Oleh :
1. Ahnaf Sega Fausta 7F/2
2. Hamzah Fadhilah Idris 7F/11
3. M. Raihan Pratama P. S. 7F/18
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan..................................................................................................7
B. Saran 7
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sikap nasionalisme merupakan hal yang sangat penting untuk selalu
dijunjung dalam kehidupan bangsa Indonesia karena bangsa Indonesia adalah
bangsa yang majemuk. Agama merupakan salah satu kemajemukan yang riskan
jika berbicara tentang perbedaan karena tidak dapat dipungkiri, perbedaan yang
membawa permasalahan sampai tingkat kesadaran nasionalisme adalah perbedaan
paham agama maupun perbedaan agama yang ada.
Sikap nasionalisme ini diharapkan dapat diamalkan dalam kehidupan anak
muda terutama mahasiswa karena tingkat pendidikan yang tinggi dipercaya dapat
membuat pemikiran lebih terbuka terhadap perbedaan. Namun kenyataannya tidak
demikian, semakin tinggi pendidikan seseorang belum tentu sikap nasionalisme
yang dimiliki juga tinggi. Banyak fenomena mahasiswa yang tidak menerima
perbedaan paham agama dan menyangkutpautkannya dengan Pancasila hingga
ada yang sampai taraf menolak Pancasila karena tidak sesuai dengan paham
agama yang mereka anut. Banyaknya paham yang mengarah pada sikap anti
nasionalisme dan anti Pancasila semakin terlihat jelas dalam kehidupan
mahasiswa. Menurut Lukman Edy dari Fraksi PKB MPR menyatakan bahwa, dari
hasil survei BPS diketahui 27 % rakyat Indonesia merasa tidak memerlukan
Pancasila. Bahkan hasil penelitian dari UIN menyimpulkan 28 % setuju dengan
radikalisasi dan sebuah lembaga kajian di Jakarta menyatakan 19 % pemuda
Indonesia menghendaki syariat Islam sebagai dasar negara. (www.beritasatu.com)
Permasalahan mahasiswa dalam menyikapi antara agama dan Pancasila
tidak lain karena pemahaman mereka yang berbeda. Mahasiswa yang memiliki
paham tersebut bisa dikatakan belum memahami Pancasila keseluruhannya, baik
dari sejarah Pancasila maupun esensi nilai-nilai dari Pancasila. Selain itu,
permasalahan ini juga bisa disebabkan kurangnya penanaman nilai Pancasila pada
saat dibangku sekolah hingga menyebabkan rasa nasionalismenya kurang serta
ada pula pengaruh dari panutan agama yang telah diikuti. Mahasiswa seharusnya
lebih bisa terbuka menyikapi berbagai pendapat, karena setiap agama
mengajarkan untuk saling menghargai perbedaan.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis ingin mengkaji
lebih mendalam berkaitan dengan masalah yang dibahas pada makalah ini, yang
diberi judul “Bangsa Indonesia di Tengah Fenomena Radikalisme Agama Pada
Mahasiswa (Ditinjau dari Pancasila Religius, Perspektif Pancasila).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana permasalahan radikalisme agama pada mahasiswa?
2. Bagaimana nilai penting pancasila religius dalam kehidupan
mahasiswa?
3. Bagaimana hubungan antara Pancasila dan agama?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui permasalahan anti nasionalime dan anti Pancasila
pada mahasiswa.
2. Untuk mengetahui nilai penting Pancasila Religius dalam kehidupan
mahasiswa.
3. Untuk mengetahui hubungan antara Pancasila dan agama.
BAB II
PEMBAHASAN
1
Ahmad Syafi’i Mufid, Workshop Membangun Kesadaran dan Strategi Menghadapi
Radikalisasi Agama, http://simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/PETA
%20GERAKAN%20RADIKALISME%20DI%20INDONESIA.pdf (online) , 2012
2
Komaruddin Hidayat dalam Fuaduddin dan Cak Hasan Bisri (ed), Dinamika Pemikiran
Islam di Perguruan Tinggi Negeri, Logos Wacana Ilmu, Jakarta,2002
Biasanya paham radikal agama ini banyak yang membawa nama Islam,
yang mana salah satu kelompok yang sering disebut adalah Hizbut Tahrir
Indonesia. Kelompok ini mengharamkan nasionalisme karena fanatisme terhadap
kebangsaan dianggap sebagai bagian dari bentuk ashobiyah, selain itu karena
paham nasionalisme merupakan paham dari negara-negara kafir.3 Pemikiran
semacam ini sangat merugikan bangsa Indonesia dan akan menyebabkan rusaknya
kedamaian bangsa Indonesia dalam kehidupan.
Permasalahan bangsa Indonesia yang begitu banyak, menyebabkan paham
tersebut mengajak untuk meninggalkan nasionalisme dan dasar negara Indonesia
yakni Pancasila dan beralih untuk menerapkan negara khilafah dengan syariat
Islam. Jika mahasiswa hanya berfikir pendek mengenai hal ini, nantinya siapa
yang akan meneruskan kemajuan bangsa Indonesia. Jika pemikiran tidak
memerlukan Pancasila dan nasionalisme terus berkembang, Indonesia akan
menjadi negara yang berantakan karena berbagai perbedaan tidak diakomodasi
dengan baik. Padahal Indonesia tidak hanya ada satu agama, tetapi ada enam
agama yang diakui selain itu juga banyak perbedaan yang lain yang menjadikan
Indonesia sebagai negara plural.
Masa depan kita berada di tangan para pemuda saat ini. Roda akan terus
berputar, generasi muda akan menggantikan orang tua saat ini. 4 Maka mahasiswa
memiliki kontribusi yang sangat penting untuk bangsa Indonesia. Di mana bangsa
Indonesia memiliki keragaman bahasa, sosial, agama. Keragaman tersebut sangat
kondusif bagi munculnya konflik dalam berbagai dimensi kehidupan, baik konflik
vertikal maupun horisontal.5
3
http://www.muslimedianews.com/2014/08/ustadz-hti-haramkan ucapara-bendera-
dan.html (online) diakses tanggal 3 Desember 2015.
4
Parawansa, Khofifah, Islam, NU, dan Keindonesiaan, Penerbit Nuansa Cendekia ,
Bandung, 2013 hlm. 242
5
Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010, hlm.8.
B. Nilai Penting Pancasila Religius dalam Kehidupan Mahasiswa
Notonegoro dalam pengamatannya secara mendalam menyatakan bahwa
bangsa Indonesia telah ber-Pancasila dalam Tri Prakara yaitu ber-Pancasila dalam
adat kebudayaan, ber-Pancasila dalam agama dan ber-Pancasila dalam negara.6
Ber-Pancasila dalam agama sangat ditekankan dalam pelaksanaan Pancasila
karena sejatinya nilai-nilai Pancasila berasal dari nilai-nilai agama, budaya dan
adat istiadat bangsa Indonesia. Sebagai mahasiswa juga harus melaksanakan
ajaran agama yang dianutnya. Pancasila religius ini sangat penting dalam
kehidupan mahasiswa untuk memiliki pegangan hidup baik di dunia maupun di
akhirat kelak. Inti penting dari Pancasila religius ini adalah mahasiswa
mengamalkan nilai-nilai keimanan mereka kepada Tuhan.
Pancasila religius ini harus dipahami mahasiswa sebagai pengakuan,
penghayatan rohaniah kepada Dzat Yang Maha Kuasa, yang berada di atas
kekuasaan apapun di dunia ini, adalah nilai yang selalu hidup dalam masyarakat
kita sepanjang sejarah.7 Pancasila religius yang tercantum pada sila pertama
Pancasila “Ketuhanan Yang Maha Esa” mengandung pengertian dan keyakinan
adanya Tuhan Yang Maha Esa, pencipta alam semesta dan beserta isinya. Maka
mahasiswa harus menerapkan nilai-nilai Pancasila sebagai perwujudan Pancasila
religius dengan melaksanakan ajaran agama sebaik mungkin dan tidak boleh
menyakini paham ateisme, selain itu mahasiswa harus mampu menerapkan sikap
toleransi sebagai upaya untuk melaksanakan sikap nasionalisme dan melaksankan
nilai-nilai Pancasila.
Pada posisinya sebagai ideologi nasional, nilai-nilai Pancasila difungsikan
sebagai nilai bersama yang ideal dan nilai pemersatu. Hal ini sejalan dengan
fungsi ideologi di masyarakat yaitu: Pertama, sebagai tujuan atau cita-cita yang
hendak dicapai secara bersama oleh suatu masyarakat. Kedua, sebagai pemersatu
masyarakat dan karenanya sebagai prosedur penyelesaian konflik yang terjadi di
masyarakat.8 Pentingnya Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
6
Notonegoro dalam Sukarno, Pancasila dalam Tinjauan Historis, Yuridis, dan Filosofis,
Sebelas Maret University Press, Surakarta, 2005, hlm. 10.
7
Ibid, hlm. 19
8
Ramlan Surbakti dalam Winarno, “Implementasi Pancasila melalui Pendidikan
Kewarganegaraan (civic education)”, Makalah disajikan dalam Seminar di Universiti
Pendidikan Sultan Idris (UPSI), 13 April 2010
harus didukung dengan keimanan mahasiswa yang baik agar nantinya menjadi
penerus bangsa yang dapat melaksanakan semua tanggung jawabnya dengan
berdasarkan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Secara praktis yang harus
dipahami oleh mahasiswa bahwa Pancasila ini merupakan azas kerohaian dalam
setiap pelaksanaan dan penyelenggaraan negara.9
Selain itu, pancasila juga membangkitkan kesadaran akan dirinya atas
pengembangan tanggung jawab pribadi terhadap kehidupan masyarakat dan
sebaliknya serta menimbulkan kesadaran dan kemauan untuk senantiasa untuk
mengendalikan diri dan kepentingan agar tercipta keseimbangan, keseleraan dan
keserasian kehidupan masyarakat.10 Hal ini menunjukkan bahwa sebagai
mahasiswa yang telah mendapatkan kesempatan untuk belajar dan mengenyam
pendidikan yang lebih tinggi diharapkan mahasiswa mampu berfikir rasional
dalam pelaksanaan agama dan kehidupan berbangsa serta bernegara. Mahasiswa
diharapkan mampu menjadi contoh untuk menerapkan sikap toleransi untuk
menjaga kerukunan sebagai pengamalan nilai-nilai Pancasila dan agama yang
dianutnya.
13
RM.A. B. Kusuma, Lahirnya Undang-Undang Dasar 1945: Memuat Salinan Dokumen
Otentik Badan Oentoek Menyelidiki Oesaha-Oesaha Persiapan Kemerdekaan, Badan
Penerbit Fakultas HukumUniversitas Indonesia, Depok, 2004 hal.158 dalam Perdebatan
tentang Dasar Negara pada Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Ini membuktikan bahwa nilai-nilai Islam telah terdapat dalam Pancasila.
Jika nilai-nilai Islam tidak terdapat dalam Pancasila tidak mungkin pendiri bangsa
yang sebagaian ulama Islam menerima Pancasila. Selain itu, jika Pancasila tidak
mengandung nilai-nilai Islam, tidak mungkin sila pertama dulunya berbunyi
“Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya”. Sila pertama yang akhirnya diganti menjadi “Ketuhanan Yang
Maha Esa” tersebut sebagai bukti bahwa nilai-nilai Islam sangat dijunjung dalam
dalam Pancasila namun untuk kemaslahatan bangsa dan negara serta untuk
menghindari perpecahan yang akan terjadi maka sila pertama diganti menjadi
“Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Pancasila merupakan filsafat negara yang lahir sebagai collective ideologi.
Kuntowijoyo memandang ideologi perlu diisi dengan agama. Karena ideologi
tanpa agama adalah kekacauan. Bahkan Pancasila sebagai ideologi adalah
“obyektivikasi” dari agama-agama.14 Jadi pada intinya bahwa Pancasila yang
dijadikan dasar negara bangsa Indonesia nilai-nilainya sama sekali tidak
bertentangan dengan ajaran agama Islam maupun ajaran agama lainnya yang
diakui di Indonesia. Mahasiswa harus berfikir terbuka mengenai pemahaman
antara agama dan negara, karena antara agama dan negara sangat berkaitan dan
saling melengkapi satu sama lain. Negara tidak akan bisa berdiri kokoh tanpa
agama. Begitu pula dengan Pancasila, jika tanpa penerapan nilai-nilai Ketuhanan,
Pancasila hanya akan menjadi wacana belaka. Padahal nilai ketuhanan yang
terdapat pada sila pertama menjiwai sila-sila berikutnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kemerdekaan (BPUPK)
14
Rusli Karim, Negara dan Peminggiran Islam Politik, Tiara Wacana Yogya,
Yogyakarta, 1999, hlm. 173
Permasalahan radikalisme agama merupakan masalah yang sering
menghampiri anak muda terutama mahasiswa. Radikalisme agama sebagian kecil
menghampiri mahasiswa di perguruan tinggi Islam, namun sebagian besar
terdapat di perguruan tinggi umum. Jika pemikiran tidak memerlukan Pancasila
dan nasionalisme terus berkembang di kalangan mahasiswa, Indonesia akan
menjadi negara yang berantakan karena berbagai perbedaan tidak diakomodasi
dengan baik. Pancasila religius sangat penting bagi mahasiswa. Mahasiswa harus
menerapkan nilai-nilai Pancasila sebagai perwujudan Pancasila religius dengan
melaksanakan ajaran agama sebaik mungkin dan tidak boleh menyakini paham
ateisme, selain itu mahasiswa harus mampu menerapkan sikap toleransi sebagai
upaya untuk melaksanakan sikap nasionalisme dan melaksankan nilai-nilai
Pancasila. Pancasila dan agama merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Pancasila mengandung nilai-nilai agama, dan nilai-nilai agama pasti terdapat
dalam Pancasila.
B. Saran
Mahasiswa merupakan generasi muda penerus bangsa, sikap
nasionalisme dan penerapan nilai-nilai Pancasila harus terus dijaga oleh
mahasiswa agar negara ini tidak kehilangan jati dirinya. Mahasiswa juga harus
memahami hakekat penting dari agama dan Pancasila bahwa keduanya tidak dapat
dipisahkan.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Dharwis, Ellyasa (ed).2010. Gus Dur, NU, dan Masyarakat Sipil. Yogyakarta:
Lkis Printing Cemerlang.
Fuaduddin dan Cak Hasan Bisri (ed). 2002. Dinamika Pemikiran Islam di
Perguruan Tinggi Negeri. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Karim, Rusli. 1999. Negara dan Peminggiran Islam Politik. Yogyakarta: PT.
Tiara Wacana Yogya.
Mahfud, Choirul. 2010. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Parawansa, Khofifah. Islam. 2013. NU dan Keindonesiaan. Bandung: Penerbit
Nuansa Cendekia.
Ramlan Surbakti dalam Winarno, “Implementasi Pancasila melalui Pendidikan
Kewarganegaraan (civic education)”, Makalah disajikan dalam Seminar
di Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI), 13 April 2010
RM.A. B. Kusuma. 2004. Lahirnya Undang-Undang Dasar 1945: Memuat
Salinan Dokumen Otentik Badan Oentoek Menyelidiki Oesaha-Oesaha
Persiapan Kemerdekaan. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum
Universitas Indonesia.
Sukarno. 2005. Pancasila dalam Tinjaun Historis, Yuridis, dan Filosofis.
Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Sukarno. 2005. Tinjaun Filosofis Tentang Pancasila Sebagai Filsafat. Surakarta:
Sebelas Maret University Press
Widjaja, AW.1984. Kesadaran Hukum Manusia dan Masyarakat
Pancasila.Jakarta: CV. Era Swasta.
Internet
Mufid, Syafi’i. 2012. Workshop Membangun Kesadaran dan Strategi
Menghadapi Radikalisasi Agama, (online)
(http://simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/PETA
%20GERAKAN%20RADIKALISME%20DI%20INDONESIA.pdf ,
diakses tanggal 23 April 2015)
http://www.muslimedianews.com/2014/08/ustadz-hti-haramkan ucapara-bendera-
dan.html (online) diakses tanggal 3 Desember 2015.