Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEPERAWATAN KANKER SERVIKS

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kesehatan Reproduksi


Dosen Pengampu: Ibu Nur Chasanah, S.Kep., M.Kes

Disusun Oleh :

1. Dhika Herlina (0121003)


2. Novia Sri Wulandari (0121018)
3. Ftri Nuraselfi Kusnadi (0121024)
4. Winda Setyo Damayanti (0121025)
5. Jefri Arianto (0121030)
6. M. Farizal Maulana (0121031)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA
MOJOKERTO
2022
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini kami menyatakan bahwa : Kami mempunyai kopi dari makalah ini yang bisa
kami reproduksi jika makalah yang dikumpulkan hilang atau rusak. Makalah ini adalah hasil
karya kami sendiri dan bukan merupakan karya orang lain kecuali yang telah ditulis kan dalam
referensi, serta tidak ada seorangpun yang membuatkan makalah ini untuk kami. Jika
dikemudian hari terbukti adanya ketidak jujuran akademik, kami bersedia mendapatkan sangsi
sesuai peraturan yang berlaku

Mojokerto, 06 April 2023

TANDA TANGAN
NAMA NIM
MAHASISWA
Dhika Herlina 0121003
Novia Sri Wulandari 0121018
Fitri Nuraselfi Kusnadi 0121024
Winda Setyo Damayanti 0121025
Jefri Arianto 0121030
M. Farizal Maulana 0121031

2
Lembar Penilaian Makalah dan Presetasi Kelompok

FORMAT PENILAIAN MAKALAH:

No Aspek yang Bobot Nilai Kriteria penilaian


dinilai M aks
1 Pendahuluan 2% 2 Menjelaskan topik, tujuan, dan
deskripsi singkat makalah
Supervisial, Sangat
Tidak spesifik spesifik
.........................................................................dan relevan

Laporan analisis 5% 5 Laporan lugas dan ringkas serta lengkap


masalah
Intervensi 16% 16 Penjelasan teori konsep dasar keperawatan
keperawatan /fisiologi/patofisiologi terkait
yang diusulkan
Analisis peran perawat dalam intervensi serta
kaitan intervensi dengan proses keperawatan

Pengalaman atau realita di klinik dan gap


Literature review
Ide logis dan ringkas Menunjukkan kemampuan
analisis Argument logis dan rasional
Analisa kritis rencana aplikasi ide atau hasil
pembahasan

Literatur yang digunakan terkini dan


berkualitas serta extensif
Kesimpulan 2% 2 Menyimpulkan makalah dan menuliskan
refleksi atas kritik jurnal
Penguranga nilai -7.5% -7.5 Nilai akan mendapatkan pengurangan jika
kriteria berikut tidak terpenuhi:
Jumlah halaman< 10 atau lebih dari 20
halaman (batas toleransi 5%)
Tidak mengikuti aturan penulisan referensi
dengan benar
Penulisan bahasa Indonesia yang baik dan
3
benar, termasuk tanda baca.
NILAI MAKSIMAL 25

Komentar Fasilitator:

...........................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................
.................................................

Presentasi Kelompok (5%)

No ASPEK YANG DINILAI PROSENTASE


1 Kemampua nmengemukakan intisari makalah 1
2 Kemampuan menggunakan media & IT 1
3 Kontribusi yang bermanfaat bagi kelompok 1
4 Kemampuan berdiskusi (responsive, analitis) 2
TOTAL NILAI MAKSIMUM 5

Komentar Fasilitator:

...........................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................
.................................................
Presentasi Kelompok (5%)

No ASPEK YANG DINILAI PROSENTASE


1 Kemampua nmengemukakan intisari makalah 1
2 Kemampuan menggunakan media & IT 1
3 Kontribusi yang bermanfaat bagi kelompok 1
4 Kemampuan berdiskusi (responsive, analitis) 2
TOTAL NILAI MAKSIMUM 5

4
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah “Asuhan Keperawatan
Kanker Serviks” ini tepat pada waktunya.
Makalah ini disususun untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Kesehatan
Reproduksi. Di dalam penyusunan makalah ini kami mengucapkan banyak terima kasih atas
dukungan moral maupun materi kepada pihak-pihak yang terlibat kepada :
1.Ibu Nur Chasanah, S.Kep., M.Kes selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Keperawatan
Kesehatan Reproduksi
2. Semua pihak yang berperan aktif dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca sekaligus kami sebagai
penyusunnya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena dalam
penyusunan makalah ini kami masih memiliki kekurangan dan keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat kami
harapkan. Saran dan kritik tersebut bermanfaat bagi penyempurnaan tugas ini pada masa
mendatang.
Mojokerto, 06 April 2023

Penyusun

5
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .............................................................................................................i

LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................................................ii

LEMBAR PENILAIAN ..........................................................................................................iii

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................v

DAFTAR ISI.................................................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................1

1.1. Latar Belakang...............................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................................2

1.3. Tujuan...........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................3

2.1. Definisi Kanker ............................................................................................................3

2.2. Penyebab Terbentuknya Kanker ..................................................................................3

2.3. Anatomi Fisiologi.........................................................................................................3

2.4. Etiologi.........................................................................................................................3

2.5. Patofisiologi.................................................................................................................4

2.6. Manifestasi Klinik........................................................................................................5

2.7. Stadium Karsinoma Kanker Serviks............................................................................5

2.8. Penatalaksanaan...........................................................................................................5

2.9. Pencegahan Kanker Serviks.........................................................................................7

2.10.Asuhan Keperawatan Kanker Serviks...........................................................................7

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................35

3.1. Kesimpulan.................................................................................................................35

3.2. Saran............................................................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................36

6
7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker adalah suatu pertumbuhan sel-sel abnormal atau proliferasi sel-sel yang tidak
dapat diatur. Tingkat poliferasi antara sel kanker berbeda beda antara satu dengan yang
lainnya. Perbedaan sel kanker dengan sel normal terletak pada sifat sel kanker yang tidak
pernah berhenti membelah. Kanker merupakan suatu kegagalan morfogenesis normal dan
dan kegagalan difrensiasi normal, artinya pertumbuhan kanker tidak dapat dikendalikan dan
tidak pernah memperoleh struktur normal serta fungsi khas jaringan tempat sel kanker
tumbuh. Menurut Guyton, Arthur C. ,Kanker merupakan suatu penyakit yang menyerang
proses dasar kehidupan sel, yang hampir semuanya menambah genom sel (komplemen
genetik total sel) serta mengakibatkan pertumbuhan liar dan penyebaran sel kanker.
Pada tahun 2003, WHO menyatakan bahwa kanker merupakan problem kesehatan
yang sangat serius karena jumlah penderitanya meningkat sekitar 20% per tahun. Kanker
serviks (mulut rahim) adalah penyakit pembunuh wanita nomor satu di dunia. Di seluruh
dunia, kasus kanker serviks ini sudah dialami oleh 1,4 juta wanita. Data yang didapat dari
Badan Kesehatan Dunia (WHO) diketahui terdapat 493.243 jiwa per-tahun penderita kanker
serviks baru dengan angka kematian sebanyak 273.505 jiwa per-tahun. Sampai saat ini
kanker serviks masih merupakan masalah kesehatan perempuan di Indonesia sehubungan
dengan angka kejadian dan angka kematian akibat kanker serviks yang tinggi.
Keterlambatan diagnosis pada stadium lanjut, keadaan umum yang lemah, status sosial
ekonomi yang rendah, keterbatasan sumber daya, keterbatasan sarana dan prasarana, jenis
histopatologi dan derajat pendidikan ikut serta dalam menentukan prognosis dari penderita.
Mengingat bahwa seorang perawat kesehatan harus bertanggungjawab dalam
memberikan asuhan keperawatan secara profesional, maka dalam memberikan pelayanan
atau asuhannya harus selalu memperhatikan manusia sebagai makhluk yang holistik, yaitu
makhluk yang utuh atau menyeluruh yang terdiri atas unsur biologis, psikologis, sosial, dan
spiritual. Seorang perawat juga harus menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang
komprehensif melalui proses keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Asuhan
keperawatan pada pasien kanker serviks juga meliputi pemberian edukasi dan informasi
kepada pasien guna untuk meningkatkan pengetahuan klien dapat mengurangi kecemasan
serta ketakutan klien.
Perawat perlu mengkaji bagaimana pasien dengan pasangannya memandang
kemampuan reproduksi wanita dan memaknai setiap hal yang berhubungan dengan
kemampuan reproduksinya. Bagi sebagian wanita masalah harga diri dan citra tubuh sering

1
muncul saat mereka tidak bisa mempunyai anak lagi. Intervensi keperawatan berfokus
dalam upaya membantu pasien dan pasangannya untuk menerima perubahan fisik dan
psikologi dan menemukan kualitas lain dalam diri wanita sehingga ia dapat dihargai. Selain
itu perawat juga berperan dalam membantu pasien mengekspresikan rasa takut, dukungan
spriritual dan menemukan kekuatan diri untuk menghadapi masalah (Reeder, 2013).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Kanker?
2. Apa yang dimaksud dengan Kanker Serviks?
3. Apa tanda – tanda terkena Kanker Serviks?
4. Apa penatalaksanaan dari Kanker Serviks?
5. Apa saja stadium dari Kanker Serviks dan perkembangannya?
6. Bagaimana cara mencegah kanker serviks?
7. Bagaimana asuhan keperawatan kanker serviks?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Kanker
2. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Kanker Serviks
3. Untuk mengetahui tanda – tanda terkena Kanker Serviks
4. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Kanker Serviks
5. Untuk mengetahui stadium dari Kanker Serviks dan perkembangannya
6. Untuk mengetahui cara mencegah kanker serviks
7. Mengkaji pasien dengan kanker serviks
8. Merumuskan dan menetapkan diagnosis keperawatan pasien dengan kanker serviks.
9. Menyusun perencanaan keperawatan yang sesuai dengan masalah keperawatan pada
pasien dengan kanker serviks.
10. Melakukan implementasi keperawatan yang sesuai dengan perencanaan keperawatan
pada pasien dengan kanker serviks.
11. Mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker serviks.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Kanker
Kanker adalah suatu pertumbuhan sel-sel abnormal atau proliferasi sel-sel yang tidak
dapat diatur. Tingkat poliferasi antara sel kanker berbeda beda antara satu dengan yang
lainnya. Perbedaan sel kanker dengan sel normal terletak pada sifat sel kanker yang tidak
pernah berhenti membelah. Kanker merupakan suatu kegagalan morfogenesis normal dan
dan kegagalan difrensiasi normal, artinya pertumbuhan kanker tidak dapat dikendalikan dan
tidak pernah memperoleh struktur normal serta fungsi khas jaringan tempat sel kanker
tumbuh.
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau serviks
yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina. Kanker
serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok penyakit yang
dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol proliferasi dan maturasi sel pada
jaringan serviks. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35 - 55 tahun, 90% dari
kanker serviks berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju
kedalam rahim. Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli penulis dapat
menyimpulkan bahwa kanker serviks adalah pertumbuhan sel yang abnormal yang terdapat
pada organ reproduksi wanita yaitu serviks atau bagian terendah dari rahim yang menempel
pada puncak vagina.
2.2 Penyebab Terbentuknya Kanker
Penyebab terbentuknya sel kanker disebabkan mutasi dari sel sel normal sehingga
mengalami pertumbuhan sel yang abnormal dan difrensiasi fungsi sel. Setiap manusia terus
menerus membentuk sel sel yang memiliki kecenderungan untuk menjadi kanker namun
sistem kekebalan manusia bekerja seperti burung pemakan bangkai yang akan menggigit sel
sel yang abnormal, untuk menghentikan kegiatan permulaan sebelum sempat memulai
kegiatannya sebagai sel kanker.
Mutasi sel yang membentuk sel kanker, berasal dari rangkaian DNA kromosom
didalam setiap sel yang mengalami replikasi dengan diawali oleh proses mitosis, dan karena
adanya proses pengoreksian terhadap hasil replikasi. Proses pengoreksian ini akan
memotong dan memperbaiki sistem rangkaian DNA yang abnormal sebelum terjadi proses
mitosis. Namun, setiap tindakan perlindungan sel abnormal, tidak menutup kemungkinan
satu Dari setiap sel baru yang terbentuk mempunyai sifat mutasi yang selanjutnya
berkembang menjadi kanker, apabila antibody tubuh tidak dapat mencegah
perkembangannya.

3
2.3 Anatomi Fisiologi
2.3.1 Genetalia Eksterna
a. Monsveneris
Bagian yang menonjol bagian simfisis yang terdiri dari jaringan lemak,daerah ini di
tutup bulu pada masa pubertas.
b. Vulva
Adalah tempat bermuara sistem urogenital. Di sebelah luar vulva dilingkari oleh labia
mayora (bibir besar) yang ke belakang, menjadi satu dan membentuk kommisura
posterior dan pereniam. Di bawah kulitnya terdapat jaringan lemak seperti yang ada di
mons veneris.
c. Labia mayora
Labia mayora ( bibir besar ) adalah dua lipatan besar yang membatasi vulva, terdiri atas
kulit, jaringan ikat, lemak dan kelenjar sebasca. Saat pubertas tumbuh rambut di mons
veneris dan pada sisi lateral.
d. Labia minora
Labia minora ( bibir kecil ) adalah dua lipatan kecil diantara labia mayora,dengan
banyak kelenjar sebasea. Celah diantara labia minora adalah vestibulum.
e. Vestibulum
Vestibulum merupakan rongga yang berada diantara bibir kecil (labia minora), maka
belakang di batasi oleh klitoris dan perenium, dalam vestibulum terdapat muara – muara
dari liang senggama (introetus vagina uretra, kelenjar bartholimi dan kelenjar skene kiri
dan kanan).
f. Himen (selaput dara)
Lapisan tipis yang menutupi sebagian besar liang senggama ditengahnya berlubang
supaya kotoran menstruasi dapat mengalir keluar, letaknya mulut vagina. Pada bagian
ini bentuknya berbeda-beda ada yang seperti bulan sabit, konsistensi ada yang kaku dan
yang lunak, lubangnya ada seujung jari, ada yang dapat dim lalui satu jari.
g. Perenium
Terbentuk dari korpus perinium, titik tentu otot-otot dasar panggul yang ditutupi oleh
kulit perenium.

4
2.3.2 Genetalia Interna
a. Vagina
Tabung yang di lapisi membran dari jenis-jenis epitelium bergaris, khusus dialiri
banyak pembuluh darah dan serabut saraf. Panjangnya dari vestibulum sampai uterus 7
1/2 . Merupakan penghubung antara introitus vagina dan uterus. Dinding depan liang
senggama (vagina) 9 cm, lebih pendek dari dinding belakang. Pada puncak vagina
sebelah dalam berlipat-lipat disebut rugae.
b. Uterus
Organ yang tebal, berotot berbentuk buah pir, terletak di dalam pelvis antara
rectum di belakang dan kandung kemih di depan, ototnya disebut miometrium. Uterus
terapung di dalam pelvis dengan jaringan ikat dan ligament. Panjang uterus 7 1/2 cm,
lebar ±5 cm, tebal ±2 cm. Berat 59 gr, dan berat 30-60 gr. Uterus terdiri dari :
1) Fundus uteri (dasar rahim )
Bagian uterus yang terletak antara pangkal saluran telur. Pada pemeriksaan
kahamilan, perabaan fundus uteri dapat memperkirakan usia kehamilan.
2) Korpus uteri
Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan,bagian ini berfungsi sebagai tempat
janin berkembang. Rongga yang terdapat pada korpus uteri di sebut kavum uteri atau
rongga rahim.
3) Servik uteri
Ujung servik yang menuju puncak vagina disebut porsio,hubungan antara kavum
uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri internum.
Lapisan-lapisan uterus, meliputi :
a) Endometrium
b) Myometrium
c) Parametium
c. Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk kenari, terletak kiri dan kanan uterus di bawah
merupakan tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uterus.
d. Tuba fallopi
Tuba fallopi di lapisi oleh epitel bersilia yang tersusun dalam banyak lipatan
sehingga memperlambat perjalanan ovum ke dalam uterus. Sebagian sel tuba
mensekresikan cairan serosa yang memberikan nutrisi pada ovum.Tuba fallopi disebut
juga saluran telur terdapat 2 saluran telur kiri dan kanan. Panjang kira-kira 12cm tetapi
tidak berjalan lurus. Terus pada ujung-ujungnya terdapat fimbria, untuk memeluk ovum

5
saat ovulasi agar masuk kedalam tuba.

2.4 Etiologi
Kanker serviks terjadi jika sel - sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara
tidak terkendali, jika sel - sel serviks terus membelah, maka akan terbentuk suatu masa
jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak atau ganas, jika tumor tersebut ganas
maka keadaannya disebut kanker serviks. Penyebab terjadinya kelainan pada sel - sel serviks
tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh
terhadap terjadinya kanker serviks yaitu :
1. HPV ( Human Papiloma Virus )

HPV adalah virus penyebab kutil genetalis ( Kandiloma Akuminata ) yang ditularkan
melalui hubungan seksual. Ada 8 tipe HPV yang berhubungan dengan kanker serviks :
1) HPV resiko rendah : HPV 6 dan 11
2) HPV resiko sedang : HPV 33, 35, 39, 40, 43, 45, 51, 56, dan 58
3) HPV resiko tinggi : HPV 16, 18, 31

Infeksi HPV terjadi melalui hubungan seksual dengan masa inkubasi selama 3 bulan.
6
Bentuk klasik dari infeksi HPV adalah kondiloma akuminata yaitu kutil yang berbentuk
kembang kol pada jaringan ikat di tengahnya dan ditutup terutama dibagian atas epitel yang
hiperkerotolik. Kondiloma akuminata jarang ditemukan pada serviks dimana lesinya hanya
terbatas pada vulva, anus dan vagina bagian posterior. Kemungkinan peranan terjadinya
kanker serviks adalah dengan melakukan gangguan pada gen yang mengatur pembelahan
virus dan mengakibatkan pembelahan sel menjadi tidak terkontrol kearah keganasan.
Perubahan sel yang terjadi dapat dalam bentuk jinak kondiloma (NIS 1 : Neoplasma
Intraepitel Serviks) atau bentuk prakanker (NIS 2 dan 3), bahkan dapat menjadi karsinoma
invasif. Faktor resiko minor kanker serviks adalah paritas tinggi dengan jarak persalinan
pendek, hubungan seksual dini dibawah 17 tahun, multipartner seksual, merokok pasif dan
aktif, status ekonomi rendah. Ko – faktor terdiri dari infeksi klamidia trakomatis, HSV-2
HIV/AIDS, infeksi kronis dan lainnya.
Penyebab terjadinya Kanker dari luar :
1. Merokok
Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah servik 56 kali lebih tinggi
dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan tersebut pada serviks adalah
menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus.
2. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini ( kurang dari 17 tahun) dan
berganti - ganti pasangan seksual
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara lesi prakanker dan kanker serviks dengan aktivitas seksual pada usia dini,
khususnya sebelum umur 17 tahun. Hal ini diduga ada hubungan dengan belum
matangnya daerah transformasi pada usia tersebut bila sering terekspos, Frekuensi
hubungan seksual berpengaruh terhadap lebih tingginya resiko pada usia, tetapi tidak
pada kelompok usia lebih tua. Jumlah pasangan seksual menimbulkan konsep pria
beresiko tinggi sebagai vektor yang dapat menimbulkan infeksi yang berkaitan dengan
penyakit hubungan seksual. Terjadinya perubahan pada sel leher rahim pada wanita
yang sering berganti – ganti pasangan, penyebabnya adalah sering terendamnya sperma
dengan kadar PH yang berbeda – beda sehingga dapat mengakibatkan perubahan dari
dysplasia menjadi kanker.
3. Suami atau pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia 18
tahun, berganti - berganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang menderita
kanker serviks
4. Pemakaian DES ( Diethilstilbestrol ) pada wanita hamil untuk mencegah keguguran
6. Pemakaian Pil KB

7
Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka panjang yaitu lebih dari lima tahun
dapat meningkatkan resiko relatif 1,53 kali. WHO melaporkan resiko relative pada
pemakaian kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dan meningkat sesuai dengan lamanya
pemakaian.
7. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamedia menahun
8. Defisiensi Gizi
Terjadinya peningkatan dysplasia ringan dan sedang yang berhubungan dengan
defisiensi zat gizi seperti beta karoten, vitamin A dan asam folat. Banyak
mengkonsumsi sayuran dan buah yang mengandung bahan – bahan antioksidan seperti
alpukat, brokoli, kol, wortel, jeruk, anggur, bawang, bayam dan tomat berkhasiat untuk
mencegah terjadinya kanker. Dari beberapa penelitian melaporkan defisiensi terhadap
asam folat, vitamin C, vitamin E, beta karoten atau retinol dapat meningkatkan resiko
kanker serviks
9. Golongan ekonomi lemah
Dikaitkan dengan ketidakmampuan dalam melakukan tes pap smear secara rutin dan
pendidikan yang rendah.
2.5 Patofisiologi
Puncak insedensi karsinoma insitu adalah usia 20 hingga usia 30 tahun. Faktor resiko
mayor untuk kanker serviks adalah infeksi Human Paipilloma Virus (HPV) yang ditularkan
secara seksual. Faktor resiko lain perkembangan kanker serviks adalah aktivitas seksual
pada usia muda, paritas tinggi, jumlah pasangan seksual yang meningkat, status sosial
ekonomi yang rendah dan merokok (Price, 2012).
Karsinoma sel skuamosa biasanya muncul pada taut epitel skuamosa dan epitel
kubus mukosa endoserviks (persambungan skuamokolumnar atau zona tranformasi). Pada
zona transformasi serviks memperlihatkan tidak normalnya sel progresif yang berakhir
sebagai karsinoma servikal invasif. Displasia servikal dan karsinoma in situ atau High-grade
Squamous Intraepithelial Lesion (HSIL) mendahului karsinoma invasif. Karsinoma serviks
terjadi bila tumor menginvasi epitelium masuk ke dalam stroma serviks. Kanker servikal
menyebar luas secara langsung kedalam jaringan para servikal. Pertumbuhan yang
berlangsung mengakibatkan lesi yang dapat dilihat dan terlibat lebih progresif pada jaringan
servikal. Karsinoma servikal invasif dapat menginvasi atau meluas ke dinding vagina,
ligamentum kardinale dan rongga endometrium. Invasi ke kelenjar getah bening dan
pembuluh darah mengakibatkan metastase ke bagian tubuh yang jauh (Price, 2012)

2.6 Manifestasi Klinik

8
Menurut (Purwoastuti, 2015), gejala kanker leher rahim adalah sebagai berikut:
1. Keputihan, makin lama makin berbau busuk.
2. Perdarahan setelah senggama yang kemudian berlanjut menjadi perdarahan abnormal,
terjadi secara spontan walaupun tidak melakukan hubungan seksual.
3. Hilangnya nafsu makan dan berat badan yang terus menurun.
4. Nyeri tulang panggul dan tulang belakang.
5. Nyeri disekitar vagina
6. Nyeri abdomen atau nyeri pada punggung bawah
7. Nyeri pada anggota gerak (kaki).
8. Terjadi pembengkakan pada area kaki.
9. Sakit waktu hubungan seks.
10. Pada fase invasif dapat keluar cairan kekuning-kuningan, berbau dan bercampur dengan
darah.
11. Anemia (kurang darah) karena perdarahan yang sering timbul.
12. Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terjadi pendarahan diantara siklus haid.
13. Sering pusing dan sinkope.
14. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki, timbul
iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rectum), terbentuknya fistel
vesikovaginal atau rectovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh.
2.7 Stadium Karsinoma Kanker Serviks
Klasifikasi internasional tentang karsinoma serviks uteri : Tingkat Kriteria
Tahapan
No. Proses
(Stadium)
1. Tahap O Kanker insitu, kanker terbatas pada lapisan epitel, tidak
terdapat bukti invasi.
2. Tahap I Karsinoma yang benar – benar berada dalam serviks.
Proses terbatas pada serviks walaupun ada perluasan ke
korpus uteri.
3. Tahap Ia Karsinoma mikroinvasif, bila membrane basalis sudah
rusak dan sel tumor sudah memasuki stoma lebih dari 1
mm, sel tumor tidak terdapat pada pembuluh limfa atau
pembuluh darah.
4. Tahap Ib Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang histologik
menunjukkan invasi serviks uteri.
5. Tahap II Kanker vagina, lesi telah menyebar diluar serviks hingga

9
mengenai vagina (bukan sepertiga bagian bawah) atau
area para servikal pada salah satu sisi atau kedua sisi
6. Tahap IIa Penyebaran hanya perluasan vagina, parametrium masih
bebas dari infiltrate tumor.
7. Tahap IIb Penyebaran ke parametrium, uni atau bilateral tetapi
belum sampai pada dinding panggul.
8. Tahap III Kanker mengenai sepertiga bagian bawah vagina atau
telah meluas kesalah satu atau kedua dinding panggul.
Penyakit modus limfa yang teraba tidak merata pada
dinding panggul. Urogram IV menunjukkan salah satu
kedua ureter tersumbat oleh tumor
9. Tahap IIIa Penyebaran sampai pada sepertiga bagian disertai distal
vagina, sedang ke parametrium tidak dipersoalkan.
10. Tahap IIIb Penyebaran sudah sampai pada dinding panggul, tidak
ditemukan daerah bebas infiltrasi antara tumor dengan
dinding panggul (frozen pelvic) atau proses pada
tingkatan klinik I dan II , tetapi sudah ada gangguan faal
ginjal.
11. Tahap IV Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan
melibatkan mukosa rektum atau kantong kemih
(dibuktikan secara histologik) atau telah terjadi metastasis
keluar panggul atau ketempat – tempat yang jauh.
12. Tahap IVa Proses sudah keluar dari panggul kecil, atau sudah
menginfiltrasi mukosa rektum dan kantong kemih.
13. Tahap IVb Telah terjadi penyebaran jauh (parah).

10
2.7.1 Diagnosis
1. Sitologi
Pemeriksaan sitologi dikenal dengan pemeriksaan pap smear. Sitologi
bermanfaat untuk mendeteksi sel – sel serviks yang tidak menunjukkan adanya gejala,
dengan tingkat ketelitiannya mencapai 90%.
2. Kalposkopi
Kalposkopi merupakan pemeriksaan seviks dengan menggunakan alat
kalposkopi yaitu alat yang disamakan dengan mikroskop bertenaga rendah
pembesarannya antara 6 – 40 kali dan terdapat sumber cahaya didalamnya. Kalposkopi
dapat meningkatkan ketepatan sitologi menjadi 95%. Alat ini pertamakali
diperkenalkan di Jerman pada tahun 1925 oleh Hans Hinselmann untuk memperbesar
gambaran permukaan porsio sehingga pembuluh darah lebih jelas dilihat. Pada alat ini
juga dilengkapi dengan filter hijau untuk memberikan kontras yang baik pada
pembuluh darah dan jaringan. Pemeriksaan kalposkopi dilakukan untuk konfirmasi
apabila hasil test pap smear abnormal dan juga sebagai penuntun biopsy pada lesi
serviks yang dicurigai.
3. Biopsi
Biopsi dilakukan didaerah yang abnormal jika sambungan skuamosa – kolumnar
(SSK) yang terlihat seluruhnya dengan menggunakan kalposkopi. Biopsi harus
dilakukan dengan tepat dan alat biopsy harus tajam dan harus diawetkan dalam larutan
formalin 10% sehingga tidak merusak epitel.
4. Konisasi
Konisasi serviks adalah pengeluaran sebagian jaringan serviks sehingga bagian

11
yang dikeluarkan berbentuk kerucut. Konisasi dilakukan apabila :
a. Proses dicurigai berada di endoserviks
b. Lesi tidak tampak seluruhnya dengan pemeriksaan kalposkopi
c. Ada kesenjangan antara hasil sitologik dengan histopatologik
2.7.2 Klasifikasi
Histopatologi kanker serviks dibagi menjadi empat klasifikasi :
1. Displasia
Displasia adalah pertumbuhan aktif disertai gangguan proses pematangan epitel
skuamosa yang dimulai pada bagian basal sampai ke lapisan superfisal. Berdasarkan
derajat perubahan sel epitel yang jelas mengalami perubahan. Displasia terbagi dalam
tiga derajat pertumbuhan yaitu :
a. Displasia ringan : perubahan terjadi pada sepertiga bagian basal epidermis
b. Displasia sedang : bila perubahan terjadi pada separuh epidermis
c. Displasia berat : hampir tidak dapat dibedakan dengan karsinoma in situ
Waktu yang diperlukan dari Displasia menjadi Karsinoma in situ
Tingkat Displasia Waktu Dalam Bulan
Sangat Ringan 85 Bulan
Ringan 58 Bulan
Sedang 38 Bulan
Berat 12 Bulan

2. Karsinoma In Situ (KIS)


Perubahan sel epitel yang terdapat di karsinoma in situ terjadi pada seluruh
lapisan epidermis menjadi karsinoma skuamosa namun membrane basalis dalam
keadaan utuh.
3. Karsinoma Mikroinvasif
Lingkup kelainnanya dari dysplasia hingga neoplasia. Pada karsinoma
mikroinvasif terjadinya perubahan derajat sel meningkatkan sel tumor menembus
membrane batalis. Biasanya tumor asimtomatik dan hanya ditemukan pada
penyaringan kanker atau ditemukan bertepatan dengan pemeriksaan penyakit lain di
seviks. Pada pemeriksaan fisik tidak terlihat perubahan pada porsio, tetapi dengan
pemeriksaan kalposkopi dapat diprediksi adanya prakarsinoma.
4. Karsinoma Invasif
Derajat pertumbuhan sel menonjol, besar dan bentuk sel dari sel bervariasi, inti
gelap, khromatin berkelompok tidak merata, dan susunan sel semakin tidak teratur.
12
Sekelompok atau lebih sel tumor menginvasi membrane basalis dan tumbuhan
infiltratif kedalam stroma. Karsinoma invasif dibagi dalam 3 subtipe yaitu karsinoma
sel skuamosa dengan kreatin, karsinoma sel skuamosa tanpa kreatin dan karsinoma sel
kecil. Pada tahap ini kanker telah menyebar luas sehingga penyembuhan menjadi sulit.
2.7.3 Pathway

13
2.8 Penatalaksanaan
2.8.1 Penatalaksanaan Medis
Pengobatan pada stadium awal, dapat dilakukan operasi sedangkan stadium
lanjut hanya dengan pengobatan dan penyinaran. Tolak ukur keberhasilan pengobatan
yang biasa digunakan adalah angka harapan hidup 5 tahun. Harapan hidup 5 tahun sangat
tergantung dari stadium atau derajatnya beberapa peneliti menyebutkan bahwa angka
harapan hidup untuk kanker leher rahim akan menurun dengan stadium yang lebih lanjut.
Pada penderita kanker leher rahim ini juga mendapatkan sitistatika dalam ginekologi.
Penggolongan obat sitostatika antara lain :
a. Golongan yang terdiri atas obat - obatan yang mematikan semua sel pada siklus
termasuk obat - obatan non spesifik.
b. Golongan obat - obatan yang memastikan pada fase tertentu darimana proliferasi
termasuk obat fase spesifik.
c. Golongan obat yang merusak sel akan tetapi pengaruh proliferasi sel lebih besar,
termasuk obat - obatan siklus spesifik.
2.8.2 Penatalaksanaan Keperawatan
Dalam lingkar perawatan meliputi sebelum pengobatan terapi radiasi
eksternal anatara lain kuatkan penjelasan tentang perawatan yang digunakan untuk
prosedur. Selama terapi yaitu memilih kulit yang baik dengan menganjurkan menghindari
sabun, kosmetik, dan deodorant. Pertahankan kedekuatan kulit dalam perawatan post
pengobatan antara lain hindari infeksi, laporkan tanda - tanda infeksi, monitor intake
cairan, beri tahu efek radiasi persisten 10 - 14 hari sesudah pengobatan, dan melakukan
perawatan kulit dan mulut.
Dalam terapi radiasi internal yang perlu dipertimbangkan dalam perawatan
umum adalah teknik isolasi dan membatasi aktivitas, sedangkan dalam perawatan pre
insersi antara lain menurunkan kebutuhan untuk enema atau buang air besar selama
beberapa hari, memasang kateter sesuai indikasi, latihan nafas panjan dan latihan rom
dan jelaskan pada keluarga tentang pembatasan pengunjung.
Selama terapi radiasi perawatannya yaitu monior tanda - tanda vital tiap 4 jam.
Memberikan posisi semi fowler, berikan makanan berserat dan cairan parenteral sampai
300 ml dan memberikan support mental. Perawatan post pengobatan antara lain
menghindari komplikasi post pengobatan (tromboplebitis, emboli pulmonal dan
pneumonia) , monitor intake dan output cairan.

14
2.9 Pencegahan Kanker Serviks
Pencegahan kanker didefinisikan sebagai mengidentifikasikan faktor – faktor
yang menyebabkan timbulnya kanker pada manusia dan membuat penyebabnya tidak
efektif dengan cara – cara apapun. Pencegahan terhadap terjadinya kanker serviks melalui
tiga bagian, yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier.
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer kanker serviks merupakan kegiatan yang dapat dilakukan oleh
setiap orang untuk menghindari diri dari faktor – faktor yang dapat menyebabkan kanker.
Masyarakat yang melakukan pencegahan pada tingkat ini akan bebas dari penderitaan,
produktivitas berjalan terus, tidak memerlukan biaya untuk pemeriksaan, pengobatan,
rehabilitasi serta perawatan lebih lanjut. Salah satu bagian dari pencegahan primer adalah
memberikan vaksin Human Papilloma Virus (HPV), pemberian vaksin HPV akan
mengeliminasi infeksi HPV.
2. Pencegahan Sekunder
Deteksi dini dan skrining merupakan pencegahan sekunder kanker serviks. Tujuan
dari pencegahan sekunder adalah untuk menemukan kasus – kasus dini sehingga
kemungkinan penyembuhan dapat ditingkatkan. Selain itu, bertujuan untuk
memperlambat atau menghentikan penyakit pada stadium awal. Pencegahan sekunder
melalui diagnosis dini displansia dengan berbagai cara baik klinis maupun laboratorium.
Pencegahan sekunder memiliki kelemahan, antara lain :
a. Pencegahan sekunder tidak mencegah terjadinya NIS (CIN)
b. Tetapi lesi prakanker yang baru dideteksi pada pencegahan sekunder sering kali
menimbulkan morbiditas terhadap fungsi fertilitas pasien
c. Pencegahan sekunder atau akan mengalami hambatan pada sumber daya manusia
dan alat yang berkembang
3. Pencegahan Tersier
Tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk mencegah komplikasi penyakit dan
pengobatan, sesudah gejala klinis berkembang dan diagnosis sudah ditegakkan. Terdapat
dua pengobatan pada pencegahan tersier yaitu :
a. Pencegahan pada Prakanker
1) Kauterisasi yaitu membakar serviks secara elektris
2) Kriosurgeri yaitu serviks dibuat beku sampai minus 80 – 180 derajat celcius dengan
menggunakan gas CO2 atau N2O
3) Konisasi yaitu memotong sebagian dari serviks yang cukup representative dengan
pisau biasa atau pisau elektris

15
4) Operasi (histerektomi) bila penderita tidak ingin punya anak lagi
5) Sinar laser yang digunakan dibawah pengawasan kalposkop, radiasi dengan
pemanasan jarum radium yang digunakan bila penderita yang sudah tua takut dioperasi
b. Pengobatan pada Kanker Invasif
Tindakan pengobatan pada kanker invasive berupa radiasi, operasi atau gabungan antara
operasi dan radiasi.

Pencegahan Kanker Serviks

Vaksin HPV HPV Resiko Tinggi

Serviks Normal

Pencegahan Pap Test, IVA


Primer

Lesi Prakanker

Pencegahan
Sekunder
Kalposkopi

Kanker Serviks

Terapi

a. Skrining
Mencegah kanker serviks dapat dilakukan dengan mendeteksi secara dini,
tujuannya adalah untuk menemukan lesi pra kanker dan kanker stadium awal. Saat
ini terdapat beberapa cara alternatif untuk skrining kanker serviks yaitu :
1) Kalposkopi digunakan sebagai alat pemeriksaan awal dan lebih sering digunakan
untuk pemeriksaan lanjutan dari hasil test pap smear yang abnormal. Namun,
kalposkopi jarang digunakan karena biayanya yang mahal, kurang praktis dan

16
memerlukan biopsi
2) Servikografi merupakan pemeriksaan untuk melihat kelainan porsio. Untuk
membuat foto pembesaran porsio dipulas dengan menggunakan asam asetat 3 –
5%.
3) Pap net (dengan komputerisasi) merupakan slide pemeriksaan pap smear untuk
mengidentifikasi sel yang abnormal dibantu dengan menggunakan
komputerisasi.
4) Tes molecular HPV – DNA membuktikan bahwa 90% kandiloma serviks, NIS
dan kanker serviks mengandung HPV – DNA.
5) Inspeksi visual dengan asam asetat ( IV A) menjadi metode skrining alternative
yang mudah untuk diaplikasikan diberbagai Negara. Pada umumnya metode
IVA mudah, praktis, alat yang digunakan sederhana, dapat dilakukan oleh
petugas kesehatan bukan dokter dan metode ini sesuai dengan pusat pelayanan
kesehatan yang sederhana. Untuk pemeriksaan serviks dengan IVA, awalnya
dengan menggunakan speculum yang sudah diolesi oleh asam asetat 3 – 5%.
Pada lesi pra kanker akan terlihat bercak berwarna putih yang disebut aceto
white epithelium, maka dapat disimpulkan bahwa dari bercak putih hasil test
adalah IVA positif sehingga dapat ditindak lanjuti dengan melakukan biopsi.
Tiap – tiap metode skrining dapat dikaji dari segi keefektifannya,
kepraktisan, kemudahan dan dari tersedianya sarana. Perbandingan dari kualitas
metode skrining dapat dilihat pada tabel.
Perbandingan Metode Skrining Pap Smear

Metode Praktis Mampu


Efektifitas Tersedia
Skrining Laksana Sarana

Tes Pap Smear + +/- +/- +/-

IVA + + + +

IVAB +/- + + +/-

Kalposkopi + +/- - +/-

Servikografi +/- + - -

17
Pap Net +/- + - +/-

Tes HPV +/- + - -

Dari berbagai metode alternatif untuk skrining kanker serviks, metode


pemeriksaan yang paling utama dan dianjurkan untuk deteksi dini kanker serviks adalah
pemeriksaan papaniculou smear atau yang dikenal dengan pap smear. Pap smear tidak
hanya perlu dilakukan sekali seumur hidup tetapi perlu dilakukan secara berkala setelah
wanita berusia 40 tahun. World Health Organization (WHO) menyarankan skrining pap
smear minimal satu kali selama hidup pada umur 35 – 40 tahun. Apabila fasilitas terbatas,
skirining setiap 10 tahun pada umur 35 – 50 tahun, fasilitas tersedia mencukupi setiap 5
tahun pada umur 35 – 55 tahun, dan fasilitas ideal setiap 3 tahun pada umur 25 – 60
tahun. Hal tersebut didasarkan atas pertimbangan berupa cost and effectiveness.

Sedangkan the American cancer society menyarankan pemeriksaan skirining


rutin dilakukan pada wanita yang tidak menunjukkan gejala, sejak usia 20 tahun atau
lebih, atau kurang dari 20 tahun bila secara seksual sudah aktif. Pemeriksaan dilakukan 2
kali berturut – turut dan bila negatif ,pemeriksaan berikutnya paling sedikit setiap 3 tahun
sampai berusia 65 tahun. Pada wanita resiko tinggi atau pernah mendapat hasil abnormal
harus diperiksa setiap tahun.

Manfaat skrining di Negara maju terbukti mampu menurunkan angka kematian


akibat kanker serviks 50% sampai 60% dalam kurun waktu 20 tahun. Sayangnya,
program skrining di Indonesia masih belum memasyarakat. Kebijakan pemerintah dalam
penanggulangan kanker di arahkan pada peningkatan cakupan dan mutu pelayanan
fasilitas kesehatan dan menurunkan angka kesakitan serta kematian akibat kanker.

b. Pap Smear
1) Perkembangan Pap Smear
Pada tahun 1924, George N. Papinocolou mempelajari perubahan hormon
dengan memeriksa eksfoliasi sel vagina. Secara tidak sengaja diamati tingginya sel –
sel abnormal pada sediaan dari pasien dengan kanker serviks. Penemuan ini
merupakan awal dari digunakannya pap smear untuk skrining kanker serviks,
penggunaan papsmear untuk skrining secara masal baru dimulai pada tahun 1949di
British Columbia dan kemudian secara luas digunakan di Amerika Serikat pada
tahun 1950. Sedangkan di Indonesia, perkembangan pap smear di mulai pada tahun
1970 dan dipopulerkan di beberapa kota besar seperti Surabaya, Yogyakarta,
18
Bandung, Jakarta, Medan, Palembang, Padang, Denpasar, Ujung pandang dan
Manado.

2) Test Pap Smear


Diagnosis penyakit kanker serviks pada stadium lanjut didasarkan atas
adanya keluhan pendarahan atau keputihan yang terus – menerus. Pada pemeriksaan
dalam terlihat perubahan bentuk pada daerah mulut rahim yang berbenjol tidak
teratur serta sangat rapuh sifatnya. Pada stadium dini gambaran semacam ini belum
nampak, sehingga diperlukan pemeriksaan khusus. Pemeriksaan yang sederhana,
aman namun memiliki kepekaan yang tinggi adalah dengan pap smear.
Pap smear adalah pemeriksaan sitologik epitel porsio (vagina ) dan serviks
untuk menentukan adanya perubahan keganasan di porsio atau serviks dan digunakan
dalam penemuan dini kanker serviks. Atau pap smear merupakan skrining yang
paling sederhana, praktis, akurat, ekonomis, dapat dikerjakan dengan cepat, tidak
sakit dan tidak merusak jaringan serta mudah diulang jika diperlukan. Cara untuk
pemeriksaan lendir serviks yang diambil dengan menggunakan spatula (gabungan
spatula dan sikat kecil) yang dinamakan cytobrush
Pemeriksaan pap smear bertujuan untuk mengetahui adanya sel – sel
abnormal di leher rahim sehingga dapat mencegah terjadinya kanker serviks.
Pemeriksaan pap smear terbukti dapat menurunkan mortalitas kanker serviks.
Adapun prinsip dasar pap smear antara lain :
a) Epitel permukaan selalu mengelupas (eksfoliasi) dan diganti lapisan epitel bawah
b) Epitel permukaan merupakan gambaran keadaan jaringan di bawahnya juga. Sel
yang berasal dari eksfoliasi serviks diambil dan diwarnai secara khusus, sel – sel
yang abnormal dapat terlihat dibawah mikroskop.
Salah satu cara untuk mengurangi angka negatif palsu dari test pap smear
adalah dengan melakukan pemeriksaan kolposkopi selain melakukan pemeriksaan
test pap smear. Adapun anjuran untuk melakukan pemeriksaan pap smear adalah
sebagai berikut :
a) Setiap tahun untuk perempuan yang berusia diatas 35 tahun
b) Setiap tahun untuk perempuan yang berganti – ganti pasangan seksual atau pernah
menderita infeksi HPV atau kutil kelamin
c) Setiap tahun untuk perempuan yang memakai pil KB

19
d) Setiap 2 – 3 tahun untuk perempuan berusia diatas 35 tahun jika 3 kali pap smear
berturut – turut menunjukkan hasil negatif atau untuk perempuan yang telah
menjalani histerektomi bukan karena kanker
e) Sesering mungkin jika hasil pap smear menunjukkan abnormal
f) Sesering mungkin setelah penilaian dan pengobatan prakanker maupun kanker
serviks
3) Alat – alat yang diperlukan untuk pengambilan test Pap Smear
Alat yang digunakan pada pemeriksaan pap smear sebagai berikut :
a) Formulir konsultasi sitologi
b) Spatula ayre yang dimodifikasikan dan cytobrush
c) Kaca benda yang satu sisinya telah diberikan tanda atau tabel
d) Spekulum cocor bebek (grave’s) kering
e) Tabung berisi larutan fiksasi alkohol 96%
4) Cara pemeriksaan Pap Smear
Pemeriksaan skrining dengan pap smear sangat aman karena hanya diambil
getah lendir di mulut rahim menggunakan alat (spatula) yang tidak merusak. Getah
lendir dioleskan pada kaca objek dan sudah diwarnai akan diperiksa dibawah
mikroskop. Gambaran sel yang terdapat dalam getah lendir tersebut dapat
menunjukkan apakah sudah terkena penyakit keganasan ini pada stadium ini. Untuk
memastikan diagnosa harus dilakukan biopsi jaringan mukosa dinding rahim dan
selanjutnya diperiksa dibawah mikroskop. Untuk pengobatan sangat tergantung pada
stadium penyakit yaitu dapat berupa penyinaran radium sampai harus dilakukan
operasi pengangkatan rahim.
5) Hasil pemeriksaan test Pap Smear
a) Infeksi
Infeksi paling sering bersarang dimulut rahim, sebagian besar tanpa
adanya gejala, namun sebagian dikenali dengan adanya keluhan berupa keputihan
untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan ulang pap smear 6 bulan kemudian untuk
melihat dan mengevaluasi apakah radang di mulut rahim sudah sembuh. Selang
infeksi servisitis, hasil pap smear dapat juga trikomoniasis dan kandidasi yang
disebabkan oleh infeksi menular seksual (IMS) dengan keluhan yang sama yaitu
keputihan yang disertai bau dengan rasa gatal.
b) Atytical Squamous Cells of Undetermined Significance (ASCUS)
Merupakan sedikit kelainan di sel – sel leher rahim yang belum jelas,
maka diperlukan pemeriksaan pap smear setiap 6 bulan selama 2 tahun untuk

20
memastikan dilanjutkan dengan pemeriksaan HPV dan DNA. Apabila ASCUS
disertai oleh infeksi HPV dan faktor resiko maka dilakukan kalposkopi biopsi untuk
histopatologi. ASCUS dengan diplansia ringan, dilakukan test HPV. Apabila HPV
negative atau positif diulangi 6 bulan. Apabila HPV positif pada lesi resiko tinggi
maka dilakukan konfirmasi kalposkopi dan histopologis.
c) Karsinoma Intra Epitelia atau Lesi Intraepitelial dan Sel bersisik (esqiuamous
intrae pithelial lesion)
Istilah ini digunakan untuk mengindikasi bahwa sel yangdiperoleh dari pap
smear mungkin sel prakanker. Jika perubahan masih tingkat rendah, ukuran, bentuk,
dan karakteristik lain dari sel memperlihatkan adanya lesi prakanker yang dalam
beberapa tahun akan menjadi kanker. Jika perubahan termasuk tingkat tinggi, ada
kemungkinan lebih besar lesi akan menjadi kanker lebih cepat dilakukan tes
diagnostik.
d) Karsinoma Invasive
Pada tahap ini kanker sudah menyebar lebih luas sehingga penyembuhannya menjadi
sulit.
2.10 Asuhan Keperawatan Kanker Serviks
2.10.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Meliputi nama pasien, tempat tanggal lahir, usia, status perkawinan, pekerjaan,
jumlah anak, agama, alamat, jenis kelamin, pendidikan terakhir, asal suku bangsa,
tanggal masuk rumah sakit, nomor rekam medik, nama orangtua dan pekerjaan
orangtua.
2. Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan, hubungan dengan pasien.
3. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Biasanya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan seperti pendarahan intra
servikal dan disertai keputihan yang menyerupai air dan berbau (Padila, 2015). Pada
pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya datang dengan keluhan mual muntah
yang berlebihan, tidak nafsu makan, dan anemia.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Menurut (Diananda, 2008) biasanya pasien pada stadium awal tidak merasakan
keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul
keluhan seperti keputihan yang berbau busuk, perdarahan setelah melakukan

21
hubungan seksual, rasa nyeri disekitar vagina, nyeri pada panggul. Pada pasien
kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami keluhan mual muntah
berlebihan, tidak nafsu makan, dan anemia.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pada pasien kanker serviks memiliki riwayat kesehatan dahulu seperti
riwayat penyakit keputihan, riwayat penyakit HIV/AIDS (Ariani, 2015).
d. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya riwayat keluarga adalah salah satu faktor yang paling mempengaruhi
karena kanker bisa dipengaruhi oleh kelainan genetika. Keluarga yang memiliki
riwayat kanker didalam keluarganya lebih berisiko tinggi terkena kanker dari pada
keluarga yang tidak ada riwayat di dalam keluarganya (Diananda, 2008).
4. Keadaan psikososial
Biasanya tentang penerimaan pasien terhadap penyakitnya serta harapan terhadap
pengobatan yang akan dijalani, hubungan dengan suami/keluarga terhadap pasien
dari sumber keuangan. Konsep diri pasien meliputi gambaran diri peran dan
identitas. Kaji juga ekspresi wajah pasien yang murung atau sedih serta keluhan
pasien yang merasa tidak berguna atau menyusahkan orang lain (Reeder, 2013).
5. Data khusus
a. Riwayat Obstetri dan Ginekologi
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien dengan kanker serviks yang perlu
diketahui adalah:
1) Keluhan haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab kanker serviks tidak
pernah ditemukan sebelum menarche dan mengalami atropi pada masa
menopose. Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terjadi pendarahan
diantara siklus haid adalah salah satu tanda gejala kanker serviks.
2) Riwayat kehamilan dan persalinan
Jumlah kehamilan dan anak yang hidup karna kanker serviks terbanyak pada
wanita yang sering partus, semakin sering partus semakin besar resiko
mendapatkan karsinoma serviks (Aspiani, 2017).
b. Aktivitas dan Istirahat
Gejala :
1) Kelemahan atau keletihan akibat anemia.
2) Perubahan pada pola istirahat dan kebiasaan tidur pada malam hari.

22
3) Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas dan
keringat malam.
4) Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan dan tingkat
stress yang tinggi (Mitayani, 2009).
c. Integritas ego
Gejala: faktor stress, menolak diri atau menunda mencari pengobatan, keyakinan
religious atau spiritual, masalah tentang lesi cacat, pembedahan, menyangkal atau
tidak mempercayai diagnosis dan perasaan putus asa (Mitayani, 2009).
d. Eliminasi
Perubahan pada pola defekasi, perubahan eliminasi, urinalis, misalnya nyeri
(Mitayani, 2009).
e. Makan dan minum
Kebiasaan diet yang buruk, misalnya rendah serat, tinggi lemak, adiktif, bahan
pengawet (Mitayani, 2009).
f. Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope (Mitayani, 2009).
g. Nyeri dan kenyamanan
Gejala : adanya nyeri dengan derajat bervariasi, misalnya ketidaknyamanan ringan
sampai nyeri hebat sesuai dengan proses penyakit (Mitayani, 2009).
h. Keamanan
Gejala : pemajanan zat kimia toksik, karsinogen.
Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi. (Mitayani, 2009).
i. Seksualitas
Perubahan pola seksual, keputihan(jumlah, karakteristik, bau), perdarahan sehabis
senggama (Mitayani, 2009).
j. Integritas sosial
Ketidaknyamanan dalam bersosialisasi, perasaan malu dengan lingkungan,
perasaan acuh (Mitayani, 2009).
k. Pemeriksaan penunjang
Sitologi dengan cara pemeriksaan pap smear, koloskopi, servikografi,
pemeriksaan visual langsung, gineskopi (Padila, 2015). Selain itu bisa juga
dilakukan pemeriksaan hematologi karna biasanya pada pasien kanker serviks
post kemoterapi mengalami anemia karna penurunan hemaglobin. Nilai
normalnya hemoglobin wanita 12-16 gr/dl (Brunner, 2013).
l. Pemeriksaan fisik

23
1) Kepala
Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi mengalami rambut
rontok dan mudah tercabut
2) Wajah
Konjungtiva anemis akibat perdarahan.
3) Leher
Adanya pembesaran kelenjar getah bening pada stadium lanjut.
4) Abdomen
Adanya nyeri abdomen atau nyeri pada punggung bawah akibat tumor
menekan saraf lumbosakralis (Padila, 2015).
5) Ekstermitas
Nyeri dan terjadi pembengkakan pada anggota gerak (kaki).
6) Genitalia
Biasanya pada pasien kanker serviks mengalami sekret berlebihan, keputihan,
peradangan, pendarahan dan lesi (Brunner, 2013). Pada pasien kanker serviks
post kemoterapi biasanya mengalami perdarahan pervaginam.
2.10.2 Diagnosa
Diagnosis Keperawatan yang mungkin muncul menurut SDKI, kemungkinan masalah
yang muncul adalah sebagai berikut : (PPNI, 2017)
1. D.0078 Nyeri kronis berhubungan dengan penekanan saraf
2. D.0019 Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan
3. D.0009 Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin
4. D.0069 Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh
5. D.0111 Difisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
6. D.0087 Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan pada citra tubuh.
7. D.0012 Resiko perdarahan berhubungan dengan gangguan koagulasi (trombositopenia)
8. D.0142 Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
sekunder (imunosupresi)
2.10.3 Perencanaan Keperawatan
Penyusunan perencanaan keperawatan diawali dengan melakukan pembuatan
tujuan dari asuhan keperawatan. Tujuan yang dibuat dari tujuan jangka panjang dan
jangka pendek. Perencanaan juga memuat kriteria hasil. Pedoman dalam penulisan tujuan
kriteria hasil keperawatan berdasarkan SMART,yaitu:
S : Spesific (tidak menimbulkan arti ganda).

24
M : Measurable (dapat diukur, dilihat, didengar, diraba, dirasakan ataupun dibau).
A : Achievable (dapat dicapai).
R : Reasonable (dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah).
T : Time (punya batasan waktu yang jelas).
Karakteristik rencana asuhan keperawatan adalah:
1. Berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah (rasional).
2. Berdasarkan kondisi klien.
3. Digunakan untuk menciptakan situasi yang aman dan terapeutik.
4. Menciptakan situasi pengajaran.
5. Menggunakan sarana prasarana yang sesuai.

Tabel Perencanaan Keperawatan


No Dx
Diagnosa Tujuan dan
No Kep Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
(SDKI)
1. D. 0078 Nyeri kronis b.d NOC : SIKI :
penekanan saraf Setelah dilakukan Manajemen nyeri
asuhan keperawatan I.08238
selama 6x24 jam 1.1 Identifikasi lokasi,
diharapkan pasien karakteristik, durasi,
mampu untuk frekuensi, kualitas,
mengontrol dan dan intensitas nyeri
menunjukkan tingkat 1.2 Identifikasi skala
nyeri dengan kriteria nyeri
hasil : 1.3 Identifikasi respons
1. Mengenal faktor- nyeri nonverbal
faktor penyebab 1.4 Kontrol lingkungan
nyeri yang memperberat
2. Melakukan rasa nyeri
tindakan 1.5 Fasilitasi istirahat
manajemen nyeri dan tidur
dengan teknik 1.6 Jelaskan penyebab,
nonfarmakologis periode, pemicu nyeri
3. Melaporkan nyeri, 1.7 Ajarkan teknik
frekuensi, dan nonfarmakologis

25
lamanya untuk mengurangi
4. Tanda-tanda vital nyeri
dalam 1.8 Kolaborasi
5. rentang normal pemberian analgetik
6. Klien melaporkan
nyeri berkurang
dengan skala 1-2
dari 10 atau
nyeriringan
7. Ekspresi wajah
tenang
8. Klien dapat
istirahat dan tidur
2. D. 0019 Defisit nutrisi b.d NOC : SIKI :
ketidakmampuan Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
menelan makanan asuhan keperawatan I.03119
selama 6x24 jam 2.1 Identifikasi status
diharapkan nutrisi
kebutuhan nutrisi 2.2 Identifikasi adanya
terpenuhi dengan alergi atau adanya
kriteria hasil : intoleransi makanan
1. Tidak ada 2.3 Monitor asupan
penurunan berat makanan
badan 2.4 Monitor berat badan
2. Mampu 2.5 Monitor hasil dari
mengidentifikasi pemeriksaan
kebutuhan nutrisi laboratorium
3. Tidak ada tanda- 2.6 Berikan makanan
tanda malnutrisi tinggi protein dan
Menunjukkan tinggi kalori
peningkatan 2.7 Anjurkan pasien
fungsi makan sedikit tapi
pengecapan dari sering 2.8 Anjurkan
menelan posisi duduk saat
4. Asupan cairan makan, jika mampu

26
secara oral / 2.9 Kolaborasi dengan
intravena / ahli gizi untuk
perenteral menentukan jumlah
sepenuhnya kalori dan jenis
adekuat. nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
3. D. 0009 Perfusi perifer NOC : SIKI :
tidak efektif b.d Setelah dilakukan Perawatan Sirkulasi
penurunan asuhan keperawatan I.02079
konsentrasi selama 6x24 jam 3.1 Periksa sirkulasi
hemoglobin diharapkan perfusi perifer
perifer efektif 3.2 Identifikasi faktor
dengan kriteria hasil: resiko gangguan pada
1. Tekanan systole sirkulasi
dan diastole 3.3 Monitor adanya
dalam rentang panas, kemerahan
normal nyeri atau bengkak
2. Tidak ada ekstermitas
ortostatik 3.4 Catat hasil lab Hb
hipertensi dan Ht
3. Kapilarirefil < 2 3.5 Lakukan hidrasi
detik 3.6 Jelaskan kepada
pasien dan keluarga
tentang tindakan
pemberian tranfusi
darah
3.7 Kolaborasi
pemberian tranfusi
darah
4. D. 0069 Disfungsi seksual NOC : SIKI:
b.d perubahan Setelah dilakukan Konseling Seksualitas
struktur tubuh asuhan keperawatan I.07214
selama 6x24 jam 4.1 Identifikasi tingkat
diharapkan pengetahuan, masalah
gangguan disfungsi sistem reproduksi,

27
seksual teratasi masalah seksualitas,
dengan kriteria dan penyakit menular
hasil: seksual
1. Pengenalan dan 4.2 Identifikasi waktu
penerimaan disfungsi seksual dan
identitas seksual kemungkinan
pribadi penyebab
2. Mengetahui 4.3 Monitor stress,
masalah kecemasan, depresi,
reproduksi dan penyebab
3. Fungsi seksual : disfungsi seksual
integrasi aspek 4.4 Fasilitasi komunikasi
fisik, sosio emosi antara pasien dan
dan intelektual pasangan
ekspresi dan 4.5 Berikan kesempatan
performa seksual kepada pasangan
4. Mampu untuk menceritakan
mengontrol permasalahan seksual
kecemasan 4.6 Berikan pujian
5. Menunjukkan terhadap perilaku
keinginan untuk yang benar
mendiskusikan 4.7 Berikan saran yang
6. perubahan fungsi sesuai kebutuhan
seksual pasangan dengan
7. Mengungkapkan menggunakan bahasa
pemahaman yang mudah diterima,
tentang dipahami dan tidak
perubahan fungsi menghakimi.
seksual 4.8 Jelaskan efek
8. Pengenalan dan pengobatan,
penerimaan kesehatan, dan
identitas seksual penyakit terhadap
pribadi disfungsi seksual.
9. Mengetahui 4.9 Informasikanpent
masalah ingnya modifikasi

28
reproduksi pada aktivitas seksual
10. Fungsi seksual : 4.10 Kolaborasi dengan
integrasi aspek spesialis seksologi,
fisik, sosio emosi jika perlu
dan intelektual
ekspresi dan
performa seksual
11. Mampu
mengontrol
kecemasan
12. Menunjukkan
keinginan untuk
mendiskusikan
13. perubahan
fungsi seksual
14. Mengungkapkan
pemahaman
tentang
perubahan fungsi
seksual
5. D. 0087 Harga diri rendah NOC : SIKI :
b.d perubahan Setelah dilakukan Promosi Koping
pada citra tubuh asuhan keperawatan I.09312
selama 6x24 jam 5.1 Identifikasi
diharapkan masalah kemampuan yang
harga diri rendah dimiliki
tertasi dengan 5.2 Identifikasi
kriteria hasil : pemahaman proses
1. Menunjukkan penyakit
penilaian pribadi 5.3 Identifikasi dampak
tentang harga diri situasi terhadap peran
2. Mengungkapkan dan hubungan
penerimaan diri 5.4 Identifikasi metode
3. Komunikasi penyelesaian masalah
terbuka 5.5 Identifikasi

29
4. Mengatakan kebutuhan dan
optimisme keinginan terhadap
terhadap masa dukungan sosial
depan 5.6 Diskusikan
Menggunakan perubahan peran yang
strategi koping dialami
efektif 5.7 Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
5.8 Diskusikan alasan
mengkritik diri
sendiri
5.9 Diskusikan
konsekuensintid ak
menggunakan rasa
bersalah dan asa malu
5.10 Fasilitasi dalam
memperoleh
informasi yang
dibutuhkan
5.11 Motivasi untuk
menentukan harapan
yang realistis
5.12 Dampingi saat
beduka
5.13 Anjurkan
penggunaan sistem
spiritual, jika perlu
5.14 Ajarkan
mengungkapka n
perasaan dan persepsi
5.15 Anjurkan keluarga
terlibat
5.16 Ajarkan cara
memecahkan masalah

30
secara konstruktif
5.17 Latih penggunaan
teknik Relaksasi

6. D. 0111 Difisit NOC : SIKI :


Pengetahuan b.d Setelah dilakukan Edukasi Proses
kurang terpapar asuhan keperawatan Penyakit I.12444
informasi selama 6x24 jam 6.1 identifikasi kesiapan
diharapkan pasien dan kemampuan
menunjukkan menerima informasi
peningkatan 6.2 sediakan materi dan
pengetahuan dengan media pendidikan
kriteria hasil : kesehatan
1. Pasien dan 6.3 jadwalkan
keluarganya pendidikan kesehatan
menyatakan sesuai kesepakatan
pemahan tentang 6.4 beri kesempatan
penyakit, kondisi, untuk bertanya
prognosis dan 6.5 jelaskan penyebab
program dan faktor risiko
pengobatan penyakit
2. Pasien dan 6.6 jelaskan proses
keluarga mampu patofisiologi
melaksanakan munculnya penyakit
prosedur yang 6.7 jelaskan tanda dan
dijelaskan secara gejala yang
benar. ditimbulkan oleh
3. Pasien dan penyakit
keluarga mampu 6.8 jelaskan
menjelaskan kemungkinan
kembali apa yang terjadinya komplikasi
dijelaskan 6.9 ajarkan cara
perawat meredakan atau
mengatasi gejala
yang dirasakan

31
6.10 ajarkan cara
meminimalkan efek
samping dari
intervensi atau
pengobatan
6.11 informasikan
kondisi pasien saat ini
6.12 anjurkan melapor
jika merasakan tanda
dan gejala memberat
atau tidak biasa.
7. D.0012 Resiko NOC : SIKI :
perdarahan b.d Setelah dilakukan Pencegahan Perdaahan
gangguan asuhan I.02067
koagulasi keperawatan 7.1 Monitor tanda dan
(trombositopenia) selama 6x24 jam gejala perdaahan
diharapkan tidak 7.2 Monitor nilai
terjadi hematokrit/
perdarahan hemoglobin sebelum
dengan kriteria dan setelah
hasil: kehilangan darah
1. Tekanan darah 7.3 Monitor tandatanda
dalam batas vital ortostatik
normal 7.4 Monitor koagulasi
2. Tidak ada 7.5 Pertahankan bedest
perdarahan selama perdarahan
pervagina 7.6 Jelaskan tanda dan
3. Hemoglobin dan gejala perdarahan
hematokrit dalam 7.7 Anjurkan
batas normal menghindari aspirin
atau antikoagulan
7.8 Anjurkan
meningkatkan asupan
makanan dan vitamin
K

32
7.9 Anjurkan segera
melapor dokter jika
terjadi perdarahan
7.10 Kolaborasi
pemberian obat
Pengontrol
perdarahan
7.11 Kolaborasi
pemberian produk
darah
8. D. 0142 Risiko infeksi b.d NOC : SIKI:
ketidakadekuatan Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi
pertahanan tubuh asuhan I.14539
sekunder keperawatan 8.1 Monitor tanda dan
(imunosupresi) selama 6x24 jam gejala infeksi lokal
diharapkan tidak dan sistemik
terjadi infeksi 8.2 Cuci tangan sebelum
dengan kriteria dan sesudah kontak
hasil: dengan pasien dan
1. Klien bebas dari lingkungan pasien
infeksi 8.3 Jelaskan tanda dan
2. Menunjukkan gejala infeksi
kemampuan 8.4 Jelaskan cara
untuk mencegah mencuci tangan
timbulnya infeksi dengan benar
3. Jumlah leukosit 8.5 Anjurkan
dalam batas meningkatkan asupan
normal nutrisi
4. Menunjukkan 8.6 Kolaborasi
prilaku hidup pemberian antibiotik
sehat

2.10.4 Implementasi
Implementasi adalah tindakan dari rencana keperawatan yang telah disusun
dengan menggunakan pengetahuan perawat, perawat melakukan dua intervensi yaitu

33
mandiri/independen dan kolaborasi/interdisipliner (NANDA, 2015). Tujuan dari
implementasi antara lain adalah: melakukan, membantu dan mengarahkan kinerja
aktivitas kehidupan sehari-hari, memberikan asuhan keperawatan untuk mecapai tujuan
yang berpusat pada klien, mencatat serta melakukan pertukaran informasi yang relevan
dengan perawatan kesehatan yang berkelanjutan dari klien (Asmadi, 2008).
2.10.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan sebagai penialian status pasien dari efektivitas tindakan dan
pencapaian hasil yang diidentifikasi terus pada setiap langkah dalam proses keperawatan,
serta rencana perawatan yang telah dilaksanakan (NANDA, 2015).
Tujuan dari evaluasi adalah untuk melihat dan menilai kemampuan klien dalam
mencapai tujuan, menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum, serta
mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai (Asmadi, 2008).
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien dalam mencapai tujuan. Hal ini
bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan pasien.
2.10.6 Dokumentasi
Dokumentasi keperawatan adalah kegiatan mencatat seluruh tindakan yang telah
dilakukan, dokumentasi keperawatan sangat penting untuk dilakukan karena berguna
untuk menghindari kesalahan, menghindari kejadian tumpang tindih, memberikan
informasi ketidaklengkapan asuhan keperawatan, dan terbinanya koordinasi antara teman
sejawat atau pihak lain.

34
BAB III
PENUTUP
3.4 Kesimpulan
Kanker adalah suatu pertumbuhan sel-sel abnormal atau proliferasi sel-sel yang tidak
dapat diatur. Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau
serviks yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina.
Kanker serviks terjadi jika sel - sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara tidak
terkendali, jika sel - sel serviks terus membelah, maka akan terbentuk suatu masa jaringan
yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak atau ganas, jika tumor tersebut ganas maka
keadaannya disebut kanker serviks.
Penyebab terjadinya kelainan pada sel - sel serviks dan virus Human Papiloma Virus,
kesalahan dalam sikap seperti merokok, hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini
( kurang dari 17 tahun) dan berganti - ganti pasangan seksual, pemakaian DES, pemakaian
pil KB, Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamedia menahun, dan lain – lain. Stadium
karsinoma kanker serviks dari stadium IA – IVB sampai yang ganas. Kanker serviks dapat
dicegah dengan pengobatan sitologi, kalposkopi, biopsi, pap smear, konisasi dan skiring
3.5 Saran

Diharapkan pembaca dan tenaga kesehatan lainnya dapat mengerti dan memahami
tentang asuhan keperawatan kanker serviks sehingga dapat melakukan pencegahan dan
penatalaksanaan pada pasien yang mengalami kanker serviks. Saran untuk pasien dan
pembaca adalah lebih memperhatikan pola makan , kebersihan dan keadaan fisik.

35
DAFTAR PUSTAKA

Arthur, Guyton, MD. (1996). Buku Ajar Fisiologi Kesehatan. Philadelphia: W.B
Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.
Aspiani, R. Y. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: TIM.
Brunner, and S. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2.
Jakarta: EGC.
Diananda, R. (2008). Mengenal Seluk Beluk Kanker. Yogyakarta: Kata Hati.
Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.
NANDA. (2015). Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi Edisi 10. Jakarta: EGC.
Padila. (2015). Asuhan Keperawatan Maternitas II. Yogyakarta: Nuha Medika.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi I. Jakarta: DPP PPNI.
Price, and W. (2012). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 6. Jakarta:
EGC.
Purwoastuti & Walyani. (2015). Ilmu Obstetri & Ginekologi Sosial untuk. Kebidanan.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Reeder, D. (2013). Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi & Keluarga, Edisi 18
Volume 1. Jakarta: EGC.
S. Ariani. (2015). Stop! Kanker. Yogyakarta: Istana Medika.
WHO. (2014). World Health Organization-Cancer Country Profiles. Who.Int.

36

Anda mungkin juga menyukai