Anda di halaman 1dari 12

FIQIH MAWARIS DI TURKI

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas matakuliah fiqh mawaris Dosen

pengampuh : Ria Astina, MHI

Disusun oleh :

Kelompok 1
Tia ifanka (2210103008)

Ahul munziri (2210103012)

Indah jupita (2210103016)

Ricky riansyah (2210103018)

Iyah ania (2210103021)

Anggi sawitri (2210103025)

Program studi hukum pidana islam

Fakultas syariah dan hukum

Universitas islam negeri raden fatah palembang

Tahun 2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menulis makalah ini. Dan atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul fiqih mawaris di turki . Penulis berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca.

Penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang membantu


proses penyusunan makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................I
DAFTAR ISI............................................................................................................................II
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..........................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................................1
C. TUJUAN PENULISAN........................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................................2
A. METODE PEMBAHARUAN HUKUM KEWARISAN DI TURKI..................................2
B. UNSUR-UNSUR PEMBAHARUAN DALAM HUKUM WARIS TURKI.......................3
C. FAKTOR YANG MENDASARI INDONESIA DAN TURKI MEMBERLAKUKAN
HUKUM WARIS YANG BERBEDA......................................................................................5
BAB III......................................................................................................................................8
PENUTUP.................................................................................................................................8
A. KESIMPULAN.....................................................................................................................8
B. SARAN................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................9
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Perbedaan kewarganegaraan di antara para pihak yang melakukan suatu hubungan


hukum akan melahirkan persoalan Hukum Perdata Internasional, misalnya terkait waris. Waris
merupakan suatu proses pemindahan atau penerusan harta kekayaan dari satu generasi ke
generasi yang berikutnya.1 Pengaturan hukum waris diatur dalam buku kedua Kitab
UndangUndang Hukum Perdata (KUHPerdata) yakni terkait hukum benda.

Pada dasarnya semua orang dapat menjadi ahli waris dan berhak atas warisan untuk
bagian yang sama besar, tanpa membedakan kewarganegaraan maupun jenis kelaminnya (baik
laki-laki maupun perempuan). Dalam Hukum Perdata Internasional dalam hal ini Hukum
Perdata Nasional Indonesia untuk menentukan hukum mana yang berlaku tentu memerlukan
tentu memerlukan status.

Di indonesia kita sudah tidak asing dengan penerapan hukum mawaris itu sendiri, dan
pada hal ini kita akan membahas mengenai penerapan hukum mawaris di dunia internasional
khususnya di Turki.

B. RUMUSAN MASALAH

1) Bagaimana metode pembaharuan hukum kewarisan di Turki?


2) Bagaimana unsur-unsur pembaharuan dalam hukum waris Turki?
3) Apa saja faktor yang mendasari indonesia dan turki memberlakukan bagian waris yang
berbeda?

C. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan informasi kepada rekan-
rekan kami khususnya mahasiswa dan kepada masyarakat pada umumnya tentang penerapan
fiqih mawaris di Turki dalam matakuliah fiqh mawaris.
BAB II

PEMBAHASAN

A. METODE PEMBAHARUAN HUKUM KEWARISAN DI TURKI1

Sebelum membahas tentang metode pembaharuan hukum keluarga terlebih dahulu akan
penulis paparkan pengertian pembaharuan. Harun Nasution mengindentikkan pembaharuan
dengan "modernisasi“. Dan membagi makna pembaharuan ke dalam dua bagian; pertama, yaitu
ijtihad untuk mendapatkan solusi atas permasalahan-permasalahan baru yang muncul dalam
masyarakat, dan upaya ini dilakukan oleh mujtahid yang muncul dalam setiap generasi umat.
Kedua,melihat pembaharuan dalam konteks sejarah, di mana pada awal abad 19 telah terjadi
perubahan kebudayaan manusia yang sangat mendasar, yakni perubahan dari pola kehidupan
agraris menjadi pola kehidupan industrialis, yang menandai peralihan dari abad pertengahan
ke abad modern.

Pembaharuanitu sendiridapatterjadidalam tiga bentukatau kondisi, yaitu:

1) Apabila hasil ijtihad lama itu adalah salah satu dari sekian keboleh-jadian yang
dikandung oleh suatu teks al Qur‘an dan hadis. Dalam keadaan demikian,
pembaharuan dilakukan dengan mangangkat pula keboleh-jadian lain yang terkandung
dalam al Qur‘an atau hadist tersebut.
2) Bila hasil ijtihad lama didasarkan pada urf setempat, dan bila urf itu sudah berubah,
maka hasil ijtihad lama itupun dapat diubah dengan menetapkan hasil ijtihad baru yang
didasarkan kepada urf setempat yang telah berubah itu.
3) Apabila hasil ijtihad lama ditetapkan dengan kias, maka pembaharuan dapat dilakukan
dengan meninjau kembali hasil ijtihad atau ketentuan-ketentuan yang ditetapkan
dengan kias dengan menggunakan istihsan.

Pembaharuan hukum Islam itu sendiri dimaksudkan agar hukum Islam selalu mampu
merealisasi tujuan syariat Islam semaksimal mungkin, yaitu mampu merealisasi kemaslahatan
hidup manusia di dunia dan di akhirat, dan juga dimaksudkan agar hukum Islam tidak
ketinggalan zaman dan mampu menjawab permasalahan yang dihadapi masyarakat. Adapun

1
Lilik andaryuni, “pembaharuan hukum kewarisan islam di Turki dan Somalia” diakses dari
https://moraref.kemenag.go.id/documents/article/98077985952841827 pada tanggal 24 mei 2023 pukul.
14.53
tujuan pembaharuan hukum keluarga adakalanya adalah untuk unifikasi hukum dan adakalanya
juga untuk meningkatkan status perempuan.

sebagaimana dikutip oleh Khoiruddin Nasution, menyimpulkan bahwa negara negara


muslim menggunakan empat metode dalam melakukan pembaharuan hukum keluarga, yakni
(1) takhayyur, (2) talfiq; (3)siyāsah syar‘iyyah; (4) murni memenuhi kebutuhan sosial dan
ekonomi tanpa mendasarkan sama sekali terhadap alasan mazhab, yang oleh pemikir lain
disebut dengan reinterpretasi naş sesuai dengan tuntutan zaman.

B. UNSUR-UNSUR PEMBAHARUAN DALAM HUKUM WARIS TURKI2

Pembaruan hukum keluarga di negara-negara Islam selalu melahirkan perdebatan di kalangan


modernis-progresif dan tradisionaliskonservatif. Pembaruan hukum keluarga setidaktidaknya
berkaitan dengan materi hukum yang dianggap out of date yang dilakukan dengan metode-
metode tertentu.

Pembaruan hukum keluarga di Turki menarik untuk disingkap lebih lanjut, khususnya
yang berkaitan dengan hukum waris. Salah satu prinsip Undang-undang Sipil Turki adalah
kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, demikian juga dalam kewarisan. Karena prinsip
inilah, maka undang-undang Sipil Turki dalam ketentuan warisnya menetapkan pembagian
yang sama, dalam artian perempuan dan laki-laki mendapatkan bagian yang sama dalam hal
pembagian warisan, bukan lagi dua banding satu, melainkan satu banding satu.

Undang-Undang Sipil yang mulai diberlakukan pada tanggal 4 Oktober 1926 ini antara
lain tentang: menerapkan monogami; melarang poligami dan memberikan persamaan hak
antara pria dan wanita dalam memutuskan perkawinan dan perceraian. Sebagai konsekuensi
dari persaman hak dan kewajiban ini hukum waris “berdasarkan Islam” dihapuskan. Selain itu
undangundang sipil juga memberi kebebasan bagi perkawinan antar agama. Jadi dalam hal
waris, Turki tidak menggunakan hukum Islam sama sekali, akan tetapi menggunakan
undangundang Swis yang memberikan hak yang sama antara laki-laki dan perempuan.

Mengenai waris ini dimuat dalam buku III Undang-undang Hukum Perdata Turki
(Turkish Civil Code). Buku ini sama sekali tidak menyebutkan masalah wasiat, karena
sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa undang-undang ini diadopsi dari Swiss Civil Code

2
Umar faruq thohir, “pembaharuan hukum waris islam di turki” diakses dari
https://ejournal.inzah.ac.id/index.php/assyariah/article/download/121/269 pada tanggal 24 mei 2023 pukul
15.12
(nonislam) yang notabene tidak mengenal istilah wasiat. Sebelum menggunakan
UndangUndang Hukum Perdata Swiss ini, Turki menggunakan hukum waris Islam berdasarkan
mazhab Hanafi, karena mayoritas masyarakat Turki memang menganut mazhab Hanafi.40
Namun, sejak berubah menjadi negara sekular, Turki sedikit pun tidak lagi menggunakan
sistem waris Islam, dan menggunakan sistem waris Hukum Perdata Swiss 1912 tersebut.

Ketentuan yang paling mencolok dalam sistem hukum waris Turki yang baru ini adalah
adanya kedudukan yang sama antara laki-laki dan perempuan dalam perolehan bagian harta
waris. Hal ini sebagai konsekuensi logis adanya kesamaan kedudukan mereka dalam hukum
keluarga secara umum.

Ini dapat dipahami, karena Swis memang menyetarakan hak antara laki-laki dan
perempuan di dalam UndangUndang. Sistem seperti ini berbeda sama sekali dengan sistem
hukum waris Islam yang diambil dari al-Quran, yang menyatakan bahwa bagian laki-laki dua
kali lipat dari bagian perempuan.

Ketetapan ini sudah menjadi ijma’ kalangan ulama mazhab, karena pada umumnya
mereka menganggap bahwa ayat terkait dengan waris merupakan ayat qath’i al-dilâlah yang
sudah diatur secara rinci di dalam Al-Quran. Buku III Turkish Civil Code juga menyebutkan
bahwa anak-anak yang ditinggalkan oleh pewaris, mendapatkan bagian yang sama antara yang
satu dengan yang lain, tidak ada pembedaan bagian berdasarkan gender atau kedudukan anak.
Namun, di dalam undang-undang ini tidak menjelaskan status anak angkat.

Undang-undang hukum waris dalam Turkish Civil Code ini terus digunakan sampai
akhirnya Turki melakukan amandemen yang disetujui oleh Majelis Nasional Turki pada 27
November 2001 dan disosialisasikan melalui Surat Kabar Harian Turki pada 8 Desember 2001.
Amandemen ini memuat 1030 pasal. Isi amandemen ini yang terkait dengan hukum waris di
Turki antara lain:

1) Suami dan Istri mempunyai kedudukan yang sama dalam keluarga, dan salah satu dari
mereka bisa merepresentasikan keluarga di hadapan hukum atau pengadilan.
2) Bagi anggota yang mempunyai gangguan mental, pemabuk, atau kelainan mental
lainnya yang mengancam keluarga, atau orangorang sekitarnya, maka dengan ketetapan
Pengadilan ia dapat di tempatkan di pusat pemulihan (rehabilitasi) untuk mendapatkan
pengobatan dan perlindungan; dan dia juga berhak mendapatkan bagian waris
sebagaimana ahli waris sehat.
3) Apabila ada bagian yang sudah ditentukan, ketentuan tersebut dapat dibatalkan agar
memperluas hak ahli waris yang lain.
4) Dengan mengambil pertimbangan tradisi struktut keluarga di Turki, dalam keadaan apa
pun, bibi atau paman yang mengurusi anak pewaris maka dapat mengambil sebagian
tanah peninggalannya.
5) Apabila Istri atau suami meninggal, untuk menjaga kelangsungan hidup ahli waris yang
ditingglakan, maka suami atau istri yang masih hidup dapat mengklaim warisan yang
ditinggalkan. Apabila alasannya hanya untuk menjaga kelangsungan dan kesejahteraan
pihak pasangan yang ditinggalkan atau ahli waris lain yang sah untuk dapat memiliki
tempat tinggal, maka hal itu dapat dipenuhi sebagai kepemilikan.
6) Apabila harta waris berupa pertanian maka diserahkan kepada ahli waris yang
berkompeten agar dapat menghasilkan profit, berdasarkan permintaan pihak yang
hendak mengelola; dan apabila memungkin untuk dibagi, maka dibagi kepada yang
mampu mengurusinya agar dapat menghasilkan profit.
Apabila kita cermati hasil amandemen di atas, bisa diambil kesimpulan: Pertama, dalam hal
ahli waris, yang menjadi ahli waris adalah keluarga inti, yaitu suami atau istri yang ditinggalkan
dan anak (nuclear family) sedangkan kerabat di luar keluarga inti dapat menjadi ahli waris
apabila berjasa ikut memelihara ahli waris atau harta warisan. Kedua, mengenai status laki-laki
dan perempuan, masih ditetapkan bahwa status laki-laki dan perempuan dalam keluarga sama,
sehingga tidak membedakan mereka dalam perolehan harta peninggalan. Ketiga, Undang-
undang di atas sudah membuat ketentuan tentang harta warisan cash dan dalam bentuk
simpanan. hal ini merupakan suatu bentuk kemajuan hukum waris diera modern seperti
sekarang.

C. FAKTOR YANG MENDASARI INDONESIA DAN TURKI MEMBERLAKUKAN


KETENTUAN WARIS YANG BERBEDA3

Meskipun Indonesia dan Turki merupakan negara yang masing-masing mayoritas


penduduknya muslim, namun kedua negara tersebut memberlakukan ketentuan bagian waris
yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Di mana Indonesia dalam menyelesaikan
masalah waris menggunakan Kompilasi Hukum Islam.

3
Nur kholis, diakses dari http://etheses.iainponorogo.ac.id/1104/1/BAB I-V.pdf pada tanggal 24 mei 2023
pukul 15.49
Dilihat dari ketentuan besarnya bagian-bagian ahli waris yang tertera di dalam
Kompilasi Hukum Islam, ternyata ketentuan itu masih sesuai dengan ketentuan yang baku
berdasarkan syari‟at hukum Islam, terutama dalil-dalil Q.S. an-Nisa‟ ayat 11 dan 12. Karena
itu KHI menentukan bagain waris antara laki-laki dan perempuan dengan bagian 2:1.

Adapun alasan KHI menentukan demikian karena KHI merupakan kompilasi


(kumpulan) dari berbagai 13 kitab fikih klasik yang bernuansa mazhab Syafii. Program
penyusunan KHI sendiri dilakukan dengan beberapa tahap yaitu:

1. Pembahasan Kitab-kitab fikih, minimal 13 macam kitab standar

2. Wawancara dengan para ulama untuk mengetahui pendapat mereka tentang masalah tersebut

3. Menelaah yurisprudensi (putusan-putusan Pengadilan Agama yang sudah dijatuhkan akan


dikaji dan dipilih mana yang diperlukan dan dapat diterapkan)

4. Studi banding. dengan mempelajari bagaimana negara-negara lain memberlakukan hukum


Islam berkenaan dengan bidang-bidang yang akan dikompilasikan di Indonesia. Adapun
negara yang menjadi tujuannya adalah Maroko, Turki, dan Mesir."

Disamping itu dalam lokakarya yang dilakukan setelah draf KHI tersebut selesai
disusun, para peserta lokakarya beragama Islam. Sehingga sangat tidak mungkin
ketentuanketentuan KHI bertentangan dengan hukum Islam. Oleh karena itu, ketentuan bagian
waris dalam Kompilasi Hukum Islam masih sesuai dengan syari'at hukum Islam berdasarkan
dalildalil nagh dan wajib diaplikasikan dalam pembagian warisan oleh warga Indonesia.

Berbeda dengan indonesia, Turki melalui undang-undang hukum sipil menentukan


ketentuan bagian waris antara perempuan dan laki-laki dengan bagian waris 1:1. Alasan yang
melatar belakangi Turki menetukan bagian waris laki-laki dan perempuan 1:1 dikarenakan
Perundangan Turki menetukan bagian waris yang sama dalam prosentasenya antara laki-laki
dan perempuan yang mendasarinya adalah Perundang-undangan Turki merupakan hasil adopsi
Negara Swiss.

Pada tahun 1926 undang-undang pidana dan sipil yang baru di undangkan di Turki.
Undang-undang pidana di ambil dari undang-undang criminal Italy tahun 1889 sedangkan
undang-undang sipil di ambil dari undang-undang sispil Swiss tahun 1912 (keduanya di
terapkan dalam persoalah-persoalan tertentu yang berhungan dengan kondisi sosial orangorang
Turki). Adopsi dari undang-undang sipil asing mengambarkan keputusasan Mustafa Kamal
dengan perbadaan internal dari para ahli hukum agama yang telah gagal dalam usahanya yang
cukup lama untuk menghasilkan sebuah undang-undang yang bersumber dari hukum syariah."

Perundang-undangan Swiss banyak ketentuannya bertentangan dengan hukum Islam


dari beberapa ketentuan yang bertentangan diantaranya waris dan poligami, dalam hal waris
peraturan Swiss menentukan bahwa bagian warisan antara laki-laki dan perempuan sama tidak
2:1 namun 1:1

Tujuan pembaharuan hukum keluarga Turki dalam melakukan pembaharuan hukum


adalah reinterpretasi nash atau ekstra doktrinal reform, yaitu dengan cara memberikan
penafsiran yang baru terhadap nash yang ada dengan memasukkan unsur-unsur dari luar
diantaranya ide sosialisme dan sekularisme.
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Negara yang mayoritas muslim menggunakan empat metode dalam melakukan pembaharuan
hukum keluarga, yakni (1) takhayyur, (2) talfiq; (3)siyāsah syar‘iyyah; (4) murni memenuhi
kebutuhan sosial dan ekonomi tanpa mendasarkan sama sekali terhadap alasan mazhab, yang
oleh pemikir lain disebut dengan reinterpretasi naş sesuai dengan tuntutan zaman.

Khusus dalam pembaharuan hukum waris Turki terdapat unsur-unsur salah satunya adalah
adanya kedudukan yang sama antara laki-laki dan perempuan dalam perolehan bagian harta
waris. Hal ini dikarenakan Perundangan Turki menetukan bagian waris yang sama dalam
prosentasenya antara laki-laki dan perempuan yang mendasarinya adalah Perundang-undangan
Turki merupakan hasil adopsi Negara Swiss.

Beda halnya dengan indonesia yang menyelesaikan masalah waris menggunakan Kompilasi
Hukum Islam. Dilihat dari ketentuan besarnya bagian-bagian ahli waris yang tertera di dalam
Kompilasi Hukum Islam, ternyata ketentuan itu masih sesuai dengan ketentuan yang baku
berdasarkan syari‟at hukum Islam, terutama dalil-dalil Q.S. an-Nisa‟ ayat 11 dan 12. Karena
itu KHI menentukan bagain waris antara laki-laki dan perempuan dengan bagian 2:1.

B. SARAN

Jika terdapat kekurangan dan kesalahan pada makalah ini ,itu kesalahan saya sebagai
penulis. Dan kami membuka lebar saran dan kritik para pembaca untuk makalah ini ,agar
makalah ini dapat berguna baik saya sebagai penulis ataupun pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Andaryuni,lilik . “pembaharuan hukum kewarisan islam di Turki dan Somalia” diakses dari
https://moraref.kemenag.go.id/documents/article/98077985952841827 pada tanggal 24 mei
2023 pukul. 14.53

Thohir,Umar faruq.“pembaharuan hukum waris islam di turki” diakses dari


https://ejournal.inzah.ac.id/index.php/assyariah/article/download/121/269 pada tanggal 24 mei
2023 pukul 15.12 kholis,Nur diakses dari http://etheses.iainponorogo.ac.id/1104/1/BAB I-

V.pdf pada tanggal 24 mei 2023 pukul 15.49

Anda mungkin juga menyukai