KEPERAWATAN
MENERAPKAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN LEGAL ETIK
KELOMPOK 9
MOJOKERTO
2021
1
PERNYATAAN PENGESAHAN
Kami mempunyai copy dari makalah ini yang bisa kami reproduksi jika makalah yang
dikumpulkan hilang atau rusak.
Makalah ini adalah hasil karya kami sendiri dan bukan merupakan karya orang lain
kecuali yang telah dituliskan dalam REFERENSI, serta tidak ada seorangpun yang
membuatkan makalah ini untuk kami.
2
FORMAT PENILAIAN MAKALAH
NILAI MAKSIMAL 25
Komentar Fassiliator:
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………..
3
Soft skill yang dinilai selama diskusi: Team work, berpikir kritis,komunikasi
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………
4
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya yang melimpah sehinggatugas pembuatan makalah tentang “Menerapkan
Pengambilan Keputusan Legal Etik” Mata Kuliah Konsep Dasar Keperawatan dapat
terselesaikan sesuai batas waktu yang telah ditetapkan.
Makalah ini sengaja kami susun sebagai salah satu wujud tugas kami
dalammenempuh pembelajaran di semester ganjil ini. Di dalam penyusunaan makalah
inikami mengucapkan banyak terimakasih atas dukungan moral maupun materi
kepadapihak-pihak yang terlibat terutama kepada:
1. Luthfiah Nur Aini, S. Kep., Ns., M.Kep selaku Dosen Pemgampu Mata Kuliah
Konsep Dasar Keperawatan
2. Semua pihak yang berperan aktif dalam penyusunan makalah ini
(Penyusun)
5
DAFTAR ISI
6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sistem perawatan kesehatan berubah dengan cepat. Perawat pada era sekarang
berhadapan dengan perawatan klien yang mengharapkan asuhan keperawtan yang
berkualitas dan mengharapkan perawatan profesional sebagai penyedia perawatan
kesehatan terdidik dengan baik.
8
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Legal Etik
Perawat sebagai profesi dan bagian integral dari pelayanan kesehatantidak saja
membutuhkan kesabaran. Kemampuannya untuk ikut mengatasi masalah-masalah
kesehatan tentu harus juga bisa diandalkan.International Council of Nurses (ICN)
mengeluarkan kerangka kerja kompetensi bagi perawat yang mencakup tiga bidang,
yaitu bidang Professional, Ethical and Legal Practice, bidang Care Provision and
Management dan bidang Professional Development “Setiap profesi pada dasarnya
memiliki tiga syarat utama, yaitu kompetensi yang diperoleh melalui pelatihan yang
ekstensif, komponen intelektual yang bermakna dalam melakukan tugasnya, dan
memberikan pelayanan yang penting kepada masyarakat”. (Budi Sampurna, Pakar
Hukum Kesehatan UI 2006).
a. Autonomi (Otonomi)
9
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir
logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap
kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki
berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip
otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai
persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan
hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri.
Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak
klien dalam membuatkeputusan tentang perawatan dirinya.
b. Beneficience (Berbuat Baik )
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan,
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan
atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang,
dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan
otonomi.
c. Justice (Keadilan)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil terhadap orang
lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini
direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi
yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk
memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
d. Nonmal eficience (Tidak Merugikan)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cederafisik dan psikologis pada
klien.
e. Veracity (Kejujuran)
Prinsip ini berarti penuh dengan kebenaran. Nilai diperlukan oleh pemberi
pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan
untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip ini berhubungan dengan
kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.
f. Fidellity (Metepati Janji)
Prinsip ini dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya
terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta
menyimpan rahasia pasien.
g. Confidentiality (Kerahasiaan)
10
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga
privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan
klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien.
h. Accountability (Akuntabilitas)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang
professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
Informed Consent “Informed Consent” terdiri dari dua kata yaitu “informed”
yang berarti telah mendapat penjelasan atau keterangan (informasi), dan
“consent” yang berarti persetujuan atau memberi izin. Jadi “informed consent”
mengandung pengertian suatu persetujuan yangdiberikan setelah mendapat
informasi. Dengan demikian “informed consent” dapat didefinisikan sebagai
persetujuan yang diberikan oleh pasien dan atau keluarganya atas dasar
penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap dirinya serta
resiko yang berkaitan dengannya.
c) Asumsi-Asumsi
Seluruh praktik keperawatan terdiri atas EDM Seluruh praktik
keperawatan terdiri atas EDM
Person contered care demands a wtilingnes to comfort EDPerson
contered care demands a wtilingnes to comfort ED
Niat pribadi dan profesi mempengaruhi ED Niat pribadi dan profesi
mempengaruhi ED
Prsons-Prsons
Tidak ada teori etik yang benarTidak ada teori etik yang benar
12
2.4 Langkah-langkah EDM (Ethical Decision Making)
G. R. Terry :
Menetapkan masalah
Manganalisa masalah
Mengembangkan alternative
Mengambil keputusan yang tepat
Mengambil keputusan menjadi tindakan efektif
14
khusus perawat dalam bidang tertentu yang memiliki tingkat minimal yang
harus dilampaui.
Dalam profesi kesehatan hanyakewenangan yang bersifat umum saja
yang diatur oleh Departemen Kesehatan sebagai penguasa segala keprofesian di
bidang kesehatan dan kedokteran. Sementara itu, kewenangan yang bersifat
khusus dalam arti tindakan kedokteran atau kesehatan tertentu diserahkankepada
profesi masing- masing. Aplikasi Aspek Legal Dalam KeperawatanHukum
mengatur perilaku hubungan antar manusia sebagai subjek hukum
yangmelahirkan hak dan kewajiban.
Dalam kehidupan manusia, baik secara perorangan maupun
berkelompok, hukum mengatur perilaku hubungan baik antara manusia yang
satu denganyang lain, antar kelompok manusia, maupun antara manusia dengan
kelompok manusia. Hukum dalam interaksi manusia merupakan suatu
keniscayaan (Praptianingsih, S., 2006). Berhubungan dengan pasal 1 ayat 6 UU
no 36/2009 tentang kesehatan berbunyi :
“Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.” Begitupun dalam pasal 63 ayat
4 UU no 36/2009 berbunyi “Pelaksanaan pengobatan dan/atau perawatan
berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu”.
Yang mana berdasarkan pasal ini keperawatan merupakan salah satu
profesi/tenaga.kesehatan yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada
pasien yang membutuhkan Pelayanan keperawatan di rumah sakit meliputi :
proses pemberian asuhan keperawatan, penelitian dan pendidikan berkelanjutan.
Dalam hal ini proses pemberian asuhan keperawatansebagai inti dari kegiatan
yang dilakukan dan dilanjutkan dengan pelaksanaan penelitian- penelitian yang
menunjang terhadap asuhan keperawatan, juga peningkatan pengetahuan
danketerampilan serta sikap yang diperoleh melalui pendidikan dimana hal ini
semua bertujuan untuk keamanaan pemberian asuhan bagi pemberi pelayanan
dan juga pasien selaku penerima asuhan.
Berdasarkan undang-undang kesehatan yang diturunkan dalam
Kepmenkes 1239 dan Permenkes No. HK.02.02/Menkes/148/I/2010, terdapat
beberapa hal yang berhubungan dengan kegiatan keperawatan. Adapun kegiatan
15
yang secara langsung dapat berhubungandengan aspek legalisasi keperawatan
meliputi proses keperawatan, tindakan keperawatan, informed consent. untuk
melindungi tenaga perawat akan adanya tuntutan dari klien/pasien
perluditetapkan dengan jelas apa hak, kewajiban serta kewenangan perawat agar
tidak terjadi kesalahan dalam melakukan tugasnya serta memberikan suatu
kepastian hukum, perlindungan tenaga perawat. Hak dan kewajiban perawat
ditentukan dalam Kepmenkes1239/2001 dan Keputusan Direktur Jenderal
Pelayanan Medik Nomor Y.M.00.03.2.6.956.
Contoh kasus :
Sdr Hangky, umur 20 tahun, mahasiswa semester IV perguruan tinggi negeri di
Malang. Karena kecelakaan ia menderita kelumpuhan total (quadriplegia) dan
harus bedrest dalam waktu yang lama. Akibat dari bedrest, ia menderita
pneumonia dan ulkus dekubitus yang luas. Dokter menetapkan untuk
pemasangan infus dan pemberian antibiotik dosis tinggi. Pada waktu akan
dilakukan tindakan pemasangan infus dan injeksi antibiotik oleh perawat, klien
meminta untuk tidak diberikan obat atau dilakukan tindakan apapun kepadanya.
Klien menyatakan ingin meninggal dengan damai dan bermartabat.
Masalah/konflik terjadinya terkait dengan hak klien untuk menentukan yang
terbaik untuk dirinya sendiri.
Kasus ini adalah suatu kasus di bidang etika topik etisnya adalah persetujuan
pasien terhadap tindakan perawat. Dalam kasus ini perawat menghadapi dilema
moral : memenuhi permintaan pasien atau melakukan tindakan tanpa
persetujuannya.
Bagi dunia medis sulit untuk diterima bahwa seorang pasien memilih untuk mati
jika secara medis ia bisa diselamatkan. Salah satu prinsip dasar dalam prinsip
etika keperawatan adalah berbuat baik. Yang paling baik yang bisa dilakukan
adalah menyelamatkan pasien yang terancam maut. Pasien ini termasuk masih
bisa diselamatkan. Tentu saja tidak pernah ada kepastian bahwa di masa
mendatang kelumpuhan akan bisa sembuh. Hanya, pemulihan kesehatan itu
harus berlangsung lama dengan keadaan cacat seumur hidup. Hal itu pasti berat
untuk pasien yang sepanjang hidupnya selalu aktif dan tak tergantung pada
orang lain. Perawat dapat menjelaskan tujuan dari tindakan pemasangan infus
dan injeksi antibiotik serta konsekuensi apabila hal tersebut tidak dilakukan,
apabila pasien tetap menolak untuk dilakukan pemasangan infus dan pemberian
16
injeksi antibiotik, perawat harus menghormati keputusan pasien, sesuai dengan
prinsip etika autonomi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Aspek Legal Etik Keperawatan adalah Aspek aturan Keperawatan dalammemberikan
asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai
tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya yang diatur dalam undang-undang
keperawatan.Praktik keperawatan yang aman memerlukan pemahaman tentang batasan
legal yang ada dalam praktik perawat. Sama dengan semua aspek keperawatan,
pemahaman tentangimplikasi hukum dapat mendukung pemikiran kristis perawat.
Perawat perlu memahami hukum untuk melindungi hak kliennya dan dirinya sendiri
dari masalah. Perawat tidak perlutakut hukum, tetapi lebih melihat hukum sebagai dasar
pemahaman terhadap apa yangmasyarakat harapkan dari penyelenggara pelayanan
keperawatan yang professional.
3.2 Saran
Perlunya kehatian-hatian seseorang tentunya keperawatan dalam melakukan suatu
tindakan agar tidak terjadi sesuatu yang dapat menyababkan kejadian yang fatal ,
adanya berbagai pendekatan yang bersifat persuasif, konsultatif dan partisipatif semua
pihak (Stake Holder) yang terkait dalam penyelenggaran Praktik Keperawatan
berorientasi kepada pelayanan yang bermutu. Dan perlu adanya peraturan perundang-
undangan dibidang keperawatan yang diselenggarakan oleh tenaga keperawatan dapat
mengayomi dan bersikap mendidik sekaligus bersifat menghukum yang mudah
dipahami dan dilaksanakan, karena penyelenggaraan praktik keperawatan menyangkut
berbagai pihak sehingga yang terkait hendaknya bersifat proaktif dalam melaksanakan
peraturan perundang-undangan tersebut.
17
18
DAFTAR PUSTAKA
http://chayyoyoulii.blogspot.com/2010/10/pengambilan-keputusan-secara-legal-
etik.html diunduh pada tanggal 14 November 2021 pukul 18.38.
19