Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PAI

MENJELASKAN BAHWA SIKAP HIDUP BERFOYA-FOYA,RIYA,TSHUMA,DAN


HASAD ADALAH LARANGAN AGAMA

NAMA KELOMPOK:
-Muhammad Rafi Yususf

-Ahmad Kalip Sukri

-Mutiara Amalia

-Zila Nivia Sari

-Ukhwatul Assyifa

-Muhammad Fauzi

1
DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu
Wata'ala, sehingga pada akhirnya seluruh rangkaian penelitian telah selesai
kami laksanakan.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
mendalam kepada semua pihak yang turut memberikan dukungan dan
bantuannya dalam proses penulisan makalah ini..
Besar harapan penulis agar makalah ini dapat memberikan manfaat kepada
semua pihak khususnya penulis sendiri. Saran dan kritik yang konstruktif
dari semua pihak merupakan penghargaan bagi kami untuk memperbaiki
penelitian ini. Penulis juga berharap ada penelitian-penelitian lanjutan
yang berkaitan dengan tema makalah ini.

3
menjelaskan bahwa sikap hidup berfoya-foya , riya,
tsumah, dan hasad adalah larangan dalam agama

BERFOYA-FOYA
"Menurut KBBI, berfoya-foya adalah menghamburkan uang untuk tujuan bersenang-senang
(menonton, makan minum, bermain-main, dan sebagainya). Alangkah baiknya, uang yang dimiliki
digunakan untuk kebutuhan atau sesuatu yang lebih bermanfaat, atau tidak lupa juga untuk
mendermakan uang kepada orang lain yang membutuhkan

Dalam Islam, berfoya-foya adalah gaya hidup yang salah, karena sifat ini masuk kategori
menghamburkan harta, pemborosan dan berfoya-foya. Sifat berfoya-foya adalah pola pikir, sikap dan
tindakan yang tidak seimbang dalam memperlakukan harta.

Beberapa contoh dari sikap berfoya-foya:

1. Membeli Makanan Mahal di Tempat Mewah

Contoh sikap berfoya-foya yang pertama adalah membeli makanan mahal di tempat yang mewah.
Padahal kita bisa memasak makanan sendiri atau membeli makanan yang harganya lebih terjangkau
untuk sekadar mengisi perut, bukan untuk gengsi atau pamer kepada orang lain.

2. Membeli Baju Mahal demi Gengsi

Kedua, berfoya-foya juga bisa ditunjukkan dengan kebiasaan membeli baju yang mahal dan bermerk
hanya demi memenuhi gengsi dalam kehidupan sehari-hari. Padahal baju dengan merk yang lain ada
yang lebih mudah dan sama-sama berkualitas. Kita seharusnya lebih mementingkan fungsi baju,
bukan malah menganggap baju dengan merk tertentu yang mahal sebagai ajang gengsi.

3. Mengikuti Pesta Mahal Bersama Teman

Kadang kala remaja terjerumus dalam perilaku berfoya-foya dengan menghamburkan banyak uang
untuk berpesta dengan teman-temannya. Sikap seperti ini haruslah kita hindari, kita harus bisa
memakai uang dengan baik atau untuk keperluan masa depan.

4. Membeli HP Mahal Padahal Tidak Butuh Fungsinya

Selanjutnya, sikap berfoya-foya juga ditunjukkan dengan membeli hp mahal, padahal tidak benar-
benar butuh fungsi hp tersebut. Mereka hanya mementingkan gengsi dan pamer kepada teman

4
bahwa mereka sanggup memiliki barang mahal. Nah kita perlu menghindari sikap seperti ini,
seharusnya kita cukup memiliki hp biasa, namun fungsinya benar-benar terpenuhi.

5. Suka Jalan-Jalan dan Liburan

Perilaku berfoya-foya juga bisa ditunjukkan dengan kebiasaan jalan-jalan atau liburan. Sebenarnya
liburan boleh-boleh saja demi menyegarkan pikiran. Namun jika liburan itu dilakukan sangat sering,
maka hal tersebut bisa dianggap sebagai perilaku berfoya-foya, sebab liburan membutuhkan uang
yang jumlahnya tidak sedikit.

6. Membeli Minuman Mahal di Cafe

Anak remaja juga sering berperilaku berfoya-foya dengan membeli minuman mahal di cafe hanya
untuk dipamerkan ke media sosial. Padahal di tempat lain, harga minuman seperti kopi tidak
semahal di tempat-tempat mewah. Namun jika memang membeli minuman mahal tersebut karena
sesuai dengan kebutuhan dan bukan untuk pamer, maka itu boleh-boleh saja.

7. Membeli Barang-Barang yang Sebenarnya Tidak Dibutuhkan

Contoh perilaku berfoya foya juga bisa ditunjukkan dengan kebiasaan suka membeli barang yang
tidak dibutuhkan secara fungsinya, namun sebagai ajang pamer dan menyombongkan diri kepada
orang lain. Barang seperti aksesoris, pakaian mahal, sepatu, dan lainnya yang bukan karena fungsi
tanpi untuk pamer, itulah yang disebut berfoya-foya.

8. Terlalu Sering Jajan

Sikap befoya-foya dalam kehidupan sehari-hari yang jarang kita sadari adalah terlalu sering jajan,
padahal sebenarnya itu bukan makanan pokok yang diperlukan untuk energi sehari-hari. Jajan hanya
sekadar makanan ringan yang tidak boleh berlebihan untuk dikonsumsi.

9. Menyewa Hotel atau Penginapan Padahal Tidak Butuh

Ada kalanya orang melakukan foya-foya dengan menginap di hotel padahal ia tidak sedang
bepergian. Mereka melakukan hal tersebut hanya demi pamer dan membuang-buang uang.

10. Membeli Kendaraan Mahal untuk Pamer

Terakhir, sikap berfoya-foya juga ditunjukkan dengan kebiasaan membeli kendaraan mahal, padahal
fungsinya sama dengan kendaraan yang sudah dimiliki sebelumnya. Tujuan mereka melakukan ini
hanyalah demi pamer dan sombong kepada teman maupun tetangga. Oleh sebab itu, kita perlu

5
menghindari sikap seperti ini, sebab itu hanya menghabur-hamburkan uang dan tidak terlalu
bermanfaat dalam hal fungsi.

Dampak negatif dari sikap berfoya-foya:

1. Menimbulkan sifat iri, dengki, dan pamer

2. Mengutamakan hal duniawi dan bisa membuat seseorang melalaikan akhirat.

3.Dapat memicu frustasi apabila hartanya habiss

Cara Menghindari Sifat Berfoya-foya

1. Belanja sesuai dengan kebutuhan. ...

2. Membiasakan diri sedekah dan membantu orang lain. ...

3. Bergaya hidup sederhana. ...

4. Selalu bersyukur. ...

5. Bertindak selektif dan terencana. ...

6. Bersikap rendah hati..

Manfaat menghindari sikap hidup berfoya-foya

1. Menghindari Penyakit Hati

Mengutip buku Maaf Tuhan, Saya Khilaf!, Ahfa Wahid (2020: 121), gaya hidup yang foya-foya juga
mesti dihindari sebab hal itu mengantarkan kepada penyakit hati. Penyakit hati sendiri merupakan
sifat atau perilaku tercela yang dimiliki oleh seseorang.

2. Berhemat

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, sikap hidup berfoya-foya berkaitan dengan menghambur-
hamburkan uang yang dimiliki. Jadi jika sikap ini dihindari, maka seseorang pun bisa berhemat.

ADVERTISEMENT

3. Uang Lebih Bermanfaat

Uang yang dihabiskan untuk memenuhi gaya hidup berfoya-foya tidak akan bermanfaat lebih selain
menyenangkan diri sendiri. Jika menghindari gaya hidup tersebut, maka uang bisa dimanfaatkan
untuk keperluan lainnya.

6
4. Memahami Kebutuhan

Menghindari gaya hidup berfoya-foya bisa mengajarkan seseorang untuk memahami mana
kebutuhan penting dan mana keinginan saja. Hal ini bisa berdampak pada pemenuhan kebutuhan
yang lebih efisien.

5. Melatih Kebijaksanaan

Jika seseorang telah mampu menghindari sikap hidup berfoya-foya, maka kemampuan orang
tersebut dalam memilih hal yang penting pun semakin meningkat. Kemampuan ini akan berpengaruh
terhadap aspek-aspek kehidupan lainnya.

Mengapa sikap hidup berfoya-foya dilarang dalman islam

Di dalam Surah Al-Isra Ayat 26, Allah SWT melarang manusia untuk tidak menghambur-hamburkan
harta secara boros. Menurut Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, seorang pakar tafsir abad 14
Hijriyah, Allah melarang pemborosan dan mengabarkan bahwa sesungguhnya para pemboros itu
adalah saudara-saudara setan, karena setan tidak mengajak kecuali kepada setiap perbuatan yang
tercela.

Maka setan membujuk manusia untuk bersifat bakhil dan pelit. Jika tidak berhasil membuat manusia
pelit, maka setan mengajaknya ke arah pemborosan.

‫َو ٰا ِت َذ ا اْلُقْر ٰب ى َح َّقٗه َو اْلِم ْس ِكْيَن َو اْبَن الَّس ِبْيِل َو اَل ُتَبِّذ ْر َتْبِذ ْيًرا‬

Berikanlah kepada kerabat dekat haknya, (juga kepada) orang miskin, dan orang yang dalam
perjalanan. Janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. (QS Al-Isra' : 26)

Menurut Tafsir Kementerian Agama, pada ayat ini, Allah SWT memerintahkan kepada kaum Muslimin
agar memenuhi hak keluarga dekat, orang-orang miskin, dan orang-orang yang dalam perjalanan.
Hak yang harus dipenuhi itu adalah mempererat tali persaudaraan dan hubungan kasih sayang,
mengunjungi rumahnya dan bersikap sopan santun, serta membantu meringankan penderitaan yang
mereka alami.

Sekiranya ada di antara keluarga dekat, ataupun orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam
perjalanan itu memerlukan biaya untuk keperluan hidupnya, maka hendaklah diberi bantuan
secukupnya untuk memenuhi kebutuhan mereka. Orang-orang yang dalam perjalanan yang patut
diringankan penderitaannya yaitu orang yang melakukan perjalanan karena tujuan-tujuan yang

7
dibenarkan oleh agama. Orang yang demikian keadaannya perlu dibantu dan ditolong agar bisa
mencapai tujuannya.

Di akhir ayat, Allah SWT melarang kaum Muslimin bersikap boros yaitu membelanjakan harta tanpa
perhitungan yang cermat, sehingga menjadi mubazir. Larangan ini bertujuan agar kaum Muslimin
mengatur pengeluarannya dengan perhitungan yang secermat-cermatnya, agar apa yang
dibelanjakan sesuai dengan keperluan dan pendapatan mereka. Kaum Muslimin juga tidak boleh
menginfakkan harta kepada orang-orang yang tidak berhak menerimanya, atau memberikan harta
melebihi dari yang seharusnya.

Keterangan lebih lanjut tentang bagaimana seharusnya kaum Muslimin membelanjakan hartanya di
Keterangan lebih lanjut tentang bagaimana seharusnya kaum Muslimin membelanjakan hartanya
disebutkan dalam firman Allah SWT.

"(Termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila menginfakkan
(harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara wajar." (QS Al-
Furqan: 67)

Adapun keterangan yang menjelaskan makna yang terkandung dalam ayat tentang larangan boros
yang berarti mubazir dapat diperhatikan dalam hadis-hadis Nabi Muhammad SAW.

Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar, ia berkata, Rasulullah SAW bertemu Sa’ad pada waktu
berwudhu, lalu Rasulullah bersabda, "Alangkah borosnya wudhumu itu hai Sa’ad.” Sa’ad berkata,
“Apakah di dalam berwudhu ada pemborosan?” Rasulullah SAW bersabda, “Ya, meskipun kamu
berada di sungai yang mengalir.” (Riwayat Ibnu Majah)

Diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa ia berkata, “Datanglah seorang laki-laki dari Bani Tamim
kepada Rasulullah SAW. Ia seraya berkata, “Wahai Rasulullah, saya adalah seorang yang berharta,
banyak keluarga, anak, dan tamu yang selalu hadir, maka terangkanlah kepadaku bagaimana saya
harus membelanjakan harta, dan bagaimana saya harus berbuat." Maka Rasulullah SAW bersabda,
“Hendaklah kamu mengeluarkan zakat dari hartamu jika kamu mempunyai harta, karena
sesungguhnya zakat itu penyucian yang menyucikan kamu, peliharalah silaturrahim dengan kaum
kerabatmu, dan hendaklah kamu ketahui tentang hak orang yang meminta pertolongan, tetangga,
dan orang miskin."

Kemudian lelaki itu berkata, "Wahai Rasulullah, dapatkah engkau mengurangi kewajiban itu
kepadaku?” Rasulullah SAW membacakan ayat, "Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga
kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-
hamburkan (hartamu) secara boros."

8
Lalu lelaki itu berkata, “Cukuplah bagiku wahai Rasulullah, apabila aku telah menunaikan zakat
kepada amil zakatmu, lalu aku telah bebas dari kewajiban zakat yang harus dibayarkan kepada Allah
dan Rasul-Nya.”

Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Ya, apabila engkau telah membayar zakat itu kepada amilku, engkau
telah bebas dari kewajiban itu dan engkau akan menerima pahalanya, dan orang yang
menggantikannya dengan yang lain akan berdosa.” (Riwayat Ahmad)

Anda mungkin juga menyukai