Anda di halaman 1dari 12

BHINEKA TUNGGAL IKA DAN KONSEP KEBERAGAMAN DALAM

TAFSIR AL-AZHAR

Dina Rowiana1, Rumba Triana2, Syaeful Rokim3


1
Mahasiswi Prodi Ilmu Alquran dan Tafsir STAI Al Hidayah Bogor
2,3
Dosen Prodi Ilmu Alquran dan Tafsir STAI Al Hidayah Bogor

email: dinaputrimurdi@gmail.com
email: rumba.azzam@gmail.com
email: syaeful@staiabogor.ac.id

ABSTRACT
This research was compiled to find out the concept of Bhineka Tunggal Ika and the interpretation
of Buya Hamka about the verses of etnich, cultural and religious diversity. This research used to
the library research. This study uses the maudhu’i method, which collects the verses of the Qur’an
that are scattered in parts of the letter that talk about a theme. As for the style used the
interpretation of the verse is al-adab al-ijtima’i style, which is the interpretation style which
explains the instruction of the verses of the Qur’an that are directly related to society in a language
that is easy to understand. Research results and research discussion: (1) Bhineka Tunggal Ika
diversity is not explicitly found in Buya Hamka interpretation. However implicitly values and
diversity contained in Bhineka Tunggal Ika are found in Buya Hamka interpretation, for example
diversity as sunnatullah, diversity in unity and diversity in religion or ethnicity. (2) according to
Bhineka Tunggal Ika all religions are justified to the same degree. Howerver according to Al-
Qur’an the only religion justified is Islam. However Islam really appreciates other religion from
the human side.
Keyword: keberagaman, bhineka tunggal ika, tafsir al-azhar

ABSTRAK
Ditulisnya penelitian ini adalah untuk mengetahui konsep keberagaman Bhineka Tunggal Ika dan
penafsiran Buya Hamka tentang ayat-ayat yang menunjukkan keberagaman, baik keberagaman
suku, budaya dan agama. Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan (library research).
Dalam penulisan penelitian ini penulis menggunakan metode maudhu’i, yang menghimpun ayat-
ayat Al-Qur’an yang tersebar pada bagian surat yang berbicara tentang suatu tema. Adapun corak
yang digunakan dalam penafsiran ayat adalah corak al-adabī al-ijtimā’i, dimana penafsirannya
cenderung berkaitan dengan kemasyarakatan dalam bahasa yang mudah dimengerti dan
dipahami. Hasil penelitian dan pembahasan penelitian: (1) secara ekpilisit Bhineka Tunggal Ika
tidak ditemukan dalam penafsiran Buya Hamka, tetapi secara impilist nilai dan keberagaman yang
terkandung dalam Bhineka Tunggal Ika banyak ditemukan dalam penafsiran Buya Hamka, baik
keberagaman sebagai sunnah Allah, keberagaman dalam kesatuan, dan keberagaman dalam
agama dan etnik.(2) menurut Bhineka Tunggal Ika semua agama dibenarkan dengan derajat yang
sama. Tetapi menurut Al-Qur’an agama yang dibenarkan adalah agama Islam. Namun Islam
sangat menghargai agama lain dari sisi kemanusiaan.
Kata Kunci: bhineka tunggal ika, keberagaman, tafsir a-azhar

A. PENDAHULUAN agama, suku, bangsa, bahasa, adat istiadat


Indonesia merupakan negara yang bahkan kulinernya. Dengan berbagai
memiliki beraneka ragam budaya, mulai dari keberagaman, Indonesia memiliki semboyan

1
yaitu Bhineka Tunggal Ika yang berarti menciptakan faham individualis jika masing-
walaupun berbeda-beda namun tetap satu jua. masing individu bisa berdiri sendiri tanpa
Semboyan ini meliputi makna keberagaman, individu yang lain. Tentunya setiap individu
pluralitas dan multikultural dari proses membutuhkan individu yang lain. Manusia
interaksi yang akan melahirkan perpaduan adalah makhluk sosial, karenanya tidak bisa
unsur kebudayaan.(Indah Wahyu Puji Utami hidup tanpa individu lain. Maka dengan
dan Aditya Nugroho Widiadi, 2016) demikian harus saling menghargai
Bhineka Tunggal Ika juga meliputi perbedaan. Contohnya dengan membiarkan
peraturan dan kesatuan yang muncul dalam suku-suku berdiri sendiri. Padahal seperti
pergerakan nasional dan didasari dengan negara Indonesia tidak dapat mengurangi
proses dinamis yang berkelanjutan. Proses eksistensi suku-suku yang ada. Adapun
dinamis ini tentu perlu dipahamkan kepada konsep yang kedua, yaitu pluralitas yang
peserta didik, agar dapat memahami kesatuan merupakan gambaran dari keanekaragaman
dari semboyan ini berdasarkan proses yang yang terjadi karena arus globalisasi.
akan terus berlangsung. Jadi bukan sekedar Contohnya negara Indonesia beraneka ragam
sebagai hasil budaya tetapi sebagai proses dari berbagai aspek seperti agama, bahasa,
yang akan berlanjut sampai masa yang akan budaya, adat istiadat yang diyakini oleh suku-
datang.(Indah Wahyu Puji Utami dan Aditya suku yang ada.(Maya Sari, n.d.)
Nugroho Widiadi, 2016) Kebhinekaan memiliki berbagai macam
Semboyan Bhineka Tunggal Ika ini makna, yaitu keanekaragaman dari segi
memiliki konsep dan prinsip yang tentunya bahasa, suku, budaya dan agama. Bahkan
harus diketahui dan dipahami oleh dijadikan semboyan dalam lambang Garuda
masyarakat Indonesia. Konsep pertama ini Pancasila, yaitu Bhineka Tunggal
adalah pluralisme dan yang kedua adalah Ika.(Ahmad Syarif Maarif, 2015)
pluralitas. Pluralisme merupakan konsep Allah Subhanahu wa Ta’a telah
dasar Bhineka Tunggal Ika yang berarti menjelaskan tentang keberagaman dalam
faham yang akan mengikuti atau tergantung surat Al-Hujurat ayat 13:
dengan entitas yang ada. Serta entitas-entitas ‫اكم ِم ْن ذا اك ٍر اوأُنْثا ٰى او اج اعلْناا ُك ْم‬ ِ ‫اَي أايُّ اها الن‬
ْ ‫َّاس إ ََّّن اخلا ْقنا‬
ُ
ِ ِ ِ ِ ِ
ۚ ‫اكم‬
ْ ‫اَّلل أاتْ اق‬ َّ ‫كم عْن اد‬ ْ ‫وًب اوقاباائ ال لتا اع اارفُوا ۚ إ َّن أا ْكارام‬
‫ُشعُ ا‬
tersebut dapat berdiri sendiri tanpa entitas-
ِ َّ ‫إِ َّن‬
ٌ‫اَّللا اعل ٌيم اخبِي‬
entitas yang lain atau tidak bergantung
dengan entitas yang lain. Faham ini akan

2
Buya Hamka menafsirkan ayat ini terjadi dalam lingkup masyarakat, tentunya
dalam kitab tafsirnya al-Azhar yaitu
dengan bahasa yang mudah
“sesungguhnya kemuliaan pada diri
seseorang bukan terletak pada dimengerti.(Abdurrahman Rusli Tanjung,
keberagaman suku, bahasa atau
2014)
warna kulitnya, tetapi kemuliaan itu
terletak pada kemuliaan hati, Permasalahan yang muncul adalah
kemuliaan budi, kemuliaan perangai
terjadinya perselisihan antar masyarakat yang
dan ketaatan kepada Ilahi. Ayat ini
dimaksudkan untuk menghapus mengutamakan kepentingannya sendiri
perasaan setengah manusia yang
dibandingkan dengan dasar negara Indonesia
hendak menyatakan bahwa dirinya
lebih baik dari yang lain, baik dari yaitu Pancasila. Dengan demikian
segi keturunan, suku, bahasa atau
pentingnya permasalahan ini dan juga belum
adat istiadat.(Buya Hamka, 1989)
adanya pembahasan Bhineka Tunggal Ika
Tafsir al-Azhar adalah tafsir karya Buya dalam Al-Qur’an dalam perspektif ulama
Hamka, seorang mufassir kelahiran tafsir Indonesia maka diangkat tema dengan
Indonesia yang memiliki ide-ide judul “Bhineka Tunggal Ika dan Konsep
pembaharuan yang berkaitan dengan sosial, Keberagaman Dalam Tafsir Al-Azhar”.
budaya, agama dan politik, sehingga
mewarnai penafsirannya. Perujukan ini dapat
B. TINJAUAN PUSTAKA
menimbulkan dua kemungkinan. Pertama,
1. Pengertian Bhineka Tunggal Ika
terjadi pemidahan isi, ide atau gagasan buku
Bhineka Tunggal Ika berasal dari bahasa
tafsir Al-Qur’an berbahasa Arab ke dalam
Jawa Kuno. Bhineka berarti beraneka,
penafsiran Al-Qur’an yang dilakukan oleh
Tunggal berarti satu dan Ika berarti itu.
mufassir berbahasa ‘ajami. Kedua, penerapan
Secara harfiah berarti beraneka satu itu.
metode tafsir atau dasar penafsiran tafsir
(“Bhineka Tunggal Ika,” n.d.)
sumber dalam penafsiran Al-Qur’an yang
Kebhinekaan Indonesia berangkat dari
dilakukan mufassir.(Ratna Umar, 2015)
sebuah realitas geografis dan demografis.
Tafsir karya Buya Hamka ini memiliki
Kemudian secara historis diikat dalam
corak al-adabī al-ijtimā’i yang dikenal
sebuah kontrak politik bersama dari apa yang
dengan corak sosial masyarakat. Jadi corak
dijalankan oleh masyarakat Indonesia saat ini
penafsiran ini menjelaskan ayat-ayat Al-
sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia
Qur’an yang berkaitan dengan kehidupan
(NKRI). Kemajemukan nusantara adalah
sosial masyarakat atau permasalahan yang

3
realitas yang lebih dahulu ada, sebuah sebagainya diatur untuk keselarasan agar
kenyataan pra-republik dan bahkan menjadi identitas negara Indonesia.(Rr.Siti
mendahului kesadaran akan persatuan, Murtiningsih, 2017)
merupakan fakta sejarah yang diketahui 2. Sejarah Bhineka Tunggal Ika
bersama.(Rr.Siti Murtiningsih, 2017) Nama Bhineka Tunggal Ika sudah tidak
Dasar-dasar kenegaraan Republik asing di kalangan orang Indonesia. Nama ini
Indonesia mengakui perbedaan-perbedaan ditemukan dalam buku Sutasomo oleh Mpu
suku dan agama, hal ini sebagaimana dalam Tantular pada abad XIV.(Tim Kerja
Pasal 32 UUD 1945, yang berbunyi Sosialisasi MPR, 2012)
“Kebudayaan bangsa adalah puncak-puncak Pada sidang-sidang BPUPKI, semboyan
kebudayaan didaerah”, serta dalam Pasal 18 Bhineka Tunggal Ika ini menjadi
Bayat 2 yang berbunyi “Negara mengakui perbincangan oleh Muhammad Yamin, I
dan menghormati kesatuan-kesatuan Gusti Bagus Sugriwa dan Bung Karno.
masyarakat hukum adat beserta hak-hak Adapun Bung Hatta berpendapat bahwa
tradisional sepanjang masih hidup dan sesuai Bhineka Tunggal Ika adalah ciptaan Bung
dengan perkembangan masyarakat dan Karno. Sehingga lambang tersebut resmi
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, digunakan pada tanggal 11 Februari 1950
yang diatur dalam Undang-Undang ”. Pada dalam sidang kabinet Republik Indonesia
Pasal 32 ayat 1 ditegaskan bahwa “Negara Serikat yang dipimpin oleh Bung Hatta.
memajemukan kebudayaan nasional Muhammad Yamin juga mengusulkan
Indonesia ditengah peradaban dunia dengan kepada Bung Karno agar Bhineka Tunggal
menjamin kebebasan masyarakat dalam Ika dijadikan sebagai semboyan visi
memelihara dan mengembangkan nilai-nilai negara.(Susi Sumsih, 2019)
budayanya”.(Rr.Siti Murtiningsih, 2017) Semboyan Bhineka Tunggal Ika
Dengan demikian, sifat kemajemukan dimaknai oleh pendiri bangsa dengan
bangsa Indonesia ini sebagaimana yang telah keperluan strategis bangunan Indonesia
diatur dalam Undang-Undang yang merdeka yang meliputi berbagai
merupakan bentuk realisasi dari semboyan kepercayaan, bahasa, budaya dan etnis.
Bhineka Tunggal Ika. Negara Indonesia Sehingga saat merancang lambang NKRI
sebagai sebuah pembangunan politik yang dalam bentuk Garuda Pancasila, semboyan
beragam suku, budaya, karakter dan ini dicantumkan pada lambang negara dalam

4
cengkeraman kedua kaki burung garuda.(Tim mendorong timbulnya persaingan
dan perselisihan. Maka dengan
Kerja Sosialisasi MPR, 2012)
demikian para Rasul diutus agar
3. Keberagaman Manusia Menurut menengahi pertikaian yang terjadi
Mufassir dan Ulama di antara manusia dengan
membimbing ke arah kebenaran
Keberagaman sudah menjadi sunnah
dan kebaikan, serta menjelaskan
Allah (ketetapan Allah) untuk makhluk-Nya kebatilan dan kesesatan”.(Wahbah
al-Zuhaili, 2013)
di alam semesta.(Muhammad Chirzin, 2011).
Pada awalnya umat manusia itu adalah umat Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan
yang satu, sebagaimana dalam firman-Nya makhluk yang bernasab dan bermushahaarah
surat al-Baqarah ayat 213: (hubungan kekeluargaan yang muncul dari
ِ ِِ َّ ِ ‫اكا ان ٱلنَّاس أ َُّمةٌ و‬
‫ٱَّللُ ْٱلنَّبي ان ُمباش ِر ا‬
‫ين‬ ‫ث‬
‫ٰح ادةٌ فابا اع ا‬ satu perkawinan), bersuku-suku, dan
‫ا‬ ُ
ِ ْ ِ‫ب‬ ِ ِ
‫ٱْلا ِق ليا ْح ُك ام باْ ا‬
‫ْي‬ ‫ب‬ ‫اوُمنذ ِري ان اوأ ا‬
‫انزال ام اع ُه ُم ٱلْك ٰتا ا‬
berbangsa-bangsa, yang bertujuan saling
ِ ‫ٱلن‬
‫َّاس‬ mengenal. Bukan untuk saling acuh,
‫ين أُوتُوهُ ِم ْن‬ ِ َّ ِ ِ ِ ‫فِيما ٱخت لا ُفواْ فِ ِيه وما ٱخت لا‬
‫ف فيه إََّّل ٱلذ ا‬ ‫ا ا ْا ا‬ ‫ا ْا‬ mencela, memusuhi atau menghina yang
‫ين‬ ِ َّ َّ ‫ب ع ِد ما جآء ْْتُم ٱلْب يِٰنات ب غْيا ب ي نا هم فاه ادى‬
‫ٱَّللُ ٱلذ ا‬
dapat menimbulkan pertikaian atau
‫ا ْ ا ا ا ُ ا ُ ا ا اْ ُ ا‬
ِ ْ ‫ٱختا لا ُفواْ فِ ِيه ِم ان‬
َّ ‫ٱْلاِق ِبِِ ْذنِهۦۗ او‬
‫ٱَّللُ يا ْهدي‬ ِ ِ
ْ ‫ءا اامنُواْ ل اما‬ perselisihan. Juga tidak pula untuk saling

‫امن يا اشآءُ إِ ا َٰل ِص ٰار ٍط ُّم ْستا ِقي ٍم‬ membangga-banggakan nasab (keturunan),
etnis atau ras. Karena semua itu adalah
Menurut Wahbah al-Zuhaili dalam
kitab tafsirnya al-Munir, bahwa bentuk-bentuk pertimbangan, penilaian dan
“pada dasarnya manusia adalah tolak ukur yang keliru dan bertentangan
makhluk sosial (membutuhkan satu
sama lain), maksudnya Allah telah dengan prinsip kesatuan dan kesamaan asal-
menciptakan manusia sebagai umat usul manusia.(Wahbah al-Zuhaili, 2013)
yang satu, saling berkaitan satu
sama lain. Sulit bagi individu- Ditengah keberagaman ini Islam selalu
individunya untuk hidup di dunia mengajak pada persatuan, baik dengan saling
ini sampai ajal yang ditakdirkan
Allah bagi mereka kecuali dengan mengenal, menghormati, dan tolong-
cara hidup berkelompok dan saling menolong antar suku dan bangsa, bahakan
membantu. Setiap individu tidak
mungkin hidup sendiri tanpa ditengah keberagaman agama pun Islam
membutuhkan individu yang lain. mengajarkan kita bagaimana untuk
Jadi potensi orang-orang lain harus
digabungkan kepada potensi bertoleransi yang tujuannya adalah
dirinya. Dengan demikian, makna mempersatukan umat manusia.
ayat ini adalah manusia diciptakan
dengan memiliki kecendrungan
hidup berkelompok dan hal tersebut

5
Untuk mempersatukan umat manusia Maka dari kesimpulan dari berbagai
ditengah keberagaman perbedaan baik pendapat ulama nusantara tentang Bhineka
agama, suku, kebudayaan dan adat istiadat Tunggal Ika, bahwa para ulama tidak
bukanlah hal yang mudah. Tetapi cara yang mempermasalahkan keberagaman diantara
ampuh untuk mempersatukan umat manusia umat manusia, baik dari aspek suku, ras,
adalah dengan membangun sikap toleransi. maupun dalam memilih agama, akan tetapi
Buya Hamka juga menjelaskan dalam mereka menegaskan untuk bersatu ditengah
tafsirnya bahwa toleransi merupakan sikap keberagaman dengan memberikan sikap
yang menumbuhkan rasa untuk saling toleransi antara satu dengan yang lainnya.
memahami dan bisa menerima perbedaan Sehingga terciptanya hubungan yang
yang ada pada masyarakat. Tujuan khusus harmonis dalam kehidupan.
sikap toleransi ini tentu untuk menciptakan
C. METODE
suasana yang harmonis dan rukun, sehingga
Metode penelitian yang digunakan
terhindar dari perselisihan yang merupakan
adalah library research atau kepustakaan,
akibat dari individualis (mementingkan diri
dimana metode ini mencari data-data yang
sendiri). Adapun tujuan umum dari sikap
berkaitan dengan judul penelitian, kemudian
toleransi ini menciptakan kedamaian dalam
diolah dan disimpulkan dengan metode
tata kehidupan masyarakat.(Asbandi, 2017)
tertentu sehingga dapat menjawab
Dapat dipahami bahwa sikap toleransi
permasalahan yang ada dalam
yang Buya Hamka maksudkan mengarah
penelitian.(Khatbah, 2011)
kepada aspek sosial dan keagamaan. Dalam
Sumber data yang digunakan dalam
aspek sosial sikap toleransi ini dapat
penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu
ditumbuhkan dalam pergaulan, dimana hal
sumber data primer dan sumber data
ini mengutamakan saling menghormati dan
sekunder. Sumber data primer yang menjadi
tidak merendahkan suatu kelompok yang
rujukan utama dalam penelitian ini adalah
memiliki perbedaan. Adapun dalam aspek
buku tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka.
keagamaan, Buya Hamka membatasi hanya
Sedangkan sumber data sekunder yang
pada aspek pergaulan sosial saja, seperti
menjadi pendukung dan pelengkap
menghargai keyakinan agama lain dan
pembahasan penelitian ini seperti buku-buku
menolak toleransi yang berkaitan dengan
tentang NKRI, jurnal penelitian atau artikel.
keyakinan atau akidah Islam.(Asbandi, 2017)

6
Metode tafsir maudhu’i (tematik) gemerlapnya bintang-bintang dan kekuasaan
merupakan metode tafsir yang digunakan Allah yang dapat dijumpai dilingkungan
dalam penelitian ini. Dimana metode ini sekitar. Ayat ini juga menggambarkan
memfokuskan ayat-ayat yang berkenaan pentingnya ilmu pengetahuan agar manusia
dengan judul penelitian, kemudian dianalisis dapat berfikir, sebagaimana yang dijelaskan
serta diberikan solusinya.(Abdul Hayy al- pada ayat sebelumnya. Dengan hal ini,
Farmawi, 2015) Sedangkan corak tafsir yang mengajak manusia untuk memikirkan tanda-
digunakan adalah corak al-Adabī al-Ijtimā’i tanda kekuasaan Allah dan mengajak untuk
yang pembahasan tafsirnya cenderung belajar dengan berbagai cabang ilmu
kepada budaya dan masyarakat.(M. Karman pengetahuan seperti ilmu antropologi, histori,
Supiana, 2002) sosial, dan sebagainya yang akan membawa
kepada ilmu teknologi. Maka dengan
D. HASIL PEMBAHASAN
tafakkur (memikirkan) elemen-elemen yang
1. Keanekaragaman Sebagai
Sunnatullah ada di alam semesta ini akan menambah
Umat manusia memiliki berbagai ragam
keyakinan bahwa ini semua merupakan
tradisi, ras, agama dan budaya yang berbeda-
ciptaan Allah yang Maha Agung dan Maha
beda. Perbedaan ini merupakan sunnah Allah
Sempurna segalanya”.(Buya Hamka, 1989)
atau ketetapan Allah untuk saling mengenal.
Dapat disimpulkan, dalam hal ini Buya
Sebagaimana dalam Al-Qur’an surat al-Rum
Hamka ingin memahamkan dan mengajak
ayat 22
manusia untuk melihat keadaan atau sesuatu
‫ف أالْ ِسناتِ ُك ْم اوأالْ اوانِ ُك ْم‬
ُ ‫اختِ اَل‬ ِ ‫ت اواأل ْار‬ ِ ‫السمو‬ ِِ ِ
ْ ‫ض او‬ ‫اوم ْن ءااياته اخلا اق َّ ا ا‬ yang ada di alam semesta ini dengan
‫ْي‬ ِ ِ ِ ٍ ‫إِ َّن ِِف ذالِ ا‬
‫ك اَليت للْ اعالم ْ ا‬ ْ memikirkannya, bukan hanya sekedar
Buya Hamka berpendapat bahwa makna
melihat. Tetapi keadaan ciptaan Allah yang
ayat ini “Allah memperingatkan tanda-tanda
beraneka ragam ini untuk menciptakan
kebesaran-Nya dan sebagai bukti adanya
suasana yang indah, tentu seluruh ciptaan-
yang Maha Pencipta, Maha Perkasa, Maha
Nya sempurna dan seimbang untuk
Bijaksana, Maha Pengasih dan Maha
kehidupan manusia yang harmonis.
Penyanyang. Pada susunan ayat ini juga
diperintahkan untuk melihat langit dengan
2. Keanekaragaman Dalam Kesatuan
keluasan dan keindahannya dengan awan
Manusia merupakan ciptaan Allah yang
berarak. Kemudian malam langit dihiasi
sempurna dengan agama yang benar yaitu

7
agama Islam sejak diciptakannya Nabi Adam Menghargai perbedaan keyakinan bukan
‘alaihi al-salam sampai Nabi terakhir Nabi berarti semua agama sama dan bukan berarti
Muhammad sallallahu ‘alaihi wa sallam. membenarkan agama-agama selain agama
Manusia dengan berbagai macam karakter Islam. Tentu agama yang benar hanya satu,
dan sifat dapat membuat persaudaraan yang yaitu agama Islam. Dalam surat al-Baqarah
erat ddengan beribadah kepada Allah, ayat 62, Allah berfirman:
ِ َّ ‫إِ َّن الَّ ِذين آمنُوا والَّ ِذين هادوا والنَّصارى و‬
sebagaimana dalam Al-Qur’an surat al-
‫الصابِئ ْ ا‬
‫ْي‬ ‫ْ ا ا ْ ا ْ ا ا ُْ ا ا ا ا‬
‫اج ُرُه ْم‬ ِ ‫اَلخ ِر وعمل‬ ِ ‫من آمن ًِبللِ والْي وِم‬
ْ ‫صاْلاا فالا ُه ْم أ‬
Baqarah ayat 213:
‫ا اا ا ا‬ ْ‫ا ْ ا ا ا ا‬
ِ ِِ َّ ‫ث‬ ِ ‫اكا ان ٱلنَّاس أ َُّمةٌ و‬ ٌ ‫ِعنْ اد ارّبِِ ْم اواَّل اخ‬
‫ٱَّللُ ْٱلنَّبي ان ُمباش ِر ا‬
‫ين‬ ‫ٰح ادة فابا اع ا‬ ‫ا‬ ُ ‫وف اعلاْي ِه ْم اواَّل ُه ْم اَيْازنُ ْو ان‬
‫ْي‬ ِ ِ ِ ٰ ِ ِِ
‫ب بٱْلاق ليا ْح ُك ام باْ ا‬ ‫انزال ام اع ُه ُم ٱلْكتا ا‬ ‫ين اوأ ا‬ ‫اوُمنذر ا‬
Buya Hamka menafsirkan ayat ini
ِ َّ ِ ِ ِ ‫َّاس فِيما ٱخت لا ُفواْ فِ ِيه وما ٱخت لا‬ sebagaimana dalam kitab tafsirnya
‫ف فيه إََّّل ٱلذ ا‬
‫ين‬ ‫اا ْا ا‬ ‫ٱلن ِ ا ْ ا‬ “bahwa makna dari orang yang
ِ ِ
‫ت با ْغياا باْي نا ُه ْم فا اه ادى‬ ُ ‫أُوتُوهُ م ْن با ْعد اما اجآءا ْْتُُم ٱلبا يِٰنا‬ beriman adalah mereka yang
beragama Islam dan yang
ُ‫ٱَّلل‬ ْ ‫ٱختا لا ُفواْ فِ ِيه ِم ان‬
َّ ‫ٱْلا ِق ِبِِ ْذنِِه او‬ ِ
ْ ‫ين ءا اامنُواْ ل اما‬
ِ َّ َّ
‫ٱَّللُ ٱلذ ا‬ mengikrarkan percaya kepada Nabi
‫يا ْه ِدي ام ْن يا اشآءُ إِ ا َٰل ِص ٰار ٍط ُّم ْستا ِقي ٍم‬ Muhammad Sallallahu ‘Alaihi wa
Sallam serta tetap menjadi
Buya Hamka menjelaskan dalam pengikutnya sampai hari kiamat.
tafsirnya bahwa pangkal ayat ini Dalam hal ini, tentu ada balasan bagi
adalah satu dasar ilmu sosiologi yang hamba-hamba Allah yang beriman
ditanamkan oleh Islam, untuk dan mengerjakan amal salih serta
direntang panjang oleh alam fikiran menjauhi apa yang dilarang-Nya
yang cerdas dan sudi menyelidik. dengan balasan pahala yang sesuai
Jika dicermati, manusia merupakan dengan yang telah dikerjakan.
umat yang satu, yang memiliki
berbagai macam perbedaan dari segi Disebutkan dalam ayat ini ada empat
ras, bahasa, budaya, wilayah, namun golongan, yaitu:
dalam perikemanusiaan mereka
adalah satu. Semua manusia tentu a. Orang-orang beriman
cenderung memilih hal yang b. Orang-orang yang jadi Yahudi
bermanfaat dan menjauhi yang
membahayakan.(Buya Hamka, c. Orang-orang Nasrani
1989) d. Orang-orang Shabi’in

3. Keanekaragaman Agama dan Etnik Pertama, orang-orang beriman

Keberagaman agama, seperti Islam, maksudnya adalah mereka yang lebih dahulu

Kristen, Hindu, Budha dan sebagainya menyatakan keislamannya dan mengakui apa

menjadikan umat Muslim sangat menghargai yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad

penganut agama-agama selain agama Islam. Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Mereka yang

8
memperjuangkan keimanannya dan sama- dari sisi Allah bagi keempat golongan
sama menegakkan ajaran Islam bersama tersebut.
Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Sikap toleransi merupakan cara yang
(Buya Hamka, 1989) efektif dalam menciptakan kehidupan yang
Kedua, orang-orang yang jadi Yahudi harmonis. Toleransi adalah kewajiban
maksudnya mereka yang memeluk agama seorang Muslim untuk saling menghargai
Yahudi, yang mana telah diketahui bahwa perbedaan dan dengannya tidak menjadi
nama Yahudi ini diambil dari nama Yahuda, penghalang untuk berbuat kebaikan atau
anak kedua Nabi Ya’kub. Sehingga disebut berlaku adil kepada penganut agama selain
dengan Bani Israil dan lebih dikenal dengan agama Islam. Hal ini dinyatakan dalam
agama “keluarga” dari pada agama untuk firman Allah surat Al-Mumtahanah Ayat 8.
manusia. (Buya Hamka, 1989) (Muhammad Chirzin, 2011)
Ketiga, orang-orang Nasrani. Nama ِ ‫اَّل ي ْن ها ُكم اللة ع ِن الَّ ِذين اَل ي اقاتِلُوُكم ِِف‬
‫الديْ ِن اواَلْ ُُيْ ِر ُج ْوُك ْم ِم ْن‬ ْ ْ ْ ُ ْ ‫ا ا ُ ا ْا‬
Nasrani diambil dari nama sebuah desa ‫ْي‬ ِ ِ
‫ب املُْقسط ْ ا‬ ُّ ‫ِد اَي ِرُك ْم أا ْن تااَبُّْوُه ْم اوتُ ْق ِسطُْوا إِلاْي ِه ْم إِ َّن هللاا َُي‬
ِ
tempat lahir Nabi Isa yaitu desa Nazaret. Sebab turunnya ayat ini disebutkan
Adapun dalam riwayat Ibn Jarir dan Qatadah, dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu
nama Nasrani ini diambil dari nama sebuah Dawud, dijelaskan bahwa setelah perdamaian
desa yaitu desa Nashirah. (Buya Hamka, yang terjadi antara Rasulullah Shallallahu
1989) ‘Alaihi wa Sallam dengan kaum Quraisy, ada
Adapun yang keempat, orang-orang orang-orang Makkah datang ke Madinah
Shabi’in, yaitu dalam riwayat para ahli tafsir untuk bertemu keluarganya disana. Salah
berpendapat bahwa mereka golongan dari satunya adalah Qutailah, beliau adalah istri
orang-orang yang awalnya menganut agama dari sahabat Nabi yaitu Abu Bakar yang telah
Nasrani yang kemudian mendirikan agama diceraikannya pada zaman jahiliyah.
sendiri. Penganut Shabi’in ini masih ada dan Qutailah juga adalah seorang ibu dari Ama’
mereka tinggal di Irak.(Buya Hamka, 1989) binti Abu Bakar, beliau mengunjungi
Dalam ayat tersebut, semua golongan ini Madinah karena rindu dengan Asma’ serta
menjadi satu dan mereka beriman kepada membawakan hadiah untuknya. Awalnya
Allah serta hari akhir dengan mengerjakan Asma’ ragu untuk menerima hadiah tersebut
amal shalih. Maka akan mendapatkan pahala dengan alasan karena ibunya masih jahiliyah.
Kemudian bertanya kepada Rasulullah

9
Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam, sehingga turun awal mulanya Allah menciptakan Nabi Adam
ayat ini. (Buya Hamka, 1989) dan istrinya yaitu Hawa. Kemudian dari
Lafaz ‫ْي‬ ِِ
‫ امل ْقسط ْ ا‬artinya berlaku adil. Lafaz
ُ
pencampuran antara seorang laki-laki dan
perempuan selama 40 hari menjadi nuṭfah.
“qisṭ” memiliki makna luas yaitu mencakup
Kemudian selama 40 hari setelahnya menjadi
pergaulan hidup seperti tetap melakukan
segumpal darah dan selama 40 hari
kebaikan kepada yang bukan beragama
setelahnya menjadi segumpal daging.
Islam. Jika sesorang memberikan hadiah,
Kemudian jadilah manusia yang lahir ke
maka hendaknya untuk memberikan hadiah
dunia dengan berbagai macam rupa, ada yang
kembali. Kemudian jika sedang dalam
memiliki warna kulit coklat atau putih dan
kesulitan, maka hendaknya membantu. (Buya
ada yang berbangsa Asia atau Eropa.
Hamka, 1989)
Kemudian potongan makna potongan
Adapun menurut para ahli tafsir,
ayat selanjutnya yaitu Allah menjadikannya
umumnya berpendapat bahwa ayat ini
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar
maksudnya berlaku seterusnya. Pada zaman
saling mengenal. Buya Hamka menafsirkan
apapun hendaknya tetap melakukan kebaikan
bahwa seorang anak yang sebelumnya belum
dan bersikap sebagaimana yang agama Islam
dapat diketahui warna kulitnya, ketika lahir
ajarkan, seperti jujur, adil, saling membantu
ke dunia barulah tampak jelas warna kulitnya
dan meninggalkan perbuatan-perbuatan
karena pengaruh iklim, udara, letak tanahnya
tercela. Dengan demikian, wajib bagi Muslim
yang menjadikan perbedaan warna kulit di
untuk melaksanakan etika atau adab yang
antara manusia. Kemudian berbagai bahasa
telah diajarkan dalam agama Islam. (Buya
yang digunakan dan mencari tanah yang akan
Hamka, 1989)
digunakan untuk bercocok tanam, sehingga
Kebhinekaan dalam etnis, telah
inilah yang dinamakan berbangsa-bangsa
disebutkan dalam Al-Qur’an bahwa Allah
yang terpecah ke dalam berbagai penjuru
menciptakan manusia dengan berbangsa-
dunia. Adapun suku juga meliputi ruang
bangsa dan bersuku-suku untuk saling
lingkup keluarga, yang terdiri dari seorang
mengenal. Berikut Surat Al-Hujurat Ayat 13:
ayah, ibu, saudara melainkan untuk saling
‫َّاس إِ ََّّن اخلا ْقناا ُك ْم ِم ْن ذا اك ٍر اوأُنْثاى او اج اع ْلناا ُك ْم ُشعُ ْواًب‬‫اَيايُّ اها الن ا‬ mengenal. Akhir ayat ini maksudnya adalah
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ٌ‫اوقاباائ ال لانا اع اارفُ ْوا إ َّن أا ْكارام ُك ْم عنْ اد هللا أاتْ اقا ُك ْم إ َّن هللاا اعلْي ٌم اخبِ ْي‬ kemuliaan sejati yang bernilai di sisi Allah
Buya Hamka menafsirkan sebagaimana
dalam kitab tafsirnya, bahwa maksud ayat ini

10
adalah kemuliaan hari serta ketaatan kepada Tunggal Ika tidak ditemukan di dalam
Allah.(Buya Hamka, 1989) penafsiran Buya Hamka sebagaimana yang
Adapun intisari ayat ini ditujukkan ditulis dalam kitab tafsir Al-Azhar, tetapi
kepada seluruh umat manusia, yang telah secara impilist nilai dan keberagaman yang
Allah ciptakan dengan berbagai suku dan termuat dalam Bhineka Tunggal Ika banyak
bangsa serta dengan beragam nama-nama ditemukan dalam penafsiran Buya Hamka,
yang dengannya dapat memudahkan dan baik keberagaman adalah sebagai sunnah
diketahui sifat-sifatnya. Di hadapan Allah Allah, keberagaman dalam kesatuan, dan
semua manusia sama walaupun dengan keberagaman dalam agama dan etnik.
berbagai macam rupa, tetapi yang Keberagaman agama menurut Bhineka
membedakan antara manusia adalah Tunggal Ika, semua dibenarkan dengan
ketakwaannya. Dengan melaksanakan nilai- derajat yang sama. Tetapi menurut Al-Qur’an
nilai ajaran Islam dalam kehidupan agama yang dibenarkan adalah agama Islam.
bersosialisasi dapat terciptanya kehidupan Hanya saja Islam menghargai sisi
yang harmonis, dinamis dan berlomba-lomba kemanusiaan dengan tidak memaksa setiap
dalam berbuat kebaikan. Kebhinekaan etnis individu untuk masuk Islam.
ini tidak bisa dijadikan alasan untuk berbuat
semaunya atau berperilaku tercela terhadap DAFTAR PUSTAKA
sesama. Justru hal ini mengutamakan unuk Abdul Hayy al-Farmawi. (2015). Skripsi,
saling menjaga tatakrama dimanapun dan Metode Maudhu’i Dalam Tafsir Al-
Qur’an. Universitas Islam Negri Sunan
kapanpun.(Muhammad Chirzin, 2011) Kalijaga.
Abdurrahman Rusli Tanjung. (2014).
E. KESIMPULAN Analisis Terhadap Corak Tafsir Al-
Adaby Al Ijtima’i. analytica islamica, 3,
Setelah menguraikan beberapa ayat yang 163.
berkaitan tentang nilai keberagaman dalam Ahmad Syarif Maarif. (2015). Fikih
Kebhinekaan. Bandung: Mizan.
Bhineka Tunggal Ika, dapat disimpulkan
Asbandi. (2017). Konsep Toleransi Menurut
bahwa Bhineka Tunggal Ika adalah simbol
Buya Hamka Dalam Kitab Tafsir Al-
negara Indonesia, yang mana simbol ini Azhar. Universitas Islam Negri Sunan
Kalijaga.
menggambarkan tentang persatuan bangsa
Bhineka Tunggal Ika. (n.d.). Diambil 23
indonesia yang beragam, baik secara suku, Maret 2020, dari
agama dan ras. Secara ekpilisit Bhineka https://www.gurupendidikan.co.id/bhin
eka-tunggal-ika

11
Buya Hamka. (1989). Tafsir Al-Azhar. Bernegara. Jakarta: Sekretariat Jendral
Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD. MPR RI.
Indah Wahyu Puji Utami dan Aditya Wahbah al-Zuhaili. (2013). Tafsir Al-Munir.
Nugroho Widiadi. (2016). Wacana In Abdul Hayyie al-Kattani dkk (Ed.), 1
Bhineka Tunggal Ika Dalam Teks Buku (hal. 476–477). Depok: Gema Insani.
Sejarah. Pramita, 26, 115.
Khatbah. (2011). Penelitian Pustakaan. Iqra,
5, 38.
M. Karman Supiana. (2002). Ulumul Qur’an.
Bandung: Pustaka Islamika.
Maya Sari. (n.d.). Bhineka Tunggal Ika
Sejarah Peran dan Konsep.
Muhammad Chirzin. (2011).
Keanekaragaman Dalam Al-Qur’an.
Tafsir Hadits, 7, 53.
Ratna Umar. (2015). Tafsir Al-Azhar Karya
Hamka Metode dan Corak
Penafsirannya. Al-Asas, 3, 19.
Rr.Siti Murtiningsih. (2017). Memaknai
Bhineka Tunggal Ika: Peran Filsafat
Dalam Pendidikan MultiKulturalisme.
Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Susi Sumsih. (2019). Konsep Bhineka
Tunggal Ika Dalam Perspektif Tafsir A-
Azhar dan Kontribusinya Bagi Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Universitas Negri Raden Intan
Lampung.
Tim Kerja Sosialisasi MPR. (2012). Empat
Pilar Kehidupan Berbangsa dan

12

Anda mungkin juga menyukai