Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEBIDANAN

PADA NY “T” USIA 40 TAHUN P30003 POST SECTIO


CAESAREA (SC) DENGAN INDIKASI HIPERTENSI DALAM
KEHAMILAN

DI RUANG DRUPADI II RSUD JOMBANG

Oleh :

RAHMI DWI YULIANTI

NIM : 7221011

PRODI DIII KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM JOMBANG


TAHUN 2023

PADA NIFAS POST SECTIO CAESAREA (SC) DENGAN


INDIKASI HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

DI RUANG DRUPADI II RSUD JOMBANG

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kebidanan dengan judul
“Asuhan Kebidanan Pada ny “T”usia 40 tahun Post Sectio Caesarea Dengan
Indikasi Hipertensi Dalam Kehamilan ” ini dengan lancar tanpa hambatan suatu
apapun.

Dalam penyusunan Laporan Praktik Kebidanan ini penulis tidak lupa


memberikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian laporan ini.

Adapun ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada:

1. Ibu Dr.Hj. Masruroh, S.Kep.Ners.,M.Kes. selaku Dekan Fakultas Ilmu


Kesehatan Unipdu
2. Ibu Suyati, SST., M.Kes. selaku Ka. Prodi D-III Kebidanan Fakultas Ilmu
Kesehatan Unipdu Jombang
3. Ibu Dian Puspita Yani, SST., M.Kes Selaku Pembimbing akademik
4. Ibu ( ), selaku Pembimbing Klinik
5. Orang Tuaku yang telah memberikan bimbingan dan doa sehingga
mengantarkan ku meraih cita-cita. Terimakasih atas do’a yang selalu
teruntai dalam hati dan tidak pernah lelah san senantiasa menemaniku.
6. Serta pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan Laporan Praktik
Kebidanan ini yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.
Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberi
kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan Laporan Praktik
Kebidanan. Demikianlah Laporan Praktik Kebidanan ini penulis buat, semoga
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Jombang, Agustus 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.1 Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) berasal dari bahasa latin yaitu puer yang artinya
bayi dn porous yang artinya melahirkan atau masa sesudah melahirkan. Asuhan
kebidanan masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada
pasien mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tubuh
dalam keadaan seperti sebelum hamil atau mendekati keadaan sebelum hamil.
Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6-8 minggu
setelah persalinan. Proses dimulai setelah selesainya persalinan dan berakhir
setelah alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil/ tidak hamil
sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologis dan psikologis karena proses
persalinan(Saleha, 2013)
Persalinan dengan Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana
janin dilahirkan melalui suatu insisi melalui dinding rahim dengan syarat rahim
dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Wiknjosastro, 2010).
Setiap wanita menginginkan persalinannya berjalan lancar dan dapat
melahirkan bayi yang sempurna. Ada dua cara persalinan yaitu persalinan
melalui vagina yang lebih dikenal dengan persalinan normal atau alami dan
persalinan sectio caesarea yaitu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dalam keadaan utuh
serta berat janin diatas 500 gram (Sarwono,2009)
Asuhan kebidanan yang diberikan oleh seorang pemberi pelayanan
kebidanan sangat mempengaruhi kualitas asuhan yang diberikan dalam
tindakan kebidananseperti upaya pelayanan antenatal, intranatal,postnatal
dan perawatan bayi baru lahir. Sebagai seorang bidan profesional, bidan perlu
mengembangkan ilmu dan kiat asuhan kebidanan yang salah satunya
adalahasuhan kebidanan pada ibu nifas(Saleha,2013)
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik melaksanakan asuhan
kebidanan pada Ny T. P3003 Post SC atas indikasi Hipertensi Dalam
Kehamilan di Ruang Drupadi II RSUD Jombang.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana cara melakukan asuhan kebidanan pada ny “T” usia 40 tahun
P30002 Post SC atas indikasi Hipertensi Dalam Kehamilan di ruang Drupadi
II Rsud Jombang sesuai dengan standar asuhan kebidanan?

Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum


1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan atau melakukan manajemen asuhan kebidanan
pada ny “T” usia 40 tahun P30002 Post Sc dengan Indikasi Hipertensi
Dalam Kehamilan di ruang Drupadi II Rsud Jombang sesuai standar
asuhan kebidanan
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada ny
“T” usia 40 tahun P30002 Post Sc dengan Indikasi Hipertensi Dalam
Kehamilan di ruang Drupadi II Rsud Jombang
b. Mampu melakukan diagnosa dan atau masalah kebidanan pada Ny
”L”usia 28 tahun P20002 2 jam post partum di upt Puskesmas
Mojoagung
c. Mampu melakukan perencanaan asuhan pada ny “T” usia 40 tahun
P30002 Post Sc dengan Indikasi Hipertensi Dalam Kehamilan di
ruang Drupadi II Rsud Jombang
d. Mampu melaksanakan pelaksanaan asuhan kebidanan pada ny “T”
usia 40 tahun P30002 Post Sc dengan Indikasi Hipertensi Dalam
Kehamilan di di ruang Drupadi II Rsud Jombang
e. Mampu melakukan evaluasi asuhan kebidanan pada ny “T” usia 40
tahun P30002 Post Sc dengan Indikasi Hipertensi Dalam Kehamilan
di di ruang Drupadi II Rsud Jombang.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Teori


2.1.1 Konsep Dasar Teori Asuhan Nifas
2.1.1.1 Definisi Nifas

Masa nifas adalah masa yang dilalui oleh seorang perempuan dimulai setelah
melahirkan hasil konsepsi (bayi dan plasenta) dan berakhir hingga 6 minggu
setelah melahirkan (Sumiaty, 2018: 440).

Masa Nifas (puerperium) merupakan masa setelah kelahiran plasenta dan


berakhir ketika alat alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
nifas ini berlangsung 6 minggu. Didalam masa Nifas diperlukan Asuhan masa
Nifas karena periode ini merupakan periode kritis baik ibu ataupun bayinya.
Perubahan yang terjadi pada masa nifas yaitu perubahan fisik, involusi uteri,
laktasi/ pengeluaran air susu ibu, perubahan sistem tubuh ibu, dan perubahan
psikis (Yuliana, 2020: 2).

2.1.1.2 Tahapan dalam Masa Nifas

Nifas dibagi dalam tiga periode, yaitu:

a. Tahap immediate postpartum yaitu tahapan yang terjadi dalam waktu


24 jam pertama setelah persalinan.
b. Tahap early postpartum yaitu tahapan yang terjadi setelah 24 jam
setelah persalinan sampai akhir minggu pertama postpartum.
c. Tahap late postpartum yaitu tahapan yang terjadi pada minggu kedua
sampai minggu keenam setelah persalinan (Sumiaty, 2018: 440).

2.1.1.3 Perubahan Anatomi dan Fisiologis Masa Nifas


1. Perubahan Sistem Reproduksi
a. Vagina
Vagina merupakan saluran yang menghubungkan rongga uterus dengan
tubuh bagian luar. Dinding depan dan belakang
vagina berdekatan satu sama lain dengan ukuran panjang ± 6,5
cm dan ± 9 cm. Selama proses persalinan vagina mengalami penekanan
serta pereganganan yang sangat besar, terutama pada saat melahirkan bayi.
Beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, vagina tetap berada dalam
keadaan kendur. Setelah 3 minggu vagina kembali kepada keadaan tidak
hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur- angsurakan muncul
kembali. Sesuai dengan fungsinya sebagai bagian lunak dan jalan dan
merupakan saluran yang menghubungkan cavum uteri dengan tubuh
bagian luar, vagina juga berfungsi sebagai saluran tempat dikeluarkannya
sekret yang berasal dari cavum uteri selama masa nifaas yang disebut
lochea.
Karakteristik lochea dalam masa nifas adalah sebagai
berikut:
1. Lochea rubra/ kruenta
Timbul pada hari 1- 2 postpartum, terdiri dari darah segar barcampur
sisa-sisa selaput ketuban, sel- sel desidua, sisa- sisa verniks kaseosa,
lanugo dan mekoneum.
2. Lochea sanguinolenta
Timbul pada hari ke 3 sampai dengan hari ke 7 postpartum,
karakteristik lochea sanguinolenta berupa darah bercampur lendir.
3. Lochea serosa
Merupakan cairan berwarna agak kuning, timbul setelah 1 minggu
postpartum.
4. Lochea alba
Timbul setelah 2 minggu postpartum dan hanya merupakan cairan
putih.
Normalnya lochea agak berbau amis, kecuali bila terjadi
infeksi pada jalan lahir, baunya akan berubah menjadi berbau
busuk (Sumarni, 2019: 6).
b. Serviks Uteri
Perubahan yang terjadi pada servik segera setelah persalinan
yaitu menjadi sangat lunak, kendur dan terbuka seperti corong.
Hal ini karena korpus uteri berkontraksi sedangkan servik uteri
tidak berkontraksi sehingga seolah-olah terbentuk seperti cincin
di antara perbatasan korpus dan serviks. Setelah bayi lahir, rongga
rahim dapat dilalui oleh satu tangan. Akan tetapi, pada 2 jam
setelah persalinan, rongga rahim hanya dapat dilalui oleh 2–3 jari
dan pada 6 minggu postpartum, serviks sudah tertutup.
c. Uterus
Perubahan pada uterus dikenal dengan sebutan involusi uteri
yaitu suatu proses terjadinya pengerutan pada uterus sebagai
tanda kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil. Involusi uteri
terjadi melalui rangkaian proses yang terjadi secara bersamaan
yaitu adanya proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di
dalam otot uterus karena enzim proteolitik akan memendekkan
jaringan otot yang mengendur sampai 10 kali panjangnya dari
semula dan lebarnya lima kali dari keadaan semula selama
kehamilan (autolisis). Berhentinya produksi estrogen karena
pelepasan plasenta menyebabkan terjadinya atrofi pada jaringan
uterus sehingga lapisan desidua akan terlepas dan terpisah dengan
lapisan basal yang akan beregenerasi menjadi lapisan
endometrium yang baru. Adanya peningkatan hormon oksitosin
memberi dampak pada peningkatan kontraksi uterus membantu
mengurangi suplai darah ke uterus, hal ini akan mengurangi bekas
luka tempat plasenta berimplantasi. Uterus akan kembali normal
dengan bobot berat kurang lebih 50-60 gram pada minggu
keenam metrium yang sehingga postpartum.
d. Endometrium
Proliferasi sisa-sisa kelenjar endometrium dan stroma
jaringan ikat antar-kelenjar akan membentuk endometrium. Pada
2 atau 3 hari postpartum, lapisan desidua akan ber- diferensiasi
menjadi dua lapisan dengan lapisan basal akan tetap utuh menjadi
lapisan endometrium baru, sedangkan lapisan superfisial desidua
akan nekrotik. Endometrium akan pulih kembali pada minggu
ketiga post partum
2. Perubahan Sistem Pencernaan
Setelah proses persalinan, ibu nifas normal akan mengalami rasa
lapar dan haus karena pengaruh banyaknya energi tubuh yang
terkuras pada saat melahirkan. Apabila ibu nifas tidak merasa lapar
maka beri motivasi untuk segera makan dan minum pada jam
pertama postpartum. Jika setelah 2-3 jam post partum, ibu tidak
ingin/tidak dapat makan maka amatilah apakah ada perdarahan atau
tanda-tanda bahaya lainnya, apakah ibu tampak sedih, marah atau
depresi, serta apakah ia memiliki keyakinan pada makanan tertentu
sebagai pantangan untuk dikonsumsi saat masa nifas.
3. Perubahan Sistem Perkemihan
Pada masa nifas menyebabkan timbulnya gangguan saat
buang air besar, keinginan ini akan tertunda hingga 2-3 hari setelah
persalinan. Perubahan Sistem Perkemihan Pada saat persalinan,
bagian terdepan janin akan menekan otot-otot pada kandung kemih
dan uretra yang mengakibatkan timbulnya gangguan pada sistem
perkemihan. Segera setelah persalinan, kandung kemih akan
mengalami overdistensi, pengosongan yang dan residu urine yang
berlebihan akibat adanya pembengkakan, kongesti dan hipotonik
pada kandung kemih. Efek ini akan hilang pada 24 jam pertama
postpartum, apabila tidak hilang maka dicurigai terjadi infeksi saluran
kemih. Diuresis akan terjadi pada hari pertama hingga hari kelima
postpartum. Hal ini terjadi karena pengaruh hormon estrogen yang
mengalami peningkatan pada masa kehamilan yang memiliki sifat
retensi dan pada saat postpartum tidak sempurna kemudian keluar
kembali bersama urin.
4. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Perubahan yang terjadi pada sistem muskuloskletal yaitu
perubahan pada ligamen, diafragma panggul, fasia. dan dinding
abdomen. Ligamentum latum dan ligamentum rotundum memerlukan
waktu yang cukup lama untuk kembali pulih karena pada saat
kehamilan, kedua ligamentum ini mengalami peregangan dan
pengenduran yang cukup lama sehingga kondisi ligamen tersebut
pada saat nifas lebih kendur dibanding kondisi saat tidak hamil. Hal
ini akan berangsur-angsur pulih pada 6-8 minggu postpartum.
5. Perubahan Sistem Endoktrin
Perubahan pada sistem endokrin secara fisiologis adalah
terjadinya penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron dalam
jumlah yang cukup besar, mengakibatkan terjadi peningkatan pada
kadar hormon prolaktin dalam darah berperan pada produksi ASI.
Neurohipofise posterior akan mengeluarkan hormon oksitosin yang
berperan dalam proses pengeluaran ASI dan involusi uteri.

6. Perubahan Tanda Vital

Perubahan yang terjadi pada tanda-tanda vital ditandai


dengan perubahan yang terjadi pada tekanan darah, nadi, suhu dan
pernapasan. Segera setelah proses persalinan denyut nadi mengalami
sedikit peningkatan yang tidak melebihi 100 kali/menit dan
kemudian mengalami penurunan menjadi 50-70 kali/menit sampai
menjadi normal (60-80 kali/menit) pada beberapa jam pertama
postpartum. Apabila ibu nifas mengalami takikardia (denyut nadi
>100 kali/ menit) menandakan bahwa ada kecenderungan infeksi
atau perdarahan postpartum lambat. Keadaan pernapasan pada ibu
nifas berada pada rentang normal.
Pada 24 jam pertama postpartum, suhu badan mengalami sedikit
peningkatan sekitar 0,5°C, tetapi masih dalam interval 37°-38°C
yang disebabkan oleh kelelahan dan kehilangan cairan tubuh.
Kemudian pada beberapa jam dalam 24 jam pertama postpartum,
suhu tubuh akan kembali dalam batas normal. Tekanan sistolik ibu
nifas akan mengalami penurunan 15-20 mmHg yang biasa disebut
hipotensi ortostatik yaitu suatu keadaan hipotensi yang terjadi saat
ada perubahan posisi ibu dari posisi ibu dari posisi tidur ke posisi
duduk.

7. Perubahan Sistem Kardiovaskular


Pada persalinan terjadi proses kehilangan darah hingga 200-
500 ml yang menyebabkan adanya perubahan pada kerja jantung.
Pada 2-4 jam pertama postpartum, akan terjadi diuresis secara cepat
karena pengaruh rendahnya estrogen yang mengakibatkan volume
plasma mengalami penurunan. Pada dua minggu postpartum, kerja
jantung dan volume plasma akan kembali normal.
8. Perubahan Hematologi
Peningkatan volume darah selama kehamilan dan volume cairan ibu
selama persalinan memengaruhi kadar hemoglobin, hematokrit dan
kadar eritrosit pada awal postpartum. Penurunan volume darah dan
peningkatan sel darah pada kehamilan berhubungan dengan
peningkatan hemoglobin dan hematokrit pada hari ke-3 sampai ke-7
postpartum, dan pada 4-5 minggu postpartum kadar tersebut akan
kembali normal. Jumlah sel darah putih dapat mencapai 15.000
selama proses persalinan dan akan tetap meningkat dalam beberapa
hari postpartum hingga 25.000-30.000 tanpa menjadi abnormal meski
persalinan lama. Akan tetapi, potensial infeksi perlu diwaspadai
dengan adanya peningkatan pada sel darah putih (Sumiaty, 2018:
442).
2.1.1.4 Perubahan Psikologis Masa Nifas
Perubahan psikologis yang terjadi pada ibu masa nifas yaitu:
a. Adaptasi psikologis ibu dalam masa nifas
Pada primipara, menjadi orang tua merupakan pengalaman
tersendiri dan dapat menimbulkan stress apabila tidak ditangani
dengan segera. Perubahan peran dari wanita biasa menjadi
seorang ibu memerlukan adaptasi sehingga ibu dapat melakukan
perannya dengan baik. Perubahan hormonal yang sangat cepat
setelah proses melahirkan juga ikut mempengaruhi keadaan
emosi dan proses adaptasi ibu pada masa nifas. Fase- fase yang
akan dialami oleh ibu pada masa nifas, antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Fase taking in
Fase taking in merupakan fase ketergantungan yang
berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah
melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya sendiri sehingga
cenderung pasif terhadap lingkungannya. Ketidaknyamanan
yang dialami ibu lebih disebabkan karena proses persalinan
yang baru saja dilaluinya. Rasa mules, nyeri pada jalan lahir,
kurang tidur atau kelelahan, merupakan hal yang sering
dikeluhkan ibu. Pada fase ini, kebutuhan istirahat, asupan
nutrisi dan komunikasi yang baik harus dapat terpenuhi. Bila
kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, ibu dapat mengalami
gangguan psikologis berupa kekecewaan pada bayinya,
ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang
dialami, rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya
dan kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya.
2. Fase taking hold
Fase taking hold merupakan fase yang berlangsung antara 3-
10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa khawatir akan
ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam perawatan
bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif sehingga mudah
tersinggung. Hal yang perlu diperhatikan adalah komunikasi
yang baik, dukungan dan pemberian penyuluhan atau
pendidikan kesehatan tentang perawatan diri dan bayinya.
3. Fase letting go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab peran
barunya sebagai seorang ibu. Fase ini berlangsung selama 10
hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai dapat menyesuaikan
diri dengan ketergantungan bayinya dan siap menjadi
pelindung bagi bayinya. Perawatan ibu terhadap diri dan
bayinya semakin meningkat. Rasa percaya diri ibu akan
peran barunya mulai tumbuh, lebih mandiri dalam memenuhi
kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan suami dan
keluarga dapat membantu ibu untuk lebih meningkatkan rasa
percaya diri dalam merawat bayinya. Kebutuhan akan
istirahat dan nutrisi yang cukup masih sangat diperlukan ibu
untuk menjaga kondisi fisiknya.
b. Postpartum blues (Baby blues)
Postpartum blues merupakan perasaan sedih yang dialami oleh
seorang ibu berkaitan dengan bayinya. Biasanya muncul sekitar 2
hari sampai 2 minggu sejak kelahiran bayi. Keadaan ini
disebabkan oleh perubahan perasaan yang dialami ibu saat hamil
sehingga sulit menerima kehadiran bayinya. Ibu yang mengalami
baby blues akan mengalami perubahan perasaan, menangis,
cemas, kesepian khawatir, yang berlebihan mengenai sang bayi,
penurunan gairah sex, dan kurang percaya diri terhadap
kemampuan menjadi seorang ibu. Jika hal ini terjadi, ibu
disarankan untuk melakukan hal- hal berikut ini:
1. Minta suami atau keluarga membantu dalam merawat bayi
atau melakukan tugas- tugas rumah tangga sehingga ibu bisa
cukup istirahat untuk menghilangkan kelelahan.
2. Komunikasikan dengan suami atau keluarga mengenai apa
yang sedang ibu rasakan, mintalah dukungan dan
pertolongannya
3. Buang rasa cemas dan kekhawatiran yang berlebihan akan
kemampuan merawat bayi
4. Carilah hiburan dan luangkan waktu untuk istirahat dan
menyenangkan diri sendiri, misalnya dengan cara menonton,
membaca, atau mendengar musik.
c. Depresi postpartum
Seorang ibu primipara lebih beresiko mengalami kesedihan
atau kemurungan postpartum karena ia belum mempunyai
pengalaman dalam merawat dan menyusui bayinya. Kesedihan
atau kemurungan yang terjadi pada awal masa nifas merupakan
hal yang umum dan akan hilang sendiri dalam dua minggu
sesudah melahirkan setelah ibumelewati proses adaptasi.
Ada kalanya ibu merasakan kesedihan karena kebebasan,
otonomi, interaksi sosial, kemandiriannya berkurang setelah
mempunyai bayi. Hal ini akan mengakibatkan depresi
pascapersalinan (depresi postpartum). Ibu yang mengalami
depresi postpartum akan menunjukkan tanda- tanda berikut: sulit
tidur, tidak ada nafsu makan, perasaan tidak berdaya atau
kehilangan kontrol, terlalu cemas atau tidak perhatian sama
sekali pada bayi, tidak menyukai atau takut menyentuh bayi,
pikiran yang menakutkan mengenai bayi, sedikit atau tidak ada
perhatian terhadap penampilan bayi, sedikit atau tidak ada
perhatian terhadap penampilan diri, gejala fisik seperti sulit
bernafas atau perasan berdebar- debar. Jika ibu mengalami
sebagian dari tanda- tanda seperti yang diatas sebaiknya segera
lakukan konseling pada ibu dan keluarga.
d. Respon antara ibu dan bayi setelah persalinan
Respon antara ibu dan bayi setelah persalinan antara lain:
1. Touch (Sentuhan)
Sentuhan yang dilakukan ibu pada bayinya seperti membelai-belai
kepala bayi dengan lembut, mencium bayi, menyentuh wajah dan
ektremitas, memeluk danmenggendong bayi, dapat membuat bayi
merasa aman dan nyaman. Biasanya bayi akan memeberikan
respon terhadap sentuhan ibu dengan cara menggenggam jari ibu
atau memegang seuntai rambut ibu. Gerakan lembut ibu ketika
menyentuh bayinya akan menenangkan bayi.
2. Eye to eye contact (Kontak mata)
Kontak mata mempunya efek yang erat terhadap perkembangan
dimulainya hubungan dan rasa percaya sebagai faktor yang penting
sebagai hubungan antar manusia pada umumnya. Bayi baru lahir
dapat memusatkan perhatian pada suatuobyek, satu jam setelah
kelahiran pada jarak sekitar 20- 25 cm, dan dapat memusatkan
pandangan sebaik orang dewasa pada usia sekita 4 bulan. Kontak
mata antara ibu dan bayinya harus dilakukansesegera mungkin
setelah bayi lahir.
3. Odor (Bau badan)
Pada akhir minggu pertama kehidupannya seorang bayi dapat
mengenali ibunya dari bau badan dan air susu ibunya. Indra
penciuman bayi akan terus terasah jika seorang ibu dapat terus
memberikan ASI pada bayinya.
4. Body warm (Kehangatan tubuh)
Bayi baru lahir sangat mudah mengalami hypothermi karena tidak
ada lagi air ketuban yang melindungi dari perubahan suhu yang
terjadi secara ekstrim di luar uterus. Jika tidak ada komplikasi
yang serius pada ibu dan bayi selama persalinan, bayi dapat
diletakkan di atas perut ibu segera setelah dilakukan pemotongan
tali pusat.
5. Voice (Suara)
Sejak dilahirkan, bayi dapat mendengar suara- suara dan
membedakan nada, meskipun suara- suara terhalang selama
beberapa hari oleh cairan amnion dari rahim yang melekat pada
telinga.
6. Entrainment (Gaya Bahasa)
Bayi baru lahir mulai membedakan dan menemukan perubahan
struktur bicara dan bahasa dari orang- orang yang berada
disekitarnya. Perubahan nada suara ibu ketika berkomunikasi
dengan bayinya seperti bercerita, mengajak bercanda atau sering
memarahi bayi, secara perlahan mulai dapat dipahami dan
dipelajari bayi.
7. Biorhythmic (Irama kehidupan)
Selama lebih kurang 40 minggu di dalam rahim, janin terbiasa
mendengar suara detak jantung ibu. Dari suara detak jantung
tersebut, janin mencoba mengenali biorhythmic ibunya dan
menyesuaikan dengan irama dirinya sendiri. Setelah lahir, suara
detak jantung ibu masih akan berpengaruh terhadap bayi (Sumarni,
2019: 11).

2.2.3.4 Kebutuhan Dasar Ibu Nifas


a. Nutrisi dan cairan
Ibu nifas memerlukan nutrisi dan cairan untuk pemulihan
kondisi kesehatan setelah melahirkan, cadangan tenaga serta
untuk memenuhi produksi air susu. Ibu nifas dianjurkan untuk
memenuhi produksi air susu. Ibu nifas dianjurkan untuk
memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut :
1) Mengkonsumsi makanan tambahan, kurang lebih 500 kalori
tiap hari
2) Makan dengan diet gizi seimbang untuk memenuhi
kebutuhan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral
3) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari
4) Mengkonsumsi tablet Fe selama 40 hari post partum
5) Mengkonsumsi vitamin A 200.000 intra unit

Zat-zat yang dibutuhkan ibu pasca persalinan antara lain:

1) Kalori
2) Protein
3) Kalsium dan vitamin D
4) Magnesium
5) Sayuran hijau dan buah
6) Karbohidrat kompleks
7) Lemak
8) Garam
9) Cairan
10) Vitamin
11) Zinc
12) DHA

Bahan Ibu Menyusui (0-12


Keterangan
Makanan bulan)
Nasi atau 1 porsi = 100 gram
6 posi dalam ukuran 1
makanan karbohidrat atau ¾ gelas
piring
pokok nasi

Protein hewani 1 porsi = 50 gram atau 1


seperti: ikan, potong ikan
4 porsi
telur, ayam, 1 porsi = 55 gram atau 1
dan lainnya butir telur
Protein nabati 4 porsi 1 porsi = 50 gram atau 1
seperti: tempe, potong tempe
tahu dan 1 porsi = 100 gram atau 2
lainnya potong sedang tahu
1 porsi = 100 gram atau 1
Sayur-sayuran 4 porsi mangkuk matang tanpa
kuah
1 porsi = 100 gram atau 1
potong pisang
Buah-buahan 4 porsi 1 porsi = 100-190 gram
atau 1 potong besar
pepaya
6 porsi 1 porsi = 5 gram atau 1
Minyak/lemak termasuk sendok teh, bersumber
santan yang dgunakan dari pengolahan makanan
Minyak/
dalam pengolahan, seperti menggoreng,
Lemak
makanan digoreng, menumis, santan, kemiri,
ditumis atau dimasak mentega dan sumber
dengan santan lemak lainnya
1 porsi = 10 gram atau 1
sendok bersumber dari
Gula 2 porsi
kue-kue manis, minuman
teh manis dan lainnya

Tabel 2.1 Porsi Makan Ibu Menyusui Ukuran Rumah Tangga

b. Ambulasi
Ambulasi setelah bersalin, ibu akan merasa lelah. Oleh kerena itu,
ibu harus istirahat. Mobilisasi yang dilakukan tergantung pada
komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka. Ambulasi dini (early
ambulation) adalah mobilisasi segera setelah ibu melahirkan dengan
membimbing ibu untuk bangun dari tempat tidurnya. Ibu post partum
diperbolehkan bangun dari tempat tidurnya 24-48 jam setelah
melahirkan. Anjurkan ibu untuk melalui mobilisasi dengan miring
kanan/kiri, duduk kemudian berjalan.
c. Eliminasi BAK/BAB
Buang air sendiri sebaiknya segera dilakukan sendiri. Miksi normal
bila dapat BAK spontan seperti 3-4 jam. Kesulitan BAK dapat
disebabkan karena springter uretra tertekan oleh kepala janin dan
spasme oleh iritasi mukolo spingter ani selama persalinan, atau
dikarenakan oedema, kandung kemih selama persalinan. Lakukan
katerisasi apabila kandung kemih penuh dan sulit berkemih.
d. Kebersihan diri dan perineum
Kebersihan diri berguna untuk mengurangi infeksi dan
meningkatkan perasaan nyaman. Kebersihan diri meliputi kebersihan
tubuh, pakaian tempat tidur maupun lingkungan. Beberapa hal yang
dapat dilakukan ibu post partum dalam menjaga kebersihan diri,adalah
sebagai berikut :
1) Mandi teratur minimal 2 kali sehari
2) Mengganti pakaian dan alas tempat tidur
3) Menjaga lingkungan sekitar tempat tinggal
4) Melakukan perawatan perawatan perineum
5) Mengganti pembalut minimal 2 kali sehari
6) Mencuci tangan setiap, membersihkan daerah genetalia
e. Istirahat
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup,istirahat tidur yang di
perlukan ibu nifas minimal 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang
hari.
i. Seksual
Hubungan seksual dilakukan begitu darah berhenti. Namun demikian
hubungan seksual dilakukan tergantung suami istri tersebut.

2.2.3.5 Kebijakan Program Nasional Nifas


Kebijakan Program Nasional Masa Nifas Kebijakan program
nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali melakukan
kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk:
1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi. Melakukan pencegahan
terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan
kesehatan ibu nifas dan bayinya.
2. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada
masa nifas. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan
mengganggu kesehatan ibu nifas maupun bayinya.

Tabel 2.2 Jadwal Kunjungan Nifas

Kunju
Waktu Asuhan
ngan

6-8 jam 1. Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena


atonia uteri.
Post Partum
2. Mendeteksi dan perawatan penyebab lain
perdarahan serta melakukan rujukan bila
I
perdarahan berlanjut.
3. Memberikan konseling pada ibu dan keluarga
entang cara mencegah perdarahan yang
disebabkan atonia uteri.
4. Pemberian ASI awal.
5. Mengajarkan cara mempererat hubungan antara
ibu dan bayi baru lahir.
6. Menjaga bayi tetap schat melalui pencegahan
hipotermia.
7. Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan,
maka bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2
jam pertama setelah kelahiran atau sampai
keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan
baik.
6 hari 1. Memastikan involusi uterus berjalan dengan
normal, uterus berkontraksi dengan baik, tinggi
Post Partum
fundus uteri di bawah umbilikus,tidak ada
II
perdarahan abnormal.
2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan
perdarahan.
3. Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.
4. Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi
dan cukup cairan.
5. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan
menyusui.
6. Memberikan konseling tentang perawatan bayi
baru lahir.

2 minggu Asuhan pada 2 minggu postpartum sama dengan


III asuhan yang diberikan pada kunjungan 6 hari
Post Partum postpartum.
6 minggu 1. Menanyakan penyulit-penyulit dialami ibu
IV selama masa nifas.
Post Partum
2. Memberikan konseling KB secara dini.

2.2 Konsep Dasar Sectio Caesarea

2.2.1.Definisi

Seksio sesarea ialah suatu persalinan buatan, di mana janin dilahirkan


melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim
dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Saifuddin, 2010).
Seksio sesarea ialah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina, atau seksio sesarea
adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Mochtar,
1998).

2.2.2 Istilah (Mochtar, 1998)

1. Seksio sesarea primer (efektif)


Dari semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara seksio
sesarea, tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya pada panggul
sempit (CV kecil dari 8 cm).
2. Seksio sesarea sekunder
Dalam hal ini bersikap mencoba menunggu kelahiran biasa (partus
percobaan), bila tidak ada kemajuan persalinan atau partus percobaan
gagal, baru dilakukan seksio sesarea
3. Seksio sesarea ulang ( repeat caesarean section)
Ibu pada kehamilan yang lalu mengalami seksio sesarea (previous
caesarean section) dan pada kehamilan selanjutnya dilakukan seksio
sesarea ulang.
4. Seksio sesarea histerektomi (caesarean section hysterectomy)
adalah suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan seksio
sesarea, langsung dilakukan histerektomi oleh karena sesuatu indikasi.
5. Operasi porro (porro operation) adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan
janin dari kavum uteri (tentunya janin sudah mati), dan langsung
dilakukan histerektomi, misalnya pada keadaan infeksi rahim yang berat.

Seksio sesarea oleh ahli kebidanan disebut obstetricc panacea, yaitu obat atau
terapi ampuh dari semua masalah obstetri.

2.2.3 Jenis-jenis operasi seksio sesarea (Monchtar, 1998)

1. Abdomen Seksio Sesarea Abdominalis) Seksio sesarea transperitonealis:


 Seksio sesarea klasik atau korporal dengan insisi memanjang pada
korpus uteri
 Seksio sesarea ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi
pada segmen bawah rahim
 Seksio sesarea ekstraperitonealis, yaitu tanpa membuka peritonium
parietalis, dengan demikian tidak membuka kavum abdominal.
 Menurut arah sayatan pada rahim, seksio sesarea dapat dilakukan
dengan: sayatan memanjang (longitudinal), sayatan melintang
(transversal), dan sayatan huruf T (T-incision).

2. Seksio Sesarea Klasik (Korporal)

Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kra- kira
sepanjang 10 cm.

1) Kelebihan

1. Mengeluarkan janin lebih cepat


2. Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik
3. Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal

2) Kekurangan

1. Infeksi mudah menyebar secara inttraabdominal karena tidak ada


reperitonealisasi yang baik.
2. Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi ruptura uteri
spontan.

3. Seksio Sesarea Ismika (Profunda)

Dilakukan dengan membuat sayatan melintang-konkaf pada segmen bawah rahim


(low cervical transversal) kira-kira 10 cm..

a. Kelebihan

1. Penjahitan luka lebih mudah


2. Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik
3. Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan
penyebaran isi uterus ke rongga periotoneum
4. Perdarahan kurang
5. Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptura uteri
spontan kurang/lebih kecil.

b. Kekurangan

1. Luka dapat melebar ke kiri, kanan, dan bawah, sehingga dapat


menyebabkan uterina putus sehingga mengakibatkan perdarahan yang
banyak.
2. Keluhan pada kandung kemih postoperatif tinggi.

2.2.4 Indikasi Seksio Sesarea (Monchtar, 1998)

1. Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior)


2. Panggul sempit: Holmer mengambil batas terendah untuk melahirkan jenis
vias naturalis ialah CV = 8 cm dapat dipastikan tidak dapat melahirkan
janin yang normal, harus diselesaikan dengan seksio sesarea. CV antara 8-
10 cm boleh dicoba dengan partus percobaan, baru setelah gagal dilakukan
seksio sesarea sekunder.
3. Disproporsi sefalo-pelvik yaitu: ketidakseimbangan antara ukuran kepala
dan panggul
4. Ruptura uteri mengancam
5. Partus lama (prolonged labor
6. Partus tak maju (obstructed labor)
7. Distosia serviks
8. Pre-eklamsi dan hipertensi
9. Malpresentasi janin:
1) Letak lintang: bila ada kesempitan panggul, maka seksio sesarea
adalah cara yang terbaik dalam segala letak lintang dengan janin hidup
dan besar biasa, semua primigravida dengan letak lintang harus
ditolong dengan seksio sesarea, walau tidak ada perkiraan panggul
sempit. Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong
dengan cara- cara lain.
2) Letak bokong: Bila ada panggul sempit, primigravida, janin besar,
presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dan cara-cara
lain tidak berhasil, bila janin pertama letak lintang atau presentasi
bahu

(shoulder presentation), distosia oleh karena tumor, gawat janin dan


sebagainya.

2.2.5 Komplikasi Seksio Sesarea (Mochtar, 1998)

1. Infeksi puerperal (nifas)

1) Ringan : dengan kenaikan suhu beberapa hari saja


2) Sedang : dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi
dan perut sedikit kembung
3) Berat : dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering
dijumpai pada partus terlantar, dimana sebelumnya telah terjadi
infeksi intrapartal karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.
Penanganannya adalah dengan pemberian cairan, elektrolit dan
antibiotika yang adekuat dan tepat.
2. Perdarahan
Perdarahan dapat terjadi pada saat operasi atau beberapa jam setelah
operasi. Hal ini disebabkan tekanan darah yang selama operasi menurun, beberapa
jam setelah operasi menjadi normalkembali, sehingga sumbatan darah terlepas
dengan demikian terjadilah perdarahan. Perdarahan dapat disebabkan karena
banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka, dan atonia uteri.

3. Syok

Salah satu komplikasi bedah yang gawat dan dapat membawa kematian adalah
syok dengan penyebab sebagai berikut:

1. Kehilangan darah terlalu banyak


2. Terjadi vasodilatasi yang disebut syok neurogen
3. Gangguan fungsi jantung
4. Syok vasogen yaitu terjadi pelebaran pembuluh darah kapiler sehingga
seakan-akan pembuluh darah menjadi lebih besar
5. Syok psikis
6. Syok psikis dapat terjadi bila pasien sangat ketaakutan, kesakitan yang
hebat, atau keadaan emosi yang hebat.
7. Kemungkinan ruptur uteri spontan pada kehamilan mendatang
8. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
reperitonisasi terlalu tinggi.

2.2.6 Nasihat Pasca Operasi (Mochtar, 1998)

1. Dianjurkan jangan hamil setelah lebih kurang 1 tahun, dengan


memakai kontrasepsi
2. Kehamilan berikutnya hendaknya diawasi dengan antenatal yang lebih
baik.
3. Dianjurkan untuk bersalin di rumah sakit yang besar
4. Apakah persalinan yang berikut harus dengan seksio sesarea
bergantung dari indikasi seksio sesarea dan keadaan pada kehamilan
yang berikutnya.
2.2.7 Perawatan postoperasi

1. Meningkatkan proses penyembuhan luka dan mengurangi rasa nyeri


dengan cara merawat luka sdan memperbaiki asupan makanan tinggi
protein dan vitamin c.
2. Mempertahankan respirasi sempurna dengan latihan napas, tarik napas
dalam dengan mulut terbuka, lalu tahan napas selama 3
detik,kemudian hembuskan. atau dapat dengan cara menarik napas
melalui hidung, dan menggunakan diafragma, kemudian keluarkan
napas perlahan-lahan melalui mulut dan di kuncupkan.
3. Mempertahankan sirkulasi, dengan stoking pada pasien yang beresiko
tromboflebitis atau pasien dilatih agar tidak duduk terlalu lama dan
harus meninggikan kaki pada tempat duduk guna memperlancar vena
balik.
4. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, dengan
memberikan cairan sesuai dengan kebutuhan pasien. Monitor input dan
output, serta mempertahankan nutrisi yang cukup.
5. Mempertahankan eliminasi, dengan mempertahankan asupan dan
output serta mencegah terjadinya retensi urine
6. Mempertahankan aktivitas dengan latihan yang memperkuat otot
sebelum ambulatori.
7. Mengurangi kecemasan dengan melakukan komunikasi secara
terapeutik (Mujahidah, 2012)

2.2.8 Penatalaksanaan Ibu Nifas Post Seksio Caesarea (Jitowiyono, 2010)

1. Analgesia

Wanita dengan ukuran tubuh rata-rata dapat disuntik 75 mg meperidin


(intra muskuler) setiap 3 jam sekali, bila diperlukan untuk mengatasi rasa sakit
atau dapat disuntikan dengan cara serupa 10 mg morfin.

 Wanita dengan ukuran tubuh kecil, dosis meperidin yang diberikan adalah 50
mg
 Wanita denganukuran tubuh besar, dosis yang lebih tepat adalah 100 mg
meperidin
 Obat-obatan antiemetic, misalnya protasin 25 mg biasanya diberikan bersama-
sama dengan pemberian preparat narkotik.

2. Tanda –tanda vital

Tanda-tanda vital harus diperiksa 4 jam sekali, perhatikan tekanan darah,


nadi, jumlah urine serta jumlah darah yang hilang dan keadaan fundus harus
diperiksa.
3. Terapi cairan dan diet
Untuk pedoman umum, pemberian 3 liter larutan RL, terbukti sudah cukup
selama pembedahan dan dalam 24 jam pertama berikutnya, meskipun demikian,
jika output urine jauh dibawah 30 ml/jam, pasien harus segera di evaluasi kembali
paling lambat pada hari kedua.
4. Vesika Urinarius dan Usus
Kateter dapat dilepas setelah 12 jam, post operasi atau pada keesokan
paginya setelah operasi. Biasanya bising usus belum terdenggar pada hari pertama
setelah pembedahan, pada hai kedua bising usus masih lemah, dan usus baru aktif
kembali pada hari ketiga.
5. Ambulasi
Pada hari pertama setelah pembedahan, pasien dengan bantuan perawatan
dapat bangun dari tempat tidur sekurang-kurangnya 2 kali pada hari kedua pasien
dapat berjalan dengan pertolongan.
6. Perawatan Luka
Luka insisi di inspeksi setiap hari, sehingga pembalut luka yang alternative
ringan tampak banyak plester sangat menguntungkan, secara normal jahitan kulit
dapat diangkat setelah hari ke empat setelah pembedahan. Paling lambat hari ke
tiga post partum, pasien dapat mandi tanpa membahayakan luka insisi.
7. Laboratorium
Secara rutin hematokrit diukur pada pagi setelah operasi hematokrit
tersebut harus segera di cek kembali bila terdapat kehilangan darah yang tidak
biasa atau keadaan lain yang menunjukan hipovalemia.
8. Perawatan Payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan
untuk tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan
payudara tanpa banyak menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri.
9. Memulangkan Pasien dari Rumah Sakit
Seorang pasien yang baru melahirkan mungkin lebih aman bila
diperbolehkan pulang dari rumah sakit pada hari ke empat dan hari ke lima post
operasi, aktivitas ibu seminggunya harus dibatasi hanya untuk perawatan bayinya
dengan bantuan orang lain.

2.3 Konsep dasar Hipertensi

2.3.1 Hipertensi Pada kehamilan

a. Definisi

Hipertensi secara umum dapat didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih


dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg (Manuntung, 2018).
Berikut adalah definisi Hipertensi Dalam Kehamilan menurut para ahli:

1. Hipertensi pada wanita hamil disebut hipertensi gravidarum.


Peningkatan tekanan darah umumnya terjadi setelah umur kehamilan
mencapai 20 minggu ditandai dengan tekanan sistolik mencapai 140
mmHg bisa juga lebih atau kenaikan 30 mmHg diatas tekanan biasa.
Sementara tekanan diastolik 90 mmHg bisa lebih atau kenaikan 15 mmHg
diatas tekanan (Marliani & Tantan, 2007). Hipertensi dalam kehamilan
adalah ibu hamil dengan kondisi tekanan darah sistolik ≥ 140 mmhg atau
diastolik > 90 mmhg yang dilakukan dalam dua kali pemeriksaan yang
berjarak 4 sampai 6 jam (Putri & Mudlika, 2019).
2. Hipertensi pada wanita hamil yang tidak disertai kejang disebut
preeklamsi kalau dengan kejang dinamakan eklamsi.
Hipertensi dalam kehamilan dapat menimbulkan kematian bagi ibu dan
anak. Penyakit ini bisa berulang pada kematian berikutnya sehingga harus
diwaspadai (Marliani & Tantan, 2007).
b. Faktor Predisposisi

Faktor risiko yang dapat meningkatkan kejadian hipertensi pada ibu hamil
antara lain:

1)Ibu primipara.
2) Ibu dengan usia < 20 tahun atau > 40 tahun.
3) Ibu dengan riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya.
4) Ibu dengan riwayat keluarga memiliki hipertensi gestasional.
5) Ibu dengan hipertensi kronik.
6) Ibu dengan kehamilan gemelli,
7) Ibu dengan diabetes gestasional.
8) Ibu dengan diabetes melitus.
9) Ibu dengan obesitas.
10) Ibu dengan berat badan kurang (underwight).
11) Ibu dengan penyakit jantung.
12) Ibu yang menderita penyakit ginjal.
13) Ibu yang menderita penyakit asma.
14) Ibu dengan stres psikologis.
15) Ibu yang sering mengonsumsi alkohol.
16) Ibu perokok.
17) Ibu dengan status ekonomi yang rendah (Putri & Mudlika, 2019).

Faktor-faktor lain yang berhubungan dengan tekanan darah tinggi


termasuk: diabetes, obesitas, stres konsumsi alkohol berlebih (kronis), kurangnya
aktivitas fisik, kurangnya asupan kalium magnesium dan kalsium.

BAB III

TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN

PADA Ny “ T “ P30002 USIA 40 TAHUN POST SC DENGAN INDIKASI


HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

DI RSUD JOMBANG RUANG DRUPADI II

No. RM : 586xxx

Tempat Pengkajian : Ruang DRUPADI II

Tanggal Pengkajian : 22-08-2023

Waktu Pengkajian : 14.30 WIB

1. Standar I Pengkajian Data


A. Data Subjektif
1) Identitas
a. Nama Ibu
Nama : Ny. T
Umur : 40 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Dsn.Pulorejo RT 01/01 Ngoro
b. Nama Suami
Nama : Tn. S
Umur : 42 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Pulorejo RT 01/01 Ngoro
c. Keluhan Utama
Ibu mengatakan nyeri pada bekas luka operasi dan
badannya merasa lemas setelah proses operasi SC.

d. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan ibu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit
menahun seperti (jantung,asma, hipertensi), menular
seperi (TBC, HIV/AIDS, hepatitis) dan menurun seperti
(asma, diabetes mellitus, hipertensi).
2) Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada riwayat
penyakit menahun seperti (jantung,asma, hipertensi),
menular seperi (TBC, HIV/AIDS, hepatitis) dan menurun
seperti (asma, diabetes mellitus, hipertensi).

e. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun
Flour Albous : Tidak ada
Siklus Haid : 28 hari
Lama Haid : 5-6 hari
Warna : Merah
Dismenorhea : Tidak
Banyaknya : 3x ganti softex/hari
f. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Ha Persalinan Anak Nifas Anak
mil U Thn Penyul Terkeci
Jenis Penolong Tempat BB PB JK ASI Penyulit
ke K it l
9 2013 SC nakes Rs 3500 lk
1
bln

2 9 SC nakes Rs 3000 Lk
bln

g. Riwayat Kehamilan, bersalin dan nifas sekarang


Ha Persalinan Anak Nifas Anak
mi Terkeci
Thn Penolo Peny
l UK Jenis Tempat BB PB JK ASI Penyulit l
ng ulit
ke
39/40 2023 SC Nakes Rs - 4000 52 lk 
2
mgg

1. HPHT : 11-11-2022
2. ANC Pertama Umur Kehamilan : 13 minggu
3. Kunjungan ANC :
Trimester I : 1x
Trimester II : 2x
Trimester III : 3x
4. Status imunisasi TT : Imunisasi TT lengkap (T5)
5. Status imunisasi covid-19 : 2x
6. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal : 22-08-2023
Darah
Urin
HB : 11, 6 g/dl
Leukosit : 11.01 10^3/ul
Hematokrit : 34.0 %
Erirosit : 4.70 10^6/ul
MCV :72.3 fl
MCH :23.8 pg
MCHC : 32.9 g/l
RDW-CV : 16.5%
Reduksi: negatif
GOLDA : B (+) Albumin:
negatif
GDA : 102 gr/dl
HIV :NR
PPIA :NR
HBSAG :NR
SIFILIS :NR

Tanggal : 23-08-2023
Darah
HB : 11,8 mmhg
Leukosit : 17.38 10^3/ul
Hematokrit : 35.6 %
Erirosit : 4.82 10^6/ul
MCV :73.9 fl
MCH :23.4 pg
MCHC : 31.7 g/l
RDW-CV : 16.5%
GDA : - gr/dl
HIV :-
PPIA :-
HBSAG :-
SIFILIS :-

- Pemeriksaan USG

Tanggal : 14-03-2023

G3P2A0 T/H/IU djj + uk 18/19 minggu riwayat Fe/ Tp 12-08-2023

h. Riwayat Keluarga Berencana (KB)

Ibu mengatakan menggunakan kontrasepsi suntik


i. Riwayat Perkawinan
Status : Kawin
Usia kawin : 19 tahun
Jumlah menikah : 1 kali
Lama kawin : 8 tahun
j. Pola aktivitas sehari-hari
1) Pola nutrisi
Makan : 3x sehari (nasi, lauk, sayur ditambah buah)
Minum : 6-7 gelas/hari air putih, 1 gelas susu
2) Pola eliminasi
BAK : Frekuensi : 4-5x sehari
Warna : Kuning jernih
BAB : Frekuensi : 1x sehari
Konsistensi : Keras
3) Pola istirahat
Tidur siang : 1-2 jam sehari
Tidur malam : 6-7 jam sehari
4) Pola seksual
Ibu mengatakan tidak melakukan hubungan seksual selama hamil.
5) Personal hygiene
Mandi : 2x sehari
Keramas : 3-4x seminggu
Sikat gigi : 1x sehari
Ganti pakaian : 2x sehari
6) Pola aktivitas
Ibu beraktivitas seperti biasa mengerjakan pekerjaan rumah yang ringan
dan mengasuh anak.

k. Riwayat psikologi ibu


Ibu, suami dan keluarga merasa senang atas kelahiran bayinya
l. Riwayat Sosial dan Budaya
Ibu mengatakan masih kental dengan adat jawa, seperti tingkepan dan 7
bulanan.

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 150/90 mmHg
Nadi : 84x/menit
Suhu : 36,9 oC
RR : 20x/menit
ANTROPOMETRI :
TB : 162 cm
BB SH : 44 kg
BB saat ini :-
2. Pemeriksaan Fisik

Kepala : Rambut hitam, kulit kepala bersih, a.

tidak tampak adanya benjolan I


n Muka : Simetris, tidak ada oedema
s Mata : Simetris, konjugtiva merah muda
p sklera putih, tidak ada palpabrae
e oedeme
k Hidung : Bersih, simetris, tidak ada sekret
s Mulut : Tidak tampak stomatitis, tampak
i adanya caries gigi
Telinga : Simetris, bersih, tidak tampak
pengeluaran cairan
Payudara : Bentuk simetris, puting susu menonjol,
tampak pengeluaran kolostrum
Abdomen : adanya luka bekas operasi, tampak
adanya linea nigra dan striae albicans.
Genetalia : Tidak tampak adanya pembengkakan,
tidak terdapat cairan abnormal, lockea
rubra, perdarahan 150 cc
Ekstermitas : Simetris, tidak tampak odeme
b. Palpasi

Kepala : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada


benjolan abnormal.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
dan vena jugularis
Payudara : Tidak ada nyeri tekan, pengeluaran
kolostrum +/+
c. Abdomen : kandung kemih kosong
Genetalia : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada
oedema
Ekstermitas : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada
oedema

Auskultasi
Dada : Tidak terdengar Ronchi dan
Wheezing
d. Perkusi

Refleks : +/+
patella

2. Standar II Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan

P30003 post Sc atas indikasi hipertensi dalam kehamilan

3. Standar III Perencanaan

Tanggal : 22 Agustus 2023 Jam : 12.45 WIB


a. Lakukan pendekatan terapeutik pada ibu
R/ terjalin hubungan yang baik dengan ibu
b. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu.
R/ agar ibu mengetahui bahwa ibu dalam keadaan sehat.
c. berikan KIE tentang kebersihan diri/personal hygiene pada ibu
R/ kebersihan diri terutama perawatan kebersihan genetalia.
d. Berikan motivasi ibu untuk memberi ASI ekslusif
R/ agar bayi mendapat nutrisi sesuai kebutuhannya
e. Ajarkan ibu cara menyusui yang benar
R/ agar bayi merasa nyaman dan tidak mudah gumoh
f. beikan KIE tentang nutrisi ibu nifas. Seperti mengkonsumsi buah-
buahan, tingi protein pada ibu.
R/ kebutuhan nutrisi selama nifas meningkat karena ibu menyusui
bayinya
g. Informasikan pada ibu melakukan mobilisasi
R/untuk mempercepat proses involusi
h. Jelaskan kepada ibu tentang tanda bahaya masa nifas
R/ komplikasi masa nifas sangat rentan terjadi
i. Dokumentasikan kegiatan pemeriksaan
R/ sebagai bukti dilakukan kunjungan untuk mengetahui
perkembangan kehamilan.
4. Standar IV Implementasi
a. Melakukan pendekatan terapeutik pada ibu
b. Menjelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan kepada ibu.
c. Memberikan KIE tentang kebersihan diri/personal hygiene yaitu
cara menjaga kebersihan diri seperti mandi dengan sabun, gosok gigi
dan keramas, cebok dari depan ke belakang, ganti softex 4-5x sehari,
dan membersihkan jahitan saat selesai bak dan bab dengan sabun
d. Memberikan motivasi pada ibu untuk memberi ASI Eksklusif
kepada bayinya tanpa makanan pendamping apapun selama 6 bulan
pertama.
e. Mengajari ibu cara menyusui yang benar yaitu badan bayi harus
lurus, menghadap ibu, areola ibu masuk ke mulut bayi
f. Memberikan KIE tentang kebutuhan nutrisi ibu nifas yaitu
mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, lemak,
protein, vitamin, serat seperti nasi, tempe, daging, tahu, sayur-sayuran,
buah-buahan seperti buah pisang pada ibu.
g.menginformasikan kepada ibu melakukan mobilisasi untuk
mempercepat proses involusi
h. Memberitahu ibu tanda bahaya masa nifas.
i. Mendokumentasikan kegiatan pemeriksaan di rekam medik sebagai
bukti pertanggungjawaban bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
5. Standar V Evaluasi
a. Pendekatan terapeutik sudah dilakukan
b. Ibu sudah mengetahui hasil pemerikasaan bahwa keadaan ibu baik.
c. Ibu mengerti dan akan menjaga kebersihan diri.
d. Ibu mau memberi ASI Eksklusif kepada bayinya
e. Ibu mengerti cara menyusui yang benar
f. Ibu mengerti dengan kebutuhan nutrisi ibu saat ini dan setiap
harinya ibu mengkonsumsi makanan sepeti nasi, ikan/daging, sayuran
dan buah-buahan seperti pisang.
g. ibu mengerti dan melakukan mobilisasi
h.Ibu mengetahui tanda bahaya masa nifas
i. Pendokumentasian sudah dilakukan (dicatat) di rekam medik

6. Catatan perkembangan

Tanggal : 23 Agustus 2023 Jam : 20. 30 WIB


S : ibu mengatakan nyeri pada bekas luka operasi
O :
Keadaan : Baik
Umum
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 130/50 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Suhu : 36,8oC
RR : 20x/menit
Kontraksi : Baik
TFU : 2 jari dibawah pusat
Kandung : Kosong
kemih
GSC : E :4 V:5 M:6
A : Ny T p30003 Post SC hari Kedua
P :
1) Pastikan kandung kemih kosong, memastikan kandung
kemih kosong, kandung kemih kosong
2) Periksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik,
memeriksa nadi ibu dan memastikan keadaan umum ibu
baik, nadi ibu normal dan keadaan ibu baik.
3) Jelaskan pada ibu untuk mengkonsumsi nutrisi yang
cukup dan tidak tarak, menjelaskan kepada ibu untuk
mengkonsumsi nutrisi yang cukup dan tidak tarak, ibu
mengerti.
4) Jelaskan personal hygine,menjelaskan personal hygine
dengan mengganti pembalut jika penuh, ibu mengerti
5) Obsevasi TTV ,Meng observasi TTV
TTV : TD : 130/50 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Suhu : 36,8oC
RR : 20x/menit
Observasi dilakukan oleh tenaga Kesehatan.

Tanggal : 24 Agustus 2023 Jam : 20. 30 WIB


S : ibu mengatakan nyeri pada bekas luka operasi
O :
Keadaan : Baik
Umum
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 120/70 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Suhu : 36,8oC
RR : 20x/menit
Kontraksi : Baik
TFU : 2 jari dibawah pusat
Kandung : Kosong
kemih
GSC : E :2 V:4 M:4
A : Ny T p30003 Post SC hari Ketiga
P :
1) Pastikan kandung kemih kosong, memastikan kandung
kemih kosong, kandung kemih kosong
2) Periksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik,
memeriksa nadi ibu dan memastikan keadaan umum ibu
baik, nadi ibu normal dan keadaan ibu baik.
3) Jelaskan pada ibu untuk mengkonsumsi nutrisi yang
cukup dan tidak tarak, menjelaskan kepada ibu untuk
mengkonsumsi nutrisi yang cukup dan tidak tarak, ibu
mengerti.
4) Jelaskan personal hygine,menjelaskan personal hygine
dengan mengganti pembalut jika penuh, ibu mengerti
5) Obsevasi TTV ,Meng observasi TTV
TTV : TD : 120/70 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Suhu : 36,8oC
RR : 20x/menit
Observasi dilakukan oleh tenaga Kesehatan.
BAB IV

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa:
5.1.1 Dari pengkajian pada Ny“T” dalam masa nifas post sc atas indikasi
hipertensi dalam kehamilan diketahui dalam keadaan sehat tanpa ada tanda
bahaya pada masa nifas, involusi uterus normal.
5.1.2 Perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan yaitu asuhan kebidanan
pada Ny“T” dalam masa nifas post sc atas indikasi hipertensi dalam
kehamilan.
5.1.3 Perencanaan yang diberikan pada Ny“T” dalam masa nifas post sc atas
indikasi hipertensi dalam kehamilan .
5.1.4 Implementasi yang dilakukan pada Ny“T” dalam masa nifas post sc atas
indikasi hipertensi dalam kehamilan.
5.1.5 Evaluasi yang didapatkan yaitu semua perencanaan dapat dilaksanakan
dengan baik tanpa ada satupun perencanaan yang tidak terlaksana.
5.1.6 Catatan perkembangan yang didapatkan semua menunjukkan keadaan
yang normal dan baik pada kondisi ibu maupun bayinya.

5.2 Saran
A. Bagi Pelayanan Kesehatan
Dengan adanya studi kasus ini diharapkan pada ini pelayanan kesehatan
mengingkatkan protokol kesehatan yang sudah berlaku, khususnya oleh bidan
dalam memberikan pelayanan yang berkelanjutan, juga dijadikan masukan
serta diharapkan bidan mampu menerapkan temuan penelitian terbaru demi
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas.
B. Bagi Institusi
Dengan adanya studi kasus ini semoga bisa lebih komprehensif lagi dalam
melakukan asuhan kebidanan dan kedepannya bisa dijadikan sebagai bahan
evaluasi guna meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia. 2018. Kebidanan Teori dan Asuhan Vol I.
Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia. 2018. Kebidanan Teori dan Asuhan Vol
II. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Fitriana dan Nurwiandani. 2018. Asuhan Persalinan. Bantul Yogyakarta : Pustaka


Baru Press.

Ikatan Bidan Indonesia. 2021. Modul Pelatihan Midwifery Update. Jombang.


Keputusan Menteri Kesehatan No.938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang Standart
Asuhan Kebidanan.

Noordiati. 2019. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra
Sekolah. Malang : Wineka Media.

Profil Kesehatan Kabupaten Jombang 2019 tentang Angka Kematian Ibu dan
Bayi.

Situmorang, Yatri Hilinti, dkk. 2021. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Tuban
Jawa Timur : Pustaka El Quena.

Sulis, Erfiani, dkk. 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin dan
Bayi Baru Lahir. Surakarta : Oase Group.

Sumarni dan Nahira. 2019. Asuhan Kebidanan Ibu Post Partum. Gowa : Cahaya
Bintang Cemerlang.

Walyani, E.S. 2020. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Bantul Yogyakarta:


Pustaka Baru.
Walyani S.W dan Endang Puswoastuti. 2020. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan
Menyusui. Bantul Yogyakarta : Pustaka Baru.

Anda mungkin juga menyukai