Anda di halaman 1dari 2

Teks Awal Public Speaking

Teks diambil dari channel youtube Narasi dan brainly.com dengan beberapa penyesuaian

Seorang pembantu rumah tangga bernama Sulihah di Jakarta hampir gagal mudik. Sulihah mendapat
tiket gratis, tapi karena tidak bisa baca rezekinya hangus sia-sia. Akhirnya Sulihah bisa mudik setelah
dibantu anak majikannya untuk mencari tiket. kisah ini mewakili 3,4 juta orang Indonesia yang masih
buta huruf.

Tapi tunggu dulu ada data lain dari sumber berbeda yang menyatakan terdapat 4 kali lipat lebih banyak
masyarakat buta huruf di Indonesia. Kalau kita buka data, persentase buta huruf di Indonesia terus
turun. Tapi dalam 5 tahun terakhir total penurunannya hanya sekitar 1,5%. meski persentase buta huruf
cenderung turun, pada tahun 2016 tingkat literasi di Indonesia ternyata berada di peringkat 60 dari 61
negara. The world's most literate study tahun 2016 oleh Central Connecticut state University
menempatkan Indonesia hanya di atas Botswana, sebuah negara di Afrika bagian selatan. Banyak pihak
menggunakan rangking ini sebagai tolak ukur minat baca, padahal sebenarnya rangking ini Berdasarkan
berbagai aspek, yakni akses warga terhadap komputer, akses surat kabar, akses perpustakaan dan
sistem pendidikan di setiap negara. lalu

Mengapa tingkat literasi Indonesia rendah ? menurut Chairil Abdini dosen Universitas Indonesia
setidaknya ada empat faktor yang menyebabkan tingkat literasi Indonesia rendah yang pertama adalah
gizi buruk. Dalam masalah gizi ini Indonesia termasuk 36 negara yang berkontribusi terhadap 90%
masalah gizi di dunia. Yang kedua adalah kualitas pendidikan. kualitas guru di Indonesia masih jauh dari
memadai. Yang ketiga adalah infrastruktur pendidikan. Indonesia masih berada jauh di bawah Singapura
Thailand Filipina dan Vietnam. Yang terakhir adalah rendahnya minat baca. menurut Chairil setelah
kemerdekaan kewajiban membaca buku sudah tidak ada. Hal ini berpengaruh terhadap rendahnya
minat baca di Indonesia. Tapi ada solusi meningkatkan literasi di Indonesia salah satunya memasukkan
kembali bacaan wajib ke dalam kurikulum untuk meningkatkan minat baca. Lukman Solihin peneliti dari
Kemendikbud juga membahasnya di The Conversation. Lukman menyebutkan ada tiga hal yang
menunjukkan akses terhadap buku sulit di Indonesia. Yang pertama adalah Jumlah perpustakaan di
sekolah yang baru memenuhi sekitar 60% dari total sekolah di Indonesia. Namun hanya 20%
perpustakaan saja yang layak. Meski pemerintah sudah meningkatkan biaya operasional sekolah dari 5%
ke 20% untuk pengembangan perpustakaan, tapi dana habis untuk membeli buku pelajaran saja. Hal ini
berpengaruh terhadap minat baca anak, karena anak bisa bosan membaca buku yang tidak variatif. yang
kedua perpustakaan Desa juga tidak lebih baik Baru mencakup 30%.

Nah, pemirsa dari tadi kita sudah membahas tentang rendahnya tingkat literasi tapi sebetulnya Apa sih
makna literasi itu sendiri? Lucia Ratih Kusuma Dewi dosen Universitas Indonesia mengulasnya di situs
The Conversation.Com. pengertian konvensional yang sering dikaitkan dengan literasi di Indonesia
adalah membaca tanpa harus mengerti apa yang dibaca atau ditulisnya menurut Lucia literasi bukan lagi
sekedar melek huruf atau bisa membaca. Tapi bagaimana membaca bisa menjadi proses belajar yang
membentuk manusia menjadi lebih kritis dan bermanfaat. Jadi pekerjaan rumah Indonesia bukan hanya
menghapus angka buta huruf, tapi meningkatkan sumber daya manusia melalui literasi. Banyak cara
untuk meningkatkan minat membaca bagi kita. Pertama, ciptakan suasana yang nyaman saat membaca.
Yang perlu diperhatikan suasana kenyamanan membaca ialah mengatur jarak membaca minimal 30 cm,
tidak dalam posisi tidur, dan carilah tempat membaca dengan sumber penerangan yang baik. Kedua
lakukan secara bertahap. Misalnya dari selembar artikel, bertahap ke buku yang tipis hingga buku yang
tebal. Selanjutnya cermati apa yang kita baca agar dapat diterima ilmunya secara maksimal. Dan yang
terakhir, sampaikan apa yang kita baca kepada orang lain agar lebih bermanfaat. Namun kita harus tahu
waktu dan tempat serta situasi agar orang yang kita ajak bicara tidak tersinggung.

Oleh karena itu, marilah kita jadikan membaca sebagai sebuah rutinitas dan menyebabkan membaca
menjadi sebuah kebiasaan atau bahkan kebutuhan. Maka kita akan merasakan manfaat-manfaat yang
besar, yang timbul karena kegiatan membaca tersebut.

Anda mungkin juga menyukai