SKENARIO 2
SGD 10-SEMESTER I
Disusun Oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
MEDAN
2021
Lembar Penilaian Makalah
NO Bagian yang Dinilai Skor Nilai
1 Ada Makalah 60
2 Kesesuaian dengan LO 0 – 10
3 Tata Cara Penulisan 0 – 10
4 Pembahasan Materi 0 – 10
5 Cover dan Penjilidan 0 – 10
TOT AL
Tutor
KATA PENGANTAR
1
Assalamu’alaikumwarahmatullahwabarakatuh
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya,
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah SKENARIO 1 - MODUL 1 ini dengan baik. Dalam
penyelesaian makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan keterbatasan yang sayamililki,
untukitukritik dan saran yang bersifatmembangunsemangatlahsayaharapkan demi dan untuk
pengembanganmakalahinikedepan.
Harapan saya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya
dan sekaligus dapat menambah pengetahuan.
Wassalamu’alaikumwarahmatullahwabarakatuh
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENILAIAN....................................................................................................1
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I..................................................................................................................................4
BAB II.................................................................................................................................5
2.1 Skenario................................................................................................................5
2.2.1 Terminologi.............................................................................................5
2.2.4 Skema......................................................................................................8
BAB III...............................................................................................................................`15
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................15
3.2 Saran.....................................................................................................................16
Daftar Pustaka...................................................................................................................16
3
BAB I
PENDAHULUAN
Berpikir kritis adalah sebuah proses pemikiran seseorang mengelola cara berpikirnya lebih dalam,
bukan cara berpikir keras, tetapi bagaimana kemampuan berpikir kritisnya diolah lebih terperinci
pemikirannya, sesuatu hal yang dibuat menjadi konkret. Menurut Hidayah (2014:25) berpikir kritis
adalah aktivitas kognitif yang berkaitan dengan penggunaan daya nalar/pemikira. Sedangkan
menurut Slameto (2015:51) berpikir adalah suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang
benar. Oleh karena itu setiap orang mempunyai pola berpikir berbeda-beda karena proses
pengetahuannya yang kritis dalam sudut pandang.
Kemampuan berpikir kritis adalah model berpikir mengenai hal, substansi atau masalah apa saja di
mana si pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara terampil struktur-
struktur yang melekat dalam pemikiran dan menerapkan standar-standar intelektual padanya
(Fisher,2002). Sementara itu, kemampuan berfikir kritis melatih peserta didik untuk membuat
keputusan dari berbagai sudut pandang secara cermat, teliti, dan logis. Dengan kemampuan berfikir
kritis peserta didik dapat mempertimbangkan pendapat orang lain serta mampu mengungkapkan
pendapatnya sendiri. Oleh karena itu, diharapkan pendidikan di sekolah terutama dalam
pembelajaran PKn siswa dilatih untuk menggali kemampuan dan keterampilan dalam mencari,
mengolah, dan menilai berbagai informasi secara kritis.Kemampuan berpikir kritis siswa akan lebih
mudah memecahkan permasalahan secara cermat, sistematis, dan logis dengan berbagai sudut
pandang. Kemampuan berpikir kritis diperoleh melalui suatu latihan atau situasi yang sengaja
diciptakan untuk merangsang seseorang berpikir secara kritis, misalnya melalui kegiatan
pembelajaran (sahyar,dkk, 2016).
Dunia pendidikan di abab 21 peserta didik di tingkat SD di tuntut untuk berpikir kritis karena siswa
lebih berperan aktif dalam kegiatan belajar guru sebagai fasilitator (student center). Oleh karena itu
berpikir kritis sangat penting untuk kemajuan belajar siswa, terkhususnya dalam pembelajaran PKn
SD. Pada dasarnya pelajaran PKn adalah pembelajaran yang menyenangkan, sebab diajarkan banyak
hal tentang kehidupan seharihari berdasarkan contoh konkret dan bagaimana peserta didik bisa
memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi. Pentingnya berpikir kritis bukan hanya untuk
4
dalam kehidupan sehari-hari tetapi menjadi sahabat buat diri kita sendiri. Melalui pembelajaran PKn
peserta didik mampu berpikir kritis dalam mengambil keputusan karena guru yang merancang serta
menjebatani peserta didik untuk mampu berpikir kritis dan relevan berdasarkan masalah-masalah
yang terjadi dalam ruang lingkung sekolah dan dunia nyata peserta didik. Sehingga implikasi yang
diharapkan tercapai, bukan sekedar menerima ilmu saja tetapi memahami implikasi dalam
kehidupan nyata.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Skenario
Terminologi
5
1.) Apa arti dari bias?
Bias menurut KBBI ( kamus besar bahasa indonesia) artinya simpangan
2.) Apa arti dari Avoid Oversimplification?
Menghindari penyederhanaan yang berlebihan
3.) Apa arti dari Evidence?
Bukti
Berdasarkan scenario yang telah dibaca, permasalahannya adalah tentang berpikir kritis
6
3.)Apa manfaat berpikir kritis?
- Melakukan interpretasi data dan informasi dengan tepat
- Menganalisa informasi
- Mengevaluasi informasi
- Menyimpulkan dan membuat hipotesa berdasarkan data yang ada
- Menjelaskan hasil kesimpulan dan hipotesa yang sudah dibuat
- Merancang suatu aturan dan regulasi secara mandiri
-
4.) Mengapa kita harus berpikir kritis?
- Karena berpikir kritis memastikan kita menyaring terlebih dahulu informasi yang kita
terima dan tidak langsung membuat kesimpulan, sehingga kita didorong untuk
berpikiran terbuka dan tidak mudah terpengaruh dalam merespon suatu informasi.
7
2.2.4 Skema
2.2.5Learning Objective
8
Menurut Stanford Encyclopedia of Philosophy, critical thinking merupakan watak dan kemampuan
seseorang yang dapat mengarahkan mereka untuk berpikir kritis pada saat yang tepat. Critical
thinking dapat juga diartikan sebagai kemampuan dalam mengidentifikasikan dan menganalisa
masalah sekaligus mencari dan melakukan evaluasi informasi, yang bertujuan untuk mencapai
kesimpulan yang tepat (Zayapragassarazan et al, 2016). Berpikir kritis atau Critical thinking adalah
proses disiplin intelektual secara aktif dan terampil mengkonseptualisasikan, menerapkan,
menganalisis, mensintesis, dan/atau mengevaluasi informasi yang dikumpulkan dari, atau
dihasilkan oleh, pengamatan, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi, sebagai panduan
untuk keyakinan dan tindakan. Dalam bentuk contoh, didasarkan pada nilai – nilai intelektual
universal yang melampaui pembagian materi pembelajaran: kejelasan, akurasi, presisi,
konsistensi, relevansi, bukti yang masuk akal, alas an yang baik, kedalaman, keluasan, dan
keadilan (Scriven & Paul, 1987).
- Menurut Beyer (Filsaime, 2008: 56) berpikir kritis adalah sebuah cara berpikir disiplin yang
digunakan seseorang untuk mengevaluasi validitas sesuatu (pernyataan- penyataan, ide-
- Menurut Screven dan Paul serta Angelo (Filsaime, 2008: 56) memandang berpikir kritis sebagai
proses disiplin cerdas dari konseptualisasi, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi aktif dan
berketerampilan yang dikumpulkan dari, atau dihasilkan oleh observasi, pengalaman, refleksi,
penalaran, atau komunikasi sebagai sebuah penuntun menuju kepercayaan dan aksi.
- Rudinow dan Barry (Filsaime, 2008: 57) berpendapat bahwa berpikir kritis adalah sebuah proses
yang menekankan sebuah basis kepercayaan-kepercayaan yang logis dan rasional, dan
memberikan serangkaian standar dan prosedur untuk menganalisis, menguji dan mengevaluasi.
- Sedangkan menurut Ennis (1996). “Berpikir kritis adalah sebuah proses yang dalam
Berpikir kritis tidak sama dengan mengakumulasi informasi. Seorang dengan daya ingat baik dan
memiliki banyak fakta tidak berarti seorang pemikir kritis. Seorang pemikir kritis mampu
9
menyimpulkan dari apa yang diketahuinya, dan mengetahui cara memanfaatkan informasi untuk
memecahkan masalah, and mencari sumber-sumber informasi yang relefan untuk dirinya.
4.Membuat kesimpulan dan menemukan solusi masalah berdasarkan alasan yang kuat
5. Hubungkan atau tinjaulah dari teori yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi.
istilah masuk akal biasanya positif bila diterapkan pada individu, istilah itu juga dapat memiliki
konotasi negatif bila pilihan yang "masuk akal" dibandingkan dengan pilihan yang kreatif, menarik,
atau penuh petualangan. Ketika diterapkan pada objek dan bukan pada orang, barang yang
"masuk akal" sering dianggap praktis tetapi ketinggalan zaman atau tidak menarik.Arti kuno dari
10
"masuk akal" adalah menyadari; penggunaan ini masih umum selama paruh pertama abad ke-20 .
Seringkali, istilah tersebut digunakan untuk menggambarkan kesadaran akan sesuatu yang tidak
berwujud
1.Mampu membuat simpulan dan solusi yang akurat, jelas, dan relevan terhadap kondisi yang
ada.
2.Berpikir terbuka dengan sistematis dan mempunyai asumsi, implikasi, dan konsekuensi yang
logis.
3.Berkomunikasi secara efektif dalam menyelesaikan suatu masalah yang kompleks. Berpikir kritis
merupakan cara untuk membuat pribadi yang terarah, disiplin, terkontrol, dan korektif terhadap
diri sendiri. Hal ini tentu saja membutuhkan kemampuan komunikasi efektif dan metode
penyelesaian masalah serta komitmen untuk mengubah paradigma egosentris dan sosiosentris
kita.Saat kita mulai untuk berpikir kritis, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan disini, yaitu:
a.Mulailah dengan berpikir apa dan kenapa, lalu carilah arah yang tepat untuk jawaban dari
pertanyaan tersebut.
g.Mengevaluasi kembali hasil pemikiran kita untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
8. Beberapa kriteria yang dapat kita jadikan standar dalam proses berpikir kritis ini adalah
kejelasan (clarity), tingkat akurasi (accuracy), tingkat kepresisian (precision) relevansi (relevance),
logika berpikir yang digunakan (logic), keluasan sudut pandang (breadth), kedalaman berpikir
(depth), kejujuran (honesty), kelengkapan informasi (information) dan bagaimana implikasi dari
11
solusi yang kita kemukakan (implication). Kriteria-kriteria di atas tentunya harus menggunakan
elemen-elemen penyusun kerangka berpikir suatu gagasan atau ide. Sebuah gagasan/ide harus
menjawab beberapa hal sebagai berikut. Tujuan dari sebuah gagasan/ide.
Dasar-dasar ini yang pada prinsipnya perlu dikembangkan untuk melatih kemampuan berpikir
kritis kita. Jadi, berpikir kritis adalah bagaimana menyeimbangkan aspek-aspek pemikiran yang
ada di atas menjadi sesuatu yang sistemik dan mempunyai dasar atau nilai ilmiah yang kuat.
Selain itu, kita juga perlu memperhitungkan aspek alamiah yang terdapat dalam diri manusia
karena hasil pemikiran kita tidak lepas dari hal-hal yang kita pikirkan.
Sebagaimana fitrahnya, manusia adalah subjek dalam kehidupan ini. Artinya manusia akan
cenderung berpikir untuk dirinya sendiri atau disebut sebagai egosentris. Dalam proses berpikir,
egosentris menjadi hal utama yang harus kita hindari. Apalagi bila kita berada dalam sebuah tim
yang membutuhkan kerjasama yang baik. Egosentris akan membuat pemikiran kita menjadi
tertutup sehingga sulit mendapatkan inovasi-inovasi baru yang dapat hadir. Pada akhirnya, sikap
egosentris ini akan membawa manusia ke dalam komunitas individualistis yang tidak peka
terhadap lingkungan sekitar. Bukan menjadi solusi, tetapi hanya menjadi penambah masalah.
Semakin sering kita berlatih berpikir kritis secara ilmiah,maka kita akan semakin berkembang
menjadi tidak hanya sebagai pemikir kritis yang ulung,namun juga sebagai pemecah masalah yang
ada di lingkungan.
3. Dalam membuat keputusan, problem solving, dan bernalar sebagai sesuatu yang penting
dalam prestasi kerja.
4. Saat mengevaluasi kebenaran sebuah pernyataan. Yang umumnya berakhir dengan putusan
untuk menerima, menyangkal, atau meragukan kebenaran pernyataan yang bersangkutan.
6. Saat kita ingin memunculkan ide-ide atau pemikiran baru tentang suatu permasalahan.
7. Saat melakukan pertimbangan atau pemikiran yang didasarkan pada pendapat yang diajukan.
13
2.2.7.8 Konsep Berpikir Kritis
Berpikir adalah aktivitas yang sifatnya mencari idew atau gagasan dengan menggunakan
berbagai ringkasan yang masuk akal. Dalam berpikir, orang meletakkan hubungan antara
bagian-bagian informasi yang ada pada dirinya sehingga mempunyai arti.
Berpikir diartikan pula menimbang-nimbang dalam ingatan dengan menggunakan akal budi
untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu yang dilakukan untuk memahami realitas
dalam rangka mengambil keputusan, memecahkan masalah, dan menghasilkan sesuatu yang
baru. Dalam arti lain berpikir dapat menghasilkan suatu kreativitas. Menurut Tri Rusmi dalam
Perilaku Manusia (1996), berpikir adalah suatu proses sensasi, persepsi, dan memori/ ingatan,
berpikir menggunakan lambing (visual atau gambar), serta adanya suatu penarikan kesimpulan
yang disertai proses pemecahan masalah
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.Mampu membuat simpulan dan solusi yang akurat, jelas, dan relevan terhadap
kondisiyang ada
1.Keterampilan menganalisis
2.Keterampian mensintesis
4.Keterampilan menyimpulkan
15
3.2 Saran
Di dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan baik dari segi isi dan
penyusunan, maka dari itu saran dan masukan positif sangat diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
- Harasym, P. H., Tsai, T. C., & Hemmati, P. (2008). Current trends in developing medical students critical
thinking abilities. The Kaohsiung Journal of Medical Sciences, Vol. 24, No. 7, 341–355
- Kasalae, A., Amini, M., Nabeiei, P., Bazrafkan, L., Mousavinezhad, H., (2020), Barriers of Critical Thinking
in Medical Students’ Curriculum from the Viewpoint of Medical Education Experts : A Qualitative Study,
Journal of Advances in Medical Education & Professionalism, Vol. 8, No. 2, pp. 72 – 82
- Mashaza, L. G. (2017), Theoretical Perspectives on Critical Thinking Teaching: Reflections from Field
Experiences from a Norwegian Lower Secondary School in Comparison to Tanzanian Secondary School
Teaching Practices, Journal of Education and Learning. Vol. 11 (3) pp. 312-318.
- Papp, K. K., Huang, G. C., Clabo, L. M. L, Delva, D., Fischer, M., Konopasek, L., Schwartzstein, R. M.,
Gusic, M., (2014), Milestones of Critical Thinking: A Developmental Model for Medicine and Nursing,
Academic Medicine, Vol. 89, No. 5, pp. 715 – 720 - Royce, C. S., Hayes, M. M., Schwartzstein, R. M
(2019), Teaching Critical Thinking: A Case for Instruction in Cognitive Biases to Reduce Diagnostic Errors
and Improve Patient Safety, Academic Medicine, Vol. 94, No. 2, pp. 187 - 194
- Zayapragassarazan, Z., Menon, V., Kar, S., Batmanabane, G. (2016), Understanding Critical Thinking to
Create Better Doctors, JOURNAL OF ADVANCES IN MEDICAL EDUCATION AND RESEARCH, Volume 1,
No.3, pp : 9 – 13 - Dahlan, MS. (2014). Metode MSD (Multiaksial Sopiyudin Dahlan): Pintu Gerbang
Memahami Statistik, Metodologi dan Epidemiologi. Jakarta: Penerbit Salemba Medika,
16
17