Anda di halaman 1dari 2

Tantangan Integritas Akademik di Era Digital: Mencegah Kecurangan dan

Melindungi Hak Cipta

Oleh : Hermin Sianipar S.Pd

Meningkatnya ketersediaan teknologi informasi dan Internet memberi tantangan pada


pemahaman kita tentang bagaimana pendidikan diatur dan disampaikan, menciptakan
lingkungan belajar baru dimana siswa yang terisolasi sekarang terhubung dengan guru dari
seluruh dunia (Barbour & Reeves, 2009; Peng & Li-Wei, 2009). Pendapat diatas menyatakan
bahwa perkembangan teknologi informasi dan Internet telah mengubah lanskap pendidikan
dengan menciptakan lingkungan belajar yang lebih terhubung dan global. Ini memungkinkan
siswa untuk terhubung dengan guru dari berbagai lokasi. Selain itu, dengan berkembangnya
teknologi dalam pendidikan memberikan dampak dan perubahan yang cukup besar. Dampak
tersebut berupa dampak positif dan negatif. Tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi berperan
besar dalam membantu peradaban manusia menjadi lebih baik dan modern. Saat ini para
pemelajar sudah dapat mengakses begitu banyak materi dari berbagai sumber, bentuk dari
materi tersebut juga sangat beragam, dapat berupa video, gambar ilustrasi, modul, dan lain
sebagainya. Sumber belajar kini bisa diakses dimanapun dan kapanpun sehingga memberikan
begitu banyak kemudahan bagi para pemelajar.

Tidak terbantahkan bahwa teknologi telah mengubah dunia pendidikan secara drastis. Saat
ini, terdapat kekhawatiran tentang perilaku siswa di era digital, dari cyberbullying hingga
pelanggaran hak cipta. Pendidikan karakter telah menjadi fokus dunia pendidikan selama
ribuan tahun baik secara formal maupun informal (DeRoche & Williams, 2001; Edmonson et
al., 2009; Lickona, 2009). Pengaruh teknologi yang tak terbantahkan telah mengubah
paradigma pendidikan secara mendasar. Saat ini, kita berhadapan dengan tantangan baru
terkait perilaku siswa dalam era digital. Fenomena seperti cyberbullying dan pelanggaran hak
cipta telah merambah ke lingkungan pendidikan. Cyberbullying, sebagai produk langsung
dari konektivitas teknologi, menghadirkan ancaman serius. Tindakan merendahkan secara
verbal, sosial, atau psikologis melalui media digital dapat merusak kesejahteraan emosional
siswa. Hal ini menekankan perlunya pendekatan pedagogis yang mengajarkan nilai-nilai
empati, penghargaan terhadap perbedaan, dan komunikasi yang hormat dalam lingkungan
digital. Di sisi lain, masalah pelanggaran hak cipta telah semakin rumit seiring mudahnya
mengakses dan berbagi konten melalui internet. Perilaku ini mencerminkan kurangnya
pemahaman tentang etika digital dan hak intelektual. Oleh karena itu, perlu ditekankan
pentingnya pendidikan tentang hak cipta, sumber daya yang sah, dan penghormatan terhadap
karya orang lain. Pendidikan karakter, yang telah menjadi landasan pendidikan selama ribuan
tahun, semakin relevan di era digital. Pembentukan kepribadian yang bermoral, etis, dan
bertanggung jawab sangat penting untuk menghadapi tantangan perilaku di dunia maya.
Melalui pendidikan karakter, siswa dapat belajar untuk menjadi pengguna teknologi yang
bijaksana, menghargai privasi dan hak orang lain, serta memahami dampak sosial dari
tindakan online. Secara keseluruhan, perubahan drastis yang diakibatkan oleh teknologi
dalam pendidikan turut membawa kompleksitas baru terkait perilaku siswa. Melalui
pendekatan yang berfokus pada pendidikan karakter, pendidik dapat membantu siswa
mengembangkan kemampuan untuk menghadapi tantangan ini dengan bijaksana dan
bertanggung jawab. Dengan demikian, pendidikan tidak hanya merespons perubahan
teknologi, tetapi juga membentuk individu yang kuat secara moral dalam era digital yang
terus berkembang.
Pentingnya integritas akademik dalam dunia pendidikan tidak dapat diabaikan. Pernyataan
Agud (2014) mencatat adanya mahasiswa yang mengakui melakukan plagiarisme dan bentuk
kecurangan akademik lainnya. Dalam pandangan ini, praktik-praktik seperti ini dianggap
sebagai titik awal dari perilaku curang yang mungkin berlanjut dalam karier profesional
mereka. Kecurangan akademik merusak esensi belajar dan mempengaruhi perkembangan
pribadi serta profesionalisme. Mengatasi masalah ini diperumit oleh lonjakan teknologi
digital. Akses yang mudah ke berbagai bentuk konten, penyimpanan, reproduksi, dan
penyebaran dalam skala besar telah mengubah lanskap hak cipta. Karya dan produksi digital
menjadi lebih rentan terhadap eksploitasi komersial dan pelanggaran hak cipta.

Pandangan Olcott et al. (2015) menggambarkan kompleksitas dalam melindungi hak cipta
dalam era digital ini. Namun, penting untuk mengambil tindakan yang kuat untuk mencegah
praktik-praktik curang ini. Pendekatan holistik perlu diterapkan. Di sekolah dan perguruan
tinggi, pendidikan karakter yang menekankan pada integritas akademik dapat membentuk
landasan etika yang kuat. Selain itu, penyadaran tentang konsekuensi jangka panjang dari
kecurangan akademik, seperti yang diingatkan oleh Agud (2014), perlu diberikan kepada para
pemelajar. Di sisi lain, adaptasi hukum dan regulasi yang sesuai dengan perkembangan
teknologi diperlukan untuk melindungi hak cipta. Upaya untuk membatasi akses tidak sah
dan melibatkan penyedia platform dalam mencegah penyebaran konten ilegal dapat
membantu memitigasi masalah ini. Dalam era digital yang semakin kompleks, menjaga
integritas akademik menjadi tantangan yang semakin mendesak. Pendekatan yang
komprehensif, melibatkan pendidikan karakter serta tindakan hukum yang tepat, akan
menjadi kunci dalam membentuk generasi yang beretika dan bertanggung jawab dalam
penggunaan teknologi dan hak cipta.

Anda mungkin juga menyukai