Anda di halaman 1dari 15

9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ketersediaan Bahan Baku


Bahan baku utama pembuatan etil akrilat berupa asam akrilat dan etanol sudah
diproduksi di dalam negeri, dimana PT Nippon shokubai Indonesia yang berlokasi di
Cilegon, Banten sudah memproduksi asam akrilat dengan kapasitas produksi 100.000
ton/tahun. Sedangkan untuk ketersediaan etanol bisa di dapat dari Pabrik spritus dan
etanol PG Rajawali II, di Palimanan, Cirebon dengan kapasitas produksi 12.000
KL/tahun.

2.2 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk


2.2.1 Spesifikasi Bahan Baku
Bahan baku yang dapat digunakan dalam proses pembuatan etil akrilat yaitu
penggunaan asam akrilat yang direaksikan dengan etanol, adapun spesifikasi dari
bahan baku tersebut ialah sebagai berikut :

2.2.1.1 Asam Akrilat (C3H4O2)


Asam Akrilat adalah senyawa yang terbentuk karena reaksi antara acetilen
dan karbon monoksida dengan air atau alkohol menggunakan nikel karbonil sebagai
katalis. Asam akrilat merupakan bahan dasar penting yang banyak digunakan sebagai
bahan baku dalam pembuatan senyawa turunan ester yang meliputi metil akrilat, etil
akrilat, butyl akrilat, dan 2-etilhexil akrilat. Penggunaan asam akrilat banyak
dipergunakan sebagai bahan tekstil, water treatment chemicals, despresant, detergen,
superabsorbent dan plastik (Speight, J.G hal 2.25)

a. Sifat Fisika Asam Akrilat


Adapun spesifikasi sifat fisika dari asam akrilat ialah sebagai berikut :
10

Tabel 2.1. Sifat Fisika Asam Akrilat


Sifat Fisika Nilai
Massa Molekul Relatif (gr/mol) 72
o
Titik Didih ( C) 141
o
Titik Beku ( C) 13,5
o
Temperatur Kritis ( C) 380
Tekanan Kritis (Mpa) 5,06
o
Density (30 C) (gr/cc) 1,045
o
Viskositas (25 C) (Cp) 1,15
Kemurnian (%) ≥ 50 - ≤ 100
Panas Penguapan (101,3 kpa) (kj/mol) 45,6
Panas Pembakaran (kj/mol) 1376
Panas Pelelehan (kj/mol) 11,1
o
Kapasitas Panas (cal/gr C) 0,5
Impuritas, maks : air (% berat) 0,4
Sumber : Perry’s 7ed, hal 2-28

b. Sifat Kimia Asam Akrilat

Adapun spesifikasi sifat kimia dari asam akrilat ialah sebagai berikut :
 Asam akrilik dihasilkan dari propena (alias propilena) yang merupakan hasil
sampingan dari etilen dan produksi bensin.
Reaksi sebagai berikut :

CHCH CH2= 3 + 3/2 O2 → CH2=CHCO2H + H2O

Karena akrilik asam dan ester telah lama bernilai komersial, banyak metode
lain yang telah dikembangkan tetapi sebagian besar telah ditinggalkan untuk
alasan ekonomi atau lingkungan. Metode awal adalah hydrocarboxylation dari
asetilena ( "Reppe kimia"):
11

HCCH + CO + H2O → CH 2=CHCO2H


Metode ini memerlukan nikel karbonil dan tekanan tinggi karbon monoksida.
Hal ini pernah dibuat oleh hidrolisis acylonitrile yang berasal dari propena
oleh ammoxidation, ditinggalkan karena metode amonium cogenerates
derivatif. Lain sekarang sudah ditinggalkan perintis asam akrilik termasuk
ketena dan etilen cyanohydrin.
1. Senyawa alifatik tak jenuh yang paling sederhana.
2. Pada suhu kamar berbentuk cair.

( Perry’s 7ed, hal 2-28)

2.2.1.2 Etanol (C2H6O)


Etanol atau etil alkohol biasa disebut juga dengan alkohol industry, bibit
alkohol atau alkohol adalah senyawa pelarut yang komposisinya dapat dicampur
dengan air atau senyawa eter. Ketika dibakar, etanol akan terbakar di udara berwarna
biru muda, api transparent, menghasilkan air dan karbon dioksida. Hasil uap dari
pembakaran dengan udara biasanya digunakan untuk bahan bakar mesin kompresi.
Cara yang sederhana yang banyak digunakan untuk meproduksi etanol ialah
dengan proses fermentasi gula atau molasses. Molasess yang sudah mengandung
sukrosa akan diproses dengan dibantu enzim dari ragi untuk menghasilkan etonol dan
karbon dioksida, proses ini akan menghasilkan etanol dengan kemurnian 90%.
Adapun reaksi proses dari pembuatan etanol dari fermentasi gula ialah sebagai
berikut :

C12H22O11 + H2O → 2C6H12O6


Sukrosa Glukosa dan/atau fruktosa

C6H12O6 → 2CH3CH2OH + 2CO2

Penggunaan etanol dalam industri biasa dipergunakan sebagai pelarut dalam


pembuatan parfum, kosmetik, pelapis cat dan tinta, detergen, serta pembersih rumah
12

tangga, sebagai bahan intermediet terutama dalam pembuatan etil akrilat, cuka,
etilamine, glikol eter, serta sebagai bahan bakar (Speight, J.G hal 2.213).
a. Sifat Fisika Etanol
Adapun spesifikasi sifat fisika dari etanol adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2. Sifat Fisika Etanol


Sifat Fisika Nilai
Massa Molekul Relatif (gr/mol) 46
o
Titik Didih ( C) 78,3
o
Titik Beku ( C) - 114
o
Temperatur Kritis ( C) 243,1
Tekanan Kritis (kpa) 6838,48
o
Density (30 C) (gr/cc) 0,789
o
Viskositas (20 C) (Cp) 1,17
Kemurnian (%) 95 %
Panas Penguapan (101,3 kpa) (J/g) 839,31
o
Panas Pembakaran (25 C) (J/g) 29679,69
Panas Pelarutan (J/g) 104,6
Indeks Refraksi 1,3600 (pada λ=589,3 nm dan 18,35 °C)
o
Panas Jenis (Kg/ C) 2,42
o
Titik Nyala ( C) 13
Kelarutan dalam air tercampur penuh
Sumber : Perry’s 7 ed, hal 2-36

b. Sifat Kimia Etanol


Adapun spesifikasi sifat kimia dari etanol adalah sebagai berikut :
Dehidrasi Asam kuat yang sangat higroskopis seperti asam sulfat akan
menyebabkan dehidrasi etanol dan menghasilkan etilena maupun dietil eter:
13

o
2 CH3CH2OH → CH3CH2OCH2CH3 + H2O (pada 120 C)
o
CH3CH2OH → H2C=CH2 + H2O (pada 180 C)
 Halogenasi
Etanol bereaksi dengan HCl memerlukan katalis seperti seng klorida.
Hidrogen klorida dengan keberadaan seng klorida dikenal sebagai reagen
Lucas, reaksi sebagai berikut:

CH3CH2OH + HCl → CH3CH2Cl + H2O

Reaksi dengan HBr memerlukan proses refluks dengan katalis asam sulfat.

CH3CH2OH + HBr → CH3CH2Br + H2O

Etil halida juga dapat dihasilkan dengan mereaksikan alkohol dengan agen
halogenasi yang khusus, seperti tionil klorida untuk pembuatan etil klorida,
ataupun fosforus tribromida untuk pembuatan etil bromida.

CH3CH2OH + SOCl2 → CH3CH2Cl + SO2 + HCl

 Ethanol adalah senyawa organik sintetis. Apabila mengalami dehidrasi pada


o
180 C dengan katalis asam akan membentuk etilen.
Reaksi :
+
H
C2H5OH C2H4 + H2O

Etanol dapat dibuat dari etilen dengan katalis H2SO4

98% H2SO4 H2O


CH2 ═ CH2 CH3CH2OSO3H CH3CH2OH + H2SO4
14

 Sifat kimia etanol terutama dalam hubungannya dengan gugus hidroksil


misalnya reaksi dehidrasi, dehidrogenasi, oksidasi dan esterifikasi. Atom
hidrogen ini dapat diganti dengan logam aktif misalnya natrium, kalsium dan
kalium, serta menghasilkan logam etoksida seperti pada reaksi berikut ini :

2 C2H5OH + 2 M 2 C2H5OM + H2
( Perry’s 7ed, hal 2-36)

2.2.2 Spesifikasi Produk


Produk yang diharapkan dari reaksi antara asam akrilat dengan etanol
menghasilkan etil akrilat sebagai produk utama dan natrium sulfat sebagai produk
samping. Adapun spesifikasi dari bahan kimia tersebut ialah sebagai berikut :

2.2.2.1 Etil Akrilat (C5H8O2)


Etil Akrilat adalah senyawa organik terutama digunakan dalam penyusunan
berbagai polimer yang berwarna bening, secara umum memiliki bau menyengat
dengan ambang bau 0,0012 bagian per juta (ppm), massa molekul relative yaitu
o o
100,12 gr/mol, titik lebur -72 C, titik didih pada 101,3 kPa adalah 99,4 C. (Ullman’s
hal 161 -176).

Etil akrilat biasa digunakan dalam Industri polimer sebagai bahan baku
pembuatan resin, plastik, karet, dan bahan gigi palsu. Rumus bangun sebagai berikut :
O
CH2 = CH - C
O – C2H5
15

a. Sifat Fisika Etil Akrilat


Adapun spesifikasi sifat fisika dari etil akrilat ialah sebagai berikut :

Tabel 2.3. Sifat Fisika Etil Akrilat

Sifat Fisika Nilai


Massa Molekul Relatif (gr/mol) 100,12
o
Titik Lebur ( C ) -72
o
Titik Didih pada 101,3 kPa ( C ) 99,4
o
Density pada 20 C (kg/l) 0,9231
o
Refractive Index pada 20 C 1,4068
o
Viscositas pada 20 C mPa.s 0,69
Kemurnian (%) ≥ 99,5
o
Tekanan Uap pada 20 C (kPa) 3,9
-1 -1
Panas Jenis (liq) (kJ mol K ) 0,47
Panas Penguapan (kJ/mol) 34,8
Panas Polimerisasi (kJ/kg) 77,9
o
Flash Point, Close cup ( C ) 9
o
Open cup ( C ) 19
Sumber : Ullman’s hal 161 -176

b. Sifat Kimia Etil Akrilat


Adapun spesifikasi sifat kimia dari etil akrilat ialah sebgai berikut :
 Menyebabkan iritasi pada kulit dan mata,

 Zat beracun,

 Mudah terpolimerisasi pada suhu tinggi,

 Tahan terhadap bahan kimia seperti detergent, alkali organik, asam serta
produk hidrokarbon aromatik, ester atau keton. Selain itu, juga produk plastik
o
ini sangat keras namun liat, tahan terhadap panas hingga temperatur 200 F
serta mudah dibentuk.
16

 Etil akrilat dapat di bentuk dengan proses esterifikasi antara asam akrilat dan
etanol, adapun reaksinya sebagai berikut :

CH2=CHCOOH + C2H5OH CH2=CHCOOC2H5 + H2O

Selain itu etil akrilat dapat di bentuk dengan mereaksikan asetilena, etanol,
dan karbon monoksida, dengan bantuan katalis asam klorida dan nikel
karbonil.
Adapun reaksinya sebagai berikut :

4C2H2 + 4C2H5OH + CO + 2HCl 4CH2=CHCOOC2H5 + H2 + NiCl2


2.2.2.2 Natrium Sulfat
Natrium sulfat adalah garam natrium dari asam sulfur yang dapat dibuat
dengan mereaksikan natrium dengan asam sulfat.

2NaOH + H₂ SO₄ → Na₂ SO₄ + 2H₂ O.

Penggunaan natrium sulfat sudah banyak digunakan dalam berbagai bidang


industri seperti penggunaan bahan tambahan dan filler pada detergent, bahan pembuat
kertas kraft pada industri pulp, levelling agent pada tekstil, dan bahan penghilang
gelembung pada kaca.

a. Sifat Fisika Natrium Sulfat


Adapun sifat fisika dari natrium sulfat adalah sebagai berikut :

Tabel 2.4. Sifat Fisika Natrium Sulfat


Sifat Fisika Nilai
Massa Molekul Relatif (gr/mol) 142
o
Titik Lebur ( C ) 888
o
Titik Didih ( C ) Tidak berlaku
o
Titik Penguraian ( C ) > 890
o 3
Density pada 20 C (g/cm ) 2,70
Kemurnian (%) ≥ 99,5 %
o
Kelarutan dalam air 20 C (g/l) 200
pH 20 °C pada 50 g/l 5,2 - 8,0
17

b. Sifat Kimia Natrium Sulfat


Adapun sifat kimia dari natrium sulfat adalah sebagai berikut :
 Berbentuk padat, berwarna putih dan tidak berbau.
 Tidak mudah menyala/ tidak flammable.
 Tidak dikategorikan sebagai bahan yang mudah meledak

2.3 Dasar Teori


Sedangkan menurut Ulman’s, hal 161 – 176. Ada 2 proses pembuatan etil
akrilat, yaitu:
1. Proses Hidrolisa Akronitril
2. Proses Esterifikasi, ada 2 proses esterifikasi yaitu:
a. Esterifikasi lower ethyl acrylate process
b. Esterifikasi higher ethyl acrylate process

Adapun secara lengkap proses pembuatan etil akrilat sebagai berikut :


2.3.1 Proses Hidrolisa Akrilonitril
Akrilonitril, asam sulfat dan air diumpankan ke dalam reactor berpengaduk
o
lalu proses hidrolisa terjadi pada suhu 102 C. Larutan akrilamida dan asam sulfat
yang terbentuk dipindahkan ke reactor esterifikasi. Di reactor esterifikasi terjadi
proses esterifikasi antara akrilamida, asam sulfat dan etanol. Dengan reaksi sebagai
berikut :

CH2=CHCN + H2O + H2SO4 CH2=CHCONH2.H2SO4


Akrilonitril Air Asam sulfat Akrilamida

CH2=CHCONH2.H2SO4 + C2H5OH CH2=CHCOOC2H5 + NH4HSO4


Akrilamida Etanol Etil akrilat

Produk di ambil dari bagian atas secara terus-menerus sedangkan dari bagian
bawah adalah ammonium bisulfat. Uap yang terbawa oleh etil akrilat seperti
18

alkoksipropionate dan asam akrilik dipisahkan dan di daur ulang di dalam menara
fraksinasi. Produk etil akrilat mencapai kemurnian 98 % dengan produk samping
asam akrilat, akrilamida, etil β-etoksipropionat dan eter.

Secara sederhana dapat digambarkan dalam gambar 2.1 berikut ini :

Etanol
Akrilonitril

H2SO4 Reaktor Reaktor Menara


Etil Akrilat
Hidrolisa Esterifikasi Fraksinasi
H 2O 98 %

Amonium
Bisulfat

Gambar 2.1 Blok Diagram Proses Hidrolisa Akrilonitril

2.3.2 Proses Esterifikasi


Adapun reaksi esterifikasi adalah sebagai berikut :

CH2=CHCOOH + C2H5OH CH2=CHCOOC2H5 + H2O

Asam akrilat Etanol Etil akrilat Air

Ada dua cara pembuatan etil akrilat melalui proses esterifikasi yaitu :
a. Esterifikasi lower ethyl acrylate process
b. Esterifikasi higher ethyl acrylate process

2.3.2.1 Esterifikasi Lower Ethyl Acrylate Process


Asam akrilat dan etanol (10-30 %) excess dimasukkan kedalam fixed bed
reactor, dengan bahan isian cation exchange resin dan dioperasikan pada tenperatur
19

o
60 C pada tekanan 1 atmosfer. Produk yang berupa campuran cairan ini dialirkan ke
kolom ester stripper, kemudian ester, air dan etanol yang tidak bereaksi diambil
kembali dari bagian bawah kolom light-end sebagai reflux. Produk bawah dari kolom
ester stripper yang mengandung asam akrilat yang tidak bereaksi sebagian direcycle
ke dalam reactor dan sebagian lagi dimasukkan ke bottom stripper. Produk bawah
ester stripper yang dialirkan ke bottom stripper sebagian dibuang sebagai limbah
minyak, hal ini untuk mencegah meningkatnya akumulasi dari inhibitor, impuritas
dan polymer yang akan mengganggu jalannya reaksi dalam reactor.
Sedangkan produk atas dari ester stripper yang merupakan campuran ester dan
alcohol yang bebas asam dialirkan ke dalam kolom ekstraksi dimana alcohol
diekstraksi dengan air yang dialirkan dari bagian atas kolom. Rafinat yang keluar dari
bagian atas kolom dialirkan ke light-end cut column, lalu dari kolom ini air, asetat
dan alcohol dipisahkan dari bagian atas. Ekstrak yang keluar dari bagian bawah
kolom ekstraksi dialirkan kedalam alcohol recovery column, untuk merecovery
alcohol yang akan digunakan kembali dalam reaksi. Air yang keluar dari bawah
kolom alcohol-recovery sebagian dikembalikan ke kolom ekstraksi dan sisanya
dibuang sebagai limbah, yang sebelumnya diolah dahulu dengan proses biologi.
Ester mentah yang keluar dari bawah light-ends column dimasukkan dalam
kolom produk untuk mendapatkan etil akrilat dengan kemurnian tinggi. Konversi
terhadap asam akrilat mencapai 95%. Etil akrilat yang keluar dari bagian atas kolom
produk mencapai kamurnian 95 %. Sedangkan yang keluar dari bawah kolom
sebagian di daur ulang ke bottom stripper dan sebagian lagi dialirkan ke tangki
inhibitor.
20

Secara sederhana dapat digambarkan dalam gambar 2.2 berikut ini :

Gambar 2.2 Diagram Proses Esterifikasi Rendah

2.3.2.2 Esterifikasi Higher Ethyl Acrylate Process


Proses esterifikasi terjadi di reaktor esterifikasi, air yang terbentuk dipisahkan
melalui puncak kolom distilasi-2. Kondisi reaksinya pada tekanan atmosfir,
o
temperatur 80 – 90 C, waktu reaksi 30 menit rasio molar etanol dan asam akrilat 1,0
: 1,1. Konversi asam akrilat dan alkohol masing-masing berkisar antara 90-95 %.
Setelah proses esterifikasi selesai, produk yang keluar di pindahkan ke dalam
tangki netralisasi, dimana asam sulfat dinetralisasi dengan alkali. Ester mentah dari
tangki netralisasi dialirkan kedalam kolom distilasi untuk memisahkan antara etil
akrilat dengan asam akrilat dan etanol sisa reaksi, selanjutnya produk bawah distilasi
diteruskan kedalam kolom asam akrilat recovery untuk mengambil asam akrilat sisa
dan kemudian dikembalikan ke reactor sebagai recycle. Ester mentah dan etanol yang
masih terbawa dipisahkan dalam distilasi-3 dimana hasil atas berupa etanol di daur
ulang ke reactor dan digunakan kembali dalam reaksi sedangkan etil akrilat sebagai
produk utama keluar dari bawah kolom dengan kemurnian produk mencapai 99,5 %
berat. Air yang keluar dari bagian atas asam akrilat recovery dibuang sebagai limbah
yang sebelumnya diolah secara biologi dalam unit pengolahan limbah.
Pembuatan etil akrilat dengan proses ini lebih ekonomis, karena excess
alcohol yang digunakan lebih sedikit, dan inhibitornya dapat digunakan kembali,
sehingga akan menggunakan energi yang rendah dan konsumsi inhibitor juga rendah.
21

Secara sederhana dapat digambarkan dalam gambar 2.3 berikut ini :

Gambar 2.3 Diagram Proses Esterifikasi Tinggi

2.4 Penentuan Proses


Dari proses-proses yang terdapat diatas maka dapat diambil perbandingan
proses untuk menentukan metode apa yang akan digunakan untuk memproduksi
etilen oksida. Berikut tabel perbandingan proses pembentukkan etil akrilat:

Tabel 2.5 Perbandingan Proses Pembentukkan Etil Akrilat


Proses Esterifikasi
Hidrolisa Akrinonitril
Kriteria Lower Higer

Bahan Baku Asam Akrilat & Asam Akrilat &


Akril Amida, Etanol
Etanol Etanol

Katalisator Cation H2SO4 (***)


H2SO4 Exchange resin
(**)

Reaksi 2 tahap 1 tahap 1 tahap

(**) (***) (***)


22

Tekanan 1 atm (***) 1 atm (***) 1 atm (***)

0 0 0
Temperatur 102 C 60 C 80-90 C

(**) (***) (***)

Konversi - 95% (****) 90% (****)

Kemurnian 95% (***) 99,5% (****)


98% (***)
Produk

Limbah Asam Akrilat, β- H2O (****) H2O (****)


etoksipropinoat dan eter

Total (**) (***) (****)

Keterangan :
* : Kurang
** : Cukup
*** : Baik
**** : Memuaskan

Dari perbandingan tiga proses yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa
proses dengan metode esterifikasi dengan kondisi tinggi merupakan metode yang
lebih baik dibandingkan dengan proses-proses lain yang ada dimana kelebihannya
yaitu nilai konversinya tinggi, reaksi yang terjadi hanya 1 tahapan proses, temperature
operasi tidak terlalu tinggi, kemurnian produk yang dihasilkan relatif paling besar,
dan limbah yang dihasilkan adalah air. Sedangkan esterifikasi dengan kondisi rendah
mempunyai kelemahan dibandingkan metode esterifikasi dengan kondisi tinggi
karena katalisator yang digunakan lebih mahal dan kemurnian produk lebih rendah.
Adapun metode hidrolisa akrinonitril jika dibandingkan dengan esterifikasi dengan
kondisi tinggi ialah tahapan proses yang lebih banyak, temperature yang digunakan
23

lebih tinggi, kemurnian produk yang paling rendah, dan limbah yang dihasilkan lebih
berbahaya.

Anda mungkin juga menyukai