1201190288
Rumah Sakit Unggul Karsa Medika merupakan Rumah Sakit swasta yang berada
dalam naungan Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Maranatha (YPTKM). Rumah
Sakit Unggul Karsa Medika dijadikan sebagai wahana Pendidikan, pelayanan,
penelitian, dan pengembangan tenaga profesi dokter, perawat, bidan dan tenaga usaha
lainnya. RS Unggul Karsa medika memili sebuah Instalasi Farmasi Rawat Inap yang
memiliki obat khususnya antibiotik yang penanganannya dengan pola permintaan
terdistribusi normal. Data permintaan tersebut diklasifikasikan menggunakan ABC-
VED analisis yang akan menghasilkan tiga kategori yaitu Kategori I, Kategori II, dan
Kategori III. Hasil klasifikasi yang tergolong Kategori I akan dihitung menggunakan
metode Continuous Review (s, S), selanjutnya untuk Kategori II dan Kategori III
akan dihitung dengan metode Continuous Review (s,Q) . Hasil perhitungan
menggunakan metode Continuous Review (s, S) dan Continuous Review (s, S) akan
menjadi hasil kebijakan persediaan usulan yang akan diperhitungkan kembali
menggunakan analisis sensitivitas untuk mengetahui pengaruh dari perubahan
variabel-variabel yang terkait dengan perhitungan total biaya persediaan.
Kata Kunci : Continuous Review (s, S), Continuous Review (s, Q), over stock,
inventory control.
II
ABSTRACT
Unggul Karsa Medika Hospital is a private hospital under the auspices of the
Maranatha Christian College Foundation (YPTKM). Unggul Karsa Medika Hospital
is used as a vehicle for education, service, research, and development of professional
doctors, nurses, midwives and other business personnel. Unggul Karsa Medika
Hospital has an Inpatient Pharmacy Installation which has medicines, especially
antibiotics, which are handled using a normally distributed demand pattern. The
request data is classified using ABC-VED analysis which will produce three
categories, namely Category I, Category II, and Category III. Classification results
belonging to Category I will be calculated using the Continuous Review (s, S)
method, then for Category II and Category III will be calculated using the Continuous
Review (s, Q) method. The results of calculations using the Continuous Review (s, S)
and Continuous Review (s, S) methods will be the results of the proposed inventory
policy which will be recalculated using sensitivity analysis to determine the effect of
changes in variables related to the calculation of the total inventory cost.
Keyword : Continuous Review (s, S), Continuous Review (s, Q), Over Stock,
inventory control.
III
LEMBAR PENGESAHAN
1201190288
Disetujui oleh,
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Dr. Nova Indah Saragih, S.T., M.T Nia Novitasari, S.T., M.T., ESLog.
NIP : 21860003 NIP : 18930112
IV
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
V
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan YME, atas segala penyertaan penulis diberikan
kelancaran untuk bisa menuntaskan penyusunan proposal tugas akhir dengan judul
“PERANCANGAN KEBIJAKAN PERSEDIAAN ANTIBIOTIK UNTUK
MINIMASI TOTAL BIAYA PERSEDIAAN BERDASARKAN PENDEKATAN
ABC-VED MENGGUNAKAN METODE CONTINUOUS REVIEW (s,S) DAN
CONTINUOUS REVIEW (s,Q) “ sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjan pada Program Studi S1 Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri,
Universitas Telkom. Dalam penyusuan tugas akhir, terdapat kiritik, saran, bimbingan,
serta dukungan motivasi dari berbagai pihak untuk dapat menyelesaikan Tugas Akhir
ini. Penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Nova Indah Saragih, S.T., M.T selaku Dosen Pembimbing I yang telah
meluangkan waktu serta tenaganya untuk dapat memberikan kritik, saran,
serta bimbingan dan arahan terhadap penulis dalam penyusunan Tugas Akhir
2. Ibu Nia Novitasari, S.T., M.T., ESLog. selaku Dosen Pembimbing I yang telah
meluangkan waktu serta tenaganya untuk dapat memberikan kritik, saran,
serta bimbingan dan arahan terhadap penulis dalam penyusunan Tugas Akhir
3. Papa, Mama dan Kakak yang selalu memberikan penulis semangat dan doa
untuk penulis dapat Menyelesaikan Tugas Akhir ini.
4. Saudari Puti Syifa Bugani yang telah memberikan semangat dan motivasi
dalam pengerjaan Tugas Akhir.
5. Seluruh rekan Departemen Kemahasiswaan yang selalu memberikan
dorongan dan semangat dalam pengerjaan.
6. RS Unggul Karsa Medika yang telah bersedia untuk menjadi objek penelitian
penyusunan Tugas Akhir ini.
Penulis sangat menyadari bahwa masih terdapat banyak sekali kekurangan dalam
pengerjaan laporan Tugas Akhir. Penulis menyampaikan permohonan maaf atas
VI
kekurangan dalam penyusunan Tugas Akhir ini. Semoga hasil dari penyusunan Tugas
Akhir ini dapat memberikan manfaat yang besar.
VII
DAFTAR ISI
ABSTRAK....................................................................................................................II
ABSTRACT................................................................................................................III
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................................IV
KATA PENGANTAR.................................................................................................VI
DAFTAR ISI............................................................................................................VIII
DAFTAR GAMBAR................................................................................................XIII
DAFTAR TABEL....................................................................................................XIV
DAFTAR ISTILAH..................................................................................................XVI
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................XVII
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
II.1 Persediaan..........................................................................................................9
VIII
II.2 Biaya Persediaan..............................................................................................10
IX
Berikut ini merupakan tabel rencana waktu penyelesaian tugas akhir yang sudah
direncanakan................................................................................................................29
BAB V ANALISIS......................................................................................................57
X
V.3.1 Analisis Reorder Point (s)...........................................................................58
V.4.1 Analisis Perbandingan Total Biaya Persediaan Kondisi Usulan dan Terdahulu
dengan Metode Continuous Review (s,S)....................................................................62
XI
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................79
VI.1 Kesimpulan..........................................................................................................79
VI.2 Saran....................................................................................................................80
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................81
XII
DAFTAR GAMBAR
Gambar I. 1 Fishbone Diagram Gejala dan Permasalahan Aktual Farmasi Rawat Inap
RS Unggul Karsa Medika..............................................................................................3
Gambar 1. 2 Grafik Perbandingan Permintaan dan Persediaan Obat Antibiotik di
Farmasi Rawat Inap RS Unggul Karsa Medika Periode Juli 2022 - Juni 2023............4
Gambar 1. 3 Jumlah Pembelian Antibiotik Farmasi Rawat Inap RS Unggul Karsa
Medika pada Juli 2022-Juni 2023 Sumber: Data Pembelian Farmasi Rawat Inap RS
Unggul Karsa Medika....................................................................................................5
XIII
Gambar V. 10 Perbandingan Total Biaya Persediaan Eksisting dengan Usulan.........74
DAFTAR TABEL
Tabel IV. 1 Tabel Permintaan Antibiotik Periode Juli 2022 – Juni 2023 31
XIV
Tabel IV. 13 Validasi Hasil Perancangan....................................................................55
XV
DAFTAR ISTILAH
Lead Time Waktu ancang dari pemesanan produk hingga produk diterima
oleh perusahaan.
Quantity Order Jumlah produk yang dipesan kembali untuk suatu persediaan
perusahaan pemesan
XVI
DAFTAR LAMPIRAN
XVII
BAB I PENDAHULUAN
1
Dalam kondisi eksisting farmasi dari RS Unggul Karsa Medika memakai metode
turnover inventory. Turnover inventory atau perputaran persediaan (dalam bahasa
Indonesia) mengacu pada ukuran seberapa cepat persediaan atau stok barang dari
suatu perusahaan berputar atau dijual dan kemudian digantikan dalam periode waktu
tertentu, biasanya dalam satu tahun. Hal ini juga sering disebut sebagai tingkat
perputaran persediaan. Pemesanan obat akan dilakukan dengan melihat stok
minimum yang ada pada gudang farmasi dan juga dengan melihat penjualan dari obat
tersebut.
Setiap jenis obat memiliki karakteristik dan permintaan yang berbeda, tergantung
pada tingkat kebutuhan masing-masing obat. Setiap obat digunakan sesuai dengan
kebutuhannya. Untuk mengatasi ketidakpastian dalam permintaan obat, RS Unggul
Karsa Medika harus dapat mengelola ketersediaan obat untuk kebutuhan pegawai.
Hal ini sangat penting untuk menjaga kelancaran proses pelayanan apotek agar
berjalan dengan lancar dan mencegah terjadinya overstock atau stock out pada
persediaan obat. Gambar I.1 yang merupakan fishbone diagram memperlihatkan
gejala dan akar permasalahan yang terjadi pada kondisi aktual farmasi rawat inap RS
Unggul Karsa Medika.
2
Gambar I. 1 Fishbone Diagram Gejala dan Permasalahan Aktual Farmasi Rawat Inap
RS Unggul Karsa Medika
Saat ini, farmasi rawat inap RS Unggul Karsa medika belum memiliki dasar yang
jelas dalam menangani kebijakan persediaan. Pemesanan obat dilakukan apabila
persediaan obat sudah mulai sedikit atau hamper habis tanpa memperhitungkan
jumlah obat yang harus mereka persiapkan dan komponen-komponen biaya yang
akan memengaruhi total biaya persediaan.
3
PERBANDINGAN DEMAND DAN INVENTORY ANTIBIOTIK
FARMASI RAWAT INAP
RS UNGGUL KARSA MEDIKA
10000
9000
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
Demand Inventory
Pada Gambar I.2 terdapat ketidakseimbangan antara total persediaan dengan total
permintaan obat. Hal ini berarti ada persalahan pada persediaan obat,
ketidakseimbangan ini menyebabkan terjadinya persediaan yang berlebih (overstock)
dan kekurangan persedian (stockout) yang dapat menimbulkan kerusakan pda barang
persediaan. Kelebihan dan kekurangan obat tersebut dikarenakan kurang tepatnya
dalam penentuan jumlah pembelian obat untuk memenuhi permintaan sehingga
berpengaruh terhadap persediaan obat yang menyebabkan kerugian pada farmasi
akibat dari biaya yang dikeluarkan cukup besar.
4
Gambar I. 3 Jumlah Pembelian Antibiotik Farmasi Rawat Inap RS Unggul Karsa
Medika pada Juli 2022-Juni 2023
Sumber: Data Pembelian Farmasi Rawat Inap RS Unggul Karsa MedikaF
Pada Gambar I.3 diperlihatkan jumlah pembelian antibiotik pada farmasi rawat inap
RS Unggul Karsa Medika dalam memnuhi permintaan tidak memiliki perencanaan
yang pasti sehingga menimbulkan jumlah pembelian yang lebih banyak dari yang
dibutuhkan. Farmasi belum memiliki sistem pengklasifikasian obat-obatan yang
ditangani. Hal tersebut mengakibatkan tidak adanya prioritas untuk mengadakan
barang di farmasi, sehingga prioritas untuk keseluuruhan ibat menjadi sama. Sistem
pengklasifikasian ini dapat berpengaruh besar terhadap jumlah pengadaan obat
terutama obat-obatan kategori antibiotik.
Pemesenanan dengan jumlah dan waktu yang tepat akan menjadi solusi untuk
mengurangi terjadinya kelebihan persediaan sehingga perusahaan dapat melakukan
pengelolaan persediaan dengan baik. Pengaturan persediaan obat pada suatu klinik
atau rumah sakit sangat dibutuhkan untuk memenuhi pesanan dalam jumlah dan
waktu yang tepat sehingga biaya total persediaan dapat dikurangi dengan adanya
periode pesan dan kuantitas pemesanan yang optimal (Djuanaidi, 2015)
5
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, farmasi perlu melakukan klasifikasi obat dan
optimasi terhadap besarnya persediaan maksimum dan minimum obat serta waktu
antar pemesanan obat agar dapat meminimasi total biaya persediaan obat. Secara
mendasar, sangat tidak disarankan untuk memberikan perhatian dengan jumlah yang
sama pada seluruh barang dikendalikan dalam persediaan. Untuk itu, prioritas harus
dikembangkan untuk memungkinkan manajemen dalam menentukan item mana yang
perlu dikendalikan. Setiap obat seharusnya dikelompokan menurut tingkat
investasinya dengan melihat nilai konsumsi atau penggunaan dari obat tersebut. Obat
tersebut dapat dikelompokan menggunakan analisis Always Better Control (ABC).
Analisis ABC mengelompokan setiap obat ke dalam tiga kelompok sesuai dengan
tingkat invesstasi dari masing-masing obat tersebut. Namun demikian, Thawani, et al
(2004) dan Gupta, et al (2007) mengemukakan bahwa dalam manajemen persediaan
rumah sakit, analisis ABC (berdasarkan kriteria biaya) harus diikuti dengan analisis
Vital Essential Desireable (VED). Analisis VED mengelompokkan obat ke dalam tiga
kelopok sesuai dengan tingkat kekritisan waktu pemberian obat kepada pasien.
Dengan kombinasi pengelompokan analisis ABC-VED akan didapatkan tiga kelas
dengan kelompok obat yang lebih sepesifik segingga dapat membantu mempermudah
pihak manajemen dalam mengelola persediaan obat.
Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan pengendalian persediaan dengan
menentukan klasifikasi obat dan menentukan kebijakan persediaan obat yang tepat
agar dapat menentukan prioritas penanganan persediaan terhadap masing-masing
obat, mengurangi terjadinya persediaan obat yang berlebih, dan meminimalisir total
biaya persediaan obat yang dikeluarkan. Pengendalian persediaan tersebut
menggunakan kombinasi analisis ABC dan VED serta metode Continuous Review
(s,S) System dan Continuous Review (s,Q) System dikarenakan pola permintaan obat
tersebut bersifat probabilistik. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan farmasi
rawat inap RS Unggul Karsa Medika dapat menjadikan kebijakan pengendalian
persediaan ini sebagai alternatif usulan dalam melakukan pengendalian persediaan.
6
I.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, perumusan masalah dari peneltian ini adalah
sebagai berikut :
7
2. Data obat-obatan yang digunakan adalah data milik farmasi RS UKM pada
tahun 2022
3. Data demand yang digunakan untuk penelitian ini berasal dari data penjualan
obat selama periode Juli 2022 – Juni 2023
4. Leadtime kedatangan obat bersifat konstan selama 2 hari.
5. Biaya pemesanan produk bersifat tetap setial kali pesan.
BAB I Pendahuluan
Pada Bab ini berisi penjelasan landasan teori yang relevan dan akan di
dalam penelitian ini. Pada bab ini akan dibahas mengenai penelitian-
penelitian terdahulu yang memiliki hubungan dengan penelitian
penulis.
8
Pada bab ini berisi bahasan mengenai data yang dikumpulkan selama
penelitian yang kemudian digunakan dalam pengolahan data.
BAB V Analisis
Pada bab ini berisi uraian mengenai analisis serta penjelasan hasil
pengolahan data dan analisis perbandingan kondisi existing dengan
perhitungan usulan.
Pada bab ini berisi kesimpulan berdasarkan tujuan dari peneltian yang
sesuai dengan hasil yang didapatkan dari proses pengolahan data dan
analisis data. Pada bab ini pula terdapat saran bagi perusahaan dimana
penelitian dilakukan maupun saran bagi penelitian yang selanju
9
BAB II
DASAR TEORI
II.1 Persediaan
Persediaan adalah sumber daya menganggur (idle resource) yang menunggu dan siap
untuk diproses lebih lanjut. Pemrosesan lebih lanjut ini dapat berupa kegiatan
produksi dalam sistem manufaktur, kegiatan pemasaran dalam sistem distribusi,
ataupun kegiatan konsumsi yang sering dijumpai dalam sistem rumah tangga,
perkantoran dan sebagainya (Bahagia,2006). Untuk dapat berpindah proses lebih
lanjut, unit produksi harus menyediakan persediaan yang cuku dan memadai. Karena
ketika persediaan tidak tersedia atau tersedia dalam jumlah yang sedikit, peluang
terjadinya kondisi out of stock akan menjadi semakin besar yang dapat
mengakibatkan kerugian bagi unit pengelola dan pemakai.
Aliran barang pada sistem di luar manufaktur dimulai dari gudang barang jadi
(factory warehouse), gudang distribusi (distribution warehouse), dan pengecer
(retailer) sampai dengan pemakai (user). Beberapa pihak yang mengelola aliran
barang dari pabrik ke konsumen akan membentuk sistem yang dikenal dengan sistem
rantai pasok (supply chain system) (Bahagia, 2006).
10
1. Untuk memenuhi permintaan dan kebutuhan konsumen secara cepat.
2. Untuk menjaga keberlanjutan produksi atau mencegah terjadinya kehabisan
persediaan yang dapat mengakibatkan berhentinya produksi.
3. Untuk mempertahankan dan meningkatkan penjualan maupun laba
perusahaan.
4. Menjaga agar penyimpanan di gudang tidak besar, karena akan
mengakibatkan biaya yang besar.
Biaya persediaan adalah biaya operasional yang diperlukan untuk pengadaan dan
pengoperasian persediaan sesuai dengan kebijakan persediaan yang dianut dan
dihitung selama horizon perencanaannya (dapat dihitung per tahun atau per bulan).
Dapat dikatakan bahwa biaya persediaan adalah pengeluaran dan kerugian yang
timbul sebagai akibat adanya persediaan selama horizon perencanaan waktu tertentu.
Biaya persediaan terdiri atas beberapa komponen yaitu (Bahagia, 2006):
11
Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang dikeluarkan untuk
mendatangkan barang dari luar yang meliputi biaya untuk menentukan
pemasok, biaya pemeriksaan persediaan sebelum melakukan
pemesanan, dan sebagainya. Biasanya biaya ini diasumsikan tetap
untuk setiap kali pemesanan barang.
12
Barang yang disimpan terlalu lama akan mengalami kerusakan dan
penyusutan. Penyusutan ini bisa berarti berkurangnya berat barang atau
berkurang jumlah barang karena hilang.
d. Biaya kedaluwarsa (absolence cost)
Biaya kedaluwarsa timbul akibat adanya barang yang disimpan di gudang
dalam jangka waktu yang lama sehingga nilai jual dari barang tersebut
menurun karena adanya model yang lebih baru maupun barang sudah
tidak bisa terjual.
e. Biaya lainnya
Biaya lainnya merupakan biaya penyimpanan yang belum dimasukkan ke
dalam elemen biaya di atas, biasanya tergantung pada situasi dan kondisi
perusahaan.
4. Biaya kekurangan
Biaya kekurangan (atau "biaya kekurangan stok") adalah biaya yang timbul
ketika persediaan suatu produk atau barang tidak mencukupi untuk memenuhi
permintaan pelanggan atau kebutuhan produksi. Ketika suatu perusahaan
mengalami kekurangan stok, beberapa konsekuensi negatif dapat terjadi, dan
biaya tambahan mungkin muncul sebagai hasilnya.
13
Biaya yang dikeluarkan untuk memnuhi pemesanan yang bersifat darurat.
Biasanya produk yang melakukan pemesanan darurat memiliki biaya
tersendiri.
1. Kategori A (80-20)
2. Kategori B (15-30)
Kategori ini merupakan jenis barang yang menyerap dana sekitar 15% dari
keseluruhan modal yang disediakan untuk persediaan (sesudah kategori A)
dan memiliki jumlah jenis barang sekitar 30% dari semua jenis barang
yang dikelola.
14
3. Kategori C (5-50)
Kategori ini merupakan jenis barang yang menyerap dana sekitar 5% dari
keseluruhan modal yang disediakan untuk persediaan (yang bukan
termasuk kategori A dan B) dan memiliki jumlah jenis barang sekitar 50%
dari semua jenis barang yang dikelola.
1. Vital
Kategori vital merupakan golongan part yang sangat dibutuhkan oleh
pekerja dengan cepat.
2. Essential
Kategori essential merupakan golongan part yang diperlukan oleh
pekerja dengan kekritisan waktu penyerahan part kepada pekerja lebih
rendah daripada kategori vital.
3. Desirable
Kategori desirable merupakan golongan part yang diperlukan oleh
pekerja dengan kekritisan waktu penyerahan part paling rendah
dibandingkan kategori lainnya.
15
dan anjad kedua menyatakan analisis VED. Matriks analisis ABC dan analisis
VED terlihat pada tabel berikut.
Kategori A B C
V AV BV CV
E AE BE CE
D AD BD CD
16
II.6.1 Metode Pengendalian Persediaan Probabilistik
Metode persediaan dimana fenomenanya tidak diketahui secara pasti namun nilai
ekspektasi, variansi dan pola distribusi kemungkinannya dapat diprediksi. Persoalan
utama dalam inventori probabilistik adalah selain menentukan besarnya stok operasi
juga menentukan besarnya cadangan pengaman (safety stock). Kedua persoalan
tersebut dijabarkan ke dalam tiga pertanyaan dasar yaitu:
a. Berapa jumlah barang yang harus dipesan untuk setiap kali melakukan
pemesanan (economic order quantity)?
b. Kapan saat pemesanan dilakukan (reorder point)?
c. Berapa besarnya cadangan pengaman (safety stock)?
Terdapat empat jenis metode persediaan yang ada pada metode probabilistik, yaitu
(Silver, Pyke, & Peterson, 2016) :
17
dilakukan pemesanan sampai pada tingkat persediaan maksimum (S)
dimana S = s + Q.
18
AD
Op =
q0
2. Biaya Simpan
Biaya simpan per tahun (Os) bergantung pada ekspetasi jumlah inventori yang
disimpan (m) dan biaya simpan per tahun (h).
Os = h x m
Biaya simpan per unit per tahun (h) merupakan fungsi dari harga barang yang
disimpan dan besarnya dinyatakan sebagai persentase (I) dari harga barang
(p).
h=Ixp
Sedangkan ekspetasi inventori yang ada (m) dapat dinyatakan dengan:
1
m= q0 + s
2
Sehingga biaya simpan per tahun (Os) dapat diperoleh dengan formula:
Os = ¿ q0 + s) x h
Dalam kasus lost sales, formula dari biaya simpan adalah sebagai berikut:
Os = ¿ q0 + r - DL) x h
3. Biaya kekurangan
Dalam model ini biaya kekurangan inventori hanya dimungkinkan selama
waktu ancang-ancangnya saja dan kekurangan terjadi bila jumlah permintaan
selama waktu ancang-ancang (x) lebih besar dari tingkat inventori pada saat
pemesanan (r).
Ok = NT x Cu
di mana:
NT : Jumlah kekurangan barang selama satu tahun
Cu : Ongkos kekurangan inventori setiap unit barang (Rp per unit)
Harga 𝑁𝑇 dapat dicari dengan menghitung ekspektasi jumlah kekurangan
inventori setiap siklusnya (N) dan ekspektasi frekuensi siklus selama satu
tahun (f).
19
NT = f x N
di mana:
∞
D
f = dan N = ∫ ( x−r ) f ( x ) dx
q0 r
1. Hitung nilai 𝑞01* awal dan nilai 𝑞0𝑤* dengan formula Wilson yaitu
𝑞01* = 𝑞0𝑤* =
√ 2 AD
h
2. Berdasarkan nilai yang diperoleh akan dapat dicari besarnya kemungkinan
kekurangan inventori berdasarkan lost sales, 𝛼 yang selanjutnya akan dapat
dihitung nilai dengan menggunakan persamaan berikut:
∞
hq0
α = ∫ f ( x ) dx =
r
CuD+ h q 0
Selanjutnya, nilai 𝑟1* dapat dicari dengan menggunakan persamaan:
r1* = DL + Zα S√ L
3. Dengan diketahui 𝑟1* yang diperoleh maka akan dapat dihitung nilai 𝑞02*
dengan persamaan sebagai berikut:
𝑞02* = √ 2 D ¿ ¿ ¿
di mana:
∫ ∞ ¿ ¿ = SL[f(𝑧𝛼) – 𝑧𝛼 𝛹(𝑧𝛼)] = N
r 1∗¿ ¿
20
4. Hitung kembali nilai 𝛼 dan nilai 𝑟2∗ dengan menggunakan persamaan berikut:
∞
hq0
α = ∫ f ( x ) dx =
r
CuD+ h q 0
r2* = DL + Zα S√ L
5. Bandingkan nilai 𝑟1* dan 𝑟2* ; jika harga 𝑟2* relatif sama dengan 𝑟1* maka
iterasi selesai dan akan diperoleh r* = 𝑟2* dan 𝑞0* = 𝑞02*. Jika tidak, maka
kembali ke langkah 3 dengan menggantikan nilai 𝑟1* = 𝑟2* dan 𝑞01* = 𝑞02*.
6. Hitung kebijakan inventori
S = q0 + r
ss = Zα S√ L
N
𝜂=1- x 100%
q0
OT = Op + Os + Ok
21
II.6.5 Metode Pengendalian Persediaan Continuous Review (s,Q)
Metode Continuous Review (s,Q) adalah metode pengendalian persediaan yang
menggunakan dua buah parameter sebagai dasar pengambilan keputusan dalam
pengelolaan persediaan. Parameter pertama adalah reorder point (s), adalah titik
dimana pemesanan akan dilakukan jika tingkat persediaan mencapai atau berada di
bawah reorder point. Parameter kedua adalah order quantity (Q) adalah jumlah
barang yang akan dipesan setiap kali dilakukan pemesanan.
22
dapat dinyatakan keputusan tersebut sensitif terhadap perubahan nilai parameter
tersebut.
potensial dead stock dan mengoptimalkan persedian yaitu (s, S), (s, Q), (R,S), (R, s),
Perbandingan s, s s, Q R, S R, s
(Bahagia (Bahagia (Bahagia (Bahagia
, 2006) , 2006) , 2006) , 2006)
Order Konstan v v
Quantity Tidak v v
Konstan
Kestabilan Waktu v v
Pesan
Reorder point v v v v
Safety Stock v v v v
Maximum Inventory v v v
Level
23
Berdasakan informasi yang terdapat pada Tabel II.1, berikut merupakan alasan
penulis memilih Continuous Review (s, S) dan Continuous Review (s, Q):
1. Pola permintaan obat antibiotik dalam periode Juli 2022 – Juni 2023 bersifat
probabilistik serta terdistribusi normal. Oleh karena itu, akan lebih tepat jika
menggunakan metode persediaan probabilistik.
2. Farmasi rawat inap RS Unggul Karsa Medika mempunyai leadtime pembelian
yang konstan atau tetap yaitu selama 2 hari. Hal ini sesuai dengan
karakteristik dari metode probabilistik.
3. Biaya pesan pada farmasi tetap atau konstan untuk setiap kali pemesanan. Hal
ini sesuai dengan karakteristik dari metode Continuous Review (s,S) System.
4. Persediaan obat antibiotik di gudang selalu ditinjau secara terus-menerus
ketersediaannya.
5. Berdasarkan analisis ABC-VED, untuk item kategori I menggunakan metode
Continuous Review (s,S) (Silver et al., 2016).
6. Berdasarkan analisis ABC, untuk item kategori II dan III menggunakan
metode Continuous Review (s,Q) (Silver et al., 2016).
dideskripsikan secara singkat tentang tujuan, metode, dan tools yang dipakai dalam
24
Tabel II.2 Perbandingan Penelitian Sebelumnya
25
26
27
BAB III. METODOLOGI PERANCANGAN
28
Gambar III. 1 Sistematika Pemecahan Masalah
29
III.1.1 Tahap Pendahuluan
a. Studi Literatur
Pada penelitian ini studi literatur yang digunakan adalah buku serta jurnal
terkait mengenai Inventory Management untuk produk obat dan jurnal-jurnal
penelitian mengenai persedian Continuous Review. Langkah ini digunakan
untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang landasan teori dari
penilitian serta pemahaman peneliti mengenai permasalahan yang terjadi
dalam penelitian terkait.
b. Studi Lapangan
Pada penelitian ini studi lapangan dilakukan untuk pengenalan terhadap objek
penelitian. Tahap ini melakukan Langkah observasi langsung ke RS Unggul
Karsa Medika guna memperoleh permaslahan yang terjadi pada persediaan
farmasi rawat inap RS Unggul Karsa Medika. Tahapn selanjutnya adalah
melakukan wawancara kepada pihak yang bersangkutan di Farmasi RS
Unggul Karsa Medika guna mengetahui permasalahan serta data-data yang
digunakan untuk melakukan penelitian.
c. Perumusan Masalah
Tahap ini merupakan identifikasi sebuah masalah yang didapati pada sistem
persediaan pada farmasi rawat inap RS Unggul Karsa Medika sehingga
mengetahui permasalahan yang terjadi pada sisstem persediaan. Segala
permasalahan dengan data yang telah diperoleh akan disusun dan dirangkai
pada bagian latar belakang penelitian ini agar penelitian dapat terarah untuk
menggapai tujian yang diharapkan.
d. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini menjelaskan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian
ini. Tujuan penelitian akan tercapai bila permasalah dapat teratasi dengan
perumusan yang telah dibuat sebelumnya.
30
III.1.2 Tahap Pengumpulan Data
Pengumpulan data disini adalah pengumpuilan informasi terkait objek diteliti yang
digunakan untuk menjadikan penelitian ini sistematis dan mudah. Pengumpulan data
ini juga didapatkan dari dua sumber data yaitu data primer dan data sekunder. Data
primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari objek, sedangkan data
sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber yang telah ada seperti media massa
dan elektronik.
31
Data biaya simpan adalah biaya yang dikeluarkan oleh RS Unggul Karsa
Medika untuk menyimpan obat-obatan antibiotik. Data penyimpanan pada
penelitian ini meliputi biaya listrik, biaya pengurusan dan biaya tenaga kerja.
4. Data Biaya Pesan Obat
Data biaya pesan adalah biaya yang harus dikeluarkan RS Unggul Karsa
Medika untuk memesan obat kategori antibiotik. Komponen dari biaya pesan
ini terdiri dari telepon, penggunaan alat tulis kantor, penggunaan computer
dan jaringan internet.
5. Data Biaya Kekurangan Obat
Data kekurangan merupakan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi
kekurangan yang terjadi pada RS Unggul Karsa Medika saat melakukan
pemenuhan persediaan dari konsumen.
6. Data Harga Obat
Data harga obat terdiri dari data harga jual obat anti nyeri ke pelanggan.
32
ABC-VED classification analysis yang akan mengelompokkan obat antibiotik
menjadi kelas I, Kelas II, dan Kelas III.
3. Perhitungan Kebijakan Persediaan
Pada tahap ini dilakukannya perhitungan data menggunakan dua metode yang
telah disesuaikan dengan pola distribusi permintaan obat anti nyeri. Kebijakan
persediaan yang diterapkan pada penelitian ini adalah metode continuous
review (s,S) untuk kategori obat antibiotik kelas I dan metode Continuous
Review (s,Q) untuk kategori obat antibiotik kelas II dan Kelas III. Setelah
perhitungan kebijakan persediaan dilakukan, maka akan mendapatkan hasil
total biaya dari keseluruhan persediaan obat antibiotik farmasi rawat inap RS
Unggul Karsa Medika.
33
Masuk dan
Keluar
Rancangan Pelatihan Kuantitas Perbaikan Alur Terdapat
Solusi Sistem Peralatan Persedian Kebijakan
Persediaan aliran
Baru pada persedian
Tenaga Kerja masuk dan
keluar yang
baru
Berikut ini merupakan tabel rencana waktu penyelesaian tugas akhir yang sudah
direncanakan.
Tabel III. 2 Rencana Waktu Penyelesaian
Juni Juli Agustus
Aktivitas 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Tahap Pendahuluan
Tahap Pengumpulan Data
Tahap Pengolahan Data
Tahap Analisis Data
Tahap Verifikasi dan Validasi
Tahap Kesimpulan dan Saran
34
Rumah Sakit Unggul Karsa Medika dijadikan sebagai wahana Pendidikan, pelayanan,
penelitian, dan pengembangan tenaga profesi dokter, perawat, bidan dan tenaga usaha
lainnya.
Tabel IV. 1 Tabel Permintaan Antibiotik Periode Juli 2022 – Juni 2023
35
N250
NDIHY ENZIL
MG/ LIN1
ORTES DRATE PENICI
12.52 GRIN NJ
YR 500MGT LLIN1.
MLIN J
AB 2INJ
J
Juli 21 3 6 162 0 4
Agustus 6 2 1 145 0 15
September 28 0 0 204 0 11
Oktober 8 3 0 248 0 3
November 8 1 9 366 0 4
Desember 13 1 0 385 0 3
Januari 8 2 2 246 0 6
Februari 62 1 14 258 1 6
Maret 43 0 0 172 1 0
April 20 2 0 239 0 3
Mei 12 1 0 211 2 2
Juni 0 2 0 111 1 0
36
IV.2.3 Data Biaya Simpan
Data biaya simpan (holding cost) merujuk pada biaya yang terkait dengan
menyimpan persediaan dalam jangka waktu tertentu. Data biaya simpan digunakan
untuk menentukan ukuran pesanan yang optimal. Biaya simpan umumnya berkaitan
dengan biaya penyimpanan fisik, seperti biaya gudang, asuransi, pengelolaan
persediaan, dan penanganan barang. Rincian biaya simpan farmasi rawat inap RS
Unggul Karsa medika adalah sebagai berikut :
1. Biaya Pegawai
Biaya pegawai adalah biaya gaji pegawai yang digunakan berdasarkan UMP
(Upah Minimum Provinsi) Jawa Barat, alasan penggunaan UMP sebagai
standar gaji adalah karena pada tempat penyimpanan obat terdapat lima orang
pegawai yang bertugas mengurusi dan menjaga persediaan obat. Rincian
biaya gaji pegawai adalah sebagai berikut :
a) Gaji Pegawai
Jumlah Pegawai : 5 orang
Gaji Pegawai : Rp 4048.463,00
Total Biaya Pegawai : 5 x Rp 4048.463,00 x 12 Bulan
: Rp 242.907.761
1. Biaya Fasilitas
Komponen biaya fasilitas terdiri dari perbaikan AC, rak besi 5 tingkat, AC,
Komputer, rak kayu 5 tingkat, dan juga lampu. Rincian biaya fasilitas adalah
sebagai berikut:
a) Perbaikan AC
Jumlah : 2 Buah
Biaya Perbaikan : Rp. 350.000 (untuk 2 buah AC)
Total Biaya Perbaikan : 2 (kali) x Rp. 350.000
: Rp. 700.000
37
b) Rak besi 5 tingkat
Jumlah : 5 Buah
Harga Satuan : Rp 1.150.000,00
Depresiasi : 4 Tahun
Total Biaya : (5 x Rp 1.150.000) / 4
: Rp 1.437.000,00
c) AC
Jumlah : 2 Buah
Harga AC : Rp 3.500.000,00
Depresiasi : 3 Tahun
Total Biaya AC : (4 x Rp 3.500.000)/3
: Rp 2.333.333
d) Komputer
Jumlah : 2 Buah
Harga Komputer : Rp. 5.000.000
Depresiasi : 5 Tahun
Total Biaya : (2 x Rp 5.000.000)/ 5
: Rp 2.000.000
Total Biaya Fasilitas : Rp 700.000 + Rp 1.437.000 + Rp 2.333.333 +
Rp 2.000.000 = Rp 7.350.833
Maka total biaya penyimpanan per tahun pada farmasi rawat inap RS Unggul
Karsa Medika ada sebagai berikut :
38
IV.2.4 Data Biaya Pesan
Data pesan digunakan dalam perencanaan persediaan untuk mengoptimalkan tingkat
persediaan yang diperlukan. Dengan mengetahui data pesan, Anda dapat menghitung
jumlah persediaan yang diperlukan untuk memenuhi permintaan selama periode
waktu tertentu berdasarkan frekuensi dan jumlah pesanan yang biasanya dilakukan.
Informasi ini membantu Anda menghindari kelebihan atau kekurangan persediaan
yang tidak diinginkan. Berikut merupakan komponen penyusun biaya pemesanan :
39
AZITHROMYCIN DIHYDRATE 500
Rp5.302 Rp6.097 Rp795
MG TAB
BIOCEF 1GR INJ Rp210.623 Rp242.216 Rp31.593
TAXECAP INJ Rp155.095 Rp178.359 Rp23.264
spoRETIK 200 CAPS Rp38.295 Rp44.039 Rp5.744
spoRETIK 100 CAPS Rp26.488 Rp30.461 Rp3.973
PIBAKSIN 10 G OINT Rp54.954 Rp63.197 Rp8.243
MUPIROCIN 10 GR OINT Rp38.295 Rp44.039 Rp5.744
AMOXSAN FORTE SYR Rp41.869 Rp48.150 Rp6.280
GENTAMYCIN SALEP KULIT Rp7.659 Rp8.808 Rp1.149
LEVOFLOXACIN 500 TAB Rp1.857 Rp2.136 Rp279
40
IV.3.1 Perhitungan Biaya Persediaan Terdahulu
Kondisi aktual merupakan konidisi penerapan kebijakan persediaan saat ini di farmasi
rawat inap RS Unggul Karsa Medika. Di bawah ini akan dijabarkan perhitungan yang
menjelaksan perhitungan biaya pesan, simpan , dan kekurangan untuk kondisi aktual.
Ketiga jenis biaya tersebut merupakan biaya-biaya penyusun dari total biaya
persediaan. Total biaya persediaan aktual ini akan dihitung berdasarkan total biaya
persediaan yang dikeluarkan farmasi rawat inap RS Unggul Karsa Medika . Sebagai
contoh, akan dilakukan perhitungan total biaya persediaan untuk obat meroPENEM 1
GR INJ (interbat).
Diketahui :
Frekuensi Pesan = 12
Jumlah Stockout = 0
OT = Op+Os+Ok
= Rp 4.404 x12
= Rp 52.844,02
= Rp 16.684 x 339
= Rp 5.655.844,24
41
Ok = Jumlah Stockout x Biaya Kekurangan
= 0 x Rp 21.062
=0
OT = Rp 52.844,02 + Rp 5.655.844 + 0
= Rp 5.708.688,26
Tabel IV. 3 akan memperlihatkan total biaya persediaan aktual untuk beberapa obat di
farmasi rawat inap RS Unggul Karsa Medika. Total Biaya persediaan aktual lainnya
dapat dilihat pada lampiran C.
Tabel IV. 3 Total Biaya Persediaa Antibiotik Farmasi Rawat Inap RS Unggal Karsa Medika
Eksisting
Nama Obat/Alkes
Biaya Pesan Biaya Simpan Total Biaya Persediaan
meroPENEM 1 GR INJ (interbat) Rp 52.844,02 Rp 5.655.844,24 Rp 5.708.688,26
CEFTRIaxone 1 GR 2 VIAL (BPJS) Rp 52.844,02 Rp 8.058.326,75 Rp 8.111.170,77
LEVOFLOXACIN 500 MG INF Rp 52.844,02 Rp 1.818.545,79 Rp 1.871.389,81
CEFIXIME SYR Rp 52.844,02 Rp 1.217.925,16 Rp 1.270.769,18
CEFTRIaxone 1 GR 2 VIAL Rp 52.844,02 Rp 6.640.194,71 Rp 6.693.038,73
BIOXON 1 GR INJ Rp 44.036,68 Rp 767.459,69 Rp 811.496,37
AMIKACIN 250 MG/12.5 2 ML INJ Rp 48.440,35 Rp 1.034.402,19 Rp 1.082.842,54
levOCIN 500 TAB Rp 35.229,35 Rp 1.534.919,38 Rp 1.570.148,73
AZITHROMYCIN DIHYDRATE 500 MG TAB Rp 52.844,02 Rp 3.853.982,36 Rp 3.906.826,38
BIOCEF 1GR INJ Rp 44.036,68 Rp 467.149,38 Rp 511.186,06
TAXECAP INJ Rp 44.036,68 Rp 467.149,38 Rp 511.186,06
spoRETIK 200 CAPS Rp 35.229,35 Rp 1.167.873,44 Rp 1.203.102,79
spoRETIK 100 CAPS Rp 30.825,68 Rp 500.517,19 Rp 531.342,87
PIBAKSIN 10 G OINT Rp 48.440,35 Rp 83.419,53 Rp 131.859,88
MUPIROCIN 10 GR OINT Rp 52.844,02 Rp 133.471,25 Rp 186.315,27
AMOXSAN FORTE SYR Rp 44.036,68 Rp 100.103,44 Rp 144.140,12
GENTAMYCIN SALEP KULIT Rp 52.844,02 Rp 100.103,44 Rp 152.947,46
LEVOFLOXACIN 500 TAB Rp 52.844,02 Rp 6.289.832,68 Rp 6.342.676,70
42
IV.3.2 Uji Distribusi Data Permintaan
Uji distribusi dilakukan untuk melihat apakah data yang digunakan dalam penelititan
berdistribusi normal atau tidak. Untuk itu dilakukan uji distribusi menggunakan uji
Kolmogorov-smirnov. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut.
Pengambilan Keputusan:
Berdasarkan dari hasil output SPSS diketahui bahwa variaberl data permintaan pada
Assmyp.Sig memiliki niali sign.p¿ 0.05 , maka H0 diterima dan menolak H1,
sehingga dapat diputuskan bahwa variabel tersebut memiliki distribusi data yang
normal.
43
kategori A, B, dan C. Obat Kategori A memberikan gambabaran investasi yang lebih
besar dalam persediaan barang. Karena itu perlu kehati-hatian lebih dalam membuat
keputusan tentang kuantitas pemesanan dan waktu pemesanan terhadapa obat
kategori A dibandingkan dengan obat kategori B dan C.
1. Hitung jumlah penyerapan dana untuk setiap jenis barang per tahun (Mi),
yaitu dengan mangalihkan antara jumlah pemakaian tiap jenis barang per
tahun (Di) dengan harga satuan barang (pi), secara matematis dapat
dinyatakan: Mi = Di x pi
2. Hitung total jumlah penyerapan dana untuk semua jenis barang
3. Hitung presentase penyerapan dana untuk setiap jenis barang (Pi)
4. Hitung presentase setiap jenis barang
5. Urutkan persentase penyerapan dana sesuai dengan urutan besarnya
persentase penyerapan dana, dimulai dari persentase penyerapan terbesar
hingan dengan persentase terkecil.
6. Hitung nilai kumulatif persentase penyerapan dana dan nilai kumulatif
persentase jenis barang berdaseakan urutan yang diperoleh dari langkah ke 5.
7. Gambarkan digaram Pareto pada diagram Cartesian dengan menggunakan
nilai persentase jenis barang sebagai sumbu ordinat dan persentase
penyerapan dan sebagai sumbu absis.
8. Tentukan kategori barang berdasarkan prinsip pareto.
44
INJ (interbat) 348.839.700,00
CEFTRIaxone 1 GR 2 Rp
2. 12,8748% 67,7297% A
VIAL (BPJS) 81.874.741,00
LEVOFLOXACIN 500 Rp
3. 5,4825% 73,2122% A
MG INF 34.865.100,00
Rp
4. CEFIXIME SYR 4,7002% 77,9124% A
29.890.080,00
CEFTRIaxone 1 GR 2 Rp
5. 4,6482% 82,5606% A
VIAL 29.559.300,00
Rp
6. BIOXON 1 GR INJ 3,6524% 86,2130% B
23.226.750,00
AMIKACIN 250 Rp
7. 3,1657% 89,3787% B
MG/12.5 2 ML INJ 20.131.848,00
Rp
8. levOCIN 500 TAB 2,8468% 92,2256% B
18.103.878,00
AZITHROMYCIN
Rp
9. DIHYDRATE 500 MG 1,9914% 94,2169% B
12.663.670,00
TAB
10 Rp
BIOCEF 1GR INJ 1,6416% 95,8585% C
. 10.439.550,00
11 Rp
TAXECAP INJ 1,2937% 97,1522% C
. 8.226.765,00
Setelah melakukan klasifikasi ABC berdasarkan nilai investasi, obat-obatan antibiotik
perlu diklasifikasikan kembali menggunakan kalsifikasi VED. Sistem klasifikasi
VED membagi barang kedalam tiga kategori, yaitu vital, essential, dan desireable.
Klasifikasi ini dilakukan bersama dengan tenaga farmasi atau kepala farmasi yang
menangani obat garmasi rawat inap untuk mengetahui tingkat kekritisan setiap obat.
Berikut merupakan beberapa hasil dari klasifikasi VED :
45
Tabel IV. 6 Klasifikasi VED Obat Antibiotik Farmasi Rawat Inap RS Unggal Karsa
Medika
46
Tujuan dari metode ini adalah meminimasi total biaya persediaan. Perhitungan
parameter sistem continuous review (s,S) dapat diperoleh sebagai berikut, sebagai
contoh akan dilakukan pada obat meroPENEM 1 GR INJ (interbat)
Diketahui :
qo1* =
√ 2. D . A
h √
=
2. 2857. Rp 4.404
Rp16,684
= 2,30253
2. Berdasarkan nilai q01* yang didapatkan maka akan dapat dicari nilai bersarnya
kemungkinanan kekurangan persediaan α dengan menggunakan persamaan
berikut:
01∗¿ Rp 647.927
α =hxq ¿= = 0.01065
( Cu x D ) +¿ ¿ ( Rp 21.062,25 x 2857 ) +( Rp 647.927)
47
N = 0,121105
q02* = √((2.D. [A+Cu+N])/h) = √((2.2875. [Rp 4,404 +Rp 21,062 +
0.12105])/(Rp 16,684)) = 48,5966
r2* = (D x L) + (Z𝛼 x S√𝐿) = (2857 x 0.00548) + (2,217495657 x 68,64821
√0,00548)
r2* = 26,92315
6. Bandingkan r2* dengan r1*, Bandingkan nilai r1*= r2*. Jika nilai r1*= r2* maka
iterasi selesai dan diperoleh besarnya r=r2* dan besarnya q0*=q02*. Sedangkan
jika nilai r1*≠ r2* maka dilanjutkan ke iterasi berikutnya dengan mengulangi
langkah ketiga sampai nilai ri-1 = ri.
7. Karena untuk obat meroPENEM 1 GR INJ r1*≠ r2*, maka iterasi akan diteruskan
hingga ri-1 = ri.
8. Perhitungan untuk meropenem 1 GR INJ mendapaat kondisi optimal pada iterasi
ke-17, tabel IV.15 akan menunjukan perbandingan q0* dan r* dari iterasi ke-3
hingga ke-17.
48
14 48,8352 26,9136
15 48,8352 26,9136
16 48,8352 26,9136
17 48,8352 26,9136
ss (Safety Stock)
ss = Z𝛼 x S√𝐿
ss = 2,215612823 x 5,081568299
ss = 11,25879 ≈ 12
N
(ƞ) = 1 - x 100%
DL
0.12153269
(ƞ) = 1 - x 100%
15.65479452
(ƞ) = 99.22%
Hasil perhitungan parameter dari continuous review (s,S) untuk beberapa antibiotik
kategori I ditunjukan pada table IV.7 .
49
(Maximum
(Order (Reorder
Inventory Stock) Level
Quantity) Point)
Level)
meroPENEM 1 GR INJ
49 27 76 12 99,22%
(interbat)
CEFTRIaxone 1 GR 2 VIAL
97 87 184 17 97,90%
(BPJS)
LEVOFLOXACIN 500 MG
16 5 21 3 96,20%
INF
CEFIXIME SYR 31 11 42 3 97,55%
CEFTRIaxone 1 GR 2 VIAL 45 22 67 8 94,01%
AZITHROMYCIN
43 20 63 5 91,75%
DIHYDRATE 500 MG TAB
LEVOFLOXACIN 500 TAB 48 22 70 2 86,79%
Diketahui :
Demand (D) = 93
Standar Deviasi (S) = 6.08447
Lead Time (L) = 0.0054795
50
Biaya Pesan (A) = Rp 4,404
Biaya Simpan (h) = Rp 16,684
Biaya Kekurangan (Cu) = Rp 43,081.88
q01* =
√ 2. D . A
h √
=
2. 93. Rp 4404
Rp 43,081.88
= 7.00067
2. Berdasarkan nilai q01* yang didapatkan maka akan dapat dicari nilai besarnya
kemungkinan kekurangan persediaan α dengan menggunakan persamaan
berikut :
01∗¿ Rp 116,899.49
α =hxq ¿= = 0.028
( Cu x D ) +¿ ¿ ( Rp43,081.88 x 93 ) +( Rp 116,899.49 )
q02* =
√ 2. D .[ A +Cu+ N ]
h
, dengan N = SL x [f(Z𝛼) – (Z𝛼 x ϕ(Z𝛼))]
N = 0.031888993
q02* =
√ 2. D .[ A +Cu+ N ]
h
=
√
2.93 .[ Rp 4,404+ Rp 43,081.88+ 0.03188893]
Rp 16,684
=
13.1588
51
r2* = (D x L) + (Z𝛼 x S√𝐿) = (93 x 0.005479452 + (1.626251854 x
6.08447√0.0054795)
r2* = 1,242041541
6. Bandingkan r2* dengan r1*, Bandingkan nilai r1*= r2*. Jika nilai r1*= r2* maka
iterasi selesai dan diperoleh besarnya r=r2* dan besarnya q0*=q02*. Sedangkan jika
nilai r1*≠ r2* maka dilanjutkan ke iterasi berikutnya dengan mengulangi langkah
ketiga sampai nilai ri-1 = ri.
7. Karena untuk obat BIOXON 1 GR INJ r1*≠ r2*, maka iterasi akan diteruskan
hingga ri-1 = ri.
8. Perhitungan untuk BIOXON 1 GR INJ mendapaat kondisi optimal pada
iterasi ke-3, tabel IV.8 akan menunjukan perbandingan q0* dan r* dari iterasi
ke-2 hingga ke-16
.
BIOXON
Iterasi q0 r
1 GR INJ
2 7,6581 1,3508
3 7,7022 1,3497
4 7,7052 1,3496
5 7,7053 1,3496
6 7,7054 1,3496
7 7,7054 1,3496
8 7,7054 1,3496
9 7,7054 1,3496
10 7,7054 1,3496
11 7,7054 1,3496
12 7,7054 1,3496
13 7,7054 1,3496
52
14 7,6581 1,3496
15 7,7054 1,3496
16 7,7054 1,3496
Tabel IV. 10 Hasil Perhitungan Continuous Review (s,Q) untuk Antibiotik Kategori
III
53
IV.6 Perhitungan Persediaan Antibiotik Kategori III
Pada bagian ini, akan dilakukan perhitungan untuk kategori antibiotik menggunakan
metode Continuous Review (s,Q). Metode Continuous Review (s,Q) adalah metode
pengendalian persediaan yang menggunakan dua buah parameter sebagai dasar
pengambilan keputusan dalam pengelolaan persediaan. Parameter pertama adalah
reorder point (s), adalah titik dimana pemesanan akan dilakukan jika tingkat
persediaan mencapai atau berada di bawah reorder point. Parameter kedua adalah
order quantity (Q) adalah jumlah barang yang akan dipesan setiap kali dilakukan
pemesanan. Pada sistem continuous review pemesanan akan dilakukan Ketika tingkat
persediaan telah mencapai atau berada di bawah reorder point, dengan memesan
sebanyak (Q) yang ditetapkan untuk setiap kali pemesanan, Tujuan dari metode ini
adalah meminimasi total biaya persediaan. Perhitungan parameter sistem continuous
review (s,Q) dapat diperoleh sebagai berikut. Sebagai contoh perhitungan akan
dilakukan pada obat PIBAKSIN 10 G OINT.
Diketahui :
Demand (D) =5
Standar Deviasi (S) = 0,640095479
Lead Time (L) = 0.0054795
Biaya Pesan (A) = Rp 4,404
Biaya Simpan (h) = Rp 16,684
Biaya Kekurangan (Cu) = Rp 8.243,08
q01* =
√ 2. D . A
h √
=
2. 5. Rp 4404
Rp16,684
= 1,6470
54
2. Berdasarkan nilai q01* yang didapatkan maka akan dapat dicari nilai besarnya
kemungkinan kekurangan persediaan α dengan menggunakan persamaan
berikut :
01∗¿ Rp 8,243.08
α =hxq ¿= = 0,400005868
( Cu x D ) +¿ ¿ ( Rp 8.243,08 x 5 )+(Rp16,684 x 5 )
q02* =
√ 2. D .[ A +Cu+ N ]
h
, dengan N = SL x [f(Z𝛼) – (Z𝛼 x ϕ(Z𝛼))]
N = 0,014884672
q02* =
√ 2. D .[ A +Cu+ N ]
h
=
√2.5 . [Rp 4,404+ Rp 43,081.88+ 0,014884672]
Rp 16,684
=
1,6471
r2* = 0,039397618
7. Bandingkan r2* dengan r1*, Bandingkan nilai r1*= r2*. Jika nilai r1*= r2* maka
iterasi selesai dan diperoleh besarnya r=r2* dan besarnya q0*=q02*. Sedangkan jika
nilai r1*≠ r2* maka dilanjutkan ke iterasi berikutnya dengan mengulangi langkah
ketiga sampai nilai ri-1 = ri.
55
8. Karena untuk obat PIBAKSIN 10 G OINT r1*≠ r2*, maka iterasi akan diteruskan
hingga ri-1 = ri.
9. Perhitungan untuk PIBAKSIN 10 G OINT mendapaat kondisi optimal pada
iterasi ke-7, tabel IV.9 akan menunjukan perbandingan q0* dan r* dari iterasi
ke-3 hingga ke-8.
ss = Z𝛼 x S√𝐿
ss = (0,253628322 x 0,640095479√0.0054795)
ss = 0,012000335 ≈ 1
56
N
(ƞ) = 1 - x 100%
DL
0,0148855265504758
(ƞ) = 1 - x 100%
5 x 0.05479452
(ƞ) = 45.67%
10. Hasil perhitungan parameter dari continuous review (s,Q) untuk beberapa
antibiotik kategori III ditunjukkan pada tabel IV.12.
Tabel IV. 12 Hasil Perhitungan Continuous Review (s,Q) untuk Antibiotik Kategori
III
q0*
r* Item Item
(Order SS (Safety Service Item
NAMA OBAT (Reorder Ordering Shortage Total Cost
Quantity) Stock) Level Holding Cost
Point) Cost Cost
(Q)
PIBAKSIN 10 G OINT 2 1 1 45,67% Rp 17.615 Rp 16.684 Rp 372 Rp 34.671
MUPIROCIN 10 GR OINT 3 1 1 36,87% Rp 17.615 Rp 33.368 Rp 608 Rp 51.590
AMOXSAN FORTE SYR 2 1 1 40,11% Rp 17.615 Rp 16.684 Rp 411 Rp 34.710
GENTAMYCIN SALEP KULIT 2 -1 -1 9,19% Rp 17.615 Rp 16.684 Rp 115 Rp 34.414
I
V.7 Perhitungan Total Biaya Usulan
57
49
o Os = (( + 27 – (2857 x 0,005479452)) x Rp 16,684
2
o Os = Rp 600.621
Biaya Kekurangan (Ok)
D
o Ok = ( x N) x Cu
q 0∗¿ ¿
2857
o Ok = ( x 0,12153269) x Rp 21.062,25
49
o Ok = Rp 149.753
Total Biaya Persediaan (OT)
o OT = Op + Os + Ok
o OT = Rp 259.816,42 + Rp 600.621 + Rp 149.753
o OT = Rp 1.010.190,06
Rekapitulasi biaya total persediaan usulan lainnya dapat dilihat pada LAMPIRAN
q0* =
√ 2. D .[ A +Cu+ N ]
h
dimana :
N = SL x [f(Z𝛼) – (Z𝛼 x ϕ(Z𝛼))]
58
Pada penelitian ini diperolah jumlah pemesanan optimal (q0*) berdasarkan
perhitungan menggunakan persamaan diatas untuk masing-masing produk
dengan satuan berupaa unit. Sehingga dapat disimpulkan [erhitungan jumlah
pemesanan optimaltelah sesuai dengan acuan yang digunakan.
2. Reorder Point (r*)
Titik pemesanan ulang merupakan tingkat persediaan untuk melakaukan
pemesanan ulang sesuai dengan jumlah pemesanan optimal. Dalam
menentukan reorder point sesuai dengan acuan yang digunakan dengan
menggunakan persamaan berikut :
r* = (D x L) + (Z𝛼 x S√𝐿)
Pada penelitian ini diperoleh titik pemesanan ulang (r*) berdasarkan
perhitungan menggunakan persamaan diatas untuk masing-masing produk
dengan satuan berapa unit. Sehingga dapat disimpulakn bahwa perhitungan
reorder point telah sesuai dengan acuan yang digunakan.
3. Safety Stock (ss)
Safety stock ialah persedian cadangan untuk mengantisipasi terjadinya
fluktuasi permintaan. Dalam menentukan safety stock sesuai dengan acuan
digunakan persamaan sebagai berikut :
ss = Z𝛼 x S√𝐿
59
Pada penelitian ini diperoleh nilai maximum inventory berdasarkan
perhitungan menggunakan persamaan diatas untuk masing-masing produk
dengan satuan berupa unti. Sehingga dapat disimpulakan bahwa perhitungan
maximum inventory level tealh sesuai dengan acuan yang digunakan.
5. Service Level
Service level merupakan tingkat kepuasan pelanggan terkait dengan
ketersediaan produk. Dalam menentukan service level sesuai dengan acuan
digunakan persamaan sebagai berikut :
N
(ƞ) =1- x 100%
DL
Dimana :
Validasi
Kategori Target Validasi Hasil Perancangan
Stakholder
60
Hasil perancangan
Perancangan
mampu menimiasi
Target Kinerja mampu menekan
total biaya
biaya persediaan
persediaan hingga Kepala Farmasi
mencapai 89% RS Unggul Karsa
Perancangan dari kondisi Medika
Stakeholder mampu menekan eksisting.
Requirements biaya persediaan
Perancangan
Tabel IV. 13 merupakan hasil validasi perancangan yang telah dilakukan kepada
kepala farmasi RS Unggul Karsa Medika.Pada target kinerja, perancangan memiliki
tujuan untuk menekan biaya persediaan. Pada stakeholder requirements, perusahaan
mengharapkan perancangan mampu meminimasi total biaya persediaan. Perancangan
menghasilkan kebijakan usulan yang mampu meminimasi total biaya persediaan
hingga 89% dari kondisi eksisting perusahaan..
61
BAB V ANALISIS
350
300
250
200
150
100
50
0
Jul Agt Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
62
Pada persediaan obat antibiotik yang dimilik oleh farmasi rawat inap RS Unggul
Karsa Medika pada tahun 2022-2023, sebanyak 17 obat antibiotik
63
Pada tabel V.1 adalah hasil perhitungan reorder point untuk beberapa antibiotik.
S (Maximum
NAMA OBAT
Inventory Level)
64
meroPENEM 1 GR INJ (interbat) 76
CEFTRIaxone 1 GR 2 VIAL (BPJS) 184
LEVOFLOXACIN 500 MG INF 21
CEFIXIME SYR 42
CEFTRIaxone 1 GR 2 VIAL 67
AZITHROMYCIN DIHYDRATE 500 MG TAB 63
LEVOFLOXACIN 500 TAB 70
65
V.3.4 Analisa Safety Stock
Persediaan cadangan atau safety stock adalah jumlah item yang perlu disediakan
untuk mengatasi adanya ketidakpastian dalam suatu sistem persediaan. Kebutuhan
cadangan pengaman ini dalam suatu persediaan bersifat probabilistik ini karena
adanya pola permintaan yang tidak sama setiaap saat segingga berfunsi agar dapat
meredam fluktuasi permintaan dan pasokan dalam masa lead time atau waktu
tertentu. Berikut ini merupakan beberapa hasil perhitungan safety stock.
SS (Safety
NAMA OBAT
Stock)
meroPENEM 1 GR INJ (interbat) 12
CEFTRIaxone 1 GR 2 VIAL (BPJS) 17
LEVOFLOXACIN 500 MG INF 3
CEFIXIME SYR 3
CEFTRIaxone 1 GR 2 VIAL 8
AZITHROMYCIN DIHYDRATE 500
MG TAB 5
LEVOFLOXACIN 500 TAB 2
66
V.4.1 Analisis Perbandingan Total Biaya Persediaan Kondisi Usulan dan
Terdahulu dengan Metode Continuous Review (s,S)
Rp2,069,724.05
Rp2,000,000.00
Rp1,500,000.00
Rp1,000,000.00
Rp500,000.00 Rp356,697.12
Rp-
Eksisting Usulan
Berdasarkan Gambar V.2 diatas menunjukan bahawa adanya kenaikan biaya pesan
bersarkan perhitungan kondisi usulan dengan metode Continuous Review (s,S) untuk
obat kategori I sebesar Rp 1.713.026,93 yang didapatkan dari selisih kenaikan dari
biaya pesan terdahulu sebesar Rp 356.697,12 ke biaya pesan usulan sebesar Rp
2.069.724,05 mengalami kenaikan dari kondisi terdahulu. Kenaikan ini terjadi
dikarenakan adanya perubahan quantity order per obatnyayang dapat mengubah
67
interval peseanan per obatnya juga setelah diterapkan kebijakan dengan Continuous
Review (s,S) untuk obat kategori I.
Rp25,192,698.54
Rp25,000,000.00
Rp20,000,000.00
Rp15,000,000.00
Rp10,000,000.00
Rp5,000,000.00 Rp3,503,620.33
Rp-
Eksisting Usulan
Dari Gambar V. 3 diatas terdapat penurunan 86% dari kondisi eksisting yaitu sebesar
Rp 25.192.689,54. Pada biaya pesan usulan untuk obat kategori I setelah dilakukan
perhitungan dengan metode Continuous Review (s,S) sehingga mengalami penurunan
hingga mencapai Rp 3.503.620,33. Penurunan ini diakibatkan tidak ada lagi
ketidakpastian untuk pemesanan obat agar menutupi semua permintaan dari
pelanggan. Pada perhitungan Continuous Review (s,S) sudah didapatkan jumlah pasti
68
pemesanan obat ke supplier untuk menutupi permintaan dan juga sudah diketahui
reorder point setiap obatnya sehingga mencegah terjadinya kelebihan persediaan
obat.
Rp500,000.00
Rp400,000.00
Rp300,000.00
Rp200,000.00
Rp100,000.00
Rp-
Rp-
Eksisting Usulan
Pada Gambar V.4 diatas dapat dilihat biaya kekurangan yang terjadi pada antibiotik
kategori I pada kondisi usulan mengalami kenaikan hingga Rp 650.196,58 dari
kondisi awal yang tidak memiliki biaya kekurangan. Biaya kekurangan ini terjadi
69
karena pada kondisi terdahulu, antibiotik Kategori I mengalami overstock atau
kelebihan persediaan sehingga mengakibatkan tidak adanya biaya kekurangan.
Rp20,000,000.00
Rp15,000,000.00
Rp10,000,000.00
Rp6,223,540.96
Rp5,000,000.00
Rp-
Eksisting Usulan
Pada gambar V. 5 diatas menunjukan bahwa adanya penurunan pada total biaya
persediaan obat anti nyeri Kategori I sebesar 76% dari tital biaya persediaan pada
kondisi terdahulu. Hal ini didapatkan karena setelah melewati perhitungan dengan
metode Continuous Review (s, S), didapatkan total biaya persediaan sebesar Rp
70
6.223.540,96 sedangkan pada kondisi terdahulu sebesar Rp 25.549.395,66 yang
menunjukan jumlah penurunan biaya persediaan setelah diterapkannya metode
Continuous Review (s, S). Perhitungan ini didapatkan dari penjumlahan dari biaya
pesan, biaya simpan, dan biaya kekurangan pada kondisi usulan. Biaya simpan
menjadi biaya terbesar yang mengalami penurunan dalam perhitungan obat antibiotik
kategori I menggunakan metode Continuous Review (s, S).
71
Biaya Pesan Antibiotik Kategori II dan Kategori III
Rp600,000.00 Rp576,880.53
Rp550,000.00
Rp500,000.00 Rp493,210.84
Rp450,000.00
Rp400,000.00
Rp350,000.00
Rp300,000.00
Eksisting Usulan
Gambar V. 6 Perbandingan Total Biaya Pesan Obat Kategori II dan Kategori III
Terdahulu dan Usulan
Berdasarkan Gambar V.6 diatas menunjukan bahawa adanya kenaikan biaya pesan
berdasarkan perhitungan kondisi usulan dengan metode Continuous Review (s,S)
untuk obat kategori II dan kategori III sebesar Rp 83.669,70 yang didapatkan dari
selisih kenaikan dari biaya pesan terdahulu sebesar Rp 493.210,84 ke biaya pesan
usulan sebesar Rp 576.880,53 mengalami kenaikan dari kondisi terdahulu. Kenaikan
ini terjadi dikarenakan adanya perubahan quantity order per obatnya yang dapat
mengubah interval peseanan per obatnya juga setelah diterapkan kebijakan dengan
Continuous Review (s,Q) untuk obat kategori II dan kategori III.
72
Biaya Simpan Antibiotik Kategori II dan Kategori
III
Rp16,000,000.00 Rp14,698,521.46
Rp14,000,000.00
Rp12,000,000.00
Rp10,000,000.00
Rp8,000,000.00
Rp6,000,000.00
Rp4,000,000.00
Rp2,000,000.00 Rp934,298.75
Rp-
Eksisting Usulan
Dari Gambar V. 7 diatas terdapat penurunan 94% dari kondisi eksisting yaitu sebesar
Rp 14.698.521,46. Pada biaya pesan usulan untuk obat kategori II dan kategori III
setelah dilakukan perhitungan dengan metode Continuous Review (s, Q) sehingga
mengalami penurunan hingga mencapai Rp 934.298,75. Penurunan ini diakibatkan
tidak ada lagi ketidakpastian untuk pemesanan obat agar menutupi semua permintaan
dari pelanggan. Pada perhitungan Continuous Review (s, Q) sudah didapatkan jumlah
pasti pemesanan obat ke supplier untuk menutupi permintaan dan juga sudah
diketahui reorder point setiap obatnya sehingga mencegah terjadinya kelebihan
persediaan obat.
73
perbandingan biaya kekurangan kondisi terdahulu dan usulan pada obat Kategori II
dan Kategori III dengan metode Continuous Review (s, Q).
Rp120,000.00
Rp100,000.00
Rp80,000.00
Rp60,000.00
Rp40,000.00
Rp20,000.00
Rp-
Rp-
Eksisting Usulan
Pada Gambar V.8 diatas dapat dilihat biaya kekurangan yang terjadi pada antibiotik
kategori I pada kondisi usulan mengalami kenaikan hingga Rp 140.640,49 dari
kondisi awal yang tidak memiliki biaya kekurangan. Biaya kekurangan ini terjadi
karena pada kondisi terdahulu, antibiotik Kategori II dan Kategori III mengalami
overstock atau kelebihan persediaan sehingga mengakibatkan tidak adanya biaya
kekurangan.
74
kondisi aktualnya. Berikut merupakan perbandingan total biaya kondisi terdahulu
dengan usulan obat antibiotik kategori II dan kategori III dengan metode Continuous
Review (s, Q).
Rp14,000,000.00
Rp12,000,000.00
Rp10,000,000.00
Rp8,000,000.00
Rp6,000,000.00
Rp4,000,000.00
Rp2,000,000.00 Rp1,651,819.78
Rp-
Eksisting Usulan
Gambar V. 9 Perbandingan Total Biaya Persediaan Obat Kategori II dan Kategori III
Terdahulu dan Usulan
Pada gambar V.9 diatas menunjukan bahwa adanya penurunan pada total biaya
persediaan obat anti nyeri Kategori II dan Kategori III sebesar 89% dari total biaya
persediaan pada kondisi terdahulu. Hal ini didapatkan karena setelah melewati
perhitungan dengan metode Continuous Review (s, Q), didapatkan total biaya
persediaan sebesar Rp 1.651.819,78 sedangkan pada kondisi terdahulu sebesar Rp
15.191.732,30 yang menunjukan jumlah penurunan biaya persediaan setelah
diterapkannya metode Continuous Review (s, Q). Perhitungan ini didapatkan dari
penjumlahan dari biaya pesan, biaya simpan, dan biaya kekurangan pada kondisi
usulan. Biaya simpan menjadi biaya terbesar yang mengalami penurunan dalam
perhitungan obat antibiotik kategori II dan kategori III menggunakan metode
Continuous Review (s, Q).
75
V.5 Analisis Perbandingan Biaya Keseluruhan
Komponen dari total biaya persediaan terdiri dari biaya simpan, biaya pesan, serta
biaya kekurangan. Pada kondisi aktual, total biaya persediaan diperoleh
daripenjumlahan biaya simpan, biaya pesan serta biaya kekurangan. Untuk kondisi
usulan, didapatkan dari penjumlahan ketiga komponen tersebut namun terlebih
dahulu dihitung dengan metode continuous review (s, S) dan continuous review (s,
Q).
76
untuk mengukur besarnya perubahan yang dapat ditolerir dari tabel optimal sebelum
solusi optimum kehilangan optimalitasnya (Mulyono, 2004),. Apabila perubahan
suatu parameter dapat merubah keputusan, maka dapat dinyatakan keputusan tersebut
sensitif terhadap perubahan nilai parameter tersebut. Dalam analisis kali ini yang
akan dilihat sensitivitasnya adalah total biaya persediaan, dengan mengubah
parameter seperti permintaan, biaya simpan, biaya pesan, dan biaya kekurangan.
Alasan pemilihan parameter tersebut dikarenakan keempat parameter tersebut
merupakan komponen penyusun total biaya persediaan. Perubahan yang dilakukan
adalah peningkatan serta penurunan parameter dengan kelipatan 5%.
10.00% 9.46%
7.55%
5.00% 5.32%
3.56%
2.18%
0.00% 0.00% -2.09%
Naik Naik Naik Naik Naik 5% Kondisi Turun -4.39%
Turun Turun Turun Turun
-5.00% 25% 20% 15% 10% 0% 5% 10% 15% 20% 25%
-6.50% -8.75%
-10.00%
-11.34%
-15.00%
77
yang juga mengalami kenaikan akibat terjadi peningkatan demand. Biaya simpan
berbanding lurus dengan jumlah permintaan. Semakin banyak jumlah permintaan
maka semakin besar biaya simpannya. Namun hal itu tidak serupa dengan yang
terjadi pada biaya pesan. Biaya pesan tidak berbanding lurus dengan jumlah
permintaan. Hal ini disebabkan karena semakin banyak permintaan belum tentu
mengakibatkan frekuensi pemesanan yang lebih banyak juga. Frekuensi pemesanan
lebih bergantung kepada parameter titik pemesanan ulang (s).
Pada tabel V.5 memperlihatkan persentase pada perubahan total biaya persediaan
setelah melakukan perubahan pada demand. Penurunan demand sebesar 25%
menyebabkan penurunan pada total biaya sebesar 11,43%. Sementara kenaikan
78
demand sebesar 25% menyebabkan peningkatan total biaya sebesar 9,46%. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa perubahan demand berbanding lurus terhadap perubahan
total biaya persediaan.
-20.00%
Dari gambar V.12 dapat terlihat bahwa kenaikan parameter biaya simpan berbanding
lurus dengan total biaya persediaan, hal ini dikarenakan biaya simpan berhubungan
langsung dengan perhitungan total biaya persediaan. Hal ini didasari oleh nilai total
biaya persediaan merupakan penjumlahan dari biaya simpan, biaya pesan dan biaya
kekurangan, sehingga nilai total biaya persediaan linier terhadap nilai biaya
simpannya.
79
Tabel V. 6 Hasil Analisis Sensitivitas Biaya Pesan
Pada tabel V.6 memperlihatkan persentase perubahan total biaya persediaan. Biaya
simpan memiliki nilai yang paling besar terhadap total biaya persediaan. Pada
penurunan biaya simpan sebesar 25% menyebabkan penurunan total biaya persediaan
sebesar 14,24%. Sementara kenaikan biaya simpan sebesar 25% menyebabkan
peningkatan total biaya persediaan sebesar 12,62%. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa perubahan biaya simpan berbanding lurus dengan perubahan total biaya
persediaan.
80
Order Cost Sensiti vity
10.00%
8.00% 7.30%
6.00% 5.88%
4.00% 4.54%
3.11%
2.00% 1.39%
0.00% 0.00%
Naik Naik Naik Naik Naik 5% Kondisi -1.46%
Turun Turun Turun Turun Turun
-2.00% 25% 20% 15% 10% 0% 5% 10% 15% 20% 25%
-4.00% -3.51%
-5.00%
-6.00% -6.49%
-8.00% -8.38%
-10.00%
Pada Gambar V.13 dapat dilihat bahwa total biaya persediaan berbanding lurus
dengan biaya pesan. Semakin tinggi biaya pesan yang dimiliki maka semakin tinggi
pula total biaya persediaan yang dihasilkan. Hal ini didasarkan karena nilai total biaya
persediaan merupakan penjumlahan dari biaya simpan, biaya pesan dan biaya
kekurangan, sehingga nilai total biaya persediaan linier terhadap nilai biaya pesannya.
81
Pada tabel V.7 memperlihatkan persentase perubahan total biaya persediaan. Biaya
pesan memiliki nilai yang paling besar terhadap total biaya persediaan. Pada
penurunan biaya simpan sebesar 25% menyebabkan penurunan total biaya persediaan
sebesar 8,38%. Sementara kenaikan biaya simpan sebesar 25% menyebabkan
peningkatan total biaya persediaan sebesar 7,30%. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa perubahan biaya pesan berbanding lurus dengan perubahan total biaya
persediaan.
2.00% 2.13%
1.54%
1.00% 0.89% 0.83%
0.23%
0.00% 0.00%
Naik Naik Naik Naik Naik 5% Kondisi Turun Turun Turun Turun Turun
-1.00% 25% 20% 15% 10% 0% 5%
-0.46% 10%
-0.87% 15% 20% 25%
-1.39%
-1.67%
-2.00%
-2.74%
-3.00%
Pada Gambar V.14 dapat dilihat bahwa total biaya persediaan berbanding lurus
dengan biaya kekurangan. Semakin tinggi biaya kekurangan yang dimiliki maka
semakin tinggi pula total biaya persediaan yang dihasilkan. Hal ini didasarkan karena
nilai total biaya persediaan merupakan penjumlahan dari biaya simpan, biaya pesan
82
dan biaya kekurangan, sehingga nilai total biaya persediaan linier terhadap nilai biaya
kekurangannya. Selain itu biaya perubahan biaya kekurangan ini akan berpengaruh
terdapat biaya simpan dan biaya pesan. Hal ini didasarkan karena ketika biaya
kekurangan semakin tinggi maka resiko kerugian yang tinggi akan mengiringi ketika
terdapat permintaan yang tidak dapat terpenuhi oleh persediaan yang dimiliki.
Pada tabel V.8 memperlihatkan persentase perubahan total biaya persediaan setelah
terjadi perubahan pada biaya kekurangan. Pada penurunan biaya kekurangan sebesar
25% menyebabkan penurunan total biaya persediaan sebesar 2,74%. Sementara pada
kenaikan biaya kekurangan sebesar 25% menyebabkan peningkatan total biaya
persediaan sebesar 2,13%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perubahan biaya
kekurangan berbanding lurus dengan perubahan total biaya.
83
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
VI.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, kesimpulan penelitian
dari penelitian ini adalah :
1. Perhitungan dengan metode Continuous Review (s, S) untuk obat anti nyeri
Kategori I menghasilkan penghematan biaya sebesar 82% dari total biaya
persediaan kondisi terdahulu. Pada kondisi terdahulu, total biaya persediaan
untuk obat anti nyeri Kategori I mencapai Rp 33.904.559,82 dan mengalami
penurunan sebesar Rp 27.681.019 hingga total biaya persediaan usulan
menggunakan metode Continuous Review (s, S) mencapai Rp 6.223.540,96.
Perubahan tersebut dipengaruhi dari biaya pesan, biaya simpan, dan biaya
kekurangan.
2. Perhitungan dengan metode Continuous Review (s, Q) untuk Kategori II dan
Kategori III dapat menghemat total biaya persediaan sebesar 89% dari total
biaya persediaan terdahulu. Total biaya persediaan pada kondisi terdahulu
sebesar Rp 15.191.732,30 dan mengalami penurunan sebesar Rp
13.539.912,52 hingga total biaya persediaan usulan menggunakan metode
Continuous Review (s, Q)untuk obat anti nyeri Kategori II dan Kategori III
mencapai Rp 1.651.819,78.
3. Berdasarkan perhitungan kebijakan persediaan usulan menggunakan metode
Continuous Review (s, S) dan Hybrid System, maka farmasi rawat inap RS
Unggul Karsa Medika mampu meminimasi total biaya persediaan sebesar
81% atau sebesar Rp 32.865.767,22 dari total biaya persediaan terdahulu.
84
VI.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, berikut merupakan saran bagi penelitian
selanjutnya:
85
DAFTAR PUSTAKA
Bahagia, S. N. (2006). Sistem Inventori.
Chu, C. W., Liang, G. S., & Liao, C. T. (2008). Controlling inventory by combining
ABC analysis and fuzzy classification. Computers and Industrial Engineering,
55(4), 841–851. https://doi.org/10.1016/j.cie.2008.03.006
Gupta, R., Gupta, K. K., Jain, B. R., & Garg, R. K. (2007). ABC and VED analysis in
medical stores inventory control. Medical Journal Armed Forces India, 63(4),
325–327. https://doi.org/10.1016/S0377-1237(07)80006-2
Silver, E. A., Pyke, D. F., & Peterson, R. (2016). Inventory management and
production planning scheduling.
86
LAMPIRAN A Data Permintaan
87
88
LAMPIRAN B Data Biaya Kekurangan
89
90
LAMPIRAN C Perhitungan Terdahulu
91
92
LAMPIRAN D Uji Distribusi
93
94
LAMPIRAN E Klasifikasi ABC-VED
95
96
LAMPIRAN F Perhitungan Continuous Review (s, S)
97
98
LAMPIRAN G Perhitungan Continuous Review (s, Q)
99
100