Anda di halaman 1dari 12

Perlindungan dan Pembatasan Hak Asasi Manusia (HAM)

Dosen Pengampu:
DR.Febrian,S.H.,M.S.
LaurelHeydir,S.H.,M.
Dedeng,S.H,MH
Syafira Arizka
Maulidya,.S.H,M.H.

Oleh:
Kelompok 12

1. Abie Al Ghifary (02011382227367)


2. Muhammad Iffan Rafif Arezza (02011382227355)
3. M.Lutfi ( 02011382227441)
4. Yudhies Fadilah (02011382227481)
5. Awang Aditya (02011382227453)
6. Muhammad Faris Maryansyah (02011381924335)
7. M.Revaldo (02011382227379)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Shalawat beriring salam selalu tercurah kepada
junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan pengikut-
pengikutnya sampai akhir zaman.
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu serta semua
pihak yang telah membantu penyusunan makalah mengenai “Perlindungan dan
Pembatasan Hak Asasi Manusia (HAM)” sebagai tugas kelompok.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
para pembaca praktikan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan yang ada
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Palembang, Agustus 2023

Kelompok 12
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................... 3
BAB I............................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN............................................................................................................................................. 4
1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH..........................................................................................................................5
1.3 TUJUAN PENULISAN............................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................. 6
2.1 PENGERTIAN HAK ASASI MANUSIA DAN MENGAPA PERLU DILINDUNGI............................................6
2.2 PEMBATASAN HAM DAN DALAM SITUASI APA PEMBATASAN DIPERBOLEHKAN.................................8
2.3 KESEIMBANGAN ANTARA HAM DAN KEPENTINGAN UMUM............................................................10
BAB III......................................................................................................................................................... 11
KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................................................................... 11
3.1 KESIMPULAN.....................................................................................................................................11
3.2 SARAN.............................................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................................ 13
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hak asasi manusia adalah hak alamiah yang dimiliki dan melekat pada setiap
manusia. Hak-hak tersebut perlu dilindungi dan dihormati oleh negara sebagai hak dasar
yang melekat pada setiap individu. Perlindungan, penghormatan, dan penegakan hak asasi
manusia semakin gencar disuarakan di Indonesia demi tercapainya kesejahteraan dan
penghormatan terhadap hak asasi manusia. Prinsip perlindungan hukum bagi rakyat
terhadap tindakan pemerintah berpijak dan bersumber dari konsep hak asasi manusia. Hak
asasi manusia adalah seperangkat hak yang sangat mendasar. Perlindungan hak asasi
manusia mencakup berbagai aspek, seperti kebebasan berpendapat dan berekspresi, hak
atas kebebasan beragama, hak atas privasi, dan lain-lain.

Pembatasan terhadap hak asasi manusia hanya dapat dilakukan dengan alasan
tertentu dan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Pembatasan hak asasi manusia
harus diatur oleh hukum, diperlukan dalam masyarakat demokratis, dan untuk melindungi
ketertiban umum, kesehatan masyarakat, moral masyarakat, keamanan nasional,
keselamatan publik, dan hak-hak serta kebebasan orang lain. Dalam konteks pembatasan
hak asasi manusia, penting untuk menjaga keseimbangan antara perlindungan hak asasi
manusia dan kepentingan umum. Pembatasan hak asasi manusia harus diatur dengan jelas
dan proporsional, dan tidak boleh digunakan sebagai alasan untuk melanggar hak-hak
dasar individu.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu Hak Asasi Manusia dan mengapa hak ini perlu dilindungi?
2. Apa yang dimaksud dengan pembatasan Hak Asasi Manusia dan dalam situasi apa
pembatasan ini diperbolehkan?
3. Bagaimana cara menjaga keseimbangan antara perlindungan Hak Asasi Manusia
dan kepentingan umum dalam konteks pembatasan hak asasi manusia?
1.3 Tujuan Penulisan

Bersumber pada rumusan permasalahan yang disusun oleh penulis di atas, hingga
tujuan dalam penyusunan makalah ini merupakan bagaikan berikut:

 Untuk mengetahui apa itu Hak Asasi Manusia


 Untuk mengetahui mengapa Hak Asasi Manusia dilindungi
 Untuk mengetahui mengapa Hak Asasi Manusia perlu dibatasi
 Untuk mengetahui bagaimana cara menjaga keseimbangan antara perlindungan
Hak Asasi Manusia dan kepentingan umum
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hak Asasi Manusia dan Mengapa Perlu Dilindungi

Pengertian Hak Asasi Manusia menurut para Ahli:


 Soetandyo Wignjosoebroto
Pengertian hak asasi manusia adalah hak mendasar (fundamental) yang diakui
secara universal sebagai hak yang melekat pada manusia karena hakikat dan
kodratnya sebagai manusia. HAM disebut universal karena hak ini dinyatakan sebagai
bagian dari kemanusiaan setiap sosok manusia, apapun warna kulit, jenis kelamin,
usia, latar belakang budaya, agama, atau kepercayaan. Sedangkan sifat inheren karena
hak ini dimiliki setiap manusia karena keberadaannya sebagai manusia, bukan
pemberian dari kekuasaan manapun. Karena melekat, maka HAM tidak bisa
dirampas.
 Muladi
HAM adalah hak yang melekat secara alamiah (inheren) pada diri manusia
sejak manusia lahir, dan tanpa hak tersebut manusia tidak dapat tumbuh dan
berkembang sebagai manusia yang utuh. Karena keberadaan HAM yang begitu
penting, tanpa HAM manusia tidak dapat mengembangkan bakat dan memenuhi
kebutuhannya.
 Thomas Hobbes
Pengertian HAM adalah jalan keluar untuk mengatasi keadaan “homo homini
lupus, bellum omnium contra omnes“ yaitu manusia dapat menjadi serigala bagi
manusia lain. Keadaan seperti ini mendorong terbentuknya perjanjian masyarakat di
mana rakyat menyerahkan hak-haknya kepada penguasa.

Pengertian Hak Asasi Manusia menurut Hukum Nasional:


Secara normatif, definisi HAM di Indonesia dapat Anda temukan dalam Pasal
1 angka 1 UU HAM yang berbunyi: “Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak
yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia”. Dari pasal tersebut, dapat diartikan
bahwa HAM adalah hak dasar manusia, merupakan karunia Tuhan Yang Maha Kuasa,
merupakan hak natural, dan oleh karena itu HAM tidak dapat dicabut oleh manusia
lain sesama mahluk hidup.

Pengertian Hak Asasi Manusia menurut Hukum Internasional:


Pasal 1 Universal Declaration of Human Rights/Deklarasi Universal Hak
Asasi Manusia (“DUHAM”) menyebutkan: All human beings are born free and equal
in dignity and rights. They are endowed with reason and conscience and should act
towards one another in a spirit of brotherhood. Pasal tersebut jika diartikan adalah
semua manusia dilahirkan merdeka dan memiliki martabat dan hak yang sama.
Manusia dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam
semangat persaudaraan.

Hak Asasi Manusia perlu dilindungi mengacu pada Undang Undang Nomor 39
Tahun 1999, Hak Asasi Manusia merupakan, hak dasar yang secara kodrati melekat
pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng. Oleh karena itu harus dilindungi,
dihormati, dipertahankan, dan tidak boleh diabaikan, dikurangi, atau dirampas oleh
siapapun. Dalam isi jurnal ini, bagaimana Hak Asasi Manusia dilaksanakan pada
penerapan proses peradilan Asas cepat, sederhana dan biaya ringan dalam
penyelesaian perkara Pelindungan Konsumen No 8 Tahun 1999, terkait surat edaran
Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Tata
Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana biaya ringan (PERMA).

Dalam penulisan ini menggunakan metode yuridis sosialis, yaitu suatu


pendekatan penelitian yang akan dilihat dari aspek hukum dan pelaksanannya di
masyarakat tentang proses peradilan perlindungan hukum, sebagai pokok
permasalahan. Hasil dari analisa tulisan bertujuan agar dapat diperoleh rekomendasi
yang dapat dijadikan masukan pada pihak-pihak pemegang kebijakan sebagai
masukan yang dapat diimplementasikan di masyarakat agar dapat mengajukan
tuntutan hak sesuai dengan hukum dan peraturan perundang-undangan melalui
pengadilan (litigasi) maupun melalui luar jalur pengadilan (non litigasi) merupakan
hak asasi manusia yang dijamin oleh hukum dan peraturan perundang-undangan.
Perwujudan HAM walaupun demikian tidak dapat dilakukan secara mutlak
karena masih dibatasi oleh HAM lainnya, karena itulah dalam diri setiap pribadi
manusia harus ada sikap saling menghargai dan menghormati orang lain sehingga
tidak melanggar aturan yang berlaku.

2.2 Pembatasan HAM dan Dalam Situasi Apa Pembatasan Diperbolehkan

Dalam pembahasan tentang pembatasan HAM, terdapat beberapa jenis


pembatasan yang dapat dibahas, antara lain pembatasan HAM dalam keadaan darurat,
pembatasan HAM dalam konteks terorisme, dan pembatasan HAM dalam konteks
kesehatan masyarakat. Pembatasan HAM dalam keadaan darurat dapat dibahas
dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan di Indonesia, sementara
pembatasan HAM dalam konteks terorisme dapat dibahas dengan mengacu pada
Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme. Sedangkan pembatasan
HAM dalam konteks kesehatan masyarakat dapat dibahas dengan mengacu pada
konsep "limitation" dalam instrumen hukum hak asasi manusia internasional.

Terdapat beberapa hak yang telah disepakati oleh masyarakat internasional


tidak boleh dikurangi dalam keadaan apa pun, bahkan dalam keadaan darurat atau
perang. Hak-hak itu dikenal sebagai non derogable rights dan tertuang dalam Pasal 4
(2) Kovenan Hak Sipil dan Politik yang meliputi hak hidup, hak untuk tidak disiksa,
hak tidak diperbudak, hak untuk tidak dipenjara karena semata-mata tidak dapat
memenuhi kewajiban kontraknya, hak untuk tidak dihukum berdasarkan hukum yang
berlaku surut, hak untuk diakui sebagai pribadi di depan hukum, hak atas bebas
berpikir, berkeyakinan, beragama.

Dalam peraturan undang-undangan di Indonesia terdapat beberapa ketentuan


mengatur tentang hak-hak yang tidak dapat dikurangi (non- derogable rights). Hal
tersebut terdapat pada Pasal 28 I ayat (1) UUD1945, Pasal 37 TAP MPR Nomor
XVII/MPR/1998, Pasal 4 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia.
Dalam pembahasan tentang pembatasan HAM, terdapat beberapa jenis
pembatasan yang dapat dibahas, antara lain pembatasan HAM dalam keadaan darurat,
pembatasan HAM dalam konteks terorisme, dan pembatasan HAM dalam konteks
kesehatan masyarakat. Pembatasan HAM dalam keadaan darurat dapat dibahas
dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan di Indonesia, sementara
pembatasan HAM dalam konteks terorisme dapat dibahas dengan mengacu pada
Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme. Sedangkan pembatasan
HAM dalam konteks kesehatan masyarakat dapat dibahas dengan mengacu pada
konsep "limitation" dalam instrumen hukum hak asasi manusia internasional.

Pembatasan HAM dalam keadaan darurat dapat dibahas dengan mengacu pada
peraturan perundang-undangan di Indonesia, seperti Pasal 4 Ayat (1) ICCPR yang
mengatur bahwa dalam keadaan darurat yang mengancam kehidupan dan keamanan
negara, negara dapat melakukan pembatasan terhadap hak asasi manusia. Pembatasan
HAM dalam keadaan darurat juga dapat dibahas dengan mengacu pada konsep
"limitation" dalam instrumen hukum hak asasi manusia internasional. Dalam
pembatasan HAM, terdapat prinsip dan pedoman yang menjadi rujukan, antara lain
ditetapkan berdasarkan hukum, pernyataan pemberitahuan dan penghentian darurat,
tidak membatasi hak yang bersifat absolut, benar-benar dibutuhkan, pengaturan jelas,
ketat, dan proporsional.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa setidaknya ada 3 alasan yang


menyebabkan suatu materi pembatasan HAM dalam undang-undang inkonstitusional
yaitu melanggar prinsip penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain,
mengandung unsur-unsur diskriminasi, menimbulkan ketidakpastian hukum.

Dalam pembatasan HAM dalam keadaan darurat, terdapat beberapa contoh


kasus pelanggaran HAM yang terjadi. Salah satu contohnya adalah kebijakan
penanganan COVID-19 di Tumpang Pitu, Banyuwangi, Indonesia, yang dianggap
melanggar hak kebebasan pribadi. Selain itu, terdapat juga kasus pelanggaran HAM
dalam keadaan darurat di Aceh, Indonesia, yang terjadi pada masa darurat militer. Di
negara lain, terdapat kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Myanmar, seperti pola
pelanggaran HAM berat dan kekerasan-kekerasan yang sudah dimulai 30 tahun lalu
2.3 Keseimbangan Antara HAM dan Kepentingan Umum

Dalam konteks pembatasan hak asasi manusia, menjaga keseimbangan antara


perlindungan hak asasi manusia dan kepentingan umum merupakan tantangan yang
kompleks. Berikut adalah beberapa cara untuk menjaga keseimbangan antara kedua
hal tersebut:
 Pengaturan Hukum yang Jelas: Penting untuk memiliki peraturan hukum yang
jelas dan terperinci yang mengatur pembatasan hak asasi manusia. Peraturan ini
harus mempertimbangkan kepentingan umum dan memberikan panduan yang
jelas tentang batasan dan prosedur pembatasan hak asasi manusia.
 Pengawasan Independen: Membentuk lembaga pengawasan independen yang
bertugas memantau dan mengevaluasi tindakan pembatasan hak asasi manusia.
Lembaga ini harus memiliki kewenangan yang cukup untuk meninjau dan
memastikan bahwa pembatasan tersebut sesuai dengan hukum dan proporsional.
 Keterlibatan Masyarakat: Melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan
keputusan terkait pembatasan hak asasi manusia. Pendapat dan kepentingan
masyarakat harus didengar dan dipertimbangkan dalam proses pengambilan
keputusan.
 Transparansi dan Akuntabilitas: Menjamin transparansi dalam proses pembatasan
hak asasi manusia dan memastikan bahwa pihak yang bertanggung jawab atas
pembatasan tersebut bertanggung jawab dan akuntabel atas tindakan mereka.
 Pengadilan yang Independen: Memastikan adanya sistem peradilan yang
independen dan efektif untuk meninjau dan menyelesaikan sengketa terkait
pembatasan hak asasi manusia. Pengadilan harus dapat menjamin perlindungan
hak asasi manusia dan memastikan bahwa pembatasan tersebut sesuai dengan
hukum.
 Pendidikan dan Kesadaran: Meningkatkan pendidikan dan kesadaran masyarakat
tentang hak asasi manusia dan pentingnya menjaga keseimbangan antara
perlindungan hak asasi manusia dan kepentingan umum. Dengan pemahaman
yang lebih baik, masyarakat dapat berpartisipasi secara aktif dalam proses
pembatasan hak asasi manusia.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Perlindungan dan pembatasan hak asasi manusia adalah dua konsep yang
seringkali berhubungan dalam konteks hukum dan masyarakat. Perlindungan hak
asasi manusia mencakup langkah-langkah untuk mencegah pelanggaran hak-hak dasar
individu, seperti hak atas kehidupan, kebebasan berbicara, dan kebebasan beragama.
Sementara itu, pembatasan hak asasi manusia dapat terjadi ketika hak-hak individu
dibatasi demi menjaga kepentingan umum, seperti keamanan nasional atau
perlindungan masyarakat. Tantangan utama dalam mengelola perlindungan dan
pembatasan hak asasi manusia adalah menemukan keseimbangan yang tepat antara
hak-hak individu dan kepentingan kolektif. Pengaturan yang cermat dan transparan
dibutuhkan agar pembatasan hak-hak ini tidak disalahgunakan atau melanggar
prinsip-prinsip hak asasi manusia yang mendasar.

3.2 Saran
Kami berharap makalah ini dapat menambah bagi pembaca agar tertarik untuk
dapat meningkatkan keingintahuan nya terhadap informasi baru yang bermanfaat.
Demi kesempurnaan makalah ini, kami berharap saran agar kami bisa membangun
karya tulis yang lebih sempurna dan lebih baik kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Agus, F. (2018). Pembatasan HAM dalam Keadaan Darurat Menurut Peraturan Perundang-
Undangan Indonesia. Jurnal Paradigma Hukum Pembangunan, 3(02), 105–114.
http://mx2.atmajaya.ac.id/index.php/paradigma/article/view/1932

Mujaddidi, S. (2022). Konstitusionalitas Pembatasan Hak Asasi Manusia dalam Putusan


Mahkamah Konstitusi. Jurnal Konstitusi, 18(3), 539. https://doi.org/10.31078/jk1833

Pembatasan Hak Berekspresi Harus Ketat dan Tidak Sewenang-wenang - Komnas HAM.
(n.d.). Retrieved September 1, 2023, from
https://www.komnasham.go.id/index.php/news/2021/6/15/1816/pembatasan-hak-
berekspresi-harus-ketat-dan-tidak-sewenang-wenang.html

Rianto Kurniawan Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Jl HR Rasuna Said Kav, A. R.,
Jakarta Selatan, K., & Primawardani Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan
HAM Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Jl HR Rasuna
Said Kav, Y. R. (2019). PROPORSIONALITAS PEMBATASAN HAM DALAM
PASAL 28  UNDANG-UNDANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA
TERORISME. Jurnal Legislasi Indonesia, 16(1), 16–26.
https://doi.org/10.54629/JLI.V16I1.449

Pembatasan HAM Dapat Menjadi Pelanggaran HAM. (n.d.). Retrieved September 1, 2023,
from https://www.hukumonline.com/berita/a/pembatasan-ham-dapat-menjadi-
pelanggaran-ham-hol16673/

Anda mungkin juga menyukai