Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KONSEP DASAR

KEPERAWATAN
MENERAPKAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN LEGAL ETIK

Dosen Pengampu: Luthfiah Nur Aini, S.Kep., Ns., M.Kep

KELOMPOK 9

1. ANGELITA ABIGAIL TRI 0121007


APRILLIA
2. CHORIDATULMAHTUFAH 0121012

3. IFLAHATUL MAWADDAH 0121027

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA

MOJOKERTO

2021

1
PERNYATAAN PENGESAHAN

Dengan ini kami menyatakan bahwa:

Kami mempunyai copy dari makalah ini yang bisa kami reproduksi jika makalah yang
dikumpulkan hilang atau rusak.

Makalah ini adalah hasil karya kami sendiri dan bukan merupakan karya orang lain
kecuali yang telah dituliskan dalam REFERENSI, serta tidak ada seorangpun yang
membuatkan makalah ini untuk kami.

Jika dikemudian hari terbukti adanya ketidakjujuran akademik, kami bersedia


mendapatkan sanksi sesuai peraturan yang berlaku

Rabu, 17 November 2021.

NAMA NIM TANDA TANGAN


Angelita Abigail Tri Aprillia 0121007
Choridatulmahtufah 0121012
Iflahatul Mawaddah 0121027

2
FORMAT PENILAIAN MAKALAH

No. Aspek yang Bobot Nilai Kriteria penilaian


Dinilai Maks
1. Menjelaskan topic, tujuan, dan
deskripsi singkat makalah
Pendahuluan 2% 2 Suoervisial,>>>>> Sangat
spesifik,
Tidakspesifik relavan
2. Laporan analisis Laporan tugas dan ringkas serta
5% 5
masalah lengkap
3. Isue legal etik dalam praktik
Intervensi
keperawatan; (Aborsi, euthanasia,
keperawatan yang 16% 16
transplantasi organ dan supporting
diusulkan
service)
4. Menyimpulkan makalah dan
Kesimpulan 2% 2 menuliskan refleksi atas kritik
jual
5. Jumlah halaman<10 atau
>20(batas toleransi 5%)
Tidak mengikuti aturan penulisan
refrensi dengan benar
Pengurangan nilai -7,5% -7,5
Penulisan bahasa Indonesia yang
baik dan benar,termasuk tanda
baca

NILAI MAKSIMAL 25

Komentar Fassiliator:
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………..

Presentasi kelompok (5%)

No ASPEK YANG DINILAI PROSENTASE


1. Kemampuan mengemukakan intisari makalah 1
2. Kemampuan menggunakan media & IT 1
3. Kontribusi yang bermanfaat bagi kelompok 1
4. Kemampuan berdiskusi (responsive, analisis) 2
TOTAL NILAI MAKSIMAL 5

3
Soft skill yang dinilai selama diskusi: Team work, berpikir kritis,komunikasi

……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………

Penilaian mahasiswa lain: (nilai maksimal 10)

No POINT PENILAIAN ASPEK YANG DINILAI PRESENTAS


E
1. Selama proses diskusi  Aktif bertanya  10%
(50%)  Aktif memberikan pendapat  10%
 Inovatif dan kreatif dalam  30%
memberikan pendapat  20%
 Kemampuan analitik dalam
mengajukan pertanyaan dan
memberi solusi
2. Resume (50%)  Ringkas dan padat  20%
 Isi resume  20%
 Simpulan dan saran  10%
TOTAL NILAI 10
MAKSIMUM

4
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya yang melimpah sehinggatugas pembuatan makalah tentang “Menerapkan
Pengambilan Keputusan Legal Etik” Mata Kuliah Konsep Dasar Keperawatan dapat
terselesaikan sesuai batas waktu yang telah ditetapkan.

Makalah ini sengaja kami susun sebagai salah satu wujud tugas kami
dalammenempuh pembelajaran di semester ganjil ini. Di dalam penyusunaan makalah
inikami mengucapkan banyak terimakasih atas dukungan moral maupun materi
kepadapihak-pihak yang terlibat terutama kepada:
1. Luthfiah Nur Aini, S. Kep., Ns., M.Kep selaku Dosen Pemgampu Mata Kuliah
Konsep Dasar Keperawatan
2. Semua pihak yang berperan aktif dalam penyusunan makalah ini

Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca sekaligus kami


sebagaipenyusunnya. Tentu saja tidak ada gading yang tak retak. Kami menyadari
bahwamakalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena dalam penyusunan makalah
inikami masih memiliki kekurangan dan keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman.Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak
sangat kamiharapkan. Saran dan kritik tersebut bermanfaat bagi penyempurnaan tugas
ini padamasa mendatang.

Mojokerto, 17 November 2021

(Penyusun)

5
DAFTAR ISI

MAKALAH KONSEP DASAR KEPERAWATAN.............................................................


PERNYATAAN PENGESAHAN...........................................................................................
FORMAT PENILAIAN MAKALAH....................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................................
BAB I.........................................................................................................................................
PENDAHULUAN.....................................................................................................................
1.1 Latar belakang................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................................
BAB II.......................................................................................................................................
PEMBAHASAN.......................................................................................................................
2.1 Konsep Legal Etik..........................................................................................................
2.2 Isi Dari Prinsip................................................................................................................
2.3 EDM Ethical Decision Making).............................................................................
2.4 Langkah-langkah EDM (Ethical Decision Making)..................................................
2.5 Landasan Aspek Legal Keperawatan.........................................................................
BAB III....................................................................................................................................
PENUTUP...............................................................................................................................
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................
3.2 Saran..............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................

6
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sistem perawatan kesehatan berubah dengan cepat. Perawat pada era sekarang
berhadapan dengan perawatan klien yang mengharapkan asuhan keperawtan yang
berkualitas dan mengharapkan perawatan profesional sebagai penyedia perawatan
kesehatan terdidik dengan baik.

Pelayanan keperawatan mempunyai peranan penting dalam menentukan


keberhasilan pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Salah satu faktor yang
mendukung keyakinan diatas adalah kenyataan yang dapat dilihat di unit pelayanan
kesehatan seperti dirumah sakit. Namun pada saat ini sangat disayangkan bahwa
pelayanan keperawatan masih jauh dari apa yang diharapkan, keadaan ini bukan hanya
disebabkan oleh terbatasnya kemampuan profesional yang dimiliki oleh sebagian besar
jenis tenaga.

Proses keperawatan merupakan suatu jawaban untuk pemecahan masalah dalam


keperawatan, karena proses keperawatan meruapakan metode ilmiah yang digunakan
secara sistematis dan menggunakan konsep dan prinsip ilmiah digunakan secara
sistematis dalam mencapai diagnosa masalah kesehatan pasien. Merumuskan tujuan
yang ingin dicapai, menentukan tindakan dan mengevaluasi mutu serta hasil asuhan
keperawatan.

Profesi keperawatan mempunyai kontrak sosial dengan masyarakat, yang berarti


masyarakat mempercayai perawat sebagai tenaga kerja untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan. Perawat selalu dihadapkan pada situasi atau dilema etik
baik dalam penelitian maupun praktik klinis. Tantangan terkait etika dalam keperawatan
sudah sejak lama di hadapi oleh perawat, terutama Florence Nightingale. Membahas
tentang tugas etika kerahasiaan, komunikasi serta sentrilisasi dalam pemenuhan
kebutuhan pasien (Nightingale, 1859 Ulrich & Zeiter, 2009).

Dimana setiap keputusan yang diambil oleh seorang perawat harus


dipertangungjawabkan, setiap keputusan yang diambil juga tidak hanya dengan
pertimbangan ilmiah, namun juga harus mempertimbangkan etika dalam keperawatan.
Etik profesi merupakan prinsip moral atau asas yang harus diterapkan oleh perawat
dalam hubungannya dengan pasien, teman, sejawat dan masyarakat umumnya. Etik ini
mengatur tentang perilaku prfessional pada perawat dalam menjalankan pekerjaannya,
sebagaimana tercantum dalam lafal sumpah dan kode etik perawat yang disusun
organisasi professional bersama pemerintah (Nursalam, 2014).

Pendekatan sistem dapat ini didefnisikan untuk memandang sesuatu sebagai


suatu sistem yang terdiri dari unsur-unsur, komponen-komponen, elemen-elemen atau
unit-unit yang saling berhubungan, saling berinteraksi, saling tergantung dalam
mencapai tujuab. Pendekatan sistem meliputi cara berpikir tentang fenomena secara
7
keseluruhan, metode atau teknik dalam memecahkan masalah atau mengambil
keputusan (Nova, 2012).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan pengambilan keputusan legal etis?


2. Langkah-langkah EDM (Ethical Decision Making)?
3. Dasar Pembuatan EDM Ethical Decision Making)?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mendeskripsikan tentang pengambilan keputusan legal etis.
2. Untuk mengetahui tentang Langkah-langkah EDM (Ethical Decision Making).
3. Untuk mengetahui tentang Dasar Pembuatan EDM Ethical Decision Making).

8
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Konsep Legal Etik

Pengertian Etika keperawatan (nursing ethic) merupakan bentuk ekspresi


bagaimana perawat seharusnya mengatur diri sendiri, dan etika keperawatan diatur
dalam kode etik keperawatan.Aspek Legal Etik Keperawatan adalah Aspek aturan
Keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan
tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya
yang diatur dalam undang-undang keperawatan.Keperawatan adalah suatu bentuk
pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan,
didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu,keluarga,
kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh
proseskehidupan manusia.

Perawat sebagai profesi dan bagian integral dari pelayanan kesehatantidak saja
membutuhkan kesabaran. Kemampuannya untuk ikut mengatasi masalah-masalah
kesehatan tentu harus juga bisa diandalkan.International Council of Nurses (ICN)
mengeluarkan kerangka kerja kompetensi bagi perawat yang mencakup tiga bidang,
yaitu bidang Professional, Ethical and Legal Practice, bidang Care Provision and
Management dan bidang Professional Development “Setiap profesi pada dasarnya
memiliki tiga syarat utama, yaitu kompetensi yang diperoleh melalui pelatihan yang
ekstensif, komponen intelektual yang bermakna dalam melakukan tugasnya, dan
memberikan pelayanan yang penting kepada masyarakat”. (Budi Sampurna, Pakar
Hukum Kesehatan UI 2006).

Praktik keperawatan yang aman memerlukan pemahaman tentang batasan legal


yang ada dalam praktik perawat. Sama dengan semua aspek keperawatan, pemahaman
tentang implikasi hukum dapat mendukung pemikiran kristis perawat. Perawat perlu
memahami hukum untuk melindungi hak kliennya dan dirinya sendiri dari masalah.
Perawat tidak perlutakut hukum, tetapi lebih melihat hukum sebagai dasar pemahaman
terhadap apa yang masyarakat harapkan dari penyelenggara pelayanan keperawatan
yang profesional.

2.2 Isi Dari Prinsip

a. Autonomi (Otonomi)
9
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir
logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap
kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki
berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip
otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai
persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan
hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri.
Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak
klien dalam membuatkeputusan tentang perawatan dirinya.
b. Beneficience (Berbuat Baik )
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan,
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan
atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang,
dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan
otonomi.
c. Justice (Keadilan)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil terhadap orang
lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini
direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi
yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk
memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
d. Nonmal eficience (Tidak Merugikan)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cederafisik dan psikologis pada
klien.
e. Veracity (Kejujuran)
Prinsip ini berarti penuh dengan kebenaran. Nilai diperlukan oleh pemberi
pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan
untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip ini berhubungan dengan
kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.
f. Fidellity (Metepati Janji)
Prinsip ini dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya
terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta
menyimpan rahasia pasien.
g. Confidentiality (Kerahasiaan)

10
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga
privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan
klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien.
h. Accountability (Akuntabilitas)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang
professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
Informed Consent “Informed Consent” terdiri dari dua kata yaitu “informed”
yang berarti telah mendapat penjelasan atau keterangan (informasi), dan
“consent” yang berarti persetujuan atau memberi izin. Jadi “informed consent”
mengandung pengertian suatu persetujuan yangdiberikan setelah mendapat
informasi. Dengan demikian “informed consent” dapat didefinisikan sebagai
persetujuan yang diberikan oleh pasien dan atau keluarganya atas dasar
penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap dirinya serta
resiko yang berkaitan dengannya.

2.3 EDM Ethical Decision Making)

a) Data Situasi (Situational Data)Data Situasi (Situational Data)


11
 Tentukan masalah kesehatan dan kekuatan diri (pasien) yang
adaTentukan masalah kesehatan dan kekuatan diri (pasien) yang ada
 Identifikasi keputusan yang perlu di buatIdentifikasi keputusan yang
perlu di buat
 Pisahkan keputusan yang mengandung komponen etik dan isu-isu
Pisahkan keputusan yang mengandung komponen etik dan isu-isu
tersebut-tersebut
 Identifikasi semua pihak,baik individu maupun kelompok yang
Identifikasi semua pihak,baik individu maupun kelompok yang akan
terkenaakan terkena

b) Tanggung JawabTanggung Jawab


 Assume responsibility for his or her own actionsAssume responsibility
for his or her own actions
 Menunjukan kedisiplinan diri saat rapat,komitmen,dan kewajiban
Menunjukan kedisiplinan diri saat rapat,komitmen,dan kewajiban serta
memenuhi janji serta memenuhi janji
 Mempersiapkan pengalaman klinik lanjutanMempersiapkan pengalaman
klinik lanjutan
 Melaporkan praktik yang tidak aman untuk pasien atau klien
Melaporkan praktik yang tidak aman untuk pasien atau klien

c) Asumsi-Asumsi
 Seluruh praktik keperawatan terdiri atas EDM Seluruh praktik
keperawatan terdiri atas EDM
 Person contered care demands a wtilingnes to comfort EDPerson
contered care demands a wtilingnes to comfort ED
 Niat pribadi dan profesi mempengaruhi ED Niat pribadi dan profesi
mempengaruhi ED
 Prsons-Prsons
 Tidak ada teori etik yang benarTidak ada teori etik yang benar

12
2.4 Langkah-langkah EDM (Ethical Decision Making)

Langkah-langkah dalam Decision Making Menurut

G. R. Terry :

 Merumuskan problem yang dihadapi


 Menganalisa problem tersebut
 Menetapkan sejumlah alternative
 Mengevaluasi alternative
 Memilih alternatif keputusan yang akan dilaksanakan

Menurut Peter Drucer :

 Menetapkan masalah
 Manganalisa masalah
 Mengembangkan alternative
 Mengambil keputusan yang tepat
 Mengambil keputusan menjadi tindakan efektif     

Pengambilan keputusan merupakan proses yang komleks yang memerlukan penanganan


yang serius. Secara umum, proses pengambilan keputusan meliputi tujuh langkah
beriktu (Gibson dkk, 1987):
13
 Menerapkan tujuan dan sasaran : Sebelum memulai proses pengambilan
keputusan, tujuan dan sasaran keputusan harus ditetapkan terlebih dahulu, apa
hasil yang harus dicapai dan apa ukuran pencapaian hasil tersebut.
 Identifikasi persoalan : Persoalan-persoalan di seputar pengambilan keputusan
harus diidentifikasikan dan diberi batasan agar jelas. Mengidentifikasikan dan
memberi batasan persoalan ini harus tepat pada inti persoalannya, sehingga
memerlukan upaya penggalian.
 Mengembangkan alternatif : Tahap ini berisi pengnidentifikasian berbagai
alternatif yang memungkinkan untuk pengambilan keputusan yang ada. Selama
6 alternatif itu ada hubungannya, walaupun sedikit, harus ditampung dalam
tahap ini. Belum ada komentar dan analisis.
 Memilih alternatif : Beberapa alternatif yang layak tersebut di atas harus dipilih
satu alternatif yang terbaik. pemilihan alternatif harus harus mempertimbangkan
ketersediaan sumberdaya, keefektifan alternatif dalam memecahkan persoalan,
kemampuan alternatif untuk mencapai tujuan dan sasaran, dan daya saing
alternatif pada masa yang akan datang.
 Menerapkan keputusan : Keputusan yang baik harus dilaksanakan. Keputusan
itu sendiri merupakan abstraksi, sedangkan baik tidaknya baru dapat dilihat dari
pelaksanaannya.
 Pengendalian dan evaluasi : Pelaksanaan keputusan perlu pengendalian dan
evaluasi untuk menjaga agar pelaksanaan keputusan tersebut sesuai dengan yang
sudah diputuskan

2.5 Landasan Aspek Legal Keperawatan

Landasan aspek legal keperawatan adalah undang-undang keperawatan


Aspek legal Keperawatan pada kewenangan formalnya adalah izin yang
memberikan kewenangan kepada penerimanya untuk melakukan praktik profesi
perawat yaitu Surat Ijin Kerja (SIK) bila bekerja di dalam suatu institusi dan
Surat Ijin Praktik Perawat (SIPP) bila bekerja secara perorangan atau
berkelompok.Kewenangan itu, hanya diberikan kepada mereka yang memiliki
kemampuan.
Namun,memiliki kemampuan tidak berarti memiliki kewenangan.
Seperti juga kemampuan yangdidapat secara berjenjang, kewenangan yang
diberikan juga berjenjang.Kompetensi dalam keperawatan berarti kemampuan

14
khusus perawat dalam bidang tertentu yang memiliki tingkat minimal yang
harus dilampaui.
Dalam profesi kesehatan hanyakewenangan yang bersifat umum saja
yang diatur oleh Departemen Kesehatan sebagai penguasa segala keprofesian di
bidang kesehatan dan kedokteran. Sementara itu, kewenangan yang bersifat
khusus dalam arti tindakan kedokteran atau kesehatan tertentu diserahkankepada
profesi masing- masing. Aplikasi Aspek Legal Dalam KeperawatanHukum
mengatur perilaku hubungan antar manusia sebagai subjek hukum
yangmelahirkan hak dan kewajiban.
Dalam kehidupan manusia, baik secara perorangan maupun
berkelompok, hukum mengatur perilaku hubungan baik antara manusia yang
satu denganyang lain, antar kelompok manusia, maupun antara manusia dengan
kelompok manusia. Hukum dalam interaksi manusia merupakan suatu
keniscayaan (Praptianingsih, S., 2006). Berhubungan dengan pasal 1 ayat 6 UU
no 36/2009 tentang kesehatan berbunyi :
“Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.” Begitupun dalam pasal 63 ayat
4 UU no 36/2009 berbunyi “Pelaksanaan pengobatan dan/atau perawatan
berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu”.
Yang mana berdasarkan pasal ini keperawatan merupakan salah satu
profesi/tenaga.kesehatan yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada
pasien yang membutuhkan Pelayanan keperawatan di rumah sakit meliputi :
proses pemberian asuhan keperawatan, penelitian dan pendidikan berkelanjutan.
Dalam hal ini proses pemberian asuhan keperawatansebagai inti dari kegiatan
yang dilakukan dan dilanjutkan dengan pelaksanaan penelitian- penelitian yang
menunjang terhadap asuhan keperawatan, juga peningkatan pengetahuan
danketerampilan serta sikap yang diperoleh melalui pendidikan dimana hal ini
semua bertujuan untuk keamanaan pemberian asuhan bagi pemberi pelayanan
dan juga pasien selaku penerima asuhan.
Berdasarkan undang-undang kesehatan yang diturunkan dalam
Kepmenkes 1239 dan Permenkes No. HK.02.02/Menkes/148/I/2010, terdapat
beberapa hal yang berhubungan dengan kegiatan keperawatan. Adapun kegiatan

15
yang secara langsung dapat berhubungandengan aspek legalisasi keperawatan
meliputi proses keperawatan, tindakan keperawatan, informed consent. untuk
melindungi tenaga perawat akan adanya tuntutan dari klien/pasien
perluditetapkan dengan jelas apa hak, kewajiban serta kewenangan perawat agar
tidak terjadi kesalahan dalam melakukan tugasnya serta memberikan suatu
kepastian hukum, perlindungan tenaga perawat. Hak dan kewajiban perawat
ditentukan dalam Kepmenkes1239/2001 dan Keputusan Direktur Jenderal
Pelayanan Medik Nomor Y.M.00.03.2.6.956.
Contoh kasus :
Sdr Hangky, umur 20 tahun, mahasiswa semester IV perguruan tinggi negeri di
Malang. Karena kecelakaan ia menderita kelumpuhan total (quadriplegia) dan
harus bedrest dalam waktu yang lama. Akibat dari bedrest, ia menderita
pneumonia dan ulkus dekubitus yang luas. Dokter menetapkan untuk
pemasangan infus dan pemberian antibiotik dosis tinggi. Pada waktu akan
dilakukan tindakan pemasangan infus dan injeksi antibiotik oleh perawat, klien
meminta untuk tidak diberikan obat atau dilakukan tindakan apapun kepadanya.
Klien menyatakan ingin meninggal dengan damai dan bermartabat.
Masalah/konflik terjadinya terkait dengan hak klien untuk menentukan yang
terbaik untuk dirinya sendiri.
Kasus ini adalah suatu kasus di bidang etika topik etisnya adalah persetujuan
pasien terhadap tindakan perawat. Dalam kasus ini perawat menghadapi dilema
moral : memenuhi permintaan pasien atau melakukan tindakan tanpa
persetujuannya.
Bagi dunia medis sulit untuk diterima bahwa seorang pasien memilih untuk mati
jika secara medis ia bisa diselamatkan. Salah satu prinsip dasar dalam prinsip
etika keperawatan adalah berbuat baik. Yang paling baik yang bisa dilakukan
adalah menyelamatkan pasien yang terancam maut. Pasien ini termasuk masih
bisa diselamatkan. Tentu saja tidak pernah ada kepastian bahwa di masa
mendatang kelumpuhan akan bisa sembuh. Hanya, pemulihan kesehatan itu
harus berlangsung lama dengan keadaan cacat seumur hidup. Hal itu pasti berat
untuk pasien yang sepanjang hidupnya selalu aktif dan tak tergantung pada
orang lain. Perawat dapat menjelaskan tujuan dari tindakan pemasangan infus
dan injeksi antibiotik serta konsekuensi apabila hal tersebut tidak dilakukan,
apabila pasien tetap menolak untuk dilakukan pemasangan infus dan pemberian

16
injeksi antibiotik, perawat harus menghormati keputusan pasien, sesuai dengan
prinsip etika autonomi.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Aspek Legal Etik Keperawatan adalah Aspek aturan Keperawatan dalammemberikan
asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai
tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya yang diatur dalam undang-undang
keperawatan.Praktik keperawatan yang aman memerlukan pemahaman tentang batasan
legal yang ada dalam praktik perawat. Sama dengan semua aspek keperawatan,
pemahaman tentangimplikasi hukum dapat mendukung pemikiran kristis perawat.
Perawat perlu memahami hukum untuk melindungi hak kliennya dan dirinya sendiri
dari masalah. Perawat tidak perlutakut hukum, tetapi lebih melihat hukum sebagai dasar
pemahaman terhadap apa yangmasyarakat harapkan dari penyelenggara pelayanan
keperawatan yang professional.

3.2 Saran
Perlunya kehatian-hatian seseorang tentunya keperawatan dalam melakukan suatu
tindakan agar tidak terjadi sesuatu yang dapat menyababkan kejadian yang fatal ,
adanya berbagai pendekatan yang bersifat persuasif, konsultatif dan partisipatif semua
pihak (Stake Holder) yang terkait dalam penyelenggaran Praktik Keperawatan
berorientasi kepada pelayanan yang bermutu. Dan perlu adanya peraturan perundang-
undangan dibidang keperawatan yang diselenggarakan oleh tenaga keperawatan dapat
mengayomi dan bersikap mendidik sekaligus bersifat menghukum yang mudah
dipahami dan dilaksanakan, karena penyelenggaraan praktik keperawatan menyangkut
berbagai pihak sehingga yang terkait hendaknya bersifat proaktif dalam melaksanakan
peraturan perundang-undangan tersebut.

Setelah mengatahui perkembangan undang-undang yang mengatur tentang praktek


keperawatan sebagai calon perawat atau mahasiswa keperawatan harus meningkatkan
mutu belajar agar memiliki kemampuan berpikir rasional dalam menyalankan tugas
sebagai perawat professional.

17
18
DAFTAR PUSTAKA

Sumijatun. 2011. Membudayakan Etika dalam Praktik Keperawatan. Jakarta : Salemba


Medika.

http://chayyoyoulii.blogspot.com/2010/10/pengambilan-keputusan-secara-legal-
etik.html diunduh pada tanggal 14 November 2021 pukul 18.38.

19

Anda mungkin juga menyukai