Anda di halaman 1dari 4

Kakek Syamiyah,

Penjaga Ilmu’ di Bawah Hujan Mortir

Baginya, buku bukan sekedar barang dagangan, namun bagian tak terpisahkan yang membuat
hidupnya kian hidup

Hidayatullah.com–Namanya Abdul
Khaliq Syamiyah. Akrab dipanggil
Syamiyah. Kini umurnya sudah
memasuki seperempat abad terakhir,
82 tahun. Lahir pada tahun 1933 di
Kota Aleppo, Suriah.

Kini, kakek beranak sembilan ini


tinggal sebatang kara di kotanya.
Pasalnya, istri tercinta yang
menemaninya selama ini telah
berpulang terlebih dahulu, ia syahid
dibunuh oleh tentara Rezim Suriah. Kesembilan anaknya pergi meninggalkan Suriah sejak
lima tahun yang lalu. Sementara rumahnya hancur dihantam rudal Rezim Bashar al Assad.

Semenjak kecil, Syamiyah sudah jatuh hati dengan ilmu. Masa kanak-kanaknya banyak dia
habiskan di Jami’ al Umawi, atau yang sekarang kita kenal dengan Jami’ al Kabir, di Kota
Old Aleppo.

Beranjak dewasa benih cinta itu tumbuh subur. Hingga dia memutuskan untuk bekerja
berjualan buku. Alasannya sederhana, “Agar sering membaca,” katanya kepada Anadholu
Agency saat ditemui di kediamannya, Rabu (23/12/2016).

Berkat kerja kerasnya, hampir seluruh maktabah di Aleppo mengenalnya. Ia  banyak


memasok buku-buku untuk mereka. Maktabah milknya tersebar di banyak Pasar, di pasar
Zahrawi al ‘Ariq, Jalan Khan al Wazir, dan Jalan Khan al Harir, dan pasar lainnya. Tidak
berlebihan kiranya kita nobatkan Syamiyah ini sebagai penjual buku paling tua di Aleppo
yang masih hidup hingga saat ini.

Di Bawah Hujan Mortir

Kota tempat beliau tinggal, kebanyakan wilayahnya sudah dikuasai oleh oposisi. Namun
karena itulah kota tersebut tidak habis-habisnya mendapat serangan, khususunya hujan rudal
dan mortir dari pihak tentara Rezim.

Namun Kakek Syamiyah tetap saja berjualan hingga hari ini. Kendatipun harus berjualan di
bawah baying-bayang rudal dan mortir. Baginya, buku bukan sekedar barang dagangan,
namun bagian tak terpisahkan yang membuat hidupnya kian hidup.*
Berdusta tanpa Sadar
Ada banyak sebab informasi tak lengkap. Bisa alasan yang benar, bisa juga tidak. Yang berbahaya adalah
jika kita lengkapi dengan persangkaan

TERMANGU merenungi sabda Nabi shallaLlahu ‘alaihi


wa sallam:

“‫س ِم َع‬
َ َ ‫” َكفَى بِ ْال َمرْ ِء َك ِذبًا َأ ْن يُ َحد‬
‫ِّث بِ ُكلِّ َما‬
“Cukuplah seseorang (dianggap) berbohong apabila dia
menceritakan semua yang dia dengarkan.” (HR.
Muslim).

Apa yang diucapkan oleh seseorang mungkin benar dan tidak ada kesalahan di dalamnya, tetapi ada
kesalahan dalam menangkap pembicaraan. Bisa juga terjadi seseorang tidak tepat mengingat
pembicaraan yang ia dengar: ingatannya bercampur aduk. Maka, keliru ia dalam menceritakan.
Bercampur-aduknya ingatan dapat juga terjadi karena mendengar pembicaraan dua orang atau lebih.
Ingat perkataan, tak ingat penuturnya secara tepat. Bisa juga terjadi seseorang mendengarkan
informasi yang tak lengkap, tapi ia mencukupkan diri dengannya. Maka kelirulah ia jika
menyebarkan.

Ada banyak sebab informasi tak lengkap. Bisa alasan yang benar, bisa juga tidak. Yang berbahaya
adalah jika kita lengkapi dengan persangkaan. Lebih berbahaya lagi jika informasi yang ia dengar
memang salah. Maka, ia dianggap berdusta karena menyebarkan informasi yang salah itu. Ia
dihukumi berdusta karena ia tidak memeriksa kebenaran informasi tersebut. Di sini ada kewajiban
untuk melakukan tatsabbut. Nah.

At-tatsabbut adalah berhati-hati dalam menukil berita dan ketika berbicara. Kita memastikan
kebenarannya. Bukan sekedar tabayyun.

Teringat ketika saya masih menekuni dunia jurnalistik. Saya pernah mewawancarai psikiater H.
Ahmad Salim Sungkar Sp.KJ (K) di rumahnya. Hasil wawancara berbentuk artikel, saya kirimkan
dulu kepada beliau untuk diperiksa apakah sesuai yang dimaksud. Ternyata banyak koreksi.
Ringkasnya, beliau kemudian menulis artikel cukup panjang. Tulisan itu jauh lebih berbobot
daripada artikel hasil wawancara yang saya buat. Sebenarnya saya merasa memahami apa yang
beliau sampaikan karena istilah-istilah yang digunakan banyak bermiripan dengan yang saya
pelajari. Tetapi saya tetap perlu melakukan tatsabbut untuk menghindari kesalahan fatal. Dan
ternyata ada perbedaan yang sangat signifikan.

Kekeliruan fatal dapat dihindarkan karena ada tatsabbut yang terjadi. Padahal saya wawancara
langsung, mendengar secara pribadi serta merekamnya. Saya juga memiliki latar belakang
pengetahuan yang saya rasa memadai untuk memahami dan menuliskan.Ternyata itu pun tak
cukup.Sebagai penutup, mari sejenak kita renungi nasehat Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam: ِ‫ب‬
‫س َم ِطيَّةُ ال َّر ُج ِل زَ َع ُم]وا‬
َ ‫“ ْئ‬Seburuk-buruk bekal seseorang (dalam berbicara) adalah ungkapan ‘menurut
sangkaan mereka’.” (HR. Abu Dawud).

Ada yang perlu kita catat di sini. Niat baik saja ternyata tidak cukup. Kita dapat tergelincir ke dalam
dusta dan bahkan dusta yang besar, meski niat kita sangat baik dan mulia, karena mengabaikan hal-
hal penting dalam melaksanakan niat. Apalagi jika niat tak baik. Tetapi ini bukan pembicaraan kita
saat ini.Khusus berkenaan dengan niat, ada wilayah yang bersifat sangat pribadi sehingga kita tak
dapat memastikan niat seseorang. Tetapi ada hal-hal yang perlu kita benahi dan ilmui sehingga
dengannya kita tidak terkelabui (ghurur) oleh ungkapan “niat orang siapa yang tahu, jangan
menghakimi niat”.

Semoga catatan sederhana ini bermanfaat dan barakah.*


Makan Minumlah yang Anda tidak Suka
Jika merunut pada berbagai jurnal dan literatur serta buku buku penting lainnya, maka air yang harusnya
lebih banyak dikonsumsi pun harusnya adalah air yang sifatnya basa atau alkali

SEORANG ahli berkata ”Eat what you dont


wanna eat, drink what you dont wanna
drink, do what you’d rather not to do.” 
(Makanlah apa yang Anda tidak mau
memakannya dan minumlah apa yang Anda
tidak mau meminumnya).

Kalimat ini sekilas membingungkan, namun


jika saya urai, kita akan menemukan sebuah
makna yang mendalam tentang bahasa
tubuh.

Bahkan tubuh yang mungkin selama ini jarang diperhatikan dan dirasakan.

Jika saya bertanya kepada kebanyakan orang, apa yang kita kebanyakan kita malas memakannya?
Jawabannya adalah sayur dan buah.

Apa yang kita jarang dan sulit sekali meminumnya? jawabannya adalah air putih.

Apa sebenarnya isi dari ketiga hal tadi? buah dan sayur, mengandung mineral penting, enzim dan
termasuk hormon yang manusia sangat memerlukan itu, meski dalam jumlah sedikit atau dikenal
sebagai mikronutrien, namun tanpa itu proses dalam tubuh takkan bisa berjalan dengan baik dan
sempurna.

Air?

Semua sudah faham.  Ingat! Bahwa 75% tubuh manusia adalah air, sebagian besar sel manusia
sangat butuh air, namun kenyataannya banyak yang tidak sadar raungan tubuh nya yang meminta air
dengan sms bernama “haus” , padahal ketika haus, tubuh justru malah sedang sangat kekurangan, itu
sebabnya di mana-mana seminar, saya katakan jangan menunggu haus untuk minum air putih tapi
minumlah air putih sesering mungkin.

Namun makanlah ketika lapar, tapi kenyataanya justru terbalik.

Sayur, buah seperti apa yang harus nya kita konsumsi? Sebaiknya sayur mentah atau buah yang
dikunyah?

Karena ini sangat berguna bagi tubuh dengan adanya kandungan nutrisi utuh pada bahan bahan
tersebut, merekalah bahan bahan makanan pembentuk suasana alkali dalam tubuh kita, karena tubuh
manusia memang sejatinya berada pada pH alkali lemah (basa lemah).

Termasuk di sini adalah air, jika merunut pada berbagai jurnal dan literatur serta  buku buku penting
lainnya, maka air yang harusnya lebih banyak dikonsumsi pun harusnya adalah air yang sifatnya
basa atau alkali karena memang sesuai dengan pH tubuh, dan tentunya air tersebut adalah air yang
bersifat reduktor dan mampu masuk kebagian sel tubuh yang kecil.

Jadi pastikan setiap hari, kita mengkonsumsi sayur, buah dan air –yang secara perasaan—biasanya
kita paling males mengkonsumsinya.

Salam Sehat sejahtera.*


Di Kota Katherine, Pengendara yang Tak Minum
Alkohol Raih Hadiah Rp 5 Juta
Kepolisian di Katherine menggelar program undian berhadiah 500 dollar bagi pengemudi mobil yang tes
alkoholnya nihil

Hidayatullah.com–Karena banyaknya
pengguna jalan yang mengemudikan
kendaraannya di bawah pengaruh alkohol,
pihak Kepolisian Kota Katherine di Australia
Utara, memberlakukan ide menarik. Bagi
mereka yang tidak memiliki kadar alkohol
saat dites, akan diikutinya kesempatan meraih
hadiah uang 500 dollar (sekitar Rp 5 juta).

Program yang dimulai pada akhir Desember


2015 ini merupakan inisiatif kepolisian
setempat untuk mengurangi kebiasaan pengendara yang mengemudi saat mabuk.

“Program ini memberikan hadiah bagi mereka yang setelah dites (dengan cara meniup
alat tes kandungan alkohol) ternyata hasilnya nihil. Mereka berkesempatan ikut undian
memenangkan satu dari empat akun bank masing-masing berisi dana 500 dollar,”
jelasn Mia Wilton dari Kepolisian Northern Territory di Katherine, dikutip Radio ABC,
Rabu (20/01/2016).

Semua pengendara yang telah dites secara acak di jalan-jalan sejak 25 Desember 2015
hingga 27 Januari 2016 dan hasilnya tesnya nihil, otomatis berhak ikut undian.

Mengemudi sambil mabuk sudah menjadi problem berkepanjangan di Australia Utara,


khususnya di wilayah pedalaman seperti Katherine.

Di tahun 2014, dari 50 tes yang dilakukan pasti terdapat seorang yang melanggar, yaitu
mengemudikan mobilnya sambil mabuk. Di negara bagian lain seperti Victoria,
perbandingannya adalah 1 dari 263 tes sedangkan di New South Wales 1 pelanggaran
setiap 208 tes alkohol.

Program yang digelar Kepolisian Katherine itu menurut Dr Guy Mayraz, pakar
perilaku dari University of Melbourne, sangat bagus karena model pendekatan positif
telah terbukti mengubah perilaku orang.

Dr Mayaz mengatakan, karena kemungkinan terkena razia polisi dan dites alkohol
secara acak sangatlah kecil, maka pendekatan berupa hukuman berat tidak begitu
efektif menghentikan perilaku pengemudi.

Namun sebaliknya, jika ada kemungkinan hadiah bagi suatu tindakan, maka ada
peluang untuk mengubah perilaku pengemudi.*

Anda mungkin juga menyukai