Anda di halaman 1dari 72

PSIKOLOGI

PERKEMBANGAN

THINNA NAFTALI WOENARDI, S.Th., M.Pd.

i|Page
THINNA NAFTALI WOENARDI, S.Th., M.Pd.

PSIKOLOGI
PERKEMBANGAN

STTIAA PRESS
Bukit Trawas II Kavling C-108, Ketapanrame,
Kec. Trawas, Mojokerto, Jawa Timur 61375
Telp: 0343-8872452 Fax: 0343-8872452
sttiaa@yahoo.com Website: www.sttiaa.ac.id

ii | P a g e
Sanksi Pelanggaran
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat
(2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan
dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000.000,00 (satu juta), atau pidana
penjara paling lama 7 (Tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.
5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau
menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta
atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

iii | P a g e
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
Thinna Naftali Woenardi , S.Th., M.Pd.

Cetakan Pertama: September

2022 iii,….hal. 72: 16 x 23 cm


ISBN : 978-623-88324-0-8

Redaksi: Sekolah Tinggi Teologi Injili Abdi Allah


Editor : Vinus Zai, M.Th.
Penata Letak : Vinus Zai, M.Th
Gambar dan Sampul : Dr. Ana Budi Kristiani, S.Sn.,
M.M., M.Th.

Hak Cipta dilindungi:


Undang-Undang Pada : Pengarang Hak Penerbit
: STTIAA Press
Dicetak Oleh : STTIAA Press

Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam


bentuk dan dengan cara apapun, termasuk Foto
Copy , tanpa izin tertulis pengarang.

Diterbitkan Oleh: STTIAA PRESS


Bukit Trawas II Kavling C-108,
Ketapanrame,Kec. Trawas, Mojokerto,
Jawa Timur 61375 Telp: 0343-8872452
Fax: 0343-8872452
sttiaa@yahoo.com Website: www.sttiaa.ac.id

iv | P a g e
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ..................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................ 1
PENDAHULUAN .............................................................. 3
BAB 1 PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ........................... 4
A. Mengapa belajar Psikologi Perkembangan? .......... 4
B. Pertumbuhan dan Perkembangan .......................... 4
BAB 2 TAHAPAN DALAM RENTANG KEHIDUPAN ........ 6
A. Teori Tugas Perkembangan ................................... 6
1. Periodisasi berdasarkan Didaktis ........................ 6
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Tugas
Perkembangan .......................................................... 7
B. Bayi dan Awal Masa Kanak-kanak ......................... 7
C. Masa Anak Sekolah ............................................... 8
D. Masa Remaja ......................................................... 9
E. Masa Dewasa ........................................................ 9
F. Masa Dewasa Madya ........................................... 10
G. Masa Dewasa Akhir ............................................. 10
BAB 3 PERKEMBANGAN PRENATAL .......................... 12
A. Periode Prenatal 1 (Konsepsi – 9 bulan dalam
kandungan) ................................................................ 12
1. Tahap Germinal (Periode Zigot dan Ovum)....... 12
2. Tahap Embrio ................................................... 12
B. Tahap Fetus (dari 9 minggu setelah pembuahan
sampai lahir) ............................................................... 13
BAB 4 PERKEMBANGAN NEONATAL.......................... 15
A. Infancy (lahir – 2 minggu) ..................................... 15
1. Pengaruh Kelahiran Terhadap Perkembangan . 15
2. Tahapan Tumbuh Kembang ............................. 16
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh
Kembang ................................................................. 17
v|Page
B. Perkembangan Masa Kanak-Kanak ..................... 18
1. Tugas Perkembangan Masa Kanak-kanak ....... 19
2. Solitary Play, Parallel Play, Assosiative Play,
Make Believe Play, Cooperative Play ...................... 21
C. Penyimpangan Perkembangan Pada Masa Bayi
dan Kanak-kanak ........................................................ 23
1. Kebutuhan Dasar Anak .................................. 23
2. Tiga Jenis Deteksi Dini .................................. 24
3. Anak-Anak Khusus ........................................... 26
BAB 5 PERKEMBANGAN MASA REMAJA (Usia 11/12 –
18 tahun) ....................................................................... 29
A. Definisi ................................................................. 29
1. Karakteristik Masa Remaja ............................... 30
2. Tugas Perkembangan Masa Remaja (11/12 - 18
tahun) ...................................................................... 32
3. Perkembangan Kognitif dan Bahasa ................. 33
4. Perkembangan Emosional ................................ 37
B. Perkembangan Sosial .......................................... 39
BAB 6 PERKEMBANGAN DEWASA AWAL ................. 42
A. Defenisi ................................................................ 42
B. Masa Dewasa Madya ............................................. 44
1. Perubahan Pada Masa Dewasa Madya ............ 45
2. Karakteristik Usia Madya .................................. 45
B. Sosio Emosional Pada Masa Dewasa Akhir ......... 48
1. Teori Sosial Mengenai Penuaan ....................... 48
2. Teori Pemisahan ............................................... 51
3. Teori Aktivitas ................................................... 51
4. Teori Rekonstruksi Gangguan Sosial ................ 52
C. Relasi Keluarga dan Sosial Pada Masa usia Lanjut
53
1. Orang Lanjut Usia Yang Menikah ..................... 53
vi | P a g e
2. Orang Lanjut Usia yang Bercerai dan Menikah
Kembali ................................................................... 53
3. Persahabatan ................................................... 54
4. Menjadi Kakek-Nenek ....................................... 55
4. Kematian dan Saat Sekarat .............................. 58
5. Isu-isu dalam menentukan Kematian ................ 58
6. Keputusan mengenai hidup, mati, dan perawatan
kesehatan ................................................................ 59
7. Berkomunikasi Menjelang Kematian ................. 61
8. Masa Menjanda ................................................ 62
DAFTAR PUSTAKA ....................................................... 63

vii | P a g e
KATA PENGANTAR

Buku ajar Psikologi Perkembangan ini merupakan


bentuk dukungan penulis terhadap kemajuan Pendidikan
di Lembaga Pendidikan dimana Penulis dipercayakan
untuk ambil bagian dalam Pekerjaan Tuhan yang besar
yaitu di STTIAA dengan menjadi pengajar bagi para calon
pengajar atau pendidik, tentunya buku ini diperuntukkan
untuk para calon pengajar atau pendidik yang penulis
ajar. Buku psikologi perkembangan ini ditulis dengan
tujuan supaya para calon pengajar atau pendidik dapat
memahami perkembangan peserta didiknya dari sudut
pandang gejala jiwa peserta didik atau dalam istilah lain
dari sisi psikologisnya. Dengan ditulisnya buku ini dapat
mempermudah para praktisi pendidikan dalam memahami
karakteristik perkembangan peserta didik yang diajar atau
dilayaninya. Kendati demikian, para calon pengajar atau
calon pendidik dan praktisi pendidik dapat tertolong dalam
memberikan materi serta pelayanan terhadap anak didik
yang diajar atau dididiknya. Melalui buku ini pula para
praktisi pendidik, calon pendidik atau pengajar dapat
memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi
peserta didik, karena dengan memiliki pemahaman
tentang psikologi perkembangan yang terjadi pada
peserta didik dapat dipahami terlebih dahulu.

Buku ini penulis bagi dalam beberapa bab. Bab 1


Psikologi Perkembangan, Bab 2 Tahapan Rentang dalam
kehidupan, Bab 3 Perkembangan Prenatal, Bab 4
Perkembangan Neonatal Bab 5 Perkembangan Masa

1|Page
Remaja. Dengan ditulisnya buku psikologi perkembangan
ini penulis berharap dapat memberikan kemudahan bagi
para calon pendidik dan praktisi pendidikan dalam
mengejawantahkan kebutuhannya dalam upaya untuk
memperlengkapi peserta didiknya.

Mojokerto, 16 September 2022

Thinna Naftali Woenardi, S.Th., M.Pd.


Ketua STTIAA

2|Page
PENDAHULUAN

Perkembangan dapat dipahami sebagai suatu


perubahan ke arah yang lebih baik atau kearah
yang lebih maju yaitu menuju terwujudnya
hakekat manusia sebagai ciptaan Allah yang
yang berkualitas dan sempurna. Perkembangan
memiliki sifat holistik atau kompleks yang terdiri
dari berbagai aspek, baik fisik maupun psikis,
terjadi secara bertahap, dan ada variasi individu.
Pada prinsipnya perkembangan merupakan
Never ending process (perkembangan tidak
akan pernah berhenti). Semua aspek
perkembangan saling mempengaruhi, baik itu
aspek emosional, aspek disiplin, aspek agama
dan aspek sosial.
Perkembangan mengikuti pola atau arah
tertentu karena perkembangan individu dapat
terjadi perubahan perilaku yang dapat
dipertahankan atau bahkan ditinggalkan.
Selain hal di atas Perkembangan adalah
perubahan individu baik secara struktur atau
fungsi organ melalui kematangan dan proses
belajar yang terjadi sepanjang hayat hingga
meninggal dunia.
Jadi penting bagi seorang pengajar untuk
memahami tentang psikologi perkembangan dan
menerapkan dalam proses belajar mengajar
demi perubahan, kemajuan dan kualitas peserta
didik.
3|Page
BAB 1
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

A. Mengapa belajar Psikologi


Perkembangan?
Dalam dunia pendidikan, peserta didik, orang
tua, rekan guru, dan guru itu sendiri semua terhubung
satu sama lain dengan satu tujuan yaitu memberikan
pendidikan yang terbaik bagi peserta didik. Proses
belajar dan mengajar membutuhkan kesadaran akan
tugas perkembangan masing-masing pihak yang
terkait, terutama siswa. Dengan memahami teori
psikologi perkembangan diharapkan dapat
membantu, terutama guru dalam menjalin relasi,
memecahkan masalah, dan memperlancar proses
belajar mengajar.

B. Pertumbuhan dan Perkembangan


Perkembangan adalah perubahan individu baik
secara struktur atau fungsi organ melalui kematangan
dan proses belajar yang terjadi sepanjang hayat hingga
meninggal dunia. Sementara itu, pertumbuhan adalah
perubahan atau kenaikan dalam ukuran secara
keseluruhan fisik.

• Pertumbuhan berada pada tahapan


perkembangan. Tetapi tidak semua perkembangan
bisa dikatakan pertumbuhan.

4|Page
• Perkembangan sulit diukur, pertumbuhan terukur
secara kuantitas
• Perkembangan terbatas pada proses involusi,
dimana individu mengalami penurunan dan
perusakan ketika sudah berada pada puncaknya
hingga menuju kematian
• Pertumbuhan menyangkut proses evolusi yang
terus menuju kesempurnaan.

5|Page
BAB 2
TAHAPAN DALAM RENTANG KEHIDUPAN

A. Teori Tugas Perkembangan

Menurut Elizabeth Hurlock (1980), Periodisasi


yang berdasar didaktis tampak sudah lengkap
mencakup sepanjang hidup manusia sesuai dengan
hakikat perkembangan manusia yang berlangsung
sejak konsepsi sampai dengan pembagian
periodisasinya.

1. Periodisasi berdasarkan Didaktis


➢ Masa bayi baru lahir (new born): 0-2 minggu
➢ Masa bayi (babyhood): 2 minggu – 2 tahun
➢ Masa kanak-kanak awal: (early childhood): 6-12
tahun
➢ Masa kanak-kanak akhir (later childhood): 6-12
tahun
➢ Masa puber (puberty) : 11/12 – 15/16 tahun
➢ Masa remaja (adolesence): 15/16-21 tahun
➢ Masa dewasa awal (early adulthood): 21-40 tahun
➢ Masa dewasa madya (middle adulthood): 40 – 60
tahun
➢ Masa usia lanjut (later adulthood): 60 - …
Tugas Perkembangan adalah Tugas-tugas
yang harus diselesaikan individu pada fase-fase atau
periode kehidupan tertentu dan apabila berhasil
mencapainya, akan berbahagia. Tetapi sebaliknya
apabila gagal, akan kecewa dan dicela orang tua atau
6|Page
masyarakat dan perkembangan selanjutnya juga akan
mengalami kesulitan (Robert J. Havighurst). Hurlock
Menyebut tugas-tugas perkembangan sebagai social
expectations. Dalam arti, setiap kelompok budaya
mengharapkan anggotanya menguasai keterampilan
tertentu yang penting dan memperoleh pola perilaku
yang disetujui bagi berbagai usia sepanjang rentang
kehidupan.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Tugas


Perkembangan
1. Kematangan Fisik, misalnya belajar berjalan
karena kematangan otot-otot kaki.
2. Tuntutan masyarakat secara kultural,
misalnya belajar membaca, belajar berhitung
dan belajar berorganisasi.
3. Tuntutan dari dorongan dan cita-cita individu
itu sendiri, misalnya memilih pekerjaan dan
memilih teman hidup.
4. Tuntutan norma agama, misalnya taat
beribadah kepada Allah dan berbuat baik
kepada sesama manusia.

B. Bayi dan Awal Masa Kanak-kanak


1. Tugas Perkembangan :
a) Mencapai stabilitas fisiologik.
b) Membentuk pengertian sederhana tentang
realitas fisik dan sosial.

7|Page
Belajar :
a) Berjalan.
b) Makan makanan padat.
c) Berbicara.
d) Mengendalikan pembuangan kotoran tubuh.
e) Kontak perasaan dengan orang tua,
keluarga, dan orang lain.
f) Mengetahui mana yang benar dan yang
salah serta mengembangkan kata hati.

C. Masa Anak Sekolah


1. Tugas Perkembangan :

a) Pembentukan sikap yang sehat terhadap diri


sendiri sebagai organisme yang sedang
tumbuh.
b) Mengembangkan dasar-dasar kecakapan
membaca, menulis, dan berhitung.
c) Mengembangkan pengertian-pengertian
yang diperlukan guna keperluan kehidupan
sehari-hari.
d) Mengembangkan kata hati moralitas dan
skala nilai-nilai.
e) Mengembangkan sikap sehat terhadap
kelompok dan lembaga-lembaga.

2. Belajar :
a) Belajar ketangkasan fisik untuk bermain.
b) Belajar bergaul yang bersahabat dengan
anak-anak sebaya.

8|Page
c) Belajar peranan jenis kelamin.
d) Belajar membebaskan ketergantungan diri.

D. Masa Remaja
1. Tugas Perkembangan :
a) Menerima keadaan jasmaniah dan
menggunakannya secara efektif.
b) Menerima peranan sosial jenis kelamin
sebagai pria/wanita.
c) Menginginkan dan mencapai perilaku social
yang bertanggung jawab social.
d) Mencapai kemandirian emosional dari orang
tua dan orang dewasa lainnya.
e) Belajar bergaul dengan kelompok anak-anak
wanita dan anak-anak laki-laki.
f) Perkembangan skala nilai.
g) Secara sadar mengembangkan gambaran
dunia yang lebih adekuat.
h) Persiapan mandiri secara ekonomi.
i) Pemilihan dan latihan jabatan.
j) Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.

E. Masa Dewasa
1. Tugas Perkembangan :
a) Mulai bekerja.
b) Memilih pasangan hidup.
c) Belajar hidup dengan suami/istri.
d) Mulai membentuk keluarga.
e) Mengasuh anak.
9|Page
f) Mengelola/mengemudikan rumah tangga.
g) Menerima/mengambil tanggung jawab
warga Negara.
h) Menemukan kelompok sosial yang
menyenangkan.

F. Masa Dewasa Madya


1. Tugas Perkembangan :
a) Menerima dan menyesuaikan diri terhadap
perubahan fisik dan fisiologis
b) Menghubungkan diri sendiri dengan
pasangan hidup sebagai individu
c) Membantu anak-anak remaja belajar
menjadi orang dewasa yang bertanggung
jawab dan berbahagia
d) Mencapai dan mempertahankan prestasi
yang memuaskan dalam karir pekerjaan
e) Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi
waktu senggang yang dewasa
f) Mencapai tanggung jawab sosial dan warga
Negara secara penuh.

G. Masa Dewasa Akhir


1. Tugas Perkembangan :
a) Menyesuaikan diri dengan kondisi fisik dan
kesehatan yang semakin menurun.
b) Menyesuaikan diri dengan situasi pensiun
dan penghasilan yang semakin berkurang.

10 | P a g e
c) Menyesuaikan diri dengan kematian dari
pasangan hidup.
d) Membina hubungan dengan sesama usia
lanjut.
e) Memenuhi kewajiban-kewajiban sosial dan
kenegaraan.
f) Memelihara kondisi dan kesehatan.
g) Kesiapan menghadapi kematian.

11 | P a g e
BAB 3
PERKEMBANGAN PRENATAL

A. Periode Prenatal 1 (Konsepsi – 9 bulan


dalam kandungan)

1. Tahap Germinal (Periode Zigot dan Ovum)


a) Bergabungnya sel sperma dengan sel telur
b) 2 minggu setelah pembuahan, terjadi
pemisahan sel.
1. Blastocyst, lapisan bagian dalam yang
berkembang menjadi embrio
2. Trophoblast, lapisan luar yang menyediakan
gizi dan dukungan bagi embrio
3. Implantation, melekatnya zigot/blastocyst ke
dinding kandungan (uterin lining),
berlangsung sekitar 10 hari setelah
pembuahan

2. Tahap Embrio
a) 2-8 minggu setelah pembuahan
b) Angka pemisahan gen meningkat
c) System dukungan sel terbentuk
d) Organ mulai tampak

1. lapisan embrio :

12 | P a g e
- Lapisan bagian dalam, endoderm adalah
embrio yang berkembang menjadi
system pernafasan dan pencernaan.
- Lapisan bagian luar, mesoderm adalah
lapisan bagian tengah yang akan
menjadi system peredaran darah, tulang,
otot, system pembuangan, system
reproduksi. Ectoderm adalah lapisan
paling luar yang akan menjadi system
saraf, penerima sensor, bagian kulit,
rambut, kuku.

2. Trophoblast

- Plasenta, mensuplai oksigen dan bahan


makanan
- Amniostik, pelindung dari goncangan
fisik dan perubahan temperature
- Tali pusat, penghubung embrio dan
plasenta

B. Tahap Fetus (dari 9 minggu setelah pembuahan


sampai lahir)
- Awal 4 bulan ibu mulai merasakan gerakan.
9-12 minggu bayi mulai menendang,
thumbsuck, membuka mulut, bernafas, jenis
kelamin mulai terlihat
- Awal 7 bulan rambut bayi tumbuh, makin
banyak gerakan, mata berkedip. 13-24
minggu neuron terbentuk, mata sensitive
cahaya, bereaksi terhadap suara. 25-38

13 | P a g e
minggu, lemak bertambah, antibodi
terbentuk, fetus berputar dan siap lahir.

1. Empat hal penting dalam konsepsi

a) Penentuan bakat bawaan


b) Jumlah anak yang dilahirkan
c) Penentuan jenis kelamin
d) Posisi anak

2. Karakteristik Periode Prenatal

a) Bakat bawaan
b) Perkembangan lebih cepat
c) Kondisi ibu
d) Sikap, pola asuh

3. Faktor yang mempengaruhi perkembangan prenatal

a) Kesehatan ibu
b) Pemakaian bahan kimia
c) Keadaan emosi ibu
d) Gizi ibu
e) Usia ibu
f) Bahaya lingkungan

14 | P a g e
BAB 4
PERKEMBANGAN NEONATAL

A. Infancy (lahir – 2 minggu)


a) Periode tersingkat
b) Penyesuaian yang radikal : perubahan suhu udara,
pernafasan, pengisapan dan menelan,
pembuangan
c) Plateau
d) Periode yang berbahaya

1. Pengaruh Kelahiran Terhadap Perkembangan


- Jenis kelahiran : C-Section dan Normal
Delivery
- Macam-macam posisi janin sungsang

15 | P a g e
- Pengobatan Ibu : obat untuk mempercepat
proses kelahiran mengakibatkan bayi
kecenderungan mengalami kuning
- Jangka waktu periode kelahiran

- Post Mature : Rooming In, strategi sekamar


dengan bayi untuk membentuk hubungan
kedekatan emosional
- Sikap orang tua : baby blues

2. Tahapan Tumbuh Kembang


Tahap tumbuh kembang anak secara garis
besar dibagi menjadi dua, yaitu:

16 | P a g e
1. Tahap tumbuh kembang usia 0-6 tahun, terdiri
atas masa prenatal mulai masa embrio (mulai
konsepsi sampai 8 minggu) dan masa fetus (9
minggu sampai lahir), serta masa pascanatal
mulai dari masa neonatal (0-28 hari), masa
bayi (29 hari – 1 tahun), masa anak (1-2
tahun), masa prasekolah (3-6 tahun).
2. Tahap tumbuh kembang usia 6 tahun keatas,
terdiri atas masa sekolah (6-12 tahun) dan
masa remaja (12-18 tahun).

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh


Kembang
Tingkat tercapainya potensi biologik seseorang
merupakan hasil interaksi sebagai faktor yang
saling bekaitan, yang pada dasarnya dapat
diklasifikasikan dalam 3 kelompok yaitu:

1. Faktor genetik
Faktor genetik ini merupakan modal
dasar dalam mencapai hasil akhir proses
tumbuh kembang. Potensi genetik yang
bermutu hendaknya dapat berinteraksi
dengan lingkungan secara positif sehingga
diperoleh hasil yang optimal. Adapun yang
termasuk dalam faktor genetik diantaranya
adalah faktor bawaan yang normal atau
patoloigik, jenis kelamin, suku bangsa atau
bangsa.

17 | P a g e
2. Faktor lingkungan
Berbagai keadaan lingkungan yang
berpengaruh terhadap tumbuh kembang
anak lazim digolongkan menjadi lingkungan
biopsikosial, yang diadalamnya tercakup
komponen biologis (fisis), psikologis,
ekonomi, sosial, politik dan budaya.

3. Faktor perilaku
Keadaan perilaku akan
mempengaruhi pola tumbuh kembang anak.
Perilaku yang sudah tertanam pada masa
anak akan terbawa dalam masa kehidupan
selanjutnya. Belajar sebagai aspek utama
aktualisasi, merupakan proses pendidikan
yang dapat mengubah dan membentuk
perilaku anak. Dorongan kuat untuk
perubahan perilaku dapat diartikan positif
atau negative, bergantung kepada apakah
sifat dorongan tersebut merupakan
pengalaman yang baik, menyenangkan,
menggembirakan atau sebaliknya.
Perubahan perilaku dan bentuk perilaku
yang terjadi akibat pengaruh berbagai faktor
lingkungan akan mempunyai dampak luas
terhadap sosialisasi dan disiplin anak.

B. Perkembangan Masa Kanak-Kanak

Masa kanak-kanak dibagi 2, Kanak-kanak


awal (usia 2-6 tahun) dan Kanak-kanak akhir (usia
18 | P a g e
6-12 tahun). Masa kanak-kanak awal biasa disebut
problem age. Para pendidik biasa menyebut
periode ini sebagai Masa Pra Sekolah.
Para ahli psikologi menyebut periode ini
sebagai
- Usia Kelompok, masa dimana anak-anak
mempelajari dasar-dasar perilaku social sebagai
persiapan kehidupan social yang lebih tinggi yang
diperlukan untuk penyesuaian diri saat mereka
masuk kelas satu.
- Usia Menjelajah/Eksplorasi , anak-anak ingin
mempelajari keadaan lingkungannya,
mekanismenya, perasaannya, dan bagaimana ia
dapat menjadi bagian dari lingkungannya.
- Usia Bertanya, anak banyak bertanya sebagai
salah satu cara menjelajah lingkungan.
- Usia Meniru, anak meniru pembicaraan dan
tindakan orang lain.
- Usia Kreatif, lebih menunjukkan kreativitas dalam
bermain disbanding dengan masa-masa
selanjutnya.

1. Tugas Perkembangan Masa Kanak-kanak


a. Anak-anak belajar:

- Mengerti tentang perilaku seks yang benar


- Membedakan benar dan salah dalam
hubungannya dengan orang-orang di luar
rumah terutama di lingkungan tetangga,
sekolah, dan bermain
- Mengembangkan hati nurani
19 | P a g e
- Memberi dan menerima kasih sayang

b. Tahapan Perkembangan Piaget

- Masa Kana-kanak (2-7 tahun) termasuk dalam


Tahap Pre Operasional. Artinya anak-anak
mempresentasikan dunia dengan kata-kata
dan gambar (symbol). Anak-anak juga masih
dalam tahapan egosentris yang berarti anak-
anak belum mampu memandang dari
perspektif orang lain. Namun anak sudah mulai
bisa berpikir sistematis, melakukan analis dan
sintesis, tetapi terbatas pada bernda dan
peristiwa konkrit. Contohnya adalah
kemampuan anak untuk memiliki “teman
imajinasi”

Di tahapan ini, anak-anak juga pada umumnya mulai


mengembangkan “private speech”. Private speech
merupakan suatu paparan teori perkembangan kognitif
dari Vygotsky, menurutnya private speech adalah
suatu hal yang alami dan penting bagi anak meliputi
berbicara dengan dirinya sendiri. Hal ini akan terjadi
secara alami dan ketika anak mampu melakukannya
tanpa aktivitas verbal, maka anak telah
menginternalisasikan pembicaraan egosentris mereka
dalam bentuk inner speech, yang menjadi pikiran-
pikiran mereka.

20 | P a g e
2. Solitary Play, Parallel Play, Assosiative
Play, Make Believe Play, Cooperative Play
- Solitary Play, tahap bermain balita ini sering
dilakukan oleh balita berusia 2 sampai 3 tahun,
yang kemampuan sosial, kognitif, dan fisiknya
masih berkembang. Yang dimaksud
dengan solitary play atau bermain soliter adalah
asyik bermain sendiri, tanpa menunjukkan
perhatian atau ketertarikan pada apa yang
dilakukan oleh orang lain di sekitarnya. Pada
tahapan ini balita juga belajar cara untuk
menyibukkan diri dan bermain sendiri
- Parallel Play, pada tahap ini anak terlihat bermain
bersama temannya namun sibuk dengan
permainan masing-masing. Namun tahap ini
menandakan tumbuhnya keinginan anak untuk
bermain dengan anak lain, sehingga dapat
mendorong perkembangan sosialnya.
- Assosiative Play, Tahap bermain asosiatif
biasanya dimulai saat balita berusia 3 atau 4 tahun.
Biasanya ditandai dengan adanya interaksi aktif
saat bermain bersama anak lain, tapi masih tidak
fokus pada satu tujuan bersama. Contoh yang
paling mudah dilihat adalah saat balita dan
temannya bermain balok susun bangun bersama,
tapi masing-masing membuat bentuk yang berbeda
dan tidak berhubungan. Tahap bermain asosiatif ini
cukup penting, karena mendorong perkembangan
kemampuan sosial balita seperti kerja sama,

21 | P a g e
pemecahan masalah, serta komunikasi dan
bahasa.
- Make Believe Play, kategori permainan ini ditemui
pada masa anak-anak usia 2 hingga 6 tahun.
Namun pada beberapa anak dimulai usia lebih
muda (sekitar usia 12 bulan). Mereka menampilkan
aktivitas mengangkat mainan telepon dan berkata
"Halo", berpura-pura minum dari mainan cangkir,
atau menyuapi boneka dengan peralatan makan
mainan.
- Cooperative Play, Tahap bermain balita yang
terakhir adalah cooperative play atau bermain
kooperatif, dan biasanya baru mulai terlihat di usia
4 sampai 6 tahun. Saat bermain kooperatif, balita
bermain bersama temannya dengan menggunakan
aturan tertentu untuk mencapai tujuan bersama
atau menyelesaikan tugas khusus. Pada tahap ini,
balita sudah dapat menggunakan semua
kemampuan yang dia pelajari dalam lima tahap
sebelumnya, dan sudah cukup mampu berinteraksi
sosial.

22 | P a g e
C. Penyimpangan Perkembangan Pada
Masa Bayi dan Kanak-kanak

1. Kebutuhan Dasar Anak


Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh
kembang secara umum digolongkan menjadi 3
kebutuhan dasar:

a. Kebutuhan fisik-biomedis (Asuh) Meliputi:


➢ Pangan / gizi
➢ Perawatan kesehatan dasar
➢ Tempat tinggal yang layak
➢ Sanitasi
➢ Sandang
➢ Kesegaran jasmani / rekreasi
b. Kebutuhan emosi / kasih saying (Asih)
Pada Tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan
yang erat, mesra dan selaras antara ibu/ pengganti
ibu dengan anak merupakan syarat yang mutlak
untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras
baik fisik, mental maupun psikososial. Berperannya
dan kehadiran orang tua terutama ibu sedini dan
selanggeng mungkin akan menjalin rasa aman
bagi bayinya. Ini diwujudkan dengan kontak fisik
(kulit / mata) dan spikis sedini mungkin. Kasih
saying dari orang tua akan menciptakan ikatan
yang erat (bonding) dan kepercayaan dasar (basic
trust).

23 | P a g e
c. Kebutuhan akan stimuli mental (Asah)
Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam
proses belajar (pendidikan dan pelatihan) pada
anak. Stimulasi mental inimengembangkan
perkembanga mental psikososial: kecerdasan,
keterampilan, kemandirian, kretivitas, agama,
kepribadian, moral-etika, produktivitas dan
sebagainya.

Deteksi Dini Pertumbuhan dan Perkembangan Anak


adalah sebuah upaya yang dilakukan untuk menemukan
penyimpangan tumbuh kembang anak sedini mungkin.

Cara mengetahui perkembangan anak adalah dengan


mengamati kemampuan/kepandaian anak dalam hal
gerakan kasar, gerakan halus, bahasa, sosialisasi, dan
tumbuh kembang anak.

Denver Developmental Screening Test digunakan untuk


anak yang baru lahir – 6 tahun

1. Dilakukan dengan mengkaji tingkah laku anak,


apakah sesuai dengan tumbuh kembangnya
2. Memperkuat kecurigaan kepada anak yang
mempunyai masalah-masalah khusus
3. Memonitor anak yang beresiko mempunyai
masalah perkembangan
4. Membandingkan tingkah laku anak yang satu
dengan anak lain yang seumuran

2. Tiga Jenis Deteksi Dini


1. Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan

24 | P a g e
a) Pengukuran Berat Badan dan Tinggi Badan,
bertujuan untuk menentukan status gizi
anak (gemuk, normal, kurus, kurus sekali)
b) Pengukuran Lingkar Kepala Anak, bertujuan
untuk mengetahui apakah LKA dalam batas
normal atau tidak normal (makrosefal atau
mikrosefal). Jadwal Pengukuran disesuaikan
dengan umur anak usia 0 – 11 bulan,
pengukuran dilakukan setiap 3 bulan. Usia
12 – 72 bulan pengukuran dilakukan setiap
6 bulan.
2. Deteksi Dini Gangguan Perkembangan Anak Usia
Dini
c) Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
d) Tes Daya Dengar
e) Tes Daya Lihat, dimulai pada usia 3 tahun
dan diulang tiap 6 bulan.
3. Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional
f) Tujuan : Mendeteksi secara dini
penyimpangan mental emosional pada anak
pra sekolah
g) Jadwal : setiap 6 bulan pada umur 36-72
bulan.
h) Alat : Kuesioner masalah mental emosional,
terdiri dari pertanyaan mengenai problem
mental emosional anak umur 36-72 bulan.
i) Ceklis Autis Anak Pra Sekolah bagi anak
usia 18-36 bulan
j) Formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan
Perhatian dan Hiperaktifitas bagi anak usia
36 bulan ke atas.
25 | P a g e
3. Anak-Anak Khusus
a) Tuna Netra, anak-anak yang memiliki masalah
penglihatan hingga kebutaan
b) Tuna Rungu, anak-anak yang memiliki masalah
pendengaran hingga tuli
c) Tuna Grahita, anak-anak yang kemampuan
intelektual dan kognitifnya berada di bawah rata-
rata.

d) Keterlambatan dan Kelainan Bahasa


Orang tua perlu memperhatikan perkembangan
anak lebih lagi jika,
➢ Anak tidak mau tersenyum social sampai usia
10 minggu
➢ Anak tidak mengeluarkan suara sebagai
jawaban pada usia 3 bulan
➢ Tidak ada perhatian sekitar sampai usia 8 bulan
➢ Tidak bicara sampai usia 15 bulan
➢ Tidak mengucapkan 3-4 kata di usia 20 bulan

▪ Jika ini terjadi, anak kemungkinan mengalami


speech delay.
26 | P a g e
e) Anak dengan Kelainan Psikososial berarti,
seseorang yang belum berusia 18 tahun yang
mengalami gangguan dalam proses berpikir,
berperasaan (emosi), berprilaku yang dalam
berinteraksi dengan lingkungan dan sikap
masyarakatnya dapat menemui hambatan yang
menyulitkan untuk berperan sebagai anak,
berpartisipasi penuh dan efektif berdasarkan
kesamaan hak.
f) Gangguan Emosi,
Ada 4 macam klasifikasi umum gangguan emosi
anak antara lain:
1. Ketidakmampuan untuk menunjukkan tingkah laku
yang tepat dalam situasi tertentu.
27 | P a g e
2. Ketidak mampuan untuk membangun hubungan
pertemanan dengan teman sebaya.
3. Mudah merasa deperesi atau cemas hanya karena
alasan-alasan kecil.
4. Memiliki gangguan gejala tertentu saat mengahadapi
masalah. Misal sakit perut jika disuruh maju ke
depan kelas; takut dengan semua orang dengan
kumis atau berewok dan lain sebagainya.
- Gangguan Perhatian
Gangguan perhatian merupakan salah satu tipe
gejala ADHD (Attention Deficit Hyperactivity
Disorder) yang paling umum terjadi. Gangguan
perhatian pada anak sekolah sering disertai
dengan ganggaun lainnya yaitu kurangnya kontrol
emosi. anak cenderung sensitif dan mudah
tersinggung. Saat marah dan emosinya meledak
bisa sampai bertengkar dan menangis. Anak juga
sulit bekerjasama, suka berkomentar dan
membangkang atau mencari alasan, tidak mau
menurut.

28 | P a g e
BAB 5
PERKEMBANGAN MASA REMAJA
(Usia 11/12 – 18 tahun)

A. Definisi
Perkembangan manusia merupakan suatu
proses sepanjang kehidupan dari pertumbuhan dan
perubahan fisik, perilaku, kognitif, dan emosional.
Sepanjang proses ini, tiap individu mengembangkan
sikap dan nilai yang mengarahkan pilihan,
hubungan, dan pengertian (understanding).
(Huberman, 2002)
Salah satu periode dalam perkembangan
adalah masa remaja. Kata remaja (adolescence)
berasal dari kata adolescere (Latin) yang berarti
tumbuh ke arah kematangan (Muss, 1968 dalam
Sarwono, 2011: h.11). Istilah kematangan di sini
meliputi kematangan fisik maupun sosial-psikologis.
Pada tahun 1974, WHO memberikan definisi
konseptual tentang remaja, yang meliputi kriteria
biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Menurut
WHO (Sarwono, 2011), remaja adalah suatu masa di
mana:
1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia
menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya
sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
29 | P a g e
(kriteria biologis)
2. Individu mengalami perkembangan psikologis
dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi
dewasa. (kriteria sosial-psikologis)
3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-
ekonomi yang penuh kepada keadaan yang
relatif lebih mandiri. (kriteria sosial-ekonomi)

1. Karakteristik Masa Remaja


Hurlock (1990) membagi masa remaja
menjadi dua, yaitu masa remaja awal (11/12-16/17
tahun) dan remaja akhir (16/17-18 tahun). Pada
masa remaja akhir, individu sudah mencapai transisi
perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa.
Masa remaja merupakan suatu periode penting
dari rentang kehidupan, suatu periode transisional,
masa perubahan, masa usia bermasalah, masa
dimana individu mencari identitas diri, usia
menyeramkan (dreaded), masa unrealism, dan
ambang menuju kedewasaan. (Krori, 2011)
Menurut Hall (Sarwono, 2011), masa remaja
merupakan masa “sturm und drang” (topan dan
badai), masa penuh emosi dan adakalanya
emosinya meledak-ledak, yang muncul karena
adanya pertentangan nilai-nilai. Emosi yang
menggebu-gebu ini adakalanya menyulitkan, baik
bagi si remaja maupun bagi orangtua/ orang dewasa
di sekitarnya. Namun emosi yang menggebu-gebu
30 | P a g e
ini juga bermanfaat bagi remaja dalam upayanya
menemukan identitas diri. Reaksi orang-orang di
sekitarnya akan menjadi pengalaman belajar bagi si
remaja untuk menentukan tindakan apa yang kelak
akan dilakukannya.
Krori (2011) menyatakan bahwa perubahan
sosial yang penting pada masa remaja mencakup
meningkatnya pengaruh teman sebaya (peer group),
pola perilaku sosial yang lebih matang, pembuatan
kelompok sosial yang baru, dan munculnya nilai-nilai
baru dalam memilih teman dan pemimpin serta nilai
dalam penerimaan sosial.
Minat universal paling penting pada masa
remaja dapat digolongkan menjadi 7 kategori, yaitu:
(Krori, 2011)
1. Minat rekreasi

2. Minat pribadi
3. Minat sosial
4. Minat pendidikan
5. minat vokasional
6. Minat religius
7. Minat dalam simbol status.

31 | P a g e
2. Tugas Perkembangan Masa Remaja (11/12 -
18 tahun)
Menurut Havighurst (Hurlock, 1990),
tugas perkembagan remaja meliputi:
1. Mencapai pola hubungan baru yang lebih
matang dengan teman sebaya yang berbeda
jenis kelamin sesuai dengan keyakinan dan
etika moral yang berlaku di masyarakat.
2. Mencapai peranan sosial sesuai dengan
jenis kelamin, selaras dengan tuntutan
sosial dan kultural masyarakatnya.
3. Menerima kesatuan organ-organ tubuh/
keadaan fisiknya sebagai pria/wanita dan
menggunakannya secara efektif sesuai
dengan kodratnya masing-masing.
4. Menerima dan mencapai tingkah laku sosial
tertentu yang bertanggung jawab di tengah-
tengah masyarakatnya.
5. Mencapai kebebasan emosional dari orang
tua dan orang-orang dewasa lainnya dan
mulai menjadi “diri sendiri”.
6. Mempersiapkan diri untuk mencapai karir
(jabatan dan profesi) tertentu dalam bidang
kehidupan ekonomi.
7. Mempersiapkan diri untuk memasuki dunia
perkawinan dan kehidupan berkeluarga.
8. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem

32 | P a g e
etika sebagai pedoman bertingkah laku dan
mengembangkan ideologi untuk keperluan
kehidupan kewarganegaraannya.

3. Perkembangan Kognitif dan Bahasa


Menurut Jean Piaget, pada masa remaja
perkembangan kognitif sudah mencapai tahap
puncak, yaitu tahap operasi formal (11 tahun -
dewasa) (Gunarsa, 1982); suatu kapasitas untuk
berpikir abstrak, dimana penalaran remaja lebih
mirip dengan cara ilmuwan mencari pemecahan
masalah dalam laboratorium (Berk, 2003).
Mengacu pada teori perkembangan kognitif
dari Piaget, Berk (2003: 244-249)
mengemukakan beberapa ciri dari perkembangan
kognitif pada masa ini sebagai berikut:
• Mampu menalar secara abstrak dalam
situasi yang menawarkan beberapa
kesempatan untuk melakukan penalaran
deduktif hipotetis (hypotetico-deductive
reasoning) dan berpikir proposisional
(propositional thought). Penalaran deduktif
hipotetis adalah suatu proses kognitif, dimana
saat seseorang dihadapkan pada suatu
permasalahan, maka ia memulai dengan
suatu “teori umum” dari seluruh faktor yang
mungkin mempengaruhi hasil dan
menyimpulkannya dalam suatu hipotesis
(atau prediksi) tentang apa yang mungkin
33 | P a g e
terjadi (akibatnya). Berbeda dengan anak
pada tahap operasi konkret, dimana anak
memecahkan masalah dengan memulai dari
realita yang paling nyata sebagai prediksi dari
suatu situasi; jika realita tersebut tidak
ditemukan, maka ia tidak dapat memikirkan
alternatif lain dan gagal memecahkan
masalah (Berk, 2003). Jadi pada tahap
operasi formal ini, remaja sudah bisa berpikir
sistematis, dengan melakukan bermacam-
macam penggabungan, memahami adanya
bermacam-macam aspek pada suatu
persoalan yang dapat diselesaikan seketika,
sekaligus, tidak lagi satu persatu seperti yang
biasa dilakukan pada anak-anak masa
operasi konkret. (Gunarsa, 1982: 160).
• Memahami kebutuhan logis dari pemikiran
proposisional, memperbolehkan penalaran
tentang premis (alasan) yang kontradiktif
dengan realita. Pemikiran proposisional
merupakan karakteristik penting kedua dalam
tahap operasi formal. Remaja dapat
mengevaluasi logika dari proposisi
(pernyataan verbal) tanpa merujuk pada
keadaan dunia nyata (real world
circumstances). Sebaliknya, anak pada tahap
operasi konkret mengevaluasi logika
pernyataan hanya dengan
mempertimbangkan dengan mendasarkan
pada bukti-bukti konkret.
• Memperlihatkan distorsi kognitif yaitu
34 | P a g e
pendengar imajiner/khayal dan dongeng
pribadi (personal fable), yang secara
bertahap akan menurun dan menghilang di
usia dewasa. Kapasitas remaja untuk berpikir
abstrak, berpadu dengan perubahan fisik
menyebabkan remaja mulai berpikir lebih
tentang diri sendiri. Piaget yakin bahwa telah
terbentuk egosentrisme baru pada tahap
operasi formal ini, yaitu ketidakmampuan
membedakan perspektif abstrak dari diri
sendiri dan orang lain (Inhelder & Piaget,
1955/1958, dalam Berk, 2003).
Pendengar imajiner (imaginary
audience) adalah suatu distorsi kognitif,
dimana remaja merasa bahwa dirinya selalu
di atas panggung, menjadi pusat perhatian
orang lain (Elkind & Bowen, 1979, dalam
Berk, 2003). Akibatnya, mereka menjadi
sangat “sadar diri” (extremly self- conscious),
seringkali melakukan berbagai upaya untuk
menghindari keadaan yang dapat
mempermalukan. Tidak mengherankan jika
remaja menghabiskan banyak waktu untuk
memperhatikan detail penampilannya, dan ia
juga sangat sensitif dengan kritik orang-orang
di sekitarnya.
Dongeng pribadi (personal fable)
merupakan distorsi kognitif kedua yang
ditunjukkan oleh remaja. Karena remaja
begitu yakin bahwa dirinya diperhatikan dan
35 | P a g e
dipikirkan orang lain, maka ia
mengembangkan opini yang melambung
tentang betapa pentingnya dirinya. Remaja
merasa bahwa dirinya spesial dan unik.
Beberapa remaja memandang dirinya meraih
pencapaian hebat maupun mengalami
kekecewaan yang sangat mendalam – suatu
pengalaman yang tidak mungkin dipahami
orang lain (Elkind, 1994, dalam Berk, 2003).
Remaja menyimpulkan bahwa orang lain
tidak mungkin dapat memahami pikiran dan
perasaannya.

Sebagaimana dikemukakan Santrock


(2007), remaja menunjukkan perkembangan
bahasa sebagai berkut:
• Terjadi peningkatan penguasaan dalam
penggunaan kata-kata yang kompleks
(Fischer & Lazerson, 1984, dalam Santrok,
2007), dimana remaja menjadi lebih baik dari
anak-anak dalam menganalisis fungsi suatu
kata yang berperan dalam sebuah kalimat.
• Mengalami kemajuan dalam memahami
metafora (perbandingan makna antara dua
hal berbeda, menggunakan suatu kata untuk
makna yang berbeda) dan satir
(menggunakan ironi, cemooh, atau lelucon
untuk mengekspos kekejian atau kebodohan).
• Meningkatnya kemampuan memahami literatur
yang rumit.

36 | P a g e
• Lebih baik dari anak-anak dalam
mengorganisasikan ide untuk menyusun
tulisan; menggabungkan kalimat-kalimat
sehinga masuk akal; dan mengorganisasikan
tulisan dalam susunan pendahuluan, inti, dan
kesimpulan.
• Berbicara dalam kalimat yang mengandung
dialek, yaitu variasi bahasa yang memilki
kosa kata, tata bahasa, atau pengucapan
yang khas (Berko Gleason, 2005, dalam
Santrock, 2007); jargon

4. Perkembangan Emosional
Beberapa ciri perkembangan emosional pada
masa remaja adalah: (Zeman, 2001)
• Memiliki kapasitas untuk mengembangkan
hubungan jangka panjang, sehat, dan
berbalasan. Kemampuan ini akan diperoleh
jika individu memiliki dasar yang telah
diperoleh dari perkembagan sebelumnya,
yaitu trust, pengalaman positif di masa lalu,
dan pemahaman akan cinta.
• Memahami perasaan sendiri dan memiliki
kemampuan untuk menganalisis mengapa
mereka merasakan perasaan dengan cara
tertentu.
• Mulai mengurangi nilai tentang penampilan dan
lebih menekankan pada nilai kepribadian.

37 | P a g e
• Setelah memasuki masa remaja, individu
memiliki kemampuan untuk mengelola
emosinya. Ia telah mengembangkan kosa
kata yang banyak sehingga dapat
mendiskusikan, dan kemudian
mempengaruhi keadaan emosional dirinya
maupun orang lain. Faktor lain yang berperan
secara signifikan dalam pengaturan emosi
yang dilakukan remaja adalah meningkatnya
sensitivitas remaja terhadap evaluasi yang
diberikan orang lain terhadap mereka, suatu
sensitivitas yang dapat memunculkan
kesadaran diri. Menurut David Elkind
(Zeman, 2001) menggambarkan remaja
menunjukkan seolah-olah mereka berada di
hadapan audience imajiner yang mencatat
dan mengevaluasi setiap tindakan yang
mereka lakukan. Dengan demikian, remaja
menjadi sangat sadar akan dampak dari
ekspresi emosional mereka terhadap
interaksi sosial.
• Gender berperan secara signifikan dalam
penampilan emosi remaja. Laki-laki kurang
menunjukkan emosi takut selama distres
dibandingkan dengan perempuan. Hal ini
didukung oleh keyakinan pada laki-laki
bahwa mereka akan kurang dimengerti dan
dikecilkan/diremehkan oleh orang lain bila
menunjukkan emosi agresif dan mudah
diserang (vulnerable).

38 | P a g e
B. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial dan emosional
berkaitan sangat erat. Baik pengaturan emosi
(berada dalam kendali emosi) maupun ekspresi
emosi (komunikasi efektif tentang emosi)
dierlukan bagi keberhasilan hubungan
interpersonal. Selanjutnya, kemajuan
perkembangan kognitif meningkatkan kualitas
hubungan interpersonal karena membuat remaja
mampu memahami dengan lebih baik keinginan,
kebutuhan, perasaan, dan motivasi orang lain.
Karena itulah, tidak mengherankan, dengan
makin kompleksnya pikiran, emosi, dan identitas
pada masa remaja, hubungan sosialnya pun
makin kompleks (Oswalt, 2010)
Pada masa ini, remaja menunjukkan
beberapa ciri: (Oswalt, 2010)
• Keterlibatan dalam hubungan sosial pada masa
remaja lebih mendalam dan secara emosional
lebih intim dibandingkan dengan pada masa
kanak-kanak.
• Jaringan sosial sangat luas, meliputi jumlah
orang yang semakin banyak dan jenis hubungan
yang berbeda (misalnya dalam hubungan dengan
teman sekolah untuk menyelesaikan tugas
kelompok, berinteraksi dengan pimpinan dalam
cara yang penuh penghormatan).

39 | P a g e
• Menurut Erikson, dalam perkembangan
psikososial, remaja harus menyelesaikan krisis
yang terjadi pada masa remaja. Istilah krisis
digunakan oleh Erikson untuk menggambarkan
suatu rangkaian konflik internal yang berkaitan
dengan tahap perkembangan; cara seseorang
mengatasi krisis akan menentukan identitas
pribadinya maupun perkembangannya di masa
datang.
Pada masa remaja, krisis yang terjadi
disebut sebagai krisis antara identitas versus
kekaburan identitas. Krisis menunjukkan
perjuangan untuk memperoleh keseimbangan
antara mengembangkan identitas individu yang
unik dengan “fitting-in” (kekaburan peran tentang
“siapa saya”, “apa yang akan dan harus saya
lakukan dan bagaimana caranya”, dan
sebagainya). Jika remaja berhasil mengatasi
krisis dan memahami identitas dirinya, maka ia
akan dengan mudah membagi “dirinya” dengan
orang lain dan mampu menyesuaikan diri (well-
adjusted), dannpada akhirnya ia akan dapat
dengan bebas menjalin hubungan dengan orang
lain tanpa kehilangan identitas dirinya.
Sebaliknya, jika remaja gagal mengatasi krisis, ia
akan tidak yakin tentang dirinya, sehingga akan
terpisah dari hubungan sosial, atau bisa jadi
justru mengembangkan perasaan berlebih-
lebihan tentang pentingnya dirinya dan kemudian
mengambil posisi sebagai ekstremis. Jika ia

40 | P a g e
masuk pada kondisi ini, maka ia tidak akan
mampu menjadi orang dewasa yang matang
secara emosi.

41 | P a g e
BAB 6
PERKEMBANGAN DEWASA AWAL

A. Defenisi

Istilah adult berasal dari kata kerja Latin,


seperti juga istilah adolescence- adolescere yang
berarti tumbuh menjadi kedewasaan. Akan tetapi,
kata adult berasal dari bentuk lampau kata kerja
adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan
dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi
dewasa. Jadi, orangdewasa adalah individu yang
telah menyelesaikan pertumbuhannya
dansiapmenerima kedudukan dalam masyarakat
bersama dengan orang dewasa lainnya. Masa
dewasa awal dimulai pada usia 18 tahun sampai 40
tahun, saat perubahan - perubahan fisik dan
psikologis yang menyertai berkurangnya
kemampuanreproduktif (Hurlock, 2009).

42 | P a g e
Teori Perkembangan Erikson

Perkembangan sosial masa dewasa awal adalah


puncak dari perkembangan sosial masa dewasa.
Dewasa awal merupakan masa permulaan dimana
seseorang mulai menjalin hubungan secara intim dengan
lawan jenisnya. Dari segi fisik, masa dewasa awal
adalah masa puncak perkembangan fisik. Segi
emosional, pada masa dewasa awal adalah masa
dimana motivasi untuk meraih sesuatu sangat besar
yang didukung oleh kekuatan fisik yang prima.

1. Ciri Perkembangan Masa Dewasa Awal


1. Berorientasi pada tugas

2. Memiliki tujuan yang jelas dan kebiasaankerja yang


efisien

3. Mengendalikan perasaan pribadi, mampu bersikap


objektif, dan menerima kritik dan saran

4. Usia reproduktif, masa komitmen

5. Usia memantapkan letak kedudukan

6. Usia Banyak Masalah

7. Usia tegang dalam hal emosi

8. Masa keterasingan sosial

2. Tugas Perkembangan Masa Dewasa Awal


1. Belajar hidup bersama dengan suami istri

43 | P a g e
2. Mulai hidup dalam keluarga atau hidup
berkeluarga dan mengelola rumah tangga
3. Mulai bekerja dalam suatu jabatan
4. Mulai bertanggungjawab sebagai warga Negara
secara layak
5. Memperoleh kelompok sosial yang seirama
dengan nilai-nilai pahamnya

3. Tantangan Masa Dewasa Awal


1. Penentuan identitas diri ideal VS kekaburan
identitas.
Dewasa awal merupakan kelanjutan dari masa
remaja. Penemuan identitas diri adalah hal yang
harus pada masa ini. Jika masa ini bermasalah,
kemungkinan individu akan mengalami
kekaburan identitas.
2. Kemandirian VS tidak mandiri.
3. Sukses meniti jenjang pendidikan dan karir VS
gagal menempuh jenjang pendidikan dan karir.
4. Menikah VS tidak menikah (lambat menikah).
5. Hubungan sosial yang sehat VS menarik diri.

B. Masa Dewasa Madya


Menurut Hurlock, usia dewasa Madya adalah 40-60
tahun. Pada masa dewasa madya, individu melakukan
penyesuaian diri secara mandiri terhadap kehidupan
dan harapan social. Menurut Erikson, usia Madya
merupakan masa kritis dimana baik
generativitas/kecenderungan untuk menghasilkan dan
stagnasi atau kecenderungan untuk tetap berhenti akan

44 | P a g e
dominan.

1. Perubahan Pada Masa Dewasa Madya


1. Biologis, melihat dan mendengar adalah
perubahan yang paling tampak pada masa
dewasa madya.
2. Kognitif, kemunduran daya ingat, lebih besar
terjadi pada memori jangka panjang.
3. Karir, tidak banyak yang mengalami perubahan
pekerjaan pada masa paruh baya, kecuali jika
karena dipecat atau karena motivasi sendiri.
4. Psikososial, pernikahan dan hidup berkeluarga,
keintiman dan generativitas.
5. Waktu luang, paruh kehidupan mungkin suatu
waktu khusus yang penting untuk waktu luang
karena persiapan untuk pengunduran diri dari
aktivitas.
6. Agama, lebih tertarik pada kegiatan keagamaan
daripada periode perkembangan sebelumnya.
Mungkin karena banyaknya waktu luang.

2. Karakteristik Usia Madya


1. Periode yang sangat ditakuti, terdapat
kepercayaan tradisional dimana pada masa ini
terjadi kerusakan mental, fisik dan reproduksi
yang berhenti serta merasakan bahwa
pentingnya masa muda.
2. Masa Transisi, perubahan pada ciri dan perilaku
masa dewasa yaitu perubahan pada ciri jasmani
dan perilaku baru. Pada pria terjadi perubahan
45 | P a g e
keperkasaan dan pada wanita terjadi perubahan
kesuburan atau menopause.
3. Masa Stress, penyesuaian secara radikal
terhadap peran dan poal hidup yang berubah
terutama karena perubahan fisik dimana terjadi
pengrusakan homeostatis fisik dan psikologis.
Pada wanita terjadi pada usia 40-an yaitu masuk
menopause dan anak-anak meninggalkan rumah
dan pada pria. Ini terjadi pada usia 50-an saat
masuk pensiun. disertai berbagai perubahan fisik.
Stres somatik, stress budaya, stres ekonomi, dan
stress psikologis.
4. Usia yang Berbahaya, terjadi kesulitan fisik
dimana usia ini banyak yang bekerja, cemas
yang berlebihan, kurang perhatian terhadap
kehidupan dimana hal ini dapat mengganggu
hubungan suami-isteri dan bisa terjadi
perceraian, gangguan jiwa, alkoholisme, pecandu
obat, hingga bunuh diri.
5. Usia Canggung, serba canggung karena bukan
“muda” lagi dan bukan juga ”tua”. Kelompok usia
madya seolah berdiri diantara generasi
pemberontak yang lebih muda dan generasi
senior.
6. Masa yang Berprestasi, sejalan dengan masa
produktif dimana terjadi puncak karir. Menurut
Erikson, usia madya merupakan masa krisis yaitu
generativity (cenderung untuk menghasilkan) vs
stagnasi (cenderung untuk tetap berhenti) dan
dominan terjadi hingga menjadi sukses atau
sebaliknya. Peran kepemimpinan dalam
46 | P a g e
pekerjaan merupakan imbalan dan prestasi yang
dicapai yaitu generasi pemimpin.
7. Masa Evaluasi, terutama terjadi evaluasi diri. Jika
berada pada puncak evaluasi maka terjadi
evaluasi prestasi.
8. Dievaluasi dengan standar ganda, (1). Aspek
yang berkaitan dengan perubahan jasmani yaitu
rambut menjadi putih, wajah keriput, otot
pinggang mengendur; (2). Cara dan sikap
terhadap usia tua yaitu tetpa merasa muda dan
aktif menjadi tua dengan anggun, lambat, hati-
hati hidup dengan nyaman.
9. Masa Sepi, masa sepi atau empty nest terjadi jika
anak-anak tidak lagi tinggal dengan orang tua.
Lebih terasa traumatik bagi wanita khususnya
wanita ynag selama ini mengurus pekerjaan
rumah tangga dan kurang mengembangkan
minat saat itu. Pada pria mengundurkan diri dari
pekerjaan.
10. Masa Jenuh, pada pria jenuh dengan kegiatan
rutin dan kehidupan keluarga dengan sedikit
hiburan. Pada wanita jenuh dengan urusan
rumah tangga dan membesarkan anak.
(Source :
https://www.psychologymania.com/2012/09/karakteristik-
dewasa-madya.html)

47 | P a g e
B. Sosio Emosional Pada Masa Dewasa
Akhir

Beberapa teori yang berkaitan dengan


perkembangan sosio emosional pada masa dewasa
akhir.

1. Teori Sosial Mengenai Penuaan


Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan
proses penuaan yaitu proses interaksi sosial,
teori penarikan diri, teori aktivitas, teori
kesinambungan, teori perkembangan dan teori
stratifikasi usia (Maryam, dkk, 2008).
a. Teori Interaksi Sosial
Teori ini menjelaskan mengapa usia lanjut
bertindak kepada suatu situasi tertentu, yaitu
atas dasar hal - hal yang dihargai masyarakat.
Kemampuan usia lanjut untuk terus menjalini
interaksi sosial merupakan kunci
mempertahankan status sosialnya
berdasarkan kemampuan bersosialisasi. Pada
usia lansia kekuasaan dan prestisenya
berkurang, sehingga menyebabkan interaksi
sosial mereka juga berkurang yang tersisa
adalah harga diri (Maryam, dkk, 2008).
b. Teori Penarikan Diri
Teori ini membahas putusnya pergaulan atau
hubungan dengan masyarakat dan

48 | P a g e
kemunduran individu dengan individu lainnya.
Dengan bertambahnya usia lanjut, ditambah
dengan adanya kemiskinan, usia lanjut secara
berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya atau menarik diri dari
pergaulan sekitarnya. Hal ini menyebabkan
interaksi sosial usia lanjut menurun, baik
secara kualitas maupun kuantitas sehingga
sering usia lanjut mengalami kehilangan
peran, hambatan kontak sosial dan
berkurangnya komitmen (Nugroho, 2008).
c. Teori Aktivitas
Teori aktivitas tidak menyetujui teori
disagement dan menegaskan bahwa
kelanjutan dewasa tengah penting untuk
keberhasilan penuaan. Usia lanjut yang
sukses adalah mereka yang aktif dan banyak
ikut serta dalam kegiatan sosial. Usia lanjut
akan merasa puas bila dapat melakukan
aktivitas dan mempertahankan aktivitas
tersebut selama mungkin (Nugroho, 2008)
d. Teori Kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya
kesinambungan dalam siklus kehidupan usia
lanjut. Pengalaman hidup seseorang pada
suatu saat merupakan gambaran kelak pada
saat menjadi usia lanjut. Pada teori
kesinambungan ini pergerakan dan proses
banyak arah, bergantung dari bagaimana
penerimaan seseorang terhadap status
kehidupannya. Pokok - pokok pada teori
49 | P a g e
kesinambungan ini adalah, a) Usia lanjut
disarankan untuk melepaskan peran atau
harus aktif dalam proses penuaan, b) Peran
usia lanjut yang hilang tidak perlu diganti, dan
c) Usia lanjutnberkesempatan untuk memilih
berbagai macam cara untuk beradaptasi
(Maryam, dkk. 2008).
e. Teori Perkembangan
Teori ini menekankan pentingnya mempelajari
apa yang telah dialami oleh usia lanjut pada
saat muda hingga dewasa. Erickson (1930),
membagi kehidupan menjadi delapan fase,
yaitu: a) Usia lanjut yang menerima apa
adanya, b) Usia lanjut yang takut mati, c) Usia
lanjut yang merasakan hidup penuh arti,nd)
Usia lanjut menyesali diri, e) Usia lanjut
bertanggung jawab dengan merasakan
kesetiaan, f) Usia lanjut yang kehidupannya
berhasil, g) Usia lanjut merasa terlambat
untuk memperbaiki diri dan h) Usia lanjut yang
perlu menemukan integritas diri melawan
keputusasaan (Maryam, dkk, 2008).
f. Teori Stratifikasi Usia
Keunggulan teori ini adalah pendekatan yang
dilakukan bersifat deterministik dan dapat
dipergunakan untuk mempelajari sifat usia
lanjut secara kelompok atau bersifat makro.
Kelemahan pada teori ini adalah tidak dapat
dipergunakan untuk menilai usia lanjut secara
perorangan (Stanley, 2006).

50 | P a g e
2. Teori Pemisahan
Teori ini menyatakan bahwa orang-orang dewasa
lanjut secara perlahan-lahan menarik diri dari
masyarakat, tetapi masyarakat juga menjauh dari
mereka. Menurut teori ini, orangorang dewasa
lanjut mengembangkan suatu kesibukan
terhadap dirinya sendiri (self-preoccupation),
mengurangi hubungan emosional dengan orang
lain, dan menunjukan penurunan ketertarikan
terhadap berbagai persoalan kemasyarakatan.
Penurunan interaksi sosial dan peningkatan
kesibukan terhadap diri sendiri dianggap mampu
meningkatkan kepuasan hidup di kalangan
orang-orang dewasa lanjut. Teori pemisahan
meramalkan bahwa rendahnya semangat juang
akan mengiringi aktivitas yang tinggi, bahwa
pemisahan tidak dapat dihindari, dan bahwa
pemisahan dicari-cari oleh orang usia lanjut.
Teori pemisahan tampak keliru. Serangkaian
penelitian gagal mendukung pendirian ini. Ketika
individu hidup secara aktif, energik, dan produktif
sebagai orang dewasa lanjut.

3. Teori Aktivitas
Teori ini menyatakan bahwa semakin orang-
orang dewasa lanjut aktif dan terlibat, semakin
kecil kemungkinan mereka menjadi renta dan
semakin besar kemungkinan mereka merasa
puas dengan kehidupanya. Teori aktivitas ini

51 | P a g e
menyatakan bahwa individu-individu seharusnya
melanjutkan peran-peran masa 19 dewasa
tengahnya di sepanjang masa dewasa akhir, jika
peranperan itu dari mereka. Penting bagi mereka
untuk menemukan peran-peran pengganti yang
akan memelihara keaktifan dan keterlibatan
mereka di dalam aktivitas-aktivitas
kemasyarakatan.

4. Teori Rekonstruksi Gangguan Sosial

Teori ini menyatakan bahwa penuaan


dikembangkan melalui fungsi psikologis negative
yang dibawa oleh pandanganpandangan negatif
tentang dunia sosial dari orang-orang dewasa
lanjut dan tidak memadainya penyediaan layanan
untuk mereka. Rekonstruksi sosial dapat terjadi
dengan merubah pandangan dunia sosial dari
orang-orang dewasa lanjut dan dengan
menyediakan sistem-sistem yang mendukung
mereka.
Ageism adalah bentuk diskriminasi lingkungan
sekitar terkait dengan usia seseorang.
Menurut World Health Organization (WHO), ageism
adalah bentuk stereotip dan diskriminasi terhadap
seseorang atau kelompok berdasarkan usianya.
Bagaimana pendapat Anda tentang korelasi antara
usia lansia dan kemiskinan? Apa penyebabnya?

52 | P a g e
C. Relasi Keluarga dan Sosial Pada Masa
usia Lanjut

1. Orang Lanjut Usia Yang Menikah


Masa antara pensiun dan kematian kadang disebut
sebagai “tahap terakhir dari proses pernikahan” .
Gambaran pernikahan dalam kehidupan orang
lanjut usiaumumnya positif (Peek, 2009). Sebuah
penelitian mengungkapkan bahwa kepuasan
pernikahan lebih tinggi pada orang lanjut usia dari
pada orang paruh baya (Henry & kawan-kawan,
2007). Dalam penelitian ini , orang lanjut usia
menganggap pasangannya lebih ramah dari pada
orang paruh baya. Individu yang menikah atau
memiliki pasangan dimasa dewasa akhir biasanya
lebih bahagia dan hidup lebih lama dibanding
mereka yang hidup sendiri (Manzoli & kawan-
kawan, 2007) disamping itu sebuah studi
longitudinal yang dilakukan barubaru ini terhadap
orang-orang berusia 75 tahun keatas,
mengungkapkan bahwa dalam jangka waktu 7
tahun, jumlah kematian diantara individu-individu
yang menikah cenderung lebih sedikit dibandingkan
individu yang tidak menikah (Rasulo, Christensen,
& Tomassini, 2005)

2. Orang Lanjut Usia yang Bercerai dan Menikah


Kembali
Perceraian yang terjadi diantara orang-orang lanjut
usia memberikan dampak sosial, finansial, dan fisik

53 | P a g e
terhadap mereka (Mitchel, 2007). Perceraian dapat
memperlemah ikatan kekekeluargaan apabila hal ini
terjadi diusia lanjut, khususnya pada laki-laki
(Cooney, 1994). Dibandingkan wanita yang
menikah, wanita lanjut usia yang bercerai
cenderung kurang memiliki sumber daya finansial
yang memada. Disamping itu, pada orang-orang
yang lebih muda, perceraian berkaitan dengan
kesehatan yang lebih banyak pada orang-orang
lanjut usia (Lillard & Waite, 1995). Para peneliti
telah menemukan bahwa beberapa orang lanjut
usia mengalami tekanan sosial yang negatif
terhadap keputusannya untuk menikah kembali.
Sangsi-sangsi negatif ini berkisar dari kemarahan
hingga penolakan dari anak-anaknya yang telah
dewasa. Meskipun demikian, mayoritas anak-anak
dewasa mendukung keputusan orang tuanya uang
telah lanjut usia untuk menikah kembali. Para
peneliti menemukan bahwa para orang tua yang
menikah kembali dan para orang tua angkat kurang
memberikan pada anakanak angkat yang telah
dewasa, dibandingkan orang tua dipernikahan
pertama (White, 1994).

3. Persahabatan
Laura Cartense (1998) menyimpulkan bahwa ketika
memasuki usia lanjut, orang-orang cenderung
memilih kawan dekat disbanding kawan baru.
Bahwasanya disbandingkan orang dewasa muda,
orang lanjut usia mengalami emosi positif yang
kurang intensif terhadap teman baru, namun
54 | P a g e
sebaliknya terhadap teman lama (Charles & Piazza,
2007). Sebuah studi yang dilakukan terhadap 128
orang lanjut usia yang menikah, wanita cenderung
lebih depresi dibandingkan laki-laki apabila mereka
tidak memiliki sahabat; dan para wanita yang
memiliki sahabat tingkat depresinya lebih rendah
(Antonucci, Lansford & Akiyama, 2001)

4. Menjadi Kakek-Nenek
Karena usia harapan hidup meningkat , saat ini
jumlah kakek nenek buyut lebih banyak. Meskipun
memasuki abad ke-20, keluarga dengan tiga
generasi merupakan hal yang banyak dijumpai ,
namun kini kondisi keluarga dengan empat
generasi juga banyak dijumpai. Salah satu
kontribusi kakek nenek buyut adalah melestarikan
sejarah keluarga, yang dilakukan dengan cara
menyampaikan pada anak-anak, para cucu, dan
para cicit, mengenai asal mereka, apa yang telah
dicapai, apa yang mereka pertahankan, dan
bagaimana perubahan kehidupan mereka dari
tahun ke tahun (Harris, 2002). Sebuah studi
mengkaji relasi antara orang-orang dewasa muda
dan kaek nenek dan kakek nenek buyut (Roberto &
Skoklund, 1996). Orang-orang muda leih banyak
berinteraksi dan berpartisipasi dalam aktivitas
dengan kakek-nenek, diandingkan dengan kakek
nenek buyut. Mereka juga memandang peran dan
pengaruh yang dimainkan kakek nenek lebih besar
dari pada kakek nenek buyut. Lilian Troll (2000)
55 | P a g e
menemukan bahwa orang-orang lanjut usia yang
memiliki kedekatan dengan relasi keluarga
cenderung kurang tertekan dibanding mereka yang
tidak dekat dengan keluarganya.

Menurut Robert Peck, tahap akhir dari


perkembangan Erickson yaitu integritas versus
keputusasaan dapat digambarkan dengan tiga
tugas-tugas perkembangan atau isu-isu yang
dihadapi pria dan wanita saat mereka tua, yaitu:

1. Diferensiasi versus kesibukan dengan peran


Merupakan tugas perkembangan dari Peck
dimana individu dewasa lanjut harus
mendefinisikan nilai diri dalam istilah yang
berbeda dari peran-peran kerja. Peck percaya
individu dewasa lanjut perlu mengejar
serangkaian aktivitas yang bernilai sehingga
dapat mengisi waktu yang sebelumnya diisi
dengan pekerjaan dan mengasuh anak.
2. Melampaui tubuh versus kesibukan dengan
tubuh
Merupakan tugas perkembangan dari Peck
dimana individu dewasa lanjut harus mengatasi
penurunan kesehatan fisik. Seiring dengan
proses menua, individu dewasa lanjut mungkin
menderita penyakit kronis dan tentu saja
penurunan kapasitas fisik. Bagi pria dan wanita
yang identitasnya berkisar di sekitar kesehatan
fisik, penurunan kesehatan dan kerusakan
56 | P a g e
kapasitas fisik akan menghadirkan beberapa
ancaman bagi identitas diri dan perasaan akan
kepuasan hidup. Namun, beberapa individu
lansia menikmati hidup melalui hubungan-
hubungan antar manusia yang memberi
kesempatan untuk keluar dari kesibukan dengan
tubuhnya.
3. Melampaui ego versus kesibukan dengan
ego
Merupakan tugas perkembangan dari Peck
dimana individu lanjut usia harus menyadari
bahwa saat kematian tidak dapat dihindari dan
mungkin waktunya tidak terlalu lama, merasa
tentram dengan dirinya dengan menyadari
individu lansia telah memberikan sumbangan
untuk masa depan melalui pengasuhan yang
kompeten terhadap anak-anak atau melalui
pekerjaan dan ide-ide yang dimiliki oleh lansia.
(Source :
https://www.psychologymania.com/2013/05/tuga
s-perkembangan-lansia.html)

Kepuasan hidup adalah penilaian kognitif individu


yang dilakukan secara sadar terhadap keseluruhan
aspek hidup, tujuan dan pencapaian, serta
berdasarkan kriteria penilaian yang telah ditetapkan
oleh individu tersebut. Kepuasan hidup merupakan
kunci bagi lansia untuk mencapai successful aging.
Menurut Suardiman (2011) successful aging adalah
suatu kondisi dimana seorang lansia tidak hanya
berumur panjang tetapi juga umur panjang dalam
57 | P a g e
kondisi sehat, sehingga memungkinkan untuk
melakukan kegiatan secara mandiri, tetap berguna
dan memberikan manfaat bagi keluarga dan
kehidupan sosial. Kondisi demikian sering disebut
sebagai harapan hidup untuk tetap aktif. Sebaliknya
orang tidak menghendaki umur panjang, apabila
umur panjang ini dilalui dalam keadaan sakit.
Sedangkan Havigurst (dalam Ouwehand, 2007)
mendefinisikan “successful aging sebagai
seseorang yang memiliki perasaan kebahagiaan
dan kepuasaan hidup baik pada masa sekarang
maupun masa lalu.”

4. Kematian dan Saat Sekarat


Setiap budaya memiliki sistem kematian yang
melibatkan komponen orang, tempat, waktu, objek
dan symbol (Kastenbaum, 2009). Sebagian besar
budaya memandang kematian bukan akhir dari
keberadaan seseorang, kehidupan spiritual terus
berlangsung. Sebagian masyarakat memiliki
keyakinan filosofis/religius tentang kematian dan
memiliki ritual menghadapi kematian Budaya
Amerika Serikat menolak dan menghindari
kematian.

5. Isu-isu dalam menentukan Kematian


Secara umum, jelang ajal berlangsung dalam tiga
fase: 1. Fase agonal (agonal phase), fase rusaknya
denyut jantung teratur 2. Kematian klinis (clinical
death), jeda singkat bagi masih mungkinnya
58 | P a g e
dilakukan penyelamatan 3. Kematian (mortality),
atau kematian permanen. Di negara industri,
kematian otak (brain death) diakui sebagai penentu
kematian, tapi tidak selalu bisa memecahkan
dilema kapan pengobatan harus dihentikan untuk
pasien tidak terobati yang tetap dalam keadaan
vegetatif tetap (presistent vegetative state) Mati
otak adalah definisi neurologis tentang kematian, di
mana seseorang dikatakan mati otak ketika semua
aktivitas elektris otak telah berhenti selama
beberapa waktu tertentu.

6. Keputusan mengenai hidup, mati, dan perawatan


kesehatan
1. Advance directives, prosedur yang dapat
mempertahankan hidup boleh dilepas apabila
kematian akan terjadi tidak lama lagi
(imminent)
2. Euthanasia (“kematian yang mudah” atau
“membunuh tindakan mengakhiri hidup tanpa
rasa karena kasih”) sakit atas seseorang
penderita penyakit yang tidak bisa
disembuhkan atau cacat yang parah.
1. Euthanasia pasif kematian disebabkan
dengan menghentikan
penangananpenanganan yang dulunya
diberikan
2. Euthanasia aktif sengaja, seperti
menginjeksi obat dengan dosis
mematikan
59 | P a g e
• Meninggal dengan indah kenyamanan
fisik, dukungan dari orang dicintai,
perawatan kesehatan yang memadai,
menerima datangnya kematian dan
tidak menjadi beban bagi orang lain.
program yang berkomitmen untuk
• Hospice, mengusahakan berakhirnya
hidup tanpa rasa sakit, cemas, dan
depresi yang menekankan pada
perawatan untuk meredakan (palliative
care) bukan untuk memperpanjang
hidup.
• Palliative care penderitaan, usaha
mengurangi rasa sakit dan serta
membantu individu meninggal secara
bermartabat

60 | P a g e
7. Berkomunikasi Menjelang Kematian
Keuntungan dari kesadaran yang terbuka bagi
individu menjelang kematiannya:
1. Dapat menyesuaikan hidupnya dengan cara
meninggal sesuai keinginannya.
2. Dapat menyelesaikan beberapa recana dan
proyek, melakukan pengaturan bagi orang yang
masih hidup, dan berpartisipasi dalam membuat
keputusan mengenai pemakamannya.
3. Berkesempatan meninjau kembali hidupnya,
bercakap-cakap dengan orang yang penting
dalam hidupnya, dan mengakhiri kehidupannya
dengan kesadaran mengenai bagaimana

61 | P a g e
kehidupannya selama ini.
4. Paham apa yang terjadi dengan tubuhnya dan
apa yang dilakukan oleh para staf medis
terhadap tubuhnya.
5. Sebagian besar psikolog merekomendasikan
sistem komunikasi terbuka dengan orang yang
menjelang ajalnya.
6. Komunikasi sebaiknya tidak membahas
mengenai patologi atau persiapan kematian
namun sebaiknya menekankan pada kekuatan
orang tersebut.

Fase Dukacita
1. Terkejut
2. Putus Asa
3. Pulih kembali

8. Masa Menjanda
• Pengalaman kehilangan yang paling berat
adalah kematian pasangan
• Dapat menimbulkan risiko menderita
masalah-masalah kesehatan
• Individu yang hidup sendiri kecenderungan
meningkatkan kehidupan religius dan
keyakinan spiritulnya dan berkaitan dengan
tingkat dukacita yang lebih rendah.

62 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Berk, L.E. (2003). Child Development, 6th ed.


Boston, MA: Allyn & Bacon
Huberman, B.(2002). Growth and Development,
Ages 13 to 17—What You Need to Know. (Online).
Tersedia:
http://www.themediaproject.com/facts/development/0
_3.htm (14 Feb 2012)
Hurlock, E.B. (1990). Developmental Psychology:
A Lifespan Approach. (terjemahan oleh Istiwidayanti).
Jakarta: Erlangga Gunarsa
Krori, Smita Deb. (2011). Developmental
Psychology, dalam Homeopathic Journal :: Volume: 4,
Issue: 3, Jan, 2011.
Tersedia:
http://www.homeorizon.com/homeopathic-
articles/psychology/developmental-psychology. (14
Februari 2012)
Oswalt, A. (2010). An Introductionto Adolescent
Development. (online). Tersedia:
http://www.mentalhelp.net/poc/view_doc.php?t
ype=doc&id=41149&cn=1310 (24 maret 2012)
Santrock, J.W. (2007). Child Development, 11th
edition (terjemahan oleh: Mila Rahmawati & Anna
Kuswanti). Jakarta: Erlangga
Sarwono, S. (2011). Psikologi Remaja. Jakarta:
PT. Rajagrafindo Persada. Zeman, J. (2001).
Emotional Development. University of
Maine.
Tersedia:
http://findarticles.com/p/articles/mi_g2602/is_0002/ai_260
2000223/ (14 Februari 2012)

63 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai