Anda di halaman 1dari 3

Literasi menjadi kata yang sangat sering dibicarakan belakangan ini, tapi ngomong-

ngomong literasi artinya apa sih? Menurut KBBI, literasi adalah kemampuan menulis
dan membaca. Tetapi literasi memiliki makna lebih dari itu, menurut National
Iinstitute For Literacy, literasi adalah kemampuan individu untuk membaca, menulis,
berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang
diperlukan dalam pekerjaan, keluarga, dan masyarakat. Semakin tinggi minat baca
sebuah negara, maka semakin tinggi pula kualitas negara tersebut, lalu bagaimana
dengan Indonesia? Sayangnya, hal ini berbanding terbalik dengan pernyataan saya
sebelumnya. Menurut hasil survei yang dilakukan Program for International
Students Assessment yang dirilis oleh OECD pada tahun 2019, Indonesia berada di
peringkat ke-60 dari 61 negara, dan menurut data UNESCO, minat baca Indonesia
hanya 0,001%, yang berarti dari 1000 orang di Indonesia, hanya 1 orang saja yang
rajin membaca buku. Dan pada tahun 2020 hingga 2030 mendatang, Indonesia akan
mengalami fenomena yang dinamakan bonus demografi. Bonus demografi adalah
dimana 70% dari total penduduk suatu negara mencapai usia produktif. Sebagai
acuan, Jepang sudah pernah mengalami bonus demografi pada tahun 1950, dan
sekarang Jepang menjadi negara maju dengan ekonomi nya yang kuat dan
keunggulan diberbagai sektor salah satunya adalah inovasi pada bidang teknologi.
Berbanding terbalik dengan Brasil yang juga sudah pernah mengalami bonus
demografi pada tahun 1970, dan sekarang sepertiga penduduk di Brasil, atau sekitar
82 juta orang dikategorikan sangat miskin. Dan sekarang saya memiliki sebuah
pertanyaan dikepala saya dan mungkin juga anda, apakah Indonesia akan bisa
memanfaatkan momentum bonus demografi ini dan mampu menjadi negara maju
sesuai dengan cita-cita Indonesia emas 2045? Saya rasa dengan kondisi Indonesia
sekarang yang dimana kualitas sumber daya manusianya tergolong rendah, tentu
sangat sulit kedepannya dalam memanfaatkan momentum bonus demografi. Lalu apa
solusi nya? Hanya ada satu jawaban, yaitu transformasi Pendidikan secara masif. Dan
untuk menjawab hal ini, pemerintah sudah berupaya mengeluarkan kebijakan-
kebijakan baru, diantaranya peningkatan sarana penunjang pendidikan khususnya di
daerah terpencil, peningkatan kualitas para pengajar salah satu program yang sudah
dilakukan oleh pemerintah yaitu program rekrutmen PPPK guru. Program ini dibuat
supaya adanya standarisasi dan peningkatan kualitas para guru, dan juga
kemendikbud telah mengganti metode ujian nasional menjadi asesmen nasional,
dimana numerasi, literasi, dan survei karakter menjadi fokus dan kunci transformasi
pendidikan Indonesia. Pemerintah sudah berupaya keras dalam memperbaiki
pendidikan di Indonesia, lantas apa yang harus kita lakukan? Daripada saya
berceramah lebih lama dan akan membuat kalian merasa bosan saat membaca ini,
saya akan menceritakan cerita pengalaman yang menurut saya sangat membekas dan
berkesan yang berhasil mengubah hidup saya. Dari kecil saya tidak pernah menyukai
buku apalagi membacanya, mungkin ini juga terkait parenting orang tua saya yang
belum membiasakan anaknya untuk membaca buku. Tapi jujur, saya selalu
menganggap buku bagaikan monster yang biasanya akan menjadikan anak-anak
santapan makan siang. Saya sangat benci membaca, sekalipun saya membeli sebuah
buku, itupun hanya karena mereka terlihat keren. Dan pada akhirnya saya tidak
membaca nya sampai akhir, dimomen ini lah saya tersadar setiap saya memulai
membaca buku, saya mengerti mengapa saya sangat membenci nya. Tahun 2020,
saya menonton sebuah video yang mengatakan semua orang-orang kaya di dunia
mempunyai kebiasaan yang sama, yaitu membaca buku. Awalnya saya bingung,
mengapa mereka membuang-buang waktu hanya untuk membaca buku. Pasti ada
alasan mengapa rata-rata orang kaya di dunia memiliki kebiasaan yang sama, dan
alasan itu adalah karena mereka tidak pernah berhenti belajar. Elon Musk, pendiri
Tesla dan spacex, belajar cara membuat roket dari membaca buku. Buku sudah
menjadi peran penting dalam kesuksesan Elon Musk, dan bahkan dalam suatu
interview mengatakan ia dibesarkan oleh buku, lalu yang kedua adalah orang tuanya.
Warren Buffet, investor terkaya di dunia, menghabiskan 6 jam sehari hanya untuk
membaca buku, dan bahkan ia dapat membaca 500 halaman per hari. Bill Gates,
pendiri Microsoft, Seorang Philanthropist, dan salah satu orang yang sangat saya
idolakan. Ide, gagasan, dan pemikiran nya tentang dunia membuat saya sangat
kagum. Ia bahkan membawa tas yang berisi banyak buku untuk dibawa dalam
perjalanan, dan sering kali juga Bill Gates membuat review tentang buku yang ia
sudah baca di blog pribadi nya. “The more that you read, the more things you will
know. The more that you learn, the more place that you will go”, Dr. Seuss. Mungkin
quote inilah yang cocok menggambarkan mereka sang inovator dunia. Dan dulu ada
pepatah, buku adalah jendela dunia. Bisa dibayangkan jika mereka tidak pernah
membaca buku, mungkin saya tidak dapat mengetik ini dengan mudah, karena tidak
akan ada namanya Microsoft, dan kita juga tidak akan bisa menggunakan Facebook,
Pendiri Facebook, Mark Zuckerberg juga memiliki kebiasaan yang sama yaitu
membaca buku. Saya sering mendapatkan rekomendasi buku darinya, yaitu salah
satunya buku yang berjudul The Idea Factory by Jon Gertner. Mereka lah yang
membuat saya cinta dengan buku, yang membuat kebiasaan saya berubah yang setiap
hari hanya menonton series Netflix selama berjam-jam, menjadi rutin untuk membaca
buku. Bagi Anda yang mulai termotivasi untuk memulai membaca buku, ini adalah
beberapa tips dari saya bagaimana cara untuk membaca buku secara efektif. Yang
pertama, membuat catatan. Terkadang ketika membaca buku, anda akan
berkonsentrasi dan berpikir keras untuk mencerna isi dari buku tersebut, terlebih lagi
buku yang anda baca adalah buku non fiksi. Membuat catatan membantu saya untuk
lebih berpikir lebih keras tentang apa yang dibahas dalam suatu buku, dan kadang-
kadang ada beberapa poin dalam buku yang saya tidak setujui, jadi saya membuat
beberapa catatan dan mengulik lebih dalam lagi tentang poin tersebut. Yang kedua,
buku cetak > ebooks. Saya lebih memilih membaca buku cetak dibandingkan ebooks,
mengapa? Karena, ebooks dapat membuat anda mudah terdistraksi dan akhirnya akan
anda tidak menaruh fokus yang dalam dalam membaca. Yang ketiga, membaca 3 jam
sehari. Oke, ini mungkin akan sulit dicapai apabila anda baru akan mulai membaca
sebuah buku, tetapi nothing is impossible, perlahan-lahan tapi pasti, mulai lah
membaca 30 menit sehari, lalu 1 jam sehari, kemudian 2 jam sehari, dan akhirnya
anda bisa membaca dengan waktu ideal yaitu 3 jam sehari. “Work is a process, and
any process need to be controlled. To make work productive, therefore, require
building the appropriate control into the process of work”, Peter Drucker. Semangat
membaca para generasi emas Indonesia, masa depan negara ini berada di tangan kita.

Anda mungkin juga menyukai