atau dirinya sendiri merupakan entitas kultural Entitas
kultural membuat sinitesa dari semua faktor yang dipelajari dalam bab ini, kita tidak
membicarakan sintesa-sintesa abstrak, akan tetapi sintesa-sintesa kongkrit, yang sesuai dengan
aspek yang berbeda-beda dari realitas

Konsep Entitas Kultural

Setiap kelompok sostal secara kasamya adalah entitas kultural. Keluarga. organisasi, sebuah
kelompok kaum muda mempunyal mitosnya sendiri, keyakinan dan citra kolektifnya sendiri,
situasinya, keterampilan teknis, populasi, dan wilayah geografisnya, yang tidak sepenuhnya sama
dengan keluarga lain, organisasi lain, dan kelompok kaum muda lainnya. Namun, tingkat
orisinalitas di dalam entitas-entitas ini terbatas. Kebanyakan ke lompok praktisnya meminjam
sebagian besar dari sifatnya dari kelompok yang lebih besar, yang lebih jelas dan jelas
didefinisikan. Adalah bagi kelompok yang lebih besar ini kita berikan istilah "entitas kultural"
Yang terpenting adalah bangsa-bangsa atau kelompok bangsa-bangsa yang memiliki suatu
peradaban yang sama Entitas kultural pada hakikatnya dibentuk oleh sejarah, lantas diperkuat
oleh pendidikan dalam arti seluas-luasnya.
Secara keseluruhannya, semua orang mengikuti kerangka umum perkembangan sejarah yang
sama. Dalam arti ini, seorang ahli ilmu politik bisa memberikan deskripsi tentang evolusi dari
feodalisme sampai kapitalisme, tingkat yang berbagai ragam dari yang disebut terakhir, dan
seterusnya, sama seperti seorang ahli biologi bisa memberikan deskripsi fase-fase yang berbeda-
beda dari masa kanak-kanak seorang manusia, masa muda, masa dewasa, dan masa tuanya. Akan
tetapi apa yang membedakan kepribadian setiap individu, apa yang menjadi dasar keunikannya,
adalah konteks khusus di mana perkembangan umum ini terjadi. Atas peri yang sama, apa yang
membedakan bangsa-bangsa atau peradaban satu dari yang lain adalah keunikan perkembangan
historis dari satu bangsa atau sekelompok bangsa-bangsa Keunikan ini adalah akibat, terutama,
da peristiwa-peristiwa khusus yang telah terjadi, masing-masingnya meng hasilkan efek tertentu,
yang akhirnya mempengaruhi perkembangan sosiologis dari komunitas tersebut. Dia juga
merupakan akibat dan kenyata bahwa aspek-aspek tertentu dari perkembangan suatu masyarakat
terjadi lebih dulu atau lebih lambat, atau kurang atau lebih secara lengkap daripada tempat-
tempat lain, karena suasana alami atau reaksi-reaksi yang khusus dari bangsanya.

Tatanan wajah dari beberapa faktor umum dalam evolusi sosial, dar perkembangannya masing-
masing, berbeda dari negeri ke negeri dan dan peradaban ke peradaban. Dengan demikian,
perkembangan sosio-ekonomik umum yang sama memberikan gambaran yang agak berbeda di
dalam setiap kasus, dan perbedaar ndiri mempengaruhi perkembangan berikutnya. Misalnya,
peralihan dari ekonomi feodal tertutup kepada sistem ekonomi yang lebih bebas, dan lebih
terbuka adalah fenomena umum yang disebabkan oleh faktor-faktor sosiologis bagi semua
negeri-negeri Eropa mulai abad sepuluh Situasi dan keadaan mendorongnya untuk mencapa
puncaknya di Perancis pada monarki absolut dan disentralisasikan; di Italia Utara, Belanda, dan
Jerman dalam munculnya berbagai kerajaan atau negara kota, dan di Inggris dalam
perkembangan hak-hak parlementer. Lembaga-lembaga yang berbeda-beda ini kemudian
mendorong pengem bangan masa depan ke arah yang berbeda-beda, persis seperti yang mereka
katakan, juga, merupakan akibat dari perbedaan-perbedaan nasional yang lebih dahulu. Kita
dapat memperoleh contoh-contoh yang sama pada tingkat kelompok nasional dengan peradaban
yang sama.

Kebudayaan, sebagaimana dibentuk oleh perkembangan sejarah yang unik dari setiap bangsa
atau kelompok bangsa-bangsa, diwariskan melalu mekanisme pendidikan di dalam arti seluas-
luasnya. Tak syak lagi beberapa unsumnya bekerja secara fisikal tanpa orang menyadarinya
(misalnya sentralisasi pemerintahan di Perancis, proliferasi klub-klub dan organisasi organisasi
di negeri-negeri Anglo-Saxon, dan seterusnya). Akan tetapi kebanyakan unsur bekerja melalui
fenomena yang sadar, melalui keyakinan kolektif,citra, dan sikap, yang diwariskan dari generasi
ke generasi oleh proses pendidikan Pendidikan anak direncanakan bukan saja untuk membe rikan
kepada generasi yang baru dengan keterampilan yang berguna akan tetapi juga memberikannya
pandangan kultural yang baru. Hal yang sama juga benar bagi media informasi yang
dimaksudkan bagi orang-orang dewasa pers, radio, televisi, dan seterusnya, bukan saja
menyebarkan be rita, informasi, dan propaganda, mereka juga menambah dan melengkapi
pendidikan kultural orang dewasa Dan ini kadang-kadang terjadi tanpa adanya kesadaran dari
pemrakarsanya Pesan-pesan yang diwariskannya kepada publik tidak mempunyai kesempatan
riil untuk dipahami sepe nuhnya kecuali bilamana mereka disesuaikan kepada konteks kultural
dari komunitas tersebut. Dalam membuat ini, mereka cenderung untuk memperkuat kebudayaan
khusus tersebut.

Entitas kultural berbeda menurut periode sejarah dan lokasi-lokasi geografis Pada satu waktu,
suku-suku atau kelompok etnik yang kecil membentuk entitas kultural dasar, di waktu yang lain,
adalah kota-kota atau negara-negara kota, kini adalah bangsa-bangsa dunia. Dengan demikian
kelihatannya ada korelasi antara hakikat entitas kultural dan karakter. kelompok-kelompok sosial
yang mempunyai organisasi politik paling kuat Kini suatu bangsa serentak menjadi entitas
kultural utama dan struktur negara, dengan kata lain, organisasi politik yang terkuat. Namun,
senantiasa ada lebih dari satu kategori entitas entitas kultural. Suku-suku, kelompok kelompok
etnis, kota-kota, dan bangsa-bangsa secara kontinyu menge lompokkan dirinya dalam banyak
entitas kultural yang lebih besar, yang secara umum disebut "peradaban".

Bangsa adalah suatu fenomena yang sangat kompleks. Tergantung dari apakah kita menekankan
satu faktor komponen atau yang lain, kita akan berakhir pada definisi definisi yang sangat
berbeda tentang apa yang membentuk suatu bangsa. Ada orang yang mendefinisikan bangsa
dalam hubungan dengan tanahnya, letak geografisnya, dan pengaruhnya terhadap manusia, teori-
teori tentang gugus depan alami (natural frontiers) dan pengaruh-pengaruh iklim berasal dari
pandangan ini. Yang lain memberikan definisi bangsa dalam hubungannya dengan bahasa,
instrumen komunika yang fundamental, yang memberikan kelompok manusia kekohesiannya
Masih yang lain lagi, mendefinisikan bangsa dalam hubungannya dengan ras beberapa
memberikan tafsiran bahwa kata tersebut mempunyai realitas biologis (lihat nanti tentang teori-
teori rasial yang lain mempergunakan kata tersebut untuk melukiskan apa yang kita namakan ras
"sosiologis yang terdiri dan serentetan gabungan unsur rasial primitif di dalam jalannya sejarah
dan berpuncak, bukan pada suatu ras murni, akan tetapi pada suatu campuran ras-ras dari
proporsi yang hampir konstan (sebuah teori yang masih berdasarkan pemahaman rasis tentang
pentingnya karakteristik biologis)

Berlawanan dengan definisi "materialis" ini tentang bangsa, yang berdasarkan kriteria material,
ada definisi-definisi tentang hakikat "spiritual" Ada yang mendefinisikan bangsa dalam
hubungannya dengan doktrin atau ideologi yang diakui dan dipropagandakan oleh suatu bangsa
dengan demikian banyak orang Islam berbicara tentang "bangsa Arab," yang mereka tafsirkan
sebagai komunitas semua orang Muslim, "umat" nabi, dan banyak orang Perancis liberal
cenderung mendefinisikan Perancis sebagai "negara Hak-hak Manusia," yang percaya bahwa
Perancis bukan lagi Perancis kalau dia berhenti mempertahankan dan meningkatkan hak-hak
asasi manusia Masih ada yang lain lagi mendefinisikan bangsa sebagai kehendak bersama untuk
tinggal bersama, sebagai komunitas dengan suatu tujuan, demikian bisa dikatakan. Definisi
bangsa sebagai suatu entitas kultural adalah mungkin lebih luas dan lebih tepat. Setiap
kebudayaan nasional menunjukkan tingkat yang menyolok dari orisinalitas. Berbicara secara
umum, bangsa bangsa paling penting dan paling tepat didefinisikan sebagai entitas kultural.
Namun, beberapa bangsa tidak sesuai dengan hanya satu kebudayaan, tetapi sebagai gantinya
adalah lokasi geometris dari beberapa kebudayaan (Swiss, misalnya, di mana kebudayaan
Jerman dan Perancis hidup bersama) Masih lagi, justru cara i mana koeksistensi kebudayaan
yang diorganisir memberikan rumusan secara pasti tentang entitas kultural yang original

Akhirnya, dan terutama, beberapa bangsa yang bertetangga kadang kadang milik dari entitas
kultural yang sama, yang pada umumnya kita namakan "peradahan" Dengan demikian kita bisa
berbicara tentang peradaban Eropa, peradaban Barat, peradaban Amerika Latin, peradaban Asia,
dan seterusnya. Jelas, bilamana kita mengejar analisa kita tentang setiap peradaban, kita harus
membedakan antara berbagai bentuk nasional vang diberikan oleh setiap orang. Masalah
mengetahui yang manakah perbedaan dasar-tentang "peradaban" yang mengandung suatu koleksi
kebudayaan-kebudayaan nasional atau tentang "bangsa-bangsa yang kemudian bisa
dikelompokkan kembali menjadi peradaban-mempunyai arti yang sedikit sekali. Kadang-kadang
perbedaan lebih besar antara dua kebudayaan terdapat di dalam peradaban yang sama, dan
kadang-kadang perbedaan lebih besar di antara dua peradaban Dalam bidang politik, entitas
nasional lebih penting karena bangsa-bangsa adalah tempat duduk dari organisasi kekuasaan
yang fundamental-negara. Akan tetapi perbedaan ini bersifat institusional, bukan kultural.

Pengarub Politik dari Entitas Kultural

Kita tidak boleh terlalu berlebihan menilai pentingnya entitas kultural secara politik,
sebagaimana dilakukan oleh kaum konservatif, juga tidak boleh meremehkannya, sebagaimana
dibuat kaum Marxis. Ia sangat penting secara politik, akan tetapi tidak sepenting struktur sosio
ekonomik.

Beberapa contoh akan membuat lebih gampang memahami arti pen tingnya. Mari kita perhatikan
kecenderungan sekarang kepada liberalisasi di dalam demokrasi rakyat, yang kelihatannya
menjadi akibat, secara umum, dari perkembangan ekonomi dan meningkatnya standar hidup.
Sebagai konsekuensinya, liberalisasi akan menjadi semakin kuat lagi bilamana negeri tersebut
semakin menjadi negara industri dan sistem produksinya menjadi modem. Ini benar pada
umumnya, kontrasnya sangat bisa diper hatikan antara komunisme yang lebih liberal di negara-
negara yang lebih maju (seperti Uni Soviet dan demokrasi Rakyat di Eropa) dan komunisme
yang lebih tegar dari negara-negara terbelakang (Cina dan Albania). Akan tetapi dia benar hanya
dalam kerangka besar. Bilamana kita memeriksa situasi spesifik, paralelisme antara tingkat
perkembangan ekonomi dan tingkat liberalisasi jauh dan bersifat absolut.

Kasus Polandia, Hongaria, dan Yugoslavia terutama menarik dalam hubungan ini. Di dalam
negara-negara ini, "liberalisasi lebih maju daripada di Uni Soviet, mereka adalah negara-negara
yang paling "liberal" di dunia komunis. Namun, Polandia, Hongaria, dan Yugoslavia jauh kurang
berkembang secara ekonomis dan jauh kurang industrialisasinya daripada Uni Soviet Perbedaan
antara perkembangan ekonomi dan perkembangan politik di sini kelihatannya bisa lebih
dijelaskan oleh faktor-faktor kultural Ketiga negara i mempunyai tradisi yang lama dalam
bertarung demi kemerdekaannya, yang tak ayal lagi memupuk keinginan kebebasan da kalangan
rakyat pada umumnya, pada banyak kesempatan, para pemimpin politiknya, dididik di
universitas Barat, di mana mereka menerima orientas liberal.

Suatu contoh lain lagi tentang pentingnya faktor kultural di dalam kompetisi politik diberikan
oleh sebuah analisa tentang sistem partal Eropa. Di abad sembilan belas, perkembangan sosio
ekonomik pertama menghasilkan partai partai konservatif dan liberal dan kemudian partai
sosialis, berturut-turut, partai-partai komunis abad dua puluh, gerakan gerakan fasistis, dan
partai-partai Kristen Demokrat muncul. Akan tetapi di atas pola yang umum ini, sama dengan
semua negara, faktor-faktor kultural telah mengerjakan rencana yang berbeda-beda. Di Perancis,
suksesi rezim rezim politik sebelum 1875 membuat situasi berjalan, bercampur baur dengan
konflik tentang konstitusi dan perdebatan besar antara kaum konservatif dan liberal; dengan
demikian ada beberapa kecenderungan konservatif dan beberapa kecenderungan liberal, dan
pemisahan antara mereka di pusat tidak pernah sangat jelas. Di Belanda, masalah agama
bercampur baur dengan masalah politik, dengan kaum konservatif terpecah menjadi dua partai,
Katolik konservatif dan Protestan konservatif, sebelum yang terakhir juga akhirnya pecah
menjadi dua fraksi (antirevolusioner dan Kristen historis) Di Skandinavia, kecenderungan liberal
berkembang di daerah pedesaan, yang berbeda dari partai-partai liberal di kota-kota, kelak, dia
bergerak ke arah aliran kanan politik, akan tetapi tidak pernah bergabung dengan kaum
konservatif yang sebenarnya

Dalam contoh-contoh ini kita dapat melihat secara tepat bagaimana faktor kultural
mempengaruhi kehidupan politik Mereka menempati posisi sekunder dalam hubungan dengan
faktor sosio ekonomik, yang adalah unsur-unsur primer. Pada tempat pertama, mereka tidak
bekerja sebagai kekuatan yang memberikan motivasi, akan tetapi sebagai rem atau ak selerator.
Di Polandia, Hongaria, dan Yugoslavia, misalnya, faktor-faktor kultural, mempercepat
"liberalisasi," dalam perbandingan dengan tingkat perkembangan ekonomi, sehingga yang
pertama berada di depan yang kedua. Di Jerman, faktor kultural memperlambat evolusi menuju
demo krasi Barat di abad sembilan belas dan pada permulaan abad dua puluh meskipun tingkat
ekonomis dari kapitalisme seharusnya sudah memba wakannya kepada panggung politik jauh
lebih cepat, jauh sebelum masa setelah perang dunia II. Di Perancis, sebaliknya, faktor-faktor
kultural mempercepat gerakan ke arah demokrasi liberal.

Dalam hal-hal lain, faktor kultural menentukan detail dari rezim-rezim politik. Sebagaimana kita
catat di atas, mereka merajut disain atas alat tenun yang dibangun oleh evolusi sosioekonomi
suatu negeri. Yang disebut ter akhir menentukan arsitektur, atau lebih tepat, kerangka tubuhnya,
se dangkan faktor-faktor nasional berlaku sebagai dekorasinya. Mereka juga mendefinisikan
gaya suatu rezim dan kehidupan politiknya, dan itu sangat penting dalam analisa terakhir
Demokrasi Inggris tergantung pada gaya tertentu dari kehidupan parlementer, hubungan antara
pemerintah dan wakil rakyat, diskusi dan debat, sama halnya dia tergantung pada undang undang
konstitusional, struktur partai, dan keseimbangan antara berbagai kelompok kepentingan. Gaya
perwakilan Eropa Utara, dan perwakilan di Paris atau Roma, berbeda secara mendalam, dan
perbedaan ini sangat penting bagi berfungsinya sistem-sistem parlementer.

Anda mungkin juga menyukai