Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit

(BBTKLPP) Yogyakarta
Webinar, 18 April 2023

Pembuatan Biodiesel dari Minyak Goreng

Bekas (Jelantah)

Ade Kurniawan, Ph.D.

Pusat Study Energi (PSE) - UGM
Online, 2023
Konten hari ini
• Pengantar:
• Isu Minyak Jelantah
• Pentingnya konversi minyak jelantah menjadi biodiesel
• Proses Produksi Biodiesel dari Minyak Jelantah
• Aplikasi Biodiesel dari Minyak Jelantah

Ade Kurniawan
 Indonesia: Andalan Gorengan

Berbagai gorengan andalan dari berbagai daerah:

1. Bakwan Sayur alias Ote-Ote alias Bikang Doang
2. Tahu Isi
3. Tahu Pong
4. Tempe Mendoan
5. Cireng
6. Pisang Goreng
7. Pisang Molen
8. Perkedel Jagung
9. Ubi Goreng alias Singkong Goreng
10. Jalangkote (pastel)
11. Jamur krispi

Makanan berminyak atau gorengan ini telah masuk ke Nusantara sejak abad 19 yang aslinya adalah teknik memasak dengan
menggoreng ini dibawa oleh orang-orang Tiongkok

Ref: https://www.goodnewsfromindonesia.id/2022/11/21/10-jenis-gorengan-khas-andalan-orang-indonesia-yang-ada-dimana-mana
 Isu terkait:
Melimpahnya Minyak Jelantah
Potensi minyak jelantah di Propinsi DIY(1)

Semakin banyaknya konsumsi gorengan akan proporsional dengan jumlah limbah minyak jelantah.
Produksi minyak jelantah di Indonesia mencapai 1,2 Juta Kiloliter(2)

Ref: (1) Data Studi, 2014; (2) https://parboaboa.com/produksi-minyak-jelantah-di-indonesia

Karakteristik Jelantah
Asam Lemak pada Minyak Goreng:
Asam lemak tidak jenuh: oleat, linoleat, linolenat dan arakidonat
• Berpengaruh baik terhadap kesehatan (cis-)
• Tidak stabil terhadap pemanasan, pada suhu ruang berwujud cair

Asam lemak jenuh: palmitat dan stearat

• Stabil terhadap pemanasan, pada suhu ruang berwujud padat
• Berpengaruh tidak baik terhadap kesehatan

Ilustrasi minyak jelantah

 Masalah Jelantah - DIY
1. Minyak Jelantah belum masuk dalam kualifikasi Limbah B3 yang diatur di
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Limbah B3.
2. Dalam tingkat Propinsi D.I Yogyakarta belum ada regulasi tentang makanan
sehat
3. Ketidakpedulian konsumen akan bahaya Penggunaan Minyak Jelantah
4. Belum terfasilitasinya substitusi nilai ekonomis minyak jelantah dibuang
5. Belum adanya konsep Corporate Social Responsibility melalui minyak
jelantah.

Ref: (1) Data Studi, 2014

Daur Ulang Minyak Jelantah

2. Sabun

Minyak Jelantah 1.Biodiesel

3. Lilin/aromaterapi
Ubah Jelantah: Masalah-Peluang
• Salah satu peluang bisnis pemanfaatan minyak
jelantah adalah “Penyediaan dan Pemanfaatan
Bahan Bakar Nabati (Biodiesel) dari Minyak
Jelantah”.
• Solusi ganda:
• Menghasilkan emisi gas buang yang lebih rendah
• Menghindarkan penggunaan berulang minyak jelantah
• Reduction of Green House Gas Emission from Public
Buses by Using Biodiesel from Second Used Cooking
Oils and Empowering Street Merchants”
• Minyak Jelantah –APKLI – BB-GRK
 Pendahuluan
Definisi Biodiesel (B100)
B100 adalah istilah untuk Biodiesel yang merupakan bahan bakar nabati untuk aplikasi mesin/motor diesel berupa ester metil asam
lemak (fatty acid methyl ester/FAME) yang terbuat dari minyak nabati atau lemak hewani melalui proses esterifikasi/transesterifikasi.

Biodiesel Generasi 1
• Dibuat dari minyak nabati yang dapat dimakan
• Produksinya menggunakan proses kimia konvensional: esterifikasi
• Kekhawatiran tentang keberlanjutan dan dampak sosialnya
Klasifikasi Teknologi Biodiesel

• Contoh bahan baku: minyak kedelai, minyak rapeseed, atau minyak kelapa sawit

Biodiesel Generasi 2
• Dibuat dari bahan baku non-pangan
• Produksinya melibatkan teknologi lebih canggih
• Berpotensi mengatasi masalah keberlanjutan biodiesel generasi pertama
• Contoh bahan baku: limbah minyak kelapa sawit, lemak hewani, minyak jelantah.
Biodiesel Generasi 3
• Dibuat dari alga dan mikroorganisme
• Produksinya melalui pertumbuhan alga dalam photobioreaktor atau kolam terbuka
• Berpotensi lebih berkelanjutan dan efisien
• Masih dalam tahap pengembangan
• Contoh bahan baku: alga seperti Chlorella, Spirulina, atau Haematococcus, serta Prof. Ir. Arief Budiman, M.S., D.Eng, IPU.
mikroorganisme lainnya seperti bakteri fotosintetik atau jamur abudiman@ugm.ac.id
 Potensi Biodiesel dari Jelantah

Survei Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI)

dan Badan Pusat Statistik (BPS 2021), dari 3 juta kL Minyak
Jelantah tersebut hanya kurang 570 ribu kL yang digunakan
untuk memproduksi biodiesel maupun kebutuhan lainnya.

Masih perlu dorongan untuk mengoptimalkan produksi biodiesel dari jelantah

Ref:https://sindikasi.republika.co.id/berita/qv58rg423/network
Biodiesel dari Jelantah
Pengumpulan Bahan Baku Minyak Jelantah
1. Komunitas Ibu Peduli Energi dan Lingkungan
Biodiesel dari Jelantah
Pengumpulan Bahan Baku Minyak Jelantah
2. Asosiasi Pedagang Kaki Lima
Biodiesel dari Jelantah
Pengumpulan Bahan Baku Minyak Jelantah
3. Pengelola Hotel
Produksi Biodiesel dari Minyak Jelantah
Produksi Biodiesel dari Minyak Jelantah
Produksi Biodiesel dari Minyak Jelantah

Persiapan bahan baku (Bahan baku)

Minyak Jelantah Metanol KOH

Produksi Biodiesel dari Minyak Jelantah

Persiapan bahan baku (Penyaringan minyak jelantah)

Drum Alat penyaringan

pengendapan
Produksi Biodiesel dari Minyak Jelantah

Persiapan bahan baku (Pembuatan larutan metoksi)

Penimbangan KOH Mixer (Cap 30 L/batch)

Produksi Biodiesel dari Minyak Jelantah

Reaksi Transesterifikasi

Kondisi operasi: 60 oC, 2 jam, pengadukan

Produksi Biodiesel dari Minyak Jelantah

Pemurnian Biodiesel (Pemisahan Gliserol)

Decanter digunakan untuk memisahkan biodiesel dan gliserolnya

Produksi Biodiesel dari Minyak Jelantah

Pemurnian Biodiesel (Pencucian)

Air ditambahkan untuk mengambil sisa gliserol

dan katalis yang tertinggal pada proses Produk Biodiesel
pemisahan sebelumnya.
Produksi Biodiesel dari Minyak Jelantah

Pencampuran Minyak Diesel dan Biodiesel (Blending)

Alat pencampur Minyak Diesel (fossil) dan Biodiesel

Syarat Mutu Biodiesel B100
(SNI 7182-2015)

• Parameter terkait performa

pembakaran
Massa jenis, viskositas, angka setana,
Titik nyala, Kadar air dan sedimen, dan
temperatur destilasi 90% vol.
• Parameter terkait keawetan mesin
diesel
Titik kabut, korosifitas, residu karbon,
kadar abu tersulfatkan, kadar belerang,
kadar fosfor, kadar asam lemak, kadar
gliserol, kadar gliserida, angka iodium,
dan uji helphen.
Syarat mutu Biodiesel (SNI 7182-2015)
No Parameter Uji Metode Uji Persyaratan Satuan, Min/Max
3
1 Massa Jenis pada 40˚C ASTM D-1298 atau ASTM D 4052 atau lihat bagian 9.1 pada SNI 7182:2015 850 - 890 kg/m
2
2 Viskositas kinematik pada 40 ˚C ASTM D-445 atau lihat bagian 9.2 pada SNI 7182:2015 2,3 - 6,0 mm /s (cSt)
3 Angka setana ASTM D-613 atau ASTM D 6890 atau lihat bagian 9.3 pada SNI 7182:2015 51 Min
4 Titik nyala (mangkok tertutup) ASTM D-93 atau lihat bagian 9.4 pada SNI 7182:2015 100 ˚C, min
5 Titik kabut ASTM D-2500 atau lihat bagian 9.5 pada SNI 7182:2015 18 ˚C, maks
3
6 korosi lempeng tembaga (3 jam pada 50 ˚C) ASTM D-130 - 10 atau lihat bagian 9.6 pada SNI 7182:2015 850 - 890 kg/m
7 Residu karbon dalam percontoh asli ASTM D 4530 atau ASTM D 189 atau lihat bagian 9.7 pada SNI 7182:2015 0,05
atau %-massa, maks
dalam 10 % ampas distilasi 0,3
8 Air dan sedimen ASTM D 2709 atau lihat bagian 9.8 pada SNI 7182:2015 0,05 %-vol., maks
9 Temperatur distilasi 90% ASTM D 1160 atau lihat bagian 9.9 pada SNI 7182:2015 360 ˚C, maks
10 Abu tersulfatkan ASTM D-874 atau lihat bagian 9.10 pada SNI 7182:2015 0,02 %-massa, maks
11 Belerang ASTM D 5453 atau ASTM D-1266, atau ASTM D 4294 atau ASTM D 2622 atau lihat bagian 50 mg/kg, maks
9.11 pada SNI 7182:2015
12 Fosfor AOCS Ca 12-55 atau lihat bagian 9.12 pada SNI 7182:2015 4 mg/kg, maks
13 Angka asam AOCS Cd 3d-63 atau ASTM D-664 atau lihat bagian 9.13 pada SNI 7182:2015 0,5 Mg-KOH/g, maks
14 Gliserol bebas AOCS Ca 14-56 atau ASTM D-6584 atau lihat bagian 9.14 pada SNI 7182:2015 0,02 %-massa, maks
15 Gliserol total AOCS Ca 14-56 atau ASTM D-6584 atau lihat bagian 9.14 pada SNI 7182:2015 0,24 %-massa, maks
16 Kadar ester metil lihat bagian 9.15 pada SNI 7182:2015 96,5 %-massa, min
17 Angka iodium AOCS Cd 1-25 atau lihat bagian 9.16 pada SNI 7182:2015 115 %-massa(g-12/100g), maks
18 Kestabilan oksidasi Periode induksi metode EN 15751 atau lihat bagian 9.17.1 pada SNI 7182:2015 480
menit
Periode induksi metode petro oksi ASTM D 7545 atau lihat bagian 9.17.2 pada SNI 7182:2015 36
19 Monogliserida AOCS Cd 11-57 atau lihat bagian 9.18 pada SNI 7182:2015 0,8 %-massa, maks
Hal-hal yang perlu diperhatikan

Karakteristik Jelantah vs Kualitas Biodiesel

Karakteristik asam lemak pada jelantah

• Asam lemak jenuh: palmitat
• Cenderung tetap  tidak baik untuk kesehatan
• Asam lemak tidak jenuh: oleat
• Cenderung meningkat (bentuk trans-)
• Berfungsi menurunkan viskositas pada biodiesel
Hal-hal yang perlu diperhatikan

Harga keekonomian biodiesel dari jelantah

• Teknologi esterifikasi-transesterifikasi konversi minyak menjadi
biodiesel merupakan teknologi yang robust sehingga harga
keekonomian biodiesel hanya bergantung pada harga feedstock-nya.
Aplikasi Biodiesel dari Minyak Jelantah

2014
Aplikasi Biodiesel dari Minyak Jelantah
Aplikasi Biodiesel dari Minyak Jelantah
Hasil Uji Kinerja Biodiesel dari Jelantah

• Hingga B15, kinerja mesin dapat dikatakan masih

optimal.
• Biodiesel dapat memberikan efek penurunan
emisi carbon.

Ref: Data Studi, 2014

Kesimpulan
• Produksi biodiesel dari minyak jelantah merupakan solusi ganda:
• Menghasilkan emisi gas buang yang lebih rendah
• Menghindarkan penggunaan berulang minyak jelantah
• Minyak Jelantah dapat dikumpulkan melalui limbah rumah tangga,
pedagang kaki lima, maupun restoran besar/perhotelan.
• Kesadaran masyarakat terkait bahaya mengkonsumsi jelantah
merupakan factor kunci keberhasilan program produksi biodiesel dari
jelantah pada suatu wilayah.
 Terimakasih atas perhatiannya

Prof. Ir. Arief Budiman, M.S., D.Eng, IPU. Ade Kurniawan, S.T., M.Eng., Ph.D.
abudiman@ugm.ac.id ade.kurniawan@ugm.ac.id

Pusat Studi Energi (PSE) UGM Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik UGM,
Blk. K, Jl. Bhinneka Tunggal Ika, Sendowo, Sinduadi Kec. Jl. Grafika No.2, Senolowo, Sinduadi, Kec. Mlati, Kab.
Mlati, Kab. Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281 Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281