870/SOP/UKP/04/II/ 2022
Tanggal Pembuatan : 25/02/2022
Tanggal : 01/03/2022
Pengesahan : 01
Tanggal Revisi : Kepala UPTD Puskesmas Oesapa
Disahkan Oleh
KETERKAITAN PERALATAN/PERLENGKAPAN
PERINGATAN PENCATATAN/PENDATAAN
Tujuan Sebagai acuan untuk mendeteksi secara dini tuberkulosis anak untuk segera
mendapat penanganan agar tercapai tumbuh kembang anak yang optimal
1. Pengertian
Prosedur
Tuberkulosis adalah penyakit akibat infeksi mycobacterium tuberculosis.
Penyakit ini bersifat sistemik sehingga dapat mengenai hampir semua
organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru yang merupakan lokasi
infeksi primer.
2. Penegakan Diagnosis
Penegakan diagnosis TB pada anak perlu analisis kritis terhadap sebanyak
mungkin fakta. Diagnosis TB tidak dapat ditegakkan hanya dari
anamnesis, pemeriksaan fisis atau pemeriksaan penunjang tunggal seperti
rontgent thoraks. Karena sulitnya menegakkan diagnosis TB maka dibuat
sistem skoring dan alur diagnosis untuk menegakkan diagnosis TB pada
anak.
Catatan:
Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh dokter
Jika dijumpai skrofuloderma, langsung didiagnosis tuberkulosis
Berat badan dinilai saat datang (moment opname)
Demam dan batuk tidak ada respon terhadap terapi sesuai baku
puskesmas
Foto rontgent thoraks bukan alat diagnosis utama pada TB anak
Semua anak dengan reaksi cepat BCG harus dievaluasi dengan sistem
skoring TB anak
Didiagnosis TB jika jumlah skor ≥6 (skor maksimal 14)
Pasien usia balita yang mendapat skor 5, dirujuk ke RS untuk evaluasi
lebih lanjut
Pada pasien rujukan dari rumah sakit ataupun fasilitas kesehatan lain
dengan diagnosis TB anak tetap harus dilakukan skoring ulang di
Puskesmas sebelum mendapatkan pengobatan.
Jika ditemukan salah satu keadaan di bawah ini, rujuk ke RS:
Foto rontgent menunjukkan gambran milier, kavitas, efusi pleura
Gibbus, koksitis
Tanda bahaya:
- Kejang, kaku kuduk
- Penurunan kesadaran
Kegawatan lain, misalnya sesak napas
3/5
Beri OAT 2 bulan terapi
Respon + Respon -
Rifampisin 10 – 20 600
Pirasinamid 15 – 30 2000
Catatan:
Bila INH dikombinasi dengan rifampisin, dosisnya tidak boleh melebihi
10 mg / kgBB / hari
Rifampisin tidak boleh diracik dalam satu puyer dengan OAT lain
karena dapat mengganggu bioavaibilitas rifampisin
Penderita yang berat badannya kurang dari 5 kg harus dirujuk
4. Evaluasi Pengobatan
Setelah diberi OAT selama 2 bulan, respon pengobatan pasien harus
dievaluasi. Respon pengobatan dikatakan baik bila gejala klinis
berkurang, nafsu makan meningkat, berat badan meningkat, demam
menghilang dan batuk berkurang.
Setelah pemberian obat selama 6 bulan, OAT dapat dihentikan,
dengan melakukan evaluasi baik klinis maupun pemeriksaan
penunjang seperti rontgent dada. Meskipun gambaran radiologis tidak
4/5
menunjukkan perubahan yang berarti, tetapi apabila dijumpai
perbaikan klinis yang nyata, maka pengobatan dapat dihentikan.
5. Pengobatan Pencegahan
Profilaksis primer diberikan pada balita sehat yang memiliki kontak
dengan pasien TB dewasa BTA sputum positif, namun pada evaluasi
dengan sistem skoring, didapatkan skor ≤ 5. Obat yang diberikan
adalah INH 5-10 mg/kgBB/hari selama 6 bulan.
Bila anak tersebut belum pernah mendapat imunisasi BCG, perlu
diberikan BCG setelah pengobatan profilaksis dengan INH selesai
Unit terkait
5/5