Anda di halaman 1dari 22

MINI RISET ANALISA PENGARUH METODE

PELAKSAAN PROYEK UNTUK EFISIENSI WAKTU DAN


BIAYA PEKERJAAN GEDUNG BERTINGKAT DI KOTA
PONTIANAK

SELLY HERMAYA SARI (2207210140)

MIFTAHUL JANNAH (2207210137)

ARYANGGA KRISNA (2207210134)

AGUNG IRWANSYAH (2207210144)

AHMAD PAHRU ROZI HSB (1807210152)


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya m i n i
research ini mengenai ANALISA PENGARUH METODE PELAKSANAAN
PROYEK UNTUK EFISIENSI WAKTU DAN BIAYA PEKERJAAN GEDUNG
BERTINGKAT DI KOTA PONTIANAK. Mini riset ini penulis susun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Peng.Bangunan Teknik Sipil, di Semester satu. Serta disusun
sedemikian rupa agar kita semua lebih memahami dan mendalami mengenai materi ini.Pada
kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Zulkifli Siregar S.T, M.T
selaku dosen pengampu mata kuliah ini. Adapun makalah ini penulis buat berdasarkan
informasi yang ada. M a n f a a t d a r i p e n u l i s a n m i n i r i s e t i n i a d a l a h s e b a g a i
p e m b u k a cakrawala bagi semua kalangan khususnya mahasiswa dalam memahami
mengenai pentingnya mengetahui ANALISA PENGARUH METODE PELAKSANAAN
PROYEK UNTUK EFISIENSI WAKTU DAN BIAYA PEKERJAAN GEDUNG
BERTINGKAT DI KOTA PONTIANAK tersebut.Semoga mini riset ini dapat bermanfaat
bagi kita semua. Kritik dan saran perbaikan terhadap mini riset ini sangat
penulis harapkan untuk menyempurnakan tugas-tugas di masa mendatang.

PENDAHULUAN………………………………………………………………………........1

TINJAUAN PUSTAKA DAN METODOLOGI PELAKSANAA.........................................2

PEMBAHASAN………………………………………………………………………………3

KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………………………………15

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………16

3
Bab I PENDAHULUAN

Seiring dengan perkembangan dunia pendidikan, begitu juga dengan perkembangan


pembangunan terutama bangunan bertingkat yang semakin pesat (Mulyani, 2006), maka tingkat
kesulitan untuk Dalam pekerjaan Pembangunan konstruksi bangunan bertingkat yang ada di kota
Pontianak, khususnya pembangunan Gedung Perkuliahan Kampus Widya Dharma ini, perlu
adanya sinergi antara pihak pelaksana dengan pihak perencana agar mendapatkan suatu hasil
proyek yang diinginkan demi mencapai suatu hasil yang sesuai dengan keinginan pemilik
bangunan bertingkat itu sendiri. Permasalahannya perlu dipelajari yakni Penyelesaikan secara
bersama baik oleh pihak kontraktor terutama waktu pelaksanaan (Yunita dkk., 2018; Honggo
dkk., 2015). Oleh karena itu, di sini sangat diperlukan suatu metode pelaksanaan untuk
mempersingkat waktu dengan mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan. Metode pelaksanaan
digunakan untuk untuk setiap item pekerjaan digunakan untuk mempertajam prioritas, serta
mengusahakan peningkatan efisiensi dan aktifitas pengelolaan proyek Hal ini dicapai hasil yang
maksimal dari sumber daya yang tersedia. Semuanya itu untuk mencapai tujuan dari sebuah
proyek bangunan bertingkat yang sesuai dengan kebutuhan

Bab II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam hal ini mengelola kegiatan dengan menggunakan konsep metode pelaksanaan teknis
proyek yang baik merupakan langkah yang relative baru, dimana konsep ini ditandai dengan
menerapkan suatu yang memiliki prinsip strategi (Brown, 1996) Prinsip Strategi adalah sebagai
berikut • Penggunaan Teknik atau metode tertentu • Pengambilan suatu Standar yang sudah
diakui • Hubungan dengan bagian lain dalam organisasi. Setiap proyek mempunyai tujuan
tertentu dengan didalamnya memiliki batasan tersendiri, berdasaran Anggaran yang dialokasikan,
jadwal atau waktu yang sesuai dengan harapan Owner, dan mutu atau kualitas saling
menghubungkan satu dengan yang lain(Astana et al. 2016; Muzayanah 2008; Brown, 1996).
Ketiga Batasan Ini disebut tiga kendala (triple constrain). Untuk mengelola dan menjalankan
suatu pembangunan gedung bertingkat semakin tinggi hal ini berarti semakin panjang durasi
waktu yang di butuhkan dan berpengaruh pada biaya untuk menyelesaikan proyek tersebut
(Ervianto 2009; Darmawan 2016).

Bab III METODOLOGI PELAKSANAAN

Metodologi penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi dan
Pengumpulan data-data. Selanjutnya menganalisa data dari segi biaya dan waktunya dan
deskripsi, pada masing- masing metode pelaksanaan proyek bangunan bertingkat tinggi.
Tujuannya adalah mencapai progres lebih baik dan sesuai dengan standarisasi mutu dan bahan
konstruksi bangunan bertingkat yang meliputi hasil dari pengumpulan data secara real dari
penelitian yang dilakukan pada proyek tersebut

Bab IV PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi proyek

Proyek pembangunan gedung bertingkat di kota Pontianak diantaranya, Kampus Widya Dharma
yang yang sedang dibangun untuk Gedung Perkuliahan. Jenis Proyek Pembangunan Gedung
Bertingkat Kampus Widya Dharma dengan alamat Jalan Hos Cokro Aminoto Kota Pontianak.
Pelaksana : PT.Cipta Graha Estetika Nilai Kontrak :Rp. 14.167.100.000

4.2 Beton dan Alat yang dibutuhkan dan digunakan

Dalam pelaksaaan pengeoran untuk lantai 9 yaitu dengan cara atau menggunakan fasilitas truck
mixer dengan congcrete pump untuk menyalurkan beton ke lantai 9 Sedangkan methode ke 2
(Dua) dalam pelaksanaan pengecoran lantai 9 menggunakan system pelaksanaan
denganmenggunakan alat concrete mixer(molen) sebagai alat untuk mencampur material untuk
dijadikan beton dengan mutu sesuai dengan spesifikasi yaitu K300 yang di kombinasikan
kemudian dicurahkan kedalam tampungan beton dengan artco sebagai alat angkutan, dan mesin
lift Material sebagai alat yang digunakan (secara konvensional) untuk menaikkan material beton
dengan ketinggian + 30.60 m. 4.2.1 Beton Lantai 9 (Sembilan)

- Beton Kolom

♣ Kolom Lantai 8 ukuran K6 0.55 x 0.55 x 3.26m x 16unit =15.78 m3

♣ Kolom Lantai 8 ukuran K8 0.45 x 0.45 x 3.26m x 8 unit =5.28 m3

- Beton Balok

♣ Balok Lantai 9 ukuran 0.30 x 0.70 = 44.10 m3

♣ Balok Lantai 9 ukuran 0.25 x 0.60 = 4.80 m3

♣ Balok Lantai 9 ukuran 0.20x0.50 = 6.00 m3

♣ Balok Lantai 9 ukuran 0.20x0.40 = 7.68 m3

♣ Balok Lantai 9 ukuran 0.12x0.70 = 9.41 m3

♣ Beton Plat Lantai = 73.50 m3 Jadi total beton yang dibutuhkan untuk pengecoran lantai 9
(Sembilan) sebesar Q= 166.55 m3 Pengecoran di proyekdengan uji slump dan uji kuat kubus
beton dapat dilihat pada Gambar 4.1

4.2.2 Truck Concrete Mixer

Truck concrete mixer dapat dilihat pada Gambar 4.2

Kebutuhan serta berapa total truck yang akan didatangkan sebelum dimulainya pelaksanaan
pegecoran. Pengaruh keterlambatan datangnya mobil mixer atau terlalu cepatannya kedatangan
juga secara otomatis akan berpengaruh kepada mutu, efisiensi biaya dan waktu pekerjaan, belum
lagi hambatan berlalu lintas untuk area tertentu yang membatasi parker area disepanjang Jalan
Hos Cokro Aminoto Pontianak.

4.2.3 Concrete Pump (Mobil Pompa Beton)

Concrete Pump atau mobil pompa beton adalah alat pemompa beton agar lebih cepat dalam
pengerjaan cor dengan beton readymix, dalam 1 mobil readymix berkapasitas 5-7 m³ pompa ini
bisa memompa dengan waktu hanya 15 - 20 menit,lebih cepat dari pada harus menaikan beton
secara manual yang dapat memakan waktu 3 jam lebih dan memerlukan tenaga yang banyak,
cukup hanya dengan 5-6 pekerja untuk pngerjaannya, Kapasitas didefinisikan sebagai arus
maksimum melalui suatu titik di jalan yang dapat dipertahankan per satuan jam pada waktu
tertentu. Perlu di ketahui sebelumnya jika ingin memakai pompa beton untuk menaikannya, yang
harus di persiapkan ialah selang air, semen 2 sak, dan pasir sekitar 15-20 ember. Sama seperti
pompa air yang harus di pancing terlebih dahulu. Belalai pompa beton ini bervariatif jenisnya
tergantung jarak minimal tembakan, seperti Tabel 4.1

• pompa standar 18 meter

• pompa mini 15 meter-

• longboom 28 meter-

• super long 42 meter

Tabel 4.1 Harga Sewa Concrete Pump Long Bom (PT.CMR_2017)

Jumlah concrete Harga sewa /12jam


05-30 M 3 Rp. 3.200.000/hari

31-50 M 3 Rp. 3.500.000/hari

51-80 M 3 Rp. 3.800.000/hari

81-100 M 3 Rp. 4.000.000/hari

>100 M 3 Rp. 4.500.000/hari

4.2.4 Mesin Lift Barang

Mesin lift barang adalah alat yang digunakan dan dibuat khusus oleh perusahaan kontraktor
untuk menaikkan dan menurunkan material dengan menggunakan mesin Diesel yang terhubung
dengan alat kopel yang menarik tali kawat baja(Seling) ukuran 16mm kemudin alat ini dengan
kecepatan menaikkan dan menurunkan sama yaitu 1m/2 detik dan mampu menaikkan dengan
maksimal 3 artco standar proyek

♣ Q=(VLift X Fa X 60)/(1000 X T) m3

♣ A=KapasitasArtcostandart =0.025m3

♣ V =Kapasitas Lift 3 artco X 0,025m3

Fa = Kondisi Kerja Alat, diambil 0,83(Kondisi faktor kerja baik)

V1 = Kecepatan rata-rata kondisi (60 detik / 30 meter ) kondisi terisi

V2 = Kecepatan rata-rata kondisi Lift kosong (30 detik / 30meter)

T = Waktu muatan lift diambil (0.075m3 / 1 menit). dalam analisa produktik produktifitas alat
dihitung dalam m3/jam, waktu alat ditetapkan dalam menit (60 menit) kapasitas = kapasitas
bucket untuk menampung beton dalam m3

CT = cyclus time / waktu siklus (menit) efisiensi = waktu efektif alat bekerja dalam satu jam
(menit/jam) . Siklus kerja pemindahan material merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
berulang. Pekerjaan utama dalam kegiatan tersebut adalah memuat, memindahkan, membongkar
muatan dan kembal ke kegiatan awal. Semua kegiatan itu dapat dilakukan oleh satu alat atau
beberapa alat. Waktu yang diperlukan dalam melakukan kegiatan tersebut disebut waktu siklus
atau cycle time (CT), dirumuskan dalam Persamaan 4.1 (Rostiyanti 2002; Wedhanto 2009;
Fatena 2008; Nabar 1998):

CT = LT + HT + DT + RT + ST (4.1) Keterangan:

a) Waktu muat atau loading time (LT), yaitu waktu yang dibutuhkan alat untuk memuat material
ke dalam alat angkut sesuai kapasitasnya.

b) Waktu angkut atau hauling time (HT), yaitu waktu yang diperlukan alat untuk bergerak dari
tempat pemuatan ke tempat pembongkaran material.

c) Waktu pembongkaran atau dumping time (DT), yaitu waktu yang diperlukan alat untuk
pembongkaran material di tempat yang ditentukan.

d) Waktu kembali atau return time (RT), yaitu waktu yang diperlukan alat untuk kembali ke
tempat pemuatan.

e) Waktu tunggu atau spotting time (ST), yaitu waktu alat menunggu sampai alat diisi kembali.

4.2.5 Concerete Mixer

Congcerete mixer atau yang lebih dikenal dengan mesin molen berkapasitas 350 liter adalah
peralatan mekanik yang berungsi untuk membuat adukan atau campuran beton. Komponen
utama dari concerete mixer adalah mesin diesel penggerak dan wadah. Mesin molen ini
disewakan dengan harga Rp 200.000/ hari

4.4 Analisa Analisa Waktu dan Biaya Pekerjaan Metode pelaksaaan lantai 9 metode ke 1

• Biaya Beton

Tabel 4.2 Daftar Harga Beton PT CMR

• Q= 166.55 m3 + (10%) penyusutan beton pada saat pengiriman Q + Susut=166.55+16.65 m3


=183,82m3 Biaya Q =183.82 m3 x Rp.940.000 = Rp. 172.208.000 PPN 10 % = Rp.17.220.800
Biaya Total beton+ppn = Rp.189.428.800

• Concrete Pump

Kebutuhan Beton Q = 183.83m3; Biaya Sewa Concrete Pump Lb =Rp.45.000 Penabahan pipa 10
sambung Pipa=Rp 1.000.000 Biaya Sewa Pompa = (183.83m3 x Rp.45.000)+Rp.1.000.000=

Rp.9.272.350 Biaya Pajak 10% = Rp.927.235 Total yang dibayarkan untuk sewa pompa +ppn
=Rp.10.199.585.

• Mesin Vibrator Concrete

Kapasitas Ø head 2,5 cm; Panjang flexible shaft 2,0 m; Kapasitas pemadatan Q = 4 m³ /
jam;Pemakaian bahan bakar = 1.5 ltr/ jm x 8000= Rp.12.000 / jam. X 3 alat` = Rp.36.000 /jam=
Rp.36.000 /jam x (14 - 2) jam kerja =Rp.432.000

• Biaya Upah Pekerja Pengecoran

Tabel 4.3 Biaya Pekerjaan Harian

Jumlah
No Jenis Satuan Kode Upah (Rp) pekerja Total biaya
pekerjaan
1 mandor Org/hari L04 155.000 1 155.000
2 Kepala tukang Org/hari L03 145.000 3 435.000
Pekerja Org/hari L01 100.000 24 2.500.000
3 (kernet)
4 Tukang cor Org/hari L02 120.000 15 1.800.000
5 Operator lift Org/hari L02 120.000 1 120.000
Jumlah 4.790.000
biaya

Pada Pengecoran Lantai 9 diselesaikan pengecoran dari pukul 08.00 – 22.00 wib Sehingga
memakan durasi waktu 14 jam kerja Sehingga hitungan upah pekerja bertambah dengan rumus
hitungan upah sesuai dengan kebijakan PT.Cipta Graha Estetika adalah : Diketahui A=Nilai
Upah Perhari B=Lama Waktu Bekerja /jam C=Nilai Upah D= Lama Waktu Lembur /jam E=Nilai
Upah Lembur A / B= C C X D X 2= E Contoh A=100.000 B=8 jam C=100.000 D=12.500/jam
Waktu Lembur pekerja dari pukul 17.00 – 22.00 = 5 Jam E=12.500 X 5 X 2= Rp.125.000 .

Tabel 4.4 Biaya Pekerja Harian Lembur

Jenis Satuan Lembur Upah Jumlah Total


No Pekerjaan (Rp) Pekerja Biaya

1 Mandor Org/hari 5 jam 193.750 1 193.750


2 Kepala Org/hari 5 jam 181.250 3 543.750
tukang
3 Pekerja Org/hari 5 jam 125.000 25 3.125.000
(kernet)
4 Tukang cor Org/hari 5 jam 150.000 14 2.100.000
5 Operator lift Org/hari 5 jam 150.000 1 150.000
6.112.500

Total biaya upah pekerja = Rp.4.890.000 + Rp. 6.112.500 =Rp.11.002.480

Total kesuluruhan biaya pekerjaan untuk pengecoran struktur lantai 9 adalah

Biaya Beton ready mix = Rp.189.428.800

Biaya Sewa Congcrete Pump = Rp.10.199.585

Biaya Mesin vibro =Rp.432.000

Biaya Upah Pekerja = Rp.11.002.480

Biaya Tak terduga lainnya = Rp.1.000.000

Total Biaya yang dibutuhkan = Rp.212.062.865

Biaya Total pekerjaan per M3 = Rp.212.062.865/ 183.83m3 = Rp 1.153.581 /M3

10

4.3.Analisa Waktu dan Biaya Pekerjaan Metode ke 2 pelaksaaan lantai 9

Jumlah Kebutuhan total bahan dan material yang dibutuhkan untuk183,82m3.beton

• Semen 183,82m3 beton X 8.26 zak semen/m3 =1518.2 zak

• Pasir 183,82m3 beton x 0.486 /m3 =89.34 m3

• Batu 183,82m3 beton x 0.567/m3=104.23 m3

• PC(Portlan Composit) =413/50kg =8.26 zak x Rp.65.000=Rp.536.000

• PB(Pasir Beton < 5mm)=681/1400= 0.486 M3 x Rp.97.750 =Rp. 84.065

• KR(Kerikil>5mm) =1021/1800 =0.567M3 X Rp 350.000=Rp. 198.450

• Total biaya bahan beton 1 m3 beton k300=Rp.818.515 /m3 .

• Biaya Beton perhari =(14 Jam Kerja -2 Jam)x1.245=14.94 M3=14.94M3xRp.818.515


=Rp.9.822.180

• Q = 183,82m3 x Rp.818.515=Rp. 150.459.427 Biaya Total beton = Rp.150.459.427


Perhitungan Analisa Kinerja Jalan Karel Satsuit Tubun Tahun 2018-2033 terhadap skenario 1.
Kapasitas dasar menjadi 2 lajur = 1650 x 2 = 3300 ; (fcw) 3,25 m = 0,96; (fcsp) =
1,00;Hambatan Samping ( M ) Dengan bahu 1 m + 3,5 m untuk parkir = 0,98 ; Ukuran kota
632,705 jiwa = 0,5 – 1,0 = 0,94.

Analisa Biaya Dan Waktu Mesin Lift Material Lantai 9 Metode Ke 2

♣ Waktu yang dibutuhkan untuk 1 kali angkutan = 3.53 menit / retase

♣ Jumlah retase dalam 1 jam= 60 menit/ 3.53 menit= 17 siklus angkutan Per Jam =1.245 m3 / 17
= 0.073 m3/retase =0.073 m3/ 3artco =0.024 m3 /artco

• Biaya Solar =1 Ltr / jamx7500 = 7500 x (14- 2)=Rp.90.000 / (Hari)

11


• Biaya Sewa Mesin Lift= Maks Level 40 meter= Rp.350.000(24jam)

• Biaya Oli mesin = 1 ltr / 2minggu x 45000 = 45.000/ 12 hari kerja =Rp.3.750 / hari

• Biaya perawatan mesin= servis 1 kali/bulan = Rp.200.000/26 Harikerja =Rp.7.692 / hari •

Total biaya =Rp.451.442 /hari

• Biaya Operasional mesin lift selama pengecoran lantai 9 dengan metode ke 2 adalah = Rp 451.442 x12
hari = Rp.5.417.304

Mesin Vibrator Concrete

Vibrator beton adalah salah satu peralatan yang digunakan saat pengecoran dimana alat ini
berfungsi untuk pemadatan beton yang dituangkan dalam bekisting, dimana hal ini ditujukan
untuk mengeluarkan kandungan udara yang terjebak dalam air .

♣ Kapasitas Ø head 2,5 cm

♣ Panjang flexible shaft 2,0 m

♣ Kapasitas pemadatan Q = 4 m³ / jam

• Sewa mesin vibro per unit =Rp.50.000/ hari

• Pemakaian bahan bakar = 1 Lt / jam x Rp.8.000=Rp.8.000 / jam x (14-2)jam kerja = Rp.96.000


/ hari Total biaya yang dibutuhkan untuk mesin vibro perhari(24 jam) =Rp. 146.000 / Hari

Tabel 4.5 Biaya Untuk Mesin Vibro

Jenis Upah Jumlah Total


No Pekerjaan Satuan Kode (Rp) Pekerja Biaya

1 Mandor Org/hari L04 155.000 1 155.000

12

2 Kepala Org/hari L03 145.000 3 435.000


Tukang
3 Pekerja Org/hari L01 100.000 25 2.500.000
(kernet)
4 Tukang Org/hari L02 120.000 15 1.800.000
Cor
Jumlah 4.890.000
Biaya

Upah Pekerja pengecoran

Pada Pengecoran Lantai 9 diselesaikan pengecoran dari pukul 08.00 – 22.00 wib Sehingga memakan
durasi waktu 14 jam kerja Sehingga hitungan upah pekerja bertambah dengan rumus hitungan upah sesuai
dengan kebijakan PT.Cipta Graha Estetika adalah : diketahui data sebagai berikut ;

- A=Nilai Upah Perhari

- B=Lama Waktu Bekerja /jam

- C=Nilai Upah

- D= Lama Waktu Lembur /jam

- E=Nilai Upah Lembur

- A / B= C - C X D X 2= E

Contoh A=100.000

B=8 jam

C=100.000

D=12.500/jam

Waktu Lembur pekerja dari pukul 17.00 – 22.00 = 5 Jam

13

E=12.500 X 5 X 2= Rp.125.000 Total biaya upah pekerja = Rp.4.790.000 + Rp. 6.112.500=


Rp.10.902.500 Tabel 4.6 Biaya Pekerja Harian Lembur

Jenis Upah Jumlah Total


No Pekerjaan Satuan Lembur (Rp) Pekerja Biaya

1 Mandor Org/hari 5 jam 193.750 1 193.750

Kepala
2 Tukang Org/hari 5 jam 181.250 3 543.750
Pekerja
3 (kernet) Org/hari 5 jam 125.000 25 3.125.000
Tukang
4 Cor Org/hari 5 jam 150.000 15 2.250.000
Jumlah
Biaya 6.112.480

Total kesuluruhan biaya pekerjaan untuk pengecoran struktur lantai 9 dengan metode ke 2 adalah

♣ Biaya Beton = Rp.9.822.180 /Hari

♣ Biaya concrete mixer(molen) = Rp.252.596/Hari

♣ Biaya operasional Mesin Lift = Rp.451.442/Hari

♣ Biaya Mesin Vibro = Rp.146.000/Hari

♣ BUpah Pekerja = Rp.10.902.500/Hari

♣ Uang Kas = Rp.1.000.000/Hari Total Biaya yang dibutuhkan =Rp.22.924.718/Hari = Rp.


22.924.718 x 12 /Hari = Rp.275.096.616

Biaya pekerjaan per M3 = Rp.270.896.616 / 183,82M3 = Rp 1.473.705/M3 Jadi selama 12 hari


pengecoran kolom,balok,plat lantai 9 secara konvensional dengan setiap pemutusan beton sesuai
kriteria yang ditentukan oleh pihak kontraktor. Tahapan system pengecoran secara Konvensional

14

• Pengecoran kolom daerah yang akan dicor balok dan plat lantai.

• Dilanjutkan dengan pengecoran balok induk,

• Disusul pengecoran balok anak

• Terkahir pengecoran plat lantai area yang dibatasi

• Analisa Rata-Rata Efisiensi Biaya dan Waktu Terhadap Pekerjaan Beton

Perbandingan antara kedua Metode dapat dilihat pada

Tabel 4.7 dan Tabel 4.8

Tabel 4.7 Analisa Metode I

Jumlah modal Biaya Waktu


No Uraian Satuan Volume biaya pak.beton pekerjaan pelaksanaan
per M3 pengecoran
(hari)
Pekerjaan beton 183.83 212,062,865.00 1,153,581.3
3
1 lantai 9 m 8 1.00

Jumlah 183.83 212,062,865.00 1,161,522.9 1.00


1

Table 4.8 Analisa Metode 2

Jumlah modal Biaya Waktu


No Uraian Satuan Volume biaya pak.beton pekerjaan pelaksanaan
per M3 pengecoran
(hari)
Pekerjaan beton 183.83 270.896.616 1.473.705/
3
1 lantai 9 metode 2 m m3 12.00

Jumlah 183.83 270.896.616 1.473.705/ 12.00


m3

15


Dari analisa diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa biaya yang dikeluarkan memang lebih
efisiensi menggunakan metode pelaksanaan pada bangunan bertingkat menggunakan metode
yang ke 1 dalam segi efisiensi waktu, untuk pelaksanaan pengecoran mennggunakan metode
yang pertama 1 juga efisiensi dalam penggunaan biaya.

Bab V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil penelitan dari pekerjaan proyek Gedung betingkat kampus Widya Dharma di dapat
Kesimpulan untuk masing-masing nilai biaya dan waktu metode pelaksanaan bangunan
bertingkat sebagai berikut,yaitu:

1. Dari analisa perhitungan lantai 9, biaya yang dikeluarkan untuk pengecoran dengan
menggunakan metode 1 sebesar Rp. 1.153.581 /M3

2. Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pengecoran lantai 9 dengan metode pelaksanan ke 1
(pertama) sebesar Rp. 212,062,865.00.

3. Dari analisa perhitungan lantai 9, biaya yang dikeluarkan untuk pengecoran dengan
menggunakan metode 2 atau secara konvensional sebesar Rp.1.473.705 /M3

4. Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pengecoran lantai 9 dengan metodhe pelaksanan ke 2
(Dua) adalah sebesar Rp. 270.896.616

5. Dari nilai anggaran yang dikelurakan oleh masing-masing metode pelaksanaan baik itu
metode pelasaksanaan yang pertama dengan nilai Rp. 212,062,865.00, dibandingkan dengan
metode pelaksanaan yang ke 2 dengan pengeluaran dana sejumlah Rp. 270.896.616, maka pihak
kontraktor akan kehilangan dana sebesar Rp.58.833.751 6. Maka dai pada itu pihak kontraktor
harus tetap menggunakan metode pelaksanaan yang pertama atau ke 1.

5.2 Saran

16

1. Pihak kontraktor harus memperhitunkan kedua metode pelaksanaan, dan sebaiknya dapat di
hitung terlebih dahulu secara bersamaan, hal ini berguna sebagai pembanding dalam perhitungan
untuk mendapatkan nilai yang paling efisiensi sebelum memulai pekerjaan tersebut.

2. Dari hasil perhitungan Pihak Kontraktor juga mempertimbangkan akibat yang akan terjadi
apabila pihak kontraktor menggunakan metode pelaksanaan ke 1 atau pun metode pelaksanaan
yang ke 2 karena akan memiliki dampak masing-masing yang berbeda.

3. Pihak Kontraktor memikirkan lebih jauh resiko terhadap Sumber daya Manuasia (SDM) yang
membantu dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut.

4. Kontraktor lebih baik memperhitungkan lebih jauh agar tidak mengalami kerugian dalam
bentuk waktu dan biaya..

5. Pihak kontraktor sebaiknya menggunakan method 1 jika voume pekerjaan beton banyak dan
bangunan yang dikerjakan semakin tinggi, karena akan merugikan pihak kontraktor sendiri.

6. Pihak kontraktor memperhitungkan lebih baik untuk pengerjaan beton secara konvensional
karena akan berakibat banyaknya waktu dan biaya yang akan terbuang apabila bangunan
strukturnya memiliki tinggi.

7. Pihak kontraktor sebaiknya memperhitungkan juga untuk alat yang digunakan jika semakin
sering menggunakan alat tersebut maka fungsionalnya juga semakin berkurang.

DAFTAR PUSTAKA

Astana, Yudha, I Nyoman, Rusdi HA, and M Agung Wibowo. 2016. “Model Hubungan Strategi
Penawaran Terhadap Kinerja Proyek Dan Perusahaan Konstruksi.”

Brown, Mark. 1996. “Manajemen Proyek Yang Sukses.”

Darmawan, Muhammad Satria Darmawan. 2016. “Produktivitas Mobile Crane Pada


Pembangunan Gedung Bertingkat (Studi Kasus Gedung Parkir ‘B’ Proyek Pembangunan

17


Training Centre & Hotel Dpbca, Sentul City, Kab. Bogor).” Jurnal Online Mahasiswa (JOM)
Bidang Teknik Sipil 1 (1).

Ervianto, Wulfram I. 2009. “Pengukuran Produktivitas Kelompok Pekerja Bangunan Dalam


Proyek Konstruksi (Studi Kasus Proyek Gedung Bertingkat Di Surakarta).” Jurnal Teknik Sipil
Universitas Atma Jaya Yogyakarta 9 (1): 31– 42.

Fatena, Rostiyanti Susy. 2008. “Alat Berat Untuk Proyek Konstruksi.” Penerbit Rineka Cipta.
Jakarta. Honggo, Eko, M Yusuf, and Asep Supriyadi. 2015. “Perhitungan Struktur Hotel 11
Lantai Jalan Teuku Umar Pontianak.” Jurnal Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Tanjungpura 1
(1).

Mulyani, Endang. 2006. “Bahan Ajar Manajemen Konstruksi.” Pontianak: Fakultas Teknik
Untan. Muzayanah, Yannu. 2008. “Pemodelan Proporsi Sumber Daya Proyek Konstruksi.”

Nabar, Darmansyah. 1998. “Pemindahan Tanah Mekanis Dan Alat Berat.” Universitas Sriwijaya:
Palembang.

Rostiyanti, Susy Fatena. 2002. “Alat Berat Untuk Proyek Konstruksi.” Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta. Wedhanto, Sonny. 2009. “Diktat Kuliah Alat Berat Dan Pemindahan Tanah Mekanis.”
Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Malang, Hal 47.

Yunita; Riyanni Pratiwi; Syahrudin. 2018. “Analisa Perbandingan Anggaran Biaya Proyek
Antara Material Cerucuk Dan Scaffolding Pada Bangunan Pertingkat.” Jurnal Mahasiswa Teknik
Sipil Universitas Tanjungpura 5 (2). http://jurnal.untan.ac.id/index.php/JMHMS/arti cle/view/
25538.

18

Anda mungkin juga menyukai