Anda di halaman 1dari 227

PELATIHAN

PEMBINAAN DAN SERTIFIKASI AHLI K3 LISTRIK

PERSYARATAN K3 PEMASANGAN INSTALASI,


PERLENGKAPAN, DAN PERALATAN LISTRIK
DI PEMBANGKIT
HARTOYO
hartoyo@uny.ac.id
085640929467
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

MEDIA EDUTAMA CONSULTANT


YOGYAKARTA, 29 AGUSTUS 2023
Profil

• Nama : Dr. Ir. Hartoyo, M.Pd.,M.T.


• No. HP : +6285640929467
• Jabatan : Koordinator Program Studi
• Sarjana Terapan (D4)Teknik Elektro
• Jurusan : Pendidikan Teknik Elektro
• Fakultas : Vokasi
• Universitas : Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)
• Riwayat Pendidikan:
✓ S1: Pendidikan Teknik Elektro FPTK IKIP Yogyakarta
✓ S2: Pendidikan Teknologi dan Kejuruan UNY
✓ S2: Teknik Elektro Universitas Gadjah Mada (UGM)
✓ S3: Pendidikan Teknologi dan Kejuruan UNY
✓ Ir : Pendidikan Profesi Insinyur FT UNY
150 kV
INDUSTRI

PLTA
PLTD
PLTP 20 kV
PLTG BISNIS
PLTU TRAFO GI TRAFO GI
PLTG RUMAH
20/150 kV 150/20 kV
U 220 V
PUBLIK
TRAFO SOSIAL
DISTRIBUSI

PEMBANGKITA TRANSMISI/DISTRIBUSI PEMANFAATAN


InstalasiNtenaga listrik tenaga listrik terdiri atas:
1. Instalasi penyediaan tenaga listrik, meliputi:2. Instalasi pemanfaatan tenaga listrik, meliputi:
a. Instalasi pembangkit tenaga listrik; a. Instalasi pemanfaatan tegangan tinggi;
b. Instalasi transmisi tenaga listrik; dan b. Instalasi pemanfaatan tegangan menengah;
c. Instalasi distribusi tenaga listrik. dan
c. Instalasi pemanfaatan tegangan rendah.

3
Keselamatan Kerja Dasar hukum :
Undang undang No 1 tahun 1970

Pasal 2 ayat (2) huruf q


(Ruang lingkup)
Setiap tempat dimana listrik
dibangkitkan, ditransmisikan,
dibagi-bagikan, disalurkan dan
digunakan

12/16/14 4
Keselamatan Kerja Dasar hukum :
Undang undang No 1 tahun 1970

Pasal 3 ayat (1) huruf q


(Objective)

Dengan peraturan perundangan


ditetapkan syarat-syarat keselamatan
kerja untuk:
q. mencegah terkena aliran listrik
berbahaya

12/16/14 5
UU K3
UU KETENAGALISTRIKAN (K2)
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG NO 30 TH 2009
NO 1 TH 1970 KETENAGALISTRIKAN
KESELAMATAN KERJA KEBIJAKAN
PEMBANGUNAN
JARINGAN TENAGA
LISTRIK

Andal, Aman dan


Akrap lingkungan
12/16/14 8
G

TET
Kebijakan nasional Kebijakan nasional
dalam hal upaya dalam hal penyediaan
menjamin

TT/
tenaga listrik
tempat kerja (pengusahaan)
yang Aman dan TR
yang Andal, Aman dan
lingkungan yang Sehat Akrap lingkungan
TM/
M

Tempat kerja Bukan tempat kerja


12/16/14 9
Pegangan Teknisi dan Ahli K3 Listrik
Hukum dan Teori
Standar/Rujukan
PUIL
PUIL Sebagai Tools Keselamatan Instalasi TR

Standar/Persyaratan
pemasangan Instalasi

Tenaga teknik yang


tersertifikasi
(perencana, pemasang,
pemeriksa)
Pemeriksaan Keselamatan
dan Pengujian Instalasi
Penggunaan peralatan Tenaga
tenaga listrik yang
Listrik
bertanda SNI

Sertifikat
Usaha penunjang yang (SLO)
terakreditasi dan
tersertifikasi:
-konsultan
-Instalatir
-Inspeksi
1. Konsultansi, 4. Pemeliharaan,
Jenis
Pekerjaan 2. Pembangunan & Pemasangan, 5. Pengoperasian,
3. Pemeriksaan & Pengujian, 6. Pendidikan & Pelatihan.

Bidang

Keterangan:
Sub PLTU/G/GU Kit = Pembangkit
/P/A/MH/D/ TET, TT, GI TM, TR TT, TM, TR Tran = Transmisi
Bidang Dis = Distribusi
N/EBT
Man =
Pemanfaatan

Pengemasan Okupasi Jabatan

15
Arus / Tegangan listrik

Tidak tampak
DANGER
Tidak berbau
Tidak berbunyi

Dapat dirasakan
Dapat menyebabkan

Kematian
12/16/14 16
Tujuan K3 Listrik
1. Menjamin kehandalan instalasi listrik
sesuai tujuan penggunaannya.
2. Mencegah timbulnya bahaya akibat listrik
 bahaya sentuhan langsung
 bahaya sentuhan tidak langsung
 bahaya kebakaran

12/16/14 17
Bahaya Listrik
Bahaya Lainnya
Bahaya Kejut Listrik
Mengatasi Bahaya Kejut Listrik
Batas Bahaya
Arc Flash
Bahaya Arc Flash
Bahaya Arc Blast (Ledakan)
Mengatasi Arc Blast
Sumber Bahaya Listrik
Bekerja dalam Keadaan Bertegangan
Bekerja dalam Keadaan Bebas Tegangan
Bekerja di dekat Instalasi Bertegangan
Jarak Aman
PENGERTIAN
• Instalasi listrik adalah instalasi
mulai dari pembangkit tenaga
sampai titik penggunaan akhir
• Peralatan listrik adalah setiap
alat pemakai listrik
• Perlengkapan listrik adalah
komponen-komponen yang
diperlukan pada jaringan
instalasi
Sentuhan langsung
adalah bahaya sentuhan pada bagian
konduktif yang secara normal
bertegangan

Sentuhan tidak langsung


adalah bahaya sentuhan pada bagian
konduktif yang secara normal tidak
bertegangan, menjadi bertegangan karena
terjadi kegagalan isolasi

12/16/14 33
SENTUH TIDAK LANGSUNG

Bodi Lemarri Es ini dalam


keadaan normal tidak nyetrum.
Akan tetepi pada suatu saat
bisa nyetrum, apabila ada arus
bocor ke bodi lemari es

12/16/14 34

12/16/14 35
Bahaya kejut listrik

t : 1,0 0,8 0,6 0,4 0,3 0,2 (detik)


E: 90 100 110 125 140 200 (Volt)
I : 180 200 250 280 330 400 (mA)
12/16/14 36
Tegangan sentuh yang berbahaya:
 > 50 V a.b. di ruang normal,
 > 25 V a.b. di ruangan lembab

SISTEM PROTEKSI UNTUK KESELAMATAN


(Bagian IV)
• Proteksi dari kejut listrik
• Proteksi dari efek thermal
• Proteksi dari arus lebih
• Proteksi dari tegangan lebih akibat petir
• Proteksi dari tegangan kurang
• Pemisahan dan penyakelaran
PROTEKSI BAHAYA
SENTUHAN LANGSUNG

Metoda :
1. Isolasi bagian aktif
2. Penghalang atau Selungkup
3. Rintangan;
4. Jarak aman atau diluar jangkauan
5. Gawai proteksi arus sisa
6. Isolasi lantai kerja.
Pembebanan lebih
Sambungan tidak sempurna
Perlengkapan tidak standar
Pembatas arus tidak sesuai
Kebocoran isolasi
Listrik statik
Sambaran petir
FENOMENA PENJALURAN
(TRACKING)
Rangka
Klem konduktif

Bahan insulasi

Kabel

Arus bocor (sisa) kecil mengalir melalui bagian yang polutif


dan/atau dengan kelembaban tinggi
Klem Rangka
konduktif
Bahan insulasi

Kabel

Bagian yang mengering tak dapat lagi menahan tegangan,


mulai timbul bunga api listrik kecil pada permukaan.
Pusat bunga api mempunyai suhu sangat tinggi 0C

>1000
Klem Rangka
konduktif
Bahan insulasi

Kabel

Tempat-tempat terjadi pengkarbonan setelah periode


pemanasan; material insulasi mulai sedikit rusak
Klem Rangka
konduktif
Bahan insulasi

Kabel

Sewaktu periode pelembaban berikutnya, arus sedikit demi


sedikit membesar mengalir melewati permukaan yang rusak
Klem Rangka
konduktif

Bahan insulasi

Kabel

Jumlah bunga api listrik meningkat, pengkarbonan permukaan


meluas dan menimbulkan kerusakan yang semakin parah
Klem Rangka
konduktif

Bahan insulasi

Kabel

Resistans bahan insulasi menurun, arus meningkat pada


setiap siklus.
Rangka
Klem konduktif

Bahan insulasi

Kabel

Bila arus bocor menjadi cukup besar (kira-kira ≥ 300 –


500 mA), bunga api listrik yang terjadi cukup kuat
untuk membakar bahan insulasi
Solusi !
Proteksi setiap arus bocor yang
berbahaya
dengan gawai proteksi arus sisa
(GPAS) dengan arus operasi
sisa pengenal ≤ 500 mA. Bahkan
dalam standar IEC yang baru ≤
300 mA
Keselamatan Kerja Dasar hukum :
Undang undang No 1 tahun 1970

Pasal 2 ayat (2) huruf q


(Ruang lingkup)
Setiap tempat dimana listrik
dibangkitkan, ditransmisikan,
dibagi-bagikan, disalurkan dan
digunakan

12/16/14 50
Keselamatan Kerja Dasar hukum :
Undang undang No 1 tahun 1970

Pasal 3 ayat (1) huruf q


(Objective)

Dengan peraturan perundangan


ditetapkan syarat-syarat keselamatan
kerja untuk:
q. mencegah terkena aliran listrik
berbahaya

12/16/14 51
UU K3
UU KETENAGALISTRIKAN (K2)
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG NO 30 TH 2009
NO 1 TH 1970 KETENAGALISTRIKAN
KESELAMATAN KERJA KEBIJAKAN
PEMBANGUNAN
JARINGAN TENAGA
LISTRIK

Andal, Aman dan


Akrap lingkungan
12/16/14 54
G

TET
Kebijakan nasional Kebijakan nasional
dalam hal upaya dalam hal penyediaan
menjamin

TT/
tenaga listrik
tempat kerja (pengusahaan)
yang Aman dan TR
yang Andal, Aman dan
lingkungan yang Sehat Akrap lingkungan
TM/
M

Tempat kerja Bukan tempat kerja


12/16/14 55
PUIL Sebagai Tools Keselamatan Instalasi TR

Standar/Persyaratan
pemasangan Instalasi

Tenaga teknik yang


tersertifikasi
(perencana, pemasang,
pemeriksa)
Pemeriksaan Keselamatan
dan Pengujian Instalasi
Penggunaan peralatan Tenaga
tenaga listrik yang
Listrik
bertanda SNI

Sertifikat
Usaha penunjang yang (SLO)
terakreditasi dan
tersertifikasi:
-konsultan
-Instalatir
-Inspeksi
1. Konsultansi, 4. Pemeliharaan,
Jenis
Pekerjaan 2. Pembangunan & Pemasangan, 5. Pengoperasian,
3. Pemeriksaan & Pengujian, 6. Pendidikan & Pelatihan.

Bidang

Keterangan:
Sub PLTU/G/GU Kit = Pembangkit
/P/A/MH/D/ TET, TT, GI TM, TR TT, TM, TR Tran = Transmisi
Bidang Dis = Distribusi
N/EBT
Man =
Pemanfaatan

Pengemasan Okupasi Jabatan

57
Power Generator

•Tugino, ST MT •58
Power Generator

•Tugino, ST MT •59
•Tugino, ST MT •60
Prinsip kerja Generator

•61
•62
Steam turbin Generator Control

•Tugino, ST MT •63
Synchronous Generator:

Stator
Rotor •64
Jenis dari Generator Sinkron
• Medan tetap (Stationary field)
Kutub pada stator(kumparan medan) dicatu dengan sumber dc untuk
menghasilkan medan magnet stationary.
• Kumparan Armature pada rotor terdiri dari kumparan 3-phase yang
terminal-terminalnya terhubung ke 3 slip-ring pada poros.
• Sikat-sikat (brushes) menghubungkan armatur ke beban external 3-phase.
• Jenis ini dipakai pada mesin daya rendah(<5kVA). Untuk daya yang lebih
tinggi menggunakan tipe medan revolving.

• Medan berputar (Revolving field)


Umumnya disebut juga sebagai alternator
• Stationary armature dengan belitan 3-phase pada stator terhubung
langsung dengan beban.
• Medan magnet putar dihasilkan oleh kumparan medan DC pada rotor,
yang dicatu melalui slip-rings / brushes
•Tugino, ST MT •65
Generator Sinkron: Stator

•Stator dari gen sinkron identik dengan motor


induksi 3-phase induction motor (cylindrical
laminated core containing slots carrying a 3-
phase winding).
• Tegangan nominal tergantung pada rating
kVA-daya lebih besar, tegangan lebih besar.
• Tegangan nominal kadang-kadang melampaui
25kV, jika isolasi slot dinaikkan sehingga space
untuk konduktor tembaga yang cukup mahal.

•66
Konstruksi Generator

• Konstruksi generator selama bertahun-tahun


relatif tidak banyak mengalami perubahan yang
signifikan.
• Komponen utama generator berupa stator dan
rotor.
• Di tinjau dari pengambilan energi listriknya,
konstruksi generator dapat dibedakan menjadi 2
model, yaitu :
• Generator Kutub dalam, dan generator Kutub
Luar.
•67
Konstruksi Generator
Konstruksi Generator

•Turbin

•Prime mover :
•Turbin Kaplan

•Dikopling dengan
Generator ABB
Konstruksi Generator

Turbin
Prime mover : Turbin Francis
Dikopling dengan generator
ABB
Generator dengan satu pasang kutub
Konstruksi
Konstruksi
• Stator (bagian yang diam), pada stattor terdapat
belitan jangkar 3 fase.
• Rotor (bagian berputar), pada rotor terdapat
belitan medan (Revolving field).
Berdasar bentuk kutub rotor :
– Salient pole : untuk mesin putaran rendah – sedang
– Cylindrical pole : putaran mesin tinggi
• Air gap (Celah Udara)
• Fan diinstal pada ujung poros
Konstruksi

Pandangan fisik mesin sinkron


Konstruksi
Housing ,cooling ducts

Stator Rotor

Shaft

Bearing
Rotor winding
Stator winding
Connections
Rotor Generator
Detail Rotor
Rotor Generator

Rotor generator dengan


kutub – kutub menonjol

Rotor ini untuk generator


putaran sedang dan rendah
Belitan Rotor
Round rotor

Steel ring

Shaft

Wedges

DC current terminals
Tipe Generator

Tipe Kutub menonjol (Salient pole)


Tipe Generator
• Konsep mesin 2 pole
Salient Rotor
• Stator mempunyai laminasi
inti besi dengan slot dan
B- C+
belitan 3 fase di dalam slot.
N

• Rotor salient pole dieksitasi A+ A-


arus DC.
S
• Arus DC disuplai melalui slip
C- B+
ring dan brush.

• Jumlah pole bervariasi dari 2-


128.
Tipe Generator

Kutub silindris (Cylindrical pole)


Belitan Rotor

Round Rotor Konsep mesin 2 pole


Stator with
• Stator bentuk ring laminated iron-core
A C
laminasi inti besi
dengan slot. Slots with
• Tiga fase di dalam B winding
slot. A -
C
• Round solid iron rotor
+
+
dengan slots. N S
Rotor with dc
• Setiap belitan winding C
A
ditempatkan dalam -
-
slot. Arus DC disuplai B
B +
lewat slip ring.
Stator
•Stator generator ABB •Kumparan 3 phasa
Stator
Rotor dengan satu pasang kutub
Kutub utara

Kutub selatan
Stator
Stator
Iron core

Detail Stator
• Koil ditempatkan Coil
dalam slot Slots

• Ujung belitan
ditekuk sebentuk
armature.

End winding
Generator Kutub Luar

• Kutub (pole) terletak di bagian luar, tidak bergerak, atau


di stator dimana terdapat medan magnit (magnit
permanen).

• Kemudian kumparan (Armature) terletak di bagian


dalam, yang berputar, atau dirotor.

• Karena kumparan jangkar terletak di rotor maka untuk


menyalurkan energi listrik harus melalui cincin (slip
ring) dan sikat (Brush).

•86
Generator Kutub Luar

•87
Generator Kutub Dalam

• Kutub medan magnit atau pole terletak di bagian dalam


yang berputar atau di rotor.
• Kumparan jangkar (armature) terletak di bagian luar
yang diam atau di stator.

•88
Generator Kutub Dalam

•89
Eksitasi Generator
Berdasar sumber arus medan (arus eksitasi),
generator dibedakan :
• Generator Eksitasi terpisah : Eksitasi dari arus DC di
luar generator, dimasukkan ke generator lewat slip
ring.
• Generator Eksitasi sendiri : Eksitasi dari generator
exciter berada di luar generator, tetapi arus medan
dari generator utama
• Generator Eksitasi tanpa sikat (Blushless).
Eksitasi Generator

-
Sumber DC R
dari luar gen
S
+
T

slip
ring
Rotor Stator

Generator dengan eksitasi terpisah


Eksitasi Generator
GENERATOR UTAMA

+
R
Stator

Rotor
S
-
T

slip
ring

EXCITER
+
R
S Stator
Rotor -
T
slip
ring

Generator dengan eksitasi sendiri


Eksitasi Generator
GENERATOR UTAMA

EXCITER
R
U
Stator S

Rotor
Rotor
Stator

V
W
T

DIAM BERPUTAR DIAM

Generator dengan eksitasi tanpa sikat (brushless system)


Eksitasi Generator
GENERATOR UTAMA
EXCITER
R
MEDAN MEDAN U
Armature

Medan
LAWAN UTAMA Armature V S
W
T
Rotating
rectifier

DIAM BERPUTAR DIAM

AVR

Control unit

Generator dengan eksitasi tanpa sikat (brushless system) dengan AVR


Tipe Exciter
Conventional

•95
Tipe Exciter
Static

•96
Tipe Exciter
Brushless

•97
Tipe Exciter
Brushhless without Pilot Axiter

•98
Tipe Exciter
Brushhless with Pilot Axiter

•99
Pengaruh Beban pada Generator

•100
Beban Beban
Daya aktif Daya Reaktif

Perubahan Frekuensi Perubahan Tegangan

Pengaturan Putaran Pengaturan Tegangan

Pengaturan Pengaturan
Governor Eksitasi
Generator Generator
•101
Steam turbin Generator Control

•Tugino, ST MT •102
Kesetimbangan beban dan pembangkitan
50
Frekuensi sistem (hertz)
hert
z menunjukkan
keseimbangan sesaat
antara daya nyata (MW)
yang dibangkitkan dengan
MW MW daya nyata (MW) yang
dikonsumsi dibangkitkan dikonsumsi beban.
beban Pada saat daya nyata yang
dibangkitkan = daya nyata
yang dikonsumsi beban,
frekuensi = 50 hertz.
•103
Pengaturan Frekuensi Sistem
50
hert
z
Pada saat daya nyata yang
dibangkitkan > daya nyata
MW
yang dikonsumsi beban,
dikonsumsi frekuensi > 50 hertz.
beban Mengurangi daya (MW)
MW
dibangkitkan
yang dibangkitkan, agar
frekuensi kembali ke 50
hertz.

•104
Pengaturan Frekuensi Sistem
50
hert Pada saat daya nyata
z yang dibangkitkan < daya
nyata yang dikonsumsi
beban, frekuensi < 50
MW hertz.
dibangkitkan Menambah daya (MW)
MW
yang dibangkitkan, agar
dikonsumsi
beban frekuensi kembali ke 50
hertz.

•105
Generator Tanpa Sikat

• Generator dengan penguatan tanpa sikat, tidak terdapat


cincin gesek maupun sikat, sehingga pemakaian
generator tanpa sikat tidak menimbulkan spark (percikan
bunga api).
• Generator tipe ini cocok untuk penggunaan pembangkit
listrik di daerah yang mudah terbakar (perusahaan
minyak dan gas).
• Generator penguat tanpa sikat merupakan gabungan dari
dua buah generator yang terhubung dalam satu poros.

•106
Generator Tanpa Sikat

• Bagian pertama merupakan Generator kutub luar,


dimana kumparan medan magnit (exciter)
mendapat arus searah dari sumber lain.

• Sedang bagian kedua merupakan generator kutub


dalam, dimana kumparan jangkar terletak
dibagian stator yang diam.

•107
Generator Tanpa Sikat

•108
Generator Tanpa Sikat Dengan PMG

(Brushless Exciter Generator With


Permanent Magnet)
• Sistem penguatan tanpa sikat dengan permanen
magnit merupakan pengembangan dari teori
pembangkitan sebelumnya.

• Block Diagram Brushless Exciter Generator.

•109
Generator Tanpa Sikat

•110
Tegangan Output Generator

• Standard tegangan di suatu plant kadang berbeda


• Di konsumen tegangan yang digunakan 110 Volt 50/60
Hz atau 220 Volt 50/60 Hz.
• Indonesia menganut sistem 220 Volt/50 Hz.
• Standard tegangan dapat di klasifikasikan sebagai
berikut :
✓ 240 Volts, 1 fasa : di pakai untuk penerangan
✓ 480 Volts, 3 fasa : di pakai untuk suplai Motor
listrik tegangan rendah
✓ 4160 Volts, 3 fasa : di pakai untuk suplai Motor
listrik tegangan menengah
•111
Hubung Bintang

• Hubung bintang (star-connection), artinya pangkal masing-masing


coil atau kumparan (winding) di hubungkan menjadi satu,
sehingga membentuk bintang tiga.
• Kemudian pangkal tadi di ikat dengan satu kabel sebagai kawat
netral.
• Bila ujung-ujung coil yang lain di ukur teganganya, akan
menunjukkan besaran 13.800 volts.
• Tegangan inilah yang di sebut tegangan fasa-fasa ( VL).
• Kemudian apabila masing-masing ujung coil di ukur dengan
kawat netral, akan menunjukan besaran tegangan ( V-fasa ) =
(1/Ѵ3) x 13.800 volts = 7.970 volts.
• Sedang arus line = arus fasa = 654 Amper.

•112
Hubung Bintang

•113
Hubung Bintang

Tegangan dan Arus Hubung


Bintang
•114
Gelombang Tegangan Listrik 3 Fasa

• Brntuk gelombang tegangan tiga fasa, di mana fasa satu


dengan fasa yang lainnya berjarak : 120O , dan tidak
pernah bergeser, kecuali bila beban tidak seimbang, atau
terjadi gangguan fasa ke tanah, atau fasa-fasa ke tanah.

•115
Hubung Segitiga
• Hubung segitiga (Delta Connection), artinya ujung coil di
hubungkan dengan pangkal coil yang lain sehingga
membentuk segitiga sama sisi.
• Apabila tiap–tiap koneksi di ukur teganganya, akan
menunjukkan besaran tegangan = 1/Ѵ 3 x 13.800 volts. =
7.970 volts, tegangan inilah yang di sebut tegangan fasa-fasa
atau tegangan line.
• Karena hubung delta, maka tidak ada kawat netral, sehingga
tidak di jumpai tegangan fasa-netral, yang ada, adalah
tegangan fasa-fasa.
• Kemudian masingmasing coil mampu di aliri arus sebesar =
654 Amper, dan Arus line atau arus yang keluar dari
generator = 654 x Ѵ3 = 1132 amper.
•116
Hubung Segitiga

Jika unit pembangkit di hubung secara delta, maka tegangan


kerja menjadi : 7.970 Volts, bukan :13.800 volts, dengan
kapasitas yang sama yaitu : MVA = KVxIx Ѵ3 → 7.970 x 1132 x
Ѵ3 = 15626 MVA.

•117
Generator Berbeban

• Generator bekerja berdasar prinsip pembangkitan


tegangan induksi atau Gaya Gerak Listrik (GGL) atau
Electro Motif Force (EMF) berdasar Hukum Faraday
(1883).
• Nilai tegangan induksi, tergantung dari jumlah lilitan
dan kuat medan atau fluks.
• Jumlah lilitan pada generator umumnya sudah standar
tegangan keluaran disesuaikan dengan kebutuhan
konsumen
• Untuk mengatur tegangan induksi dilakukan dengan
cara perubahan fluks medan magnit, untuk memperoleh
tegangan standard. •118
Rangkaian Ekivalen Generator

•119
Rangkaian Ekivalen Generator

a. Arus beban (Ia)


b. Tahanan jangkar (Ra)
c. Reaktansi bocor (XL)
d. Reaktansi akibat reaksi jangkar (Xa)
e. Reaktansi Sinkron (Xs)
f. Impedansi Sinkron (Zs)
g. Tegangan induksi/GGL (Eo)
h. Tegangan jala-jala (V)

•120
Paralel Generator

• Bila suatu generator mendapatkan pembebanan yang melebihi


dari kapasitasnya, maka dapat mengakibatkan generator tersebut
tidak bekerja atau bahkan akan mengalami kerusakan.
• Untuk mengatasi kebutuhan listrik atau beban yang terus
meningkat, bisa diatasi dengan menjalankan generator lain yang
kemudian dioperasikan secara paralel dengan generator yang
telah bekerja sebelumnya, pada satu jaringan listrik yang sama.
• Keuntungan dari menggabungkan 2 generator atau lebih dalam
suatu jaringan listrik adalah bila salah satu generator tiba-tiba
mengalami gangguan, maka generator tersebut dapat dihentikan
serta beban dialihkan pada generator lain, sehingga pemutusan
listrik secara total bisa dihindari.

•121
Electrical Control System (ECS)

Busbar
Dalam Sinkronisasi perlu
S1 S2 pemahaman peralatan,
persyaratan dan
pelaksanaan sinkronisasi
serta pengaruhnya
terhadap pembebanan dan
perubahan tegangan pada
G1 G1
waktu kerja paralel.

•122
Tujuan Paralel Generator
• Paralel Generator adalah menghubungkan atau
menggabungkan satu generator terhadap generator
yang lain yang sudah bergabung sebelumnya dengan
sistem.
• Sebagai terminal menampung daya dari beberapa
generator adalah gardu induk, atau Switchgear, yang
nantinya akan menyalurkan daya ke konsumen dengan
harapan pelayanan listrik tidak sering mati, kalau perlu
tidak pernah mati.

•123
Tujuan Paralel Generator

• Untuk menjaga kontinuitas pelayanan


• Untuk menambah kapasitas yang ada
• Mengurangi beban pada generator yang lain
• Perpindahan operasi unit pembangkit yang lain yang
harus dihentikan, misalnya untuk istirahat atau untuk
perbaikan
• Untuk menaggulangi apabila ada salah satu unit
pembangkit yang gagal dalam operasi.

•124
Syarat Paralel Generator

Untuk memparalel sebuah generator dengan generator lain


yang sudah terlebih dahulu melayani beban diperlukan bebera
persyaratan yaitu :

1. Urutan fasa harus sama

2. Tegangan terminal efektif harus sama

3. Frekuensi harus sama

4. Tegangan sesaat harus serempak / berimpit.

•125
Peralatan Sinkronisasi Generator

1. Lampu Sinkronoskop Ganda (Synchronizing


lamp)
2. Sinkronoskop Jarum
3. Volt meter ganda
4. Frekuensi meter ganda
5. Sinkron check rele (SYNCH. CHECK RELAY
DEVICE 25)
6. Saklar pemilih (SELECTOR SWITCH)
7. Saklar otomatis (AUTO SELECTOR SWITCH)

•126
Peralatan Sinkronisasi Generator

•127
Lampu Sinkronisasi Ganda
• Lampu sinkronisasi terdiri atas dua buah lampu pijar yang
terhubung serie yang berfungsi untuk memeriksa kesamaan
frekuensi tegangan antar bus-bar dengan generator yang akan
diparalel.
• Kedua lampu pijar ini akan membandingkan kedua frekuensi
tegangan yang juga memeriksa apakah putaran mesin sudah
sesuai atau layak untuk diparalelkan.
• Untuk menghindari keraguan mengenai ketelitian pengamatan,
terutama kemampuan tanggap mata pada perubahan kondisi
terang ke gelap, maka metoda yang lebih meyakinkan adalah
metoda gelap.
• Pada waktu lampu gelap, berarti frekuensi tegangan sesaat
bertemu disuatu titik, dan pada waktu lampu menyala terang,
gelombang tegangan terjadi beda sudut maksimum.
•128
Lampu Sinkronisasi Ganda

• Pada kondisi lampu nyala dan terjadi kedip-kedip


terlalu sering menandakan bahwa generator belum siap
untuk diparalel.
• Pada kondisi ini sangat tidak dianjurkan untuk
memasukkan kondisi semacam ini ke arah sinkron.
• Aturlah putaran mesin, dan mendapatkan nyala dan
gelap lampu begitu pelan yang dapat diikuti oleh
pandangan mata.

•129
Lampu Cahaya Putar

• Dengan rangkaian pada


gambar 1, pilih lampu dengan
tegangan kerja dua kali
tegangan fasa-netral generator
atau gunakan dua lampu yang
dihubungkan secara seri.
• Dalam keadaan saklar S
terbuka operasikan generator,
kemudian lihat urutan nyala
lampu.
• Urutan lampu akan berubah
menurut urutan L1 - L2 - L3 -
L1 - L2 - L3.
•130
Lampu Cahaya Putar

• Gambar a. L1 paling terang, L2 terang, dan L3 redup.


• Gambar b, pada keadaan ini: L2 paling terang, L1
terang dan L3 terang
• Gambar c, pada keadaan ini,
• L1 dan L2 sama terang
• L3 Gelap dan Voltmeter=0 V

Pada saat kondisi ini maka generator dapat diparalelkan


dengan jala-jala (generator lain).

•131
Sinkronoskop Jarum

• Metoda lampu terang–


gelap masih terdapat
kemungkinan
ketidakcermatan petugas
operasi dalam mengamati
peralihan terang ke gelap.
• Oleh sebab itu biasanya
peralatan Sinkronisasi
masih dilengkapi dengan
adanya ”Sinkronoskop
Jarum”.
•132
Sinkronoskop Jarum

• Sinkronoskop merupakan sebuah motor induksi yang


mempunyai kecepatan putar dan arahnya tergantung
pada perbedaan frekuensi tegangan antar busbar
dengan generator incoming.
• Rotor pada motor induksi ini dihubungkan kesebuah
jarum yang dapat berputar bebas, baik arah jarum jam
atau sebaliknya.
• Bila jarum berputar kearah searah jarum jam ( CW ),
bertanda ” FAST ”, menandakan putaran mesin atau
fekuensi dari generator in coming lebih besar dari pada
bus-bar.
•133
Sinkronoskop Jarum

• Bila jarum berputar kearah berlawanan (CCW), bertanda


”SLOW ”, menandakan putaran mesin atau frekuensi generator
lebih rendah daripada frekuensi bus-bar.
• Karena frekuensi tegangan bus-bar merupakan frekuensi
referensi yang harus diikuti, maka pengaturan putaran generator
mutlak harus dilakukan untuk menyesuaikan terhadap frekuensi
referensi.
• Putaran lampu frekuensi generator incoming diharapkan sedikit
lebih tinggi dari pada bus-bar, sehingga jarum berputar ke arah
FAST dengan perlahan-lahan, yang dapat diikuti oleh pandangan
mata.
• Disamping itu, agar sesaat setelah paralel terjadi, generator
langsung menyalurkan daya.
•134
Voltmeter Ganda

• Dua buah voltmeter untuk memeriksa besaran tegangan dari


kedua sistem, yaitu (bus bar dengan generator incoming).
• Voltmeter bisa berupa penunjukan jarum, tetapi kurang persisi,
dan yang lebih teliti kalau dengan Voltmeter digital.
• Walupun penunjukkan harga tegangan pada volt meter adalah
13,8 KV, namun sebetulnya yang masuk ke peralatan Volt meter
adalah 115V – 118 VAC, tiga fasa harga efektifnya.
• Umumnya tegangan yang menuju ke panel Main Control Room
(MCR), maupun tegangan yang digunakan baik untuk referensi
maupun keperluan Sinkronisasi adalah tegangan rendah (110–
120V AC), yang telah di transform dari 14 KV ke 120 Volt.

•135
Frekuensi Meter Ganda

• Frekuensi meter diperlukan untuk memeriksa frekuensi


kedua sisi
• Pada umumnya bila putaran mesin generator incoming
sudah mencapai 3000 RPM, maka frekuensinya juga
sudah 50 HZ.

•136
Rele Cek Sinkron (Device 25)

• Rele Cek Sinkron mempunyai prinsip kerja yang hampir


sama dengan Sinkronoskope
• Rele bekerja dengan cara membandingkan frekuensi
tegangan dari kedua sisi.
• Ditinjau dari cara kerjanya Sinkron Check rele ada
beberapa jenis yang digunakan diantaranya :
✓ Jenis ”Dead Bus” digunakan untuk memparalel antar
generator
✓ Jenis “Dead Bus and Dead Line” digunakan untuk
memparalel antar bus-bar 13,8KV.
✓ Jenis “Dead Dead Bus” digunakan untuk memparalel
antar bus 34,5 KV.
•137
Rele Cek Sinkron Jenis Dead Bus

• Sinkron check rele jenis “Dead Bus” artinya : Bila bus-bar dalam
kondisi mati (belum ada tegangan), kemudian suppli dari
generator sudah ada, maka rele ini mengizinkan masuk tanpa
harus ada persyaratan lain.
• Sebagai contoh : Semua Switchgear 13,8 KV mati termasuk
30PS-1 (Bus - 1), kemudian diesel Generator dihidupkan dan
hendak disinkron terhadap Bus -1, maka kontak rele sinkron
check langsung menutup dan mengizinkan circuit Breaker untuk
masuk tanpa ada persyaratan.
• Tetapi apabila Generator 31PG-2 juga ingin diparalel terhadap
Bus-1, maka persyaratan sinkron harus dipenuhi, sebab pada
Bus-1 sudah ada tegangan terlebih dahulu.
• Dengan demikian Generator 31PG-2 harus diparalel terhadap
Generator 31PG-1 lewat bus-bar 30PS -1, sesusi dengan aturan.•138
Saklar Pemilih (Selector Switch)

• Saklar pemilih atau Selector Switch untuk memilih


generator yang akan di paralelkan dengan sistem.
• Selain untuk rangkaian permissive close, peralan ini
juga sekaligus membandingkan tegangan generator
yang akan disinkron terhadap tegangan Bus-bar.
• Pada saat itulah lampu sinkron, synchronascope, volt
meter dan frekuensi meter pada peralatan sinkronisasi
akan bekerja, membandingkan input frekuensi
tegangan dari kedua sisi.

•139
Generator Berbeban

• Generator bekerja berdasar prinsip pembangkitan


tegangan induksi atau Gaya Gerak Listrik (GGL) atau
Electro Motif Force (EMF) berdasar Hukum Faraday
(1883).
• Nilai tegangan induksi, tergantung dari jumlah lilitan
dan kuat medan atau fluks.
• Jumlah lilitan pada generator umumnya sudah standar
tegangan keluaran disesuaikan dengan kebutuhan
konsumen
• Untuk mengatur tegangan induksi dilakukan dengan
cara perubahan fluks medan magnit, untuk memperoleh
tegangan standard. •140
Rangkaian Ekivalen Generator

•141
Rangkaian Ekivalen Generator

a. Arus beban (Ia)


b. Tahanan jangkar (Ra)
c. Reaktansi bocor (XL)
d. Reaktansi akibat reaksi jangkar (Xa)
e. Reaktansi Sinkron (Xs)
f. Impedansi Sinkron (Zs)
g. Tegangan induksi/GGL (Eo)
h. Tegangan jala-jala (V)

•142
Arus Jangkar (Arus Beban Ia)

• Arus jangkar atau juga disebut arus beban terjadi karena


adanya beban.
• Bila tidak ada beban maka arus jangkar sama dengan
nol
• Nilai arus jangkar tergantung dari beban.
• Arus jangkar berperan untuk mencari harga tegangan
induksi.
• Tegangan induksi akan sama dengan tegangan terminal
saat beban nol (tidak berbeban).

•143
Tahanan Jangkar (Ra)

• Suatu kumparan jangkar baik yang terletak di rotor maupun


di stator yang merupakan gulungan penghantar dan terbuat
dari tembaga tentu mempunyai tahanan (Resistansi).
• Nilai tahanan ini tergantung dari, tahanan jenis bahan
(Resistivity), panjang penghantar, penampang kawat
penghantar dan berpengaruh terhadap suhu.
• Pengukuran praktis biasanya dilakukan saat Generator mati,
dengan peralatan ”Jembatan Wheatstone ” diperoleh nilai
tahanan aliran arus searah.
• Pada kondisi kerja arus jangkar yang mengalir berbentuk
Sinusoidal dengan frekwensi 50 atau 60 HZ, dengan
demikian harga tahanan sesungguhnya adalah 1,6 kali nilai
tahanan arus searah atau hasil pengukuran tadi.
•144
Tahanan Jangkar (Ra)
• Tahanan jangkar akan menimbulkan drop tegangan
akibat mengalir nya arus jangkar.
• Nilai drop tegangan yang diakibatkan oleh tahanan
jangkar tergantung dari hasil perkalian arus jangkar
yang sefasa terhadap V.

•145
Reaktansi Bocor (XL)

• Reaktansi bocor adalah fluks jangkar yang terbentuk dari


aliran arus jangkar yang tidak memotong celah udara antara
rotor dan stator.
• Fluks ini disebut fluks bocor, yang akan membentuk ggl
reaktansi tandingan akibat adanya induksi sendiri.
• Ggl reaktansi ini mendahului arus jangkar dengan sudut 90o,
yang dapat menimbulkan kerugian tegangan.
• Besarnya jatuh tegangan (voltage drop) akibat dari fluks
bocor tergantung dari perkalian arus jangkar.

•146
Reaktansi Jangkar (Xa)

• Reaksi jangkar adalah terbentuknya fluks jangkar yang


berinteraksi dengan fluks utama yang selalu berlangsung
dengan hasil sesuai dengan sudut daya arus jangkar.
• Besarnya drop tegangan pada reaksi jangkar akan
menyebabkan perubahan tegangan terminal.
• Reaktansi ini disebut Reaktansi akibat reaksi jangkar.

•147
Reaktansi Sinkron ( Xs )
Reaktansi Sinkron terdiri atas reaktansi bocor (XL) dengan
reaktansi akibat reaksi jangkar (Xa).

Untuk mendapatkan besarnya reaktasi sinkron, biasanya


dilakukan dengan dua macam percobaan yaitu :

- Percobaan Beban Kosong

- Percobaan Hubung Singkat

Pada hasil kedua percobaan diatas didapat besaran impedansi


sinkron ( Zs ).

Dengan menggunakan metoda pitagoras maka besaran


reaktansi sinkron dapat dicari

•148
Reaktansi Sinkron (Xs)

Jatuh tegangan pada reaktasi sinkron ini banyak berpengaruh


terhadap tegangan terminal generator.

( V drop = Ia. Xs ).

Tegangan jatuh akibat reaktansi sinkron in bisa menambah dan


juga bisa mengurangi tegangan terminal, tergantung dari sifat
arus beban.

•149
Tegangan Induksi (Eo)

• Tegangan induksi atau umumnya disebut gaya gerak


listrik (GGL) atau Electro Motive Force (EMF), adalah
suatu tegangan hasil interaksi induksi dari kumparan
medan kekumparan jangkar.
• Besarnya tegangan induksi tergantung dari perubahan
fluxi di kumparan medan, tetapi juga tergantung dari
besaran arus jangkar.
• Yang artinya bukan berarti bila arus jangkar naik
kemudian tegangan induksi ikut naik, tetapi tergantung
dari sifat arus beban.

•150
Tegangan Terminal (V)

• Tegangan terminal atau juga disebut tegangan jala-jala adalah


merupakan tegangan kerja standar, yang diukur dengan harga
efektif.
• Tegangan kerja inilah yang biasanya dijaga konstan baik
adanya perubahan beban maupun perubahan putaran.
• Untuk menjaga supaya konstant pada tegangan terminal inilah
maka setiap pembangkitan dilengkapi dengan adanya
Automatic Voltage Regulator (AVR).
• Tugas lain AVR selain menjaga tegangan terminal konstan
terhadap perubahan beban, juga mengatur daya reaktif dari
suatu pembangkit, yang erat hubungannya dengan faktor daya.

•151
Tegangan Terminal (V)
• Tegangan induksi tidak dapat diukur langsung, tetapi dapat
dihitung melalui percobaan-percobaan pembebanan.
• Tegangan terminal merupakan tegangan kerja yang dikenal
selama ini, dan tegangan ini diperoleh dari tegangan induksi
(GGL) setelah melewati beberapa kerugian tegangan pada
tahanan jangkar dan reaktansi jangkar.
• Secara matematis bahwa tegangan induksi (Eo) akan lebih besar
dari pada tegangan terminal (V) sebab, ada kerugian tegangan
jatuh pada impedansi sinkron.

Atau

•152
Tegangan Terminal (V)

• Sifat parameter-parameter dan besaran listrik tidak linier


karena mempunyai besar dan arah yang disebut dengan
istilah vektor.
• Perhitungan nilai parameter listrik seperti tegangan, arus,
reaktansi, impedansi, daya dan faktor daya harus
menggunakan sistem bilangan kompleks.
• Bilangan kompleks terdiri dari bilangan nyata (Real) dan
bilangan khayal (Imaginair) dapat dipecahkan menjadi
bentuk persegi (Rectangular) dan bentuk kutub (Polar).
• Gabungan dari kedua bentuk diatas, segala persoalan
tentang listrik relatif, dengan mudah dapat dipecahkan.

•153
BEBAN RESISTIVE
Pada beban resistive murni, arus jangkar ( Ia ) se fasa atau
berimpit terhadap tegangan terminal ( V ) dan mempunyai
faktor daya satu ( Unity Power Factor ).

Gambar : 19. memperlihatkan diagram vektor beban resistip

•154
Beban Resistif
Berdasarkan diagram vektor diatas, dapat dilihat bahwa arus
jangkar ( Ia ) sejajar dengan tegangan terminal (V).

Drop tegangan pada kumparan (Ia,Ra) juga sejajar dengan V.

Drop tegangan pada reaktansi Sinkron ( Ia.Xs ) tegak lurus


terhadap V, maka bila ditarik garis diagonal akan membentuk
segitiga siku-siku.

Harga tegangan induksi ( Eo ) dapat dihitung melalui


persamaan pitagoras.

Bila dihitung dengan bilangan komplex, maka

•155
Beban Resistif

Hasil dari perhitungan Vektoris diperoleh bahwa tegangan


induksi (Eo) lebih besar daripada tegangan terminal (V)

Dimana :

Eo = ggl yang dibangkitkan


V = tegangan terminal ( jala-jala )
Ia = Arus Jangkar ( arus beban )
Xs = Reaktansi Sinkron
Zs = Impedansi Sinkron
Ia. Ra = Droop tegangan pada kumparan
Ia. Xs = Drop tegangan pada Reaktansi

•156
BEBAN INDUCTIF
Pada beban inductive, arus jangkar tertinggal terhadap tegangan
terminal (V) sebesar sudut Ø, dan mempunyai faktor daya lagging
( Lagging Power Factor ).

•157
Berdasarkan diagram vektor diatas, dapat dilihat bahwa arus
jangkar tertinggal terhadap tegangan terminal sebesar sudut
Ø.

Drop tegangan pada kumparan (Ia.Ra) tidak sejajar dengan V,


tetapi sejajar dengan arus jangkar ( Ia ).

Drop tegangan pada Reaktansi Sinkron (Ia Xs) tegak lurus


terhadap drop tegangan pada kumparan, bukan pada V.

Oleh sebab itu untuk menghitung ggl terinduksi harus dengan


bantuan ilmu ukur sudut ( Trigoneometris ), kemudian
dilanjutkan dengan metode pitagoras.

Bila dihitung dengan metode bilangan komplex. Maka :

Hasil dari perhitungan vektoris diperoleh bahwa tegangan


induksi jauh lebih besar daripada tegangan terminal ( Eo > V ).
•158
BEBAN KAPASITIF
Pada beban kapasitive, arus jangkar (Ia) mendahului terhadap
tegangan terminal (V) sebesar sudut φ, dan mempunyai faktor
daya leading (Leading Power Factor).

•159
Gambar : 21. Memperlihatkan
diagram vektor beban kapasitiv
•160
Beban Kapasitif

• Berdasarkan diagram vektor diatas, dapat dijelaskan bahwa arus


jangkar mendahului terhadap tegangan terminal sebesar sudut
φ.
• Drop tegangan pada kumparan (Ia.Ra) tidak sejajar terhadap V,
tetapi sejajar dengan arus jangkar ( Ia ).
• Drop tegangan pada Reaktansi Sinkron (Ia.Xs) tegak lurus
terhadap drop tegangan pada kumparan, bukan pada V.
• Dari diagram vektor baik beban Resistive, induktip maupun
kapasitip, semua aturan perhitungan untuk mencari tegangan
induksi adalah sama, yang membedakan adalah arah arus
beban.
• Dengan demikian hasil tegangan induksi (Eo) bisa saja terjadi
lebih kecil dari pada tegangan terminal ( V ).
•161
Beban Kapasitif

Ggl terinduksi dapat dihitung dengan bantuan ilmu ukur sudut


(goneometris) kemudian dilanjutkan dengan metode pitagoras.

Bila dihitung dengan metode bilangan komplex, maka :

•162
Beban Kapasitif
• Metode pengaturan tegangan dari ketiga percobaan pembebanan
diatas dapat disimpulkan bahwa besaran tegangan induksi ( ggl ) tidak
sama terhadap setiap pembebanan dengan referensi tegangan terminal
( V ) konstant.
• Atau besaran tegangan terminal (V) akan selalu berubah pada
berbagai pembebanan yang berbeda pada referensi tegangan induksi (
Eo ) konstant.
• Dengan memperhatikan perubahan tegangan induksi ( Eo ) untuk
faktor kerja yang berbeda-beda, karakteristik tegangan terminal ( V )
terhadap arus jangkar ( Ia ) dapat digambarkan sebagai berikut.
• Pengaturan tegangan adalah perubahan tegangan induksi Alternator (
Eo ) antara keadaan beban kosong dengan beban penuh, atau
umumnya disebut Regulasi tegangan ( Zukan DTL. Hal 57 ).
• Regulasi tegangan dinyatakan persentase antara tegangan jatuh pada
impedansi sinkron dibagi dengan terminal.
•163
Beban Kapasitif

Regulasi tegangan dapat ditulis sebagai berikut :

Dimana :

Eo : Tegangan induksi

V : Tegangan terminal

Eo – V : Merupakan jatuh tegangan pada impedansi sinkron (


Zs ).

•164
Contoh Perhitungan Generator
• Suatu Generator satu fasa 200 KVA, 2000 V, 50 Hz, 750 RPM.
Tahanan jangkar diukur dengan jembatan wheatstone sebesar
0,5 ohm.
• Test hubung singkat dengan arus penguatan 2,5 Amper.
• Menghasilkan arus beban penuh sebesar 100 Amper.
• Test beban kosong dengan arus penguatan yang sama
menghasilkan tegangan ( Vo ) = 500 Volt.
• Tahanan jangkar diukur dengan jembatan weastone sebesar 0,5
ohm, berarti sama dengan 0,5 X 1,6 = 0,8 ohm.
• Impedasi sinkron dapat dicari dari hasil percobaan hubung
singkat dan percobaan beban kosong.

•165
Contoh Kasus Perhitungan

Ditanyakan :
1. Berapa jumlah kutub ?
2. Berapa Impedansi Sinkron ( Zs ) ?
3. Berapa Reaktansi Sinkron ( Xs ) ?
4. Berapa tegangan induksi (Eo) pada faktor daya-1.?,
dan hitung regulasi tegangannya.
5. Berapa tegangan induksi (Eo) pada faktor daya-0,8
lagging ? dan hitung regulasi tegangannya.
6. Berapa tegangan induksi (Eo) pada faktor daya-0,8
leading.? dan hitung regulasi tegangannya.

•166
Jawaban :

a. Mencari jumlah kutub :

b. Mencari Impedansi sinkron ( Zs )

c. Mencari Reaktansi sinkron (Xs)

Drop tegangan pada kumparan = ( Ia.Ra ) = 100 x 0,8 = 80 Volt.

Drop tegangan pada Reaktansi = ( Ia.Xs ) = 100 x 4,936 = 493,6


Volt
•167
d. Mencari tegangan induksi Eo pada Faktor daya 1

Regulasi tegangan pada Faktor daya 1

e. Mencari tegangan induksi Eo. pada Faktor daya = 0,8 lag.

•168
Regulasi tegangan untuk faktor daya = 0,8 lagging

Disini didapat bahwa tegangan terminal ( V ) jauh lebih kecil


dibandingkan tegangan induksi ( Eo ), atau bila V merupakan
tegangan konstant maka diperlukan tegangan induksi yang
lebih besar pada faktor daya beban lagging.
f. Mencari tegangan induksi Eo pada Faktor daya = 0,8
leading.

Regulasi tegangan untuk faktor daya 0.8 leading

•169
Contoh Kasus
• Disini didapat bahwa tegangan terminal (V) lebih besar dari
pada tegangan induksi Eo.
• Atau bila V merupakan tegangan terminal konstan, maka
tegangan induksi lebih kecil dari pada tegangan terminal.
• Mengapa hal ini bisa terjadi ?
• Dalam operasi Generator, hal ini yang umumnya disebut dengan
penguatan kurang atau Under Excitation.
• Timbulnya Under Excitation karena Generator menerima daya
reaktif dari bus-bar, atau tegangan bus-bar lebih besar dari pada
tegangan terminal generator.
• Oleh sebab itu didalam mengoperasikan beberapa unit generator,
power faktor dari masing - masing generator dijaga sedemikian
rupa antara 0,6 - 0,9 laging, supaya tidak terjadi penguatan
kurang atau Under Excitation.
•170
PROTEKSI GENERATOR

•171
Proteksi Generator

• Pembangkit listrik dirancang untuk menghasilkan energi listrik


dengan jumlah dan mutu yang cukup baik untuk disalurkan ke
konsumen.
• Disamping itu keandalan sistem sangat diperlukan terutama
untuk menjaga kontinuitas pelayanan, sehingga baik
perencanaan maupun pemeliharaan peralatan harus di perhatikan
untuk mencegah terjadinya gangguan.
• Untuk itu diperlukan sistem pengaman yang harus dapat
diandalkan.
• Sistem Tenaga Listrik perlu diproteksi dengan pengaman utama
dan pengaman cadangan

•172
Proteksi Generator
• Rele pengaman adalah suatu alat perlengkapan yang di rancang
untuk mengamankan suatu sistim pembangkit tenaga listrik dan
seluruh jaringannya, dari gangguan atau kerusakan yang timbul
akibat dari berbagai gangguan.
• Pada prinsipnya Rele pengaman dipasang untuk mendeteksi
adanya gangguan yang terjadi pada sistim pembangkit listrik,
beserta jaringannya, di mana kerjanya berdasarkan
membandingkan besaran gangguan tersebut dengan suatu
keadaan normal.
• Nilai perbedaan tersebut dikembangkan untuk menggerakan
triping coil pada rele proteksi, kemudian memerintahkan circuit
breaker untuk membuka.
• Jadi rele pengaman diharapkan hanya akan bekerja pasa saat
keadaan tidak normal saja, sedang pada keadaan normal, rele
pengaman seolah-olah hanya berfungsi sebagai penjaga saja. •173
Proteksi Generator

• Ada banyak jenis dan merk peralatan proteksi termasuk model


rele pengaman, namun pada prinsipnya fungsi rele pengaman ini
relative sama : yaitu sebagai sarana pemberi komando yang
pertama bila sistim mengalami gangguan, dengan tujuan :
• Mengisolir daerah gangguan
• Menginformasikan dimana lokasi gangguan yang terjadi
• Mengamankan sistem dari pengaruh gangguan.
• Sensor rele umumnya dari arus yang sudah di reduksi melalui
trafo arus (CT), dengan rasio optimal kapasitas arus sekunder
dengan output 5 amper, dan juga dari tegangan dengan rasio
optimal tegangan ke 120 VAC., juga bisa dari frekuensi dan
temperature.

•174
Proteksi Generator

Prinsip dasar kerja rele proteksi


•175
Proteksi Generator

• Dalam keadaan normal sersor berupa : arus, tegangan,


frekuensi, temperatur, tidak mampu menggerakkan kontak rele.

• Tetapi manakala rele merasakan adanya input di luar setting


yang telah di tentukan, maka rele akan menggerakkan kontak
untuk menutup, sehingga terjadilah rangkaian tertutup.

• Karena power DC dari battery sudah standby, maka triping colil


yang berada di breaker, menarik tuas untuk melepas kontak
pemutus daya (Circuit breaker).

•176
Syarat Peralatan Proteksi Generator
Selektif
• Rele pengaman diharapkan mempunyai selektivitas
yang tinggi. Artinya mempunyai kemampuan memilih
untuk mengisolir daerah gangguan dan mengamankan
sistim yang masih bekerja.
• Selain itu diharapkan dapat membedakan keadaan
gangguan secara teliti, apakah gangguan itu masih
dalam keadaan normal atau sudah melampaui batas
yang telah ditetapkan.
• Secara keseluruhan, rele pengaman diharapkan hanya
mengisolir derah gangguan dan pada saat yang tidak
normal saja. •177
Syarat Peralatan Proteksi Generator

Kecepatan Bereaksi ( Waktu Kerja )


• Waktu kerja adalah waktu yang diperlukan dari mulai gangguan
terjadi, hingga bekerjanya circuit breaker untuk mengisolir
daerah gangguan.
• Waktu operasi dapat ditulis dalam persamaan berikut :

•178
Syarat Peralatan Proteksi Generator

• Waktu operasi yang cepat diharapkan selain untuk


menghindari kerusakan yang lebih fatal, juga dapat
mengamankan sistem dari pengaruh-pengaruh gangguan
yang berkepanjangan.
• Waktu operasi ini tidak hanya dipentingkan masalah
kecepatan saja.
• Rele pengaman juga dituntut untuk mempertimbangkan
apakah gangguan yang terjadi tersebut benar-benar akibat
gangguan berupa hubungan singkat atau kelebihan beban
(over load).
• Atau hanya sekedar arus lebih yang diakibatkan karena
sistim start beban yang besar, di rasakan perubahan beban
secara mendadak (fluctuation load).
•179
Syarat Peralatan Proteksi Generator

Sensitif ( kepekaan )
• Setiap rele pengaman yang baik diharapkan mempunyai
kepekaan kerja yang tinggi.

• Rele tersebut diharapkan dapat bekerja sedini mungkin,


pada saat arus gangguan yang mengalir sekecil apapun
pada daerah yang hendak diamankan.

•180
Syarat Peralatan Proteksi Generator

Stabil
• Rele pengaman di tuntut mempunyai stabilitas yang
tinggi.
• Rele pengaman di tuntut untuk selalu berada dalam
kondisi yang prima serta keandalan yang maxsimum
walaupun dalam keadaan gangguan yang sekecil
mungkin.

•181
Syarat Peralatan Proteksi Generator

Reliable (Handal)
• Rele pengaman harus selalu berada dalam kondisi yang
dapat di andalkan.

• Rele pengaman hanya bekerja pada saat-saat tertentu saja,


maka rele pengaman harus dapat bekerja pada saat yang
dibutuhkan saja.

• Jangan sampai terjadi bahwa rele tidak bekerja pada saat


gangguan terjadi atau bahkan sudah bekerja walau tidak
terdapat suatu gangguan sekalipun.
•182
Syarat Peralatan Proteksi Generator
• Keandalan suatu rele ini di pengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain :

✓ Trafo Arus atau trafo teganggan yang tidak bekerja dengan


baik.
✓ Sumber DC (batere ) sebagai pengerak circuit breaker.
✓ Faktor manusia yang mempengaruhinya antara lain
pemeliharaan, sistem instalasi, dan perencanaan yang teliti.

• Syarat-syarat di atas adalah syarat pokok yang harus dipenuhi


oleh suatu rele pengaman, di samping perlu menambahkan lagi
faktor ekonomis, dimana suatu rele di harapkan selalu berada
dalam keadaan yang prima serta kemampuan kerja yang
maximum, walau hanya memerlukan suatu biaya pemeliharaan
dan operasi yang sekecil mungkin. •183
Proteksi Generator

• Pada sistem tenaga listrik, generator merupakan suatu peralatan


awal yang sangat besar pengaruhnya terhadap kondisi sistem,
dan diklasifikasikan sebagai peralan yang relatif mahal, serta
bagian yang lebih banyak mengalami gangguan daripada
peralatan listrik lainnya.
• Oleh sebab itu, untuk mengurangi kerusakan akibat gangguan
yang timbul baik internal maupun external, maka di pasang rele
pengaman sebanyak mungkin, dengan harapan dapat mendeteksi
terhadap gangguan sekecil apapun, namun hal ini belum bisa
menjamin kehandalan dari sistem pengaman.
• Gangguan yang sering terjadi adalah kegagalan isolasi, baik pada
belitan stator generator, maupun pada busbar, dan juga pada
jaringan distribusi.
•184
Proteksi Generator
• Sebab di manapun gangguan terjadi, maka yang paling banyak
merasakan adalah di bagian pangkal, yaitu Generator.
• Kerusakan isolasi bisa terjadi akibat dari panas yang berlebihan,
karena ada arus yang besar melebihi dari kapasitasnya, dan
berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga
menimbulkan panas yang berlebihan ( I2RT ).
• Untuk mengatasi hal tersebut, umumnya sebuah generator
dipasang hambatan arus pada titik bintangnya yang berupa
Resistor ( High Resistant Grounding ).
• Akibat dari imbas petir juga bisa mengakibatkan kerusakan
isolasi, karena over voltage yang terjadi pada jaringan distribusi.
• Oleh sebab itu setiap Generator di pasang Surge Arrestor, yang
fungsinya untuk memotong inpuls tegangan tinggi.
• Umumnya rele proteksi generator di bedakan menjadi dua bagian
yaitu : Gangguan internal dan Gangguan external
•185
Gangguan Eksternal

Gangguan External adalah gangguan yang terjadi di luar


Pembangkait secara keseluruhan, yaitu di internal generator dan
Turbin. misalnya :
• Gangguan daya balik
• Gangguan Arus tak seimbang
• Gangguan over Current
• Gangguan hubung singkat pada jaringan
• Gangguan tanah pada jaringan
• Gangguan lainnya

•186
Gangguan Internal
Gangguan Internal adalah gangguan yang terjadi di dalam Genertor
itu sendiri, maupun gangguan yang terjadi pda Turbin, misalnya. :
• Gangguan Hubung singkat pada lilitan stator.
• Gangguan tanah pada lilitan stator
• Kehilangan medan penguat
• Kegalan operational Turbine

Dengan membedakan apakah gangguan terjadi pada internal,


maupun eksternal, maka selain rele proteksi itu sendiri energize,
juga bisa di lihat apakah pemutus daya saja yang lepas, atau
termasuk turbinnya yang trip.

Dengan demikian dapat di ambil kesimpulan, bahwa : apabila turbin


trip, maka pemutus daya pasti lepas, tetapi bila pemutus daya lepas,
belum tentu turbin trip. •187
Rele Proteksi Generator
Berikut adalah : Contoh data sheet Synchronous Generator

•188
Proteksi Generator
• Pada umumnya Rele Proteksi pada Generator di power plant minimal
ada 10 unit yang berfungsi sebagai pengaman utama dan juga sebagai
cadangan (back up).

• Berikut macam macam rele pengaman yang akan di uraikan satu


persatu fungsi dan cara kerjanya.

•189
Rele Daya Balik (Power Reverse)

• Rele daya balik (Anti Motoring Rele) berfungsi sebagai


pengaman generator dan juga sebagai pengaman
penggeraknya (steam turbine).
• Terjadinya motoring karena adanya kegagalan governor,
atau keterlambatan operator untuk menaikan beban saat
awal generator di paralel, mengakibatkan aliran daya
nyata dari sistem yang menuju balik ke generator.
• Kehilangan aliran uap juga mengakibatkan hilangnya
kemampuan putaran mesin turbine, sehingga generator
yang seharusnya memberi daya, sebaliknya menerima
daya dari sistem atau dengan kata lain generator
beroperasi sebagai motor sinkron.
•190
Pengaman Daya Balik Penggerak Mula
BUS GEN.

CT
SISTEM
GEN. PT

32

40

• PENYEBAB:
PRIME-MOVER DARI SALAH SATU GENERATOR RUSAK ,
MENGAKIBATKAN GENERATOR TIDAK BERPUTAR.

• AKIBAT:
ADA PASOKAN LISTRIK DARI GENERATOR LAIN ATAU SISTEM
SEHINGGA GENERATOR MENJADI MOTOR.
• PENGAMAN --→ REVERSE POWER (32)
Syarat Peralatan Proteksi Generator

• Minal Daya aktif minimum yang diizinkan masuk ke genarator


sebesar : 55 KW, dalam waktu maximum : 5 detik.
• Artinya jika dalam waktu 5 detik generator masih tetap
menerima daya balik sebesar : 55 KW, maka Reverse Power
Relay (32) akan bekerja (pick up).
• Kemudian rele daya balik ini akan memberi isyarat/sinyal
perintah ke pemutus daya (circuit breaker) untuk selanjutnya
membuka (trip) dengan waktu tertentu.
• Penundaan waktu sangat diperlukan untuk menjaga agar rele
tidak bekerja akibat guncangan peralihan pada sistem (transient
swing) atau pada saat generator di paralelkan dengan sistem.

•192
Rele Loss of Excitation

• Generator yang sedang berbeban, lalu kehilangan


medan penguat, maka kopling magnet antara rotor dan
stator akan menjadi lemah.
• Hal ini berakibat putaran rotor akan mendahului medan
magnet stator, sehingga sistem menjadi kehilangan
sinkronisasi.
• Jika keadaan ini dibiarkan berlangsung lama maka akan
membahayakan operasi generator itu sendiri, sehingga
generator bekerja sebagai motor induksi.

•193
Rele Loss Of Excitation
BUS GEN.

CT
SISTEM
GEN. PT

32

40

 PENYEBAB: Hilangnya eksitasi


 AKIBAT:
 Daya reaktif balik dari sistem masuk ke generator,
atau generator menyerap var sistem
 Memanaskan ujung belitan generator
 PENGAMAN --→ LOSS OF EXCITATION (40)
Rele Urutan Negatif (Device 46)

• Rele proteksi ini, untuk melindungi Generator dari


gangguan external.
• Umumnya gangguan pada jaringan berupa : gangguan
fasa ke fasa, atau fasa ke ground maupun beban yang
tidak seimbang akan membangkitkan arus urutan fasa
negatif (I2) pada stator.
• Arus tersebut akan membentuk perputaran medan
magnet/fluksi pada air gap dan terjadi berlawanan dengan
fluksi rotor.
• Atau dapat dikatakan menimbulkan arus frekuensi ganda
(double frequency eddy current) pada inti rotor, yang
mengakibatkan pemanasan pada rotor.

•195
Proteksi Generator
• Pemanasan di rotor sebanding dengan resistans rotor pada dua
kali sistem frekuensi.

• Bila terjadi gangguan seperti diatas, maka rele urutan Fasa


Negative energize, kemudian memerintahkan Mains breaker
untuk melepaskan beban, sebelum generator mencapai panas
yang berlebihan.

•196
Pengaman Temperatur Generator

GEN.
CB

NEG.SEQ
FILTER

OCR

 PENYEBAB:
KETIDAK SEIMBANGAN ARUS FASA BEBAN

 AKIBAT:
MEMANAS KAN ROTOR GENERATOR BILA BERTAHAN LAMA

 PENGAMAN : NEGATIVE SEQUENCE RELAY ( 46)


Rele Arus Lebih (Device 51)

• Rele ini berguna untuk melindungi Generator dari gangguan


external.
• Berfungsi untuk mengamankan generator terhadap gangguan
hubung singkat pada jaringan distribusi (pada sistem).
• Pada saat terjadi gangguan hubung singkat biasanya diikuti
jatuhnya tegangan pada pada saluran transmisi.
• Apabila hal ini terjadi mestinya yang berperan adalah pengaman
saluran utama pada (rele pengaman feeder).
• Tetapi bila pengamn ffeder gagal maka rele arus lebih control
tegangan akan ambil alih, dan melepaskan pemutus daya (circuit
breaker) generator tanpa harus menghentikan penggerak mula
atau turbin.

•198
Rele Gangguan Tanah (Device 51GN)

• Rele ini berfungsi untuk melindungi Generator dari gangguan


external.
• Berfungsi untuk mengamankan generator terhadap gangguan
hubung singkat fasa ke tanah, pada jaringan distribusi (pada
sistem).
• Sensor di ambil dari satu unit CT : 100/5, yang di pasang pada
kawat netral Generator.
• Walaupun gangguan hubung singkat pada jaringan distribusi
sudah di jaring oleh Rele Device 46, melalui besaran arus beban,
namun rele ini menjaring arus bocor lewat kawat netral.
• Oleh sebab itu ground fault rele device 51GN di anggap sebagai
back up dari rele device 46.

•199
Pengaman Stator Ke Tanah
BUS GEN.

TRF CB
Beban
Rn GEN.
CT

OCR 51N

 PENYEBAB:
Terjadi kebocoran isolasi di stator, sehingga terjadi gangguan hubung
Singkat fasa ketanah antara stator dan tanah

 AKIBAT:
Kerusakan pada belitan stator

 PENGAMAN: PENGAMAN ARUS LEBIH (51N)

14
Rele Differensial Device 87G
• Rele ini berfungsi untuk melindungi Generator dari gangguan
internal.
• Berfungsi untuk mengamankan generator terhadap gangguan
hubung singkat fasa-fasa, dan fasa ke tanah pada winding
generator.
• Rele diferensial merupakan suatu rele yang bekerjanya
berdasarkan perbedaan arus yang mengalir lewat rangkaian
tertutup.
• Prinsip kerjanya cukup hanya membandingkan besaran arus
sekunder pada CT, dari daerah yang di batasi.
• Pada saat normal, arus sekunder sama besar, sehingga rele tidak
bekerja. tetapi pada saat ada gangguan, selain arus nya tidak
sama, arahnya juga berlawanan, sehingga operting coil menerima
arus sebesar penjumlahan dari kedua CT.
•201
Rele Differensial Generator

GEN.
CB

SET

DIFERENSIAL
GENERATOR

 PENYEBAB:
GANGGUAN PADA BELITAN GENERATOR
 AKIBAT:
KERUSAKAN ISOLASI BELITAN GENERATOR
 PENGAMAN: DIFFRENTIAL RELAY (87 G).
Rele Differensial Generator

• Dengan arus gangguan yang relative kecil ini, sudah bisa di


deteksi oleh Rere Diferensial, di harapkan untuk menghindari
kerusakan pada lilitan generator.

• Apabila hal ini terjadi, maka rele 87G memerintahkan Lock Out
untuk melepaskan pemutus daya ( circuit breaker ) generator,
menghentikan penggerak mula atau turbin uap, dan melepas
Field Switch Device 41.

• Rangkaian control Lock Out, pada line : 1, 2, 3, dan 9.

•203
Rele Rele Diferensial Tanah Device 87GG

• Rele proteksi ini, untuk melindungi Generator dan Bus bar dari
gangguan internal.
• Berfungsi untuk mengamankan generator dan Bus bar terhadap
gangguan hubung singkat fasa-fasa, dan fasa ke tanah, pada saat
generator belum terhubung dengan system, yaitu saat generator masih
idle.
• Rele diferensial tanah merupakan suatu rele yang bekerjanya mirip
dengan induknya, yaitu rele diferensial. Bekerjanya selain berdasarkan
perbedaan arus yang mengalir lewat rangkaian tertutup, juga arah arus
sebagai referensi.
• Pada saat normal, arus sekunder mengalir pada rele tidak menyebabkan
rele bekerja, tetapi pada saat ada gangguan, arah arusnya berlawanan,
sehingga operting coil menerima arus bangguan, menyebabkan rele
energize.
•204
Rele Tegangan Seimbang (Device 60)

• Rele ini berfungsi untuk melindungi tegangan kerja


generator apabila ada kegagalan adari AVR (tidak untuk
melindungi Generator dari gangguan baik internal,
maupun external)
• Rele ini mempunyai dua tegangan input dari VRPT, dan
dari MPT, masing masing : 115 Volts, Satu fasa, 50 HZ.
• Selama kedua sumber tegangan tidak ada perubahan,
maka rele ini tidak bekerja
• Bila ada gangguan di internal AVR, mengakibatkan fuse
pada VRPT putus, akibatnya tegangan menjadi ≤ 70
volt, maka rele merasakan ketidakseimbangan, dan
energize.
•205
Rele Tegangan Lebih (Device 59)

• Rele ini berfungsi untuk memberikan sinyal berupa


alarm dan lampu (tidak untuk melindungi Generator
dari gangguan baik internal, maupun external)
• Input tegangan berasal dari MPT : 115 Volt, Satu fasa,
50 HZ.

•206
Pengaman Tegangan Lebih (Over Load)

BUS GEN.

CB
Beban
GEN. PT

OVR

 PENYEBAB:
Lepas nya beban (Ppemb > P beban)

 AKIBAT:
✓ Generator mengalami kapasitif.
✓ AVR generator mengalami kerusakan bila berlanjut, merusak instalasi
alat bantu di generator bisa rusak.
✓ Frekwensi naik > 50 Hz.

 PENGAMAN : DEVICE NUMBER OVER VOLTAGE RELAY : 59

13
Pengaman Pengunci (Lock Out Relay) Device 86

• Rele Pengunci ini, bukan merupakan rele proteksi, tetapi sebagai


penerus pesan salah satu dari beberapa rele proteksi, seperti :
87G-A, 87G-B, 87G-C, 87GG, DAN 51GN, untuk
memerintahkan pemutus daya melepas beban / trip.
• Apabila rele pengunci ini terjadi energize, selain untuk
melepaskan pemutus daya ( circuit breaker ) generator,
menghentikan penggerak mula atau turbin uap, dan juga melepas
Field Switch Device 41.
• Lihat gambar : 4. rangkaian control Lock Out, pada line : 3 dan 9.

•208
Koordinasi Rele Pengaman Generator

• Setelah mempelajari fungsi dari rele proteksi yang


terpasang di tiap–tiap Generator, berikut adalah
penjelasan formasi dan koordinasi dari masing masing
rele yang di perlihatkan pada gambar : 5.
• Diagram satu garis rangkaian koordinasi rele pengaman
Generator.

•209
•210
Rekomendasi Skema Proteksi

Rekomendasi skema proteksi untuk Generator didasarkan pada


ukuran Generator.
• Kecil — 1000 kVA maximum up to 600 V, 500 kVA maximum
above 600 V
• Sedang — Dari Mesin kecil sampai 12.500 kVA regardless of
voltage
• Besar — Dari Mesin Sedang sampai sekitar 50.000 kVA
• Any recommendation based entirely on machine size is not
entirely adequate.
• The importance of the machine to the system or process that it
serves and the reliability required from the generator will be
important factors in the selection of the protective devices for the
generator.
•211
Sistem Proteksi untuk Generator Kecil

(a) Single Isolated Generator On Low-Voltage System


(b) Multiple Isolated Generator On Medium-Voltage System
•212
Sistem Proteksi untuk Generator Sedang

•213
SKEMA PROTEKSI GENERATOR
 GENERATOR KECIL (sistem isolated)
Daya: 500 s/d 1000 kVA tegangan 600 volt (maksimum)

 1- 51V, backup overcurrent relay,


pengendalian tegangan atau
kontrol tegangan
 1-51G, backup ground time overcurrent
 GENERATOR
relay SEDANG (sistem isolated/ paralel)
Daya: 500 s/d 12 500 kVA tegangan 600 volt
(maksimum)
 3 - 51V, backup overcurrent relay,
pengendalian tegangan atau kontrol
tegangan
 1 -51G, backup ground time overcurrent
relay
 1 - 87, differential relay
 1 - 32, reserve power relay untuk
pengendalian protection
SKEMA PROTEKSI GENERATOR

 3 - 51V, backup overcurrent relay,


pengendalian tegangan atau
kontrol tegangan
 1 - 51G, backup ground time overcurrent
relay
 1 - 87, differential relay
 1 - 32, reserve power relay untuk peng
endalian protection
 1 – 40, impedance relay, untuk pengaman
kehilangan medan
 1 – 46, Negative phase sequence over
current relay untuk protection
kondisi unbalanced
Sistem Proteksi untuk Generator Besar

•216
Sistem Proteksi untuk Generator Besar

•217
Sistem Proteksi untuk Generator Besar
 3 - 51V, backup overcurrent relay,
pengendalian tegangan atau
kontrol tegangan
 1 -51G, backup ground time overcurrent
relay
 1 - 87, differential relay
 1 – 87G, ground differential relay
 1 - 32, reserve power relay untuk peng
endalian protection
 1 – 40, impedance relay, untuk
pengaman kehilangan medan
 1 – 46, Negative phase sequence over
current relay untuk protection
kondisi unbalanced.
 1 – 49, temp relay untuk monitor
belitan temp stator
 1 – 64F, generator field relay, hanya
untuk mesin yg
mempunyai medan
supply slip rings
 1 – 60, voltage balance relay
Daerah Pengaman pada
Sistem Tenaga Listrik
Penempatan peralatan pengaman pada Stator, Rotor
dan Prime Mover
Table Protection of Large Generator Transformer Unit
Protection of Generator Generator-transformer overall differential protection*
Transformer together
Generator protection Generator differential protection*
Stator earth fault protection*
Negative phase sequence protection against-
unbalanced loading***
Inter-turn fault protection
Reverse power protection
Field failure protection**
Rotor earth fault protection
Temperature sensors in slots***
Overcurrent relays in stator and rolar circuits
Lightning arrester for generator overvolatage protection

Protection of unit Differential protection*


auxiliary transformer Restricted earth fault protection*
Buchholz relay
Overcurrent protection
Winding and oil temperature sensors

Protection of main HV overcurrent protection*


transformer HV Restricted earth fault protection*
Buchholz relay
Winding and oil temperature sensors
Lightning arresters on HV side
Pengaman Generator

• Phase Over Current Relay (51V)


• Ground Over Current Relay (51G)
• Phase Unbalance relay (46)
• Differential Relay (87)
• Power Reverse Relay (32)
• Loss of Excitation Relay (40)
• Over Voltage Relay (59)
• Winding Temperature (49)

•225
Pengaman Generator

•226
TERIMA KASIH

227 12/16/14

Anda mungkin juga menyukai