Psikologi Perkembangan
Psikologi Perkembangan
PERKEMBANGAN
i|Page
THINNA NAFTALI WOENARDI, S.Th., M.Pd.
PSIKOLOGI
PERKEMBANGAN
STTIAA PRESS
Bukit Trawas II Kavling C-108, Ketapanrame,
Kec. Trawas, Mojokerto, Jawa Timur 61375
Telp: 0343-8872452 Fax: 0343-8872452
sttiaa@yahoo.com Website: www.sttiaa.ac.id
ii | P a g e
Sanksi Pelanggaran
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta
iii | P a g e
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
Thinna Naftali Woenardi , S.Th., M.Pd.
iv | P a g e
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ..................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................ 1
PENDAHULUAN .............................................................. 3
BAB 1 PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ........................... 4
A. Mengapa belajar Psikologi Perkembangan? .......... 4
B. Pertumbuhan dan Perkembangan .......................... 4
BAB 2 TAHAPAN DALAM RENTANG KEHIDUPAN ........ 6
A. Teori Tugas Perkembangan ................................... 6
1. Periodisasi berdasarkan Didaktis ........................ 6
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Tugas
Perkembangan .......................................................... 7
B. Bayi dan Awal Masa Kanak-kanak ......................... 7
C. Masa Anak Sekolah ............................................... 8
D. Masa Remaja ......................................................... 9
E. Masa Dewasa ........................................................ 9
F. Masa Dewasa Madya ........................................... 10
G. Masa Dewasa Akhir ............................................. 10
BAB 3 PERKEMBANGAN PRENATAL .......................... 12
A. Periode Prenatal 1 (Konsepsi – 9 bulan dalam
kandungan) ................................................................ 12
1. Tahap Germinal (Periode Zigot dan Ovum)....... 12
2. Tahap Embrio ................................................... 12
B. Tahap Fetus (dari 9 minggu setelah pembuahan
sampai lahir) ............................................................... 13
BAB 4 PERKEMBANGAN NEONATAL.......................... 15
A. Infancy (lahir – 2 minggu) ..................................... 15
1. Pengaruh Kelahiran Terhadap Perkembangan . 15
2. Tahapan Tumbuh Kembang ............................. 16
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh
Kembang ................................................................. 17
v|Page
B. Perkembangan Masa Kanak-Kanak ..................... 18
1. Tugas Perkembangan Masa Kanak-kanak ....... 19
2. Solitary Play, Parallel Play, Assosiative Play,
Make Believe Play, Cooperative Play ...................... 21
C. Penyimpangan Perkembangan Pada Masa Bayi
dan Kanak-kanak ........................................................ 23
1. Kebutuhan Dasar Anak .................................. 23
2. Tiga Jenis Deteksi Dini .................................. 24
3. Anak-Anak Khusus ........................................... 26
BAB 5 PERKEMBANGAN MASA REMAJA (Usia 11/12 –
18 tahun) ....................................................................... 29
A. Definisi ................................................................. 29
1. Karakteristik Masa Remaja ............................... 30
2. Tugas Perkembangan Masa Remaja (11/12 - 18
tahun) ...................................................................... 32
3. Perkembangan Kognitif dan Bahasa ................. 33
4. Perkembangan Emosional ................................ 37
B. Perkembangan Sosial .......................................... 39
BAB 6 PERKEMBANGAN DEWASA AWAL ................. 42
A. Defenisi ................................................................ 42
B. Masa Dewasa Madya ............................................. 44
1. Perubahan Pada Masa Dewasa Madya ............ 45
2. Karakteristik Usia Madya .................................. 45
B. Sosio Emosional Pada Masa Dewasa Akhir ......... 48
1. Teori Sosial Mengenai Penuaan ....................... 48
2. Teori Pemisahan ............................................... 51
3. Teori Aktivitas ................................................... 51
4. Teori Rekonstruksi Gangguan Sosial ................ 52
C. Relasi Keluarga dan Sosial Pada Masa usia Lanjut
53
1. Orang Lanjut Usia Yang Menikah ..................... 53
vi | P a g e
2. Orang Lanjut Usia yang Bercerai dan Menikah
Kembali ................................................................... 53
3. Persahabatan ................................................... 54
4. Menjadi Kakek-Nenek ....................................... 55
4. Kematian dan Saat Sekarat .............................. 58
5. Isu-isu dalam menentukan Kematian ................ 58
6. Keputusan mengenai hidup, mati, dan perawatan
kesehatan ................................................................ 59
7. Berkomunikasi Menjelang Kematian ................. 61
8. Masa Menjanda ................................................ 62
DAFTAR PUSTAKA ....................................................... 63
vii | P a g e
KATA PENGANTAR
1|Page
Remaja. Dengan ditulisnya buku psikologi perkembangan
ini penulis berharap dapat memberikan kemudahan bagi
para calon pendidik dan praktisi pendidikan dalam
mengejawantahkan kebutuhannya dalam upaya untuk
memperlengkapi peserta didiknya.
2|Page
PENDAHULUAN
4|Page
• Perkembangan sulit diukur, pertumbuhan terukur
secara kuantitas
• Perkembangan terbatas pada proses involusi,
dimana individu mengalami penurunan dan
perusakan ketika sudah berada pada puncaknya
hingga menuju kematian
• Pertumbuhan menyangkut proses evolusi yang
terus menuju kesempurnaan.
5|Page
BAB 2
TAHAPAN DALAM RENTANG KEHIDUPAN
7|Page
Belajar :
a) Berjalan.
b) Makan makanan padat.
c) Berbicara.
d) Mengendalikan pembuangan kotoran tubuh.
e) Kontak perasaan dengan orang tua,
keluarga, dan orang lain.
f) Mengetahui mana yang benar dan yang
salah serta mengembangkan kata hati.
2. Belajar :
a) Belajar ketangkasan fisik untuk bermain.
b) Belajar bergaul yang bersahabat dengan
anak-anak sebaya.
8|Page
c) Belajar peranan jenis kelamin.
d) Belajar membebaskan ketergantungan diri.
D. Masa Remaja
1. Tugas Perkembangan :
a) Menerima keadaan jasmaniah dan
menggunakannya secara efektif.
b) Menerima peranan sosial jenis kelamin
sebagai pria/wanita.
c) Menginginkan dan mencapai perilaku social
yang bertanggung jawab social.
d) Mencapai kemandirian emosional dari orang
tua dan orang dewasa lainnya.
e) Belajar bergaul dengan kelompok anak-anak
wanita dan anak-anak laki-laki.
f) Perkembangan skala nilai.
g) Secara sadar mengembangkan gambaran
dunia yang lebih adekuat.
h) Persiapan mandiri secara ekonomi.
i) Pemilihan dan latihan jabatan.
j) Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.
E. Masa Dewasa
1. Tugas Perkembangan :
a) Mulai bekerja.
b) Memilih pasangan hidup.
c) Belajar hidup dengan suami/istri.
d) Mulai membentuk keluarga.
e) Mengasuh anak.
9|Page
f) Mengelola/mengemudikan rumah tangga.
g) Menerima/mengambil tanggung jawab
warga Negara.
h) Menemukan kelompok sosial yang
menyenangkan.
10 | P a g e
c) Menyesuaikan diri dengan kematian dari
pasangan hidup.
d) Membina hubungan dengan sesama usia
lanjut.
e) Memenuhi kewajiban-kewajiban sosial dan
kenegaraan.
f) Memelihara kondisi dan kesehatan.
g) Kesiapan menghadapi kematian.
11 | P a g e
BAB 3
PERKEMBANGAN PRENATAL
2. Tahap Embrio
a) 2-8 minggu setelah pembuahan
b) Angka pemisahan gen meningkat
c) System dukungan sel terbentuk
d) Organ mulai tampak
1. lapisan embrio :
12 | P a g e
- Lapisan bagian dalam, endoderm adalah
embrio yang berkembang menjadi
system pernafasan dan pencernaan.
- Lapisan bagian luar, mesoderm adalah
lapisan bagian tengah yang akan
menjadi system peredaran darah, tulang,
otot, system pembuangan, system
reproduksi. Ectoderm adalah lapisan
paling luar yang akan menjadi system
saraf, penerima sensor, bagian kulit,
rambut, kuku.
2. Trophoblast
13 | P a g e
minggu, lemak bertambah, antibodi
terbentuk, fetus berputar dan siap lahir.
a) Bakat bawaan
b) Perkembangan lebih cepat
c) Kondisi ibu
d) Sikap, pola asuh
a) Kesehatan ibu
b) Pemakaian bahan kimia
c) Keadaan emosi ibu
d) Gizi ibu
e) Usia ibu
f) Bahaya lingkungan
14 | P a g e
BAB 4
PERKEMBANGAN NEONATAL
15 | P a g e
- Pengobatan Ibu : obat untuk mempercepat
proses kelahiran mengakibatkan bayi
kecenderungan mengalami kuning
- Jangka waktu periode kelahiran
16 | P a g e
1. Tahap tumbuh kembang usia 0-6 tahun, terdiri
atas masa prenatal mulai masa embrio (mulai
konsepsi sampai 8 minggu) dan masa fetus (9
minggu sampai lahir), serta masa pascanatal
mulai dari masa neonatal (0-28 hari), masa
bayi (29 hari – 1 tahun), masa anak (1-2
tahun), masa prasekolah (3-6 tahun).
2. Tahap tumbuh kembang usia 6 tahun keatas,
terdiri atas masa sekolah (6-12 tahun) dan
masa remaja (12-18 tahun).
1. Faktor genetik
Faktor genetik ini merupakan modal
dasar dalam mencapai hasil akhir proses
tumbuh kembang. Potensi genetik yang
bermutu hendaknya dapat berinteraksi
dengan lingkungan secara positif sehingga
diperoleh hasil yang optimal. Adapun yang
termasuk dalam faktor genetik diantaranya
adalah faktor bawaan yang normal atau
patoloigik, jenis kelamin, suku bangsa atau
bangsa.
17 | P a g e
2. Faktor lingkungan
Berbagai keadaan lingkungan yang
berpengaruh terhadap tumbuh kembang
anak lazim digolongkan menjadi lingkungan
biopsikosial, yang diadalamnya tercakup
komponen biologis (fisis), psikologis,
ekonomi, sosial, politik dan budaya.
3. Faktor perilaku
Keadaan perilaku akan
mempengaruhi pola tumbuh kembang anak.
Perilaku yang sudah tertanam pada masa
anak akan terbawa dalam masa kehidupan
selanjutnya. Belajar sebagai aspek utama
aktualisasi, merupakan proses pendidikan
yang dapat mengubah dan membentuk
perilaku anak. Dorongan kuat untuk
perubahan perilaku dapat diartikan positif
atau negative, bergantung kepada apakah
sifat dorongan tersebut merupakan
pengalaman yang baik, menyenangkan,
menggembirakan atau sebaliknya.
Perubahan perilaku dan bentuk perilaku
yang terjadi akibat pengaruh berbagai faktor
lingkungan akan mempunyai dampak luas
terhadap sosialisasi dan disiplin anak.
20 | P a g e
2. Solitary Play, Parallel Play, Assosiative
Play, Make Believe Play, Cooperative Play
- Solitary Play, tahap bermain balita ini sering
dilakukan oleh balita berusia 2 sampai 3 tahun,
yang kemampuan sosial, kognitif, dan fisiknya
masih berkembang. Yang dimaksud
dengan solitary play atau bermain soliter adalah
asyik bermain sendiri, tanpa menunjukkan
perhatian atau ketertarikan pada apa yang
dilakukan oleh orang lain di sekitarnya. Pada
tahapan ini balita juga belajar cara untuk
menyibukkan diri dan bermain sendiri
- Parallel Play, pada tahap ini anak terlihat bermain
bersama temannya namun sibuk dengan
permainan masing-masing. Namun tahap ini
menandakan tumbuhnya keinginan anak untuk
bermain dengan anak lain, sehingga dapat
mendorong perkembangan sosialnya.
- Assosiative Play, Tahap bermain asosiatif
biasanya dimulai saat balita berusia 3 atau 4 tahun.
Biasanya ditandai dengan adanya interaksi aktif
saat bermain bersama anak lain, tapi masih tidak
fokus pada satu tujuan bersama. Contoh yang
paling mudah dilihat adalah saat balita dan
temannya bermain balok susun bangun bersama,
tapi masing-masing membuat bentuk yang berbeda
dan tidak berhubungan. Tahap bermain asosiatif ini
cukup penting, karena mendorong perkembangan
kemampuan sosial balita seperti kerja sama,
21 | P a g e
pemecahan masalah, serta komunikasi dan
bahasa.
- Make Believe Play, kategori permainan ini ditemui
pada masa anak-anak usia 2 hingga 6 tahun.
Namun pada beberapa anak dimulai usia lebih
muda (sekitar usia 12 bulan). Mereka menampilkan
aktivitas mengangkat mainan telepon dan berkata
"Halo", berpura-pura minum dari mainan cangkir,
atau menyuapi boneka dengan peralatan makan
mainan.
- Cooperative Play, Tahap bermain balita yang
terakhir adalah cooperative play atau bermain
kooperatif, dan biasanya baru mulai terlihat di usia
4 sampai 6 tahun. Saat bermain kooperatif, balita
bermain bersama temannya dengan menggunakan
aturan tertentu untuk mencapai tujuan bersama
atau menyelesaikan tugas khusus. Pada tahap ini,
balita sudah dapat menggunakan semua
kemampuan yang dia pelajari dalam lima tahap
sebelumnya, dan sudah cukup mampu berinteraksi
sosial.
22 | P a g e
C. Penyimpangan Perkembangan Pada
Masa Bayi dan Kanak-kanak
23 | P a g e
c. Kebutuhan akan stimuli mental (Asah)
Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam
proses belajar (pendidikan dan pelatihan) pada
anak. Stimulasi mental inimengembangkan
perkembanga mental psikososial: kecerdasan,
keterampilan, kemandirian, kretivitas, agama,
kepribadian, moral-etika, produktivitas dan
sebagainya.
24 | P a g e
a) Pengukuran Berat Badan dan Tinggi Badan,
bertujuan untuk menentukan status gizi
anak (gemuk, normal, kurus, kurus sekali)
b) Pengukuran Lingkar Kepala Anak, bertujuan
untuk mengetahui apakah LKA dalam batas
normal atau tidak normal (makrosefal atau
mikrosefal). Jadwal Pengukuran disesuaikan
dengan umur anak usia 0 – 11 bulan,
pengukuran dilakukan setiap 3 bulan. Usia
12 – 72 bulan pengukuran dilakukan setiap
6 bulan.
2. Deteksi Dini Gangguan Perkembangan Anak Usia
Dini
c) Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
d) Tes Daya Dengar
e) Tes Daya Lihat, dimulai pada usia 3 tahun
dan diulang tiap 6 bulan.
3. Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional
f) Tujuan : Mendeteksi secara dini
penyimpangan mental emosional pada anak
pra sekolah
g) Jadwal : setiap 6 bulan pada umur 36-72
bulan.
h) Alat : Kuesioner masalah mental emosional,
terdiri dari pertanyaan mengenai problem
mental emosional anak umur 36-72 bulan.
i) Ceklis Autis Anak Pra Sekolah bagi anak
usia 18-36 bulan
j) Formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan
Perhatian dan Hiperaktifitas bagi anak usia
36 bulan ke atas.
25 | P a g e
3. Anak-Anak Khusus
a) Tuna Netra, anak-anak yang memiliki masalah
penglihatan hingga kebutaan
b) Tuna Rungu, anak-anak yang memiliki masalah
pendengaran hingga tuli
c) Tuna Grahita, anak-anak yang kemampuan
intelektual dan kognitifnya berada di bawah rata-
rata.
28 | P a g e
BAB 5
PERKEMBANGAN MASA REMAJA
(Usia 11/12 – 18 tahun)
A. Definisi
Perkembangan manusia merupakan suatu
proses sepanjang kehidupan dari pertumbuhan dan
perubahan fisik, perilaku, kognitif, dan emosional.
Sepanjang proses ini, tiap individu mengembangkan
sikap dan nilai yang mengarahkan pilihan,
hubungan, dan pengertian (understanding).
(Huberman, 2002)
Salah satu periode dalam perkembangan
adalah masa remaja. Kata remaja (adolescence)
berasal dari kata adolescere (Latin) yang berarti
tumbuh ke arah kematangan (Muss, 1968 dalam
Sarwono, 2011: h.11). Istilah kematangan di sini
meliputi kematangan fisik maupun sosial-psikologis.
Pada tahun 1974, WHO memberikan definisi
konseptual tentang remaja, yang meliputi kriteria
biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Menurut
WHO (Sarwono, 2011), remaja adalah suatu masa di
mana:
1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia
menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya
sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
29 | P a g e
(kriteria biologis)
2. Individu mengalami perkembangan psikologis
dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi
dewasa. (kriteria sosial-psikologis)
3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-
ekonomi yang penuh kepada keadaan yang
relatif lebih mandiri. (kriteria sosial-ekonomi)
2. Minat pribadi
3. Minat sosial
4. Minat pendidikan
5. minat vokasional
6. Minat religius
7. Minat dalam simbol status.
31 | P a g e
2. Tugas Perkembangan Masa Remaja (11/12 -
18 tahun)
Menurut Havighurst (Hurlock, 1990),
tugas perkembagan remaja meliputi:
1. Mencapai pola hubungan baru yang lebih
matang dengan teman sebaya yang berbeda
jenis kelamin sesuai dengan keyakinan dan
etika moral yang berlaku di masyarakat.
2. Mencapai peranan sosial sesuai dengan
jenis kelamin, selaras dengan tuntutan
sosial dan kultural masyarakatnya.
3. Menerima kesatuan organ-organ tubuh/
keadaan fisiknya sebagai pria/wanita dan
menggunakannya secara efektif sesuai
dengan kodratnya masing-masing.
4. Menerima dan mencapai tingkah laku sosial
tertentu yang bertanggung jawab di tengah-
tengah masyarakatnya.
5. Mencapai kebebasan emosional dari orang
tua dan orang-orang dewasa lainnya dan
mulai menjadi “diri sendiri”.
6. Mempersiapkan diri untuk mencapai karir
(jabatan dan profesi) tertentu dalam bidang
kehidupan ekonomi.
7. Mempersiapkan diri untuk memasuki dunia
perkawinan dan kehidupan berkeluarga.
8. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem
32 | P a g e
etika sebagai pedoman bertingkah laku dan
mengembangkan ideologi untuk keperluan
kehidupan kewarganegaraannya.
36 | P a g e
• Lebih baik dari anak-anak dalam
mengorganisasikan ide untuk menyusun
tulisan; menggabungkan kalimat-kalimat
sehinga masuk akal; dan mengorganisasikan
tulisan dalam susunan pendahuluan, inti, dan
kesimpulan.
• Berbicara dalam kalimat yang mengandung
dialek, yaitu variasi bahasa yang memilki
kosa kata, tata bahasa, atau pengucapan
yang khas (Berko Gleason, 2005, dalam
Santrock, 2007); jargon
4. Perkembangan Emosional
Beberapa ciri perkembangan emosional pada
masa remaja adalah: (Zeman, 2001)
• Memiliki kapasitas untuk mengembangkan
hubungan jangka panjang, sehat, dan
berbalasan. Kemampuan ini akan diperoleh
jika individu memiliki dasar yang telah
diperoleh dari perkembagan sebelumnya,
yaitu trust, pengalaman positif di masa lalu,
dan pemahaman akan cinta.
• Memahami perasaan sendiri dan memiliki
kemampuan untuk menganalisis mengapa
mereka merasakan perasaan dengan cara
tertentu.
• Mulai mengurangi nilai tentang penampilan dan
lebih menekankan pada nilai kepribadian.
37 | P a g e
• Setelah memasuki masa remaja, individu
memiliki kemampuan untuk mengelola
emosinya. Ia telah mengembangkan kosa
kata yang banyak sehingga dapat
mendiskusikan, dan kemudian
mempengaruhi keadaan emosional dirinya
maupun orang lain. Faktor lain yang berperan
secara signifikan dalam pengaturan emosi
yang dilakukan remaja adalah meningkatnya
sensitivitas remaja terhadap evaluasi yang
diberikan orang lain terhadap mereka, suatu
sensitivitas yang dapat memunculkan
kesadaran diri. Menurut David Elkind
(Zeman, 2001) menggambarkan remaja
menunjukkan seolah-olah mereka berada di
hadapan audience imajiner yang mencatat
dan mengevaluasi setiap tindakan yang
mereka lakukan. Dengan demikian, remaja
menjadi sangat sadar akan dampak dari
ekspresi emosional mereka terhadap
interaksi sosial.
• Gender berperan secara signifikan dalam
penampilan emosi remaja. Laki-laki kurang
menunjukkan emosi takut selama distres
dibandingkan dengan perempuan. Hal ini
didukung oleh keyakinan pada laki-laki
bahwa mereka akan kurang dimengerti dan
dikecilkan/diremehkan oleh orang lain bila
menunjukkan emosi agresif dan mudah
diserang (vulnerable).
38 | P a g e
B. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial dan emosional
berkaitan sangat erat. Baik pengaturan emosi
(berada dalam kendali emosi) maupun ekspresi
emosi (komunikasi efektif tentang emosi)
dierlukan bagi keberhasilan hubungan
interpersonal. Selanjutnya, kemajuan
perkembangan kognitif meningkatkan kualitas
hubungan interpersonal karena membuat remaja
mampu memahami dengan lebih baik keinginan,
kebutuhan, perasaan, dan motivasi orang lain.
Karena itulah, tidak mengherankan, dengan
makin kompleksnya pikiran, emosi, dan identitas
pada masa remaja, hubungan sosialnya pun
makin kompleks (Oswalt, 2010)
Pada masa ini, remaja menunjukkan
beberapa ciri: (Oswalt, 2010)
• Keterlibatan dalam hubungan sosial pada masa
remaja lebih mendalam dan secara emosional
lebih intim dibandingkan dengan pada masa
kanak-kanak.
• Jaringan sosial sangat luas, meliputi jumlah
orang yang semakin banyak dan jenis hubungan
yang berbeda (misalnya dalam hubungan dengan
teman sekolah untuk menyelesaikan tugas
kelompok, berinteraksi dengan pimpinan dalam
cara yang penuh penghormatan).
39 | P a g e
• Menurut Erikson, dalam perkembangan
psikososial, remaja harus menyelesaikan krisis
yang terjadi pada masa remaja. Istilah krisis
digunakan oleh Erikson untuk menggambarkan
suatu rangkaian konflik internal yang berkaitan
dengan tahap perkembangan; cara seseorang
mengatasi krisis akan menentukan identitas
pribadinya maupun perkembangannya di masa
datang.
Pada masa remaja, krisis yang terjadi
disebut sebagai krisis antara identitas versus
kekaburan identitas. Krisis menunjukkan
perjuangan untuk memperoleh keseimbangan
antara mengembangkan identitas individu yang
unik dengan “fitting-in” (kekaburan peran tentang
“siapa saya”, “apa yang akan dan harus saya
lakukan dan bagaimana caranya”, dan
sebagainya). Jika remaja berhasil mengatasi
krisis dan memahami identitas dirinya, maka ia
akan dengan mudah membagi “dirinya” dengan
orang lain dan mampu menyesuaikan diri (well-
adjusted), dannpada akhirnya ia akan dapat
dengan bebas menjalin hubungan dengan orang
lain tanpa kehilangan identitas dirinya.
Sebaliknya, jika remaja gagal mengatasi krisis, ia
akan tidak yakin tentang dirinya, sehingga akan
terpisah dari hubungan sosial, atau bisa jadi
justru mengembangkan perasaan berlebih-
lebihan tentang pentingnya dirinya dan kemudian
mengambil posisi sebagai ekstremis. Jika ia
40 | P a g e
masuk pada kondisi ini, maka ia tidak akan
mampu menjadi orang dewasa yang matang
secara emosi.
41 | P a g e
BAB 6
PERKEMBANGAN DEWASA AWAL
A. Defenisi
42 | P a g e
Teori Perkembangan Erikson
43 | P a g e
2. Mulai hidup dalam keluarga atau hidup
berkeluarga dan mengelola rumah tangga
3. Mulai bekerja dalam suatu jabatan
4. Mulai bertanggungjawab sebagai warga Negara
secara layak
5. Memperoleh kelompok sosial yang seirama
dengan nilai-nilai pahamnya
44 | P a g e
dominan.
47 | P a g e
B. Sosio Emosional Pada Masa Dewasa
Akhir
48 | P a g e
kemunduran individu dengan individu lainnya.
Dengan bertambahnya usia lanjut, ditambah
dengan adanya kemiskinan, usia lanjut secara
berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya atau menarik diri dari
pergaulan sekitarnya. Hal ini menyebabkan
interaksi sosial usia lanjut menurun, baik
secara kualitas maupun kuantitas sehingga
sering usia lanjut mengalami kehilangan
peran, hambatan kontak sosial dan
berkurangnya komitmen (Nugroho, 2008).
c. Teori Aktivitas
Teori aktivitas tidak menyetujui teori
disagement dan menegaskan bahwa
kelanjutan dewasa tengah penting untuk
keberhasilan penuaan. Usia lanjut yang
sukses adalah mereka yang aktif dan banyak
ikut serta dalam kegiatan sosial. Usia lanjut
akan merasa puas bila dapat melakukan
aktivitas dan mempertahankan aktivitas
tersebut selama mungkin (Nugroho, 2008)
d. Teori Kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya
kesinambungan dalam siklus kehidupan usia
lanjut. Pengalaman hidup seseorang pada
suatu saat merupakan gambaran kelak pada
saat menjadi usia lanjut. Pada teori
kesinambungan ini pergerakan dan proses
banyak arah, bergantung dari bagaimana
penerimaan seseorang terhadap status
kehidupannya. Pokok - pokok pada teori
49 | P a g e
kesinambungan ini adalah, a) Usia lanjut
disarankan untuk melepaskan peran atau
harus aktif dalam proses penuaan, b) Peran
usia lanjut yang hilang tidak perlu diganti, dan
c) Usia lanjutnberkesempatan untuk memilih
berbagai macam cara untuk beradaptasi
(Maryam, dkk. 2008).
e. Teori Perkembangan
Teori ini menekankan pentingnya mempelajari
apa yang telah dialami oleh usia lanjut pada
saat muda hingga dewasa. Erickson (1930),
membagi kehidupan menjadi delapan fase,
yaitu: a) Usia lanjut yang menerima apa
adanya, b) Usia lanjut yang takut mati, c) Usia
lanjut yang merasakan hidup penuh arti,nd)
Usia lanjut menyesali diri, e) Usia lanjut
bertanggung jawab dengan merasakan
kesetiaan, f) Usia lanjut yang kehidupannya
berhasil, g) Usia lanjut merasa terlambat
untuk memperbaiki diri dan h) Usia lanjut yang
perlu menemukan integritas diri melawan
keputusasaan (Maryam, dkk, 2008).
f. Teori Stratifikasi Usia
Keunggulan teori ini adalah pendekatan yang
dilakukan bersifat deterministik dan dapat
dipergunakan untuk mempelajari sifat usia
lanjut secara kelompok atau bersifat makro.
Kelemahan pada teori ini adalah tidak dapat
dipergunakan untuk menilai usia lanjut secara
perorangan (Stanley, 2006).
50 | P a g e
2. Teori Pemisahan
Teori ini menyatakan bahwa orang-orang dewasa
lanjut secara perlahan-lahan menarik diri dari
masyarakat, tetapi masyarakat juga menjauh dari
mereka. Menurut teori ini, orangorang dewasa
lanjut mengembangkan suatu kesibukan
terhadap dirinya sendiri (self-preoccupation),
mengurangi hubungan emosional dengan orang
lain, dan menunjukan penurunan ketertarikan
terhadap berbagai persoalan kemasyarakatan.
Penurunan interaksi sosial dan peningkatan
kesibukan terhadap diri sendiri dianggap mampu
meningkatkan kepuasan hidup di kalangan
orang-orang dewasa lanjut. Teori pemisahan
meramalkan bahwa rendahnya semangat juang
akan mengiringi aktivitas yang tinggi, bahwa
pemisahan tidak dapat dihindari, dan bahwa
pemisahan dicari-cari oleh orang usia lanjut.
Teori pemisahan tampak keliru. Serangkaian
penelitian gagal mendukung pendirian ini. Ketika
individu hidup secara aktif, energik, dan produktif
sebagai orang dewasa lanjut.
3. Teori Aktivitas
Teori ini menyatakan bahwa semakin orang-
orang dewasa lanjut aktif dan terlibat, semakin
kecil kemungkinan mereka menjadi renta dan
semakin besar kemungkinan mereka merasa
puas dengan kehidupanya. Teori aktivitas ini
51 | P a g e
menyatakan bahwa individu-individu seharusnya
melanjutkan peran-peran masa 19 dewasa
tengahnya di sepanjang masa dewasa akhir, jika
peranperan itu dari mereka. Penting bagi mereka
untuk menemukan peran-peran pengganti yang
akan memelihara keaktifan dan keterlibatan
mereka di dalam aktivitas-aktivitas
kemasyarakatan.
52 | P a g e
C. Relasi Keluarga dan Sosial Pada Masa
usia Lanjut
53 | P a g e
terhadap mereka (Mitchel, 2007). Perceraian dapat
memperlemah ikatan kekekeluargaan apabila hal ini
terjadi diusia lanjut, khususnya pada laki-laki
(Cooney, 1994). Dibandingkan wanita yang
menikah, wanita lanjut usia yang bercerai
cenderung kurang memiliki sumber daya finansial
yang memada. Disamping itu, pada orang-orang
yang lebih muda, perceraian berkaitan dengan
kesehatan yang lebih banyak pada orang-orang
lanjut usia (Lillard & Waite, 1995). Para peneliti
telah menemukan bahwa beberapa orang lanjut
usia mengalami tekanan sosial yang negatif
terhadap keputusannya untuk menikah kembali.
Sangsi-sangsi negatif ini berkisar dari kemarahan
hingga penolakan dari anak-anaknya yang telah
dewasa. Meskipun demikian, mayoritas anak-anak
dewasa mendukung keputusan orang tuanya uang
telah lanjut usia untuk menikah kembali. Para
peneliti menemukan bahwa para orang tua yang
menikah kembali dan para orang tua angkat kurang
memberikan pada anakanak angkat yang telah
dewasa, dibandingkan orang tua dipernikahan
pertama (White, 1994).
3. Persahabatan
Laura Cartense (1998) menyimpulkan bahwa ketika
memasuki usia lanjut, orang-orang cenderung
memilih kawan dekat disbanding kawan baru.
Bahwasanya disbandingkan orang dewasa muda,
orang lanjut usia mengalami emosi positif yang
kurang intensif terhadap teman baru, namun
54 | P a g e
sebaliknya terhadap teman lama (Charles & Piazza,
2007). Sebuah studi yang dilakukan terhadap 128
orang lanjut usia yang menikah, wanita cenderung
lebih depresi dibandingkan laki-laki apabila mereka
tidak memiliki sahabat; dan para wanita yang
memiliki sahabat tingkat depresinya lebih rendah
(Antonucci, Lansford & Akiyama, 2001)
4. Menjadi Kakek-Nenek
Karena usia harapan hidup meningkat , saat ini
jumlah kakek nenek buyut lebih banyak. Meskipun
memasuki abad ke-20, keluarga dengan tiga
generasi merupakan hal yang banyak dijumpai ,
namun kini kondisi keluarga dengan empat
generasi juga banyak dijumpai. Salah satu
kontribusi kakek nenek buyut adalah melestarikan
sejarah keluarga, yang dilakukan dengan cara
menyampaikan pada anak-anak, para cucu, dan
para cicit, mengenai asal mereka, apa yang telah
dicapai, apa yang mereka pertahankan, dan
bagaimana perubahan kehidupan mereka dari
tahun ke tahun (Harris, 2002). Sebuah studi
mengkaji relasi antara orang-orang dewasa muda
dan kaek nenek dan kakek nenek buyut (Roberto &
Skoklund, 1996). Orang-orang muda leih banyak
berinteraksi dan berpartisipasi dalam aktivitas
dengan kakek-nenek, diandingkan dengan kakek
nenek buyut. Mereka juga memandang peran dan
pengaruh yang dimainkan kakek nenek lebih besar
dari pada kakek nenek buyut. Lilian Troll (2000)
55 | P a g e
menemukan bahwa orang-orang lanjut usia yang
memiliki kedekatan dengan relasi keluarga
cenderung kurang tertekan dibanding mereka yang
tidak dekat dengan keluarganya.
60 | P a g e
7. Berkomunikasi Menjelang Kematian
Keuntungan dari kesadaran yang terbuka bagi
individu menjelang kematiannya:
1. Dapat menyesuaikan hidupnya dengan cara
meninggal sesuai keinginannya.
2. Dapat menyelesaikan beberapa recana dan
proyek, melakukan pengaturan bagi orang yang
masih hidup, dan berpartisipasi dalam membuat
keputusan mengenai pemakamannya.
3. Berkesempatan meninjau kembali hidupnya,
bercakap-cakap dengan orang yang penting
dalam hidupnya, dan mengakhiri kehidupannya
dengan kesadaran mengenai bagaimana
61 | P a g e
kehidupannya selama ini.
4. Paham apa yang terjadi dengan tubuhnya dan
apa yang dilakukan oleh para staf medis
terhadap tubuhnya.
5. Sebagian besar psikolog merekomendasikan
sistem komunikasi terbuka dengan orang yang
menjelang ajalnya.
6. Komunikasi sebaiknya tidak membahas
mengenai patologi atau persiapan kematian
namun sebaiknya menekankan pada kekuatan
orang tersebut.
Fase Dukacita
1. Terkejut
2. Putus Asa
3. Pulih kembali
8. Masa Menjanda
• Pengalaman kehilangan yang paling berat
adalah kematian pasangan
• Dapat menimbulkan risiko menderita
masalah-masalah kesehatan
• Individu yang hidup sendiri kecenderungan
meningkatkan kehidupan religius dan
keyakinan spiritulnya dan berkaitan dengan
tingkat dukacita yang lebih rendah.
62 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
63 | P a g e