Setiap profesi mutlak mengenal atau mempunyai kode etik. Dengan demikian
perawat yang merupakan bidang pekerjaan profesi mempunyai kode etik untuk
menjaga profesionalisme. Adapun pengertian hal-hal yang menyangkut kode etik
perawat BLU RSUD BOMBANA adalah sebagai berikut:
1. Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi Keperawatan, baik
di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan. Profesi yang difokuskan pada
perawatan individu, keluarga, dan masyarakat sehingga mereka dapat
mencapai, mempertahankan, atau memulihkan kesehatan yang optimal dan
kualitas hidup dari lahir sampai mati..
2. Kode etik suatu profesi adalah berupa norma-norma yang harus diindahkan oleh
setiap anggota profesi yang bersangkutan didalam melaksanakan tugas
profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat.
3. Norma-norma tersebut berisi petunjuk-petunjuk bagi anggota profesi tentang
bagaimana mereka harus menjalankan profesinya dan larangan-larangan yaitu
ketentuan-ketentuan tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh diperbuat
atau dilaksanakan oleh anggota profesi, tidak saja dalam menjalankan tugas
profesinya, melainkan juga menyangkut tingkah laku pada umumnya dalam
pergaulan sehari-hari di dalam masyarakat.
Norma yang berlaku dikalangan profesi perawat, yang mengacu pada:
a. Etika Umum
b. Kode Etik Perawat Indonesia dari PPNI
4. Kode Etik profesi
Merupakan suatu pernyataaan komprehensif dari profesi yang memberikan
tuntunan bagi anggotanya untuk melaksanakn praktek dalam bidang profesinya
baik yang berhubungan dengan klien/pasien, keluarga, masyarakat, teman
sejawat, profesi dan dirinya sendiri. Namun dikatakan bahwa kode etik pada
zaman dimana nilai-nilai peradaban semakin kompleks, kode etik tidak dapat lagi
dipakai sebagai -pegangan satu-satunya dalam menyelesikan masalah etik.
Untuk itu dibutuhkan juga suatu pengetahuan yang berhubungan dengan hukum.
Benar atau salah pada penerapan kode etik, ketentuan / nilai moral yang berlaku
berpulang kepada profesi masing-masing
5. Kewenangan Sub komite etik dan disiplin profesi:
a. Melakukan pembinaan etik dan disiplin profesi tenaga keperawatan.
b. Melakukan penegakan disiplin profesi keperawatan.
c. Merekomendasikan penyelesaian masalah pelanggaran disiplin dan masalah
etik dalam kehidupan profesi dan pelayanan keperawatan.
d. Merekomendasikan untuk melekukan pencabutan kewenangan klinis (clinical
previlage) tertentu bagi staf keperawatan yang melakukan pelanggaran,
bentuk pelanggaran yang menyebabkan dicabutnya kewenangan klinis diatur
tersendiri (lihat lampiran 4)
e. Memberikan rekomendasi perubahan/modifikasi rincian kewenangan klinis
(delineaticn of clinical previlage)
f. Merekomendasikan penolakan kewenangan klinis
g. Memberikan rekomendasi pemberian tindakan disiplin
h. Memberikan pertimbangan dalam mengambil keputusan etis dalam asuhan
keperawatan.
i. Pengambilan keputusan pelanggaran etik profesi dilakukan dengan
melibatkan panitia Adhoc
6. Kelembagaan Sub Komite Etik dan Disiplin
Sub Komite Etik dan Disiplin Perawat berada di bawah dan bertanggungjawab
kepada Ketua Komite Keperawatan
7. Anggota Sub Komite Etik dan Disiplin
Terdiri atas sekurang-kurangnya tiga staf keperawatan
8. Persidangan
a. Penegakan disiplin profesi dilakukan oleh sebuah tim/ panel yang dibentuk
oleh ketua Sub komite etik dan disiplin profesi
b. Tim/ panel sebagaimana dimaksud dianggap sah apabila dihadiri oleli
minimal tiga orang staf keperawatan dalam jumlah ganjil yang terkait dengan
masalah persidangan
c. Persidangan tertutup dan rahasia kecuali dinyatakan sidang pada kasus
tertentu yang memerlukan kehadiran saksi/ beberapa tenaga ahli yang dapat
membantu persidangan kasus yang bersangkutan
9. Rumusan hasil persidangan
Bersifat rahasia, yang disampaikan berupa rekomendasi kepada organisasi
profesi keperawatan melalui
Ketua Komite Keperawatan
10. Kategori pelanggaran:
a. Ringan : tidak menimbulkan kerugian dan kecacatan fisik serta memiliki
dampak risiko psikologi yang kecil
b. Sedang : tidak menimbulkan kerugian dan kecacatan fisik namun memiliki
dampak terhadap psikologi
c. Berat : menimbulkan kerugian dan kecacatan fisik serta berpengaruh
terhadap masalah psikologi
Tolak ukur yang menjadi dasar dalam upaya menegakkan disiplin profesi staf
keperawatan antara lain:
a. Standar asuhan keperawatan di BLU RSUD BOMBANA
b. Standar prosedur (SPO) pelayanan di BLU RSUD BOMBANA
c. Daftar rincian kewenangan klinis di rumah sakit
d. Pedoman syarat-syarat kualifikasi untuk melakukan pelayanan keperawatan
(white paper) di rumah sakit
e. Kode etik keperawatan BLU RSUD BOMBANA
f. Pedoinan perilaku professional
g. Pedoman pelanggaran disiplin keperawatan yang berlaku di Indonesia
11. Sanksi:
Sub Komite Etik dan Disiplin tidak berwenang memberikan sanksi kepada
terlapor. Sub Komite Etik dan Disiplin melaporkan hasil pengkajian masalah dan
memberikan rekomendasi kepada Ketua Komite Keperawatan
Rekomendasi pemberian tindakan pendisplinan profesi pada staf keperawatan
berupa:
a. Peringatan lisan
b. Peringatan tertulis
c. Limitasi (reduksi) kewenangan klinis (clinical privilege)
d. Bekerja di bawah supervise dalam waktu tertentu oleh orang yang
mempunyai kewenangan untuk pelayanan keperawatan tersebut
e. Pencabutan kewenangan klinis (clinical privilege) sementara atau
selamanya
f. Mekanisme pemeriksaan pada upaya penegakan disiplin profesi
ditetapkan oleh Komite Keperawatan
Namun, apapun sanksi yang diberikan tetap mengacu pada Peraturan BLU
RSUD BOMBANA
Dari semua jenis pelanggaran yang tersebut di atas, semua sanksi yang diberikan
kepada perawat yang bersangkutan tetap mengacu pada peraturan BLU RSUD
BOMBANA yang berlaku di lingkungan RS
D. Prinsip Etik
Ada beberapa prinsip etik yang penting untuk praktik keperawatan yaitu:
1. Respek
2. Otonomi
3. Beneficence (kemurahan hati)
4. Non- Meleficence
5. Veracity (kejujuran)
6. Konfidensialitas (kerahasiaan)
7. Fidelity (kesetiaan)
8. Justice (keadilan)
1. Respek
Respek diartikan sebagai perilaku perawat yang menghormati atau
menghargai pasien/ klien dan keluarganya. Perawat harus menghargai hak-
hak pasien/klien seperti hak untuk pencegahan bahaya dan mendapatkan
penjelasan secara benar.
Penerapan “informed consent” secara tidak langsung menyatakan
sesuatu trilogy hak pasien yaitu, hak untuk dihargai, hak untuk menerima dan
hak untuk menolak treatment.
Perawat juga harus menghargai rekan-rekan kerjanya seperti dokter, ahli
gizi, petugas kesehatan lainnya. Perawat adalah tenaga yang mempunyai
kontak paling laa dengan pasien, dituntut untuk dapat menjawab pertanyaan
dengan cara yang relevan, tepat, empaty dan mudah dimengerti.
2. Otonomi
Pada prinsipnya otonomi berkaitan dengan hak seseorang untuk memilih
bagi diri mereka sendiri, apa yang menurut pemikiran dan pertimoangannya
merupakan hal yang terbaik. Dengan demikian akan melibatkan konsep diri
dalam menentukan nasib atau mempertanggungjawabkan dirinya sendiri.
3. Beneficence (kemurahan hati)
Kemurahan hati berkaitan dengan kewajibån untuk melakukan hal yang
baik dan tidak membahayakan orang lain. Kesulitan muncul pada waktu
menentukan siapa yang harus memutuskan hal yang terbaik untuk seseorang.
Permasalahan lain yang muncul berpusat pada apa yang disebut baik dan apa
yang disebut tidak baik. Sebagai contohnya adalah suatu keputusan yang
harus diambil, apakah lebih baik, menopang dan memperpanjang hidup dalani
menghadapi semua ketidakmampuan atau lebih baik memperbolehkan
seseorang untuk meninggal atau mengakhiri penderitaannya.
4. Non-Maleficence
Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban perawat untuk tidak dengan
sengaja menimbulkan kerugian atau cedera. Kerugian atau cedera dapat
diartikan adanya kerusakan fisik seperti nyeri, kecacatan, kematian atau
adanya gangguan emosi atau perasaan tidak berdaya, merasa terisolasi dan
adanya kesalahan. Kerugian juga dapat berkaitan dengan ketidakadilan,
pelanggaran atau beibuat kesalahan.
Prinsip non maleficience adalah :jangan inembunuh,menghilangkan
nyawa orang lain,jangan menyebabkan nyeri atau penderitaan pada orang
lain,jangan membuat orang lain tidak berdaya dan melukai perasaaan orang
lain.
5. Veracity (Kejujuran)
Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban perawat untuk mengatakan
suatu kebenaran, tidak berbohong atau menipu orang lain. Kejujuran adalah
landasan untuk “informed concent” yang baik. Perawat harus dapat
menyingkap semua informasi yang diperlukan oleh pasien maupun
keluarganya sebelum mereka membuat keputusan.
6. Konfidensialitas (Kerahasiaan)
Prinsip ini berkaitan dengan penghargaan perawat terhadap semua
informasi tentang pasien/ klien yang dirawatnya. Pasien/ klien harus dapat
menerima bahwa informasi yaang diberikan kepada tenaga profesional
keschatan akan dihargai dan tidak disampaikan/ dibagikan kepada pihak lain
secara tidak tepat.
Perlu dipahami bahwa berbagi informasi tentang pasien/ klien dengan
anggota kesehatan lain yang ikut merawat pasien tersebut bukan merupakan
pembeberan rahasia selama informasi tersebut relevan dengan kasus yang
、ditangani.
Dalam praktik klinik perawat sering menemukan prinsip-prinsip yang
bertentangan, sehingga mendapatkan kesulitan dalam menanganinya.
Sebagai contoh: adanya pasien yang tidak diberitahu tentang diagnosa
penyakitnya, sehingga dia bertanya kepada seorang perawat. Jika perawat
tidak mempunyai kewenangan untuk menyampaikan informasi ini, maku
perawat akan mengalami dilema etik antara memberitahu pasien sesuai
dengan penghargaan terhadap otonomi atau tidak akan menceritakan
kebenaran yang berarti melanggar prinsip kejujuran.
7. Fidelity (Kesetiaan)
Kesetiaan berkaitan dengan kewajiban untuk selalu setia pada
kesepakatan dan tanggung jawab yang telah dibuat. Setiap tenaga
keperawatan mempunyai tanggung jawab asuhan keperawatan kepada
individu, pe nberi korja,pemerintah dan masyarakat. Apabila terdapat konflik
diantara berbagai tanggungjawab, maka diperlukan penentuan prioritas sesuai
dengan situasi dan kondisi yang ada.
8. Justice (Keadilan)
Keadilan berkenaan dengan kewajiban untuk berlaku adil kepada semue
orang,perkataan adil sendiri berarti tidak memihak atau tidak berat
sebelah,aza: ini bertujuan untuk melaksanakan keadilan dalam transaksi dan
pelayanan perlakuan antar individu pasien/ klien, berarti setiap orang harus
mendapatka perlakuan yang sama sesuai dengan kebutuhannya.
F. Pernyataan Tanggungjawab
Tanggung jawab adalah suatu keadaan dimana seseorang wajib menanggung
segala perbuatannya bila terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan boleh dituntut,
dipersalahkan atau diperkarakan. Pernyataan tanggung jawab akan memperjelas
setiap nilai dan memberikan binibingan yang lebih langsung.
Sebagai contohnya adalah sebagai berikut:
1. Pernyataan tanggung jawab yang terkait dengan nilai pilihan menyatakan bahwa:
"perawat berusaha melibatkan klien dalam perencanaan keperawatan dan
pengambilan keputusan perihal kesehatan pasien/klien”.
2. Pernyataan tanggung jawab yang berkait dengan nilai kejujran menyatakan
bahwa: “perawat mengemukakan dan mengadvokasi minat semua klien/ pasien
yang berada dalam perawatannya. Hal ini termasuk untuk membantu/ menolong
individu dan kelompok dalam memperoleh akses pada asuhan keperawatan
yang tepat dan sesuai dengan pilihan mereka". Bagi setiap nilai, lingkup
tanggung jawab yang diidentifikasi meluas melampaui individu yang meliputi
keluarga,kelompok dan masyarakat sebagai klien.
G. Dilema Etik dan Disiplin Profesi Perawat
1. Pendahuluan
Dimensi kekeliruan penampilan profesi keperawatan dapat dibedakan dalam tiga
bentuk yaitu :dimensi etik, dimensi disiplin profesi dan dimensi hukum:
a. Dimensi Etik
Pelanggaran terhadap dimensi etik merupakan pelanggaran yang dilakukan
terhadap kode etik (sebagai aturan internal profesi). Pada umumnya tidak
merupakan kesalahan tetapi kurang tepat atau baik buruk. Penilaian dan
penetapan sangsi dilakukan oleh majelis etik profesi. Sangsi yang dikenakan
berkaitan dengan hak sebagai anggota organisasi profesi.
b. Dimensi Disiplin Profesi
Pelanggaran terhadap dimensi disiplin profesi kepeawatan merupakan
pelanggaran yang dilakukan terhadap standar profesi yang ditetapkan.
Kesalahan yang mungkin timbul adalah penilaian benar-salah. Penilaian
dilakukan oleh1 majelis disiplin bahkan perangkat hokum pidana. Sangsi
yang dikenakan berupa kewenangan bekerja sampai pemberhentian sebagai
profesi.
c. Dimensi Hukum
Pelanggaran terhadap dimensi hukum merupakan pelanggaran yang
dilakukan dalam melakukan kegiatan profesi yang berakibat fatal.
Penyidangan dilakukan oleh perangkat hukum. Sangsi yang dikenakan oleh
perangkat hukum disesuaikan dengan peraturan perundangan yang berlaku
dalam hukum pidana. Dapat menimbulkan dilemma bagi profesi yang
dianggap suatu ketidakadilan. Profesi mengusulkan agar sangsi
dipertimbangkan atas berat dan ringan (pelanggaran dan sangsi yang
dikenakan hanya sebatas pencabutan kesenugan saja).
2. Pengertian dan karakteristik dilemma dan masalah etik
a. Dilema Etik : dilema etik dapat diartikan dimana perawat dihadapkan harus
memilih diantara dua atau beberapa pilihan yang tidak diinginkun.
b. Karakteristik dilema etik
1) Masalah tidak dapat diselesaikan hanya dengar menggunakan data
empiris
2) Keraguan dalam menggunakan data atau fakta dalam membuat
keputusan
3) Hasil keputusan harus berpengaruh terhadap keadaan saat ini
c. Masalah Etik
Tindakan dan atau perilaku yang dipandangi kurang tepat atau baik atau
buruk dari hasil interaksi individu dalam lingkungan sesuai dengan lingkup
praktik atau kegiatan yang dilakukan baik langsung maupun tidak langsung
d. Masalah Etik Keperawatan
Aktifitas interaksi profesi keperawatan yang dilakukan terhadap individu klien,
keluarga atau masyarakat, profesi dan antar sejawat profesi,serta intitusi
yang didalamnya terhadap hubungan yang kurang baik yang menimbulkan
permasalahan baik secara langsung maupun tidak langsung yang berdampak
pada masalah fisik maupun psikologi lingkungan sekitarnya
Permasasalahan etik dapat dikategorikan sesuai dengan dampak yang
ditimbulkannya baik secara fisik, psikologi dan system yang ada :
1) Masalah etik ringan : tidak menimbulkan kerugian dan kecatatan fisik
serta memiliki dampak resiko psikologi yang kecil
2) Masalah etik sedang : tidak menimbulkan kerugian dan kecatatan fisik
namun memiliki dampak resiko psikologi yang kecil
3) Masalah etik berat : menimbulkan kerugian dan kecatatan fisik serta
berpengaruh terhadap masalah psikologi
3. Peran pimpinan yang berhubungan dengan pengambilan keputusan etik dan
advokasi
a. Pemahaman mengenai nilai-nilai pribadi dan keyakinan mengenai hak, tugas
dan tujuan hidup
b. Menerima bahwa ketidakpastian merupakanbagian dalam pembuatan
keputusan
c. Menerima bahwa hasil negative mungkin timbul dari proses pembuatan
keputusan etika
d. Berani mengambil resiko
e. Role model dalam pembuatan keputusan etik
f. Sebagai advokat bagi klien, bawahan dan profesi
g. Mengkomunikasikan secara jelas tindakan etika yang diharapan
h. Memberikan iklim yang baik dimana perawatan dapat diberikan sesuai
dengan keberagaman sosial budaya
4. Fungsi manajemen yang berhubungan dengan pengambilan keputusan etika dan
advokasi
a. Menggunakan pendekatan sistematis
b. Mengenali hasil keputusan etika yang diambil
c. Menggunakan kerangka etika yang sudah ada untuk mengklarifikasi nilai dan
keyakinan
d. Menerapkan prinsip-prinsip etika dalam pengambilan keputusan
e. Memahami aspek hukum yang dapat digunakan sebagai pedoman
pengambilan keputusan
f. Mengevaluasi kualitas keputusan secara berkesinambungan
g. Mengenali dan memberikan penghargaan bagi bawahan yang bertindak
sesuai etika
h. Mengambil tindakan yang tepat untuk bawahan yang bertindak tidak sesuai
etika
BAB III
TATA LAKSANA
PENANGANAN DILEMA ETIK DAN DISIPLIN PROFESI PERAWAT
PELAPOR
Membuat Laporan/ kronologis Tertulis/Lisan
KEPALA RUANGAN
Menyusun laporan/kronogolis secara terperinci
MANAJEMEN KEPERAWATAN
1. Melakukan rapat koordinasi bersama Sub Komite Etik
Keperawatan/Ketua Komite Keperawatan dan Kepala Ruangan
terkait
2. Mempelajari kajian lebih mendalam
3. Membuat putusan sementara ada tidaknya pelanggaran etik dan
disiplin profesi
REKOMENDASI SANGSI
a. Kejadian tidak cedera : Surat teguran
b. Kejadian nyaris cedera : Surat teguran
c. Kejadian tidak diharapkandengan dampak insignifikan : Surat teguran
d. Kejadian tidak diharapkan dengan dampak minor: SP I
e. Kejadian tidak diharapkan dengan dampak moderater: SP II
f. Kejadian tidak diharapkan dengan dampak mayor : SP III
g. Kejadian tidak diharapkan dengan dampak catastropik: PHK
h. Kejadian sentinel : PHK
Gambar 1. Pelaporan masalah etik dan disiplin perawat BLU RSUD Bombana
c. Dari semua data yang ada selanjutnya menentukan rumusan tindak lanjut, yang
dapat berupa bimbingan dan pembinaan, dan dapat pula dilakukan sidang
masalah etik dan disiplin bila dipandang perlu untuk memastikan sumber
masalah dan pemecahan masalah yang terjadi.
d. Proses pembinaan dan bimbingan dapat berupa teguran lisan atau teguran
tulisan/coaching counseling( form terlampir), dapat berupa evaluasi penerapan
standar prosedur dan standar asuhan, atau dapat dilakukan proses pembinaan
yang tertuang dalam berita acara pembinaan (formulir terlampir) berupa
pelaksanaan pelatihan, mengevaluasi kembali kemampuan dan kompetensi
terhadap individu pada masa tertentu, namun apabila substansi kasus etik dan
disiplin yang berat, Komite Keperawatan dapat memberikan keputusan
rekomendasi penghilangan hak dan fungsi terhadap pekerjaan seseorang
kepada rumah sakit, berdasarkan hasil keputusan rapat atau sidang etik-
disiplin.
e. Apabila persidangan etik dan disiplin dipandang perlu maka perlu
mempersiapkan persidangan yang meliputi:
1) Mengundang pelapor dan terlapor
2) Mengundang saksi pelapor dan saksi terlapor
3) Mengumpulkan bukti-bukti
4) Mempersiapkan dokumen yang terkait dengan masalah yang diadukan,
termasuk surat pengaduan, standar, kode etik dan perangkatnya serta
dokumen rekam medik bila diperlukan.
f. Memastikan individu terkait dan tim etik menghadiri persidangan
3. Melaksanakan persidangan:
a. Memastikan bahwa yang dialami adalah masalah etik, dengan melakukan
penelahaan terkait dengan etik (tidak melakukan pelanggaran terhadap
prinsip etik,beneficience,non malficience, autonomy, dan justice)
b. Melakukan penelahaan,
c. Merumuskan dan menetapkan masalah etik yang terjadi
d. Memutuskan dan menetapkan langkah pembinaan atau sanksi sesuai
ketentuan yang berlaku
e. Membuat berita acara persidangan dan menyampaikan keputusan dan
pembinaan dan atau sanksi yang ditetapkan kepada institusi atau bidang
tekait
f. Mengirimkan kepada atasan dan pimnpinan institusi atau organisasi profesi
sebagai lembaga atau instansi supervise
D. Tim Ad-Hoc Penelitian Dugaan Pelanggaran Disiplin Profesi dan Etik Perawat
1. Dalam hal ketua sub komite etik dan disiplin keperawatan menyampaikan
putusan untuk melakukan penelitian lanjutan sebagaimana dimaksud maka
ketua tim disiplin dan etik atau yang mewakilinya mengusulkan kepada ketua
komite keperawatan untuk ditetapkan sebagai tim Ad-Hoc dengan suatu surat
keputusan.
2. Penetapan Tim Ad-Hoc sebagaimana dimaksud dilakukan setelah dilakukan
penelitian pendahuluan sesuai dengan tata cara yang telah dite apkan olch sub
komite etik dan disiplin profesi keperawatan
3. Tim Ad-Hoc menyelenggarakan sidang dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari
kerja setelah diterbitkannya surat keputusan sebagaimana dimaksud
4. Ketua komite keperawatan,didampingi ketua tim disipln dan etik, memimpin
sidang pertama Tim Ad-Hoc untuk menentukan ketua dan wakil ketua Tim Ad-
Hoc dan menjelaskan tata cara persidangan kepada anggota Tim Ad-Hoc
5. Tim Ad-Hoc bertugas melakukan pengkajian dan penclitian atas kasus yang
diterimanya dan melaksanakan persidangan sesuai dengan tata cara yang telah
ditetapkan.
6. Dalam rangka melakukan pengkajian, Tim Ad-Hoc berwenang meminta informasi
kepada “yang teradu” dan semua pihak di rumah sakit, termasuk meneliti rekam
keperawatan dan bila diperlukan, meminta bantuan pihak lain di luar rumah sakit
dengan persetujuan Direksi melalui Sub komite keperawatan.
7. Tim Ad-Hoc wajib melaksanakan rapat/persidangan untuk menyimpulkan/
memutuskan suatu kasus untuk diserahkan kepada ketua komite Keperawatan
dengan melampirkan:
a. Ringkasan kasus atau kejadian;
b. Pelaporan pelanggaran etik dan disiplin dalam praktek keperawatan;
c. Berita acara proses pembinaan masalah etik dan disiplin profesi keperawatan
yang memuat rekomendasi di dalamnya
8 Tim Ad-Hoc terdiri dari:
a. Ketua Komite Keperawatan
b. Anggota komite keperawatan
c. Manager keperawatan
d. Pengembangan SDM
1. Ketua Tim Ad-Hoc membuka persidangan dan menyatakan sidang tersebut sah
setelah kuorum tercapai dan setiap yang hadir menandatangani daftar
hadirDalam hal ketua sub komite etik dan disiplin keperawatan menyampaikan
putusan untuk melakukan penelitian lanjutan sebagaimana dimaksud maka
ketua tim disiplin dan etik atau yang mewakilinya mengusulkan kepada ketua
komite keperawatan untuk ditetapkan sebagai tim Ad-Hoc dengan suatu surat
keputusan.
2. Penetapan Tim Ad-Hoc sebagaimana dimaksud dilakukan setelah dilakukan
penelitian pendahuluan sesuai dengan tata cara yang telah dite apkan olch sub
komite etik dan disiplin profesi keperawatan
3. Tim Ad-Hoc menyelenggarakan sidang dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari
kerja setelah diterbitkannya surat keputusan sebagaimana dimaksud
BAB IV
DOKUMENTASI
Semua hal terkait penanganan terhadap pelanggaran etik dan disiplin profesi
keperawatan didokumentasikan dengan melampirkan:
1. Surat laporan pelanggaran etik keperawatan
2. Form pelaporan pelanggaran etik dan disiplin dalam praktek keperawatan
3. Berita acara proses pembinaan masalah etik dan disiplin profesi keperawatan
4. Kronologis kejadian For Coaching Counselling (jika dilakukan)