KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya m i n i
research ini mengenai ANALISA PENGARUH METODE PELAKSANAAN
PROYEK UNTUK EFISIENSI WAKTU DAN BIAYA PEKERJAAN GEDUNG
BERTINGKAT DI KOTA PONTIANAK. Mini riset ini penulis susun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Peng.Bangunan Teknik Sipil, di Semester satu. Serta disusun
sedemikian rupa agar kita semua lebih memahami dan mendalami mengenai materi ini.Pada
kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Zulkifli Siregar S.T, M.T
selaku dosen pengampu mata kuliah ini. Adapun makalah ini penulis buat berdasarkan
informasi yang ada. M a n f a a t d a r i p e n u l i s a n m i n i r i s e t i n i a d a l a h s e b a g a i
p e m b u k a cakrawala bagi semua kalangan khususnya mahasiswa dalam memahami
mengenai pentingnya mengetahui ANALISA PENGARUH METODE PELAKSANAAN
PROYEK UNTUK EFISIENSI WAKTU DAN BIAYA PEKERJAAN GEDUNG
BERTINGKAT DI KOTA PONTIANAK tersebut.Semoga mini riset ini dapat bermanfaat
bagi kita semua. Kritik dan saran perbaikan terhadap mini riset ini sangat
penulis harapkan untuk menyempurnakan tugas-tugas di masa mendatang.
PENDAHULUAN………………………………………………………………………........1
PEMBAHASAN………………………………………………………………………………3
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………16
3
Bab I PENDAHULUAN
Dalam hal ini mengelola kegiatan dengan menggunakan konsep metode pelaksanaan teknis
proyek yang baik merupakan langkah yang relative baru, dimana konsep ini ditandai dengan
menerapkan suatu yang memiliki prinsip strategi (Brown, 1996) Prinsip Strategi adalah sebagai
berikut • Penggunaan Teknik atau metode tertentu • Pengambilan suatu Standar yang sudah
diakui • Hubungan dengan bagian lain dalam organisasi. Setiap proyek mempunyai tujuan
tertentu dengan didalamnya memiliki batasan tersendiri, berdasaran Anggaran yang dialokasikan,
jadwal atau waktu yang sesuai dengan harapan Owner, dan mutu atau kualitas saling
menghubungkan satu dengan yang lain(Astana et al. 2016; Muzayanah 2008; Brown, 1996).
Ketiga Batasan Ini disebut tiga kendala (triple constrain). Untuk mengelola dan menjalankan
suatu pembangunan gedung bertingkat semakin tinggi hal ini berarti semakin panjang durasi
waktu yang di butuhkan dan berpengaruh pada biaya untuk menyelesaikan proyek tersebut
(Ervianto 2009; Darmawan 2016).
Metodologi penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi dan
Pengumpulan data-data. Selanjutnya menganalisa data dari segi biaya dan waktunya dan
deskripsi, pada masing- masing metode pelaksanaan proyek bangunan bertingkat tinggi.
Tujuannya adalah mencapai progres lebih baik dan sesuai dengan standarisasi mutu dan bahan
konstruksi bangunan bertingkat yang meliputi hasil dari pengumpulan data secara real dari
penelitian yang dilakukan pada proyek tersebut
Bab IV PEMBAHASAN
Proyek pembangunan gedung bertingkat di kota Pontianak diantaranya, Kampus Widya Dharma
yang yang sedang dibangun untuk Gedung Perkuliahan. Jenis Proyek Pembangunan Gedung
Bertingkat Kampus Widya Dharma dengan alamat Jalan Hos Cokro Aminoto Kota Pontianak.
Pelaksana : PT.Cipta Graha Estetika Nilai Kontrak :Rp. 14.167.100.000
Dalam pelaksaaan pengeoran untuk lantai 9 yaitu dengan cara atau menggunakan fasilitas truck
mixer dengan congcrete pump untuk menyalurkan beton ke lantai 9 Sedangkan methode ke 2
(Dua) dalam pelaksanaan pengecoran lantai 9 menggunakan system pelaksanaan
denganmenggunakan alat concrete mixer(molen) sebagai alat untuk mencampur material untuk
dijadikan beton dengan mutu sesuai dengan spesifikasi yaitu K300 yang di kombinasikan
kemudian dicurahkan kedalam tampungan beton dengan artco sebagai alat angkutan, dan mesin
lift Material sebagai alat yang digunakan (secara konvensional) untuk menaikkan material beton
dengan ketinggian + 30.60 m. 4.2.1 Beton Lantai 9 (Sembilan)
- Beton Kolom
- Beton Balok
♣ Beton Plat Lantai = 73.50 m3 Jadi total beton yang dibutuhkan untuk pengecoran lantai 9
(Sembilan) sebesar Q= 166.55 m3 Pengecoran di proyekdengan uji slump dan uji kuat kubus
beton dapat dilihat pada Gambar 4.1
Kebutuhan serta berapa total truck yang akan didatangkan sebelum dimulainya pelaksanaan
pegecoran. Pengaruh keterlambatan datangnya mobil mixer atau terlalu cepatannya kedatangan
juga secara otomatis akan berpengaruh kepada mutu, efisiensi biaya dan waktu pekerjaan, belum
lagi hambatan berlalu lintas untuk area tertentu yang membatasi parker area disepanjang Jalan
Hos Cokro Aminoto Pontianak.
Concrete Pump atau mobil pompa beton adalah alat pemompa beton agar lebih cepat dalam
pengerjaan cor dengan beton readymix, dalam 1 mobil readymix berkapasitas 5-7 m³ pompa ini
bisa memompa dengan waktu hanya 15 - 20 menit,lebih cepat dari pada harus menaikan beton
secara manual yang dapat memakan waktu 3 jam lebih dan memerlukan tenaga yang banyak,
cukup hanya dengan 5-6 pekerja untuk pngerjaannya, Kapasitas didefinisikan sebagai arus
maksimum melalui suatu titik di jalan yang dapat dipertahankan per satuan jam pada waktu
tertentu. Perlu di ketahui sebelumnya jika ingin memakai pompa beton untuk menaikannya, yang
harus di persiapkan ialah selang air, semen 2 sak, dan pasir sekitar 15-20 ember. Sama seperti
pompa air yang harus di pancing terlebih dahulu. Belalai pompa beton ini bervariatif jenisnya
tergantung jarak minimal tembakan, seperti Tabel 4.1
• longboom 28 meter-
Mesin lift barang adalah alat yang digunakan dan dibuat khusus oleh perusahaan kontraktor
untuk menaikkan dan menurunkan material dengan menggunakan mesin Diesel yang terhubung
dengan alat kopel yang menarik tali kawat baja(Seling) ukuran 16mm kemudin alat ini dengan
kecepatan menaikkan dan menurunkan sama yaitu 1m/2 detik dan mampu menaikkan dengan
maksimal 3 artco standar proyek
♣ Q=(VLift X Fa X 60)/(1000 X T) m3
♣ A=KapasitasArtcostandart =0.025m3
T = Waktu muatan lift diambil (0.075m3 / 1 menit). dalam analisa produktik produktifitas alat
dihitung dalam m3/jam, waktu alat ditetapkan dalam menit (60 menit) kapasitas = kapasitas
bucket untuk menampung beton dalam m3
CT = cyclus time / waktu siklus (menit) efisiensi = waktu efektif alat bekerja dalam satu jam
(menit/jam) . Siklus kerja pemindahan material merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
berulang. Pekerjaan utama dalam kegiatan tersebut adalah memuat, memindahkan, membongkar
muatan dan kembal ke kegiatan awal. Semua kegiatan itu dapat dilakukan oleh satu alat atau
beberapa alat. Waktu yang diperlukan dalam melakukan kegiatan tersebut disebut waktu siklus
atau cycle time (CT), dirumuskan dalam Persamaan 4.1 (Rostiyanti 2002; Wedhanto 2009;
Fatena 2008; Nabar 1998):
CT = LT + HT + DT + RT + ST (4.1) Keterangan:
a) Waktu muat atau loading time (LT), yaitu waktu yang dibutuhkan alat untuk memuat material
ke dalam alat angkut sesuai kapasitasnya.
b) Waktu angkut atau hauling time (HT), yaitu waktu yang diperlukan alat untuk bergerak dari
tempat pemuatan ke tempat pembongkaran material.
c) Waktu pembongkaran atau dumping time (DT), yaitu waktu yang diperlukan alat untuk
pembongkaran material di tempat yang ditentukan.
d) Waktu kembali atau return time (RT), yaitu waktu yang diperlukan alat untuk kembali ke
tempat pemuatan.
e) Waktu tunggu atau spotting time (ST), yaitu waktu alat menunggu sampai alat diisi kembali.
Congcerete mixer atau yang lebih dikenal dengan mesin molen berkapasitas 350 liter adalah
peralatan mekanik yang berungsi untuk membuat adukan atau campuran beton. Komponen
utama dari concerete mixer adalah mesin diesel penggerak dan wadah. Mesin molen ini
disewakan dengan harga Rp 200.000/ hari
4.4 Analisa Analisa Waktu dan Biaya Pekerjaan Metode pelaksaaan lantai 9 metode ke 1
• Biaya Beton
• Concrete Pump
Kebutuhan Beton Q = 183.83m3; Biaya Sewa Concrete Pump Lb =Rp.45.000 Penabahan pipa 10
sambung Pipa=Rp 1.000.000 Biaya Sewa Pompa = (183.83m3 x Rp.45.000)+Rp.1.000.000=
Rp.9.272.350 Biaya Pajak 10% = Rp.927.235 Total yang dibayarkan untuk sewa pompa +ppn
=Rp.10.199.585.
Kapasitas Ø head 2,5 cm; Panjang flexible shaft 2,0 m; Kapasitas pemadatan Q = 4 m³ /
jam;Pemakaian bahan bakar = 1.5 ltr/ jm x 8000= Rp.12.000 / jam. X 3 alat` = Rp.36.000 /jam=
Rp.36.000 /jam x (14 - 2) jam kerja =Rp.432.000
Jumlah
No Jenis Satuan Kode Upah (Rp) pekerja Total biaya
pekerjaan
1 mandor Org/hari L04 155.000 1 155.000
2 Kepala tukang Org/hari L03 145.000 3 435.000
Pekerja Org/hari L01 100.000 24 2.500.000
3 (kernet)
4 Tukang cor Org/hari L02 120.000 15 1.800.000
5 Operator lift Org/hari L02 120.000 1 120.000
Jumlah 4.790.000
biaya
Pada Pengecoran Lantai 9 diselesaikan pengecoran dari pukul 08.00 – 22.00 wib Sehingga
memakan durasi waktu 14 jam kerja Sehingga hitungan upah pekerja bertambah dengan rumus
hitungan upah sesuai dengan kebijakan PT.Cipta Graha Estetika adalah : Diketahui A=Nilai
Upah Perhari B=Lama Waktu Bekerja /jam C=Nilai Upah D= Lama Waktu Lembur /jam E=Nilai
Upah Lembur A / B= C C X D X 2= E Contoh A=100.000 B=8 jam C=100.000 D=12.500/jam
Waktu Lembur pekerja dari pukul 17.00 – 22.00 = 5 Jam E=12.500 X 5 X 2= Rp.125.000 .
10
♣ Jumlah retase dalam 1 jam= 60 menit/ 3.53 menit= 17 siklus angkutan Per Jam =1.245 m3 / 17
= 0.073 m3/retase =0.073 m3/ 3artco =0.024 m3 /artco
11
• Biaya Oli mesin = 1 ltr / 2minggu x 45000 = 45.000/ 12 hari kerja =Rp.3.750 / hari
• Biaya Operasional mesin lift selama pengecoran lantai 9 dengan metode ke 2 adalah = Rp 451.442 x12
hari = Rp.5.417.304
Vibrator beton adalah salah satu peralatan yang digunakan saat pengecoran dimana alat ini
berfungsi untuk pemadatan beton yang dituangkan dalam bekisting, dimana hal ini ditujukan
untuk mengeluarkan kandungan udara yang terjebak dalam air .
12
Pada Pengecoran Lantai 9 diselesaikan pengecoran dari pukul 08.00 – 22.00 wib Sehingga memakan
durasi waktu 14 jam kerja Sehingga hitungan upah pekerja bertambah dengan rumus hitungan upah sesuai
dengan kebijakan PT.Cipta Graha Estetika adalah : diketahui data sebagai berikut ;
- C=Nilai Upah
- A / B= C - C X D X 2= E
Contoh A=100.000
B=8 jam
C=100.000
D=12.500/jam
13
Kepala
2 Tukang Org/hari 5 jam 181.250 3 543.750
Pekerja
3 (kernet) Org/hari 5 jam 125.000 25 3.125.000
Tukang
4 Cor Org/hari 5 jam 150.000 15 2.250.000
Jumlah
Biaya 6.112.480
Total kesuluruhan biaya pekerjaan untuk pengecoran struktur lantai 9 dengan metode ke 2 adalah
14
• Pengecoran kolom daerah yang akan dicor balok dan plat lantai.
15
Dari analisa diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa biaya yang dikeluarkan memang lebih
efisiensi menggunakan metode pelaksanaan pada bangunan bertingkat menggunakan metode
yang ke 1 dalam segi efisiensi waktu, untuk pelaksanaan pengecoran mennggunakan metode
yang pertama 1 juga efisiensi dalam penggunaan biaya.
5.1 Kesimpulan
Hasil penelitan dari pekerjaan proyek Gedung betingkat kampus Widya Dharma di dapat
Kesimpulan untuk masing-masing nilai biaya dan waktu metode pelaksanaan bangunan
bertingkat sebagai berikut,yaitu:
1. Dari analisa perhitungan lantai 9, biaya yang dikeluarkan untuk pengecoran dengan
menggunakan metode 1 sebesar Rp. 1.153.581 /M3
2. Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pengecoran lantai 9 dengan metode pelaksanan ke 1
(pertama) sebesar Rp. 212,062,865.00.
3. Dari analisa perhitungan lantai 9, biaya yang dikeluarkan untuk pengecoran dengan
menggunakan metode 2 atau secara konvensional sebesar Rp.1.473.705 /M3
4. Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pengecoran lantai 9 dengan metodhe pelaksanan ke 2
(Dua) adalah sebesar Rp. 270.896.616
5. Dari nilai anggaran yang dikelurakan oleh masing-masing metode pelaksanaan baik itu
metode pelasaksanaan yang pertama dengan nilai Rp. 212,062,865.00, dibandingkan dengan
metode pelaksanaan yang ke 2 dengan pengeluaran dana sejumlah Rp. 270.896.616, maka pihak
kontraktor akan kehilangan dana sebesar Rp.58.833.751 6. Maka dai pada itu pihak kontraktor
harus tetap menggunakan metode pelaksanaan yang pertama atau ke 1.
5.2 Saran
16
1. Pihak kontraktor harus memperhitunkan kedua metode pelaksanaan, dan sebaiknya dapat di
hitung terlebih dahulu secara bersamaan, hal ini berguna sebagai pembanding dalam perhitungan
untuk mendapatkan nilai yang paling efisiensi sebelum memulai pekerjaan tersebut.
2. Dari hasil perhitungan Pihak Kontraktor juga mempertimbangkan akibat yang akan terjadi
apabila pihak kontraktor menggunakan metode pelaksanaan ke 1 atau pun metode pelaksanaan
yang ke 2 karena akan memiliki dampak masing-masing yang berbeda.
3. Pihak Kontraktor memikirkan lebih jauh resiko terhadap Sumber daya Manuasia (SDM) yang
membantu dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut.
4. Kontraktor lebih baik memperhitungkan lebih jauh agar tidak mengalami kerugian dalam
bentuk waktu dan biaya..
5. Pihak kontraktor sebaiknya menggunakan method 1 jika voume pekerjaan beton banyak dan
bangunan yang dikerjakan semakin tinggi, karena akan merugikan pihak kontraktor sendiri.
6. Pihak kontraktor memperhitungkan lebih baik untuk pengerjaan beton secara konvensional
karena akan berakibat banyaknya waktu dan biaya yang akan terbuang apabila bangunan
strukturnya memiliki tinggi.
7. Pihak kontraktor sebaiknya memperhitungkan juga untuk alat yang digunakan jika semakin
sering menggunakan alat tersebut maka fungsionalnya juga semakin berkurang.
DAFTAR PUSTAKA
Astana, Yudha, I Nyoman, Rusdi HA, and M Agung Wibowo. 2016. “Model Hubungan Strategi
Penawaran Terhadap Kinerja Proyek Dan Perusahaan Konstruksi.”
17
Training Centre & Hotel Dpbca, Sentul City, Kab. Bogor).” Jurnal Online Mahasiswa (JOM)
Bidang Teknik Sipil 1 (1).
Fatena, Rostiyanti Susy. 2008. “Alat Berat Untuk Proyek Konstruksi.” Penerbit Rineka Cipta.
Jakarta. Honggo, Eko, M Yusuf, and Asep Supriyadi. 2015. “Perhitungan Struktur Hotel 11
Lantai Jalan Teuku Umar Pontianak.” Jurnal Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Tanjungpura 1
(1).
Mulyani, Endang. 2006. “Bahan Ajar Manajemen Konstruksi.” Pontianak: Fakultas Teknik
Untan. Muzayanah, Yannu. 2008. “Pemodelan Proporsi Sumber Daya Proyek Konstruksi.”
Nabar, Darmansyah. 1998. “Pemindahan Tanah Mekanis Dan Alat Berat.” Universitas Sriwijaya:
Palembang.
Rostiyanti, Susy Fatena. 2002. “Alat Berat Untuk Proyek Konstruksi.” Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta. Wedhanto, Sonny. 2009. “Diktat Kuliah Alat Berat Dan Pemindahan Tanah Mekanis.”
Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Malang, Hal 47.
Yunita; Riyanni Pratiwi; Syahrudin. 2018. “Analisa Perbandingan Anggaran Biaya Proyek
Antara Material Cerucuk Dan Scaffolding Pada Bangunan Pertingkat.” Jurnal Mahasiswa Teknik
Sipil Universitas Tanjungpura 5 (2). http://jurnal.untan.ac.id/index.php/JMHMS/arti cle/view/
25538.
18