Template Makalah Tugas Presentasi.
Template Makalah Tugas Presentasi.
Berdasarkan latar belakang di atas, ada dua permasalahan utama yang dikaji dan
dicari jawabannya dalam penelitian ini. Pertama, apa saja tantangan yang dihadapi
moderasi beragama dalam islam? Kedua, bagaimana masyarakat khusunya mahasiswa
menanamkan dan melaksanakan konsep moderasi beragama khusunya islam dalam
kehidupan? Ketiga, apakah konsep moderasi islam ini dapat dilakukan dengan media
digitalisasi yang ada dan berkembang di Indonesia?
Negeri ini memiliki tantangan yang besar yaitu pertama ketika perbedaan SARA
itu membutuhkan upaya solutif agar warga negara dapat hidup aman dan damai. Hal ini
sudah menjadi komitmen seluruh komponen bangsa, khususnya tokoh agama islam
dimana memiliki perhatian dalam mengimplementasikan hukum Islam di masyarakat,
sebab hukum Islam itu dilandasi oleh semangat membangun kemaslahatan umat
manusia. Sebagaimana para Walisongo membangun peradaban Islam yang memperoleh
simpati dari masyarakat Nusantara. Kedua yaitu pelembagaan diskriminasi
sebagaimana yang telah terjadi pada beberapa sektor seperti pekerjaan, pendidikan,
jabatan-jabatan publik, dan lain-lain. Hal ini bertentangan dengan semangat para
pendiri bangsa Indonesia yang ada dalam semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”. Para
pendiri negeri ini tahu benar, bahwa tanpa kesadaran akan keragaman dan beragama
tak mungkin kesejahteraan dan kemakmuran bangsa Indonesia bisa terwujud. Dan yang
terakhir yaitu pluralitas agama bangsa Indonesia merupakan fenomena sosial yang unik
menyebut ada masa orde baru, diakui secara de jurebahwa terdapat lima agama dan
lebih dari seratus aliran kepercayaan. Realitasnya, penduduk Indonesia dalam
kehidupan sehari-hari dihadapi kenyataan pluralitas agama. Dengan demikian, kondisi
ini tidak dapat disangkal sebagai salah satu bangsa yang hidup dalam pluralitas
(Hardaniwarya dalam Ismardi & Arisman, 2014).
Atas penjelasan tersebut, moderasi Islam di Indonesia pada era ini akan dikaji.
Kenapa hal ini penting? Sebab, persoalan yang muncul akibat isu-isu keagamaan pada
masyarakat Indonesia yang majemuk, hanya bisa ditangani melalui metode
penyelesaian yang komprehensif, bukan dengan cara-cara pemaksaan dan kekerasan
yang dampaknya akan merusak tatanan sosial yang lebih luas. Rangkaian kasus-kasus
kebebasan beragama yang berdampak pada konflik sosial di Indonesia menunjukkan
bahwa negara belum mampu memiliki pola pemahaman yang utuh dalam menciptakan
keharmonisan di level komunitas antar pemeluk agama yang saling berkonflik. Kasus
penyerangan terhadap jama’ah Ahmadiyah di Nusa Tenggara Barat, Banten, Jawa Timur
dan Jawa Barat merupakan realitas sosial yang dihadapi oleh bangsa. Nampaknya
kebebasan dan toleransi beragama di Indonesia mengalami dewasa ini menjadi isu yang
sensitif yang menimbulkan gejolak perpecahan di masyarakat.
Dengan demikian, dalam artikel ini, penulis akan menjawab konsep moderasi
Islam secara jelas dan dapat mewujudkan moderasi Islam perlu dirumuskan oleh
berbagai kalangan di negeri ini sebagai tantangan yang harus dihadapi dan diupayakan
untuk menemukan solusinya dengan baik dan benar melalui berbagai literatur sosial
keagamaan dan keislaman yang berhubungan. Sebab, Indonesia di era ini secara
ekonomi politik menjadi salah satu perhatian dunia internasional sebagai pusat rujukan
bernegara dalam masyarakat yang majemuk (plural).
Tabel 1. Keterangan tabel ditulis rata kiri dan untuk baris kedua seperti ini.
N A
Nama
o Nilai
1 Aa bb cc 1,2
2 Aa bb cc 1,3
3 Aa bb cc 1,4
Ukuran font di dalam tabel 11pt spasi single, namun boleh kurang dari 11pt jika ukuran
tabel tidak mencukupi. Setiap tabel dan gambar harus ada kalimat yang merujuk pada tabel
atau gambar tersebut. Misalnya, hasil penelitian disajikan pada Tabel 1. Diagram rata-rata
disajikan pada Gambar 1.
Tabel 2. Keterangan tabel ditulis rata kiri lurus dengan tabel apabila nama tabel lebih dari 1 baris
maka ditulis seperti ini.
Nama kolom atas
No Nama
Nilai 1 (m) Nilai 2 (%) Rata-rata Total
1 Aa bb cc 1,2 80,5 123,45 987,65
2 Aa bb cc 1,3 90,5 123,45 987,65
3 Aa bb cc 1,4 95,9 123,45 987,65
Gambar 1. Nama gambar ditulis rata tengah apabila nama gambar lebih dari 1 baris maka ditulis
seperti ini.
Materi pembahasan terutama mengupas apakah hasil yang didapat sesuai dengan
hipotesis atau tidak, dan kemukakan argumentasinya.
Jelaskan implikasi hasil penelitian baik teoretis maupun penerapan. Bandingkan
dengan penelitian yang sejenis, apakah ada kesesuaian atau pertentangan dengan hasil
penelitian orang lain.
Dari hasil data yang didapatkan melalui hasil survey maka dapat diolah dan
disaikan dalam bentuk grafik. Masing-masing grafik menggambarkan beberapa hal
yaitu asal perguruan tinggi, pengetahuan tentang moderasi islam, pentingnya moderasi
islam, penerapan moderasi beragama dalam islam melalui media digital.
Sasaran survey kami adalah mahasiswa islam dari berbagai perguruan tinggi di
Indonesia. Hal ini dikarenakan mahasiswa perguruan tinggi memiliki rentang usia 18-
22 tahun yang cukup berpengaruh dalam perkembangan moderasi islam di setiap
perguruan tinggi jelaslah berbeda. Usia ini juga merupakan usia dimana seseorang
mudah dipengaruhi dan memiliki emosional yang tinggi khusunya mengenai agama.
Diagram lingkaran tersebut menyatakan persebaran data responden mahasiswa
perguruan tinggi. Sebarannya meliputi responden yang berasal dari Institut Teknologi
Sepuluh Nopember sebanyak 10 orang atau 38%, PENS sebanyak 2 orang atau 7%,
PPNS sebanyak 2 orang atau 7%, IAIN Tulungagung sebanyak 1 orang atau 4%,
Poltekkes Malang sebanyak 1 orang atau 4%, UIN Sunan Ampel Surabaya sebanyak 1
orang atau 4%, UNESA sebanyak 2 orang atau 7%, IPB sebanyak 1 orang atau 4%,
Universitas Jember sebanyak 1 orang atau 4%, Universitas Brawijaya sebanyak 2 orang
atau 7%, UN PGRI Kediri sebanyak 1 orang atau 4%, UNS sebanyak 1 orang atau 4%,
dan UNM sebanyak 1 orang atau 4%.
Grafik 2. Pengetahuan Mahasiswa di Indonesia tentang Moderasi dalam Islam
Pada grafik 3 disajikan data pentingnya moderasi islam menurut beberapa mahasiswa
perguruan tinggi di Indonesia. Pemilihan 1-5 poin tersebut didasarkan pada poin 1 yang
menyatakan tidak penting, poin 2 yang menyatakan tidak cukup penting , poin 3 yang
menyatakan cukup penting, poin 4 yang menyatakan penting, dan poin 5 yang
menyatakan sangat penting. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar
sekitar 18 orang atau 72% beranggapan bahwa itu sangat penting, 6 orang atau 24%
beranggapan bahwa itu penting, dan 1 orang atau 4% beranggapan bahwa itu tidak
penting. Hal ini sangat berpengaruh dalam pentingnya moderasi beragama dalam islam
karena meskipun beberpa mahasiswa tidak tahu atau tidak dapat mendefinisikan apa
itu moderasi islam, tetapi mereka masih memiliki anggapan atau kepercayaan bahwa
moderasi islam itu sangat penting dan berdampak positif.
Pada grafik 4 disajikan data mengenai perwujudan moderasi islam melalui media
digitalisasi sangatlah diperlukan. Dari data tersebut menyatakan bahwa hampir
keseluruhan yaitu 25 orang atau 96,2% menjawab iya dan 1 orang atau 3,8% menjawab
tidak. Hal ini merupakan suatu inovasi baru yang dapat menunjang keberhasilan dalam
menyusun makalah ini karena antusias para mahasiswa perguruan tinggi di Indonesia
yang ingin mengetahui apa itu moderasi islam dan manfaat adanya moderasi islam ini
melalui media digitalisasi. Dari hasil survey kami didapatkan bahwa media digitalisasi
atau sosial yang dapat diterapkan yaitu melalui Instagram, Facebook, YouTube, Tiktok,
WhatsApp, Line dan berbagai aplikasi lainnya. Selain itu juga, dapat diterapkan melalui
membantu mensosialisasikan tentang moderasi beragama dalam islam, tidak membeda
bedakan teman, tidak berlebihan dalam beragama, dalam menjalankan agama juga
perlu diseimbangkan dengan urusan dunia, menempatkan sesuatu pada tempatnya,
tidak diskriminatif, mengambil jalan musyawarah untuk setiap persoalan, melestarikan
tradisi lama yang masih relevan dan menerapkan hal hal baru yang lebih relevan, dan
terbuka terhadap hal baru yang mengarah ke kebaikan.
Setelah melihat dari beragai indikator survey pertanyaan melalui google form,
dalam moderasi beragama dalam islam (deradikalisasi), dapat diketahui bahwa banyak
mahasiswa perguruan tinggi di Indonesia mengetahui konsep dan pentingnya moderasi
islam ini dapat dilihat melalui grafik 1 yang menyatakan berbagai mahasiswa perguruan
tinggi dalam berpendapat dan. Selanjutnya dalam grafik 2 menjelaskan bahwa
pengetahuan dan wawasan mengenai moderasi beragama dalam islam ini sebagian
besar banyak yang tahu dan dapat menjelaskan secara singkat definisi dari moderasi
dalam beragama islam. Kemudian pada grafik 3 dapat dilihat bahwa banyak orang yang
setuju dan beranggapan bahwa moderasi dalam islam itu sangatlah penting dan dapat
diwujudkan salah satunya dengan menggunakan media digitalisasi (grafik 4) berupa
media sosial seperti Instagram, YouTube, TikTok, dan lain-lain.
Berikut ini Hasil dan pembahasan istilah dan moderari dalam islam (deradikalisasi).
ْٓاَل اِ ْك َراهَ فِى ال ِّدي ۗ ِْن قَ ْد تَّبَيَّنَ الرُّ ْش ُد ِمنَ ْال َغ ِّي ۚ فَ َم ْن يَّ ْكفُر
صا َم لَهَا َۗوهّٰللا ُ َس ِم ْي ٌع َعلِ ْي ٌم َ ت َويُْؤ ِم ۢ ْن بِاهّٰلل ِ فَقَ ِد ا ْستَ ْم َس
َ ِك بِ ْالعُرْ َو ِة ْال ُو ْث ٰقى اَل ا ْنف ِ ْبِالطَّا ُغو
Laaa ikraaha fid diini qat tabiyanar rushdu minal ghayy; famai yakfur bit Taaghuuti
wa yu'mim billaahi faqadis tamsaka bil'urwatil wusqoo lan fisaama lahaa; wallaahu Samii'un
'Aliim.
Artinya: Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam). Sesungguhnya telah
jelas jalan yang benar daripada jalan yang salah. Karena itu barang siapa yang ingat pada
Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada tali
agama yang kuat yang tidak pernah putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah:256).
Kebebasan beragama itu tampak pula pada pertemuan tiga agama di Madinah, yaitu
agama Islam, Yahudi, dan Nasrani. Dalam suasana kebebasan beragama diadakan dialog dan
debat teologis antarpemuka agama dari ketiga agama itu. Pihak Yahudi menolak sama sakali
ajaran Isa dan Muhammad Saw, mereka menonjolkan bahwa Uzayr adalah anak Allah. Pihak
Nasrani mengemukakan paham trinitas dan mengakui Isa-lah adalah anak Tuhan.
Muhammad Saw mengajak manusia mengesakan Tuhan. Kepada kaum Yahudi dan Nasrani,
Muhammad Saw., mengajak: “Marilah kita menerima kalimat yang sama di antara kami dan
kalian. Bahwa tidak ada yang kita sembah selain Allah. Kita tidak mempersekutukan-Nya
dengan apa pun. Tidak pula di antara kita mempertuhan satu sama lain, selain Allah.
Pertemuan tiga agama tersebut tidak membawa kepada kesatuan agama. Yahudi dan
Nasrani tetap pada pendirian mereka. Muhammad Saw juga tidak memaksa untuk
mengubah agama mereka. Muhammad Saw., hanya mengajak mereka meng-Esa-kan Allah.
Gambar 1.1 moderasi beragama dalam islam (deradikalisasi).
Moderasi beragama sendiri telah menjadi seruan global pada abad ke-21, Moderasi
beragama adalah aktivitas manusia beragama yang memerankan tindakan kedamaian dan
keamanan dalam persentuhannya dengan yang lain, Diketahui pengaruh agama makin
menunjukan efeknya dalam segala aktivitas hidup seperti sosial, budaya, ekonomi, politik,
dan sebagainya. Maka dari itu, manusia beragama terpanggil untuk menjalankan praktik
keteladanan guna kebaikan dunia yang didasarkan dengan agama.
Negara Indonesia sendiri dikenal sebagai Negara yang religius, Sebagai Negara
religius, Indonesia mengakui identitas agama bagi warganya, Tercatat ada enam identitas
agama yang diakui oleh Negara Indonesia yakni Agama Islam, Kristen Protestan, Katolik,
Hindu, Budha dan Konghucu.
Dalam hal ini untuk mendukung terciptanya kedamaian dan keamanan umat
beragama dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
Mengajarkan kepada setiap umat beragama untuk selalu berpikir positif terhadap
orang lain, bertutur kata yang tidak profokatif dan tidak membuat pendengarnya sakit hati,
berusaha untuk berperilaku baik, seperti : tidak melanggar norma-norma umum, norma
kesusilaan, norma adat istiadat, maupun norma hukum negara atau tidak melanggar hukum
Negara.
setiap umat bergama, hendaknya mengerti secara baik dan benar tentang agamanya
sendiri dan dilengkapi pula dengan pengetahuan yang cukup dan benar juga tentang agama
lainnya, sehingga mengetahui hal-hal baik di agama sendiri maupun diagama yang lain dan
mengetahui pula hal-hal yang sangat dilarang atau ditabukan atau diharamkan di agamanya
sendiri maupun diagama yang lain.
Tidak memaksakan seseorang untuk masuk atau mengikuti agama tertentu dan
melaksanakan ibadah sesuai agamanya.
Sumber Buku:
Thiagarajan, S., Semmel, D. S dan Semmel, M. I. (1974). Instructional Development for
Training Teachers of Exceptional Children: A Sourcebook. Minneapolis, Minnesota:
Leadership Training Institute/Special Education, University of Minnesota.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Bandung.
Sumber
Jurnal:
http://repository.uinbanten.ac.id/5232/1/Makalah%20pa%20Rektor-Moderasi.pdf
file:///C:/Users/Windows%2010/Downloads/3090-6276-1-SM%20(1).pdf
http://eprints.walisongo.ac.id/1931/1/Abu_Rokhmad-Radikalisme_Islam.pdf
buku :
file:///C:/Users/Windows%2010/Downloads/22-Book%20Manuscript-87-1-10-
20190325.pdf