Anda di halaman 1dari 31

PANDUAN ETIK

BLU RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BOMBANA


TAHUN 2023
BAB I
PENGERTIAN

Setiap profesi mutlak mengenal atau mempunyai kode etik. Dengan demikian
perawat yang merupakan bidang pekerjaan profesi mempunyai kode etik untuk
menjaga profesionalisme. Adapun pengertian hal-hal yang menyangkut kode etik
perawat BLU RSUD BOMBANA adalah sebagai berikut:
1. Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi Keperawatan, baik
di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan. Profesi yang difokuskan pada
perawatan individu, keluarga, dan masyarakat sehingga mereka dapat
mencapai, mempertahankan, atau memulihkan kesehatan yang optimal dan
kualitas hidup dari lahir sampai mati..
2. Kode etik suatu profesi adalah berupa norma-norma yang harus diindahkan oleh
setiap anggota profesi yang bersangkutan didalam melaksanakan tugas
profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat.
3. Norma-norma tersebut berisi petunjuk-petunjuk bagi anggota profesi tentang
bagaimana mereka harus menjalankan profesinya dan larangan-larangan yaitu
ketentuan-ketentuan tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh diperbuat
atau dilaksanakan oleh anggota profesi, tidak saja dalam menjalankan tugas
profesinya, melainkan juga menyangkut tingkah laku pada umumnya dalam
pergaulan sehari-hari di dalam masyarakat.
Norma yang berlaku dikalangan profesi perawat, yang mengacu pada:
a. Etika Umum
b. Kode Etik Perawat Indonesia dari PPNI
4. Kode Etik profesi
Merupakan suatu pernyataaan komprehensif dari profesi yang memberikan
tuntunan bagi anggotanya untuk melaksanakn praktek dalam bidang profesinya
baik yang berhubungan dengan klien/pasien, keluarga, masyarakat, teman
sejawat, profesi dan dirinya sendiri. Namun dikatakan bahwa kode etik pada
zaman dimana nilai-nilai peradaban semakin kompleks, kode etik tidak dapat lagi
dipakai sebagai -pegangan satu-satunya dalam menyelesikan masalah etik.
Untuk itu dibutuhkan juga suatu pengetahuan yang berhubungan dengan hukum.
Benar atau salah pada penerapan kode etik, ketentuan / nilai moral yang berlaku
berpulang kepada profesi masing-masing
5. Kewenangan Sub komite etik dan disiplin profesi:
a. Melakukan pembinaan etik dan disiplin profesi tenaga keperawatan.
b. Melakukan penegakan disiplin profesi keperawatan.
c. Merekomendasikan penyelesaian masalah pelanggaran disiplin dan masalah
etik dalam kehidupan profesi dan pelayanan keperawatan.
d. Merekomendasikan untuk melekukan pencabutan kewenangan klinis (clinical
previlage) tertentu bagi staf keperawatan yang melakukan pelanggaran,
bentuk pelanggaran yang menyebabkan dicabutnya kewenangan klinis diatur
tersendiri (lihat lampiran 4)
e. Memberikan rekomendasi perubahan/modifikasi rincian kewenangan klinis
(delineaticn of clinical previlage)
f. Merekomendasikan penolakan kewenangan klinis
g. Memberikan rekomendasi pemberian tindakan disiplin
h. Memberikan pertimbangan dalam mengambil keputusan etis dalam asuhan
keperawatan.
i. Pengambilan keputusan pelanggaran etik profesi dilakukan dengan
melibatkan panitia Adhoc
6. Kelembagaan Sub Komite Etik dan Disiplin
Sub Komite Etik dan Disiplin Perawat berada di bawah dan bertanggungjawab
kepada Ketua Komite Keperawatan
7. Anggota Sub Komite Etik dan Disiplin
Terdiri atas sekurang-kurangnya tiga staf keperawatan
8. Persidangan
a. Penegakan disiplin profesi dilakukan oleh sebuah tim/ panel yang dibentuk
oleh ketua Sub komite etik dan disiplin profesi
b. Tim/ panel sebagaimana dimaksud dianggap sah apabila dihadiri oleli
minimal tiga orang staf keperawatan dalam jumlah ganjil yang terkait dengan
masalah persidangan
c. Persidangan tertutup dan rahasia kecuali dinyatakan sidang pada kasus
tertentu yang memerlukan kehadiran saksi/ beberapa tenaga ahli yang dapat
membantu persidangan kasus yang bersangkutan
9. Rumusan hasil persidangan
Bersifat rahasia, yang disampaikan berupa rekomendasi kepada organisasi
profesi keperawatan melalui
Ketua Komite Keperawatan
10. Kategori pelanggaran:
a. Ringan : tidak menimbulkan kerugian dan kecacatan fisik serta memiliki
dampak risiko psikologi yang kecil
b. Sedang : tidak menimbulkan kerugian dan kecacatan fisik namun memiliki
dampak terhadap psikologi
c. Berat : menimbulkan kerugian dan kecacatan fisik serta berpengaruh
terhadap masalah psikologi

Tolak ukur yang menjadi dasar dalam upaya menegakkan disiplin profesi staf
keperawatan antara lain:
a. Standar asuhan keperawatan di BLU RSUD BOMBANA
b. Standar prosedur (SPO) pelayanan di BLU RSUD BOMBANA
c. Daftar rincian kewenangan klinis di rumah sakit
d. Pedoman syarat-syarat kualifikasi untuk melakukan pelayanan keperawatan
(white paper) di rumah sakit
e. Kode etik keperawatan BLU RSUD BOMBANA
f. Pedoinan perilaku professional
g. Pedoman pelanggaran disiplin keperawatan yang berlaku di Indonesia

Kriteria pembobotan pelanggaran bedasarkan pada:


a. Akibat yang ditimbulkan terhadap keselamatan pasien
b. Akibat yang ditimbulkan terhadap kehormatan profesi
c. Akibat yang ditimbulkan terhadap kepentingan umum/ Rumah Sakit
d. Itikad baik terlapor dalam penyelesaian masalah
e. Motivasi yang mendasari masalah
f. Situasi lingkungan yang mempengaruhi timbulnya masalah
g. Pendapat peer's group/ teman sejawat selingkungan

11. Sanksi:
Sub Komite Etik dan Disiplin tidak berwenang memberikan sanksi kepada
terlapor. Sub Komite Etik dan Disiplin melaporkan hasil pengkajian masalah dan
memberikan rekomendasi kepada Ketua Komite Keperawatan
Rekomendasi pemberian tindakan pendisplinan profesi pada staf keperawatan
berupa:
a. Peringatan lisan
b. Peringatan tertulis
c. Limitasi (reduksi) kewenangan klinis (clinical privilege)
d. Bekerja di bawah supervise dalam waktu tertentu oleh orang yang
mempunyai kewenangan untuk pelayanan keperawatan tersebut
e. Pencabutan kewenangan klinis (clinical privilege) sementara atau
selamanya
f. Mekanisme pemeriksaan pada upaya penegakan disiplin profesi
ditetapkan oleh Komite Keperawatan
Namun, apapun sanksi yang diberikan tetap mengacu pada Peraturan BLU
RSUD BOMBANA

12. Tujuan kode etik


Secara umum tujuan pelaksanaan kegiatan etik dan disiplin profesi adalah
sebagai berikut:
a. Agar tenaga keperawatan menerapkan prinsip-prinsip etik dalam memberikan
asuhan (jujur, adil, berbuat baik, tidak menyakiti otonomi, menepati janji,
kerahasiaan, akuntabilitas)
b. Melindungi pasien dari pelayanan yang diberikan o'eh tenaga keperawatan
yang tidak profesional.
c. Memelihara dan meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Dimensi Kode Etik


Secara umum dimensi kode etik perawat dapat diklasifikasi sebagai berikut:
1. Perawat dan klien/pasien.
2. Perawat dan sistem kesehatan.
3. Perawat dan profesi kesehatan
4. Sesama anggota profesi
Kode etik merupakan suatu pernyataan komprehensif profesi yang memberikan
tuntunan untuk melaksanakan pelayanan baik yang berhubungan dengan
kesejahteraan, keluarga, masyarakat, teman sejawat, profesi dan dirinya.

B. Kode Etik Perawat


Uraian kode etik perawat sesuai dengan dimensi / klasifikasi masing-masing
sebagai berikut:
1. Kode Etik Perawat
a. Perawat terhadap klien/ pasien
1) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat
dan martabat manusia, keunikan klien, dan tidak terpengaruh oleh
pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin,
aliran politik, dan agama yang dianut serta kedudukan sosial.
2) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa
memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya,
adat istiadat dan kelangsungan hidup bergama dari klien
3) Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang
membutuhkan asuhan keperawatan
4) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan
dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh
berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
b. Perawat terhadap praktik/ tugas
1) Perawat memelihara dan meningkatkan kompetensi dibidang
keperawatan melalui belajar terus menerus
2) Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi
disertai kejujuran professional yang menerapkan pengetahuan serta
keterampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhar. klien.
3) Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang
akurat dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang
bila melakukan konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi
kepada orang lain
4) Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan
dengan selalu menunjukkan perilaku professional
c. Perawat terhadap teman sejawat dan profesi lainnya
1) Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat
maupun dengan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara
keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh
2) Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan
ilegal.
d. Perawat terhadap profesi
1) Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan siandar pendidikan
dan pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalanı kegiatan
pelayanan dan pendidikan keperawatan
2) Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi
keperawatan
3) Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan
memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan
keperawatan yang bermutu tinggi

C. Jenis Pelanggaran Etik dan Disiplin dalam Praktik Keperawatan


1. Perawat terhadap klien/pasien
Kategori Jenis Pelanggaran
Ringan  Membiarkan pasien dalam keadaan tidak rapi
 Tidak mengorientasikan tempat (ruangan) dan petugas
kesehatan kepada pasien
 Tidak memberi informasi pasien saat akan melakukan
tindakan keperawatan
 Melakukan tindakan/perilaku yang dapat mengganggu
kenyamanan atau ketenangan kerja (berbicara keras,
menghidupkan radio, TV,dll)
Sedang  Kurang menunjukkan sikap empati
 Memberi informasi yang tidak optimal
 Tidak memperhatikan kebersihan diri pasien
 Memberi informasi yang tidak bertanggung jawab yang
membuat kecemasan pada pasien dan keluarga
 Bersikap tidak ramah dalam melayani pasien/ keluarga
(laporan tertulis, lisan, kotak saran)
 Tidak merespon keluhan pasien terkait dengan
masalah kesehatannya
 Melakukan tindakan keperawatan tidak sesuai dengan
protap yang dapat merugikan pasien tetapi tidak
membahayakan jiwa
 Tidak membantu memenuhi kebutuhan eliminasi pada
pasien yang butuh bantuan
 Tidak memiliki STR, SIPP/SIK
Berat  Tidak memberi informasi pasien saat akan melakukan
tindakan keperawatan
 Tidak memcuci tangan setiap kali akan dan selesai
berkontak dengan pasien atau melakukan tindakan
 Tidak melakukan prosedur teknik aseptic/ antiseptic
yang mengakibatkan terjadi infeksi
 Tidak melakukan tindakan pencegahan decubitus
(mengubah posisi, memberi pelembab, bedak
massase, mengganti tenun yang basah/ kotor)
 Tidak memberikan bimbingan rohani/ menunjuk pada
pemuka agama pada saat pasien membutuhkan/
dalam sakratul maut
 Tidak memenuhi kebutuhan nutrisi, cairan elektrolit
 Tidak memenuhi kebutuhan oksigenasi, kebersihan
jalan nafas
 Tidak memperhatikan/ memepertahankan sirkulasi
kardiovaskuler
 Tidak bertindak pada saat pasien dalam keadaan
sekarat/ henti jantung/ pain (kecuali keinginan
keluarga)
 Tidak memperhatikan keamanan pasien (pasien jatuh,
tergelincir, keracunan, salah obat, salah transfusi, dll)
 Melakukan tindakan keperawatan yang tidak sesuai
prosedur tetap yang dapat menyebabkan kematian/
kecatatan
 Memberikan informasi yang tidak benar/ tidak dapat
dipertanggungjawabkan
 Meminta imbalan kepada pasien/ keluarga
 Tidak menjaga kerahasiaan pasien/ keluarga pada
profesi/ orang yang berhak mengetahui
 Komunikasi yang tidak baik dan dimuat di media
massa
 Tidak melakukan prosedur aseptic/ antiseptic
 Tidak menghargai agama pasien/ keluarga
 Membedakan pelayanan keperawatan terhadap pasien
berdasarkan status social dan martabat pasien
 Tidak melakukan identifikasi pasien sebelum tindakan
(tind. Kep/ medis, pemberian obat, pengambilan darah/
specimen, tansfusi)

2. Perawatan terhadap praktik/ tugas

Kategori Jenis Pelanggaran


Ringan  Tidak memahami alur pelayanan
 Tidak memahami batasan tugas
 Kurang mampu mengkoordinir pelayanan
 Tidak melakukan kerjasama antar anggota tim
 Tidak berperan aktif dalam CPD
 Tidak menggunakan atribut RS dengan benar
 Tidak berbicara dengan sopan
 Tidak hadir tepat waktu di jam kerja
 Tidak berpenampilan bersih dan rapi
Sedang  Tidak hadir pada saat jam kerja
 Tidak memeriksa persiapan peralatan ynag diperlukan
dalam memberikan asuhan keperawatan
 Tidak melakukan evaluasi tindakan keperawatan
 Tidak melakukan pengkajian atau anamnesa dengan
benar
 Tidak melakukan perencenaan sesuai kondisi pasien
 Tidak melakukan inventaris alat kesehatan
 Tidak melakukan program sertifikasi
 Tidak melakukan tindakan mandiri atau delegative
sesuai kompetensi
 Tidak menjaga kerahasiaan pasien
Berat  Berulang kali melakukan tugas yang tidak sesuai
dengan prosedur tetap dan kebijakan rumah sakit yang
dapat merugikan pasien secra fisik dan mental
 Tidak memegang teguh rahasia jabatan
 Bekerja dengan mempertimbangkan kesukuan, jenis
kelamin, aliran polotik, agama dan status social sesuai
dengan keinginan pribadi
 Tidak mampu melakukan tindakan mandiri
keperawatan yang bersifat emergency
 Berulang kali melakukan tugas yang tidak sesuai
prosedur tetap dan kebijakan RS ysng dapat
merugikan pasien secara fisik dan mental melakukan
tindakan diluar kewenangan klinis
 Tidak memahami SPO dan kebijakan RS
 Tidak melakukan monitoring kondisi pasien
 Tidak melakukan implementasi keperawatan sesuai
perencanaan yang tepat waktu dan benar cara
 Memanipulasi data
 Tidak melakukan dokumentasi sesuai dengan kegiatan
yang dilakukan

3. Perawat terhadap sesama perawat dan profesi lain

Kategori Jenis Pelanggaran


Ringan  Tidak bertegur sapa dengan sejawat / profesi lain
 Kurang menghargai privasi, hasil kerja, martabat
perawat lain atau profesi
Sedang  Tukar jaga / dines tanpa izin atasan
 Melakukan tugas diluar tanggung jawabnya
 Tidak mau / tidak melaksanakan tugas yang
didelegasikan oleh atasan
 Menegur dan menyalahkan teman/ profesi lain
langsung di depan pasien
 Tidak menerima saran dan masukkan yang baik dari
teman sejawat/ profesi lain
 Tidak mau membantu perawat lain dalam menjalankan
tugas saat dibutuhkan
 Tidak memelihara suasana kerja yang harmonis dan
kondusif
 Melimpahkan tanggung jawab kepada perawat lain
yang tidak kompeten
 Melimpahkan tanggung jawab pekerjaan yang menjadi
pekerjaannya
 Tidak mau memberi / transformasi ilmu, keterampilan
dan pengalaman kepada perawat lain / profesi lain
 Tidak memberikan / meneruskan informasi / kebijakan
institusi ke sesama perawat
 Tidak mau menerima pengetahuan, pengalaman,
keterampilan dari semua perawat dan profesi lain
dalam rangka peningkatan keterampilan di bidang
keperawatan
 Membicarakan kekurangan / keburukkan perawat lain
di depan / kepada pasien / keluarga pasien
Berat  Melakukan provokasi untuk tindakan perlawanan
ataupun anarkis
 Melindungi perbuatan teman sejawat / profesi lain
yang tidak etis / praktek ilegal
 Bekerjasama dengan teman sejawat / profesi lain
melakukan perbuatan yang tidak etis / praktek illegal
 Tidak melakukan pelaporan tentang perbuatan sejawat
/ profesi lain yang tidak etis / praktek illegal yang
memungkinkan terjadi lagi di waktu yang akan datang
 Berbohong kepada sejawat / profesi lain sehingga
memungkinkan menimbulkan kerugiaanterhadap
pasien sejawat / profesi lain
 Membina / menjalin hubungan yang tidak etis antara
sejawat / profesi lain
 Bertengkar dengan sesama perawat / profesi lain
 Melakukan tindakan tidak etis terhadap sesame
perawat / profesi lain

4. Perawat terhadap profesi keperawatan

Kategori Jenis Pelanggaran


Ringan  Berpenampilan tidak rapi, rambut tidak rapi/ gondrong /
tidak memakai pakaian dinas/ seragam sesuai yang
ditetapkan
Sedang  Menolak untuk meningkatkan Pendidikan formal
 Tidak berupaya meningkatkan kemampuan
professional
 Tidak menjunjung tinggi nama baik profesi dengan
menunjukkan perilaku dan sifat pribadi yang tercela,
merokok di ruang perawatan, tidak menggunakan
seragam lengkap, menjelekkan profesi perawat atau
organisasi profesi, mengeluarkan kata-kata kotor saat
berdinas
 Tidak membimbing mahasiswa praktek di ruangan
 Tidak mengorientasikan mahasiswa praktek terhadap
lingkungan, tata tertib di RS yang bersangkutan
 Mengunggah kondisi pasien ke media social
Berat  Mengkomersialkan/ memperjualbelikan harta rumah
sakit untuk kepentingan pribadi atau profesi
keperawatan
 Menjual nama organisasi profesi keperawatan untuk
kepentingan pribadi, mencari dana atas nama profesi
lain untuk kepentingan pribadi, promosi produk tertentu
dikaitkan dengan profesi untuk kepentingan pribadi
 Menggunakan obat-obat terlarang / alcohol saat
bertugas
 Meninggalkan / atau tidak dinas ketika dinas pagi,
sore, dan malam tanpa izin
 Tidak mendaftarkan diri sebagai anggota PPNI dan
tidak melakukan kewajiban sebagai anggota PPNI
 Bekerja tidak sesuai dengan kewenangan klinis
 Menimbulkan cedera pada pasien saat melakukan
riset
 Memakai pasien sebagai bahan riset tanpa informed
consent
 Melakukan tindakan asusila di tempat kerja
 Mengunggah foto pribadi yang tidak senonoh di media
social
 Mengunggah status pasien yang tidak etis di media
social
 Menggunakan identitas RS untuk kepentingan pribadi
di luar jam kerja.

Dari semua jenis pelanggaran yang tersebut di atas, semua sanksi yang diberikan
kepada perawat yang bersangkutan tetap mengacu pada peraturan BLU RSUD
BOMBANA yang berlaku di lingkungan RS
D. Prinsip Etik
Ada beberapa prinsip etik yang penting untuk praktik keperawatan yaitu:
1. Respek
2. Otonomi
3. Beneficence (kemurahan hati)
4. Non- Meleficence
5. Veracity (kejujuran)
6. Konfidensialitas (kerahasiaan)
7. Fidelity (kesetiaan)
8. Justice (keadilan)

Penjelasan masing-masing prinsip etik:

1. Respek
Respek diartikan sebagai perilaku perawat yang menghormati atau
menghargai pasien/ klien dan keluarganya. Perawat harus menghargai hak-
hak pasien/klien seperti hak untuk pencegahan bahaya dan mendapatkan
penjelasan secara benar.
Penerapan “informed consent” secara tidak langsung menyatakan
sesuatu trilogy hak pasien yaitu, hak untuk dihargai, hak untuk menerima dan
hak untuk menolak treatment.
Perawat juga harus menghargai rekan-rekan kerjanya seperti dokter, ahli
gizi, petugas kesehatan lainnya. Perawat adalah tenaga yang mempunyai
kontak paling laa dengan pasien, dituntut untuk dapat menjawab pertanyaan
dengan cara yang relevan, tepat, empaty dan mudah dimengerti.
2. Otonomi
Pada prinsipnya otonomi berkaitan dengan hak seseorang untuk memilih
bagi diri mereka sendiri, apa yang menurut pemikiran dan pertimoangannya
merupakan hal yang terbaik. Dengan demikian akan melibatkan konsep diri
dalam menentukan nasib atau mempertanggungjawabkan dirinya sendiri.
3. Beneficence (kemurahan hati)
Kemurahan hati berkaitan dengan kewajibån untuk melakukan hal yang
baik dan tidak membahayakan orang lain. Kesulitan muncul pada waktu
menentukan siapa yang harus memutuskan hal yang terbaik untuk seseorang.
Permasalahan lain yang muncul berpusat pada apa yang disebut baik dan apa
yang disebut tidak baik. Sebagai contohnya adalah suatu keputusan yang
harus diambil, apakah lebih baik, menopang dan memperpanjang hidup dalani
menghadapi semua ketidakmampuan atau lebih baik memperbolehkan
seseorang untuk meninggal atau mengakhiri penderitaannya.
4. Non-Maleficence
Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban perawat untuk tidak dengan
sengaja menimbulkan kerugian atau cedera. Kerugian atau cedera dapat
diartikan adanya kerusakan fisik seperti nyeri, kecacatan, kematian atau
adanya gangguan emosi atau perasaan tidak berdaya, merasa terisolasi dan
adanya kesalahan. Kerugian juga dapat berkaitan dengan ketidakadilan,
pelanggaran atau beibuat kesalahan.
Prinsip non maleficience adalah :jangan inembunuh,menghilangkan
nyawa orang lain,jangan menyebabkan nyeri atau penderitaan pada orang
lain,jangan membuat orang lain tidak berdaya dan melukai perasaaan orang
lain.
5. Veracity (Kejujuran)
Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban perawat untuk mengatakan
suatu kebenaran, tidak berbohong atau menipu orang lain. Kejujuran adalah
landasan untuk “informed concent” yang baik. Perawat harus dapat
menyingkap semua informasi yang diperlukan oleh pasien maupun
keluarganya sebelum mereka membuat keputusan.
6. Konfidensialitas (Kerahasiaan)
Prinsip ini berkaitan dengan penghargaan perawat terhadap semua
informasi tentang pasien/ klien yang dirawatnya. Pasien/ klien harus dapat
menerima bahwa informasi yaang diberikan kepada tenaga profesional
keschatan akan dihargai dan tidak disampaikan/ dibagikan kepada pihak lain
secara tidak tepat.
Perlu dipahami bahwa berbagi informasi tentang pasien/ klien dengan
anggota kesehatan lain yang ikut merawat pasien tersebut bukan merupakan
pembeberan rahasia selama informasi tersebut relevan dengan kasus yang
、ditangani.
Dalam praktik klinik perawat sering menemukan prinsip-prinsip yang
bertentangan, sehingga mendapatkan kesulitan dalam menanganinya.
Sebagai contoh: adanya pasien yang tidak diberitahu tentang diagnosa
penyakitnya, sehingga dia bertanya kepada seorang perawat. Jika perawat
tidak mempunyai kewenangan untuk menyampaikan informasi ini, maku
perawat akan mengalami dilema etik antara memberitahu pasien sesuai
dengan penghargaan terhadap otonomi atau tidak akan menceritakan
kebenaran yang berarti melanggar prinsip kejujuran.
7. Fidelity (Kesetiaan)
Kesetiaan berkaitan dengan kewajiban untuk selalu setia pada
kesepakatan dan tanggung jawab yang telah dibuat. Setiap tenaga
keperawatan mempunyai tanggung jawab asuhan keperawatan kepada
individu, pe nberi korja,pemerintah dan masyarakat. Apabila terdapat konflik
diantara berbagai tanggungjawab, maka diperlukan penentuan prioritas sesuai
dengan situasi dan kondisi yang ada.
8. Justice (Keadilan)
Keadilan berkenaan dengan kewajiban untuk berlaku adil kepada semue
orang,perkataan adil sendiri berarti tidak memihak atau tidak berat
sebelah,aza: ini bertujuan untuk melaksanakan keadilan dalam transaksi dan
pelayanan perlakuan antar individu pasien/ klien, berarti setiap orang harus
mendapatka perlakuan yang sama sesuai dengan kebutuhannya.

E. Nilai yang Terkandung dalam Etik


1. Kesehatan dan kesejahteraan
2. Pilihan
3. Martabat
4. Akuntabilitas
Penjelasan
a. Kesehatan dan kesejahteraan.
Pengertian:
Perawat peduli terhadap kesehatan dan kesejahteraan serta membantu orang
lain mencapai tingkat kesehatan yang optimal dalam rentang situasi sehat
normal, sakit. cedera atau dalam proses menghadapi kematian.
Uraian:
Perawat selalu peduli terhadap kesehatan dan kesejahteraan masyaraka:
umum. Dalam perilakuk kehidupan sehari-harinya selalu berupaya untuk
mencegah terjadinya kondisi penyimpangan kesehatan dan kesejahteraan
melalui upaya pendicikan kesehatan, memanfaatkan sumber daya yang ada di
masyarakat. Perawat membantu memenuhi kebutuhan dasar klen apabila
dirawat dan apabila hidup tidak bisa dipertahankan lagi, perawat berupaya
untuk mengurangi penderitaannya dan membimbing dalam menghadapi
kematian dengan damai dan bermartabat. Perawat berpartisipasi secara aktif
dalam penyelesaian masalah pelayanan kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain,
khususnya dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi
keperawatan melalui riset.
b. Pilihan
Pengertian:
Perawat mendukung dan menghargai otonomi klien serta membantunya
mengekspresikan kebutuhan dan nilai kesehatan serta rnendapatkan informasi
pelayanan yang tepat.
Uraian:
Perawat bertanggung jawab untuk mencarikan dan memberikan informasi yang
lengkaj tentang resiko dan keuntungan dari beberapa alternatif tindakar.yang
ditawarkan sert memberikan kebebasan untuk menentukan pilihan. Apabila
klien tetap menolak semu alternatif yang ditawarkan, perawat tetap berupaya
agar rienentukan pilihan yan mempunyai dampak paling kecil
c. Martabat.
Pengertian:
Perawat menghargai dan mengadvokasi martabat dan kehormatan diri
manusia.
Uraian:
Perawat dalam melaksanakan asuhan bertanggung jawab terhadap kebutuhan,
nilai-nilai dan pilihan klien. Perawat juga mempunyai perhatian terhadap
kelompok resiko serta mengadvokasi martabat klien dalam penggunaan
teknolog: di tatanan pelayanan kesehatan. Perawat mengobservasi kondisi
keschatan dan social yang memungkinkan seseorang hidup bermartabat
sepanjang hidupnya dan se'amaproses kematian.
d. Akuntabilitas
Pengertian:
Perawat bertindak secara konsisten sesuai dengan standar praktik dan
tanggung jawab profesi.
Uraian:
Perawat baik perawat klinik, manajer, pendidik maupun peneliti, harus
menyadari tanggung jawab profesinya dan akontabel dalam mengawal mutu
asuhan keperawatan. Walaupun tanggung jawabnya berbeda namun semua
berorientasi pada praktik keperawatan yang aman, kompeten dan berlandaskan
etik.

F. Pernyataan Tanggungjawab
Tanggung jawab adalah suatu keadaan dimana seseorang wajib menanggung
segala perbuatannya bila terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan boleh dituntut,
dipersalahkan atau diperkarakan. Pernyataan tanggung jawab akan memperjelas
setiap nilai dan memberikan binibingan yang lebih langsung.
Sebagai contohnya adalah sebagai berikut:
1. Pernyataan tanggung jawab yang terkait dengan nilai pilihan menyatakan bahwa:
"perawat berusaha melibatkan klien dalam perencanaan keperawatan dan
pengambilan keputusan perihal kesehatan pasien/klien”.
2. Pernyataan tanggung jawab yang berkait dengan nilai kejujran menyatakan
bahwa: “perawat mengemukakan dan mengadvokasi minat semua klien/ pasien
yang berada dalam perawatannya. Hal ini termasuk untuk membantu/ menolong
individu dan kelompok dalam memperoleh akses pada asuhan keperawatan
yang tepat dan sesuai dengan pilihan mereka". Bagi setiap nilai, lingkup
tanggung jawab yang diidentifikasi meluas melampaui individu yang meliputi
keluarga,kelompok dan masyarakat sebagai klien.
G. Dilema Etik dan Disiplin Profesi Perawat
1. Pendahuluan
Dimensi kekeliruan penampilan profesi keperawatan dapat dibedakan dalam tiga
bentuk yaitu :dimensi etik, dimensi disiplin profesi dan dimensi hukum:
a. Dimensi Etik
Pelanggaran terhadap dimensi etik merupakan pelanggaran yang dilakukan
terhadap kode etik (sebagai aturan internal profesi). Pada umumnya tidak
merupakan kesalahan tetapi kurang tepat atau baik buruk. Penilaian dan
penetapan sangsi dilakukan oleh majelis etik profesi. Sangsi yang dikenakan
berkaitan dengan hak sebagai anggota organisasi profesi.
b. Dimensi Disiplin Profesi
Pelanggaran terhadap dimensi disiplin profesi kepeawatan merupakan
pelanggaran yang dilakukan terhadap standar profesi yang ditetapkan.
Kesalahan yang mungkin timbul adalah penilaian benar-salah. Penilaian
dilakukan oleh1 majelis disiplin bahkan perangkat hokum pidana. Sangsi
yang dikenakan berupa kewenangan bekerja sampai pemberhentian sebagai
profesi.
c. Dimensi Hukum
Pelanggaran terhadap dimensi hukum merupakan pelanggaran yang
dilakukan dalam melakukan kegiatan profesi yang berakibat fatal.
Penyidangan dilakukan oleh perangkat hukum. Sangsi yang dikenakan oleh
perangkat hukum disesuaikan dengan peraturan perundangan yang berlaku
dalam hukum pidana. Dapat menimbulkan dilemma bagi profesi yang
dianggap suatu ketidakadilan. Profesi mengusulkan agar sangsi
dipertimbangkan atas berat dan ringan (pelanggaran dan sangsi yang
dikenakan hanya sebatas pencabutan kesenugan saja).
2. Pengertian dan karakteristik dilemma dan masalah etik
a. Dilema Etik : dilema etik dapat diartikan dimana perawat dihadapkan harus
memilih diantara dua atau beberapa pilihan yang tidak diinginkun.
b. Karakteristik dilema etik
1) Masalah tidak dapat diselesaikan hanya dengar menggunakan data
empiris
2) Keraguan dalam menggunakan data atau fakta dalam membuat
keputusan
3) Hasil keputusan harus berpengaruh terhadap keadaan saat ini
c. Masalah Etik
Tindakan dan atau perilaku yang dipandangi kurang tepat atau baik atau
buruk dari hasil interaksi individu dalam lingkungan sesuai dengan lingkup
praktik atau kegiatan yang dilakukan baik langsung maupun tidak langsung
d. Masalah Etik Keperawatan
Aktifitas interaksi profesi keperawatan yang dilakukan terhadap individu klien,
keluarga atau masyarakat, profesi dan antar sejawat profesi,serta intitusi
yang didalamnya terhadap hubungan yang kurang baik yang menimbulkan
permasalahan baik secara langsung maupun tidak langsung yang berdampak
pada masalah fisik maupun psikologi lingkungan sekitarnya
Permasasalahan etik dapat dikategorikan sesuai dengan dampak yang
ditimbulkannya baik secara fisik, psikologi dan system yang ada :
1) Masalah etik ringan : tidak menimbulkan kerugian dan kecatatan fisik
serta memiliki dampak resiko psikologi yang kecil
2) Masalah etik sedang : tidak menimbulkan kerugian dan kecatatan fisik
namun memiliki dampak resiko psikologi yang kecil
3) Masalah etik berat : menimbulkan kerugian dan kecatatan fisik serta
berpengaruh terhadap masalah psikologi
3. Peran pimpinan yang berhubungan dengan pengambilan keputusan etik dan
advokasi
a. Pemahaman mengenai nilai-nilai pribadi dan keyakinan mengenai hak, tugas
dan tujuan hidup
b. Menerima bahwa ketidakpastian merupakanbagian dalam pembuatan
keputusan
c. Menerima bahwa hasil negative mungkin timbul dari proses pembuatan
keputusan etika
d. Berani mengambil resiko
e. Role model dalam pembuatan keputusan etik
f. Sebagai advokat bagi klien, bawahan dan profesi
g. Mengkomunikasikan secara jelas tindakan etika yang diharapan
h. Memberikan iklim yang baik dimana perawatan dapat diberikan sesuai
dengan keberagaman sosial budaya
4. Fungsi manajemen yang berhubungan dengan pengambilan keputusan etika dan
advokasi
a. Menggunakan pendekatan sistematis
b. Mengenali hasil keputusan etika yang diambil
c. Menggunakan kerangka etika yang sudah ada untuk mengklarifikasi nilai dan
keyakinan
d. Menerapkan prinsip-prinsip etika dalam pengambilan keputusan
e. Memahami aspek hukum yang dapat digunakan sebagai pedoman
pengambilan keputusan
f. Mengevaluasi kualitas keputusan secara berkesinambungan
g. Mengenali dan memberikan penghargaan bagi bawahan yang bertindak
sesuai etika
h. Mengambil tindakan yang tepat untuk bawahan yang bertindak tidak sesuai
etika
BAB III
TATA LAKSANA
PENANGANAN DILEMA ETIK DAN DISIPLIN PROFESI PERAWAT

A. Penanganan Dilema Etik Keperawatan


1. Persiapan dan pencegahan
a. Menyempurnakan standar prosedur, standar asunan yang akan
dilaksanakankan oleh perawat
b. Menyempurnakan dokumen yang terkait etik keperawatan: Kode etik,
penjabaran/ penjelasan, prosedur penyelesaiarı kasus etik yang dialami
perawat
c. Menjamin agar semua dokumen, standar kode etik dan perangkatnya
tersedia disetiap tatanan pelayanan keperawatan
d. Mengedukasi calon perawat pada fase orientasi perawat baru yang akan
bekerja di suatu institusi pelayanan kesehatan/ keperawatan
e. Mempersiapkan perawat yang akan menjad: anggota tim etik, agar
memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan
f. Menjamin agar semua perawat menjadi anggota organisasi protesi (PINI)
untuk memfasilitasi yang bersangkutan agar memiliki pemahaman tentang
etik dan atau menyelesaikan masalah etik yang mungkin dihadapinya
2. Langkah-langkah penanganan masalah / dilema etik
a. Menerima pelaporan tertulis yang dikirim olch atasan langsung perawat, atau
sejawat perawat, multidisiplin lainnya tentang perawat, atau klien dan
keluarganya. Penyampaian pelaporan dilakukan secara tertulis dengan
menggunakan format laporan (terlampir), dengan menghubungi melalui
telephon, atau melapor secara langsung ke ruang Komite Keperawatan.
b. Melakukan identifikasi dan pengkajian tentang kasus yang diadukan,bahwa
kasus tersebut benar terjadi, dilengkapi dengan bukti lapangan dan bukti
pelaporan (dokumen tertulis, audio, video). Menggali sumber masalah dan
fakta keperawatan,fakta psikososial dan keinginan pelapor terhadap masalah
yang dilaporkan.

ALUR PENANGANAN MASALAH INSIDEN KESELAMATAN PASIEN PROFESI


KEPERAWATAN

PELAPOR
Membuat Laporan/ kronologis Tertulis/Lisan

KEPALA RUANGAN
Menyusun laporan/kronogolis secara terperinci

MANAJEMEN KEPERAWATAN
1. Melakukan rapat koordinasi bersama Sub Komite Etik
Keperawatan/Ketua Komite Keperawatan dan Kepala Ruangan
terkait
2. Mempelajari kajian lebih mendalam
3. Membuat putusan sementara ada tidaknya pelanggaran etik dan
disiplin profesi

TIDAK PELANGGARAN IYA


JAN
COUCHING
KOMITE KEPERAWATAN & SUB KOMITE ETIK
CONSELING
DAN DISIPLIN PROFESI

SELESAI 1. Melakukan identifikasi


2. Melakukan rapat koordinasi bersama tim Adhock (bila
diperlukan)
3. Merumuskan dan menetapkan masalah etik
4. Menetapkan rekomendasi langkah pembinaan atau
sanksi sesuai ketentuan yang berlaku*
5. Membuat berita acara persidangan
6. Menyampaikan hasil rekomendasi ke Direktur Rumah
Sakit
DIREKTUR RS
Membuat Surat Keputusan sesuai dengan
rekomendasi dari Ketua Komite
Keperawatan

REKOMENDASI SANGSI
a. Kejadian tidak cedera : Surat teguran
b. Kejadian nyaris cedera : Surat teguran
c. Kejadian tidak diharapkandengan dampak insignifikan : Surat teguran
d. Kejadian tidak diharapkan dengan dampak minor: SP I
e. Kejadian tidak diharapkan dengan dampak moderater: SP II
f. Kejadian tidak diharapkan dengan dampak mayor : SP III
g. Kejadian tidak diharapkan dengan dampak catastropik: PHK
h. Kejadian sentinel : PHK

Gambar 1. Pelaporan masalah etik dan disiplin perawat BLU RSUD Bombana

c. Dari semua data yang ada selanjutnya menentukan rumusan tindak lanjut, yang
dapat berupa bimbingan dan pembinaan, dan dapat pula dilakukan sidang
masalah etik dan disiplin bila dipandang perlu untuk memastikan sumber
masalah dan pemecahan masalah yang terjadi.
d. Proses pembinaan dan bimbingan dapat berupa teguran lisan atau teguran
tulisan/coaching counseling( form terlampir), dapat berupa evaluasi penerapan
standar prosedur dan standar asuhan, atau dapat dilakukan proses pembinaan
yang tertuang dalam berita acara pembinaan (formulir terlampir) berupa
pelaksanaan pelatihan, mengevaluasi kembali kemampuan dan kompetensi
terhadap individu pada masa tertentu, namun apabila substansi kasus etik dan
disiplin yang berat, Komite Keperawatan dapat memberikan keputusan
rekomendasi penghilangan hak dan fungsi terhadap pekerjaan seseorang
kepada rumah sakit, berdasarkan hasil keputusan rapat atau sidang etik-
disiplin.
e. Apabila persidangan etik dan disiplin dipandang perlu maka perlu
mempersiapkan persidangan yang meliputi:
1) Mengundang pelapor dan terlapor
2) Mengundang saksi pelapor dan saksi terlapor
3) Mengumpulkan bukti-bukti
4) Mempersiapkan dokumen yang terkait dengan masalah yang diadukan,
termasuk surat pengaduan, standar, kode etik dan perangkatnya serta
dokumen rekam medik bila diperlukan.
f. Memastikan individu terkait dan tim etik menghadiri persidangan

3. Melaksanakan persidangan:
a. Memastikan bahwa yang dialami adalah masalah etik, dengan melakukan
penelahaan terkait dengan etik (tidak melakukan pelanggaran terhadap
prinsip etik,beneficience,non malficience, autonomy, dan justice)
b. Melakukan penelahaan,
c. Merumuskan dan menetapkan masalah etik yang terjadi
d. Memutuskan dan menetapkan langkah pembinaan atau sanksi sesuai
ketentuan yang berlaku
e. Membuat berita acara persidangan dan menyampaikan keputusan dan
pembinaan dan atau sanksi yang ditetapkan kepada institusi atau bidang
tekait
f. Mengirimkan kepada atasan dan pimnpinan institusi atau organisasi profesi
sebagai lembaga atau instansi supervise

B. Dasar Tindakan Pelanggaran Disiplin Profesi Perawat dan Dilema Etik


1. Keadaan dan situasi yang dapat digunakan sebagai dasar dugaan pelanggaran
disiplin profesi dan etik keperawatan oleh perawat adalah hal-hal yang
menyangkut:
a) Dugaan penyimpangan etik keperawatan
b) Kompetensi klinis
c) Asuhan keperawatan atas seorang pasien di rumah sakit
d) Pelanggaran prosedur tetap
e) Penggunaan obat dan alat kesehatan atas delegasi dokter sesuai dengan
standar profesi,berdasarkan ketetapan komite keperawatan
f) Hal-hal lain yang oleh komite keperawatan sepatutnya dianggap
menyangkut disiplin profesi keperawatan
2. Setiap perawat wajib memberitahukan adanya dugaan pelanggaran
sebagaimana dimaksud secara tertulis dalam suatu formulir yang disediakan dan
menyampaikan formulir pemberitahuan tersebut kepada atasan yang
bersangkutan untuk selanjutnya disampaikan kepada ketua Sub Komite Etik dan
Disiplin Keperawatan.
3. Ketua Sub Komite Etik dan Disiplin keperawatan wajib meneliti, menindaklanjuti
dan memberikan kesimpulan serta keputusan atas setiap laporan yang
disampaikan oleh perawat sebagaimana dimaksud
4. Ketua komite keperawatan dapat menugaskan tim terkait dibawah sub komite
etik dan disiplin keperawatan untuk meneliti dan menindaklanjuti setiap laporan
sebagaimana dimaksud
5. Ketua sub komite etik dan disiplin keperawatan memberikan kesimpulan dan
keputusan sebagaimana dimaksud berdasarkan hasil penelitian dan
rekomendasi tim terkait yang dapat berbentuk:
a. Saran kepada perawat terkait serta manajemen rumah sakit
b. Keputusan untuk melakukan penelitian lanjutan guna menentukan adanya
pelanggaran disiplin profesi dan kode etik.
6. Semua keputusan sebagaimana dimaksud didokumentasikan secara lengkap
dan diperlakukan secara konfidensial.
7. Pengungkapan dokumen sebagaimana dimaksud kepada pihak manapun, hanya
dapat dilakukan oleh direksi.

C. Penelitian Dugaan Pelanggaran Disiplin Profesi dan Etik Perawat


1. Penelitian dugaan pelanggaran disiplin profesi dan atau etik keperawatan dimulai
berdasarkan keputusan Ketua Sub Komite Etik Keperawatan untuk melakukan
penelitian lanjutan sebagaimana dimaksud dan dilaksanakan oleh tim disiplin
profesi dan etik keperawatan
2. Ketua tim disiplin profesi dan etik keperawatan melaksanakan penelitian
berdasarkan tata cara yang telah ditetapkan
3. Ketua tim disiplin dan etik menyampaikan hasil penelitian dan rekomendasinya
kepada ketua komite keperawatan untuk ditetapkan sebagai keputusan sub
komite etik keperawatan yang memuat:
a. Ringkasan kasus atau kejadian;
b. Kesimpulan tentang ada atau tidak adanya pelanggaran
c. Rekomendasi tindakan korektif;
4. Ketua sub komite etik dan disiplin keperawatan wajib menetapkan keputusan
sebagaimana dimaksud dengan memperhatikan masukan dari tim ad hoc dalam
waktu paling lama 7(tujuh) hari kerja setelah diterimanya hasil penelitian
5. Keputusan sub komite etik dan disiplin keperawatan sebagaimana dimaksud
disampaikan kepada ketua Komite keperawatan, dalam waktu paling lama 3
(tiga) hari kerja setelah ditetapkannya keputusan tersebut untuk segera
ditindaklanjuti

D. Tim Ad-Hoc Penelitian Dugaan Pelanggaran Disiplin Profesi dan Etik Perawat
1. Dalam hal ketua sub komite etik dan disiplin keperawatan menyampaikan
putusan untuk melakukan penelitian lanjutan sebagaimana dimaksud maka
ketua tim disiplin dan etik atau yang mewakilinya mengusulkan kepada ketua
komite keperawatan untuk ditetapkan sebagai tim Ad-Hoc dengan suatu surat
keputusan.
2. Penetapan Tim Ad-Hoc sebagaimana dimaksud dilakukan setelah dilakukan
penelitian pendahuluan sesuai dengan tata cara yang telah dite apkan olch sub
komite etik dan disiplin profesi keperawatan
3. Tim Ad-Hoc menyelenggarakan sidang dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari
kerja setelah diterbitkannya surat keputusan sebagaimana dimaksud
4. Ketua komite keperawatan,didampingi ketua tim disipln dan etik, memimpin
sidang pertama Tim Ad-Hoc untuk menentukan ketua dan wakil ketua Tim Ad-
Hoc dan menjelaskan tata cara persidangan kepada anggota Tim Ad-Hoc
5. Tim Ad-Hoc bertugas melakukan pengkajian dan penclitian atas kasus yang
diterimanya dan melaksanakan persidangan sesuai dengan tata cara yang telah
ditetapkan.
6. Dalam rangka melakukan pengkajian, Tim Ad-Hoc berwenang meminta informasi
kepada “yang teradu” dan semua pihak di rumah sakit, termasuk meneliti rekam
keperawatan dan bila diperlukan, meminta bantuan pihak lain di luar rumah sakit
dengan persetujuan Direksi melalui Sub komite keperawatan.
7. Tim Ad-Hoc wajib melaksanakan rapat/persidangan untuk menyimpulkan/
memutuskan suatu kasus untuk diserahkan kepada ketua komite Keperawatan
dengan melampirkan:
a. Ringkasan kasus atau kejadian;
b. Pelaporan pelanggaran etik dan disiplin dalam praktek keperawatan;
c. Berita acara proses pembinaan masalah etik dan disiplin profesi keperawatan
yang memuat rekomendasi di dalamnya
8 Tim Ad-Hoc terdiri dari:
a. Ketua Komite Keperawatan
b. Anggota komite keperawatan
c. Manager keperawatan
d. Pengembangan SDM

E. Tata Cara Persidangan Tim Ad-Hoc

1. Ketua Tim Ad-Hoc membuka persidangan dan menyatakan sidang tersebut sah
setelah kuorum tercapai dan setiap yang hadir menandatangani daftar
hadirDalam hal ketua sub komite etik dan disiplin keperawatan menyampaikan
putusan untuk melakukan penelitian lanjutan sebagaimana dimaksud maka
ketua tim disiplin dan etik atau yang mewakilinya mengusulkan kepada ketua
komite keperawatan untuk ditetapkan sebagai tim Ad-Hoc dengan suatu surat
keputusan.
2. Penetapan Tim Ad-Hoc sebagaimana dimaksud dilakukan setelah dilakukan
penelitian pendahuluan sesuai dengan tata cara yang telah dite apkan olch sub
komite etik dan disiplin profesi keperawatan
3. Tim Ad-Hoc menyelenggarakan sidang dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari
kerja setelah diterbitkannya surat keputusan sebagaimana dimaksud

BAB IV
DOKUMENTASI
Semua hal terkait penanganan terhadap pelanggaran etik dan disiplin profesi
keperawatan didokumentasikan dengan melampirkan:
1. Surat laporan pelanggaran etik keperawatan
2. Form pelaporan pelanggaran etik dan disiplin dalam praktek keperawatan
3. Berita acara proses pembinaan masalah etik dan disiplin profesi keperawatan
4. Kronologis kejadian For Coaching Counselling (jika dilakukan)

Anda mungkin juga menyukai