Anda di halaman 1dari 2

Alternatif Belajar Bagi Masyarakat Indonesia, yang Lebih Gemar Menonton Daripada Membaca

Kita semua pasti sudah paham, bahwa untuk menjadi manusia yang memiliki pengetahuan luas,
gagasan cemerlang, cita-cita besar, lebih-lebih berguna bagi bangsa dan masyarakat, kunci
utamanya adalah belajar. Belajar sebenarnya bisa melalui buku maupun pengalaman. Namun,
dimensi pembelajaran melalui buku yang bersifat teoritik dan pengalaman yang bersifat praktik
harus selalu beriringan, tidak boleh terpisah satu sama lain, dan pemahaman teoritik harus
menjadi langkah awal dalam tahapan pembelajaran. Hal tersebut menekankan pentingnya teori
dan analisa sebelum melakukan suatu tindakan. Dengan begitu belajar melalui buku atau
membaca buku adalah kewajiban bagi setiap orang agar menjadi manusia yang memiliki
pemahaman luas dan bermanfaat.
Namun, di Indonesia membaca buku belum menjadi kewajiban dan kebiasaan yang dilakukan
oleh masyarakat. Padahal wacana soal pentingnya membaca buku sudah seringkali
didengungkan di mana-mana, tapi itu semua akhirnya hanya sekedar menjadi angin lalu karena
jarang sekali yang menghiraukan apalagi mempraktikan. Hal itu terbukti dengan rendahnya
minat baca masyarakat Indonesia.
Data UNESCO tahun 2016, menyebutkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia hanya 0.001
persen. Dalam riset berbeda yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada
Maret 2016 lalu, menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat ke-60 dari 61 negara soal
minat membaca. Posisi Indonesia persis di bawah Thailand dan di atas Bostwana.
Kemudian, dari data Badan Pusat Statistik tahun 2022, mengatakan jika kegemaran membaca
masyarakat Indonesia secara keseluruhan berada di angka 59,52 persen dengan durasi membaca
4-5 jam per minggu, dan 4-5 buku per triwulan. Nahh, parah bukan kondisi minat membaca
masyarakat Indonesia.
Rendahnya minat membaca masyarakat Indonesia sebenarnya bukan tanpa sebab, banyak sekali
faktor yang menyebabkan minat membaca masyarakat Indonesia sangat rendah, mulai dari faktor
keluarga yang tidak pernah membiasakan untuk membaca, Lembaga Pendidikan yang tidak
mengutamakan pentingnya membaca, serta ketidaksiapan menjalani lelah dan beratnya
membaca. Saya sendiripun merasakan bahwa membaca adalah kegiatan yang berat, bikin kepala
pening karena harus memahami isi bacaan, belum lagi kegoda dengan hal yang lain-lain. Jadi,
gak heran jika banyak orang yang enggan untuk membaca, apalagi tipikal orang Indonesia itu
malas dan mudah menyerah, hehe.
Perkembangan teknologi saat ini juga menjadi faktor dominan kenapa minat baca masyarakat
Indonesia tidak meningkat. Orang-orang lebih memilih mengunjungi YouTube daripada
mengunjungi perpustakaan. Menurut Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia
(APJII), pada tahun 2022 lebih dari setengah penduduk Indonesia telah terhubung ke internet,
dan rata-rata masyarakat Indonesia menghabiskan 8 jam untuk menggunakan handphone.
Lhadalah, hampir setengah hari sendiri waktu mayoritas masyarakat Indonesia digunakan untuk
menggunakan handphone.
Melihat kondisi tersebut, sepertinya peluang mengupayakan perkembangan minat membaca
sepertinya semakin minim. Mau tidak mau kita harus berdamai dengan perkembangan teknologi
dan harus mengubah cara pandang bahwa belajar tidak hanya bisa dilakukan melalui membaca
buku saja.
Kali ini, saya akan merekomendasikan alternatif yang bisa digunakan sebagai media belajar
selain membaca buku. Alternatif yang saya rekomendasikan juga cocok dengan kebiasaan orang
Indonesia yang lebih gemar menonton daripada membaca.
Menonton YouTube
Kalau buku itu jendela dunia, barangkali YouTube adalah pintunya. Mau cari apapun di YouTube
sudah ada, apalagi disajikan dalam bentuk audiovisual yang lebih menarik. Saat ini, kalau mau
belajar lewat YouTube-pun bisa, sudah banyak konten-konten YouTube yang berisi pembahasan
teoritik, mulai dari filsafat, hukum, politik, kebudayaan, dll. Konten YouTube yang berisi
pembahasan soal sejarah dan realitas sosial juga sudah banyak tersebar luas baik dalam bentuk
podcast maupun yang lainnya. Persoalannya tinggal mau atau tidak kita menonton konten-konten
tersebut. Karena kebanyakan dari kita lebih tertarik menonton konten-konten gajelas yang
memang seringkali trending di YouTube, daripada menonton konten pembelajaran yang akan
membuat lebih pintar.
Mendengarkan Audiobook
Mendengarkan audiobook menjadi alternatif bagi kalian yang ingin mengetahui isi buku tanpa
harus membaca, tetapi cukup dengan mendengarkan. Audiobook merupakan rekaman suara
berisi teks buku yang dibacakan oleh seseorang. Audiobook bisa kalian akses melalui aplikasi
yang bisa kalian dapatkan secara gratis melalui Playstore maupun Appstore, kalian juga bisa
mendownload melalui Google ataupun mendengarkan di Spotify.
Dulu, Gus Dur juga menjadikan audiobook sebagai alternatif media pembelajaran saat beliau
mengalami permasalahan keterbatasan untuk membaca. Orang seperti Gus Dur seharusnya
menjadi pukulan bagi kita, wong beliau dalam kondisi sakit saja masih berupaya untuk belajar,
kita yang sehat malah malas-malasan belajar.
Meskipun ada alternatif belajar tanpa membaca buku, ada hal yang tidak boleh dilupakan, yaitu
dialog atau berdiskusi. Diskusi menjadi hal yang wajib dilakukan karena berfungsi untuk
memperbaharui penafsiran atas apa yang kita pelajari, kalau penafsiran hanya berangkat dari diri
sendiri yang terjadi adalah egoisme pengetahuan, merasa paling benar dan menganggap yang
lain-lain salah. Kan menyebalkan..

Anda mungkin juga menyukai