Disusun oleh:
Kelompok V
LEMBAR PERNYATAAN
2
No
Aspek yang dinilai Bobot Nilai maks. Kriteria Penilaian
.
1. Pendahuluan 2% 6 Menjelaskan topik, tujuan dan deskripsi singkat
makalah
Superfisial, Sangat spesifik,
Tidak spesifik relevan
3
Komentar Fasilitator :
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
.
1. Kemampuan mengemukakan intisari makalah 5
2. Kemampuan menggunakan media dan IT 5
3. Kontribusi yang bermanfaat bagi kelompok 5
4. Kemampuan berdiskusi (responsive, analitis) 10
Total nilai maksimum : 25
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tumor paru bisa bersifat benigna atau maligna. Tumor dada maligna primer timbul
di dalam paru atau mediastinum, sedangkan tumor dada maligna metastasis bisa berasal
dari tumor primer di manapun di dalam tubuh. Tumor paru metastasis terjadi karena
aliran darah membawa sel-sel kanker bebas dari kanker primer manapun dalam tubuh ke
6
paru. Adenoma bronkial merupakan tumor yang tumbuhnya lambat, bersifat benigna,
tetapi sangat vaskular sehingga menimbulkan gejala-gejala perdarahan dan obstruksi
bronkial. Karsinoma bronkogenik merupakan tumor maligna yang timbul dari bronkus,
biasanya epidermoid yaitu terletak dalam bronki yang besar atau adenokarsinoma, yang
timbul jauh di luar paru. Empat jenis sel utama kanker paru yaitu karsinoma epidermoid
(sel skuamosa), karsinoma sel kecil (sel oat), adenokarsinoma dan karsinoma sel besar
(tidak dapat dibedakan). Faktor-faktor yang berkaitan dengan timbulnya kanker paru
adalah asap tembakau, perokok pasif, polusi udara, radon dan masukan vitamin
inadekuat. Faktor lainnya termasuk predisposisi genetik dan penyakit pernapasan lain
yang mendasari seperti PPOM dan tuberkulosis (Smeltzer & Bare, 2002).
Tanda dan gejala kanker paru tergantung pada letak dan ukuran tumor, tingkat
obstruksi dan keluasan metastase ke tempat regional atau tempat yang jauh. Batuk
merupakan gejala tersering, timbul akibat iritasi dari massa tomor. Pemeriksaan
diagnosis yang dilakukan bertujuan untuk menentukan jenis histopatologi kanker, lokasi
tumor serta penderajatannya yang diperlukan untuk menetapkan kebijakan pengobatan
(PDPI, 2003).
Kanker paru merupakan jenis penyakit keganasan yang menjadi penyebab
kematian utama pada kelompok kematian akibat keganasan, bukan hanya pada laki-laki
tetapi juga pada perempuan. Buruknya prognosis penyakit ini berkaitan erat dengan cepat
atau lambatnya penyakit diketahui. Hasil penelitian pada penderita kanker paru pasca
bedah menunjukkan bahwa rerata angka tahan hidup adalah 5 tahun pada tahap I, sangat
jauh berbeda dengan mereka yang dibedah setelah tahap II, apalagi jika dibandingkan
dengan tahap lanjut yang diobati yaitu hanya 9 bulan (PDPI, 2003). Prognosis juga
ditentukan oleh jenis kanker, prognosis kanker epidermoid dan adenokarsinoma lebih
baik, sedangkan prognosis sel oat lebih buruk (Smeltzer & Bare, 2002).
Prevalensi kanker paru di USA tahun 1993 adalah 173.000/tahun, di Inggris
40.000/tahun, sedangkan di Indonesia menduduki peringkat 4 kanker terbanyak. Di RS
Kanker Dharmais Jakarta tahun 1998 tumor paru menduduki urutan ke-3 sesudah kanker
payudara dan leher rahim. Insiden di negara berkembang lain juga dilaporkan meningkat
dengan cepat karena konsumsi rokok berlebihan, seperti di Cina yang mengkonsumsi
30% rokok dunia. Sebagian besar kanker paru mengenai pria (65%) dengan life time risk
1:13 dan pada wanita 1:20. Anak-anak yang terpapar asap rokok selama 25 tahun pada
usia dewasa akan terkena resiko kanker paru 2 x lipat dibandingkan dengan yang tidak
terpapar, wanita yang hidup dengan suami/pasangan perokok memiliki resiko terkena
kanker paru 2-3 x lipat (Amin & Bahar, 2001).
Pencegahan utama kanker paru adalah dengan memberantas kebiasaan merokok
karena dengan menghentikan perokok aktif maka sekaligus akan menyelamatkan
perokok pasif (PDPI, 2003). Selain itu juga usahakan hidup di lingkungan yang sehat dan
bebas polusi udara, serta biasakan mengkonsumsi makanan bergizi serta berserat
(Mangan, 2009). Pencegahan dengan chemoprevention juga banyak dilakukan, yakni
dengan memakai derivat asam retinoid, karotenoid, vitamin c, selenium, dan lain-lain
(Amin & Bahar, 2001). Penemuan kanker paru pada stadium dini akan sangat membantu
penderita dan penemuan diagnosis dalam waktu yang lebih cepat memungkinkan
penderita memperoleh kualitas hidup yang lebih baik dalam perjalanan penyakitnya
meskipun tidak dapat menyembuhkan. Pilihan terapi harus segera dilakukan, mengingat
buruknya respon kanker paru terhadap berbagai jenis pengobatan (PDPI, 2003).
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker paru.
7
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep dasar kanker paru:
1) Mengetahui definisi kanker paru.
2) Mengetahui klasifikasi kanker paru.
3) Mengetahui etiologi kanker paru.
4) Mengetahui patofisiologi (WOC) kanker paru.
5) Mengetahui manifestasi klinik kanker paru.
6) Mengetahui penderajatan (staging) kanker paru.
7) Mengetahui pemeriksaan diagnostik kanker paru.
8) Mengetahui penatalaksanaan kanker paru.
9) Mengetahui komplikasi kanker paru.
10) Mengetahui prognosis kanker paru.
b. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker paru:
1) Mengetahui pengkajian pada pasien kanker paru.
2) Mengetahui analisis data pada pasien kanker paru.
3) Mengetahui diagnosis keperawatan pada pasien kanker paru.
4) Mengetahui intervensi keperawatan pada pasien kanker paru.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
karsinoma sel besar (karsinoma sel skuamosa, adenokarsinoma, karsinoma sel besar)
dan satu karsinoma sel kecil (karsinoma sel oat).
Brashers (2008) menyatakan bahwa kanker paru merupakan neoplasma ganas
yang muncul dari epitel bronkus. Pada tahun 1999 WHO mengklasifikasikan secara
patologis tumor paru menjadi lebih dari 100 sub kategori. Namun secara umum
klasifikasi kanker paru adalah karsinoma paru non small cell (NSCLC, 85% dari
semua kanker paru) dan karsinoma paru small cell (SCLC, 15 % dari semua kanker
paru).
Karsinoma bronkogenik atau kanker paru merupakan lesi primer atau
metastasis dari organ lain (metastasis dari kanker kolon dan ginjal yang paling sering
ditemukan). Tumor ganas dapat ditemukan di bagian tubuh mana saja. Metastasis
tumor paru lebih sering ditemukan lebih dahulu sebelum lesi primernya sendiri. Hal
yang berbahaya adalah pada keadaan klinis lokasi lesi primer sering tidak diketahui
selama hidup klien (Muttaqin, 2007).
2. Klasifikasi
Menurut Amin dan Bahar (2001) tumor paru dibagi menjadi:
a. Berdasarkan sel utama:
1) SCLC (small cell lung cancer):
Gambaran histologis karsinoma sel kecil (oat cell carcinoma) merupakan
dominasi sel-sel kecil yang hampir semuanya diisi oleh mukus dengan
sebaran kromatin dan sedikit sekali/tanpa nukleoli, berbentuk biji gandum dan
cenderung berkumpul di sekeliling pembuluh darah halus menyerupai
pseudoroset. Banyak ditemukan sel-sel yang bermitosis dan gambaran
nekrosis. DNA yang terlepas menyebabkan warna gelap di sekitar pembuluh
darah. Dinamakan sel kecil karena bentuknya yang demikian kecil sehingga
terlihat seperti hanya terdiri dari nucleus (inti sel).
2) NSCLC (non small cell lung cancer)
a) Karsinoma epidermoid
Sel skuamosa berciri khas proses keratinisasi dan pembentukan bridge
intraseluler. Studi sitologi memperlihatkan perubahan nyata dari displasia
skuamosa ke karsinoma in situ. Jenis kanker ini ditemukan di sekitar
pertengahan paru di salah satu cabang bronkus kiri maupun kanan,
terbentuk dari sel-sel di sepanjang saluran napas. Berdiferensiasi sedang
atau buruk, dapat timbul sebagai tumor Pancoast dan dapat menyebabkan
awitan hiperkalemia yang tiba-tiba.
b) Adenokarsinoma
Bentuk khasnya adalah formasi glandular dan cenderung ke arah
pembentukan konfigurasi papilar. Biasa membentuk musin, sering tumbuh
dari bekas kerusakan jaringan paru (scar). Dapat dibedakan dari
mesotelioma dengan penanda tumor CEA (carcinoma embrionic antigen).
Adenokarsinoma sering dikenali secara mikroskopis karena gambarannya
yang menyerupai kelenjar dan menghasilkan musin, termasuk tipe asiner,
papiler, padat dan bronkhioalveolar. Biasanya ditemukan di jaringan
paling luar paru-paru.
c) Karsinoma sel besar
Merupakan subtipe yang gambaran histologisnya dibuat secara
eksklusion. Termasuk NSCLC tetapi tak ada gambaran diferensiasi
skuamosa atau glandular, sel bersifat anafilaktik, tak berdiferensiasi dan
9
disertai oleh infiltrasi sel neutrofil. Bentuk sel kanker ini memang
kelihatan besar agak bulat dan cenderung tumbuh lebih cepat.
b. Berdasarkan histologis (WHO, 1981):
1) Benigna (lesi berbentuk bulat konsentris, solid, ada kalsifikasi yang tegas).
2) Displasia/carsinoma in situ (belum ada metastasis ataupun pertumbuhan
invasif, proses keganansan masih terbatas pada mukosa bronkus dan belum
menembus membrana basalis).
3) Maligna
a) Squamous cell Ca: epidermoid cell, spindle cell.
b) Small cell Ca: oat cell, intermediate cell, combined oat cell.
c) Adeno Ca: acinar, papillary, broncho alveolar, mucus secretory.
d) Giant cell Ca: giant cell, clear cell, solid Ca tanpa musin.
e) Carcinoids
f) Mesotelioma: epitel, fibrous (spindle cell), biphasic.
c. Berdasarkan tingkat keganasan:
1) Tumor jinak
Hamartoma, chondroma bronchus, cystadenoma bronchus, fibroma,
leiomyoma, lipoma, papilloma, neurofibroma, pulmonary angioma dengan
arteriovenous fistula, histiocytoma (plasma cell granuloma, sclerosing
haemangioma), endometriosis, lymphocysts, lymphangioleiomyomatosis,
pulmonary chemodectoma.
2) Tumor jinak yang dapat menjadi ganas
Bronchial adenoma, haemangiopericytoma, pulmonary blastoma,
myoblastoma.
3) Tumor ganas
Karsinoma bronkogenik, alveolar cell carcinoma, pulmonary lymphoma,
melanoma, leiomyosarcoma.
3. Etiologi
Penyebab atau faktor pencetus dari kanker paru menurut Amin & Bahar (2001)
dan Smeltzer & Bare (2002) adalah:
a. Merokok (perokok aktif)
Penelitian tentang rokok mengatakan bahwa lebih dari 63 jenis bahan yang
dikandung asap rokok itu bersifat karsinogenesis. Resiko ditentukan oleh riwayat
jumlah merokok dalam tahun, pada usia berapa individu memulai merokok dan
jenis rokok yang dihisap (kandungan tar, filter vs tidak berfilter).
b. Terpapar asap rokok (perokok pasif)
Individu yang secara involunter terpajan asap tembakau beresiko terhadap
terjadinya kanker paru.
c. Terpapar zat karsinogen
1) Asbestosis, sering menimbulkan mesotelioma.
Ukuran serat asbestos yang kecil bisa menembus jauh ke dalam paru. Serat ini
dilapisi oleh makrofag, sehingga terjadi pelepasan sitoksin dan menyebabkan
reaksi peradangan yang mengarah ke fibrosis progresif, terutama di lobus
bawah.
2) Radiasi ion pada pekerja tambang uranium.
3) Radon, arsen, kromium, nikel, polycyclic hydrocarbon, vinyl chloride.
Radon adalah gas tidak berwarna dan tidak berbau yang ditemukan dalam
tanah dan bebatuan. Gas ini dikaitkan dengan pertambangan uranium selama
10
4. Patofisiologi (WOC)
Tumor paru dimulai dengan adanya zat yang bersifat intiation yang
merangsang terjadinya perubahan sel. Rangsangan tersebut harus berlangsung lama
dan berkesinambungan untuk memicu terjadinya tumor paru. Intiati agen biasanya
bisa berupa unsur kimia, fisik atau biologis yang mampu bereaksi langsung dan
mengubah struktur dasar dari komponen genetik (DNA). Salah satunya adalah asap
rokok yang mengandung sekitar 60 macam karsinogen, termasuk benzen, nitrosamin
(NNK) dan oksidan yang dapat menyebabkan mutasi DNA.
Asap rokok
Oksidan, NNK, karsinogen lain Mutasi DNA
Kanker
Ekskresi Apoptosis
Patogenenesis kanker paru menurut Brashers (2008)
Kanker paru terjadi pada perokok yang tidak memiliki kemampuan metabolis
untuk mendetoksifikasi karsinogen secara adekuat.
Tumor paru terjadi akibat banyak paparan kersinogen dan bukan hanya satu faktor
pencetus (serangan berulang). Diperlukan 10-20 mutasi genetika untuk menciptakan
sebuah tumor. Beberapa mutasi yang sering terjadi adalah:
a. Penghilangan lengan pendek kromosom #3.
b. Aktivasi onkogen (jun, fos, ras dan myc).
c. Inaktivasi gen supresor tumor (p53, RB, DKN2).
11
vasi ke pleura
Perubahan
dan dinding
epiteldada
silia dan mukosa/ulserasi
Sumbatan pada
bronkus
bronkus
Gangguan aliran udara ke alveoli
Suplai O2 ke jaringan
Kelelahan,
turun kelemahan fisik
Kanker
Paru
5. Manifestasi Klinik
Fase awal kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala klinis. Bila gejala
sudah tampak berarti sudah dalam fase lanjut. Menurut Amin dan Bahar (2001)
gejala-gejala dapat bersifat:
a. Lokal (tumor tumbuh setempat):
1) Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronik.
2) Hemoptisis karena sputum melalui permukaan tumor yang mengalami
ulserasi.
13
6. Penderajatan (Staging)
Klasifikasi stadium kanker paru menurut The International System for Staging
Lung Cancer, serta diterima oleh The American Joint Committee on Cancer (AJCC)
dan The Union Internationale Contre le Cancere (UICC) tahun 1997 adalah sebagai
berikut:
Keterangan:
14
2) CT-Scan:
Dapat mendeteksi kelainan atau nodul dengan diameter minimal 3 mm.
a) Torak: dapat menggambarkan proses keganasan, mendeteksi pembesaran
KGB dan metastasis intrapulmoner.
b) Kepala: untuk mendeteksi metastasis di tulang kepala/jaringan otak.
c) Tulang: untuk mendeteksi metastasis di seluruh jaringan tulang tubuh.
3) MRI (magnetic resonance imaging)
Untuk menilai kelainan tumor yang menginvasi ke dalam vertebra, medula
spinal dan mediastinum.
4) PET (positron emission tomography)
Dapat membedakan tumor jinak dan ganas berdasarkan perbedaan biokimia
dalam metabolisme zat-zat seperti glukosa, oksigen,, protein dan asam
nukleat.
5) USG abdomen: melihat ada tidaknya metastasis di hati, kelenjar adrenal dan
organ lain dalam rongga perut.
b. Pemeriksaan sitologi:
Dilakukan untuk mencari tahu sel-sel maligna.
1) Sputum
Tindakan diagnostik paling murah namun memiliki kelemahan yaitu jika
penderita batuk kering, tumor ada di perifer atau teknik pengumpulan dan
pengambilan sputum yang tidak memenuhi syarat.
2) Cairan pleura
3) Aspirasi kelenjar getah bening servikal-supraklavikula
4) Bilasan dan sikatan bronkus pada bronkoskopi
c. Pemeriksaan histopatologi:
1) Bronkoskopi serat optik
Memberikan pemeriksaan rinci segmen bronkial dan membantu dalam
mengidentifikasi sumber sel-sel maligna serta kemungkinan keluasan dari
pembedahan yang diperkirakan.
2) Bronkofibroskopi fluoresen (transbronchial lung biopsy/TBLS)
Digunakan untuk mendeteksi kanker bronkogenik kecil secara dini.
3) Ultrasound bronchoscopy
Untuk mendeteksi tumor perifer, tumor endobronkial, KGB, mediastinum dan
lesi daerah hilus.
4) Biopsi aspirasi jarum (dilakukan bila biopsi tumor intrabronkial tidak dapat
dilakukan karena amat mudah berdarah atau mukosa licin berbenjol).
5) Transbronchial needle aspiration (TBNA)
TBNA di karina atau trakea 1/1 bawah (2 cincin di atas karina) pada posisi
jam 1 bila tumor ada di kanan, bisa memberikan informasi ganda yaitu
didapat bahan untuk sitologi dan informasi metastasis KGB subkarina atau
paratrakeal.
6) Transbronchial lung biopsy (TBLB)
Dilakukan bila lesi kecil dan lokasi agak di perifer serta ada sarana untuk
fluoroskopik.
7) Biopsi transtorakal (Transthoraxic biopsy/TTB)
Dilakukan dengan bantuan flouroscopic angiography bila lesi terletak di
perifer dengan ukuran > 2 cm dan dengan tuntunan CT-Scan bila lesi < 2 cm
dan terletak di sentral.
8) Torakoskopi
16
Dapat melihat massa tumor di bagian perifer paru, pleura viseralis, pleura
parietal dan mediastinum, serta dapat dibiopsi.
9) Mediastinoskopi
Diperlukan untuk menentukan penyebaran tumor ke nodus limfe hilus dari
paru kanan.
10) Mediastinotomi
Memberikan akses ke hilus limfatik paru kiri.
11) Torakotomi eksplorasi dan biopsi paru terbuka merupakan pilihan terakhir
bila semua cara pemeriksaan yang telah dilakukan, diagnosis
histologis/patologis tidak dapat ditegakkan.
d. Pemeriksaan serologi
Digunakan untuk mengevaluasi hasil pengobatan.
1) CEA (carcinoma embryonic antigen):
2) NSE (neuron-spesific enolase): sensitif terhadap small cell Ca dan kelompok
ED (extensive disease).
3) Cyfra 21-1 (cytokeratin fragments 19): sensitif terhadap kelompok LD
(limited disease)-SCCLC dan sedikit sensitif terhadap kelompok ED.
e. Pemeriksaan biologi molekuler
Dapat menilai ekspresi beberapa gen atau produk gen yang terkait dengan kanker
paru seperti protein p53, bcl2, dan lainnya. Manfaat utama adalah menentukan
prognosis penyakit.
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kanker paru menurut PDPI (2003) dan Brashers, Valentina L.
(2008) adalah:
a) Pencegahan
1) Berhenti merokok meski resikonya tidak pernah kembali ke normal.
2) Diet tinggi serat (buah dan sayuran).
3) Antioksidan.
4) Metode kemoprevensi eksperimental: N-asetilsistein dan obat anti-inflamasi.
b) Pembedahan
Indikasi pembedahan pada kanker paru adalah untuk NSCLC stadium I dan
II. Pembedahan juga merupakan bagian dari combine modality therapy,
misalnya kemoterapi neoadjuvan untuk NSCLC stadium IIIA. Indikasi lain
adalah bila ada kegawatan yang memerlukan intervensi bedah, seperti kanker
paru dengan sindroma vena kava superiror berat.
Prinsip pembedahan adalah sedapat mungkin tumor direseksi lengkap
berikut jaringan KGB intrapulmoner, dengan lobektomi maupun pneumonektomi.
Segmentektomi atau reseksi baji hanya dikerjakan jika faal paru tidak cukup
untuk lobektomi. Tepi sayatan diperiksa dengan potong beku untuk memastikan
bahwa batas sayatan bronkus bebas tumor. KGB mediastinum diambil dengan
diseksi sistematis, serta diperiksa secara patologi anatomis.
Hal penting lain yang harus dingat sebelum melakukan tindakan bedah
adalah mengetahui toleransi penderita terhadap jenis tindakan bedah yang akan
dilakukan. Toleransi penderita yang akan dibedah dapat diukur dengan nilai uji
faal paru dan jika tidak memungkinkan dapat dinilai dari hasil analisis gas darah
(AGD). Syarat untuk reseksi paru:
1) Resiko ringan untuk Pneumonektomi, bila KVP paru kontralateral baik, VEP1
>60%.
17
j) Nutrisi
Malnutrisi dan Cachexia sering terjadi pada penderita kanker (24% pada
stadium dini dan >80% pada stadium lanjut), AIDS dan penyakit kronis lainnya.
Malnutrisi dan Cachexia meningkatkan morbiditas dan mortalitas serta
menurunkan kualitas hidup, dan survival penderita. Penderita dengan malnutrisi
sering tidak dapat mentoleransi terapi termasuk radiasi kemoterapi dan lebih
mempunyai kecenderungan mengalami adverase effect terhadap terapi kanker
(Indriyani, 2008).
19
9. Komplikasi
Menurut Danusantoso (2000) dan PDPI (2003) komplikasi kanker paru adalah:
a. Effusi pleura ganas
b. Sindrom vena kava superior
c. Infark vaskuler
d. Abses paru
e. Obstruksi bronkus
f. Invasi dinding torak
g. Batuk darah (hemoptisis)
h. Metastasis ke tulang, otak maupun organ lain.
10. Prognosis
Amin dan Bahar (2000) mengatakan bahwa prognosis untuk:
a. Small Cell Lung Cancer (SCLC)
1) Median survival time (kemungkinan hidup rata-rata) 1 tahun.
2) Kelompok LD memiliki kemungkinan hidup antara 1-2 tahun.
3) 30% meninggal karena komplikasi lokal tumor.
4) 70% meninggal karena karsinomatosis.
5) 50% bermetastasis ke otak.
20
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
1) Keluhan utama: Biasanya bervariasi seperti keluhan batuk, batuk produktif,
batuk darah, sesak nafas, suara serak, nyeri dada, sakit/sulit menelan,
benjolan di pangkal leher dan sembab muka dan leher, kadang-kadang
disertai sembab lengan dengan rasa nyeri yang hebat.
Keluhan yang tidak khas seperti berat badan berkurang, nafsu makan hilang
dan demam hilang timbul.
2) Riwayat penyakit sekarang: Keluhan hampir sama dengan jenis penyakit paru
lain dan tidak mempunyai awitan (onset) yang khas.
3) Riwayat penyakit sebelumnya: Biasanya akan didapatkan keluhan batuk
jangka panjang dan penurunan berat badan secara signifikan. merokok,
riwayat keluarga, pajanan asbestos, paparan industri lain, radiasi paru, riwayat
PPOK.
4) Riwayat keluarga: anggota keluarga dari klien dengan kanker paru beresiko
lebih besar mengalami penyakit ini, walaupun masih belum dapat dipastikan
apakah hal ini benar-benar karena faktor herediter atau karena faktor-faktor
familial.
5) Psiko-sosio-spiritual: penegakan doagnosis medis karsinoma karsinogenik
akan memberikan dampak besar bagi psikologis klien. Mekanisme koping
biasanya maladaptif yang diikuti perubahan mekanisme peran dalam
keluarga, kemampuan ekonomi untuk pengobatan serta prognosis yang tidak
21
2. Analisis Data
Masalah
No Data Etiologi
Keperawatan
1 DS: klien mengatakan Kanker paru Bersihan jalan nafas
batuk berdahak. tidak efektif
DO: suara nafas Invasi tumor
wheezing, perubahan
sekresi trakeobronkial,
irama dan frekuensi
obstruksi bronkial sekunder
22
pernapasan, sputum
berlebihan.
2 DS: klien mengeluh Kanker paru Pola napas tidak
sesak napas. efektif
DO: napas dalam dan Obstruksi bronkus
cuping hidung, takipneu,
ekspansi paru
penggunaan otot bantu
pernapasan.
3 DS: klien mengeluh Kanker paru Gangguan
sesak napas. pertukaran gas
DO: AGD abnormal, pH Perubahan membran alveoli
arteri abnormal, sianosis, kapiler
hipoksia, hipoksemia,
Gangguan difusi
takikardia.
4 DO: klien mengatakan Kanker paru Nyeri akut
nyeri pada dada.
DS: klien meringis Invasi ke pleura dan dinding
kesakitan, posisi dada
menghindari nyeri,
Nyeri pleuritis
gangguan tidur.
5 DS: klien mengatakan Kanker paru (peny. kronis) Cemas
takut mati.
DO: klien tampak Ancaman kematian
gelisah, insomnia, kontak
Kurang informasi
mata buruk.
6 DS: klien mengatakan Kanker paru Nutrisi kurang dari
mual dan tidak nafsu kebutuhan tubuh
makan. metabolisme dan proses
DO: porsi makan tidak keganasan, kemoterapi.
dihabiskan, penurunan
Intake tidak adekuat,
berat badan, muntah >>.
mual/muntah.
7 DS: klien mengeluh Gangguan pertukaran gas Intoleransi aktivitas
badannya terasa lemah.
DO: kelemahan (+), ada Suplai O2 kebutuhan
masalah pernapasan.
Kelelahan/kelemahan fisik
8 DS: klien mengatakan Kanker paru Kurang
tidak tahu tentang pengetahuan
penyakit dan Penatalaksanaan kanker,
pengobatannya. proses penyakit
DO: tidak mengikuti
Kurang informasi
instruksi yang diberikan
secara akurat, perilaku
tidak sesuai/terlalu
berlebihan.
23
3. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada klien kanker paru menurut
Muttaqqin (2008) dan Somantri (2009) adalah:
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sekresi
trakeobronkial, obstruksi bronkial sekunder karena invasi tumor.
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi trakeobronkial, nyeri,
penurunan ekspansi paru dan proses inflamasi.
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran udara ke alveoli
atau ke bagian utama paru dan perubahan membran alveoli kapiler (atelektasis,
edema paru, effusi, perdarahan aktif dan sekresi berlebihan).
d. Nyeri akut berhubungan dengan invasi kanker ke pleura dan dinding dada.
e. Cemas berhubungan dengan ancaman kematian, ketidaktahuan informasi dan
penyakit kronis.
f. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake inadekuat,
peningkatan metabolisme dan proses keganasan.
g. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan
kenutuhan oksigen tubuh, dispneu dan fatigue.
h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit.
i. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
j. Gangguan citra diri berhubungan dengan penanganan (pembedahan, radiasi dan
kemoterapi).
4. Intervensi Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sekresi
trakeobronkial, obstruksi bronkial sekunder karena invasi tumor.
Tujuan: Keefektifan bersihan jalan nafas kembali setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
Kriteria Hasil:
Klien mampu batuk efektif, suara napas bersih, tidak ada sianosis dan dispneu
(mampu mengeluarkan sputum dan bernapas dengan mudah), irama dan frekuensi
napas dalam batas normal, tidak ada suara napas abnormal.
Intervensi:
1) Monitor respirasi rate, auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan.
Rasionalisasi: Peningkatan jumlah RR dan adanya pernapasan bising dan
ronchi menunjukkan adanya sekret atau obstruksi jalan napas.
2) Observasi jumlah dan karakter sputum/aspirasi sekret.
24
Kriteria hasil:
TTV dalam batas normal, hasil AGD dalam batas normal, menunjukkan ventilasi
yang adekuat, oksigenasi yang adekuat dan menunjukkan perbaikan distres nafas.
Intervensi:
1) Observasi TTV, frekuensi dan kedalaman nafas, suara nafas,penggunaan otot
bantu nafas, dan nafas cuping hidung.
Rasionalisasi: mengetahui efektifitas pemberian terapi oksigen yang sudah
diberikan serta mengetahui kualitas pertukaran gas.
2) Dorong/bantu dengan latihan napas dalam dan napas bibir dengan tepat.
Rasionalisasi Meningkatkan ventilasi maksimal dan oksigenasi dan
menurunkan/mencegah atelektasis.
3) Monitor kegelisahan dan perubahan mental/tingkat kesadaran.
Rasionalisasi: Dapat menunjukkan peningkatan hipoksia.
4) Tinggikan posisi tempat tidur (posisi semifowler).
Rasionalisasi: meningkatkan ekspansi dada maksimal sehingga membuat
mudah bernafas dan memberikan rasa nyaman.
5) Kolaborasi untuk pemeriksaan AGD ulang.
Rasionalisasi: untuk mengevaluasi adanya perbaikan atau penurunan
pertukaran gas.
6) Kolaborasi pemberian oksigenasi sesuai advice dokter .
Rasionalisasi: memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran gas.
d. Nyeri akut berhubungan dengan invasi kanker ke pleura dan dinding dada.
Tujuan: Nyeri berkurang atau teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Kriteria hasil:
TTV dalam batas normal, secara subjektif klien mengatakan nyeri berkurang,
klien tampak rileks, klien dapat tidur, dan berpartipasi dalam aktivitas.
Intervensi:
1) Observasi nyeri secara PQRST.
Rasionalisasi: membantu dalam menentukan status nyeri pasien, dan
memonitoring keberhasilan intervensi
2) Untuk meminimalkan nyeri dada pleural: anjurkan untuk menahan dada
dengan kedua tangan atau dengan bantal saat batuk.
Rasionalisasi: Napas dalam dan batuk kuat meregangkan membran pleura dan
menimbulkan nyeri dada pleuritik.
3) Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi pada saat nyeri timbul
Rasionalisasi: relaksasi meningkatkan suplai oksigen pada area nyeri sehingga
membantu penurunan rasa nyeri, sedangkan teknik distraksi dapat
meningkatkan respon endorprin untuk memutus reseptor rasa nyeri
4) Kolaborasi pemberian analgetik secara periodik dan evaluasi keefektifanya
Rasionalisasi: mempertahankan kadar obat dan menghindari puncak periode
nyeri.
5) Kolaborasi dengan tim medis dalam penanganan kanker (pembedahan,
radiasi, kemoterapi).
Rasionalisasi: Masalah tidak akan teratasi hanya dengan tindakan mandiri
perawat karena penyebabnya adalah kanker.
e. Cemas berhubungan dengan ancaman kematian, ketidaktahuan informasi dan
penyakit kronis.
Tujuan: Cemas teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Kriteria Hasil:
26
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Karsinoma bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran
pernafasan. Empat jenis sel utama kanker paru yaitu karsinoma epidermoid (sel
skuamosa), karsinoma sel kecil (sel oat), adenokarsinoma dan karsinoma sel besar (tidak
dapat dibedakan.
Penyebab tumor paru adalah pengaruh rokok, paparan industri, pengaruh genetik,
status imunologi dan adanya penyakit pernapasan lain. Fase awal kanker paru tidak
menunjukkan gejala-gejala klinis. Bila gejala sudah tampak berarti sudah dalam fase
lanjut.
Pemeriksaan diagnostik yang harus dilakukan adalah pemeriksaan radiologis,
sitologi, histopatologi, serologi dan biologi molekuler. Penatalaksanaan kanker paru
adalah dengan melakukan pencegahan, pembedahan, radioterapi, kemoterapi,
imunoterapi, hormonoterapi, terapi gen, pengobatan paliatif, rehabilitasi medik dan
nutrisi.
Komplikasi kanker paru antara lain effusi pleura ganas, sindrom vena kava
superior, infark vaskuler, abses paru, obstruksi bronkus, invasi dinding torak, batuk
darah, metastasis ke tulang, otak maupun organ lain. Prognosis kanker paru tergantung
pada jenis sel asal.
Masalah keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan tumor paru adalah
bersihan jalan nafas tidak efektif, pola napas tidak efektif, gangguan pertukaran gas,
gangguan perfusi jaringan perifer, nyeri akut, cemas, nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh, intoleransi aktivitas, kurang pengetahuan, resiko tinggi infeksi, gangguan
integritas kulit dan gangguan citra diri.
Rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor paru bertujuan untuk
mengatasi masalah keperawatan dan meningkatkan derajat kesehatan pasien.
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Zulkifli dan Bahar, Asril (2001). Buku ajar: ilmu penyakit dalam (ed. 3). Jakarta: balai
penerbit FKUI.
Corwin, Elizabeth J. (2009). Buku saku patofisiologi (ed. 3). Jakarta: EGC.
Danusantoso, Halim (2000). Buku saku: ilmu penyakit paru (ed. ). Jakarta: Hipokrates.
Doenges, Marilynn E., Moorhouse, Mary F. dan Geissler, Alicee C. (2000). Rencana asuhan
keperawatan, pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien
(ed. 3). Jakarta: EGC.
Hartati, Budi S.A. (2007). Upaya peningkatan asupan makan pada pasien kanker diakses
tanggal 06 Nopember 2013 dari Instalasi gizi RSCM, Jakarta pada www.persagi.org/
document/makalah/116_makalah.pdf.
Indriyani, Wiwiek M. (2008). Terapi nutrisi pada penderita kanker diakses tanggal 06
Nopember 2013 pada http://id.shvoong.com/medicine-and-health/nutrition/2248721-
terapi-nutrisi-pada-penderita-kanker/
Mangan, Yellia (2009). Solusi sehat mencegah dan mengatasi kanker terapi herbal, terapi
diet, terapi jus (ed. ). Jakarta: Agromedia Pustaka.
Muttaqin, A., (2007). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem pernafasan (ed. ).
Jakarta: Salemba Medika.
Otto, S.E. (2005). Buku saku keperawatan onkologi (ed. ). Jakarta: EGC.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (2003). Kanker paru: pedoman diagnosis dan
penatalaksanaan di indonesia diakses tanggal 13 Oktober 2013 pada
klikpdpi.com/konsensus/konsensus-kankerparu/kankerparu.pdf
Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G., (2002). Buku ajar: keperawatan medikal bedah
brunner & suddarth (ed. 8). Jakarta: EGC.